• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI STANDARD MINIMUM RULES FOR THE TERATMENT OF PRISONERS DALAM PENEMPATAN NARAPIDANA DI SUMATERA BARAT ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI STANDARD MINIMUM RULES FOR THE TERATMENT OF PRISONERS DALAM PENEMPATAN NARAPIDANA DI SUMATERA BARAT ARTIKEL"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI

STANDARD MINIMUM RULES

FOR THE TERATMENT OF PRISONERS

DALAM PENEMPATAN NARAPIDANA DI SUMATERA BARAT

ARTIKEL

R O S I T A

NPM : 1310018412021

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

(2)

IMPLEMENTASISTANDARD MINIMUM RULES FOR THE TERATMENT OF PRISONERS

DALAM PENEMPATAN NARAPIDANA DI SUMATERA BARAT

Rosita, Uning Pratimaratri, Deaf Wahyuni Ramadhani,

Program Studi Ilmu Hukum, Pascasarjana Universitas Bung Hatta e-mail:Sitalawyer888@gmail.com / Pratimaratri2003@yahoo.com

ABSTRAK

Aturan Minimum Standar tentang Penanganan Tahanan diadopsi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa yang pertama tentang pencegahan Kejahatan dan Perlakuan pelaku kejahatan, yang diadakan di Jenewa pada tahun1995, dan disetujui oleh Dewan Ekonomi dan Sosial melalui resolusi 663 C (XXIV) Tertanggal 31 Juli 1957 dan resolusi 2076 (LXII) tertanggal 13 Mei 1977 yang berlaku secara Internasional, secara Nasional diatur dengan Undang-undang Pemasyarakatan, dilaksanakan dengan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Hukum dan HAM, tetapi pelaksanaanya belum sesuai dengan aturan minimum standar. Permasalahan dalam penelitian ini: (1) Bagaimanakah Implementasi Standard Minimum Rules for the Treatment of Prisoners tentang penempatan narapidanan penempatan narapidana di Sumatera Barat?. (2).. Apakah kendala yang dihadapi Lembaga Pemasyarakatan dalam penempatan narapidana di Sumatera Barat..Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis Sosiologis, menggunakan data primer dan sekunder. Data dikumpulkan melalui wawancara, studi dokumen. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa: (1) Implementasi Standard Minimum Rules for the treatment of prisoners dalam penempatan narapidana di Sumatera Barat belum terlaksana secara maksimal, baru mengarah keaturan minimum standar. (2) kendalanya belum tersedia bangunaan khusus narapidana dan tahanan, kurangnya jumlah pegawai, dan tenaga Intruktur, dan pembinaan dan Pengawasan.

(3)

IMPLEMENTASISTANDARD MINIMUM RULES FOR THE TERATMENT OF PRISONERS

DALAM PENEMPATAN NARAPIDANA DI SUMATERA BARAT

Rosita, Uning Pratimaratri, Deaf Wahyuni Ramadhani,

Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Bung Hatta e-mail:Sitalawyer888@gmail.com / Pratimaratri2003@yahoo.com

ABSTRACT

Rules Minimum Standards on Handling of Prisoners adopted by the United Nations were the first on the prevention of Crime and the Treatment of offenders, held in Geneva In 1995, and approved by the Economic and Social Council by its resolution 663 C (XXIV) Dated July 31, 1957 and resolution 2076 (LXII) dated May 13, 1977 that apply internationally, nationally regulated by Act of Corrections, conducted by the Government Regulation and the Regulation of the Minister of Justice and Human Rights, but the implementation is not in accordance with the standard minimum rules. Problems in this study: (1) How implementation of the rules of the Standard Minimum Rules for the Treatment of Prisoners in the placement of inmates in West Sumatra ?. (2). , Are the constraints faced by the Correctional Institution in the placement of inmates in West Sumatra. This study uses socio legal approach, using primary and secondary data. Data were collected through interviews, the study documents. Based on the research show that: (1) Implementation of the Standard Minimum Rules for the treatment of prisoners in the placement of inmates in West Sumatra has not been implemented to the maximum, minimum keaturan new lead standard. (2) the barriers are not yet available special building title prisoners and detainees, the lack of number of employees and personnel instructor, and guidance and supervision.

