• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal penelitian tinjauan motivasi si

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal penelitian tinjauan motivasi si"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis multidimensi yang melanda Indonesia sejak runtuhnya Orde Baru telah meluluh lantakkan sendi-sendi kehidupan bangsa. Banyak sekali persoalan-persoalan yang muncul baik dalam hal politik, ekonomi, budaya dan yang paling menyedihkan adalah krisis keagamaan yang melanda pemuda dan pemudi Indonesia. Kita sudah sangat jarang melihat sekumpulan remaja yang berbondong-bondong ke masjid atau langgar saat petang hari. Kebanyakan pemuda saat sore hari berbondong ke lapanga futsal dan sejenisnya. Mereka lebih suka menghabiskan waktu sore di lapangan futsa dari pada mengaji ilmu agama di masjid, langgar atau tempat ilmu lainnya. Sedangkan para pemudi lebih suka bersolek dan memamerkan kecantikan mereka di depan rumah dan di jalan-jalan. Belum lagi saat malam minggu tiba, pemuda pemudi lebih suka berpacaran dan berduaan.

Keadaan seperti itu diperparah dengan modernisasi yang lebih tepat bila disebut sebagai westernisasi. Pluralis dan liberalis seperti Daniel Lerner, Gabriel Almond, James Coleman, Karl Deutsh dan Mc T. Kahin dalam Prof. A. Qodri Aziz, Ph.D beranggapan bahwa modernisasi identik dengan westernisasi, sekularisasi, demokratisasi, dan pada akhirnya liberalisasi1. Modernisasi yang seperti inimenolak

agama dalam kehidupan sosialnya, agama adalah urusan pribadi. Lebih jauh Prof. A. Qodri Azizy,Ph.D menyebutkan bahwa untuk mewujudkan modernisasi, agama dalam masyarakat harus disingkirkan lebih dahulu2. Modernisasi yang menimbulkan efek

sekularisme telah tampak sekali di barat. Sains dan teknologi dalam pandangan masyarakat barat telah menigkat peringkatnya menjadi agama baru dan mereka memper-Tuhan-kan rasio. Hal ini telah disinggung di dalam Al Qur’an:

43. Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?3

Sekularitas barat membuat masyarakatnya bergaya hidup berlandaskan hasil pemikiran Frederick Nietzsche yang membuat trend “agama sains” yang memuncak 1 Prof. A. Qodri Azizy, Ph.D, Melawan Globalisasi:Reinterpretasi Ajaran Islam

(Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset, 2004). 2Ibid, 10.

(2)

pada filsafat “God is dead” (Tuhan telah mati). Kemudian Thomas J. Altizer pada tahun 1960-an menyempurnakan filsafat ini. Dalam filsafat ini, agama ditertawakan dan tidak boleh dicampurkan dengan kehidupan umum dan negara4.

Dalam era globalisasi dan informasi seperti saat ini, modernisasi dengan capat menyebar ke seluruh dunia. Indonesia pun tidak luput “terpapar” modernisasi. Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim harus berhadapan dengan pengaruh modernisasi. Oleh karena itu konsep modernisasi di Indonesia tidak boleh diidentikkan dengan westernisasi. Proses modernisasi harus didampingi kegiatan keagamaan. Globalisasi sebagai dampak dari modernisasi turut andil dalam penyebaran budaya-budaya modern barat seperti hedonisme, materialisme dan rasionalisme liar. Globalisasi oleh Akbar S. Ahmed dan Hastings Donnan (dalam A. Qodri Azizy, 2004) didefinisikan sebagai perkembangan-perkembangan yang cepat di dalam teknologi komunikasi, transformasi, informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh [menjadi hal-hal] yang bisa dijangkau dengan mudah.5Kemudahan dalam

mengakses berbagai informasi ini dapat menjadi jembatan berbagai nilai-nilai budaya dan agama di dunia. Dengan adanya “jembatan penghubung” itu, sangat mungkin terjadi berbagai gesekan, kompetisi liar yang saling mempengaruhi, mengalahkan atau dikalahkan, atau saling kerjasama yang akan menghasilkan sintesa dan antitesa baru.6

