• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan jaringan air bersih dengan a

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perencanaan jaringan air bersih dengan a"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH MASYARAKAT DENGAN AIR TANAH DANGKAL DI DUSUN LENDANGGUAR

DESA KEDARO-LOMBOK BARAT

Design of Water Supply For Community With Shallow Ground Water At Lendangguar Kedaro Village – West Lombok District

Tugas Akhir

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil

Oleh :

MARTA SYA’BANI F1A 009 040

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MATARAM

(2)

PERENCANAAN DENGAN AIR TANAH

DESA KEDARO

Telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Pembimbing

1. Pembimbing Utama

I D G. Jaya Negara, ST., NIP. 19690624 199703

2. Pembimbing Pendamping

Agustono Setiawan

NIP. 19700113 199702 1 001

ii

PERENCANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH MASYARAKAT AIR TANAH DANGKAL DI DUSUN LENDANGGUAR

DESA KEDARO - LOMBOK BARAT

Oleh : Marta Sya’bani

F1A 009 040

Telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Pembimbing

Pembimbing Utama

Jaya Negara, ST., MT. Tanggal : September 199703 1 001

Pembimbing Pendamping

Setiawan, ST., MSc. Tanggal : September 199702 1 001

PENYEDIAAN AIR BERSIH MASYARAKAT DUSUN LENDANGGUAR

Telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Pembimbing

September 2014

(3)

PERENCANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH MASYARAKAT DENGAN AIR TANAH

DESA KEDARO

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

1. Penguji I AIR TANAH DANGKAL DI DUSUN LENDANGGUAR

DESA KEDARO - LOMBOK BARAT

Oleh : Marta Sya’bani

F1A 009 040

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 6 September 2014 NIP . 19680201 199703 1 002

Saidah, ST., MT. 720609 199703 2 001

(4)

iv

hidayah-Nya, sehingga dengan usaha yang maksimal akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Tugas akhir ini berjudul “Perencanaan Penyediaan Air Bersih Masyarakat Dengan Air Tanah Dangkal Di Dusun Lendangguar Desa Kedaro-Lombok Barat”. Tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan wajib akademis yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram untuk memperoleh gelar sarjana (S-1).

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Terima kasih.

Mataram, September 2014

(5)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Tugas Akhir ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya terutama kepada : 1. Bapak Yusron Saadi, ST.,MSc(Eng).,Ph.D., selaku Dekan Fakultas

Teknik Universitas Mataram,

2. Bapak Jauhar Fajrin, ST.,MSc(Eng).,Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram,

3. Ibu Tri Sulistyowati, ST.,MT., selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram,

4. Bapak IDG. Jaya Negara, ST.,MT., selaku Dosen Utama yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penyusunan Tugas Akhir ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik,

5. Bapak Agustono Setiawan, ST.,MSc., selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan ide, saran dan arahan serta motivasinya,

6. Bapak Salehudin, ST., MT., selaku Dosen Penguji I.

7. Bapak Lalu Wirahman W., ST., MSc., selaku Dosen Penguji II. 8. Ibu Humairo Saidah, ST., MT., selaku Dosen Penguji III.

9. Ibu Shofia Rawiana, ST.,MT., selaku Dosen wali yang telah memberikan banyak saran dan arahannya selama perkuliahan,

10. Keluarga kecilku, orang tuaku dan adik-adikku yang selalu memberikan dukungan semangat dan doanya,

11. Rekan seperjuangan dan teman-teman angkatan 2009, terima kasih untuk semua bantuan ide dan dukungannya,

12. Serta semua pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini.

(6)

vi

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

INTISARI... ... xvi

ABSTRACT... ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Perencanaan ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Manfaat Perencanaan ... 3

BAB II. DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka ... 4

2.2 Landasan Teori ... 5

2.2.1 Sumber Air Bersih ... 5

2.2.2 Standar Kualitas Air Bersih... 7

2.2.3 Pengambilan Air Tanah ... 7

2.2.4 Kebutuhan Air Bersih ... ... 9

2.2.5 Sistem Penyediaan Air Bersih ... . 15

2.2.6 Analisis Jaringan Pipa ... 16

2.2.7 Sistem Jaringan Transmisi... 27

(7)

vii

2.2.9 Bak Pelepas Tekan (BPT)... 30

2.2.10 Pemilihan Pipa... ...30

BAB III. METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 Lokasi Perencanaan ... 32

3.2 Pelaksanaan Perencanaan... 33

3.2.1 Tahap Persiapan... .33

3.2.2 Pengumpulan Data... 33

3.2.3 Analisis Data... .34

3.3 Bagan Alir Perencanaan ... ...37

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Perhitungan Debit Potensi Sumber Air ... .38

4.2. Analisis Kualitas Sumber Air... ...42

4.3. Proyeksi Jumlah Penduduk... ...43

4.4. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih... 50

4.5. Analisis Hidrolika Jaringan Pipa... ...54

4.6. Analisis Struktur dan Konstruksi ... ..68

4.6.1. Perencanaan Reservoir... 68

4.6.2. Perencanaan Bak Penampungan... 84

4.6.3. Perencanaan Sumur ... 86

4.7. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) ... ..91

4.7.1. Volume Pekerjaan ... 91

4.7.2. Rencana Anggaran Biaya (RAB) ... 111

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...118

5.2. Saran ... 119

(8)

viii

Tabel 2.2 Jumlah kebutuhan air sehari-hari ... 11

Tabel 2.3 Kriteria Kebutuhan Air Bersih ... 12

Tabel 2.4 Kekentalan Kinematik (ν) ....………... 19

Tabel 2.5 Koefisien Kekasaran Pipa Hazen – Williams... 20

Tabel 2.6 Koefisien Kekasaran Pipa Hazen-Williams (CH) ... 20

Tabel 2.7 Koefisien kekasaran mutlak, ... 22

Tabel 2.8 Koefisien kehilangan tinggi tekan (K) ... 23

Tabel 2.9 Nilai ke sebagai fungsi dari α ... 25

Tabel 2.10 Koefisien kehilangan untuk penyempitan tiba-tiba ... 26

Tabel 2.11 Koefisien kehilangan pada belokan pipa, Kb ... 26

Tabel 2.12 Jenis pipa, tanah dan pemasangan pipa ... 31

Tabel 4.1 Dalam air yang dipulihkan sesudah pemompaan berhenti ... 39

Tabel 4.2 Besarnya penurunan permukaan air yang tersisa dari air semula.... 40

Tabel 4.3 Hasil uji kualitas air ... 43

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Dusun Lendangguar Selatan dan Timur ... 44