(4)

A. Latar Belakang Permasalahan

Aturan tentang Penanganan dan memperlakukan Narapidana yang berlaku secara Internasional, yaitu aturan Minimum Standard tentang Penanganan tahanan diadopsi oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bansa yang pertama tentang Pencegahan kejahatan dan Perlakukan Kejahatan yang diadakan di Jenewa pada tahun 1955 dan disetujui oleh Dewan Ekonomi dan Sosial melalui resolusi 663 C (XXIV) tertanggal 13 Juli 1957 dan Resolusi 2076 (LXII) tertanggal 13 Mei 1977.

Di Indonesia penempatan narapidana ini berpedomam kepada Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan (selanjutnya disebut UUPemasyarakatan) dan penempatan narapidana yang telah diatur dalam Undang-undang Pemasyarakatan juga diatur dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 1999, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2006 tentang perobahan atas peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang syarat dan tatacara Pelaksanaan

Hak Warga Binaan Pemasyarakatan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 tahun 2012 tantang perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomr 32 tahun 1999 tentang syarat dan tatacara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPASadalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan anak didik Pemasyarakatan. Dalam penempatan narapidana yang telah diatur dalam Undang-undang pemasyarakatan juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, peraturan Menteri. Apabila diperhatikan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang mengatur dan yang dipedomani oleh Lembaga pemasyarakatan dalam penempatan dan perlakuan tahanan dan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan di Sumatera Barat , sepertinya telah mengacu dan telah mengggunakan instrument-instrumen yang ada pada Standard Minimum Rules for the Treatment of prisoners

(5)

narapidana sebagaimana layaknya seorang manusia yaitu apa yang seharusnya ada dan dapat diberikan kepada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, seperti di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Padang, Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Solok dan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Pati.

Walaupun cara memperlakukan narapudana dan penempatan narapidana telah mengacu kepada Aturan Standard Minimum Rules For The Treat ment of Prisoners, tetapi

pada kenyataannya tidak sesuai dengan aturan yang ada dalam Standard Minimum Rules dan Undang-undang Pemasyarakatan yang berlaku.

Keadaan seperti ini dapat penulis katakana karena sampai saat ini Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Padang, Lembaga Klas I B Solok dan Lembaga Pemasyarakatan Klas I B Tanjung Pati masi mempunyai dua fungsi yaitu berfungsi sebagai Rumah Tahanan dan berfungsi sebagai Lembaga Pmasyarakatan. Keadaan sepertiinilah yang menarik perhatian penulis untuk mengangkat judul: IMPLEMENTASI STANDARD MINIMUM RULES FOR

TREATMENT OF PRISONERS

DALAM PENEMPATAN NARAPIDANA DI SUMATERA BARAT.

B. Rumusan Permasalahan

1. Bagaimanakah implementasi aturan standard minimum Rules for the treatment of prisoners

tentang penempatan narapidana di Sumatera Barat yang tidak sesuai dengan aturan minimum Standar tentang penempatan narapidana yang berlaku/

2. Apakah kendala yang dihadapi oleh Lembaga Pemasyarakatan dalam penempatan narapidana di

Sumatera Barat yang tidak sesuai dengan Standar Minimum Rules for treatment of prisoners yang

(6)

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Standar minimum Rules for the treatment of Prisoners dalam penempatan narapidana di Sumatera Barat sudah sesuai dengan aturan yang berlaku

2. Untuk mengetagui apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan Standard minimum Rules for the Treatment of Prisoners dalam Penempatan narapidana di Sumatera Barat,

C. Manfaat Penelitian.

1. Manfaat teoritis

a. Dari segi ilmu hukum, hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi semua orang yang ingin tahu tentang hukum dan mahasiswa Fakultas Hukum pada khususnya sehubungan dengan Standard Minimum Rules fot the Treatment of

Prisoners dalam penempatan

narapidana.

b. Hasil inipun diharapkaan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan hukum khususnya tentang penempatan narapidana.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk peneliti, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai mengenai aturan-aturan yang mengatur dan yang seharusnya diterapkan dalam penempatan narapidana.

