• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Active Learning terhada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Metode Active Learning terhada"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Makalah Individu

Penerapan Metode

Active Learning

Terhadap Aktivitas Siswa

pada Implementasi Kurikulum 2013 Pembelajaran Matematika

Siswa Kelas VIIB SMPN 5 Makassar

MASNUR

14B07105

KELAS H

PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah harus interaktif,

inspriratif, menyenangkan, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta

memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas dan kemandirian sesuai dengan

bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa (Permendiknas RI No.

41). Hal tersebut menunjukkan bahwa peran aktif siswa dalam pembelajaran

merupakan suatu keharusan, artinya bahwa mengajar yang didesain guru harus

berorientasi pada aktivitas siswa.

Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan indikator adanya

keinginan siswa untuk belajar. Dalam pembelajaran siswa harus aktif berbuat.

Dalam proses kemandirian belajar siswa diperlukan adanya aktivitas, siswa bukan

hanya jadi objek tapi subyek didik dan harus aktif dalam proses kemandirian dan

pembelajaran dapat tercapai.

Setelah melakukan observasi di SMPN 5 Makassar, penulis melihat

aktivitas siswa pada kelas VIIB selama proses pembelajaran materi pecahan masih

cenderung pasif dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Aktivitas siswa ini berdasarkan dari skenario pembelajaran guru yang

menekankan pada langkah-langkah pendekatan scientific pada kurikulum 2013.

Pada awal pembelajaran, guru menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa dan

guru berusaha mendorong siswa untuk mengamati peristiwa-peristiwa di sekitar

(3)

hanya sebatas mendengar kemudian menyalin materi pecahan yang disajikan oleh

guru, tidak ada umpan balik dari siswa. Setelah itu, guru menfasilitasi siswa untuk

bertanya tentang materi pecahan yang belum dimengerti berdasarkan penjelasan

dari guru. Namun, tidak ada respon dari siswa dan hanya mengangguk paham.

Tapi, saat guru bertanya kembali kepada siswa tentang pecahan-pecahan yang

senilai, kurangnya respon dari siswa. Siswa belum berani untuk bertanya,

mengemukakan pendapat dan berdiskusi dengan teman mengenai materi pecahan.

Dan menurut hasil wawancara dengan guru, siswa masih terbiasa dengan

pembelajaran langsung yang hampir sebagian proses pembelajaran berpusat pada

guru, sehingga pola pikir siswa yang masih melekat “siswa ingin diajar” bukan

“siswa yang ingin belajar”, yang mengakibatkan aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran menjadi pasif.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, siswa masih terbiasa dengan

pembelajaran yang berpusat pada guru. Tidak ada interaksi yang terjadi antara

guru dan siswa, maupun antara siswa dengan siswa sehingga proses pembelajaran

cenderung satu arah. Siswa belum terbiasa menggunakan pendekatan scientific

karena dari kelas sebelumnya siswa hanya menerima materi saja dan

pembelajaran berpusat pada guru. Sedangkan, pada kurikulum 2013 guru hanya

(4)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka

penulis merumuskan masalah yaitu bagaimana upaya mengoptimalkan aktivitas

siswa pada pembelajaran matematika materi pecahan siswa kelas VIIB SMPN 5

Makassar?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui upaya

mengoptimalkan aktivitas siswa pembelajaran matematika materi pecahan siswa

(5)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kurikulum 2013

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang

dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach).

Langkah-langkah ilmiah dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi

melalui pengamatan, bertanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.

1. Mengamati (Observing)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran hendaklah guru membuka secara luas

dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan:

melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk

melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,

membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun

kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari

informasi.

2. Menanya (Questioning)

Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan:

pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkret sampai kepada

(6)

yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang

lebih abstrak. Kompetensi yang diharapkan dalam menanya adalah

mengembangkan kretivitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pernyataan

untuk membentuk pikiran kritis.

3. Menalar (Associating)

Kegiatan mengolah informasi/menalar dilakukan untuk menemukan

keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari

keterkaitan informasi tersebut. Kompetensi yang dihapkan adalah

mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan

menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam

menyimpulkan.

4. Mencoba (Experimenting)

Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk mencoba (experimenting)

adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut

tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang

tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan

hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5)

mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik

simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan

hasil percobaan.