Tabel 4.5 Laju Pertumbuhan Penduduk Dusun Lendangguar Selatan dan Timur ... 45

Tabel 4.6 Perhitungan statistik jumlah penduduk ... 46

Tabel 4.7 Hasil perhitungan mundur jumlah penduduk ... 47

Tabel 4.8 Koefisien korelasi dari hasil perhitungan metode aritmatik ... 48

Tabel 4.9 Koefisien korelasi dari hasil perhitungan metode geometrik ... 48

Tabel 4.10 Koefisien korelasi dari hasil perhitungan metode least square ... 48

Tabel 4.11 Metode yang digunakan untuk tiap dusun ... 49

Tabel 4.12 Proyeksi jumlah penduduk tiap dusun dari tahun 2013-2018... 50

Tabel 4.13 Kebutuhan air bersih Dusun Lendangguar Selatan sampai tahun 2018 ... 52

(9)

ix

Tabel 4.15 Analisis hidrolika jaringan pipa transmisi (Sistem Pompa) ... 59

Tabel 4.16 Analisis hidrolika jaringan pipa transmisi (Sistem Gravitasi)... 63

Tabel 4.17 Rekapitulasi dimensi pipa ... 68

Tabel 4.18 Tampungan reservoir ... 69

Tabel 4.19 Rangkuman Penulangan Struktur Reservoir ... 84

Tabel 4.20 Rangkuman Penulangan Struktur Bak Penampungan Air ... 85

Tabel 4.21 Gaya vertikal dan momen tahanan pada kondisi terisi air ... 89

Tabel 4.22 Tekanan horizontal dan momen tahanan pada kondisi terisi air ... 89

Tabel 4.23 Tekanan horizontal dan momen tahanan sumur pada kondisi Kosong ... 90

Tabel 4.24 Rangkuman Penulangan Pelat penutup sumur ... 91

Tabel 4.25 Panjang kebutuhan pipa ... 92

Tabel 4.26 Rekapitulasi volume galian dan timbunan pipa ... 93

Tabel 4.27 Rekapitulasi volume pekerjaan pelat reservoir... 93

Tabel 4.28 Rekap volume pekerjaan balok, sloof dan kolom reservoir ... 93

Tabel 4.29 Rekapitulasi volume pekerjaan pelat bak penampungan ... 93

Tabel 4.30 Rekap volume pekerjaan balok, sloof dan kolom bak ... 93

Tabel 4.31 Rekap volume pekerjaan sumur rencana ... 93

Tabel 4.32 Rekapitulasi RAB untuk pekerjaan galian dan timbunan pada pekerjaan pipa ... 111

Tabel 4.33 Rencana anggaran biaya pekerjaan reservoir ... 112

Tabel 4.34 Rencana anggaran biaya pekerjaan bak penampungan sementara... 113

Tabel 4.35 Rencana anggaran biaya pekerjaan sumur gali rencana ... 114

Tabel 4.36 Rencana anggaran biaya pekerjaan pemasangan pipa & aksesoris.. 115

Tabel 4.37 Rencana anggaran biaya pekerjaan instalasi listrik ... 116

Tabel 4.38 Rencana anggaran biaya pekerjaan hidran umum (HU) ... 116

(10)

x

Gambar 2.2 Diagram Moody ...………...…... 22

Gambar 2.3 Pembesaran penampang berangsur-angsur ………... 25

Gambar 2.4 Belokan pipa sebagai fungsi sudut belokan α ...……... 26

Gambar 2.5 Sistem transmisi gravitasi ...………... 27

Gambar 2.6 Sistem transmisi pompa ...………... 28

Gambar 2.7 Pipa dengan pompa ...………...………... 28

Gambar 3.1 Peta Lokasi Perencanaan ...………... 32

Gambar 3.2 Bagan Alir Perencanaan ...……...………. 37

Gambar 4.1 Foto sumber air rencana ...……...………. 38

Gambar 4.2 Sketsa penampang sumber air ...……...………. 39

Gambar 4.3 Perkiraan besarnya air yang keluar dengan pemompaan langsung ...……...………...…. 41

Gambar 4.4 Pengambilan sampel air sumur ...……...…. 42

Gambar 4.5 Skema Jaringan Air Bersih Dusun Lendangguar ...……...…. 44

Gambar 4.6 Peta Situasi Jaringan Pipa Air Bersih ...……...…. 55

Gambar 4.7 Skema Perencanaan Jaringan Air Bersih untuk Dusun Lendangguar ...…...…...…. 56

Gambar 4.8 Koefisien fluktuasi kebutuhan air bersih... 68

Gambar 4.9 Grafik Tampungan Reservoir ...……...…. 70

Gambar 4.10 Tekanan gaya-gaya pada dinding dalam kondisi penuh ...…. 71

Gambar 4.11 Distribusi tekanan pada dinding dan dasar reservoir ...…. 71

Gambar 4.12 Distribusi momen pada pelat ...…. 73

Gambar 4.13 Pembagian beban luasan pada pelat ...…. 79

Gambar 4.14 Sketsa tekanan tanah akibat pengaruh kohesi (c) ...…. 88

Gambar 4.15 Sketsa berat sendiri dinding ...…. 89

Gambar 4.16 (a) Galian tanah dan (b) timbunan tanah ...…. 93

Gambar 4.17 Galian tanah dibawah pelat reservoir ...…. 93

(11)

xi

(12)

xii

K : Koefisien permeabilitas (m/jam)

s : Besar penurunan permukaan air (m)

rw : Jari – jari sumur (m)

R : Jari – jari lingkaran pengaruh (m)

h : Dalam dari permukaan air yang dipompa ke permukaan lapisan kedap air di bawah (m)

hs : Dalam air di sumur pada waktu pemompaan d : Jarak dari sumur ke tepi sungai (m)

m : Tebal akuifer (m)

α : Kapasitas spesifik yakni banyaknya air yang keluar per-satuan dalam dari sumur (m2/jam)

Pt : Jumlah penduduk tahun proyeksi Po : Jumlah penduduk tahun ke 0 t : Periode perencanaan

Pn : Jumlah penduduk pada tahun ke-n Pn+1 : Jumlah penduduk pada tahun ke-n+1 r : Persen pertambahan penduduk tiap tahun n : Tahun proyeksi