Globalisasi seperti hal lain di dunia ini memiliki sisi positif dan negatif. Globalisasi sebagai hasil ilmu teknologi mempunyai beberapa makna, yaitu alat dan ideologi. Sebagai alat, globalisasi sangat netral dan mengandung hal-hal positif, ketika digunakan untuk tujuan baik. Sebagai contoh, internet sebagai salah satu perangkat globalisasi sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan. Dengan internet kita dapat mengunggah konten materi pelajaran atau dakwah di internet yang dapat diakses oleh siswa atau bahkan siapa saja yang ingin mengambil manfaat dari konten tersebut. Contoh lainnya adalah penemuan perangkat multimedia yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran sehingga siswa tidak hanya disuguhi materi dengan hanya metodeklasik dan monoton. Materi dapat diberikan dengan format multimedia seperti video, audio, animasi, media interaktif, game dan simulasi digital yang membuat peserta didik lebih tertarik dalam penyampaian materi.

4 Prof. A. Qodri Azizy,Ph.D, Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2004)8 -9.

(3)

Namun demikian, teknologi informasi dapat menjadi boomerang bagi dunia pendidikan. Sebut saja game, mulai dari konsol sampai game online sangat mempengaruhi minat belajar peserta didik. Kita dapat melihat tempat-tempat persewaan game dan internet selalu ramai dipenuhi pengunjung yang mayoritas masih anak-anak usia sekolah. Ironisnya, pada jam pelajaran pun tempat-tempat seperti ini masih banyak pengunjungnya. Belum lagi perangkat komunikasi seperti handphone

yang hampir semua siswa memilkinya, seringkali siswa membawa handphone ke sekolah.

Di atas telah diuraikan tentang krisis keagamaan yang melanda Indonesia dan modernitas serta globalisasi yang menjadi penyebab krisis tersebut disamping dampak positif yang ditimbulkan. Peneliti selanjutnya ingin menguraikan hubungan krisis tersebut dengan dunia pendidikan. Pendidikan adalah wadah untuk menggodok

generasi muda sebagai pewaris bangsa. Ketika dampak negatif globalisasi dan modernitas berdampak pada dunia pendidikan, tentu dapat mempengaruhi hasil

masakan pendidikan, yaitu pemimpin-pemimpin bangsa. Saat ini kita dapat melihat dampak negatif hedonisme dan materialisme terhadap “produk pendidikan” selama ini. Banyak pejabat yang terlibat korupsi dan kejahatan lain, kebijakan pendidikan yang hanya mementingkan kecerdasan intelektual dan mengesampingkan perkembangan keberagaman peserta didik. Pendidikan agama seakan tidak penting dan diberi porsi yang sangat sedikit sehingga siswa merasa bangga jika menjuarai olimpiade sains meski tidak mengenal Tuhan. Dan banyak hal negatif lain akibat dari hedonisme dan materialisme ini.

Tujuan umum pendidikan dan pendidikan agama Islam..

Tujuan umum pendidikan nasional adalah membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.7

Sebelum peneliti menguraikan tujuan pendidikan agama Islam, alangkah baiknya penulis menjelaskan pengertian pendidikan agama Islam terlebih dahulu. Di dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha 7 Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

(4)

sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.8

Tujuan umum pendidikan agama Islam adalah “meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”(GBPP PAI, 1994).9

Pendidikan agama Islam sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan nasional memegang peranan penting dalam tujuan umum pendidikan nasional dan secara khusus menjadi bagian vital guna mencetak generasi yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia.

Ilmu pengetahuan mengangkat derajat orang-orang yang beriman lebih tinggi dari pada orang yang beriman tapi tidak berilmu. Iman dapat mengontrol orang-orang yang berilmu agar tidak menggunakan pengetahuannya antuk hal-hal yang negatif. Ilmu pengetahuan mempunyai nilai yang bebas dan relatif tergantung kepada si empunya. Ilmu dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia ketika pemegangnya adalah orang yang beriman, sebaliknya akan berbahaya ketika ilmu pengetahuan dimanfaatkan oleh orang yang tidak beriman atau jahat. Iman dan ilmu adalah dua hal yang saling terkait. Dengan ilmu keimanan kita akan semakin mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan10.Pendidikan Agama Islam memegang peranan penting dalam membentuk

peserta didik menjadi orang berilmu yang beriman.Kita telah tahu bagaimana ilmu pengetahuan yang berdasarkan rasionalitas telah menghancurkan sisi kemanusiaan manusia dan menjajarkan manusia dengan hewan lainnya. Sebut saja teori evolusi

8 Drs. Muhaimin,M.A. et. al., Paradigma Pendidikan Islam:Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) cet. 3, 75-76.

