• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH era perang DUNIA TIONGKOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEJARAH era perang DUNIA TIONGKOK"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Dosen Pengampu Prof. Dr. Sulasman, M. Hum.

.

Oleh:

Faqih Kurnia Aziz 1145010042

Inayatu Rohmah 1145010065

Jawad Mughofar KH 1145010071 Khorru Sujjada Sabbah 1145010073

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

(2)

i KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohiim,

Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.

Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Sejarah Dunia I. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi para pembaca. Aamiin.

Bandung, 07 September 2015

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan ... 2

BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah dan Peradaban Tiongkok ... 3

a. Tiongkok Periode Klasik. ... 4

b. Tiongkok Periode Pertengahan. ... 6

c. Tiongkok Periode Modern. ... 20

B. Unsur-Unsur Kebudayaan Tiongkok ... 23

a. Religi. ... 23

b. Bahasa. ... 26

c. Seni. ... 26

d. Ekonomi ... 28

e. IPTEK. ... 29

f. Sosial. ... 30

g. Politik. ... 31

BAB III PENUTUP A. Simpulan ... 33

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sejarah tidak akan lepas dari suatu peristiwa, di dunia ini terdapat banyak sekali negara yang menyebar dan memulai awal peradabannya. Seperti halnya salah satu negara yang akan kami bahas dalam makalah ini yaitu sejarah dari negara Tiongkok.

Alasan mengapa kami menggunakan nama Tiongkok adalah karena Presiden Ke-4 Republik Indonesia, Dr. K.H. Abdurrahman Wahid pada waktu pemerintahannya mulai menghidupkan kembali istilah Tionghoa (Tiongkok) pengganti Cina (China) yang universal dan ajaran Kong Fu Tsu dalam menghadapi teori benturan budaya dari Amerika Serikat. 1

Hal yang dilakukan oleh Presiden Ke-4 Republik Indonesia, Dr. K.H. Abdurrahman Wahid ini kemudian dipertegas oleh Presiden Ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dengan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2014. Maka dalam semua kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, penggunaan istilah orang dari atau komunitas Tjina/Cina/China diubah menjadi orang dan/atau komunitas Tionghoa, dan untuk penyebutan negara Republik Rakyat Cina diubah menjadi Republik Rakyat Tiongkok.2

Sejarah Tiongkok adalah salah satu sejarah kebudayaan tertua di dunia. Dari penemuan arkeologi dan antropologi, daerah Tiongkok telah didiami oleh manusia purba sejak 1,7 juta tahun yang lalu. Peradaban Tiongkok berawal dari berbagai negara kota di sepanjang lembah Sungai Kuning pada zaman Neolitikum. Sejarah tertulis Tiongkok dimulai sejak Dinasti Shang (k. 1750-1045 SM). Cangkang kura-kura dengan aksara Tionghoa kuno yang berasal dari Dinasti Shang memiliki penanggalan radio karbon hingga 1500 SM. Budaya, sastra, dan filsafat Tiongkok berkembang pada zaman Dinasti Zhou (1045-256 SM) yang melanjutkan Dinasti Shang. Dinasti ini merupakan dinasti yang paling lama berkuasa dan pada zaman dinasti inilah aksara Tionghoa modern mulai berkembang.

Dinasti Zhou terpecah menjadi beberapa negara kota, yang menciptakan Periode Negara Perang. Pada tahun 221 SM, Qin Shi Huang menyatukan berbagai kerajaan ini dan mendirikan kekaisaran pertama Tiongkok. Pergantian dinasti dalam sejarah Tiongkok telah mengembangkan suatu sistem birokrasi yang memungkinkan Kaisar Tiongkok memiliki kendali langsung terhadap wilayah yang luas.

1 Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 2, Bandung: Salamadani, 2010. Hal: 531

(5)

Pandangan konvensional terhadap sejarah Tiongkok adalah bahwa Tiongkok merupakan suatu negara yang mengalami pergantian antara periode persatuan dan perpecahan politis yang kadang-kadang dikuasai oleh suku bangsa asing (non-Han), yang sebagian besar terasimiliasi ke dalam populasi Suku Han. Pengaruh budaya dan politik dari berbagai wilayah di Asia, yang dibawa oleh gelombang imigrasi, ekspansi, dan asimilasi yang bergantian, menyatu untuk membentuk budaya Tiongkok modern.3

Penjelasan lebih lengkapnya akan dibahas dalam makalah berikut, yang kami bagi dalam dua poin yaitu, pertama Sejarah dan Peradaban Tiongkok yang meliputi tiga periode. Yaitu yang pertama Periode Klasik dari Zaman Prasejarah sampai Zaman Kuno. Kedua, Periode Pertangahan yaitu pada Zaman Kekaisaran dan ketiga Periode Modern pada Zaman Republik. Tidak hanya bagaimana sejarahnya, kedua, tak lupa kami masukan 7 unsur kebudayaan negara Tiongkok guna memnambah wawasan bagaimana serta seperti apa negara Tiongkok yang dewasa ini merajai pasar dunia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut;

a. Bagaimana Sejarah dan Peradaban Tiongkok?

b. Apa saja unsur-unsur kebudayaan yang terdapat di Tiongkok?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penyusunan ini adalah untuk:

a. Mengetahui bagaimana Sejarah dan Peradaban Tiongkok

b. Mengetahui unsur-unsur kebudayaan yang terdapat di Tiongkok

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah dan Peradaban Tiongkok

Wilayah Pegunungan Tiongkok terbagi menjadi 2 yaitu Pegunungan Tiongkok Utara dan Pegunungan Tiongkok Selatan. “Di dataran tinggi sebelah Utara mengalir sungai Hoang Ho, yang berhulu di pegunungan Kwen Lun di Tibet dan bermara di laut Kuning.

Di dataran tinggi sebelah Selatan mengalir sungai Yang Tse , yang berhulu di pegunungan

Kwen Lun dan bermuara di Laut Tiongkok timur. “Di hilir kedua sungai besar tersebut, terdapat dataran rendah Tiongkok yang subur. Kedua sungai besar itu merupakan ura t

nadi kehidupan bangsa Tiongkok.

Hilir sungai Hwang Ho (sungai kuning) yang subur tersebut ditanami dengan gandum. Padi di tanam di hilir sungai Yang Tse. Daerah subur di Tiongkok terletak pada daerah aliran sungai besar. Dataran rendah yang subur tersebut di antaranya di Tiongkok tengah

yang luasnya mencapai 300.000 km² dan dialiri oleh Sungai Kuning atau Huanghe.”4 Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dataran rendah pada aliran sungai Hwang Ho memiliki tanah yang subur, begitu juga dengan lembah sungai yang berada dihilirnya (hilir sungai Hwang Ho dan Yang Tse). Sungai Hwang Ho memiliki panjang 5.464 km, sungai ini merupakan sungai terpanjang kedua di Tiongkok setelah Sungai Panjang (Yang Tse). Sungai Kuning atau Hwang-Ho bersumber di daerah pegunungan Kwen-Lun di Tibet. Setelah melalui daerah pengunungan Tiongkok Utara, sungai panjang yang membawa lumpur kuning itu membentuk dataran rendah Tiongkok dan bermuara di Teluk Tsii-Li di Laut Kuning. Sedang di dataran tinggi sebelah selatan mengalir Sungai Yang Tse Kiang yang berhulu di Pegunungan Kwen-Lun (Tibet) dan bermuara di Laut Tiongkok Timur.

Peradaban Lembah Sungai Kuning adalah peradaban bangsa Tiongkok yang muncul di lembah Sungai Kuning (Hwang Ho atau yang sekarang disebut Huang He). Sungai Hwang Ho disebut sebagai Sungai Kuning karena membawa lumpur kuning sepanjang alirannya. Sungai ini bersumber dari Pegunungan Kwen-Lun di Tibet dan mengalir melalui daerah Pegunungan Tiongkok Utara hingga membentuk dataran rendah dan bermuara di Teluk Tsii-Li, Laut Kuning. Pada daerah lembah sungai yang subur inilah kebudayaan bangsa Tiongkok berawal. Dalam sejarah, daerah tersebut menyulitkan masyarakat Tiongkok kuno untuk melaksanakan

(7)

Aktivitas hidupnya karena terjadinya pembekuan es di musim dingin dan ketika es mulai mencair akan terjadi banjir serta air bah. Berbagai kesulitan dan tantangan tersebut mendorong bangsa Tiongkok untuk berpikir dan mengatasinya dengan pembangunan tanggul raksasa di sepanjang sungai tersebut.

a. Tiongkok Periode Klasik 1. Neolitikum dan Paleolitikum

Homo erectus telah mendiami daerah yang sekarang dikenal sebagai Tiongkok sejak zaman Paleolitik, lebih dari satu juta tahun yang lalu. Kajian menunjukkan bahwa peralatan batu yang ditemukan di situs Xiaochangliang telah berumur 1,36 juta tahun. Situs arkeologi Xihoudu di provinsi Shanxi menunjukkan catatan paling awal penggunaan api oleh Homo erectus, yang berumur 1,27 juta tahun yang lalu. Ekskavasi di Yuanmou dan Lantian menunjukkan permukiman yang lebih lampau. Spesimen Homo erectus paling terkenal yang ditemukan di Tiongkok adalah Manusia Peking yang ditemukan pada tahun 1965. Tiga pecahan tembikar yang berasal dari 16500 SM dan 19000 SM ditemukan di Gua Liyuzui di Liuzhou, provinsi Guangxi.

Sedangkan pada Zaman Neolitik di Tiongkok dapat dilacak hingga 10.000 SM. Bukti-bukti awal pertanian milet memiliki penanggalan radiokarbon sekitar 7000 SM. Kebudayaan Peiligang di Xinzheng, Henan berhasil di ekskavasi pada tahun 1977. Dengan berkembangnya pertanian, muncul peningkatan populasi, kemampuan menyimpan dan mendistribusikan hasil panen, serta pengerajin dan pengelola. Pada akhir Neolitikum, lembah Sungai Kuning mulai berkembang menjadi pusat kebudayaan dengan penemuan arkeologis signifikan ditemukan di Banpo, Xi'an. Sungai Kuning dinamakan demikian disebabkan terdapatnya debu sedimen (loess) yang bertumpuk di tepi sungai dan tanah sekitarnya, yang kemudian setelah terbenam di sungai menimbulkan warna yang kekuning-kuningan pada air sungai tersebut.