JP : Jumlah penduduk saat ini (jiwa)

pl% : Prosentase pelayanan yang akan dilayani qD : Kebutuhan air domestik (lt/org/hari) S : Standar kebutuhan air rata-rata (lt/org/hari) qnD :Kebutuhan air non domestik (lt/org/hari) nD% : Prosentase kebutuhan air non domestik qD : Kebutuhan air domestik (lt/org/hari) qT : Kebutuhan air total (lt/hari)

qHL : Kebocoran atau kehilangan air

(13)

xiii qRH : Kebutuhan air rata-rata (lt/hari) qm : Kebutuhan air maksmum (lt/hari)

F : Faktor hari maksimum (antara 1,15 - 1,7) z1 : Energi statis batas (m)

h : Kehilangan tenaga selama pengaliran dalam sistem (m)

V : Kecepatan aliran (m/det) A : Tampang saluran (m2) D : Diameter pipa (m)

Re : bilangan Reynold tak berdimensi,

υ : kekentalan kinematik (m2/dt) (Tabel 2.4)

Rh : Jari-jari hidrolis (m)

I : Kemiringan gradien hidrolis n : Koefisien kekasaran pipa Manning

hf : Kehilangan tenaga akibat gesekan (m)

L : Panjang pipa (m)

CH : Koefisien gesekan Hazen – Williams S : Kemiringan garis energi

f : Koefisien tahananan permukaan pipa atau dikenal dengan koefisien gesekan Darcy-Weisbach (faktor gesekan) yang nilainya ditentukan oleh bilangan Reynolds

P : Keliling basah (m)

g : Percepatan gravitasi (m/det2)

K : Koefisien kehilangan tinggi tekan minor (tabel)

hm : Kehilangan tenaga minor akibat lubang masuk pipa (m) km : Koefisien kehilangan energi minor

he : Kehilangan tenaga minor akibat pembesaran penampang (m) V1 : Kecepatan aliran di pipa pertama (m/det)

A1, A2 : Luas penampang pipa pertama dan pipa kedua (m2)

hc : Kehilangan tenaga minor akibat pengecilan penampang (m) kc : Koefisien kehilangan energi akibat penyempitan

(14)

xiv b : Ukuran lebar penampang struktur (mm) be : Ukuran lebar efektif pada balok L/T (mm) Sb : Tebal selimut beton (mm)

d : Tebal efektif penampang struktur (mm) a : Tinggi blok tekan ekivalen (mm)

Mn : Momen nominal penampang struktur (N.mm) K : Faktor momen pikul (Mpa)

As : Luas tulangan tarik (mm2) S : Jarak penulangan (mm) As : Luas tulangan tarik (mm2) As’ : Luas tulangan tekan (mm2) As,u : Luas tulangan perlu (mm2) Mr : Momen rencana (N.mm)

f’c : Kuat tekan beton yang disyaratkan pada umur beton 28 hari (Mpa) ρ : Ratio penulangan pada struktur

n : Jumlah tulangan (batang)

fy : Kuat tarik atau kuat leleh baja tulangan (Mpa) Cl : Koefisien momen pelat lapangan dari PBI 1971 Ct : Koefisien momen pelat tumpuan dari PBI 1971 Mlx : Momen lapangan arah x (kg.m)

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

Foto Sumur Dangkal Eksisting

Hasil Analisis Uji Kualitas Air Sumur Gali Hasil Pengukuran Jalur Pipa

Hasil Pengujian Fisik dan Geser Tanah Peta Situasi Jaringan Pipa

Skema Perencanaan Jaringan Air Bersih Dusun Lendangguar

Lampiran II

Long Section Dan Cross Section

(16)

xvi

yang jauh lebih tinggi dari sumber air, tentu akan mengalami kesulitan untuk mensuplai air tersebut ke permukiman penduduk karena belum tersedianya jaringan PDAM dari pemerintah setempat. Kondisi seperti ini dialami oleh masyarakat Dusun Lendangguar, Desa Kedaro, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan jaringan air bersih yang sesuai dengan keadaan topografi di wilayah tersebut.

Perencanaan ini menganalisis proyeksi laju pertumbuhan penduduk dan kebutuhan air bersih sampai tahun 2018. Selanjutnya menganalisis hidrolika sistem penyediaan air bersih menggunakan program microsoft exel, yaitu meliputi dimensi pipa, kecepatan aliran, debit yang mengalir ke lokasi sasaran, perhitungan volume pekerjaan serta menghitung rencana anggaran biaya.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh jumlah kebutuhan air bersih untuk Dusun Lendangguar, Desa Kedaro, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat sebesar 0,45 l/dt. Sistem jaringan air bersih berupa pipa trasmisi pompa Ø31,25 mm dan pipa trasmisi gravitasi Ø100 mm, Ø75 mm, Ø63 mm, serta Ø50 mm. Dilengkapi dengan bangunan pelengkap yaitu 1 sumur rencana, 1 bak penampungan sementara dan 1 reservoir serta bangunan bagi yaitu 6 Hidran Umum. Untuk rencana anggaran biaya pada perencanaan air sumur dangkal untuk jaringan air bersih masyarakat di Dusun Lendangguar, Desa Kedaro dibutuhkan anggaran biaya sebesar Rp.424.360.000,00.

(17)

xvii

ABSTRACT

The level of public demand for fresh water is growing as the demand of system of water supply keep increasing. In residential areas that are much higher than the water source, it would be difficult to supply water to the population because of the unavailability of PDAM network from local government. This kind of conditions experienced by Lendangguar, Kedaro Village, Sekotong District, West Lombok regency. Therefore, it is necessary to design the clean water network in accordance with the topography of the region.

This plan analyzes the rate of population growth and water needs until the year of 2018, then analyze the hydraulics of water supply systems using microsoft exel program, which includes the dimensions of the pipe, the flow velocity, discharge that flow to the target location, calculation the volume of work, as well as calculating the budget plan.

Based on the results obtained by analysis of the amount of water needs for Lendangguar, Kedaro Village, Sekotong District, West Lombok regency is 0.45 l/s. Water network system in the form of transmission pipeline pump are Ø31,25 mm and Ø100 mm pipe trasmisi gravity, Ø75 mm, o63 mm, and Ø50 mm. Equipped with complementary building plan that is 1 wells, 1 tank and 1 reservoir and temporary buildings for the Public Hydrant 6. For a budget plan on shallow wells for planning water supply network people in Lendangguar, Kedaro village, budget needed is Rp.424.360.000,00.