5. Mengkomunikasikan (Networking)

Pada dendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada

(7)

dapat dilakukan melalui menuliskan atau menciptakan apa yang ditemukan dalam

kegiata mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola. Hasil tersebut

disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau

kelompok. Kegiatan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran adalah

menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara

lisan, tertulis, atau media lainnya.

B. Aktivitas Pembelajaran

1. Pengertian Aktivitas Pembelajaran

Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu

indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan

kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.

Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah Kegiatan-kegiatan yang mengarah pada proses belajar

seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat

menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja sama dengan siswa lain, serta

tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan (Supinah, 2009).

Dalam proses pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek atau pelaku

kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku kegiatan belajar, maka guru

hendaknya merencanakan pembelajaran yang menuntun siswa melakukan

aktivitas belajar sendiri atau mandiri. Siswa mandiri dengan materi-materi yang

telah diberikan agar siswa berminat dalam belajar dan perkembangan pikirannya

dengan tujuan ilmu yang didapat secara mandiri (Hakim, 2013).

Aktivitas siswa dalam pembelajaran sebagai berikut.

(8)

b. Beraktivitas sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa

secara integral.

c. Menumpuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa.

d. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga mengembangkan

pemahaman berpikir kritis serta menghindari verbalitas.

e. Pembelajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam

kehidupan di masyarakat.

Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting yang

mendasar yang harus dipahami, disadari, dan dikembangkan oleh setiap guru di

dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat diterapkan oleh siswa dalam setiap

bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya ketrlibatan secara

optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik jika dibutuhkan (Aunurrahman,

2011:119)

Menurut Streibelt (Supinah, 2009), aktivitas belajar siswa di kelas lebih

ditekankan kepada interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa

atau antara siswa denga media instruksional. Aktivitas belajar siswa yang baik

dapat terjadi apabila apabila guru mengupayakan situasi dan kondisi pembelajaran

yang mendukung.

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan

yang dilakukan dalam proses interaksi guru dan siswa dalam rangka mencapai

proses pembelajaran. Aktivitas dimaksudkan di sini penekanannya pada siswa,

sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi

(9)

2. Indikator-Indikator Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Indikator-indikator aktivitas siswa dalam pembelajaran (Supinah, 2009)

sebagai berikut.

1. Berpikir Kompleks (Complex Thinking)

Berpikir kompleks, artinya siswa menggunakan berbagai strategi berpikir

kompleks dengan efektif dan menerjemahkan suatu tugas menjadi langkah kerja

dengan tujuan yang jelas.

2. Memproses Informasi (Information Communication)

Memroses informasi, artinya siswa menggunakan berbagai strategi teknik

pengumpulan informasi dan berbagai sumber informasi dengan efektif, siswa

menginterpretasikan dan mensintesiskan informasi dengan efektif, siswa

mengevaluasi informasi dengan tepat, dan siswa mengidentifikasi

kemungkinan-kemungkinan perolehan manfaat tambahan dari informasi.

3. Berkomunikasi Efektif (Effective Communication)

Berkomunikasi efektif, artinya siswa menyatakan/menyampaikan ide

dengan jelas, siswa secara efektif dapat mengomunikasikan ide dengan siswa lain

dengan berbagai cara untuk berbagai tujuan, keterlibatan siswa dalam melakukan

prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan

masalah yang diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung.

Termasuk di dalamnya adalah terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara

siswa dengan siswa atau antara guru dengan siswa. Interaksi ini juga ditandai

dengan keterlibatan semua siswa secara merata, artinya pembelajaran atau proses

(10)

4. Bekerja Sama (Cooperation)

Bekerja sama, artinya siswa berusaha untuk mencapai tujuan kelompok,

siswa menggunakan keterampilan interpersonal dengan efektif, siswa berusaha

untuk memelihara kekompakan kelompok, dan siswa menunjukkan kemampuan

untuk berperan dalam berbagai peran secara efektif.

5. Daya Nalar Efektif (Effective Habits of Mind)

Daya nalar efektif, artinya siswa disiplin diri (self regulatoin) yaitu siswa

mengerti akan pola pikirnya sendiri, membuat rencana yang efektif, dan sangat

peka terhadap umpan balik. Berpikir kritis (critical thinking) yaitu siswa tepat dan

selalu berusaha agar tepat, jelas dan akan selalu berusaha agar jelas, dan berpikir

terbuka. Dan berpikir kreatif (creative thinking) yaitu siswa tetap melaksanakan

tugas walaupun hasilnya belum jelas benar, berusaha sekuat tenaga dan

semampunya, dan mempunyai cara-cara untuk melihat situasi dari perspektif lain

selain yang ada.