9Ibid, 78.

(5)

yang menyebutkan bahwa “manusia adalah kera yang berevolusi” telah “mendarah daging” dalam ilmu pengetahuan alam (Science) di sekolah-sekolah dasar.

Oleh karena itu iman adalah hal yang wajib diajarkan kepada peserta didik dalam rangka membentengi peserta didik dari paham-paham keilmuan yang tidak sesuai dengan

Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menjadi tujuan umum pendidikan nasional searah dengan yang dijelaskan dalam Al- Quranbahwa manusia yang paling mulia adalah yang paling bertakwa11. Sedangkan dalam pencapaian ketakwaan, dibutuhkan

proses pendidikan dan pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan yang dapat menuntun manusia kepada ketakwaan. Al- Quran menyebutkan bahwa orang paling bertakwa kepada-Nya adalah orang-orang yang berilmu12.Ketakwaan dan keimanan

adalah dasar yang membentuk manusia yang berakhlak mulia.

Akhlakmulia adalah akhlak yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana disebutkan dalam hadis bahwa Nabi Muhammad SAW diutus dalam rangka menyempurkanakhlak mulia manusia13. Allah mengukuhkan bahwa Nabi

Muhammad SAW memiliki akhlak yang agung14 dan patut menjadi teladan bagi

manusia sebagaimana disebutkan dalam Al – Quran:

ههللهلٱ ااوججرريه نهاكه نمهللل ةةنهسهحه ةةوهرسأج هلللهلٱ للوسجره يفل رمكجله نهاكه ردقهلله

ارريثلكه ههللهلٱ رهكهذهوه رهخلأأرلٱمهرويهرلٱوه

٢١

.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.15

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggaris bawahi bahwa Pendidikan Agama Islam lebih tepat digunakan dalam pembentukan karakter peserta didik, hanya saja butuh porsi yang lebih guna mengoptimalkan pendidikan agama Islam. Sarana dan prasarana juga harus ditingkatkan demi memudahkan penyampaian materi pendidikan agama Islam. Tidak lupa metode penyampaian materi harus lebih dikembangan untuk menarik minat dan memotivasi siswa dalam mengikuti pelajaran PAI.

11 Al-Quran, 49 (Al-Hujurat), 13. 12 Al-Quran, 35 (Faathir), 28.

13Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, Hadits no. 8595. 14Al – Quran, 68(Al – Qalam), 4.

(6)

Terlebih lagi peneliti menekankan bahwa pendidikan agama Islam tidak terlepas dari tiga mata rantai komponen utama pendidikan, yakni guru sebagai pembimbing, materi pelajaran agama Islam dan peserta didik.

Peserta didik adalah komponen terpenting, karena ia menjadi “wadah” ditanamkannya nilai-nilai agama Islam. Peserta didik-lah yang kelak menjadi ukuran berhasil atau tidaknya proses pendidikan.

Mempersiapkan peserta didik dalam pengajaran agama Islam adalah keharusan. Dalam ilmu pendidikan klasik adapersiapan-persiapan yang harus dilakukan oleh calon peserta didik sebelum mengikuti pelajaran agama Islam. Diantaranya seperti yang disebutkan dalam kitab “Ta’liimul Muta’allim” bahwa dalam menuntut ilmu siswa harus memenuhi enam perkara, yaitu 1)Dzuka’un, 2)Hirshun, 3)Ishthibaar, 4)Bulghoh, 5)Irsyaadu Ustadz, 6)Thuuluz Zaman.16

Dari keenam hal tersebut penulis menekankan pada aspek kedua, yakni hirshun. Peneliti mengartikan hirshun sebagai keinginan yang kuat dalam belajar. Dan dapat diartikan hirshun adalah motivasi siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan judul penelitian yang dilakukan peneliti.

