• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENANGGULANGAN POLITIK UANG (MONEY POLITIC) PADA TAHAP PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PILKADA SERENTAK DI PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA PENANGGULANGAN POLITIK UANG (MONEY POLITIC) PADA TAHAP PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PILKADA SERENTAK DI PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENANGGULANGAN POLITIK UANG (MONEY POLITIC) PADA TAHAP PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PILKADA SERENTAK DI

PROVINSI LAMPUNG

(JURNAL)

Oleh

M. Tetuko Nadigo Putra A.T.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

UPAYA PENANGGULANGAN POLITIK UANG (MONEY POLITIC) PADA TAHAP PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PILKADA SERENTAK DI

PROVINSI LAMPUNG

Oleh

M. Tetuko Nadigo Putra A.T, Sunarto, Eko Raharjo Email : shinobidigo@gmail.com

Politik uang (money politic) pada tahap persiapan dan pelaksanaan pilkada serentak memang menjadi senjata bagi pasangan calon, karena dengan melakukan politik uang dapat mendulang popularitas pasangan calon tersebut, padahal tindakan politik uang dapat beresiko membatalkan pasangan calon. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimanakah upaya penanggulangan politik uang dan apakah yang menjadi faktor penghambat upaya penanggulangan politik uang (money politic) pada tahap persiapan dan pelaksanaan pilkada serentak di Provinsi Lampung. Penulisan skripsi ini menggunakan dua pendekatan masalah yaitu pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Analisis data dilakukan secara kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa upaya penanggulangan politik uang (Money politic) pada tahap persiapan dan pelaksanaan pilkada serentak di Provinsi Lampung yaitu dengan upaya Pre-Emtif dimana KPU Provinsi, Bawaslu dan Polda Lampung melakukan himbauan agar tidak melakukan politik uang. Dalam upaya Preventif KPU Provinsi, Bawaslu dan Polda Lampung melakukan pembinaan dan sosialisasi kepada seluruh calon untuk tidak melakukan politik uang. Dan dalam upaya represif Polda Lampung bersama dengan sentra gakkumdu melakukan penindakan langsung apabila adanya laporan dan betul adanya kegiatan politik uang. (2) Faktor penghambat dalam upaya penanggulangan politik uang pada tahap persiapan dan pelaksanaan pilkada serentak di Provinsi Lampung yaitu dimana masih ada aturan pilkada yang rentan untuk dilakukannya politik uang dan belum adanya aturan yang mengatur sebagai contoh belum adanya aturan tentang kampanye pada masa sebelum penetapan. Didalam laporan adanya dugaan politik uang kepada aparat yaitu sentra gakkumdu jika kurangnya syarat formil maka pelaporan tersebut tidak bisa di tindaklanjuti. Dan masih lemahnya ekonomi masyarakat dan prilaku baik masyarakat masih kurang.

(3)

ABSTRACT

EFFORTS TO REDUCE THE PRACTICE OF MONEY POLITICS AT THE PREPARATION AND IMPLEMENTATION STAGES OF

SIMULTANEOUS REGIONAL ELECTIONS IN LAMPUNG PROVINCE

At the stage of preparation and implementation stages of simultaneous regional elections, money politics has become an important weapon for the pairs of candidate as it may gain popularity, regardless the risk of candidate cancelation. The problems discussed in this research are formulated as follows: what efforts have been done to combat the practice of money politics and what are the inhibiting factors in combating the practice of money politics at the preparation and implementation stages of simultaneous regional elections in Lampung Province. This research used two problem approaches namely normative and empirical approaches. The data sources consisted of primary and secondary data materials. The data collection technique was carried out through literature studies and field studies. The data analysis was carried out qualitatively. Based on the discussion and results of the research, it can be concluded that the efforts to overcome money politics at the preparation and implementation stages of simultaneous regional elections in Lampung Province was done through Pre-Emtive efforts where the provincial KPU (the General Elections Commission), Bawaslu (the General Elections Supervising Committee), and Polda (Lampung Regional Police), called not to engage in money politics. In the preventive Efforts, the Provincial KPU, Bawaslu, and Polda conducted services of guidance and socialization to all candidates not to conduct in money politics. And in the repressive efforts, Polda Lampung together with the center of gakkumdu (integrated law enforcement) took immediate action if there was a report about money politics activities. (2) the inhibiting factors in the efforts to overcome money politics at the preparation and implementation stages of simultaneous regional elections in Lampung Province, included: there are still election regulations that are vulnerable to money politics and the absence of rules governing about the practice of money politics, for example the lack of rules regarding campaigns before the determination. In the report of the alleged money politics to the authorities or the center of Gakkumdu, if the lack of formal conditions, the reporting cannot be followed up. Another factor is the weak level of economic condition of the society and the lack of good manner of the society.