(7)

D. Kerangka teoritis dan Konseptual

1. Untuk menganalisis permasalahan diatas, penulis menggunakan teori Robert Seidman, yaitu salah satu dari penganut teori Sosiologi Hukum dan teori Sosiologi Hukum yang dihasilkan Robert Seidman yaitu teori bekerjanya hukum yaitu; a) Setiap peraturan hukum itu

memberitahu tentang bagaimana seseorang pemegang perannan (role occupant) itu di harapkan

bertindak.

b) Bagaimana seorang pemegang peranan itu akan bertindak sebagai suatu respons terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan yang ditujukan kepadanya, sanksi-sanksinya, aktifitas dari lembaga-lembaga pelaksana serta keseluruhan kompleks kekuatan sosial, politik dan lain-lainnya, mengenai dirinya.

c) Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak sebagai respons terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan hukum yang ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan kompleks kekuatan-kekuatan sosial, politik dan lain-lain mengenai diri mereka serta umpan-umpan balik yang datang dari pemegang peranan.

(8)

E. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian sosiologis dan pendekatan yuridis sosiologis.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum sosiologis (socio legal research) yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh dan mendapatkan data primer, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Standar Minimum Rulles dan Undang-Undang

No.12 tahun 1995 dan juga Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1999 tentang

penempatan narapidana melalui wawancara dengan petugas di lembaga pemasyarakatan Muara Padang, guna mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian, selain itu juga dilakukan penelitian terhadap kepustakaan untuk mendapatkan data sekunder.

2. Pendekatan masalah

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis sosiologis dengan penjelasan yaitu pendekatan yuridis sosiologis yaitu pendekatan secara lansung terhadap kasus yang diteliti dan dilihat sendiri kenyataannnya dari sudut-sudut hukum yang berpedoman pada peraturan-peraturan, perundang-undangan, buku-buku atau literatur hukum serta bahan-bahan lain yang

(9)

3. Lokasi penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil penelitian adalah; A. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Padang. B. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Solok. C. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Tanjung Pati

4. Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder

a. Data Primer adalahUntuk penelitian yang mengunakan pendekatan yuridis sosiologis diperlukan data primer yang diperoleh dari penelitian lapangan yaitu melalui wawancara dengan petugas Lembaga Pemasyarakatan yaitu Afrizal bagian registrasi.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang dikeluarkan oleh Kejaksaan

(10)

5. Tekhnik Pengumpulan data

a. Wawancara (interview)

Wawancara (interview) adalah suatu bentuk Tanya jawab dengan narasumber dengan tujuan menadapatkan keterangan, penjelasan, pendapat, fakta, bukti tentang suatu masalah atau suatu peristiwa, dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara terstruktur yatitu wawancara yang dilakukan secara terencana yang berpedoman pada dasar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.

b. Studi dokumen (documentary studies) Studi dokumen (documentary studies) ini sebgai pelengkap bagi penelitian kualitatif yaitu dengan mempergunakan data yang bersumber dari buku-buku dengan mempelajari data, hasil penelitian , hasil seminar maupun peraturan-peraturan yang berkaitan dengan materi penelitian seperti, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data penghuni Lembaga Pemasyarakatan Muaro Padang tahun 2014.dan tahun 2015.

6. Teknik analisis data

Penelitian bertujuan untuk mendapat informasi ,data secara sistematis dan komprehensif mengenai berjalannya suatu aturan atau undang undang juga mengenai cara memperlakukan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Muara Padang. yang

(11)

Analisis data adalah proses menganalisa data yang telah tersedia dikaitkan dengan metologi penelitian yang peneliti gunakan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan legal empiris atau legal sosiologis dan data yang terkumpul, bukan merupakan data yang dapat diukur atau sukar diukur

dengan angka, Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan juga interview atau pengamatan. oleh karena itu peneliti dalam menganalisis penelitian ini menggunakan analisis kualitatif terhadap data yang sudah terkumpul dapat dilakukan analisis kualitatif .

A. Implementasi Standard Minimum Rules For The Treatment Of Prisoners dalam

Penempatan Narapidana di Sumatera Barat

Standard Minimum Rules For The Treatment Of Prisoners adalah aturan standar tentang penanganan tahanan yang diadopsi dari Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa yang pertama tentang pencegahan kejahatan dan perlakuan pelaku kejahatan, yang diadakan di Jenewa pada tahun 1955 dan disetujui oleh Dewan Ekonomi dan Sosial melalui resolusi 663 C (XXIV) tertanggal 31 Juli 1957 dan Resolusi 2076 (LXII) tertanggal 13 Mei 1977.