Motivasi belajar mutlak harus dimiliki oleh peserta didik. Tantangan dan hambatan terhadap mata pelajaran agama Islam sangat tinggi dalam era informasi globalisasi seperti saat ini. Oleh karena itu peneliti menganggap penting untuk mengadakan penelitian dalam hal motivasi siswa terhadap materi pelajaran agama Islam, khususnya faktor-faktor yang dapat meningkatkannya maupun penghambat.

Sekolah dasar negeri dalam hal ini peneliti anggap sebagai sekolah umum yang lebih mementingkan pelajaran umum dari pada pelajaran keagamaan. Hal itu dapat dibuktikan dengan kurangnya jam pelajaran yang diberikan,sarana pembelajaran keagamaan seperti mushola dan buku-buku keagamaan selain buku teks wajib pun sedikit sekali sekolah yang menyediakan.

Peneliti berkeyakinan bahwa sekolah umum menyelenggarakan pendidikan Agama Islam sekedar memenuhi amanat undang-undang saja dan kurang memotivasi siswanya untuk berprestasi dalam bidang keagamaan.

B. Rumusan Masalah

(7)

a. Bagaimana motivasi siswa kelas IV terhadap materi PAI di SDN Kebonsari 04 Sukun Malang?

b. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa kelas IV terhadap pengajaran PAI di SDN Kebonsari 04 Malang?

C. Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan motivasi siswa kelas IV terhadap materi PAI di SDN Kebonsari 04 Sukun Malang.

b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang melatarbelakangi motivasi siswa terhadap materi PAI di SDN Kebonsari 04 Sukun Malang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi:

a) SDN Kebonsari 04 Sukun Malang sebagai bahan peningkatankualitas pendidikan agama Islam.

b) Peneliti, guna menambah wawasan dan cakrawala keilmuan khususnya yang berkaitan dengan pendekatan pembelajaran.

c) Peneliti selanjutnya, guna mempermudah penelitian lanjutan yang mungkin lebih kompleks tentang motivasi belajar siswa.

d) Pengembangan ilmu pengetahuan sebagai bahan informasi tentang proses pembentukan motivasi siswa.

E. Batasan Istilah

Tinjauan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1. Hasil meninjau; pandangan; pendapat(sesudah meneliti, mempelajari, dsb).2. perbuatan meninjau. Peneliti membatasi pengertiantinjauandalam penelitian ini dengan mengartikan tinjauan sebagai hasil laporan kegiatan dimana peneliti mengunjungi lokasi penelitian, melakukan observasi, wawancara dan mendokumentasikan hasil penelitian tentang motivasi siswa kelas IV terhadap materi pendidikan agama Islam di SDN Kebonsari 04 Sukun Malang.

(8)

dengan tujuan tertentu; 2)Psikologi usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Motivasi dalam penelitian ini adalah minat atau kecondongan siswa kelas IV terhadap materi pendidikan agama Islam yang disampaikan oleh guru di kelas.Motivasi siswa dikatakan baik ketika indikator-indikator di bawah ini tercapai, diantaranya:

 Siswa yang hadir dikelas hampir semua memperhatikan dengan antusias materi yang disampaikan guru.

 Ketidak hadiran siswa rendah.

 Siswa hadir tepat waktu menghadiri kelas

 Siswa mengikuti pelajaran dengan gembira dan tidak terpaksa

 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan dengan sungguh-sungguh

 Siswa mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik Motivasi dikatakan rendah atau buruk ketika:

 Kebanyakan siswa tidak memperhatikan materi yang disampaikan guru

 Ketidak hadiran siswa tinggi

 Siswa sering telat mengikuti pelajaran

 Siswa mengikuti pelajaran sekedarnya

 Banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan

 Banyak siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah

Materi pendidikan agama Islam di sekolah umum menurut GBPP PAI tahun 1994 adalah:

“usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan denganmemperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain

dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujdkan persatuan nasional.”17

17 Drs. Muhaimin,M.A. et. al., Paradigma Pendidikan Islam:Upaya Mengefektifkan

(9)

Peneliti membatasi istilah “Pendidkan Agama Islam” sebagai materi pelajaran agama Islam yang tercantum di dalam buku teks pelajaran agama Islam kelas IV SD di bawah kurikulum Diknas.