3. Indikator-indikator Aktivitas Siswa pada Materi Pecahan

Indikator-indikator aktivitas siswa pada SMPN 5 Makassar dapat dilihat

dari skenario pembelajaran guru sebagai berikut.

Kegiatan Inti Deskripsi Kegiatan Guru Deskripsi Kegiatan Siswa Fase 1 Guru membuka pemahaman

siswa tentang materi

Fase 2 Guru dan siswa saling tanya jawab tentang materi membandingkan bilangan pecahan sesuai dengan pengamatan siswa. Dan siswa menjelaskan konsep pecahan berdasarkan hasil pengamatannya. Fase 3 Guru memberikan soal

membandingkan bilangan

(11)

pecahan. mendiskusikan dengan teman sebangkunya.

Fase 4 Guru meminta beberapa siswa untuk mengerjakan soal di

Fase 5 Siswa dengan bantuan guru menarik kesimpulan tentang materi membandingkan pecahan yang telah dipelajari.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas dalam Pembelajaran

Tiga faktor yang mempengaruhi aktivitas dalam pembelajaran yaitu:

1. Faktor stimuli belajar

Stimuli belajar adalah segala hal diluar individu yang merangsang

individu untuk mengadakan reaksi atau perubahan belajar. Perbuatan atau

aktivitas belajar yang disebabkan faktor stimuli inilah yang menyebabkan adanya

dorongan dan minat dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar. Ada beberapa

hal yang berhubungan dengan faktor stimuli belajar yaitu:

a) Panjangnya bahan pelajaran

Bahan pelajaran yang terlalu panjang atau terlalu banyak dapat

menyebabkan kesulitan individu dalam belajar. Namun demikian, kesulitan

belajar individu tidak semata-mata karena panjangnya waktu untuk belajar,

melainkan lebih berhubungan dengan faktor kelelahan dan kejenuhan siswa dalam

menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak itu.

b) Kesulitan bahan pelajaran

Tiap-tiap bahan pelajaran mengandung tingkat kesulitan yang berbeda.

Tingkat bahan pelajaran mempengaruhi kecepatan belajar siswa. Makin sulit suatu

bahan pelajaran akan lambatlah siswa mempelajarinya dan bahan pelajaran yang

(12)

pelajaran yang sulit harus diupayakan merangsang siswa secara intensif dan aktif

dalam mempelajarinya.

c) Suasana lingkungan eksternal

Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal, antara lain: cuaca,

kondisi tempat, penerangan dan sebagainya. Faktor-faktor ini mempengaruhi

sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajarnya, sebab individu yang belajar

adalah interaksi dengan lingkungannya.

2. Faktor metode belajar

Dalam proses pembelajaran, metode yang digunakan guru akan

mempengaruhi belajar siswa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adalah:

a) Kegiatan berlatih atau praktek

Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi kelupaan, mengingat kembali,

atau memantapkan reaksi terhadap belajar. Latihan yang dilakukan secara maraton

dapat melelahkan dan membosankan, sedangkan latihan yang terdistribusi

menjadi terpeliharanya stamina dan kegairahan dalam belajar. Kegiatan ini perlu

diselingi dengan istirahat supaya tidak menimbulkan kesan membosankan.

b) Bimbingan dalam belajar

Bimbingan dalam belajar ini diperlukan untuk memberikan motivasi

belajar serta pemberian modal kecakapan siswa sehingga dapat melakukan

aktivitas belajar dengan baik.

3. Faktor individual

Faktor individual siswa juga sangat berpengaruh dalam aktivitas belajar

(13)

a) Kematangan

Kematangan yang dicapai oleh individu merupakan proses pertumbuhan

fisiologinya. Kematangan terjadi akibat adanya perubahan kuantitatif di dalam

struktur jasmani, dibarengi dengan perubahan kualitatif terhadap struktur tersebut.

b) Pengalaman sebelumnya

Pengalaman yang diperoleh sebelumnya dari lingkungan mempengaruhi

perkembangan individu dalam memahami dan mempelajari pelajaran.

c) Kondisi kesehatan

Individu yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Seorang

siswa yang badannya sakit akibat penyakit-penyakit tertentu serta kesalahan tidak

akan dapat belajar dengan efektif. Kesehatan yang dijaga dengan baik akan

berpengaruh terhadap efektifnya aktivitas belajar siswa.