(8)

dikonfirmasi sebagai aksara Tionghoa. Kebudayaan Yangshao yang muncul belakangan dilanjutkan dengan kebudayaan Longshan pada sekitar 2500 SM.5

2. Dinasti-Dinasti Kuno

Dinasti Xia (2100 SM-1600 SM)

Dinasti Xia adalah dinasti pertama yang diceritakan dalam catatan sejarah seperti Catatan Sejarah Agung dan Sejarah Bambu. Dinasti ini didirikan oleh Yu yang Agung. Sebagian besar arkeolog sekarang menghubungkan Dinasti Xia dengan hasil-hasil ekskavasi di Erlitou, provinsi Henan, yang berupa temuan perunggu leburan dari sekitar tahun 2000 SM. Beragam tanda-tanda yang terdapat pada tembikar dan kulit kerang yang ditemukan pada periode ini, diduga adalah bentuk pendahulu dari aksar Tionghoa modern. Menurut kronogi tradisional berdasarkan perhitungan Liu Xin, dinasti ini berkuasa antara 2205-1766 SM, sedangkan menurut Sejarah Bambu, pemerintahan dinasti ini adalah antara 1989-1558 SM. Menurut Proyek Kronologi Xia Shang Zhou (PK XSZ) yang diselenggarakan oleh pemerintah Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1996, dinasti ini berkuasa antara 2070-1600 SM.6

Dinasti Shang (1600 SM-1046 SM)

Dalam buku China: A New History; Second Enlarged Edition (2006) karya Fairbank, John King dan Merle Goldman dijelaskan bahwa Dinasti Shang menurut sumber tradisional adalah dinasti pertama Tiongkok. Menurut kronologi berdasarkan perhitungan Liu Xin, dinasti ini berkuasa antara 1766-1122 SM, sedangkan menurut Sejarah Bambu adalah antara 1556-1046 SM. Hasil dari Proyek Kronologi Xia Shang Zhou pada tahun 1996 menyimpulkan bahwa dinasti ini memerintah antara 1600-1046 SM. Informasi langsung tentang dinasti ini berasal dari inskripsi pada artefak perunggu dan tulang orakel, serta dari Catatan Sejarah Agung (Shiji) karya Sima Qian. Temuan arkeologi memberikan bukti keberadaan Dinasti Shang sekitar 1600-1046 SM, yang terbagi menjadi dua periode. Bukti keberadaan Dinasti Shang periode awal (k. 1600-1300 SM) berasal dari penemuan-penemuan di Erlitou, Zhengzhou dan Shangcheng. Sedangkan bukti keberadaan Dinasti Shang periode kedua (k. 1300–1046 SM) atau periode Yin (殷), berasal dari kumpulan besar tulisan pada tulang orakel

(9)

Dinasti Zhou (1046 SM-256 SM)

Elizabeth Perry (2002) dalam bukunya Challenging the Mandate of Heaven: Social Protes and State Power in China, menulis bahwasanya Dinasti Zhou adalah dinasti terlama berkuasa dalam sejarah Tiongkok yang menurut Proyek Kronologi Xia Shang Zhou berkuasa antara 1046-256 SM. Dinasti ini mulai tumbuh dari lembah Sungai Kuning, di sebelah barat Shang. Penguasa Zhou, Wu Wang, berhasil mengalahkan Shang pada Pertempuran Muye. Pada masa Dinasti Zhou mulailah dikenal konsep "Mandat Langit" sebagai legitimasi pergantian kekuasaan, dan konsep ini seterusnya berpengaruh pada hampir setiap pergantian dinasti di Tiongkok. Ibukota Zhou awalnya berada di wilayah barat, yaitu dekat kota Xi'an modern sekarang, namun kemudian terjadi serangkaian ekpansi ke arah lembah Sungai Yangtze. Dalam sejarah Tiongkok, ini menjadi awal dari migrasi-migrasi penduduk selanjutnya dari utara ke selatan.

b. Tiongkok Periode Pertengahan 1. Dinasti Qin (221 SM-206 SM)

Dinasti Qin (Hanzi: 秦朝, hanyu pinyin: Qin Chao) (221 SM - 206 SM) adalah satu dari tiga dinasti yang paling berpengaruh di Tiongkok sepanjang sejarahnya. Dinasti Qin terkenal sebagai dinasti yang pendek umurnya, namun meletakkan dasar-dasar kekaisaran yang kemudian akan diteruskan selama 2000 tahun oleh dinasti-dinasti setelahnya. Meskipun usianya hanya singkat, namun dinasti-dinasti ini memiliki beberapa arti penting bagi perkembangan budaya Tionghoa. Dinasti ini juga adalah dinasti pertama yang mempersatukan suku bangsa beragam di Tiongkok ke dalam entitas tunggal nasional Tiongkok.

(10)

Zhou dan mendapat gelar bangsawan. Kerajaan Qin terbentuk dan kemudian menguasai wilayah Dinasti Zhou di sekitar Shaanxi. Masa ini disebut sebagai Zaman Negara-negara Berperang karena puluhan negara besar-kecil saling bermusuhan dan kerap berperang untuk merebut wilayah dan pengaruh kekuasaan. Tahun 221 SM, Raja Yingzheng (yang kemudian dikenal sebagai Qín Shǐ Huáng atau Qin Shihuang) dari Qin melakukan agresi militer terhadap kerajaan lainnya di Dinasti Zhou dan mempersatukan Tiongkok di bawah satu pemerintahan terpusat.

Dinasti Qin saat itu menganut ajaran legalisme (Fajia) dari Shang Yang, yang mengatakan bahwa pemerintah harus diperintah dengan keras. Shang Yang mengajarkan bahwa manusia pada dasarnya jahat dan harus diperintah dengan menggunakan kekerasan. Ia adalah penganut legalisme yang menekankan tentang pelaksanaan hukum dengan tegas sebagai landasan pembangunan negara, tetapi bukan berarti memerintah dengan kekerasan dan penindasan (teror) sehingga rakyat takut. Tegasnya pelaksanaan undang-undang ini tidak pandang bulu, bahkan ada bangsawan juga yang dihukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Raja Ying Zheng setelah mempersatukan Tiongkok kemudian menciptakan gelar Huangdi yang merupakan gabungan dari Huang (皇) dan Di (帝). Ia merasa ia lebih berjasa daripada Tiga Penguasa (三皇) dan Lima Kaisar (五帝) dari Tiongkok kuno. Huangdi sendiri secara harfiah berarti penguasa dan kaisar tak tertandingi. Ia kemudian digelari sebagai Shi Huangdi, yang bermakna Kaisar Pertama.

Ia kemudian menetapkan beberapa kebijakan pemerintahan yang memusatkan kekuasaan lebih lanjut di tangan kaisar. Kaisar mempunyai kekuasaan absolut, para menteri mempunyai hak untuk memberikan pandangan dan nasihat dalam penetapan kebijakan pemerintahan namun tidak punya hak untuk memutuskan kebijakan. Pemerintahan pusat dijalankan oleh 3 menteri utama dan 9 menteri biasa. Menteri utama terdiri dari perdana menteri dan 2 wakil perdana menteri. Perdana menteri menjalankan pemerintahan, sedangkan 2 wakil perdana menteri masing-masing bertugas sebagai pelaksana militer dan pemeriksa (kontrol pemerintahan).

(11)

Semua keputusan, besar ataupin kecil, yang berkaitan dengan administrasi negara, dibuat oleh kaisar.7

Pesatnya perkembangan perdagangan berkat perbaikan komunikasi dan transportasi terhambat oleh tidak adanya satuan timbangan dan ukuran yang sama. Oleh karena itu, untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran komersial, pemerintah Qin menstandarisasikan hal-hal itu.Kemudian Dinasti Qin menciptakan kebijakan sosial pencatatan rumah tangga untuk pertama kalinya di Tiongkok. Dalam satu rumah tangga tidak diperbolehkan adanya 2 pria yang mempunyai kemampuan bekerja. Anak yang telah dewasa diharuskan membentuk rumah tangga baru yang terpisah.Di masa ini pula, pemerintah Qin melakukan transmigrasi besar-besaran dari daerah padat ke daerah-daerah tidak berpenghuni yang baru ditaklukkan. Ini dilakukan untuk mendukung pembangunan di wilayah-wilayah yang masih belum tersentuh oleh pembangunan. Selain transmigrasi oleh negara, seseorang tidak diperbolehkan berpindah-pindah sesuka hati mereka tanpa izin pemerintah. Sebelum terjadi penyatuan, terjadi kekacauan bahasa, sering terdapat sejumlah variasi bentuk tertulis yang membingungkan untuk kata yang sama. Pemerintahan Qin Shihuang menetapkan bentuk bahasa tulis yang distandarkan dan sistem penulisan tangan yang mudah digunakan. Penetapan standarisasi bahasa tulis sangat penting perannya dalam menggiatkan pertukaran budaya di seluruh negeri.8

2. Dinasti Han (206 SM-220 SM)

Dinasti Han (Hanzi: 漢朝, hanyu pinyin: Han Chao) (206 SM - 220) adalah satu dari tiga dinasti yang paling berpengaruh di Tiongkok sepanjang sejarahnya. Dinasti ini adalah yang meletakkan dasar-dasar nasionalitas Tiongkok mewarisi penyatuan Tiongkok dari dinasti sebelumnya, Dinasti Qin. Dinasti Han sendiri didirikan oleh Liu Bang, seorang petani yang memenangkan perang saudara dengan saingannya, Xiang Yu. Dinasti Han merupakan salah satu dinasti terkuat di Tiongkok, dan karena pengaruhnya yang besar, etnis-etnis mayoritas di Tiongkok sekarang ini menyebut mereka orang Han (biarpun mungkin nenek moyang mereka bukan dari etnis Han). Pada abad 1 SM, jumlah penduduk Dinasti Han diperkirakan mencapai 70 juta jiwa,

7 Lin Handa & Cao Yuzhang, “Tales from 5000 Years of Chinese History, Volume I”, Indonesia Version “ Kisah-kisah dari 5000 Tahun sejarah Cina, Jilid 1” (Jakarta, April 2014), hlm: 125.