F. Sistematika Penulisan

I. BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang penelitian tentang motivasi siswa terhadap materi PAI di SDN Kebonsari 04 Sukun.

II. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka terdiri dari pengertian motivasi, pengertian pendidikan agama Islam, motivasi siswa terhadap pengajaran agama Islam, Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi siswa terhadap pengajaran agama Islam.

III. BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian berisi tentang jenis penelitian yang dilakukan peneliti, pendekatan penelitian, pemilihan wilayah penelitian, pemilihan SDN Kebonsari 04 Sukun Malang sebagai obyek penelitian, penentuan informan atau responden penelitian, teknik pengambilan data dan teknik analisis dan penyajian data.

IV. BAB IV Pembahasan

Pembahasan mendeskripsikan tentang hasil penelitian tentang motivasi siswa kelas IV terhadap pengajaran agama Islam di SDN Kebonsari 04 Sukun Malang dan faktor-faktor pendorong dan penghambat motivasi siswa kelas IV terhadap pengajaran agama Islam di SDN Kebonsari 04 Sukun Malang.

V. Penutup

Penutup berisi kesimpulan dan saran terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Daftar Pustaka

(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Motivasi.

Motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan satu tindakan dengan tujuan tertentu.”18 Menurut bahasa Arab motivasi disebut dengan عفادلا yang

berasal dari akar kata عفد yang berarti mendorong atau menolak.19

Sedangkan menurut istilah, motivasi didefinisikan oleh Printich & Schunk (di dalam Wahyuni, 2009) sebagai proses yang terjadi di dalam diri individu yang mengarahkan aktivitas individu mencapai tujuan yang perlu didorong dan dijaga.20 Motivasi dapat

juga dikatakan serangkaian usaha unruk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsangoleh faktor dari luar tetapi motivasi tumbuh di dalam diri seseorang. 21 Menurut Atkinson (dalam Esa Nur Wahyuni, 2009) “motivasi adalah

sebuah istilah yang mengarah kepada adanya kecenderungan bertindak untuk menghasilkan satu atau lebih pengaruh-pengaruh.22

Dalam kegiatan belajar motivasi merupakan hal yang sangat penting dan berperan dalam mendorong dan mengarahkan kativitas belajar siswa. Motivasi terbangun dari berbagai macam aspek dan faktor yang sangat kompleks. Aspek dan faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang dalam bertindak, atau mendorong siswa untuk belajar giat saling terkait satu sama lain. Ketidakadaan satu variabel saja dapat mempengaruhi “kekuatan” motivasi dalam mendorong sesseorang dalam bertindak. Faktor-faktor seperti kebutuhan, orongan, minat, nilai-nilai, kepercayaan adalah faktor-faktor internal yang ada dalam diri seseorang dan mempengaruhi motivasi. Faktor-faktor in disebut motivasi intrinsik. Sedangkan tekanan, hadiah, hukuman, dan 18 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia(Jakarta, 2008)hal. 973.

19 KH. Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif), hal. 409,

20 Esa Nur Wahyuni, Motivasi dalam Pembelajaran(Malang: UIN-MALANG PRESS, 2009)hal. 13.

21 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT RAJAGRAFINDA PERSADA, 2011) hal.75.

(11)

lain sebagainya dikategorikan sebgai faktor eksternal yang berasal dari luar diri seseorang tetapi juga dapat mempengaruhi motivasi, disebut motivasi ekstrinsik (Deci & Ryan, 1985, dalam Esa Nur Wahyuni, 2009).

1. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tubuh dari dalam diri seseorang dan telah menjadi fenomena yang penting dalam pendidikan. Karena motivasi intrinsik berasal dari keinginan yang murni dari diri seseorang, ia akan terus ada sampai tujuan atau keinginannya tercapai.