C. Metode Active Learning

1. Pengertian Metode Active Learning

Active learning adalah suatu proses pembelajaran yang subyek didiknya

terlibat secara intelektual dan emosional sehingga subyek didik tersebut dapat

berperan aktif dalam proses pembelajaran. Active learning merupakan salah satu

cara atau metode pembelajaran yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa

seoptimal mungkin, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara

lebih efektif dan efisien (Tusholiha, 2010).

Metode active learning pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan

memperlancar stimulus dan respon siswa dalam pembelajaran, sehingga proses

(14)

digunakan dalam menerapkan metode active learning dalam pembelajaran.

Kesemuanya dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas sesuai dengan

jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai oleh siswa (Laily, 2012).

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa active learning

menempatkan siswa sebagai sental dari kegiatan pembelajaran. Pembelajaran

yang berpusat pada siswa akan dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri

siswa, sehingga proses pembelajaran berjalan secara aktif.

2. Komponen-komponen Metode Active Learning

Menurut L. Dee Fink (Takwim islami, 2013), active learning terdiri dari

dua komponen utama yaitu:

a. Dialog (Dialogue)

 Dialog dengan diri sendiri (Dialogue with self)

Dialog dengan diri adalah bentuk belajar dimana para siswa melakukan

berpikir reflektif mengenai suatu topik. Mereka bertanya pada diri sendiri, apa

yang sedang atau harus dipikirkan, apa yang mereka rasakan dari topik yang

dipelajarinya. Mereka “memikirkan tentang pemikirannya sendiri (thinking about

my own thinking)”, dalam cakupan pertanyaan yang lebih luas, dan tidak hanya

berkaitan dengan aspek kognitif semata.

 Dialog dengan orang lain (Dialogue with others)

Bentuk lain dari dialog yang lebih dinamis adalah dengan membagi siswa

ke dalam kelompok-kelompok kecil (small group), dimana para siswa dapat

berdiskusi mengenai topik-topik pelajaran secara intensif. Untuk melibatkan siswa

(15)

misalnya mengajak siswa untuk berdialog dengan praktisi, ahli, dan sebagainya.

Baik yang berlangsung di dalam kelas maupun di luar kelas, melalui interaksi

langsung atau secara tertulis.

b. Pengalaman (Experience)

 Mengamati (Observing)

Kegiatan ini terjadi dimana para siswa dapat melihat dan mendengarkan

ketika orang lain melakukan sesuatu (doing something), terkait dengan apa yang

sedang dipelajarinya. Tindakan mengamati dapat dilakukan secara langsung atau

tidak langsung.

 Melakukan (Doing)

Kegiatan ini menunjuk pada proses pembelajaran di mana siswa

benar-benar melakukan sesuatu secara nyata. Misalnya, membuat desain bendungan

(bidang teknik), mendesain atau melakukan eksperimen (bidang ilmu-ilmu alam

dan sosial), menyelidiki sumber-sumber sejarah lokal (sejarah), membuat

presentasi lisan, membuat cerpen dan puisi (bidang bahasa) dan sebagainya. Sama

halnya dengan mengamati (observing), kegiatan “melakukan” dapat dilaksanakan

secara langsung atau tidak langsung.

3. Kelebihan Metode Active Learning

Kelebihan dari metode active learning sebagai berikut.

 Siswa akan lebih mudah memahami pelajaran bahkan mereka akan

sangat menikmati pelajaran yang akan diberikan.

(16)

 Meningkatkan life skill (keterampilan hidup), sehingga dalam

kehidupan sehari-hari siswa lebih mandiri.