(12)

merupakan 28 persen populasi dunia. Pada saat yang sama, populasi di anak benua India sekitar 46 juta, Eropa 35 juta dan Afrika Utara 14 juta.9

3. Zaman Tiga Negara (220 M-280 M)

Zaman Tiga Negara (Wei, Wu, dan Shu) adalah suatu periode perpecahan Tiongkok yang berlangsung setelah hilangnya kekuasaan de facto Dinasti Han. Secara umum periode ini dianggap berlangsung sejak pendirian Wei (220) hingga penaklukan Wu oleh Dinasti Jin (280), walau banyak sejarawan Tiongkok yang menganggap bahwa periode ini berlangsung sejak Pemberontakan Serban Kuning (184). Zaman ini adalah salah satu era yang paling terkenal dalam sejarah Tiongkok, disebabkan karena popularitas roman sejarah Kisah Tiga Negara (Samkok) yang telah diadaptasi dalam berbagai format oleh berbagai negara.10

Populasi pada zaman ini dapat dirujuk kepada catatan sejarah oleh Chen Shou yang memperkirakan sekitar 8.640.000 jiwa hidup di dalam wilayah ketiga negara. Di antaranya 4.400.000 jiwa tinggal di dalam wilayah Wei, Wu dan Shu masing-masing berpopulasi 2.300.000 dan 1.940.000.Wei pada dasarnya ditakdirkan untuk menjadi yang terkuat karena memiliki prasyarat yang lebih daripada kedua negara lainnya seperti penguasaan ibu kota negara sebagai pusat kegiatan politik dan ekonomi.11

4. Dinasti Jin dan Enam Belas Negara (280 M-420 M)

Dinasti Jìn (Hanzi : 晉朝, hanyu pinyin: Jìn Cháo) (265 - 420) adalah dinasti yang mempersatukan Tiongkok setelah terpecah menjadi tiga negara pada Zaman Tiga Negara pasca Dinasti Han. Dinasti Jin bercikal bakal dari Negara Cao Wei yang kemudian dikudeta oleh keluarga Sima dari keluarga Cao.

9 Graziella Caselli, etc. Demography: Analysis and Synthesis, Four Volume Set, Volume 1-4: A Treatise in Population, (Academic Press). Hal: 34

10 http://www.id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Tiongkok Diakses pada Sabtu, 12 September 2015 Pukul 08:47 WIB

11 Terjemahan Zhou Jiwan (鄒紀萬, 1992): Zhongguo Thongshi Wei Jin Nanbei Chao Shi 中國通史魏晉南北

(13)

Keluarga Sima awalnya kepada dinasti Wei, tetapi pengaruh marga dan kekuasaan tumbuh sangat besar setelah insiden di kuburan Gaoping pada 249. Pada 265, Sima Yan memaksa kaisar Cao Huan Wei untuk turun takhta kepadanya, berakhirlah dinasti Wei dan mulai dinasti Jin (sebagai Kaisar Wu). Dia bernama dinasti setelah keadaan Jin dari Periode Musim Semi dan Gugur yang pernah menguasai daerah rumah keluarga Sima's Wen di Henei (sekarang Daerah Wen, Henan). Dari tahun 265 M hingga tahun 316 M Dinasti Jin beribu kota di Luoyang dan karena itu secara historis dikenal sebagai Dinasti Jin Barat.

Berdirinya Dinasti Jin Barat, Wu dari Jiangdong satu-satunya kerajaan yang masih tersisa dari Zaman Tiga Negara yang mulai mengalami kemunduran. Pada tahun 279 M Kaisar Wu dari Jinmeluncurkan serangan ke ibu kota Wubersama 200.000 pasukan.12 Pada 280, Jin Wu menaklukkan Timur dan Tiongkok yang bersatu, tetapi konflik internal, korupsi, dan kekacauan politik dinasti cepat melemah, dan unifikasi hanya berlangsung sepuluh tahun. Setelah munculnya kaisar Jin kedua, Kaisar Hui, pangeran berbagai kekaisaran berusaha merebut kekuasaan dalam Perang menghancurkan Delapan Pangeran. Pemberontakan Wu Hu diikuti, di mana sejumlah besar pengungsi melarikan diri ke selatan, sementara utara dihuni oleh berbagai suku nomaden. Hal ini menandai berakhirnya Dinasti Jin Barat pada tahun 316 ketika dewan Jin diungsikan ke wilayah selatan Sungai Huai, dan awal dari Jin Timur dan periode 16 Negara.

Pada tahun 317 M, Sima Rui naik tahta di Jiankang, menggunakan nama kaisar Yuan, dan dengan demikian menghidupkan kembali Dinasti Jin. Ia juga menjadikan Jiankang menjadi ibu kota kekaisaran. Untuk membedakan dengan Dinasti Jin Barat yang didirikan oleh Sima Yan para sejarawan menyebutnya Dinasti Jin Timur.13

5. Dinasti Nanbei / Utara dan Selatan (420-589)

Didirikannya Dinasti Song Selatan oleh Liu Yu (Kaisar Wu) pada tahun 420 Masehi mengakhiri 103 tahun kekuasaan Dinasti Jin Timur. Dengan penyatuan Tiongkok Utara di bawah Kaisar Taiwu dari Dinasti Wei Utara sembilan belas tahun kemudian, Tiongkok secara efektif terbagi menjadi utara dan selatan. Tiongkok selatan menyaksikan pemerintahan empat dinasti secara berturutan: Song, Qi, Liang,

12 Op Cit, hlm 359.

(14)

dan Chen. Di Utara, Wei Utara kemudian terpecah menjadi Wei Timur dan Wei Barat. Ini kemudian masing-masing digantikan oleh Qi Utara dan Zhou Utara. Periode ini dikenal sebagai Zaman Dinasti-Dinasti Selatan dan Utara.14

6. Dinasti Sui (589 M-618 M)

Dinasti Sui [隋朝] (Tahun 581 M–618 M) merupakan salah satu Dinasti yang berumur pendek dalam sejarah Tiongkok. Dinasti Sui hanya memerintah sekitar 38 tahun dan hanya memiliki 2 kaisar yaitu kaisar Sui Wen Di [隋文帝] dan Sui Yang Di [隋炀]. Dinasti Sui juga merupakan Dinasti yang mempersatukan kembali daratan Tiongkok dari perpecahan pada zaman Nan Bei Chao (Dinasti Selatan Utara) yang terdiri dari puluhan kerajaan setelah runtuhnya Dinasti Jin.

Karena adanya perpecahan dan peperangan yang sering terjadi di Nan Bei Chao (Dinasti Selatan Utara), perekonomian dan perpolitikan di zaman tersebut sangat kacau dan lemah. Yang Jian [杨坚] sebagai seorang menteri besar dalam Kerajaan Zhou Utara kemudian memaksa Kaisar Zhou Utara yaitu Zhou Jing Di [周静帝] yang masih berusia muda tersebut memberikan tahta kekaisaran kepadanya sehingga pada tahun 581 Yang Jian menobatkan dirinya menjadi Kaisar. Karena Yang Jian merupakan kepala negara adipati Sui, maka Yang Jian menggantikan nama

Dinastinya menjadi Dinasti Sui dan beribukota di Chang’an. Yang Jian adalah Kaisar pertama Dinasti Sui dengan gelar Kaisar Sui Wen Di [隋文帝].

Tidak lama setelah naik tahta. Yang Jian menyuruh membangun ibu kota baru

di Luoyang, yang selanjutnya dikenal sebagai Dongdu (“Ibu Kota Timur”), dan

memerintahkan pembangunan Kanal Besar, yang menghubungkan Tiongkok Utara dan Selatan. Proyek-proyek ini bertujuan untuk mempertkuat kontrol politiknya atas seluruh negeri, mempermudah pengangkutan bahan-bahan dan barang-barang dari Tiongkok tenggara ke Utara, serta memanjakan kebiasaannya mencari kesenangan pribadi.15

14 Terjemahan Lin Handa & Cao Yuzhang , “ Tales from 5000 Yea rs of Chinese History, Volume II”, Indonesia Version@ Kisah-kisah dari 5000 Tahun sejarah Cina, Jilid 2 (Jakarta, April 2014), hlm 1.

(15)

7. Dinasti Tang (618 M-907 M)

Dinasti Tang dari (618 - 907 M) adalah Dinasti yang didirikan oleh Li Yuan

yang pada saat itu merupakan kepalanegara Adipati “Tang” dibawah pemerintahan

Dinasti Sui. Dinasti Tang berhasil membawa Tiongkok menjadi sebuah Negara yang makmur dan sejahtera dengan perekonomian yang kuat dan mejadi salah satu Dinasti yangberpengaruh sepanjang sejarah Tiongkok.

Setelah Dinasti Tang berdiri keadaan tidaklah langsung aman. Selama kurang lebih enam tahun kekacauan yang diakibatkan oleh pertikaian antar berbagai fraksipun berkecamuk. Li Yuan dengan dibantu puteranya Li Shimin berjuang keras untuk memulihkan perdamaian. Usaha ini akhirnya berhasil dan meletakkan dasar bagi kestabilan politik di sepanjang sejarah Dinasti Tang.

Li Yuan adalah seorang yang berbelas kasih, ia menjamin kelangsungan hidup para keluarga raja Dinasti Sui. Pada tahun 626 ia turun tahta dan digantikan oleh puteranya, Li Shimin, yang bergelar Kaisar Tang Taizong (626 – 649). Di bawah pemerintahan Taizong, Tiongkok menjadi negara adikuasa. Dengan kecerdasannya dalam bidang politik yang mengkombinasikan kekuatan militer dan diplomasi, serta memecah belah suku-suku di sekitarnya, ia menjadikan Tiongkok sebagai negara terkuat di Asia Utara. Ia menghancurkan sepenuhnya kekuatan suku – suku Turki Timur dan berhasil menguasai Daerah Ordos serta Mongolia Dalam.

Pada masa kekuasaan Taizong hubungan antara timur dan barat makin terbuka dan Chang-an, ibu kota Dinasti Tang menjadi kota terbesar dan termegah pada jamannya. Salah satu prestasi terkenal pada masa kini adalah perjalanan Bhikshu Xuanzang (kembali ke Chang-an pada tahun 645) untuk mengambil kitab suci Tripitaka di India, dimana perjalanan ini mengandung semangat penjelajahan yang baru menghinggapi bangsa barat sekitar 600 tahun kemudian. Rute perjalanannya mirip dengan rute Marcopolo, sehingga Xuanzang terkadang disebut sebagai Marcopolonya Tiongkok.

(16)

Hasil karya tersebut menunjukkan betapa majunya Tiongkok di dalam seni pengolahan dan pengecoran logam. Ilmuwan terkenal pada masa Xuanzong adalah Yixing (683 – 727), yang sekaligus merupakan seorang Bhikshu Buddha. Ia adalah orang pertama yang menghitung panjangnya garis bujur bumi dan penemu sebuah alat yang khusus dipergunakan untuk mengukur panjang lingkaran garis bujur. Yixing juga merupakan penterjemah beberapa kitab-kitab suci Buddhis dari Bahasa Sansekerta ke Bahasa Mandarin (antara lain Kitab Mahavairocana Sutra) sehingga memperkaya kesusasteraan Tiongkok.