(4)

I. PENDAHULUAN

Politik uang atau Money politic adalah suatu upaya memengaruhi orang lain (masyarakat) dengan menggunakan imbalan materi atau dapat juga diartikan jual-beli suara pada proses politik dan kekuasaan serta tindakan membagi-bagikan uang, baik milik

pribadi atau partai untuk

mempengaruhi suara pemilih, Politik Uang (Money politic) dapat diartikan sebagai upaya mempengaruhi perilaku orang lain dengan menggunakan imbalan tertentu. Ada yang mengartikan politik uang sebagai tindakan jual beli suara pada proses politik dan kekuasaan1

Ditengah ketat dan tingginya persaingan untuk mendulang suara sebanyak- banyaknya dalam pilkada, uang dijadikan sebagai instrumen alat tukar dengan suara masyarakat, Di tengah keadaan seperti ini, yang menjadi pertanyaan kemudian ialah mengapa uang selalu menjadi pilihan untuk dilakukan oleh calon dalam rangka memperoleh suara terbanyak , Selain itu apakah uang yang telah diberikan oleh calon berdampak pada adanya ikatan transaksi komersial dimana seorang pemilih berkewajiban untuk memberikan suaranya karena telah di beli oleh calon tersebut, padahal suara bukanlah barang yang dapat dipertukarkan atau diperjual-belikan. Di lain pihak, keberadaan

money politics secara yuridis formal bertentang dengan aturan hukum yang ada. Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 mengenai Pemilu Anggota Legislatif Pasal 86 ayat 1 menegaskan: setiap calon anggota legislatif dilarang

1 Thahjo Kumolo, Politik Hukum PILKADA Serentak ,Bandung: PT Mizan Publika, 2015, hlm 155

menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta pemilu dalam hal ini konstituen.

Pelaksanaan proses (electoral) pemilihan kepala daerah yang baik memerlukan adanya komitmen dari semua stakeholders yang terkait dalam proses pemilihan seperti halnya penyelenggara pilkada (Komisi Pemilihan Kepala Daerah, Panitia Pengawas Pilkada), calon/ pasangan calon yang mencalonkan diri, tim sukses pasangan calon, lembaga-lembaga pengamat/ organisasi pemantau pilkada, dan juga dari masyarakat sendiri. Adanya proses pemilihan kepala daerah yang baik serta luberjurdil (langsung, umum, bebas, jujur, dan adil) diharapkan akan menghasilkan pemimpin-pemimpin baik di level pusat maupun daerah yang memiliki legitimasi yang tinggi dan kuat untuk menjalankan roda pemerintahan. Artinya dalam model demokrasi Scumpeterian (prosedural) satu-satunya sumber legitimasi adalah hasil dari proses elektoral (pilkada)2

Pelaksanaan pilkada yang baik dan luberjurdil tersebut pada prakteknya sangat sulit dilakukan. Hal ini terjadi karena setidaknya ada dua faktor utama yang menghambat demokrasi Pertama, para stakeholders yang terlibat dalam pelaksanaan pemilu tersebut tidak mampu secara maksimal melaksanakan dan mengikuti norma-norma atau aturan pilkada yang sudah ada. Persoalan yang paling banyak terjadi adalah biasanya adalah pelanggaran yang dilakukan oleh calon maupun tim suksesnya agar mereka menang dalam pemilihan kepala daerah tersebut. Sebagai

(5)

akibatnya, proses pemilihan kepala daerah berjalan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, demikian pula dengan hasil dari proses pemilihan tersebut. Kedua, budaya dan struktur sosial masyarakat yang mengakomodir nilai-nilai dan tindakan politik yang mengancam eksistensi demokrasi itu sendiri. Tindakan masyarakat yang permisif terhadap pelanggaran pilkada, pragmatisme, menguatnya pola politik transaksional, dan menguatnya jaringan kekerabatan dalam pilkada menjadi ancaman tersendiri bagi keberlangsungan demokrasi.

Proses pemilihan kepala daerah yang sejatinya merupakan manifestasi keberadaan demokrasi di Indonesia seakan menjadi berubah maknanya dan seolah hanya menjadi formalitas untuk melegitimasi kekuasaan. Pada ahirnya, hasil dari proses pemilihan kepala daerah juga seringkali tidak mencerminkan nilai-nilai demokrasi itu sendiri3 Ketidakwajaran sebelum penetapan, bahkan sebelum dapat nomor undian juga menjadi isu

tersendiri karena dengan

ketidakwajaran untuk dana politik otomatis jika calon yang melakukan ketidakwajaran menang dalam pilkada maka mau tidak mau calon harus mengembalikan dana politik yang sudah dikeluarkan dan juga pasti harus mendapat dana politiknya kembali atau mungkin lebih.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 sebagaimana perubahan UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pilkada mengatur sanksi pidana bagi pihak manapun yang menjalankan praktik politik uang, sanksi diatur dalam Pasal

3 L. Sumartini, Money Politics dalam Pilkada,

Jakarta: Badan Kehakiman Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, 2004, hlm 148-149

187 poin A hingga D dalam UU Nomor 10 Tahun 2016, Dalam pasal tersebut disebut bahwa orang yang terlibat politik uang sebagai pemberi bisa dipenjara paling singkat 36 bulan dan paling lama 72 bulan, Selain hukuman badan, pelaku juga dikenakan denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar, Undang Undang ini hanya berlaku pada masa setelah penetapan atau masa kampanye sedangkan pada masa sosialisasi atau sebelum masa penetapan, calon yang melakukan

Money politic seperti memberi sapi atau mobil kepada masyarakat belum di atur di dalam Undang Undang, Mestinya diatur karena secara sosialisasi jujur dan adil di dalam pilkada masih belum diterapkan hanya orang kaya saja yang bisa menang, jelas ini meracuni pemikiran masyarakat.