(18)

1

1.1. Latar Belakang

Air bersih merupakan kebutuhan pokok manusia dan setiap kehidupan lainnya selain makanan. Lebih luas dari sekedar makanan dan minuman, air diperlukan untuk berbagai kepentingan yang saat ini merupakan kebutuhan pokok seperti memasak, mandi dan mencuci atau berbagai bentuk kebersihan lingkungan lainnya. Kesehatan lingkungan dapat terwujud jika didukung oleh kesehatan air di lingkungan tersebut. Oleh karenanya air benar-benar menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan yang sehat.

Bagi daerah permukiman yang permukaan tanahnya lebih rendah dari sumber air, kebutuhan air bersih mungkin tidak akan menjadi masalah karena air akan mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah. Pada daerah permukiman yang permukaan tanahnya jauh lebih tinggi dari sumber air, tentu akan mengalami kesulitan yang cukup berarti untuk mensuplai air tersebut ke permukiman penduduk, oleh karena itu diperlukan suatu rancangan agar mampu menaikkan air tersebut.

Kondisi seperti ini dialami oleh masyarakat Dusun Lendangguar Selatan dan Timur, Desa Kedaro, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Tidak adanya sumber air seperti mata air, air permukaan (air sungai, waduk maupun danau) yang mengalir sehingga satu-satunya untuk memenuhi kebutuhan akan air

bersih, penduduk menggunakan air tanah yang diambil dari sumur-sumur gali

yang berada di sekitar rumah mereka karena belum tersedianya jaringan PDAM

dari pemerintah Kabupaten Lombok Barat. Keberadaan air sumur di daerah ini

(19)

2

masih harus turun perbukitan menuju sumur-sumur dangkal yang merupakan satu-satunya sumber air terdekat. Daerah permukiman penduduk yang jauh berada di atas sumber air serta kondisi topografi yang kurang mendukung, sehingga dimusim kemarau masyarakat kesulitan mendapatkan pasokan air dan sampai saat ini masyarakat masih kekurangan air bersih.

Oleh karena itu, perlu ada upaya bagaimana air tersebut dapat dinaikkan sehingga pengambilannya menjadi lebih mudah dan operasionalnya sederhana. Untuk kasus ini, perlu ada rancangan bagaimana air sumur dapat dinaikkan. Selain itu data debit keluaran sumur perlu direncanakan sebagai data dasar penyediaan air untuk potensi air baku masyarakat. Data topografi dan jalur pipa juga diperlukan untuk desain, agar rancangan menjadi lengkap. Dengan data-data tersebut diharapkan rancangan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka hal ini perlu dicarikan solusi terbaik didalam merancang suatu pemanfaatan air sumur dangkal untuk jaringan pipa air bersih dengan menggunakan teknologi yang tepat, agar distribusi jaringan air bersih bisa mencukupi dan terbagi secara merata ke permukiman penduduk di Dusun Lendangguar, Desa Kedaro.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Berapa besar debit potensi sumur dangkal yang akan dijadikan sumber air bersih masyarakat Dusun Lendangguar, Desa Kedaro?

2. Berapa besar kebutuhan air bersih penduduk di Dusun Lendangguar, Desa Kedaro?

3. Bagaimana sistem jaringan pengambilan dan distribusi air bersih serta bangunan pelengkap yang akan digunakan di Dusun Lendangguar, Desa Kedaro?

(20)

1.3. Tujuan Perencanaan

Pada dasarnya tujuan dari perancangan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui besar debit potensi air sumur dangkal untuk kebutuhan air bersih masyarakat Dusun Lendangguar, Desa Kedaro Lombok Barat.

2. Untuk mengetahui kebutuhan air bersih penduduk Dusun Lendangguar, Desa Kedaro.

3. Mengetahui sistem jaringan pipaair bersih dan bangunan pelengkap yang akan digunakan di Dusun Lendangguar, Desa Kedaro.

4. Untuk mengetahui besar biaya (Rencana Anggaran Biaya) yang dibutuhkan.

1.4. Batasan Masalah

Untuk membatasi permasalahan yang terlalu luas maka diperlukan batasan-batasan permasalahan sebagai berikut :

1. Analisis yang dilakukan membahas perencanaan jaringan air bersih.

2. Data debit air bersih yang digunakan untuk perencanaan adalah data debit pada sumur dangkal existing,

3. Perhitungan kebutuhan air bersih Dusun Lendangguar hanya diproyeksi sampai 5 tahun mendatang yaitu sampai tahun 2018,

4. Perencanaan skema jaringan pipa transmisi dan distribusi dengan menggunakan pipa konvensional,

5. Tidak melakukan uji kualitas air yang bersifat biologis,

6. Pengujian kualitas air yang bersifat fisik dan kimiawi dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Masyarakat Pulau Lombok, Mataram.

1.5. Manfaat Perencanaan

(21)

4

BAB II

DASAR TEORI

2.1.Tinjauan Pustaka

Lalu Turmuji Azhar (1999), perencanaan jalur pipa didasarkan pada hasil pemetaan tofografi pada survey pendahuluan. Jalur pipa diusahakan dengan jarak yang terpendek dan kehilangan energi sekecil mungkin, dengan mempertimbangkan kondisi geologi di daerah setempat. Jika kapasitas debit maksimal yang dapat dialirkan pipa lebih kecil dari debit yang harus dialirkan, maka diameter pipa harus direncanakan lagi. Selanjutnya jaringan transmisi dievaluasi lagi terhadap aspek hidrolika aliran dan kemampuan bahan pipa menahan tekanan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan pengaliran air dalam pipa dan kemampuan pipa manahan tekanan, agar kebocoran pipa akibat tekanan hidrolika yang berlebihan dapat dihindari.

Tauhid Ichyar, dkk (2005), sistem jaringan pendistribusian air yang baik adalah dengan mengalirkan air dengan debit dan pressure (tekanan) yang cukup, serta melaksanakan pengendalian program jaringan pipa dengan memperhatikan hal-hal berikut :

a. Pengaliran air harus senantiasa dikendalikan secara terpadu, sehingga

pressure dan debit di daerah pelayanan lebih kurang akan sama.

b. Bila pressure dan debit terlalu tinggi, maka kebocoran air akan sering terjadi. Idealnya air maksimum yang baik di jaringan pipa 4,00kg/cm2.