Kaisar-kaisar Dinasti Tang setelah Xuanzong merupakan kaisar-kaisar yang lemah dan masa akhir Dinasti Tang ditandai dengan kekacauan dan pemberontakan. Salah satu pemberontakan terbesar yang menggoyahkan Dinasti Tang adalah pemberontakan An Lushan yang berlangsung hingga tahun 763 selama pemerintahan dua kaisar, yakni Suzong (756 – 762) dan Daizong (762 – 779). Pemberontakan ini menyita kekayaan dan kekuatan Dinasti Tang. Kelemahan Dinasti Tang ini tidak disia-siakan oleh Bangsa Tibet yang berulang kali menyerang Tiongkok hingga tahun 777. Hingga menjelang akhir hayatnya, para kaisar terakhir Dinasti Tang gagal untuk mempertahankan kekuasaannya atas para gubernur setempat. Bahkan jarang dari para kaisar tersebut yang memerintah lebih dari 15 tahun. Salah seorang dari para gubernur yang makin kuat tersebut, Zhu Wen, membunuh Kaisar Zhaozong (888 ¡V 904), serta mengangkat putera kesembilannya, Aidi (904 – 907) sebagai kaisar boneka. Namun pada akhirnya ia sendiri mengangkat dirinya sebagai kaisar serta memproklamasikan berdirinya Dinasti Liang Akhir, sehingga berakhirlah Dinasti Tang.

Pada tahun 907 Masehi, Zhu Wen sebagi kaisar terakhir menurunkan jabatannya kepada Kaisar Zjaoxuan dari tahta dan menyatakan dirinya sendiri sebagai Kaisar. Ia menamai dinasti barunya Liang, dan mendirikan Ibu kota baru di Bian (Kaifeng masa kini, di provinsi Henan). Dengan demikian, si penghianat Zhu Wen menajdi Kaisar Taizu dari Liang dan tamatlah riwayat Dinasti Tnag yang memerintah Tiongkok selama hampir tiga ratus tahun.16

(17)

8. Lima Dinasti dan Sepuluh Negara (907 M-960 M)

Zaman Lima Dinasti, dan Sepuluh Negara (Hanzi: 五代十國 atau 五代十国,

hanyu pinyin: Wudai Shiguo) (907 - 960 M) adalah sebuah zaman di mana Tiongkok terpecah-pecah menjadi lima dinasti yang sambung menyambung, dan sepuluh negara kecil-kecil lainnya. Zaman ini merupakan penghujung Dinasti Tang, dan awal dari Dinasti Song.

Dalam lima dasawarsa menyusul didirikannya Dinasti Liang oleh Zhu Wen, lims dinasti berusia pendek bergantian memerintah di Dataran Tengah Tiongkok. Mereka adalah dinasti-dinasti Liang, Tang, Jin, Han, dan Zhou (yang dalam sejarah dikenal sebagai Liang Akhir, Tang Akhir, Jin Akhir, Han Akhir, dan Zhou Akhir, untuk membedakan mereka dari dinasti-dinasti sebelumnyayang bernama sama), yang secara kolektif dikenal sebagai Lima Dinasti. Selama periode Lima Dinasti, terdapat sembilan pemerintahan separatis (Shu, Awal, Wu, Min, Wuyue, Chu, Han Selatan, Nanping, hu Akhir, dan Tang Selatan) pada waktu yang berbeda di selatan dan di daerah Bashu, yang dengan berbagai cara dipimpin oleh Kaisar atau raja yang memproklamirkan diri mereka sendiri. Bersama Han Utara di utara, pemerintahan-pemerintahan ini secara kolektif disebut Sepuluh Kerajaan oleh karena itu Periode Lima Dinasti juga disebut Periode Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan.17

9. Dinasti Song, Liao, Jin, Sera Xia Barat (960 M-1279 M)

Antara tahun 960 hingga 1279, Tiongkok dikuasai oleh beberapa dinasti. Pada tahun 960, Dinasti Song (960-1279) yang beribu kota di Kaifeng menguasai sebagian besar Tiongkok dan mengawali suatu periode kesejahteraan ekonomi. Wilayah Manchuria (sekarang dikenal dengan Mongolia) dikuasai oleh Dinasti Liao (907-1125) yang selanjutnya digantikan oleh Dinasti Jin (1115-1234). Sementara itu, wilayah barat laut Tiongkok yang sekarang dikenal dengan provinsi-provinsi Gansu, Shaanxi, dan Ningxia dikuasai oleh Dinasti Xia Barat antara tahun1032 hingga 1227.18

17 Ibid hlm: 132

(18)

10. Dinasti Yuan (1279 M-1368 M)

Dinasti Yuan [元朝] (Tahun 1271 M-1368 M) merupakan Dinasti pertama yang didirikan oleh Suku Minoritas yaitu Suku Mongol dan juga merupakan satu-satunya Dinasti dalam Sejarah Tiongkok yang memiliki wilayah kekuasaan terbesar. Wilayah kekuasaannya meliputi seluruh wilayah daratan Tiongkok hingga sampai ke Wilayah Asia Barat.

Sekitar abab ke 12, Suku Mongol muncul seorang pemimpin besar yang bernama Tie Mu Zhen [铁木真] yang berhasil mempersatukan kelompok-kelompok Suku Mongol ke dalam satu kesatuan Bangsa Mongolia dan membentuk Kerajaan Mongolia dibagian Utara Tiongkok. Tahun 1206, Tie Mu Zhen diangkat menjadi Raja Bangsa Mongolia dengan gelar Genghis Khan (Cheng Ji Shi Han [成吉思汗] yang artinya adalah Raja (Khan) dari segala-galanya.

Selama pemerintahan Kaisar Shizu dan Yuan, khanate Mongol yang luas, yang didirikan Genghis Khan, dinagi menjadi empat bagian untuk memperkuat kekuasaannya di dalam negeri (Wilayah Tiongkok) dengan Kaisar Yuan yang juga bergelar Khan Agung memerintah keempat Khanate tersebut. Dinasti Yuan membagi warga negaranya menjadi bagian, yaitu Suku Mongol, Se Mu Ren [色目人] (Suku Xi Xia, Persia), Suku Han Utara dan Suku Han Selatan. Dalam kebijakan pembagian wilayah ini, Suku Han merupakan Suku yang paling rendah dalam Dinasti Yuan. Oleh karena itu, saat pemerintahaan Dinasti Yuan, banyak mengalami perlawanan dari Suku Han tetapi setiap perlawanan maupun pemberontakan dapat dibasmi oleh Militer Dinasti Yuan. Pada masa itu, Tiongkok adalah bangsa yang paling kuat dan kaya di dunia, sebuah magnet kuat yang menarik banyak utusan, pedagang, dan pelancong datang ke sana untuk mengunjungi negeri dengan kekayaan yang luar biasa itu. Salah satu yang paling termahsyur di antara mereka adalah Marco Polo.

Pada akhir-akhir kekuasaan Dinasti Yuan, Kaisar-kaisar Dinasti Yuan menjadi hidup berfoya-foya dan hidup dalam segala kemewahan. Untuk mememenuhi kebutuhan tersebut, Pemerintah Dinasti Yuan menambahkan jenis-jenis Pajak baru dan menaikan Pajak-pajak yang telah ada terutama terhadap Suku Han.

(19)

di Henan [河南] yang dipimpin oleh Zhao Chou Si [赵丑厮] dan Guo Pu Sa [郭菩

萨] merupakan awal dari kehancuran Dinasti Yuan. 19

11. Dinasti Ming (1368 M-1644 M)

Dinasti Ming [明朝] (Tahun 1368 – 1644 M) adalah Dinasti yang didirikan oleh Suku Han setelah meruntuhkan kekuasaan Suku Mongol yang mendirikan Dinasti Yuan di daratan Tiongkok. Pada Tahun 1368 bulan 8, Dinasti Yuan dinyatakan berakhir setelah Pasukan Militer Zhu Yuan Zhang [朱元璋] yang dipimpin oleh Jenderal Xu Da dan Jenderal Chang Yu Chun berhasil memasuki Kota Dadu (Bei Jing) Ibukota Dinasti Yuan. Pada Tahun yang sama, Zhu Yuan Zhang menobatkan dirinya menjadi Kaisar dengan Gelar Kaisar Ming Tai Zu [明太祖] dan menyebutkan Dinasti yang baru didirikannya tersebut menjadi Dinasti Ming dengan nama pemerintahannya Hong Wu [洪武] dan beribukota di Ying Tian (sekarang di daerah Nan Jing).

Selama masa Dinasti Ming, pembangunan terakhir Tembok Besar Tiongkok selesai dilaksanakan, sebagai usaha perlindungan bagi Tiongkok atas invasi dari bangsa-bangsa asing. Meskipun pembangunannya telah dimulai pada masa sebelumnya, sesungguhnya sebagian besar tembok yang terlihat saat ini adalah yang telah dibangun atau diperbaiki oleh Dinasti Ming. Bangunan bata dan granit telah diperluas, menara pengawas dirancang-ulang, serta meriam-meriam ditempatkan di sepanjang sisinya.

Dalam operasi-operasi militer untuk mempersatukan Tiongkok, Kaisar Taizu mengandalkan para jenderal yang gagah berani dan paham akan pertempuran untuk merebut kota-kota baginya dan memperluas wilayahnya. Ia melibatkan para penasihat untuk membantunya merumuskan strategi dan merencanakan taktik. Liu Ji adalah salah satu yang paling terkemuka.

Di akhir-akhir masa Dinasti Ming dibawah pemerintahaan Kaisar Ming Shen Zong [明神宗], kondisi perpolitikan menjadi sangat kacau. Pada tahun 1573, Kaisar Ming Shen Zong memerintahkan Zhang Ju Zheng [张居正] sebagai Sekretaris Jenderal untuk melakukan reformasi terhadap kondisi perpolitikan dan perekonomian yang makin memburuk ini. Zhang Ju Zheng mengukur ulang semua

(20)

tanah milik Negara dan menaikan pajak Negara. Hal ini mendapat perlawanan yang luar biasa dari para bangsawan, tetapi Zhang Ju Zheng tidak mempedulikannya dan terus melakukan reformasi di Dinasti Ming. Zhang Ju Zheng juga memperbaiki pengairan Sungai Huang He sehingga sektor pertanian dapat berkembang dengan baik. Zhang Ju Zheng juga memecat pegawai-pegawai yang tidak produktif dan membangun menara pemantauan musuh sehingga memperkuat pertahanan di bagian Utara. Setelah beberapa tindakan reformasi yang dilakukan oleh Zhang Ju Zheng, Dinasti Ming dapat menikmati masa yang sangat stabil di bidang perpolitikan dan perekonomian serta merupakan masa yang terbaik dan makmur setelah Kaisar Ming Ying Zong.