Calon yang melakukan politik uang (money politic) otomatis dia akan mengembalikan dana politik pasti calon tersebut tidak mau rugi. Kampanye berlebihan di dalam pilkada seperti sebelum mendapatkan nomor undian tetapi sudah melakukan ketidakwajaran juga menjadi isu tersendiri seperti yang baru baru ini terjadi di dalam Pilkada Lampung salah satu calon mengadakan jalan sehat berhadiah motor, gelar wayang kulit berhadiah4 dan masih banyak lagi, dapat menguntungkan calon tersebut sehingga calon yang memiliki uang lebih memiliki kesempatan menang lebih besar dari pada calon yang tidak melakukan ketidakwajaran

atau kampanye berlebihan,

ketidakwajaran atau kampanye berlebihan sebelum masa penetapan

4

(6)

memang masih belum di atur di dalam Undang-Undang akan tetapi penulis mengharapkan ketidakwajaran atau kampanye berlebihan sebelum masa penetapan atau pada masa sosialisasi agar di atur di dalam Undang-Undang.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis berusaha untuk menuangkan kedalam skripsi yang berjudul: Upaya Penanggulangan Politik Uang (Money politic) Pada Tahap Persiapan Dan Pelaksanaan Pilkada Serentak Di Provinsi Lampung.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penulisan ini

adalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah upaya

penanggulangan politik uang (Money politic) pada tahap persiapan dan pelaksanaan pilkada serentak di Provinsi Lampung?

b. Apakah yang menjadi faktor

penghambat upaya

penanggulangan politik uang (Money politic) pada tahap persiapan dan pelaksanaan pilkada serentak di Provinsi Lampung?

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Narasumber penelitian ini terdiri Anggota Komisi Pemilihan Umum, Anggota Badan Pengawas Pemilu, Kepolisian Daerah Lampung, dan Akademisi Hukum Pidana Universitas Lampung. Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang

diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka5 Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah data primer dan data sekunder. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis secara kualitatif untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

II. PEMBAHASAN

A. Upaya Penanggulangan Politik Uang (Money politic) Pada Tahap Persiapan Dan Pelaksanaan Pilkada Serentak Di Provinsi Lampung

Upaya penanggulangan adalah usaha, ikhtiar guna mencapai suatu maksud dengan proses untuk menanggulangi suatu kejahatan dalam hal ini adalah politik uang (Money politic). Upaya penanggulangan kejahatan yang dikemukakan oleh Arif Barda Nawawi di atas memperlihatkan bahwa dalam rangka penanggulangan tindak pidana atau kejahatan maka 3 (tiga) sifat upaya yaitu upaya awal mencegah terjadinya tindak pidana (pre-emtif), penanggulangan sebelum terjadinya kejahatan (preventif) dan, upaya penanggulangan setelah terjadinya kejahatan (represif)6 Upaya penanggulangan kejahatan telah dan terus di lakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Berbagai program dan kegiatan telah dilakukan sambil terus menerus mencari cara paling tepat dan efektif untuk mengatasi masalah tersebut.

5 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Prasetyawidia Pratama, 2000,hlm. 11

(7)

1. Upaya Pre-Emtif

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak M. Tio Aliansyah bahwa Upaya Penanggulangan Politik Uang (Money politic) Pada Tahap Persiapan Dan Pelaksanaan Pilkada Serentak Di Provinsi Lampung dalam bentuk Pre-Emtif yang telah di implementasikan oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi Lampung antara lain :

KPU (Komisi Pemilihan Umum) Provinsi dalam masa sebelum penetapan melakukan himbauan kepada seluruh pasangan calon agar tidak melakukan tindak pidana politik uang (Money politic) karena konsekuensi dari melakukan Politik Uang adalah beresiko dapat dibatalkan sebagai calon kalau ada keputusan pengadilan yang inkrah7

Pembatalan pasangan calon terdapat di dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2016 pasal 73 ayat (2) yang berbunyi: Calon yang terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan putusan Bawaslu Provinsi dapat dikenai sanksi administrasi pembatalan sebagai pasangan calon oleh Komisi Pemilihan

Umum Provinsi atau Komisi

Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Sanksi yang berat seharusnya dapat menjadi pertimbangan calon pasangan untuk tidak melakukan politik uang (Money politic) karena upaya penanggulangan Pre-Emtifupaya awal untuk mencegah terjadinya tindak pidana, upaya awal di sini lebih di

tekankan dalam faktor “Niat” jadi jika

pasangan calon tidak memiliki niat untuk melakukan politik uang (Money politic) karena calon pasangan mengetahui jika melakukan politik uang dapat mengakibatkan pembatalan

Dalam upaya penanggulangan Pre-Emtif semua aspek harus turut ikut serta dalam mencegah adanya kesempatan, contoh nya masyarakat harus cerdas di dalam kampanye seorang calon, jika calon tersebut bagi-bagi sembako kepada masyarakat maka sebagai masyarakat jangan langsung di terima sembako tersebut tanyakan tujuan dan niat dari pasangan calon tersebut terlebih dahulu. Jika masyarakat sudah menolak sembako dari pasangan calon tersebut maka otomatis niat pasangan calon untuk melakukan politik uang (Money politic) jadi hilang.