(22)

Putrie Riezkiarrosyadie (2013), sistem jaringan penyediaan air bersih untuk hasil proyeksi 5 dan 10 tahun kedepan didapatkan total jumlah kebutuhan air bersih untuk daerah pelayanan PDAM Cabang Utama Tanjung sebesar 51 liter/detik dan 82 liter/detik. Berdasarkan hasil simulasi program Epanet 2.0 untuk proyeksi tahun rencana didapatkan nilai tekanan yang masih memenuhi kriteria standart Dirjen Cipta Karya (10 m sampai 100 m) setelah dilakukan perubahan dimensi untuk beberapa pipa transmisi dan distribusi. Pada tahun 2017 dan 2022 kisaran nilai tekanan air berturut-turut adalah 29,52 m sampai 70,38 m dan 21,84 m sampai 67,59 m.

2.2.Landasan Teori 2.2.1. Sumber Air Bersih

Menurut Soemarto (1987), air yang dapat kita manfaatkan bagian dari daur hidrologi (Hydrology Cycle) dibagi menjadi 3 golongan sebagai berikut ini. 1) Air permukaan, seperti air danau, air rawa, air sungai dan sebagainya,

2) Air tanah, seperti mata air, air tanah dalam atau air tanah dangkal, 3) Air atmosfer, seperti hujan, es atau salju

Anonim (2011), Beberapa sumber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air bersih dikelompokkan sebagai berikut:

1) Air Hujan

Air hujan disebut dengan air angkasa. Beberapa sifat kualitas dari air hujan adalah sebagai berikut:

a. Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat-zat mineral dan air hujan pada umumnya bersifat lebih bersih

b. Dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di udara seperti NH3, CO2, ataupun SO2.

2) Air Permukaan

(23)

6

selama pengalirannya, pengotoran tersebut disebabkan oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, limbah industri, kotoran penduduk dan sebagainya.

Air permukaan yang biasanya dimanfaatkan sebagai sumber atau bahan baku air bersih adalah:

a. Air waduk (berasal dari air hujan)

b. Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air)

c. Air danau (berasal dari air hujan, air sungai atau mata air)

3) Air tanah

Linsley dan Franzini (1991), Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah, yang dibedakan menjadi:

a. Air tanah dangkal

Air ini terdapat pada kedalaman sekitar 15 m dari permukaan tanah dangkal sebagai sumber air bersih, dari segi kualitas agak baik namun dari segi kuantitas sangat tergantung pada musim.

b. Air tanah dalam

Air ini memiliki kualitas yang agak baik dibandingkan dengan air tanah dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebeas dari bakteri, sedangkan kuantitasnya tidak dipengaruhi oleh musim.

4) Mata air

Dari segi kualitas, mata air sangat baik bila dipakai sebagai air baku. Karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan, sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Biasanya lokasi mata air merupakan daerah terbuka, sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar. Contohnya banyak ditemui bakteri E.–coli pada air tanah.

(24)

2.2.2. Standar Kualitas Air Bersih

Di indonesia ketentuan pengolahan air dalam rangka meningkatkan kualitas air tidak terlepas dari tujuan penyediaannya. Ketentuan umum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 / MENKES/ PER/IX/1990 membedakan antara istilah air minum dan air bersih dimana air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, sedangkan air bersih adalah air yang diperlukan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Dalam peraturan tersebut juga dijelaskan tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air antara lain sebagai berikut ini.

1. Syarat fisik, antara lain: air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan suhu antara 10o - 25 o C (sejuk)

2. Syarat kimiawi, antara lain: tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun, tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan, cukup yodium dan pH air antara 6,5 – 9,2.

3. Syarat bakteriologi, antara lain: tidak mengandung kuman-kuman penyakit

seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.

2.2.3. Pengambilan Air Tanah

Sosrodarsono dan Takeda (2003), menjelaskan bahwa air tanah dapat diambil melalui sumur atau serambi infiltrasi. Besarnya air yang keluar dalam sumur dapat diketahui dengan 2 cara yaitu sebagai berikut.

1) Perhitungan dengan rumus

a. Untuk akuifer yang tebal dan air keluar dari dasar sumur. Jika dasar sumur itu berbentuk bola, maka:

Q = 2 Ksrw (2.1)

dengan :

Q = banyaknya air yang keluar (m3/jam) K = koefisien permeabilitas (m/jam)

(25)

8

rw = jari – jari sumur (m)

b. Rumus Forchheimer : Jikaakuifer itu tidak terlalu tebal dan air keluar dari dasar dan sisi sumur, maka:

= ,

, ,

, (2.2)

dengan :

R = jari – jari lingkaran pengaruh (m)

H = tebal akuifer (m)

h = dalam dari permukaan air yang dipompa ke permukaan lapisan kedap air di bawah (m)

hs = dalam air di sumur pada waktu pemompaan (m)

c. Sumur-sumur lain : jika sumur itu digali dalam dataran banjir di tepi sungai, maka aliran di dalam tanah dari sungai itu langsung masuk ke dalam sumur. Banyak air yang keluar untuk air tanah bebas adalah sebagai berikut.

= , ( ) (2.3)

dengan :

d = jarak dari sumur ke tepi sungai (m)

H = tebal akuifer (m)

h = dalam dari permukaan air yang dipompa ke permukaan lapisan kedap air (m).

2) Perhitungan dengan pemompaan langsung

Konsep perhitungan pemompaan langsung yaitu diumpamanya air keluar dari dasar sumur dan waktu yang diperlukan untuk pemulihan permukaan air sampai setengahnya setelah pemompaan dihentikan. Persamaan yang digunakan adalah:

(26)

s = (h0 – h) (2.5)

α = , (2.6)

dengan :

h0 = Pemulihan permukaan air sampai ke permukaanya semula sebelum

pemompaan dimulai (m)

h = Dalam air yang dipulihkan sesudah pemompaan berhenti (m)

s = Penurunan permukaan air yang tersisa dari air semula (m)

α = Kapasitas spesifik yakni banyaknya air yang keluar per-satuan dalam dari sumur (m2/jam)

t = Waktu yang diperlukan untuk mencapai setengah kedalaman air sampai ke permukaan semula (jam)

A = Luas dasar sumur (m2)

Q = α.H (2.7)

Q = Banyaknya air yang keluar (m3/jam)

H = Dalam air efektif yaitu dalamnya air di atas kaki kelep pompa (m)

2.2.4. Kebutuhan Air Bersih

1) Perhitungan Proyeksi Jumlah Penduduk

Metode proyeksi jumlah penduduk yang digunakan dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih sebagai berikut (Anonim, 2011):

1) Metode Rata-rata Aritmatik

Pn = Po + (Tn – To) Ka (2.8)

Ka = (2.9)

dengan:

Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n Po = jumlah penduduk pada tahun dasar Tn = tahun ke n

To = tahun dasar

(27)

10

P1 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun pertama P2 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir T1 = tahun ke I yang diketahui

T2 = tahun ke II yang diketahui

2) Metode Geometrik

Metode ini banyak dipakai karena mudah dan mendekati kebenaran.