4. Langkah-langkah Metode Active Learning

Langkah-langkah dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan

metode active learning sebagai berikut.

a. Guru membuat kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 orang siswa.

b. Guru memberikan masing-masing kelompok permasalan mengenai materi

pecahan yaitu membandingkan bilangan pecahan. Misalnya:

Dalam suatu acara ulang tahun, undangan yang datang dibagi menjadi 4 kelompok untuk menikmati kue yang sama (bentuk dan ukuran), yang sudah dihidangkan pada masing-masing meja di kelompok tersebut. Kue tersebut dibagi sama rata kepada anak yang menghadap meja. Setiap undangan yang datang boleh memilih duduk di bangku meja mana pun. Adit adalah peserta undangan terakhir yang datang di acara tersebut, melihat bangku meja A sudah ada 6 anak, eja B ada 7 anak, meja C ada 8 anak, dan meja D ada 9 anak.

a.Jika Adit memilih bergabung di bangku meja B, maka banyak bagian kue yang akan didapat oleh Adit akan sama dengan anak yang memilih meja apa? Jelaskan!

b.Jika Adit ingin mendapatkan bagian kue yang paling banyak di antara keempat pilihan, maka seharusnya Adit memilih meja apa? Jelaskan!

c. Guru memberikan instruksi bahwa setiap kelompok harus mendiskusikan

tentang masalah yang diberikan tentang pecahan.

d. Kemudian guru meminta salah seorang siswa dari tiap kelompok untuk

menjelaskan hasil diskusinya tersebut.

e. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil

diskusi dari kelompok temannya.

f. Guru bersama siswa menyimpulkan dan menambahkan hasil diskusi yang

telah diperoleh. Misalnya, siswa dapat mengungkapkan konsep pecahan

(17)

g. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi

pecahan, apabila ada siswa yang belum dimengerti.

h. Guru memberikan contoh soal pecahan dan meminta salah satu siswa untuk

mengerjakan soal tersebut di depan kelas.

i. Guru memberikan latihan kepada siswa agar siswa dapat lebih mengerti dan

memahami materi yang baru saja diperhatikan.

Menurut Lindgred (Tusholiha, 2010) dalam proses pembelajaran active

learning ada 4 jenis interaksi dalam pembelajaran, yaitu:

Interaksi satu arah, dimana guru bertindak sebagai

penyampai pesan dan siswa sebagai penerima pesan.

Interaksi dua arah antara siswa dengan guru, dimana

guru memperoleh balikan dari siswa.

Interaksi dua arah antara guru dengan siswa, dimana

mendapat balikan dari siswa. Selain itu, siswa saling

(18)

D. Materi Pecahan

Dalam kehidupan sehari-hari kadang kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang berkaitan dengan bilangan pecahan. Misalnya, lebih memilih bagian atau bagian? Jika tujuannya adalah memilih bagian yang lebih banyak tentunya kita harus tahu, manakan di antara bilangan pecahan tersebut yang lebih besar nilainya. Berikut disajikan masalah yang terkait dengan bilangan pecahan.

Dalam suatu acara ulang tahun, undangan yang datang dibagi menjadi 4 kelompok untuk menikmati kue yang sama (bentuk dan ukuran), yang sudah dihidangkan pada masing-masing meja di kelompok tersebut. Kue tersebut dibagi sama rata kepada anak yang menghadap meja. Setiap undangan yang

c. Jika Adit memilih bergabung di bangku meja B, maka banyak bagian kue yang akan didapat oleh Adit akan sama dengan anak yang memilih meja apa? Jelaskan!

d. Jika Adit ingin mendapatkan bagian kue yang paling banyak di antara keempat pilihan, maka seharusnya Adit memilih meja apa? Jelaskan!

(19)

Untuk meenyatakan gambar 1.33 kita perlu menggunakan bilangan pecahan. Dengan membagi menjadi bagian-bagian seperti pada gambar 1.33, kita bisa menyatakan sebagai berikut.

a. Pada gambar 1.33 kue dibagi menjadi 4 bagiannyang sama yang tersisa adalah 3 bagian. Sehingga banyak kue adalah 3 dari 4 bagian kue atau bagian kue. b. Pada gambar 1.33 tinggi gelas dibagi menjadi 5 bagian sama. Tinggi air yang

tersisa di gelas adalah 3 dari 5 bagian. Sehingga banyaknya air bagian air. c. Panjang kain dibagi menjadi 3 bagian sama panjang kain yang tersisa adalah 2

dari 3 bagian. Sehingga panjang kain yang tersisa adalah potong kain. Bilangan pecahan pada beberapa pernyataan di atas adalah untuk menyatakan bagian dari keseluruhan jika a dan b adalah bilangan bulat dengan dan

, maka , a disebut pembilang sedangkan b disebut penyebut.