Menurut bapak Hari Sutrisno upaya penanggulangan Pre-Emtif adalah upaya yang menghilangkan niat dan kesempatan bagi calon yang ingin melakukan politik uang (Money politic)8

2. Upaya Preventif

Penanggulangan tindak pidana politik uang (Money politic) dilakukan untuk mencegah terjadinya atau timbulnya tindak pidana yang pertama kali. Mencegah terjadinya tindak pidana lebih baik daripada mencoba untuk mendidik pelaku tindak pidana untuk menjadi lebih baik kembali,

sebagaimana semboyan dalam

kriminologi yaitu usaha-usaha memperbaiki pelaku tindak pidana perlu diperhatikan dan diarahkan agar tidak terjadi kejahatan ulang. Sangat beralasan upaya preventif diutamakan karena upaya preventif dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa suatu

8 Hasil wawancara narasumber di Polda

(8)

keahlian khusus dan ekonomis. Upaya preventif menduduki posisi kunci dan strategis dari seluruh upaya politik kriminil. Upaya preventif ini adalah untuk memperbaiki kondisi-kondisi social tertentu. Dengan demikian dilihat dari sudut kriminal, Seluruh kegiatan preventif melalui upaya itu mempunyai kedudukan strategis, memegang posisi kunci yang harus diintensifikasikan dan diefektifkan.

Melihat dari uraian di atas untuk mencegah terjadinya tindak pidana Politik Uang (Money politic) Pada Tahap Persiapan Dan Pelaksanaan Pilkada Serentak Di Provinsi Lampung maka, Upaya preventif yang dilakukan ialah:

a. Upaya Penanggulangan Politik Uang (Money politic) Oleh

Komisi Pemilihan Umum

Provinsi Lampung

Tugas dan upaya penanggulangan politik uang (Money politic) oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi Lampung dalam menanggulangi politik uang (Money politic) Pada Tahap Persiapan Dan Pelaksanaan Pilkada Serentak Di Provinsi Lampung Komisi Pemilihan Umum Provinsi Lampung dalam tugasnya mensosialisasikan, menghimbau kepada seluruh calon pasangan, membuat aturan yang jelas tentang pilkada, dan membatasi dana kampanye karena tindakan politik uang dapat membatalkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, maka Komisi Pemilihan Umum Provinsi Lampung melakukan sosialisasi kepada seluruh calon pasangan calon untuk mengantisipasi terjadinya tindak pidana politik uang (Money politic) karena konsekuensi dari tindak pidana politik uang dia beresiko dapat membatalkan pasangan calon.

Menurut M. Tio Aliansyah9 salah satu

kewenangan Komisi Pemilihan Umum Provinsi ialah membatalkan pasangan calon berdasarkan putusan pengadilan yang sudah inkrah dan berdesarkan rekomendasi dari Badan Pengawas Pemilu, jadi ketika telah terbukti melakukan tindak pidana politik uang (Money politic) kemudian masuk kedalam proses Badan Pengawas Pemilu dan di laporkan ke Sentra Gakkumdu penegakan hukum terpadu kemudian telah dinyatakan P21 dan dalam persidangan dia terbukti melakukan tindak pidana politik uang (Money politic) berapapun besarannya jika dia terbukti melakukan tindak pidana politik uang maka Badan Pengawas Pemilu mengeluarkan rekomendasi karena berangkatnya melalui Badan Pengawas Pemilu yang ada laporan dari masyarakat kemudian Badan Pengawas Pemilu menindak lanjuti kalau sudah memenuhi syarat maka Badan Pengawas Pemilu akan melakukan gelar Perkara dengan Sentra Gakkumdu dan jika Sentra Gakkumdu telah memenuhi syarat maka melaporkanya ke Kejaksaan

kemudian menyerahkannya ke

Pengadilan jika hasilnya ternyata pasangan calon tersebut bersalah maka Badan Pengawas Pemilu membuat rekomendasi untuk Komisi Pemilihan Umum Provinsi Lampung untuk membatalkan pasangan calon, Pembatalan pasangan calon terdapat di dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2016 pasal 73 ayat (2).