Pt = Po (1 + r)n (2.10)

dengan :

Po = jumlah penduduk tahun yang diketahui

r = persen pertambahan penduduk tiap tahun

n = tahun proyeksi

3) Metode Least Square

Y = a + bX (2.11)

dengan :

Y = nilai variabel berdasarkan garis regresi X = variabel independen

a = konstanta

b = koefisien arah regresi linier

Adapun persamaan a dan b adalah sebagai berikut:

a =∑ .∑.∑ ∑ .∑ (∑ ) (2.12)

b = .∑.∑ ∑ .∑ (∑ ) (2.13)

Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan analisis dengan menghitung koefisien korelasi (Pearson Correlation Coefficient). Rumus koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

(28)

Pengujian hipotesis atau model mengenai korelasi adalah sebagai berikut : r = 0, maka tidak ada hubungan antara dua variabel tersebut

r > 0, maka ada hubungan positif r < 0, maka ada hubungan negatif

Tabel 2.1. Besaran hubungan koefisien korelasi

No r (Koefisien korelasi) Ukuran tingkat hubungan

1 0,0 < r < 0,2 Sangat rendah

2 0,2 < r < 0,4 rendah

3 0,4 < r < 0,6 Sedang

4 0,6 < r < 0,8 Kuat

5 0,8 < r < 1,0 Sangat kuat

Sumber : Dillon dan Goldstein (1984)

Metode perhitungan proyeksi jumlah penduduk yang paling mendekati 1 adalah metode yang terpilih.

2) Macam Kebutuhan Air Bersih

Clark (1977dalamRadianta Triatmadja,2006), memperkirakan kebutuhan manusia akan air untuk kegiatan sehari-hari sebagai berikut.

Tabel 2.2. Jumlah kebutuhan air sehari-hari

(29)

12

R. Triatmadja (2006), Kebutuhan air berfluktuasi berdasarkan musim. Kebutuhan air maksimum pada hari puncak mencapai 20% lebih banyak dibanding kebutuhan rerata harian. Berikut tabel kriteria kebutuhan air bersih Dirjen Cipta Karya, 1998 (dalam D. Sumartoro, 2013):

Tabel 2.3. Kriteria Kebutuhan Air Bersih

No. Uraian

Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk ( Jiwa ) Kota Kota Kota Kota

Desa Metropolitan Besar Sedang Kecil

> 1.000.000 500.000 s/d

2 Konsumsi Unit Hindran Umum

(HU) (liter/orang/hari) 30 30 30 30 30

Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya (1998)

Secara teoritis perbedaan karakter pemanfaatan air dan kebutuhan air tergantung pada beberapa hal berikut :

1. Usia pengguna (anak, pertumbuhan dan produktifitas, lanjut usia) 2. Adat istiadat, kebiasaan serta agama

(30)

4. Cuaca dan iklim 5. Harga layanan Air

6. Tingkat pendapatan (individual atau keluarga)

7. Tingkat kesadaran masyarakat akan air bersih yang sehat.

Untuk mengetahui jumlah kebutuhan air yang harus disediakan tergantung dari jenis pemakaian air untuk berbagai macam keperluan, yang pada umumnya terbagi dalam :

1) Kebutuhan air domestik

Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air rumah tangga untuk berbagai keperluan seperti memasak, mandi, mencuci, dan lain-lain.

2) Kebutuhan air non-domestik

Kebutuhan air non-domestik adalah kebutuhan air yang digunakan untuk beberapa kegiatan meliputi kebutuhan air untuk:

a. Kebutuhan institusional seperti perkantoran dan tempat pendidikan, b. Industri dan komersial seperti pasar, rumah makan, hotel dan lain-lain, c. Kebutuhan fasilitas umum yaitu tempat ibadah, rekreasi dan terminal.

3) Perhitungan Jumlah Kebutuhan Air

Anonim (2005 dalam D. Sumartoro,2013), Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menghitung jumlah kebutuhan air bersih, antara lain:

1. Kebutuhan Air Domestik

Untuk jumlah kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani dikalikan dengan standar kebutuhan air perorang perhari (S), sedangkan jumlah penduduk yang dilayani dapat dihitung dengan jumlah penduduk dikalikan dengan prosentase pelayanan yang akan dilayani (pl%), dihitung dengan persamaan berikut:

qD = JP x (pl%) x S (2.15)

dengan :

JP = Jumlah penduduk saat ini (jiwa)

(31)

14

qD = Kebutuhan air domestik (lt/org/hari)

S = Standar kebutuhan air rata-rata

2. Kebutuhan Air Non Domestik

Untuk keperluan air non-domestik dihitung dengan cara kebutuhan air domestik dikalikan dengan prosentase kebutuhan air non-domestik. Dihitung menggunakan persamaan berikut :

qnD = (nD%) x qD (2.16)

dengan :

qnD =Kebutuhan air non domestik (lt/org/hari)

nD% = Prosentase kebutuhan air non domestik qD = Kebutuhan air domestik (lt/org/hari)

3. Kebutuhan Air Total

Kebutuhan air total adalah kebutuhan air domestik yang ditambahkan dengan kebutuhan air non domestik, dihitung dengan persamaan berikut:

qT = qD+ qnD (2.17)

dengan :

qT = Kebutuhan air total (lt/hari)

4. Kehilangan dan Kebocoran

Kehilangan air akibat kebocoran dapat dihitung dengan persamaan berikut:

qHL = qT x (Kt%) (2.18)

dengan :

qHL = Kebocoran atau kehilangan air

Kt% = Prosentase kehilangan atau kebocoran

5. Kebutuhan Air Rata-rata

Dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

(32)

dengan :

qRH = Kebutuhan air rata-rata (lt/hari)

qT = Kebutuhan air total (lt/hari)

qHL = Kebocoran atau kehilangan air (lt/hari)

6. Kebutuhan Air Jam Maksimum/puncak

Kebutuhan air jam maksimum yaitu besar air maksimum yang dibutuhkan pada jam tertentu pada kondisi kebutuhan air maksimum. Didapatkan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

qm = qRH x F (2.20)

dengan :

qm = Kebutuhan air maksmum (lt/hari)

qRH = Kebutuhan air rata-rata (lt/hari)

F = Faktor hari maksimum = 1,2 (Radianta Triadmadja, 2006)

2.2.5. Sistem Penyediaan Air Bersih

Anonim (1980 dalam L. Turmuji, 1999), secara garis besar bangunan dan perlengkapan yang mungkin terdapat pada sistem penyediaan air bersih sebagai berikut.