Setelah Masa Kaisar Ming Sheng Zong, Dinasti Ming mengalami penurunan. Pada tahun 1628, Kaisar Dinasti Ming yang terakhir naik tahta, yaitu Kaisar Ming Shi Zong [思宗] atau disebut juga Kaisar Cong Zhen [崇祯帝]. Pada Masa tersebut merupakan masa yang paling kacau dalam sejarah Dinasti Ming. Pada tahun ke-13 pemerintahan Kaisar Cong Zhen, para pemberontak yang dipimpin oleh Li Zhi Cheng [李自成] dan Zhang Xian Zhong [张献忠] masing-masing menyerang daerah Sichuan dan Henan, kekuatan para pemberontak tersebut makin hari makin membesar. Pada tahun 1664, Li Zhi Cheng berhasil memasuki Ibukota Bei Jing, Kaisar Zhong Zhen kemudian terpaksa bunuh diri di gunung Mei [煤山]. Dinasti Ming berakhir. 20

12. Dinasti Qing (1644 M-1911 M)

Dinasti Qing (Tahun 1616 – 1911 M) adalah Dinasti Kerajaan terakhir dalam sejarah Tiongkok dan juga merupakan Dinasti Kerajaan kedua yang didirikan oleh suku Minoritas. Dinasti Qing didirikan oleh suku minoritas Manchu [满族], oleh karena itu Dinasti Qing sering disebut juga Dinasti Manchu. Setelah Dinasti Qing, Tiongkok memasuki era baru dengan sistem Pemerintahan Republik.

Suku Nu Zhen[女真族] merupakan pendahulunya Suku Manchu adalah suku minoritas yang bertempat tinggal di daerah Hei Long Jiang Tiongkok dengan mata pencaharian sebagai peternak dan pemburu hewan. Pada masa akhir-akhirnya Dinasti Ming sekitar tahun 1616, Suku Nu Zhen yang dipimpin oleh Ai Xin Jue Luo – Nu Er

(21)

Ha Chi [爱新觉罗·努尔哈赤] mendirikan Kerajaan yang bernama “Hou Jin [后金]” dan menyatakan kemerdekaannya dari pemerintahaan Dinasti Ming. Meskipun Dinasti Ming berkali-kali melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Jin (Hou Jin), tetapi tidak pernah berhasil.

Pada tahun 1636, Putra Nu Er Ha Chi yang bernama Huang Tai Ji [皇太极] sebagai penerus tahta kerajaan menggantikan nama kerajaannya menjadi Qing [清] dan memulai peperangan untuk memusnahkan Dinasti Ming. Tahun Ke-17 Kaisar Ming Chong Zhen [明崇祯], Pemberontak Li Zi Cheng berhasil menduduki Ibukota Dinasti Ming yaitu Beijing dan Kaisar Ming Chong Zhen akhirnya memilih untuk bunuh diri di Gunung Mei. Militer Qing kemudian mengambil kesempatan ini dan bekerjasama dengan Jenderal Ming yang bernama Wu San Gui berhasil menduduki Ibukota Dinasti Ming dengan mudah. Pada saat itu, Huang Tai Ji telah meninggal dunia, putranya Fu Ling yang dibantu oleh Duo Er Gun memindahkan Ibukota Dinasti Qing ke Bei Jing.

Pada masa pemerintahaan Kaisar Sun Zhi [顺治] (Qing Shi Zu [清世祖]), Pemerintah Dinasti Qing melakukan pembasmian terhadap tentara Li Zi Cheng dan sisa-sisa kekuatan Militer Dinasti Ming. Pada tahun ke 18 Kaisar Sun Zhi, Wu San Gui memimpin penyerangan ke daerah Myanmar dan berhasil membasmi kekuatan terakhir Dinasti Ming. Dinasti Qing akhirnya berhasil menguasai keseluruhan Tiongkok.

Pada tahun 1644, Li Zicheng secara resmi mendirikan pemerintahannya Dinasti Shun Agung. Segera setelah itu, Li Zicheng memimpin satu juta pemberontak menyebrang Sunga Kuning untuk menyerang Beijing melalui dua rute, pasukan Li membuat kemajuan pesat dan berkumpul diluar Beijing pada masa itu. Tiga resimen terbaik Ming yang mempertahankan pinggiran ibu kota menyerah.21

Setelah Kaisar Kang Xi, penerus tahta Kekaisaran adalah Kaisar Yong Zheng [

雍正帝] yang kemudian diturunkan lagi ke Kaisar Qian Long [乾隆帝]. Kaisar Qian Long juga merupakan Kaisar yang Bijak dan terkenal dalam Sejarah Tiongkok. Dalam masa pemerintahaan Kaisar Qian Long yang berlangsung selama 60 tahun, Dinasti Qing makin kuat dan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dalam masa pemerintahan Kaisar Kang Xi, Yong Zheng dan Qian Long, Dinasti Qing

(22)

menikmati kestabilan Politik, Rakyat hidup makmur dan sejahtera sehingga dalam

sejarah masa tersebut disebut dengan “Kang Qian Sheng Shi [康乾盛世]” yaitu masa

kejayaan Kaisar Kang Xi dan Kaisar Qian Long.

Tahun 23 Kaisar Guang Xu (Tahun 1989), Kaisar Guang Xu melakukan Reformasi untuk memperbaiki kondisi Tiongkok yang makin memburuk, tetapi reformasi tersebut hanya bertahan 103 hari setelah Ibu Suri Ci Xi berhasil menahan Kaisar Guang Xu untuk tidak melakukan komunikasi dengan luar dan menangkap 6 orang pemikir reformasi. Diantaranya Kang You Wei dan Liang Qi Chao yang terpaksa harus mengungsi keluar negeri.

Setelah kegagalan Reformasi, di bagian utara Tiongkok terjadi pemberontakan Boxer [义和团运动] dengan slogan perjuangan “Mendukung Qing, Menghancurkan Asing (Fu Qing Mie Yang [扶清灭洋])”. Sekutu 8 negara yang terdiri dari Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Rusia, Jepang, Jerman, Italia dan Austria sekali lagi melakukan serangan terhadap Tiongkok dan menduduki Bei Jing. Ibu Suri Ci Xi dan Kaisar Guang Xu terpaksa melarikan diri. Setelah itu, Dinasti Qing terpaksa menandatangani Perjanjian Xin Chou [辛丑条约] yang mengharuskan pemerintah Dinasti Qing menghancurkan Pemberontakan Boxer serta ganti rugi kepada sekutu 8 negara tersebut.

Dinasti Qing makin hari makin lemah, sejumlah patriot membentuk organisasi untuk menyelamatkan bangsa dan negeri tercintanya. Diantaranya adalah Sun Zhong Shan (Sun Yat Sen) [孙中山] yang membentuk organisasi yang bernama Xing Zhong Hui [兴中会] pada tahun 1894 dengan tujuan untuk membangkitkan kembali Bangsa Tiongkok dan membentuk Negara Tiongkok menjadi Negara Republik. Tahun 1905, Sun Zhong Shan (Sun Yat Sen) mempersatukan kekuatan revolusi Tiongkok di

seluruh penjuru dunia dan membentuk Organisasi baru yang bernama “Tong Meng

Hui [同盟会]” yang kemudian berkembang menjadi Partai Nasional Tiongkok atau KuoMinTang [国民党].

(23)

Kaisar Qing dipaksa mundur. Dengan demikian pemerintahan Dinasti Qing yang berlangsung selama 295 tahun dinyatakan berakhir.

c. Tiongkok Periode Modern

1. Republik Tiongkok

Hal yang melatarbelakangi timbulnya revolusi Tiongkok demi mewujudkannuya sebuah tatanan negara yang merdeka yaitu karena Tiongkok merupakan negara yang memiliki sejarah cukup tua. Negara ini diperintah oleh berbagai dinasti. Kepala pemerintahannya disebut kaisar. Salah satu dinasti asing yang pernah menguasai Tiongkok adalah dinasti Manchu (dinasti Ching) 1644–1912 yang berasal dari Manchuria.

Nasionalisme Tiongkok tersulut setelah rakyat kecewa terhadap penguasa Manchu yang dinilai bukan dinasti keturunan Tiongkok. Kebencian itu semakin memuncak setelah bangsa Inggris mengungguli pasukan kaisar dalam Perang Candu tahun 1842. Kaisar dinilai lemah dalam bertanggung jawab atas penderitaan rakyat Tiongkok akibat penjajahan bangsa Eropa, AS dan Jepang. Akhirnya revolusi pun pecah. Kaisar Manchu tahun 1911 digulingkan oleh rakyatnya sendiri dan Tiongkok menjadi republik. Namun republik ini rapuh karena panglima perangnya saling bertikai.

Republik Tiongkok didirikan dengan Dr. Sun Yat Sen sebagai Presiden Pertamanya, beliau merupakan tokoh nasionalis Tiongkok ternama. Ia mencita-citakan Tiongkok baru yang didasarkan San Min Chu I (Tiga Sendi Kedaulatan Rakyat) yaitu nasionalisme, demokrasi dan sosialisme. Revolusi nasional di bawah pengaruhnya meletu di Wuchang 11 Oktober 1911. Mulanya revolusi ini berperan di Tiongkok Selatan, sementara Tiongkok Utara masih dikuasai orang Manchu (kaisar Pu Yi) dan para Warlord (panglima perang). Demi membentuk Tiongkok bersatu (utara dan selatan) ia rela menjadi presiden jendral Yuan Shih Kai 1911-1916 (salah satu Warlord yang berpengaruh). Sementara Dr. Sun Yat Sen mengundurkan diri ke Kanton dan mendirikan KuoMinTang (Partai Nasionalis). Antara 1916-1922 di Tiongkok terjadi kekacauan dan akhirnya dapat dipadamkan dan Dr. Sun Yat Sen menjadi preesiden sampai akhir hayatnya 1924.