Dalam rangka menanggulangi tindak pidana politik uang (Money politic) di provinsi lampung, Komisi Pemilihan Umum Provinsi memberi ruang pada seluruh pasangan calon untuk

9 Hasil wawancara narasumber di KPU

(9)

membuat bahan kampanye tetapi sesuai dengan aturan, untuk membuat alat peraga kampanye tidak boleh melebihi dari aturan maksimal harga alat peraga kampanye, Komisi Pemilihan Umum Provinsi juga mengatur tentang pembatasan dana kampanye menyeluruh yaitu sebesar 72M/ tujuh puluh dua miliyar rupiah untuk se-Provinsi Lampung yang terdiri dari 2 kotamadya, 15 kabupaten, 228 kecamatan 2640 desa yang tersebar di seluruh Provinsi Lampung, Pembatasan dana kampanye yang sebesar 72M/ tujuh puluh dua miliyar rupiah yaitu untuk semua

setiap kegiatan kampanye

menyeluruhnya tidak boleh melebihi dari 72M/ tujuh puluh dua miliyar rupiah

Salah satu upaya Komisi Pemilihan Umum Provinsi dalam menanggulangi tindak pidana politik uang (Money politic) di Provinsi Lampung. Adapun

aturan yang memperbolehkan

pasangan calon untuk membagi-bagikan barang kepada pemilih bukan tindakan politik uang (Money politic) tentukan. Komisi Pemilihan Umum Provinsi juga memperbolehkan pasangan calon untuk melakukan kegiatan perlombaan, tetapi kegiatan perlombaan tidak berlebihan hadiah dari perlombaan itu dibatasi hanya sampai Rp 1 (Satu) juta maksimalnya, kegiatannya dibatasi hadiah nya dibatasai itu adalah dalam rangka upaya menanggulangi tindak pidana politik uang (money politic) di provinsi lampung.

b. Upaya Penanggulangan Politik Uang (Money politic) Oleh Badan Pengawas Pemilu Provinsi Lampung

Menurut Maroni10 Badan Pengawas Pemilu dalam menanggulangi politik uang (Money politic) harus jemput bola (Memasang Orang-orang) tidak hanya mengandalkan diri sendiri karena Badan Pengawas Pemilu memiliki keterbatasan tenaga dan keterbatasan kemampuan oleh karena keterbatasan itu rentan dengan politik uang (Money politic), yang di maksud memasang orang-orang ialah Badan Pengawas Pemilu memasang kaki tangan di sebuah desa, kaki tangan dari Badan Pengawas Pemilu harus orang asli dari desa sana karena jika dari anggota resmi dari Badan Pengawas Pemilu yang menjadi kaki tangan maka sudah dicurigai, tetapi jika penduduk asli tersebut maka tidak dicurigai karena orang tersebut memang penduduk asli desa sana

sehingga tidak menimbulkan

kecurigaan padahal sebenarnya orang itu adalah kaki tangan Badan Pengawas Pemilu, karena menurutnya pasangan calon yang berani melakukan tindakan tindak pidana politik uang (Money politic) karena mereka beranggapan tidak ada yang mengawasi, jika yang mengawasi adalah orang yang tidak di sangka-sangka maka tindak pidana politik uang (Money politic) dapat ditanggulangi karena calon yang ingin melakukan politik uang akan was-was terhadap orang disekitarnya dan calon pasangan tersebut ragu untuk melakukan tindak pidana politik uang (Money politic).

10 Hasil wawancara narasumber di Fakultas

(10)

Menurut Erwin Prima Rinaldo11

Badan Pengawas Pemilu dalam menanggulangi tindak pidana politik uang (Money politic) melakukan sosialisasi-sosialisasi yang berkaitan dengan pencegahan pelanggaran pemilu, varian sosalisasi ada dengan cara tatap muka dengan masyarakat, dengan Stakeholder yang berterkaitan dengan Pemilu mulai dari instansi-instansi terkait,

kelembagaan-kelembagaan, Ormas/ LSM.

Sedangkan di tingkat pusat Badan Pengawas Pemilu memiliki MoU (Memorandum of Understanding) / Nota kesepakatan dengan PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) pada aspek hulu, sedangkan aspek hilir di daerah. Itu juga berkaitan dengan penambahan kewenangan Badan Pengawas Pemilu di dalam undang-undang no 1 dan perubahannya undang-undang no 8 serta undang-undang no 10 tahun 2016, yang menjadi fungsinya adalah penindakan terhadap tindak pidana politik uang (Money politic) yang bersifat terstruktur, sistematis dan masif (TSM). perbedaan dengan aturan sebelumnya, sebelum lahir undang-undang no 1 dan no 8 tahun 2015 perubahan terakhir undang-undang no 10 tahun 2016 itu awalnya memakai undang-undang no 32 yaitu politik uang (Money politic) harus di putuh terlebih dahulu oleh pengadilan, setelah pengadilan memutuskan ada tindakan politik uang maka diberlakukannya sanksi yaitu berupa pembatalan calon pasangan, namun setelah undang-undang no 32 berubah menjadi undang-undang no 1, no 8 dan, no 10 tidak harus melalui putusan pengadilan dan tugas tersebut menjadi sepenuhnya kewenangan Badan