Berdasarkan informasi yang kalian dapat dari mengamati di atas, buatlah

pernyataan yang memuat kata “membandingkan bilangan pecahan”

Suatu bilangan pecahan menyatakan nilai yang sama, yaitu . Pecahan-pecahan yang senilai disebut pechan ekuivalen atau sama. Perhatikan ilustrasi berikut. Bagian yang berwarna kuning jika dinyatakan dalam bentuk pecahan sebagai berikut.

(20)

1. Dengan menggunakan tanda sama dengan lebih dari atau kurang dari. Bandingkan pecahan-pecahan berikut.

a. c.

b. d.

2. Urutkan bilangan pecahan yang lebih besar dari bilangan berikut.

3. Tentukan bilangan yang lebih besar dari bilangan berikut. a. a adalah bilangan bulat positif

b. b adalah bilangan bulat negatif

c. c dan d adalah bilangan bulat positif, dengan

(21)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa

dalam pembelajaran perlu memperhatikan aktivitas siswa yang sesuai dengan

langkah-langkah pendekatan scientific pada kurikulum 2013 yaitu, mengamati,

menanya, menalar, mencoba, dan menyimpulkan, agar siswa lebih aktif dan

mandiri dalam memperoleh pengetahuan. Metode Active Learning dapat

mengubah mindset guru dalam mengelolah proses pembelajaran sehingga

aktivitas siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Karena metode Active

Learning menekankan pada proses pencarian pengetahuan dan siswa dipandang

sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses

pembelajaran. Dan metode Active Learning mengarahkan aktivitas belajar siswa

di kelas lebih ditekankan kepada interaksi antara guru dengan siswa, dan antara

siswa dengan siswa sehingga aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menjadi

lebih aktif dan menyenangkan.

B. Saran

Diharapkan bagi para pendidik untuk menerapkan metode Active

Learning dalam proses pembelajaran sehingga aktivitas siswa di kelas menjadi

lebih aktif dan mandiri sehingga dalam proses pembelajaran terciptalah situasi

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Hakim. 2013. Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran.

http://www.zainalhakim.web.id/keaktifan-siswa-dalam-proses-pembelajaran.html#sthash.8pZivYN3.dpuf diakses tanggal 28/11/2014

Kunandar. 2007. Guru Profesinal. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kemendikbud. 2013. Langkah Langkah Pendekatan Scientific Kurikulum 2013.

http://kurikulum2013kemendikbud.blogspot.com diakses tanggal

28/11/2014

Laily, L. H.. 2012. Penggunaan Metode Active Learning “Index Card Match”

pada Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Lazim. 2013. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Kurikulum

2013. Yogyakarta.

Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta:BPNS

Supinah. 2013. Bagaimana Mengukur Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran?.

Takwin Islami. 2013. Solusi Alternatif Membuat Siswa Aktif dalam Belajar.

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Jadi disini muncul sebuah relasi akan konstruksi dimana tradisi jamasan pusaka ini tidak bisa dilepaskan oleh masyarakat desa Ngliman, dimana ruang antara masyarakat

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai koefisien jalur sebesar 0.8292, artinya secara kualitatif gambaran hubungan ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan

Analisis spektrum pada jaringan INATEWS yang terbentuk akan dilihat pada rentang frekuensi 5 Hz – 10 Hz apakah masih berada dalam batasan Peterson Model

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompensasi tidak berpengaruh signi- fikan terhadap motivasi, hal ini dapat dise- babkan selain insentif yang kurang dapat juga

Pada penelitian ini pengukuran kepuasan kerja Job Describtion Index (IDI) yang dibuat oleh Smith, Kendall dan Hulin (1969). Kepuasan kerja terdiri dari 5 aspek yaitu: promosi,

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

2) Strategi Pengembangan Iklim Investasi Daerah dengan program Peningkatan Ilkim Investasi dan Realisasi Investasi melalui Kegiatan Penyederhanaan Prosedur Perizinan

Hak paten sebesar Rp120 juta yang diperoleh perusahaan pada tanggal 1 Januari 2000 (estimasi masa manfaat 8 tahun) belum pernah diamortisasi.. Hutang dagang sebesar