• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tradisi Bersalaman di Tengah Postmoderni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tradisi Bersalaman di Tengah Postmoderni"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Tradisi Bersalaman di Tengah “Postmodernitas Lebaran”

Matahari pagi belum sempurna menampakkan parasnya. Akan tetapi, lantunan ayat-ayat suci Al- Qur’an telah ramai berkumandang di Mushalla. Keheningan pagi pun pecah. Bagi penduduk Dukuh Pendem, Desa Jepang, Kabupaten Kudus, hal tersebut merupakan sebuah “pertanda”. Sudah menjadi custom tersendiri sejak sepuluh tahun terakhir, awal hari sekali setiap H plus dua Idul Fitri, masyarakat setempat selalu berhimpun di Mushalla. Baik anak-anak kecil, kalangan muda, tua, semua turut andil ikut serta.

Untuk apa? Lain daripada yang lain, budaya halal bi halal di Dukuh Pendem memang cenderung terintegratif. Maksudnya, berkunjung ke rumah-rumah tetangga untuk saling bermaafan tak lagi dilakukan secara personal dan random, melainkan secara kolektif dan sistematis. Dimulai dengan acara berdo’a bersama yang dipandu oleh alim ulama, warga kemudian berkeliling kampung mengunjungi satu per satu rumah tetangganya untuk saling

bersalaman.

Latar belakang tradisi yang terkesan konservatif tersebut ternyata sangat mendalam. Pertama, agar tali silaturahim antar masyarakat tidak terputus. Kedua, supaya kepekaan sosial tetap lestari dan eksis. Terutama untuk motif yang kedua, kini, telah sulit ditemukan sebab hanya dapat dilakukan lewat cara bersalaman serta bertatap muka langsung. Namun tradisi demikian jika dicermati realitasnya sekarang, harus diakui, kian terkikis oleh apa yang dinamakan “postmodernitas lebaran”.

“Posmodernitas Lebaran”

Sebelumnya, dalam konteks ini, penulis ingin membedakan konsepsi antara postmodernitas dengan postmodernisme. Istilah postmodernitas, lebih merujuk pada situasi kaidah sosial, produk teknologi informasi, globalisasi, dan fragmentasi gaya hidup. Sementara itu, terminologi

postmodernisme merujuk pada kerangka berfikir. Gagasan tersebut senada dengan opini Adiprasteya dalam bukunya tentang postmodernisme yang berjudul “Etik Global dalam Kajian Postmodernisme dan Pluralisme Agama”.

Adapun yang dimaknai sebagai “postmodernitas lebaran” di sini, titik aksentuasinya ada pada aspek teknologi informasi dan gaya hidup. Misalnya saja berkirim ucupan maaf via pesan pendek (SMS), jejaring sosial, hingga instant messenger yang saat ini sedang begitu populer sebagai manifestasi tata teknologi informasi serta gaya hidup. Namun yang menjadi persoalan, apakah model model seperti demikian akan membawa kita untuk tahu atau peka terhadap lingkungan sosial sekitar? Kemungkinan besar tidak.

Lain halnya ketika kita menggunakan bersalaman ─yang notabene mengharuskan kita untuk bertemu, bertatap muka langsung─ sebagai instrumen bermaaf-maafan di hari raya. Di samping akan menciptakan kepekaan sosial, tradisi bersalaman juga sangat dianjurkan oleh agama Islam. Bahkan, ada salah satu hadis yang menjelaskan mengenai

(2)

bersalaman. “Dua orang muslim bertemu, bersalaman, maka Allah

mengampuni mereka berdua sebelum keduanya berpisah” (HR. At-Tirmidzi).

Pendukung dan Pelengkap

Kembali ke budaya halal bi halal di Dukuh Pendem. Kampung yang masih asri dengan dominasi panorama khas pedesaan seperti sawah, pepohonan rindang, semakin menambah semangat masyarakat untuk berkeliling menyambangi satu demi satu rumah tetangganya. Saking

banyaknya warga yang ikut, formasi rombongan bahkan harus “mengular” dengan beberapa orang yang berada di saf depan sebagai penunjuk arah. Urusan rute, mereka sudah hafal di luar kepala.

Sementara itu bagi warga yang berusia senja maupun tengah sakit ─biasanya dengan inisiatif pribadi─ di halaman rumah masing-masing mereka akan menyediakan kursi sebagai tempat duduk untuk diri mereka sendiri. Jadi meskipun tak bisa berpartisipasi dalam kegiatan berkeliling kampung, mereka tetap dapat bersalaman dengan para penduduk yang menghampiri mereka dengan rombongan secara berbanjar.

Memetik hikmah dari budaya adiluhung di atas kita mampu

seharusnya belajar, betapapun pesat perkembangan zaman, jangan sampai itu menggerus nilai-nilai kearifan lokal. Sebaliknya, hal tersebut mesti

dijadikan pendukung, juga pelengkap. Tidak ada yang melarang berkirim ucapan selamat lebaran, termasuk maaf, melalui SMS jejaring sosial, hingga instant messenger. Namun, mungkin akan lebih arif dan bijak andai

digunakan saat kita memang benar-benar ter-limit oleh waktu serta jarak geografis.

(3)

Referensi

Dokumen terkait

Anda mungkin memiliki keterampilan atau keahlian untuk melaksanakan tugas- tugas yang dituntut oleh pekerjaan yang ditawarkan, tetapi pimpinan perusahaan juga ingin mengetahui

Setiap orang berhak untuk memperoleh kebutuhan aktualisasi diri agar mampu untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki kearah yang positif, jika penyandang tunanetra

Pemimpin: Kami menyembah Dikau ya Tuhan dan bersyukur kepada-Mu Umat: Sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus

LAPORAN PROSENTASE ABSENSI MAHASISWA AKUNTANSI.

Anak jalanan merasa malu dengan pakaian yang dikenakan, beranggapan pakaian orang lain lebih bagus dan merasa memiliki tubuh yang dekil atau tidak terawat hal tersebut juga sesuai

Limbah cangkang telur dan kulit udang pada baterai memiliki karakteristik yang sangat baik dan dapat digunakan sebagai pengganti anoda terhadap tegangan baterai. baterai juga

Metode perencanaan komponen struktur jembatan didasarkan pada cara Perencanaan Beban dan Kekuatan Terfaktor (PBKT), sedangkan untuk kombinasi beban rencana digunakan kombinasi

Sebaliknya individu yang memiliki tingkat pe- ngetahuan tentang agama yang rendah akan melakukan perilaku seks bebas tanpa berpikir panjang terlebih dahulu sehingga