Dalam pembelajaran, ketika siswa termotivasi secara intrinsik, maka siswa tersebut belajarnya terarah kepada kepuasan diri mencapai keinginannya daripada sekedar menghindari tekanan, mendapat hadiah, atau faktor-faktor eksternal lainnya. Brewster & Fager dalam Esa Nur Wahyuni (2009)23 dalam penelitiannya

menemukan beberapa karakteristik siswa yang termotivasi secara intrinsik, antara lain:

a. Siswa yang termotivasi secara intrinsik akan menunjukkan skor tes berprestasi lebih tinggi dari siswa yang termotivasi secara ekstrinsik (Dev, 1997, Skinner & Belmont, 1991),

b. Lebih mudah beradaptasi dengan situasi lingkungan di sekolah (Skinner & Belmont, 1991),

c. Lebih banyak menggunakan strategi-strategi dalam memproses dan memahami informasi (Lumsden, 1994),

d. Lebih memilki percaya diri akan kemampuannya pada saat menerima atau mempelajari materi baru,

e. Lebih banyak menggunakan logika dan strategi dalam mengumpulkan informasi, serta menggunakan strategi-strategi dalam mengambil keputusan dari pada siswa yang termotivasi secara eksintrik (dev, 1997),

f. Mengingat informasi dan konsep-konsep lebih lama, sehingga tidak terlalu membutuhkan remedial atau review (Dev, 1997),

(12)

g. Lebih memiliki semangat atau keinginan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi (belajar sepanjang hayat) dari pada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik dalam belajar (Khon, 1993).

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi eksintrik dibangun dari stimulus dari luar diri seseorang. Oleh karena itu sifatnya temporer, selama stimulus masih ada motivasi akan terus ada dalam diri seseorang tersebut. Namun ketika stimulus itu hilang, maka motivasi itu pun akan hilang meski tujuan dari stimulus itu belum tercapai.

Menurut Deci & Ryan (2000) dalam Esa Nur Wahyuni (2009) pada umumnya pendidikan di sekolah tidak dirancang untuk menumbuhkan motivasi intrinsik, sehingga seringkali muncul pertanyaan bagaimana memotivasi siswa untuk melakukan aktivitas yang dapat menimbulkan self regulate, tanpa tekanan atau kontrol eksternal, dan menjadi bagian ari tanggung jawab siswa sendiri.

B. Pengertian Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan agama Islam terdiri dari tiga kata, yaitu pendidikan, agama dan Islam. Pendidikan berasal dari kata didik yang berarti“memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran”.24

C. Motivasi Siswa Terhadap Pengajaran Agama Islam

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Siswa Terhadap Pengajaran Agama Islam Di Sekolah.

(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Deskripsi Latar Penelitian.

Dalam penelitian kali ini, peneliti memohon izin kepada kepala sekolah SDN Kebonsari 04 Sukun untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut dan menyerahkan surat pengantar dari Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang sebagai bukti dalam penelitian yang dilakukan.

Obyek penelitian ini merupakan sekolah dasar negeri yang berada di bawah payung Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Secara sosio-geografis, SDN Kebonsari 04 Sukun terletak di pinggiran kota Malang. Suatu kawasan tempat bertemunya modernitas perkotaan yang menonjolkan materialistik dan kearifan lokal pedesaan yang religius dan gotong royong.

B. Popoulasi

Populasi merupakan sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa IV SD Negeri Kebonsari 04 Sukun yang berjumlah 40 siswa.

C. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pendekatan kualitatif. Yaitu peneliti mengumpulkan data-data yang tidak bersifat numerik, tetapi berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, memo dan dokumen resmi seperti raport ataupun ledger.

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumen. Untuk mengetahui lebi jelas, penulis akan menguraikan sebagai berikut:

a. Observasi

Peneliti mengadakan observasi terhadap kegiatan belajar mengajar, keadaan sekolah, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan orang tua siswa dan sarana yang dimiliki serta kegiatan pembelajaran agama Islam untuk mendapatkan gambaran umum kondisi obyektif sekolah.