(12)

tanggung jawab perawatan tahanan, dan Peraturan Pemerintah Indonedan Haka Azasisia nomor 28 tahun 2006 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tagun 1999 tentang syarat dan tatacara Pelaksanaan warga biinaan Pemasyarakatan dan Undang-undang Pemasyarakatan lainnya yang berkaitan dengan tahanan dan narapidana, dan juga Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2013 tentang syarat dan tatacara Pemberian Remisi, asimilasi, cuti mengginjungi keluarga, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas dan cuti bersyarat.

Untuk melihat apakah aturan Minimum Standard yangberlaku secara Internasional dan Undang-0undang Pemasyarakatan yang berlaku secara Nasional yang mengatur penanganan narapidana sudah terlaksana di Sumatera Barat atau belum. Maka

untuk dapat melihat hal tersebut, penulis telah mengadakan penelitian di tiga tempat penelitian yaitu Lembaga Pemasyarakataan Kelas II A Padang, Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Solok dan Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Pati.

Pelaksanaan Aturan minimum Standard dan Undang-undang Pemsyarakatan tentang Penanganan Tahanan dan Narapidana di Sumatera Barat, walaupun aturan yang dilaksanakan sudah mengacu kepada Aturan Minimum Standard yang berlaku secara Internasional, tetapi masih belum terlasana secara maksimal bahkan dapat dikatakan masih sangat jauh dari kesempurnaan.

(13)

narapidana yang menghabiskan masa hukuman yang dijalaninya, narapidana tersebut ditempatkan dalam satu kamar untuk satu orang, diberi ranjang sendiri, diberi perlengkapan tidur sendiri yang memadai, perlengkapan tidur ini bersih ketika diberikan, dijaga kebersihannya, dan diganti cukup sering untuk memastikan kebersihannya.pokoknya tidak dianjurkan menempatkan dua tahanan dalam satu sel atau ruangan.

Begitu juga dengan kategori tahanan yang satu dengan kategori lain ditempatkan di lembaga penjara terpisah atau dibagian terpisah dalam satu lembaga penjara, dengan memperhitungkan jenis kelamin, usia catatan criminal, alasan hukum penahanan yang bersangkutan, dan kebutuhan-kebutuhan menyangkut penanganan yang bersangkutan.

Penempatan tahanan dan narapidana menurutAturan Standard

Minimum yang berlaku secara Internesional, narapidana yang menjalani masa hukumannya di dalam Lembaga Penjara, hanya kemerdekaannya saja yang dirampas dari mereka, karena mereka dikurung di dalam lembaga penjara itu sedangkan kebutuhan lain diberikan sebagaimana layaknya seorang manusia

(14)

Penempatan narapidana di Sumatera Barat yang dapat dilihat pada tiga lokasi Lembaga Pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Padang, Lembaga Pemasyaraktan Klas II B Solok dan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Pati Payakumbuh. Akomodasi tidur narapidana tidak ditemukan satu kamar untuk satu orang narapidana, meskipunada narapidana yang ditempatkan dalam satu ruangan tetapi isi ruangan itu minimal tiga orang, dengan alasan kalau dalam atu kamar diisi berdua, maka sering terjadi adanya mufakat jahat dari narapidana yang bersangkutan, hal ini didapatkan berdasarkan keterangan dari salah satu petugas LAPAS Klas II B Tanjung Pati, sedangkan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Padang tempat tidur narapidana berupa los pasar yaitu tempat tidur yang ditempati

bersama-sama, bahkan satu kamar yang hanya berkapasitas 20 orang sampai ditempati oleh 40 orang narapidana, di Lembaga Pemasyrakatan Klas II A Padang ada kamar yang disediakan bagi narapidana dengan jalan membayar harga kamar tiga juta lebih, ini dibayar sewaktu narapidana baru dating di Lembaga Pemasyarakatan tersebut, informasi ini didapat dari mantan narapidana yang berinisial “Z”. Begitu juga di Lembaga

Pemasyarakatan Klas II B Solok berdasarkan informasi dari salah satu narapidana yang berinisial “R” yang

sedang menjalani hukuman di sana mengatakan adanya jual beli kasur dari narapidana yang akan habis masa hukumannya dengan narapidana yang baru masuk.