1) Bangunan penangkap (pengambilan) air

Bangunan penangkap air adalah suatu bangunan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menangkap air dari sumber air agar dapat digunakan sebagai sumber air baku pada sistem penyediaan air bersih. Secara garis besar bangunan penangkap air ini dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:

a. Bangunan penangkap air dari mata air yang disebut broundcaptering

b. Bangunan penangkap air dari air permukaan yang disebut intake

c. Bangunan penangkap air dari air tanah dangkal/air tanah dalam yang disebut

sumur dangkal atau sumur bor.

2) Jaringan perpipaan

(33)

16

a. Jaringan pipa transmisi (pipa pembawa air), yaitu pipa yang mengalirkan air dari bangunan penangkap air ke bangunan pengolah air atau reservoir (bila tidak ada bangunan pengolah air).

b. Jaringan pipa distribusi (pipa pembagi air), yaitu jaringan pipa yang mengalirkan air dari unit pengolahan atau reservoir pembagi menuju konsumen dan semua perlengkapan yang ada untuk menjaga kelancaran pembagian dan kualitas air.

Linsley dan Franzini (1991), syarat pipa untuk sistem distribusi adalah cukupnya kekuatan dan ketahanan terhadap karat setinggi mungkin. Besi tuang, baja berlapis semen, plastik dan semen asbes dapat diandalkan untuk ukuran kecil, sedangkan baja dan beton bertulang lebih kompetitip untuk ukuran besar.

3) Perlengkapan jaringan pipa

Yang dimaksud dengan perlengkapan jaringan pipa adalah seluruh peralatan yang dipasang pada jaringan pipa, antara lain sambungan-sambungan pipa seperti kran, valve (katup pengatur aliran) dan sebagainya.

4) Fasilitas mesin

Fasilitas mesin pada sistem penyediaan air bersih ini adalah pompa.

2.2.6. Analisis Jaringan Pipa

Robert J. Kodoatie (2001), Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada pipa adalah adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berupa udara pada saluran terbuka. Jadi seandainya pada pipa alirannya tidak penuh sehingga masih ada rongga yang berisi udara maka sifat dan karakteristik alirannya sama dengan aliran pada saluran terbuka. Oleh karena itu konsep analisis aliran pada pipa harus pada kondisi pipa terisi penuh dengan air.

1) Teori kekekalan energi (Hukum Bernoulli)

(34)

Gambar 2.1. Garis tenaga dan garis tekanan

Energi total adalah jumlah energi karena ketinggian elevasi (potensial energy), energi tekanan (pressure energy), dan energi kecepatan (velocityhead). Prinsip energi kekal ini lebih dikenal dengan Theorema Bernoulli dan dengan persamaan dapat ditulis :

+ + = + + (2.21)

Persamaan ini berlaku untuk zat cair ideal. Dalam suatu sistem yang mengalirkan zat cair selalu diikuti dengan kehilangan energi/tenaga. Dengan memperhitungan kehilangan tenaga ini, maka persamaan tersebut menjadi :

+ + = + + + ℎ (2.22)

dengan :

z1 = energi statis batas (m)

= energi tekanan (m)

= energi kecepatan (m)

h = kehilangan tenaga selama pengaliran dalam sistem (m)

2) Kehilangan Energi Pada Pipa (friction loss)

(35)

18

a. Kehilangan tinggi besar (major losses), hf

Walau menggunakan teorema bernoulli untuk kondisi ideal tanpa gesekan (frictionless), setiap pipa memiliki tahanan gesekan terhadap gerak air (frictional resistance) oleh karena kekasaran pipa.

b. Kehilangan tinggi kecil (minor losses), hm

Kehilangan tinggi ini disebabkan oleh gangguan lokal terhadap aliran normal dalam pipa. Beberapa contoh gangguan lokal tersebut adalah:

1. Lubang masuk dan keluar ke dan dari dalam pipa

2. Perubahan bentuk penampang tiba-tiba (pembesaran dan penyempitan)

3. Belokan pipa

4. Halangan (tirai, pintu air)

5. Perlengkapan pipa (sambungan, katup, percabangan, dan lain-lain)

Bilangan Reynolds menunjukkan bahwa aliran dapat diklasifikasikan berdasarkan suatu angka tertentu. Angka tersebut diturunkan dengan membagi kecepatan aliran didalam pipa dengan nilai kekentalan zat cair dibagi rapat massa zat cair dikali diameter pipa. Angka Reynolds mempunyai bentuk berikut (B. Triatmodjo,2008):

Re = v

V

D. (2.23)

dengan :

Re = bilangan Reynold tak berdimensi, D = diameter pipa (m),

V = kecepatan rerata aliran (m/dt),

υ = kekentalan kinematik (m2/dt) (Tabel 2.4)

Nilai batas Reynold untuk kondisi aliran pada saluran tertutup (pipa) adalah sebagai berikut :

NR < 2000 = aliran laminer

NR > 4000 = aliran turbulen

(36)

Tabel 2.4. Kekentalan Kinematik (ν)

Suhu (0C) Kekentalan Kinematik Suhu (0C) Kekentalan Kinematik

(m2/dt) (m2/dt)

0 1,785.10-6 40 0,658.10-6

5 1,519.10-6 50 0,553.10-6

10 1,306.10-6 60 0,474.10-6

15 1,139.10-6 70 0,413.10-6

20 1,003.10-6 80 0,364.10-6

25 0,893.10-6 90 0,326.10-6

30 0,800.10-6 100 0,294.10-6

Sumber: Radianta Triatmadja (2006:3-39)

a. Kehilangan Energi Primer (Major Losses)

Untuk menentukan besarnya kehilangan tenaga akibat gesekan (Mayor loss) didasarkan pada persamaan kontinuitas.

Q = V .A (2.24)

= π (2.25)

Untuk mengetahui kebutuhan tinggi tekan yang sesuai dengan karakteristik sistem pemasangan dan dimensi pipa serta bangunan pelengkap yang diperlukan dengan pendekatan Formulasi Hazen-Williams

(Streeter dan Wylie, 1998) sesuai persamaan berikut:

ℎ = ,, . , , (2.26)

dengan :

hf = Kehilangan tinggi tekan/tenaga (m) CH = Koefisien gesekan Hazen – Williams

L = Panjang pipa (m)

D = Diameter pipa (m)

Linsley dan Franzini (1991), debit aliran pada pipa dalam satuan metrik SI dapat dihitung dengan persamaan berikut.