(24)

bawah Kuomintang (KMT) oleh Chiang Kai-shek. Sementara itu, Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang berhaluan komunis mulai juga menancapkan pengaruhnya dan menjadi pesaing utama Kuomintang yang menimbulkan Perang Saudara Tiongkok.

Kedua partai Tiongkok ini secara nominal sempat bersatu dalam menghadapi pendudukan Jepang yang dimulai tahun 1937, yaitu selama Perang Tiongkok-Jepang (1937-1945) yang merupakan bagian Perang Dunia II. Mengikuti kekalahan Jepang tahun 1945, permusuhan KMT dan PKT berlanjut kembali setelah usaha-usaha rekonsiliasi dan negosiasi gagal mencapai kesepakatan.

Di akhir Perang Dunia II tahun 1945 sebagai bagian dari penyerahan kekuasaan Jepang, pasukan Jepang di Taiwan menyerah kepada pasukan Republik Tiongkok di bawah Chiang Kai-shek yang memegang kendali atas Taiwan. Konflik antara partai-partai Tiongkok yang dimulai sejak 1927 berakhir secara tak resmi dengan pengunduran diri Kuomintang ke Taiwan pada tahun 1949 dan menjadikan Partai Komunis Tiongkok sebagai penguasa tunggal di Tiongkok Daratan. Sampai sekarang, pemerintah yang memerintah Taiwan masih menggunakan nama resmi "Republik Tiongkok" walaupun secara umum dikenal dengan nama "Taiwan".22

2. Republik Rakyat Tiongkok

Setelah Perang Dunia II, Perang Saudara Tiongkok antara Partai Komunis Tiongkok dan Partai Nasionalis Kuomintang berakhir pada 1949 dengan pihak komunis menguasai Tiongkok Daratan dan Kuomintang mengundurkan diri ke pulau Taiwan dan beberapa pulau-pulau lepas pantai di Fujian. Pada 1 Oktober 1949, Mao Ze dong memproklamasikan Republik Rakyat Tiongkok dan mendirikan sebuah negara komunis.23 namun tidak mencoba untuk menguasai pulau Taiwan.

Para pendukung kebijakan Maoisme mengatakan bahwa di bawah Mao, persatuan dan kedaulatan Tiongkok dapat di pastikan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade terakhir, dan terdapat perkembangan infrastruktur, industri, kesehatan, dan pendidikan, yang merekapercayai telah membantu meningkatkan standar hidup rakyat. Mereka juga yakin bahwa kampanye seperti Lompatan Jauh ke

22 http://www.id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Tiongkok Diakses pada Senin, 14 September 2015 Pukul 20:53 WIB

(25)

Depan dan Revolusi Kebudayaan penting dalam mempercepat perkembangan Tiongkok dan menjernihkan kebudayaan mereka. Pihak pendukung juga ragu terhadap statistik dan kesaksian yang diberikan mengenai jumlah korban jiwa dan kerusakan lainnya yang disebabkan kampanye Mao. Mereka mengatakan bahwa kelaparan ini disebabkan musibah alam; ada juga yang meragukan jumlah kematian akibat kelaparan tersebut, atau berkata bahwa lebih banyak orang mati karena kelaparan atau sebab politis lainnya pada masa pemerintahan Chiang Kai Shek (1928-1949).

Meskipun begitu, para kritikus kebijakan Mao mengatakan bahwa pemerintahan Mao membebankan pengawasan yang ketat terhadap kehidupan sehari-hari rakyat, dan yakin bahwa kampanye seperti Lompatan Jauh ke Depandan RevolusiKebudayaan berperan atau mengakibatkan hilangnya jutaan jiwa, mendatangkan biaya ekonomi yang besar, dan merusak warisan budaya Tiongkok. Lompatan Jauh ke Depan, pada khususnya, mendahului periode kelaparan yang besar di Tiongkok yang, menurut sumber-sumber Barat dan Timur yang dapat dipercaya, mengakibatkan kematian 45 juta orang dalam waktu 4 tahun

Setelah kegagalan ekonomi yang dramatis pada awal 1960-an, Mao mundur dari jabatannya sebagai ketua umum Tiongkok. Kongres Rakyat Nasional melantik Liu Shaoqi sebagai pengganti Mao. Mao tetap menjadi ketua partai namun dilepas dari tugas ekonomi sehari-hari yang dikontrol dengan lebih lunak oleh Liu Shaoqi, Deng Xiaoping dan lainnya yang memulai reformasi keuangan.

Meskipun ada kelonggaran terhadap kapitalisme, Partai Komunis Tiongkok tetap berkuasa dan telah mempertahankan kebijakan yang mengekang terhadap kumpulan- kumpulan yang dianggap berbahaya, seperti Falun Gong dan gerakan separatis di Tibet. Pendukung kebijakan ini menyatakan bahwa kebijakan ini menjaga stabilitas dalam sebuah masyarakat yang terpecah oleh perbedaan kelas dan permusuhan, yang tidak mempunyai sejarah partisipasi publik, dan hukum yang terbatas. Parapeng kritik mengatakan bahwa kebijakan ini melanggar hak asasi manusia yang dikenal komunitas internasional, dan mereka juga mengklaim hal tersebut mengakibatkan terciptanya sebuah negara polisi, yang menimbulkan rasa takut. Tiongkok mengadopsi konstitusi pada 4 Desember 1982 yang digunakan hingga kini.24

(26)

B. Unsur-Unsur Kebudayaan Tiongkok 1. Religi

Sebelum ajaran Kong Fu Zi dan Meng Zi, bangsa Tiongkok menganut kepercayaan dewa-dewa yang dianggap memiliki kekuatan alam. Dewa-dewa yang menerima pemujaan tertinggi dari mereka adalah Feng-Pa (dewa angin), Lei-Shih (dewan angin taufan yang digambarkan sebagai naga besar), T'sai-Shan (dewa penguasa bukit suci), dan Ho-Po. Menurut kepercayaan Tiongkok kuno, dunia digambarkan sebagai sebuah segiempat yang di bagian atasnya ditutupi oleh 9 lapisan langit. Di tengah-tengah dunia itulah terletak daerah yang didiami bangsa Tiongkok yang disebut T'ien-hsia. Daerah di luar T'ien-hsia dianggap sebagai daerah kosong tempat tinggal para hantu dan Dewi Pa (penguasa musim semi).

Sistem religi ini termasuk didalamnya kepercayaan, sistem nilai, pandangan atau upacara kenegaraan. Pemujaan dan penghormatan kepada leluhur sangat di junjung tinggi oleh masyarakat Tiongkok. Anak laki-laki mempunyai kewajiban berdoa untuk arwah orang tua atau leluhur secara periodik. Sebagai penghormatan, makam leluhur dibangun di tempat yang tinggi dan subur. Bangsa Tiongkok juga percaya kepada dewa-dewa alam (dewa sungai, dewa gunung, dewa laut, dan lain-lain) serta siluman-siluman (ular, kera, babi, dan lain-lain). Dewa tertinggi adalah dewa Shang Ti (dewa angin).

Bangsa Tiongkok percaya pada banyak dewa atau Polytheisme. Mereka memuja dan menganggap dewa-dewa memiliki kekuatan alam. Dunia digambarkan sebagai bidang segiempat dan di atasnya tertutup oleh langit yang terdiri dari sembilan lapisan. Di tengah-tengah dunia yang berbentuk segiempat terletakT’ienhsia, yaitu suatu daerah yang didiami oleh bangsa Tiongkok. Daerah T’ienhsia merupakan daerah yang didiami oleh bangsa Barbar. Di luar daerah bangsa-bangsa Barbar terdapat daerah kosong dan menjadi tempat tinggal para hantu dan Dewi Pa, yang menguasai musim kemarau. Di sebelah timur dan selatan negara Tiongkok ada empat lautan besar yang disebut Su-hai. Dewadewa yang dipuja bangsa Tiongkok pada saat itu di antaranya Feng Pa (Dewa angin), Lei-Shih (Dewa Angin Topan), Tai-Shan (dewa yang menguasai bukit suci), dan lain sebagainya.

(27)

Feng Pa (dewa angin), Lei -Shih (dewa angin topan yang digambarkan sebagai naga besar), Tai Shan (dewa yang menguasai bukit suci), Ho Po (dewa penguasa sungai Hoang-Ho). Untuk memuja Ho Po setiap tahun diadakan upacara yang dipimpin oleh para pendeta perempuan dengan memberi sesaji berupa gadis tercantik di Tiongkok yang diterjunkan di sungai Hoang Ho tersebut.

Pegunungan, sungai-sungai, dan angin semuanya merupakan dewa-dewa yang penting. Dewa –dewa alam ini milik Bumi, yang merupakan imbangan ilahiah dari Di, Dewa Langit. Karena mereka bisa mempengaruhi panen, mereka ditundukkan dan dibujuk dengan sesajian. Akan tetapi yang lebih penting adalah leluhur kerajaan, yang kultusnya merupakan inti agama Shang.25

Shang percaya bahwa ruh orang mati bisa jadi berbahaya; jadi, sanak saudara mengubur orang yang meninggal di dalam peti mati kayu yang tebal, menghiasi jasad mereka dengan permata hijau lumut, dan menyumpal semua lubang, agar ryhnya tidak lolos keluar dan memangsa orang-orang yang masih hidup. Ritual-ritual dirancang untuk mengubah hantu yang berpotensi menimbulkan masalah ini menjadi kehadiran yang menolong dan baik hati. Orang mati diberi nama baru dan hari pemujaan khusus dengan harapan dia kini akan menjadi kebajikan yang membantu komunitas. Dengan berlalunya watu, seorang leluhur menjadi lebih kuat, sehingga dirancanglah ritual-ritual untuk membujuk orang yang baru mati agar menyampaikan permohonan mereka kepada leluhur yang lebih tinggi, yang mungkin, pada gilirannya, bisa menjadi perantara dengan Dewaa Di.26

Dewa langit adalah dewa yang mendapat pemujaan tertinggi. Masyarakat Tiongkok memuja dewa langit yang disebut Shang, karena langit adalah pemberi hujan dan panas matahari. Sedangkan bumi sebagai lahan yang menerima sinar matahari dan hujan dari langit. Sehingga masyarakat juga memuja dewi bumi. Selain pemujaan kepada dewa-dewa masyarkat Tiongkok juga memuja arwah leluhur. Upacara pemujaan dilakukan oleh anak laki-laki tertua. Kepercayaan ini tidak langsung menghilang ketika muncul filsafat seperti Lao Tse dan Kong Fu Tse yang mengajarkan berbagai tentang norma dan nilai.