(15)

mempunyai dua funsi, yaitu berfungsi sebagai Lembaga Pemasyarakatan dan berfungsi sebagai Rumah Tahanan. Akibatnya penempatan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan menjadi over kapasitas, Hal ini disebabkan belum tersedianya bangunan khusus untuk Rumah Tahanan.

Petugas Lembaga Pemasyarakatan di Sumatera Barat dalam menjalankan

tugasnya berpedoman kepada Undang-undang pemasyarakatan yang bertujuan untuk membina dan mendidk orang-orang terpidana, agar mereka itu setelah selesai menjalankan pidana mereka, mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar lembaga pemasyarakatan sebagai warga Negara yang baik dan taat pada hukum yang berlaku.

B. Kendala-kendala bagi petugas Lembaga Pemasyarakatan dalam mengimplementasikan Aturan Standard Minimum Rules For The Treatment

Of Prisoners dalam Penempatan Narapidanaa di Sumatera Barat. 1. Belum tersedianya bangunan

untuk menempatkan narapidana sesuai dengan Aturan Standard Minimum Rules tersebut, seperti pemisahan tahanan dan penempatannya di rumah tahanan dan penempatan narapidana di Lembaga Peasyarakatan.

2. Kurangnya tenaga pegawai Lembaga Pemasyarakatan untuk mengawasi apabila narapidana tersebut ditempatkan masing-masing satu orang per kamar, seperti yang diatur dalam Aturan Minimum Rules.

(16)

kelengkapan untuk menjaga kebersihan pribadi sesuai aturan Standard Minimum Rules yaitu: untuk menjaga penampilan yang baik sesuai rasa harga diri mereka, disediakan alat-alat yang diperlukan, seperti alat-alat untuk merawat rambut dan jenggot dengan semestinya, dan tahanan laki-laki diberi kemungkinan

untuk bercukur secara regular. Karena kalau narapidana di Sumatera Barat disediakan perlengkapan alat-alat untuk kebersihan seperti yang terdapata dalam Aturan Standard Minimum Rules, maka alat-alat tersebut bisa dipergunakan untuk melukai dirinya endiri dan juga diri orang lain.

PENUTUP

Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di tiga lokasi Lembaga Pemasyarakatan di Sumatera Barat, dalam melaksanakan tugasnya sebagai pegawai Lembaga Pemasyarakatan berpedoman kepada Undang-undang Pemasyarakatan, sedangkan Undang-undang Pemasyarakatan ini mengacu kepada Aturan Standar Minimum

Rules yang berlaku secara Internasioanal.

(17)

Lembaga Pemasyarakatan di Sumatera Barat masih menganut dua fungsi yaitu

Referensi

Dokumen terkait

Tingginya kelimpahan fitoplankton di stasiun 3 pada saat pasang disebabkan karena letak stasiun 3 yang berada pada daerah dekat laut sehingga pada saat pasang

menggunakan instrumen Amer Majeed Bhat Bowling Skill Test pada bowler atlet putra tim cricket Universitas Negeri Malang pada uji-t diperoleh nilai signifikansi p

Kandou Manado sebagian besar menunjukan tidak cemas dan tidak hilang kendali, serta terdapat hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan stres hospitalisasi pada anak usia

Besimokančiųjų žinios dažniausiai tikrina- mos įprastu būdu – susitinkant akivaizdžiai (73,4 proc.), atliktą užduotį siunčiant elek- troniniu paštu arba ją atliekant

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan pengelolaan dan publikasi jurnal ilmiah yaitu

Upacara kematian bagi mereka merupakan bagian dari sosialisasi, dan erat berkaitan dengan keyakinan yang ditanamkan oleh agama mereka, bahwa kematian adalah sebenarnya awal

Dongeng merupakan alat (perantara) berkomunikasi antara pendidik dan peserta didik. Menggunakan dongeng sebagai metode pembelajaran dirasa mudah dan tidak

1) Memulai dari bagian tengah kosong yang sisi panjangnya diletakan mendatar. Memulai dari tengan dapat memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar segala arah