BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekonomi Islam
Sebutan Ekonomi Islam menimbulkan berbagai kesan yang beragam. Sebagian kalangan memposisikan ekonomi islam pada tempat yang sangat ekslusif sehingga menghilangkan nilai kefitrahannya sebagai tatanan bagi semua manusia. Bagi sebagian lainnya, ekonomi islam digambarkan sebagai racikan antara aliran kapitalis dan sosiali, sehingga ciri khas khusus yang dimiliki oleh ekonomi islam itu sendiri hilang, padahal sesungguhnya ekonomi islam adalah satu sistem yang mencerminkan fitrah dan ciri khasnya sekaligus.
Menurut bahasa ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun islam dan rukun iman. Menurut istilah ekonomi Islam adalah segala aktivitas perekonomian beserta aturan-aturannya yang didasarkan kepada pokok-pokok ajaran Islam tentang ekonomi.
Muhammad Abdul Manan mendefinisikan ekonomi islam sebagai upaya untuk mengoptimalkan nilai Islam dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Mannan mengatakan : Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi yang diilhami oleh nilai-nilai islam.1Definisi Mannan hampir semakna dengan apa yang didefinisikan oleh
M.M Metwally yang mendefinisikan ekonomi islam sebagai penekanan pada usaha dalam mempelajari masalah masyarakat islam dalam memenuhi kebutuhannya. Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku muslim (yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti Al-Quran, Hadits Nabi, Ijma dan Qiyas. 2
1 Muhammad Abdul Manan (1993), Ibid, h. 19
B. Karakteristik Ekonomi Islam dan Tujuan Ekonomi Islam
Ekonomi Islam dibangun untuk tujuan suci, dituntun oleh ajaran Islam dan dicapai dengan cara-cara yang dituntunkan oleh ajaran Islam.Dalam Islam aktivitas ekonomi yang diniatkan dan ditujukan untuk kemaslahatan dinilai sebagai ibadah. Oleh karena itu, mempelajari ekonomi Islam dan menjalankan aktivitas ekonomi secara islami menjadi suatu keharusan bagi umat Islam. Ada beberapa karakteristik ekonomi Islam sebagaimana disebutkan dalam
Mausu’ah Al-Ilmiyyah wa Al-Amaliyah Al-Islamiyah yang dapat diringkas sebagai berikut: “Harta kepunyaan Allah dan manusia merupakan khalifah atas harta”.
1. Harta kepunyaan Allah.
Hak milik hakikatnya adalah milik Allah. Manusia menafkahkan hartanya harus sesuai dengan hukum-hukum yang telah disyariatkan. Sebagaimana terdapat dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 284 yang artinya: kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatan itu. Maka Allah akan mengampuni siapa yang dikehendakiNya dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
2. Manusia adalah khalifah atas hartanya. Sebagaimana dalam Firman Allah dalam surat Al-Hadid (57) ayat 7 yang artinya : berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahal yang besar.
Dari ayat tersebut, dapat diketahui bahwa maksud dari menguasai
Allah. Dalam islam, kepemilikan pribadi sangat dihormati walaupun hakikatnya tidak mutlak, dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan pula dengan ajaran Islam.
3. Keterikatan ekonomi dengan akidah, syariah, dan moral. Hubungan ekonomi Islam dengan dengan akidah dan syariah tersebut memungkinkan aktivivtas ekonomi dalam Islam menjadi ibadah. Sedangkan bukti hubungan ekonomi dan moral dalam Islam yaitu larangan terhadap pemilik dalam menggunakan hartanya yang dapat merugikan orang lain, larangan melakukan penipuan dalam bertransaksi, larangan menimbun dan larangan melakukan pemborosan.
4. Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan. Ekonomi Islam menciptakan keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan umum. Arti keseimbangan dalam sistem sosial Islam adalah Islam tidak mengakui hak mutlak dan kebebasan mutlak, tetapi mempunyai batasan-batasan tertentu termasuk dalam bidang hak milik.
5. Kebebasan individu dijamin dalam Islam. Individu-individu dalam perekonomian Islam diberikan kebebasan untuk beraktivitas baik secara perorangan maupun kolektif untuk mencapai tujuan. Namun kebebasan tersebut tidak boleh melebihi batas yang sudah ditentukan oleh Allah dalam Al-Quran maupun Hadits. Dengan demikian, kebebasan tersebut sifatnya tidak mutlak. 6. Negara diberi wewenang turut campur dalam perekonomian.
Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian sehingga kenutuhan masyarakat baik secara individu maupun sosial dapat terpenuhi secara proporsional.
lima kriteria yang sesuai dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam menilai proyek investasi antara, yaitu :
a. Proyek yang baik menurut Islam;
b. Memberikan rezeki seluas mungkin kepada anggota masyarakat; c. Memberantas kekafiran, memperbaiki pendapatan, dan kekayaan; d. Memelihara dan menumbuhkembangkan harta;
e. Melindungi kepentingan anggota masyarakat.
8. Zakat merupakan salah satu karakteristik ekonomi Islam mengenai harta yang tidak terdapat dalam perekonomian lain.
9. Larangan Riba. Islam menekankan pentingnya memfungsikan uang pada bidang yang normal, yaitu sebagai fasilitas transaksi dan sebagai alat penilaian barang.
Tujuan dari ekonomi Islam sendiri yaitu untuk mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah thoyyibah). Dalam konteks ekonomi, tujuan (falah) dijabarkan ke dalam beberapa tujuan antara, yaitu: 1) mewujudkan kemashlahatan umat; 2) mewujudkan keadilan dan pemerataan pendapatan; 3) membangun peradaban yang luhur; dan 4) menciptakan kehidupan yang seimbang dan harmonis.
C. Kegunaan dan Urgensi Ekonomi Islam
Ekonomi Islam memiliki manfaat yaang besar dalam mengatasi berbagai masalah ekonomi dibandingkan sistem ekonomi konvensional yang justru membebani masyarakat, antara lain, yaitu: 1) Ekonomi Islam bersifat universal, dimana tidak hanya ditujukan untuk kaum muslim saja, tapi juga seluruh umat manusia; 2) Banyak masyarakat yang sudah menerapkan sistem ekonomi syariah; 3) Manfaat yang dapat langsung dirasakan dari pelaksanaan sistem ini, baik secara individu maupun sosial.