Pada zaman dinasti Zhou, sama seperti pada dinasti Shang, masyarakatnya

mengadakan upacara kurban “tuan rumah” (bin) khusus setiap lima tahun dan

(28)

mengundang dewa-dewa alam dan para leluhur untuk penjamuan besar. Selama sepuluh hari, istana mengadakan persiapan yang banyak, berpuasa, membersihkan kuil, dan mengeluarkan prasasti memorial para leluhur dari ceruk mereka dan menempatkannya di halaman istana. Pada hari pesta, raja dan ratu berjalan sendiri-sendiri ke halaman, kemudian anggota keluarga raja yang lebih muda, masing-masing menampilkan sosok seorang leluhur, digiring masuk oleh pendeta, mengucapkan salam dengan hormat, dan diantar ke tempat mereka masing-masing. Hewan disembelih untuk menghormati mereka, dan ketika dagingnya sedang dimasak, para pendeta berlarian di sepanjang jalan sembari memanggil dewa-dewa

yang tersasar untuk menghadiri perjamuan itu. Pendeta meneriakkan, “Adakah kau disini? Adakah kau disini?” Musik indah mengiringi pesta itu dan setiap orang

memainkan peran mereka dengan sangat riuh. Usai perjamuan—persekutuan suci dengan para leluhur yang secara mistis hadir dalam keturunan muda mereka—himne

merayakan penyelenggaraan ritus yang sempurna itu: “setiap adat dan ritus ditunaikan,” partisipan bernyanyi, “setiap senyuman, setiap kata pada tempatnya.”

Setiap isyarat wajah, setiap gerakan tubuh, dan setiap kata yang mereka ucapkan selama bin sudah ditentukan. Para partisipan meninggalkan individualitas mereka

untuk tunduk pada dunia ritual yang ideal,” agar ritus-ritus itu dilakukan tanpa cela.” Festival itu merupakan epifani masyarakat yang suci, hidup dalam kedekatan erat dengan tuhan; setiap orang memiliki perannya yang tak tergantikan, dan dengan meninggalkan diri mereka terserap ke dalam sesuatu yang lebih besar dan lebih berani. Ritual itu secara dramatismenciptakan replika istana Langit, tempat Tuhan Tinggi, Leluhur Pertama (diwakili oleh sang raja), duduk tenang bersama para leluhur Shang dan Zhou dan dewa-dewa alam. Ruh-ruh memberkati, tetapi mereka pun tunduk pada ritual-ritual drama yang sacral. Dinasti Shang telah menggunakan riitus ini untuk memperoleh perantaraan yang baik dari para leluhur dan dewa-dewa, tetapi menjelang abad kesembilan, pelaksanaan ritus ini secara akurat dan indah menjadi lebih dipentingkan. Jika dilakukan secara sempurna, sesuatu yang ajaib akan terjadi pada para partisipan, yang member mereka kedekatan dengan harmoni ilahi.

(29)

2. Bahasa

Dr. Leo Agung S (2012: 8) Bahasa yang umum dipakai di negeri tiongkok sekarang adalah bahasa Kwo Yu, yaitu bahasa tiongkok tinggi yang asalnya dari tiongkok timur laut. Orang Manchu yang menggunakannya lebih suka menyebutnya bahasa Mandarin, sedangkan di sebelah selatan pegunungan terdapat bermacam-macam dialek, seperti dialek Kanton, Shanghai, Hokkian, Hsiang, Kwang Si dan Hainan.

Meskipun negeri tiongkok memiliki banyak bahasa daerah, penduduk dimana pun menggunakan huruf sama; dimana setiap tanda mempunyai makna tertentu. Kesatuan huruf ini besar pengaruhnya di bidang budaya, politik dan sosial di sepanjang sejarah tiongkok.27

Begitupun juga masyarakat Tiongkok sudah mengenal tulisan, yaitu tulisan gambar. Tulisan gambar itu merupakan sebuah lambang dari apa yang hendak ditunjukkan. Tulisan itu merupakan salah satu sarana komunikasi. Untuk memupuk rasa persatuan dan rasa persaudaraan, pada permulaan abad ke-20 dikembangkan pemakaian bahasa persatuan, yaitu bahasa Kuo-Yu.28

Pada zaman Dinasti Chou, aksara Tiongkok ditulis pada potongan bambu. Cara menuliskannya adalah dari atas ke bawah. Sekitar tahun 105 M, pada masa Dinasti Han ditemukan teknik pembuatan kertas yang dibuat dari campuran bubur kayu dan lem. Sehingga aksara Tiongkok kemudian ditulis di atas kertas. Penemu tersebut

bernama Tsai Lun. Adapun pada zaman Dinasti T’ang ditemukan teknik cetak (untuk

mencetak buku dan kalender).

Bangsa Tiongkok juga menemukan tik gerak (movable type) yaitu blok-blok kayu dengan huruf-huruf yang dicungkil ke luar. Dengan penemuan kertas dan alat cetak tersebut memungkinkan adanya penerbitan buku-buku dalam jumlah yang besar dan dengan harga murah. Bangsa Tiongkok termasuk bangsa yang sangat memperhatikan tulisan. Penemuan kertas dan alat cetak juga membantu penyebaran karya sastra di Tiongkok.

3. Seni

a. Tembok Besar Tiongkok (The Great Wall of Tiongkok)

(30)

Dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Chin. Namun, sebelum dinasti Chin berkuasa di Tiongkok, sebenarnya di daerah Tiongkok utara sudah dibangun dinding terpisah untuk menangkal serangan yang dilakukan oleh suku di sebelah utara Tiongkok. Pada masa pemerintahan kaisar Shih Huang TI, dinding-dinding itu dihubungkan menjadi tembok raksasa yang panjangnya mencapai 7000 kilometer dan tingginya 16 meter serta lebarnya 8 meter. Pada jarak tertentu didirikan benteng pertahan yang dijaga ketat oleh pasukan Tiongkok.

Untuk membuat tembok raksasa ini, diperlukan waktu ratusan tahun di zaman berbagai kaisar. Semula, diperkirakan Qin Shi-huang yang memulai pembangunan tembok itu, namun menurut penelitian dan catatan literatur sejarah, tembok itu telah dibuat sebelum Dinasti Qin berdiri, tepatnya dibangun pertama kali pada Zaman Negara-negara Berperang. Kaisar Qin Shi-huang meneruskan

pembangunan dan pengokohan tembok yang telah dibangun

sebelumnya.Sepeninggal Qin Shi-huang, pembuatan tembok ini sempat terhenti dan baru dilanjutkan kembali di zaman Dinasti Sui, terakhir dilanjutkan lagi di zaman Dinasti Ming. Bentuk Tembok Raksasa yang sekarang kita lihat adalah hasil pembangunan dari zaman Ming tadi. Bagian dalam tembok berisi tanah yang bercampur dengan bata dan batu-batuan. Bagian atasnya dibuat jalan utama untuk pasukan berkuda Tiongkok. Tembok raksasa ini dibangun dalam waktu 18 abad lamanya dan selesai pada masa kekuasaan Dinasti Ming (abad ke-17 M). Tembok Raksasa Tiongkok dianggap sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia. Pada tahun 1987, bangunan ini dimasukkan dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.

b. Kuil

Salah satu kuil yang terkenal di Tiongkok bernama Kuil Dewa Beijing. Terbuat dari batu pualam yang dikelilingi tiga pelataran yang amat indah serta di bagian tengah terdapat tangga yang terbuat dari batu pualam pilihan. Atap bangunan dibuat berlapis tiga menurut kepercayaan masyrakat Cina, tangga ini merupakan tangga untuk roh-roh leluhur.

c. Istana

(31)

d. Museum of the Terracotta Army

Salah satu makam Kaisar Dinasti Qin yang bernama Qin Shi Huang satu dari peninggalan terhebat saat menggali sumur dekat gunung Li di Provinsi Shaanxi, Tiongkok Terletak sekitar 25mil (40 kilometer) di Timur Xi’an ada sekitar 8.099 Terakotta. Selain patung prajurit, juga terdapat kereta kuda, senjata, termasuk akrobat untuk menhibur Qin di alam kubur. Banyak ahli berpendapat bahwa pasukan terakotta tersebut dikuburkan bersama kaisar Tiongkok pertama untuk melindunginya di alam akhirat dan ingin di sembunyikan. Kini, patung pasukan terakota misterius yang merupakan salah satu keajaiban dunia ini menarik sekita jutaan wisatawan setiap tahun.

e. Seni Kerajinan

Seni kerajinan tiongkok kuno adalah lukisan dan keramik, keramik merupakan ciri khas dan hasil karya masyrakat tiongkok. Pembuatan keramik mengandung jiwa seni, karena pada benda-benda keramik terdapat berbagai macam bentuk hiasan seperti guci keramik yang dihiasi dengan seekor naga atau dihiasi dengan gambar-gambar hewan maupun tumbuhan.

4. Ekonomi

Di Lembah Sungai Hwang-Ho yang subur ini, pada tahun 2500 SM, tumbuh peradaban manusia yang didukung oleh bangsa Han. Bangsa tersebut merupakan campuran ras Mongoloid dengan ras Kaukasoid. Menurut cerita, pada sekitar 1800-1600 SM di Lembah Sungai Hwang-Ho telah berdiri pemerintahan Dinasti Hsia dengan dasar budaya perunggu, tetapi masyarakatnya belum mengenal tulisan.

Nama bangsa Han diambil dari nama dinasti yang pernah memerintah pada 206SM-221M. Orang Tiongkok juga menyebut dirinya dengan bangsa Tang, mengambil dari nama dinasti yang pernah memerintah pada 618M-906M dengan gilang gemilang.

(32)

yang muncul dan berkembang dilembah Sungai Kuning adalah seni lukis, keramik, kuil, dan istana. Perkembangan seni lukis terlihat dari banyaknya lukisan hasil karya tokoh ternama yang menghiasi istana dan kuil. Lukisan yang dipajang umumnya berupa lukisan alam semesta, lukisan dewa-dewa, dan lukisan raja yang pernah memerintah. Keramik Tiongkok merupakan hasil kebudayaan rakyat yang bernilai sangat tinggi dan menjadi salah satu komoditi perdagangan saat itu. Rakyat Tiongkok menganggap bahwa kaisar atau raja merupakan penjelmaan dewa sehingga istana untuk sang raja dibangun dengan indah dan megah. Hasil kebudayaan Tiongkok yang terkenal hingga saat ini adalah Tembok Besar Tiongkok yang dibangun pada masa Dinasti Qin untuk menangkal serangan dari musuh di bagian utara Tiongkok. Kaisar Qin Shi Huang menghubungkan dinding-dinding pertahanan yang telah dibangun tersebut menjadi tembok raksasa dengan sepanjang 7000 km.