11 Hasil wawancara narasumber di Bawaslu

provinsi lampung pada tanggal 3 mei 2018 pukul 16.10 Wib

Pengawas Pemilu, jika dalam skema sebelumnya pengadilan adalah aspek pidana, maka dalam Badan Pengawas Pemilu menjadi aspek administrasi, alasan mengapa sepenuhnya menjadi kewenangan Badan Pengawas Pemilu yaitu karena Badan Pengawas Pemilu menjadi domain dalam penindakan

pembatalan calon walaupun

pilkadanya di kabupaten kota bukan

hanya pilkada provinsi

kewenangannya berada di dalam Badan Pengawas Pemilu.

c. Upaya Penanggulangan Politik Uang (Money politic) Oleh Polda Lampung

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Hari Sutrisno bahwa upaya

Upaya Polda Lampung dalam

Penanggulangan Politik Uang (Money politic) Pada Tahap Persiapan Dan Pelaksanaan Pilkada Serentak Di Provinsi Lampung adalah dengan cara dengan melakukan sosialisasi, himbauan, pembinaan, pembentukan satgas anti politik uang (Money politic) dan penindakan bersama-sama dengan sentra gakkumdu12

Menurut Hari Sutrisno13 Peran Polda

(11)

mana sudah di amanatkan di dalam Undang-Undang no 10 tahun 2016 pasal 152 di tangani di sentra gakkumdu yang terdiri dari 3 (Tiga) instansi :

1) Badan Pengawas Pemilu 2) Kepolisian

3) Kejaksaan

Berdasarkan uraian diatas maka upaya penanggulangan politik uang (Money politic) secara Preventif yang di lakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi Lampung, Badan Pengawas Pemilu Provinsi Lampung, dan Polda Lampung adalah dengan cara melakukan sosialisasi kepada seluruh calon untuk tidak melakukan politik uang (Money politic) karena sanksi dari melakukan politik uang (Money politic) cukup berat yaitu pembatalan sebagai calon.

3. Upaya Represif

Upaya penal atau represif merupakan upaya penanggulangan kejahatan yang lebih menitikberatkan pada sifat penindakan, pemberantasan, atau penumpasan setelah terjadinya kejahatan. Upaya penindakan diharapkan dapat memberikan efek jera terhadap pelaku agar tidak mengulangi lagi perbuatannya, selain itu untuk menimbulkan efek rasa takut bagi masyarakat untuk tidak berbuat

kejahatan karena harus

dipidana/ditindak apabila tertangkap aparat penegak hukum.

Menurut Hari Sutrisno14 sentra gakkumdu di dalam menindak politik uang (Money politic) diharapkan agar menimbulkan efek jera bagi pasangan calon, jadi kedepannya pasangan calon tersebut enggan melakukan politik

14 Hasil wawancara narasumber di Polda

Lampung pada tanggal 25 april 2018 pukul 14.50 Wib

uang (Money politic), Kepolisian juga meminta kepada seluruh lapisan element agar turut memberantas politik uang (Money politic) termasuk masyarakat juga harus berperan aktif dalam pemilu, jika masyarakat tersebut melihat tindakan politik uang masyarakat harus cerdas tidak menerima politik uang (Money politic) tetapi segera melaporkan ke dalam kepolisian karena di dalam Undang-Undang No 10 Tahun 2016 tentang Pilkada pelaku politik uang bisa dipidana. Pasal 187a menyebutkan setiap orang yang dengan sengaja memberikan atau menjanjikan politik uang bisa dipidana dengan pidana paling singkat 36 bulan dan paling lama 72 bulan serta denda paling sedikit Rp200 juta dan paling banyak Rp1 miliar. Pidana yang sama diterapkan kepada pemilih yang dengan sengaja menerima pemberian atau janji politik uang, dalam menumpas atau memberantas politik uang (Money politic) memang tidak bisa sampai nol tetapi dengan aktifnya semua element yaitu aparat dan masyarakat di harapkan bisa meminimalkan/ menetralisir tindak pidana politik uang (Money politic).

B. Faktor-Faktor Penghambat Dalam Upaya Penanggulangan Politik Uang (Money politic) Pada Tahap Persiapan Dan Pelaksanaan Pilkada Serentak Di Provinsi Lampung

(12)

upaya penegakan hukum. Setelah kita lihat upaya penanggulangan politik uang (Money politic) yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, Polda Lampung sekarang kita dapat melihat faktor penghambat dalam menanggulangi terjadinya politik uang (Money politic).

Faktor penghambat dalam penegakan hukum pidana menurut teori yang dilakukan oleh Soejono Soekanto yang menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut:

1. Faktor Perundang-undangan (Substansi hukum)

Faktor Undang-Unadang menpunyai peran yang utama dalam penegakan hukum dan berlakunya kaedah hukum dimasyarakat ditinjau dari kaedah hukum itu sendiri. Seharusnya peraturan mengenai pemilu dan kampanye harus dievaluasi terutama pada masa sebelum penetapan menurut penulis kegiatan

membagi-bagikan tersebut dapat

menguntungkan bakal calon tersebut sehingga bakal calon yang memiliki uang lebih memiliki kesempatan menang lebih besar dari pada bakal calon yang tidak melakukan kegitan membagi-bagikan tersebut.