(14)

Peneliti mengadakan wawancara dengan Kepala Sekolah, para guru, siswa dan orang tua siswa guna mendapatkan data tentang motivasi siswa kelas IV terhadap pengajaran Agama Islam di SDN Kebonsari 04 Sukun.

c. Dokumen

Peneliti memerlukan berbagai dokumen, diantaranya data guru Agama Islam, data siswa, absensi guru, absensi siswa, buku ledger, akta sekolah dan lain-lain.

D. Pemilihanwilayah.

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, berserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di SDN Kebonsari 04 Kacuk Sukun Malang, Jawa Timur.

SDN Kebonsari 04 Kacuk Sukun merupakan sekolah dasar negeri yang berada di pinggiran kota Malang. Pinggiran kota merupakan tempat bertemunya budaya hedonis dan materi perkotaan dengan budaya sosial religius pedesaan.

E. Pemilihan SDN Kebonsari 04 Sukun

Peneliti mengadakan penelitian di SDN Kebonsari 04 dengan alasan bahwa SDN Kebonsari 04 Sukun merupakan sekolah dasar umum negeri yang notabene lebih dengan harapan dapat menemukan faktor-faktor yang dapat meningkatkan maupun yang menjadi penghambat motivasi siswa terhadap pengajaran agama Islam.

F. Penentuan informan / Responden penelitian

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa catatan wawancara, rekaman dokumen, nilai pelajaran agama Islam yang tertera dalam buku ledger dan raport.Peneliti membuat instrumen wawancara guna menemukan faktor-faktor baik yang dapat meningkatkan maupun yang dapat menghambat motivasi siswa terhadap materi pendidikan agama Islam. Dalam hal ini peneliti menggali data dari orang tua tentang bagaimana sikap belajar siswa di rumah, juga fasilitas yang disediakan orang tua bagi siswa.

(15)

Peneliti menentukan responden dari kelas IV karena dinilai sebagai kelas pertengahan yang dapat diajak berkomunikasi dengan baik juga tidak mengganggu persiapan menghadapi ujian nasional ketika mengambil dari siswa kelas VI.

Sumber data berikutnya adalah guru agama sebagai pengampu materi pelajaran agama Islam. Peneliti mengambil data berupa nilai ulangan dan raport siswa, kurikulum serta metode pengajaran yang digunakan.

Peneliti melakukan observasi lapangan untuk menentukan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa terhadap pengajaran agama Islam di SDN Kebonsari 04 Kacuk Sukun.

G. Analisis Data

Setelah data-data terkumpul, peneliti menganalisa dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, artinya data-data yang terkumpul dipilah-pilah dan dikelompokkan. Sedangkan angka-angka yang ada dijumlahkan, dibagi, diprosentase dan dikualitaskan.

Referensi

Dokumen terkait

Pembagian daerah banjir dibagi menjadi 3 wilayah yaitu wilayah barat diwakili Kecamatan Malo (Desa Desa Tulungagung), wilayah tengah diwakili Kecamatan Trucuk (Desa

Selain itu ketidaksesuaian antara kebutuhan peralatan pertahanan negara serta kemampuan teknis dan finansial industri nasional di sisi lain merupakan salah satu

Daya tarik visual merupakan elemen-elemen vi- sual dalam desain kemasan terdiri dari logo sebagai indetitas merek, bentuk kemasan, huruf, warna, ilustrasi, dan tata letak

[r]

Judul Skripsi : Analisis Tingkat Kepentingan ( Importance ) dan Kinerja ( Performance ) Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen : Studi Kasus Pada Cipaganti Travel Cabang

Sebagai ilustrasi dari fungsi keep ditunjukkan seperti dalam ladder diagram pada gambar dibawah sedangkan statement list ditunjukkan pada tabel di bawah dan timing

Lumban Silintong sebagai salah satu desa di Balige memiliki perkembangan ekonomi yang layak untuk diteliti.. Perkembangan dimaksud dipengaruhi antara lain oleh pemekaran

Oleh karena hanya sedikit terionisasi berarti dalam larutan asam lemah terjadi kesetimbangan reaksi antara ion yang dihasilkan asam tersebut dengan molekul asam