Misalnya Pada bagian hilir dari Sungai Kuning, terdapat dataran rendah Tiongkok yang subur dan merupakan pusat kehidupan bangsa Tiongkok. Masyarakat Tiongkok umumnya bercocok tanam gandum, padi, teh, jagung, dan kedelai. Kegiatan pertanian Tiongkok Kuno memang sudah dikenal sejak zaman Neolitikum (5000 SM) dan tanaman pangan utama yang ditanam adalah padi. Pada zaman perunggu, prioritas pokok dalam pertanian rakyat Tiongkok adalah padi, teh, kacang kedelai, dan rami. Kegiatan pertanian mengalami kemajuan pesat dalam pemerintahan Dinasti Qin (221-206 SM). Di masa itu, masyarakat Tiongkok telah menerapkan sistem pertanian yang intensif dengan penggunaan pupuk, irigasi yang baik, dan perluasan lahan gandum.

Pada daerah yang subur itu masyarakat Tiongkok hidup bercocok tanam seperti menanam gandum, padi, teh, jagung dan kedelai. Pertanian Tiongkok kuno sudah dikenal sejak zaman Neolitikum, yakni sekitar tahun 5000 SM. Kemudian pada masa pemerintahan Dinasti Chin (221-206 SM) terjadi kemajuan yang mencolok dalam sistem pertanian. Pada masa ini pertanian sudah diusahakan secara intensif. Pupuk sudah dikenal untuk menyuburkan tanah. Kemudian penggarapan lahan dilakukan secara teratur agar kesuburan tanah dapat bertahan. Irigasi sudah tertata dengan baik. Pada masa ini lahan gandum sudah diusahakan secara luas.

5. IPTEK

(33)

karena sistem pertanian, pelayaran, dan usaha lainnya memerlukan informasi tentang pergantian dan perputaran musim.

Ilmu astronomi digunakan untuk:

1. Menentukan penanggalan yang didasarkan pada peredaran bulan; 2. Meramal masa depan manusia dan masa depan Negara.

3. Mengetahui saat terjadinya gerhana matahari dan bulan; dan

4. Mengetahui perputaran atau pergantian musim yang erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat seperti pertanian.

Perkembangan teknologi masyarakat Tiongkok kuno terlihat dari pembuatan barang-barang perdagangan seperti barang tambang dan hasil olahannya berupa perabot rumah tangga, senjata, perhiasan, dan alat pertanian. Tiongkok kaya akan barang tambang seperti batu bara, besi, timah, emas, wolfarm, dan tembaga.

Bumi Tiongkok mengandung berbagai barang tambang seperti batu bara, besi, timah, wolfram, emas dan tembaga, yang sebagian besar terdapat di daerah Yunan. Pembuatan barang-barang seperti perhiasan, perabotan rumah tangga, alat-alat senjata seperti pisau, pedang, tombak, cangkul, sabit dan lain-lain, menunjukan tingginya tingkat perkembangan teknologi masyarakat Tiongkok pada saat itu.

6. Sosial

Secara social kemasyarakatan, terlihat pada dinasti Shang (yang nanti akan dijelaskan kemudian), namun yang jelas bahwa ini bukanlah masyarakat egalitarian. Shang menunjukkan kesenangan luar biasa pada hierarki dan peringkat yang akan menjadi salah satu ciri khas peradaban Tiongkok. Sebagai putra Di, sang raja berada di puncak pirmida feodal, sendirian di kastanya. Peringkat selanjutnya adalah para pangeran kerajaan, penguasa berbagai kota Shang, di bawah mereka adalah kepala keluarga-keluarga terhormat yang memegang jabatan di istana, dan para bangsawan yang memperoleh pendapatan dari wilayah pedesaan di luar dinding-dinding kota. Akhirnya, pada bagian dasar piramida feodal, adalah rakyat biasa, kasta prajurit.29

Kehidupan kota kaum terhormat Dinasti Shang nyaris sama sekali tidak punya kesamaan dengan kehidupan komunitas petani yang menanami tanah itu. Kaum aristocrat menganggap mereka hamper bukan manusia, namun seperti kaum barbar, petani juga punya pengaruh yang terus bertahan pada budaya Tiongkok. Para petani ini mengidentifikasi diri dengan tanah, dan masyarakat mereka diatur oleh

(34)

pembedaan antara musim dingin dan musim panas. Pada musim semi, musim bekerja dimulai. Kaum lelaki bergerak ke luar desa dan mendirikan pondok-pondok permanen di lading; selama musim bekerja mereka tidak ada kontak dengan istri dan anak perempuan mereka, kecuali ketika kaum perempuan itu membawakan makanan mereka. Setelah panen, tanah itu diistirahatkan dan para pria kembali ke rumah. Mereka menutup tempat tinggal mereka dan terus berada di dalam rumah selama musim dingin. Ini merupakan periode sabbatical, untuk bersitirahat dan menyembuhkan diri, tetapi kaum wanita yang tidak punya banyak pekerjaan selama musim panas, kini memulai musim bekerja mereka, seperti menenun, memintal, dan membuat minuman anggur.

Pergantian ini mungkin telah berkontribusi pada konsep Yin dan Yang Tiongkok. Yin adalah aspek perempuan dari realitas. Seperti kaum perempuan petani, musimnya adalah musim dingin, aktifitasnya bersifat ke dalam, dan dilakukan di dalam tempat-tempat yang gelap dan tertutup. Yang adalah aspek laki-laki, aktif pada musim panas dan siang hari, ia merupakan kekuatan yag bersifat ke luar dan hasilnya berlimpah. 30

7. Politik

Dalam perjalan sejarahnya, ada dua macam sistem pemerintahan yang pernah dianut dalam kehidupan kenegaraan Tiongkok kuno, yaitu: Sistem Pemerintahan Feodal, dalam masa pemerintahan ini, kaisar tidak menangani langsung urusan kenegaraan. Kondisi ini berlatar belakang bahwa kedudukan kaisar bersifat sakral. Kaisar dihormati sebagai utusan atau bahkan anak dewa langit, sehingga tidak layak mengurusi politik praktis. Sistem Pemerintahan Unitaris, kaisar berkuasa mutlak dalam memerintah. Kekuasaan negara berpusat di tangan kaisar, sehingga kaisar campur tangan dalam segala urusan politik praktis.

Sejarah mencatat terdapat banyak dinasti yang membangun Tiongkok menjadi bangsa besar, Tiongkok pun memasuki fase pasang surut kekuasaan, tercerai berai, dan mencapai puncak kekuasaannya. Secara umum, pusat kekuasaan dinasti di Tiongkok berada di bagian utara , pada sebuah lembah dimana aliran sungai Hwang Ho di utara bertemu dengan sungai Yang Tse di selatan. Sebagai contoh, misalnya pada masa pemerintahan Dinasti Xia (s. 2200-1600). Tidak ada bukti arkeologis atau documenter tentang Xia, tetapi ada kemungkinan ada semacam kerajaan di dataran

(35)

luas itu pada akhir millennium ketiga. Peradaban datang dengan lambat dan penuh rintangan ke Tiongkok. Dataran luas itu terisolasi dari wilayah-wilayah sekelilingnya oleh pegunungan tinggi dan tanah berawa yang tak dapat dihuni. Iklimnya keras, dengan musim panas yang memanggang dan musim dingin yang menusuk tulang, ketika koloni itu diserang oleh angin berpasir yang membekukan. Sungai kuning sulit untuk dinavigasi dan gampang meluap. Para pemukim awal harus menggali kanal-kanal untuk mengeringkan tanah berawa dan membangun tanggul agar banjir tak menghancurkan lading-ladang. Orang Tiongkok tidak punya ingatan sejarah tentang orang-orang yang telah menciptakan karya-karya kuno ini, tetapi mereka menyampaikan berbagai kisah tentang raja feodal yang pernah memerintah kekaisaran Tiongkok sebelum Xia, dan yang membuat wilayah pinggiran dapat ditinggali. Huang Di, kaisar Kuning telah melawan monster dan menetapkan perjalanan matahari, bulan, bintang. Shen Nong telah menemukan pertanian, dan pada abad kedua puluh tiga, Kaisar Yao dan Shun yang bijak telah membangun masa keemasan perdamaian dan kemakmuran. Selama pemerintahan Shun, tanah itu dilanda banjir bandang, dan Shun memerintahkan Yu, kepala bagian pekerjaan umumnya, untuk memecahkan persoalan tersebut. Selama tiga belas tahun, Yu membangun kanal-kanal, menjinakkan rawa-rawa, dan menggiring sungai-sungai ke laut, sehingga mereka mengalir dengan cara yang teratur bagaikan tuan-tuan pergi ke resepsi besar. Berkat upaya Yu yang bertindak seperti Hercules, orang-orang bisa menanam padi dan gandum. Kaisar Shun begitu terkesan sehingga dia mengatur agar Yu menjadi penggantinya, dan begitulah Yu menjadi pendiri Dinasi Xia.31

Referensi

Dokumen terkait

Commitment to shareholder value will be ensured through the mechanisms of Good Corporate Governance (GCG). Based on the argument substitution, dividend payments may have an

Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui dua cara yaitu : Tes tertulis dan Observasi. Teknik analisis

[r]

Pencatatan rekam medis dan proses perhitungan biaya, mulai dari pendaftaran, tindakan di poliklinik, tindakan penunjang berupa tes laboratorium maupun radiologi serta

Namun pemberian nomor batch hanya pada muka dus dokumen, peletakkan dokumen yang tersebar di berbagai ruang, tidak adanya pengaturan dalam perpindahan/ sirkulasi dokumen,

Dalam Penelitian ini diharapkan dapat diketahui tujuan penelitian, yaitu: (1) Mengetahui kualitas pelayanan Internet banking PT Bank XYZ terhadap loyalitas nasabah;

Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan (error) dalam jaringan apabila ada user lain yang di saat bersamaan sedang berkomunikasi dengan kita lewat jaringan. Di dalam

Laba yang diperoleh koperasi sering disebut sisa hasil usha (SHU), laba tersebut akan dikembalikan ayau dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa-jasanya. Akan