2. Faktor Penegak Hukum

Faktor ini adalah salah satu faktor penting pada penegakan hukum, karena penegak hukum merupakan aparat yang melaksanakan proses

upaya untuk tegaknya atau

berfungsinya norma norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku hubungan–hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, untuk menjamin dan memastikan tegaknya hukum itu sendiri.

Menurut Hari Sutrisno15 Kepolisian

dan sentra gakkumdu adalah aparat penegak hukum, jika ada pelanggaran politik uang (Money politic) perlu dilakukan pelaporan maka di dalam penanganan pelaporan itu di atur di dalam pasal 134 ayat 1,2 dan 3.

Kurangnya syarat pelaporan

merupakan salah satu faktor penghambat kepolisian dan sentra

gakkumdu dalam upaya

penanggulangan politik uang (Money politic).

3. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung

Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan perangkat keras. Sarana dan fasilitas yang memadai diperlukan

demi mendukung proses

penanggulangan politik uang, dalam mendukung proses penanggulangan politik uang diperlukan sarana dan fasilitas pengaduan masyarakat yang mudah untuk mengadukan kegiatan politik uang karena jika sarana dan fasilitas pengaduan kurang maka itu menjadi salah satu faktor penghambat untuk menanggulangi politik uang, karena jika fasilitas dan sarana kurang

memadai, maka upaya

penanggulangan akan terhambat.

4. Faktor Masyarakat

Kepatuhan hukum masyarakat

terhadap hukum, merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan. Sikap masyarakat yang kurang menyadari bahwa setiap warga turut serta dalam penegakan hukum tidak semata-mata menganggap tugas penegakan hukum urusan penegak hukum menjadi salah satu faktor

15 Hasil wawancara narasumber di Polda

(13)

penghambat dalam penegakan hukum. Seharusnya prilaku masyarakat harus ditingkatkan, karena prilaku yang baik berperan penting untuk mencegah terjadinya politik uang (Money politic), prilaku yang baik masyarakat seharusnya sudah diberikan sejak masa pendidikan, jadi pada saat proses pendidikan prilaku yang baik sudah terbentuk di dalam masyarakat. Maka jika prilaku masyarakat sudah baik, jika calon melakukan politik uang maka masyarakat tidak menerimanya akan tetapi masyarakat melaporkan tindakan tersebut pada aparat penegak hukum yaitu pihak yang berwajib.

5. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat. Berlakunya hukum tertulis (perundang -undangan) harus mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar hukum adat. Dalam penegak hukum, semakin banyak penyesuaian antara peraturan

perundang-undangan dengan

kebudayaan masyarakat. Budaya masyarakat dan lemahnya ekonomi masyarakat maka banyak masyarakat yang ingin mengambil uang atau materi dari calon pasangan yang melakukan politik uang bukanya melaporkan tindakan tersebut ini menjadi salah satu faktor penghambatnya. Karena banyaknya masyarakat mengambil uang atau materi dari calon pasangan yang

melakukan politik bukanya

melaporkan tindakan tersebut maka ini yang membuat semakin banyak pula pasangan calon yang melakukan politik uang.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menganalisis bahwa faktor yang paling dominan di faktor penghambat ialah faktor Perundangan karena di dalam

undang-undang mengenai pilkada masih banyak celah yang rentan untuk dilakukannya politik uang (Money politic) salah satunya adalah pada saat sebelum penetapan. Undang-Undang mengenai politik uang (Money politic) sebelum masa penetapan memang masih belum di atur, jika pasangan calon tersebut belum ditetapkan maka pasangan tersebut belum ada keterikatan dengan Komisi Pemilihan

Umum. Karena sebelum masa

penetapan pasangan calon tersebut bukan siapa-siapa jadi sebelum masa penetapan Komisi Pemilihan Umum kesulitan dalam melakukan tindakan karena kebanyakan dari bakal calon tersebut berdalih mereka melakukan sedekah bukan politik uang (Money politic). Calon tersebut beranggapan jika melakukan sedekah tidak mungkin dilarang karena mereka belum ada keterikatan dengan Komisi Pemilihan Umum. Menurut penulis seharusnya peraturan mengenai pemilu dan kampanye harus dievaluasi terutama pada masa sebelum penetapan menurut penulis kegiatan membagi-bagikan tersebut dapat menguntungkan bakal calon tersebut sehingga bakal calon yang memiliki uang lebih memiliki kesempatan menang lebih besar dari pada bakal calon yang tidak melakukan kegitan membagi-bagikan tersebut.

III. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

(14)

menanggulangi politik uang (Money politic) pada tahap persiapan dan pelaksanaan pilkada serentak di Provinsi Lampung yang dapat dilaksanakan dengan cara-cara, yaitu:

a. Upaya Pre-Emtif, yaitu berupa

upaya-upaya awal yang

dilakukan oleh pihak kepolisian, Badan Pengawas Pemilu, dan Komisi Pemilihan Umum untuk mencegah terjadinya politik uang (Money politic), usaha-usaha yang di lakukan adalah menghilangkan niat dari calon yang ingin melakukan politik uang (Money politic) dengan cara melakukan himbauan untuk tidak melakukan politik uang (Money politic) karena sanksi dari politik uang (Money politic)

dapat mengakibatkan

pembatalan sebagai calon. b. Upaya Preventif, yaitu upaya

penanggulangan yang dilakukan

Polda Lampung, Badan

Pengawas Pemilu, dan Komisi

Pemilihan Umum yang

menitikberatkan pada tindakan pencegahan, termasuk juga kegiatan pembinaan masyarakat

yang ditunjukan untuk

memotivasi segenap lapisan

masyarakat agar dapat

berpartisipasi aktif dalam upaya pencegahan politik uang (Money politic), misalnya kepolisian, Badan Pengawas Pemilu,

Komisi Pemilihan umum

melakukan sosialisasi kepada seluruh calon untuk tidak melakukan politik uang (Money politic) karena tindakan tersebut bisa diberi sanksi dan dapat mengakibatkan pembatalan sebagai calon.

c. Upaya Represif, yaitu upaya

yang dilakukan untuk

menghadapi pelaku kejahatan seperti dengan pemberian hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku, dalam hal ini pada terjadinya politik uang (Money politic) aparat yang berwajib yaitu sentra gakkumdu sebagai

penegak hukum dapat

melakukan penindakan langsung apabila adanya laporan dan betul adanya kegiatan politik uang (Money politic).

2. Faktor-faktor yang menjadi

penghambat dalam upaya

penanggulangan politik uang (Money politic) pada tahap persiapan dan pelaksanaan pilkada serentak di Provinsi Lampung adalah sebagai berikut :

a. Faktor perundang-undangan, dimana masih ada aturan pilkada yang rentan untuk dilakukanya politik uang (Money politic), dan belum adanya aturan yang mengatur sebagai contoh belum adanya aturan tentang kampanye pada masa sebelum penetapan. b. Faktor penegak hukum dimana

didalam laporan adanya dugaan politik uang (Money politic) yang di laporkan ke aparat yaitu sentra gakkumdu kurang nya syarat formil, sebagai contoh tidak adanya indetitas pelaku maka pelaporan tersebut tidak bisa di tindaklanjuti

c. Faktor sarana atau fasilitas pendukung dimana seharusnya sarana dan fasilitas pendukung seperti sarana pengaduan masyarakat untuk tindakan politik uang (Money politic) harus lebih dimudahkan.

(15)

e. Faktor kebudayaan dimana masih banyaknya masyarakat yang menerima materi yang dibagi-bagikan oleh calon dan itu menjadi kebiasaan.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan, maka saran yang dapat penulis berikan yaitu:

1. Agar peraturan mengenai pemilu dan kampanye dievaluasi terutama pada masa sebelum penetapan menurut penulis kegiatan membagi-bagikan tersebut dapat menguntungkan bakal calon tersebut sehingga bakal calon yang memiliki uang lebih memiliki kesempatan menang lebih besar dari pada bakal calon yang tidak melakukan

kegitan membagi-bagikan

tersebut.

2. Penegak hukum terutama sentra gakkumdu agar lebih tegas dalam menindak calon yang melakukan politik uang (Money politic). 3. Sarana dan fasilitas agar

ditingkatkan terutama sarana untuk pelaporan, agar masyarakat lebih dipermudah dan tidak dipersulit dalam pelaporan terhadap politik uang (Money politic).

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Barda Nawawi. 2002.

Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti.

Aspinall, Edward dan Mada

Sukmajati. 2015. Politik Uang Di Indonesia, Yogyakarta: PolGov.

Kumolo, Thahjo. 2015. Politik Hukum PILKADA Serentak. Bandung: PT Mizan Publika.

Soekanto, Soerjono. 2000. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Prasetyawidia Pratama.

Sumartini, L. 2004. Money politics dalam Pilkada, Jakarta: Badan Kehakiman Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Pasal 134 tentang Penanganan Pelaporan

Peraturan Komisi Pemilihan Umum No 1 Tahun 2017 tentang Agenda Tahapan dan Jadwal.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Perbawaslu No. 11 Tahun 2014 jo. Perbawaslu No. 02 Tahun 2015 tentang Pengawasan Pemilihan Umum;

Referensi

Dokumen terkait

Tugas dan upaya penganggulangan yang dapat dilakukan oleh setiap Komisi Pemilihan Umum dapat dilakukan pada masa tahap persiapan dan pelaksanaan Pilkada serentak

Tindak pidana money politik dalam Pemilihan Umum Legislatif pada tahun 2014 terjadi di Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Pesawaran, proses penegakan hukumnya tidak

Penegakan hukum pidana politik uang dalam pemilihan kepala daerah merupakan suatu upaya untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum dalam mengatasi dan menindaklanjuti setiap

ABSTRAK UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DARI HASIL TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAN NARKOTIKA DI PROVINSI LAMPUNG Oleh: ILHAM AZALI Pidana mati di Indonesia