Q = 0,2785 x CH x D2,63 x S0,54 (2.27)

dengan :

(37)

20

S = ∆h/jarak (2.28)

S = Kemiringan garis energi

Sedangkan untuk mengetahui kecepatan aliran dalam pipa dapat dihitung dengan persamaan 2.29 berikut.

V = 0,85 x CH x R0,63 x S0,54 (2.29)

dengan :

V = Kecepatan aliran (m/dt)

R = D/4 = Jari-jari hidrolis pipa (m)

Nilai CH tergantung pada kekasaran masing-masing jenis pipa seperti pada

Tabel-tabel berikut.

Tabel 2.5. Koefisien Kekasaran Pipa Hazen – Williams

No. Jenis Bahan Pipa Koefisien Kekasaran

1 AC 130

2 Ductile, Cart Iron, GIP 120

3 PVC 130

4 DICL, MSCL 130

Sumber:Spesifikasi Teknis Konstruksi Bangunan Pengambil Air Baku, Departemen PU 1998

Tabel 2.6. Koefisien Kekasaran Pipa Hazen-Williams (CH)

(38)

Bambang Triatmodjo (2008), kecepatan aliran dalam pipa dapat dihitung dengan menggunakan rumus Manning yang dalam bentuk persamaan dapat ditulis sebagai berikut :

V = . Rh 2/3. I1/2 (2.30)

dengan :

V = kecepatan aliran (m/det)

Rh = radius hidraulik (m) =

A = luas penampang pipa (m2)

P = keliling basah (m)

n = koefisien kekasaran pipa Manning

Sedangkan untuk kemiringan gradien hidrolis (I) digunakan persamaan :

I =

L hf

(2.31)

dan untuk pipa lingkaran,

D = 4 Rh (2.32)

Maka persamaan kehilangan tenaga akibat gesekan (mayor loss) menjadi :

hf = , . . , . (2.33)

Selain itu juga persamaan yang digunakan untuk menentukan kehilangan tinggi besar adalah Darcy-Weisbach. Persamaan dasarnya adalah sebagai berikut (Klaas, 2009) :

hf = (2.34)

atau,

hf = . . . . (2.35) dengan :

f = Koefisien tahananan permukaan pipa atau koefisien gesekan Darcy-Weisbach yang nilainya ditentukan oleh bilangan Reynolds.

(39)

22

Penentuan nilai f secara langsung dengan persamaan empiris yang dikembangkan oleh Swamee & Sharma yang berlaku untuk semua kondisi turbulen, transisi, dan laminer seperti berikut.

f = + 9,5 , . + ,, −

,

(2.36)

Tabel 2.7. Koefisien kekasaran mutlak,

Bahan Nilai dalam mm

Kuningan, timah, gelas, semen yang diaduk secara sentrifugal, lapisan batu bara

Baja yang diperdagangkan atau besi tempa, pipa baja yang dilas

Polyvinyl Chloride (PvC) Besi cor diaspal

Besi berlapis seng (galvanisir) Besi cor

Papan dari kayu Beton

Baja dikeling

0,0015

0,046

0,05 0,12 0,15 0,26 0,18 – 0,9

0,3 – 3,0 9

Sumber: Bambang Triatmodjo (2008)

(40)

b. Kehilangan Energi Sekunder (Minor Losses)

R. Triatmadja (2006), walaupun disebut minor, kehilangan ditempat-tempat tersebut mungkin saja jauh lebih besar debandingkan dengan kehilangan energi akibat gesekan dengan pipa. Dengan demikian kehilangan energi tersebut harus diperhatikan dalam perhitungan. Persamaan kehilangan energi minor:

V = kecepatan rata-rata dalam pipa (m/dt) g = percepatan gravitasi = 9,81 (m/dt2)

K = koefisien kehilangan tinggi tekan minor (tabel)

Kehilangan energi sekunder diabaikan apabila kurang dari 5% kehilangan energi primer.

Tabel 2.8. Koefisien kehilangan tinggi tekan (K)

Perubahan Bentuk Pipa K Perubahan Bentuk

(41)

24

Tabel 2.8. (Lanjutan)

D2/D1 = 0,20 0,08

Pembesaran tiba-tiba Persilangan

D2/D1 = 0,80 0,16 aliran searah 0,5

D2/D1 = 0,50 0,57 aliran bercabang 0,75

D2/D1 = 0,20 0,92

Pembesaran mengerucut 450 Wye

D2/D1 = 0,80 0,03 aliran searah 0,3

D2/D1 = 0,50 0,08 aliran bercabang 0,5

D2/D1 = 0,20 0,13

Sumber: R. Triatmadja (2006)

Lebih jauh klass (2009), mengemukakan bahwa kehilangan energi sekunder disebabkan oleh beberapa hal seperti:

1. Lubang yang masuk ke pipa (entrance)

ℎ = (2.38)

dengan :

hm = kehilangan tenaga minor akibat lubang masuk pipa (m) v = kecepatan aliran di pipa pertama (m/det)

km = koefisien kehilangan energi minor

a. Lubang masuk ujung persegi, km = 0,5

(42)

c. Lubang masuk ujung bulat radius kecil, km = 0,4

2. Pembesaran penampang (expansion)

Dimana Kehilangan tenaga pada pembesaran penampang pipa dapat dicari dengan persamaan berikut :

ℎ = ( ) (2.39)

dengan :

ke = 1 − (2.40)

he = kehilangan tenaga minor akibat pembesaran penampang (m)

V1 = kecepatan aliran di pipa pertama (m/det) A1 = luas penampang pipa pertama (m2)

A2 = luas penampang pipa kedua (m2)

B. Triatmodjo (2008), Kehilangan tenaga pada pembesaran penampang akan berkurang apabila pembesaran dibuat secara berangsur-angsur seperti ditunjukkan dalam gambar 2.3.

Gambar 2.3. Pembesaran penampang berangsur-angsur

Tabel 2.9. Nilai ke sebagai fungsi dari α

α 10º 20º 30º 40º 50º 60º 75º

K’ 0,078 0,31 0,49 0,60 0,67 0,72 0,72

(43)

26

3. Pengecilan penampang (contraction)

Dimana kehilangan energinya dihitung dengan persamaan (kodoatie, 2001):

ℎ = (2.41)

dengan :

hc = kehilangan tenaga minor akibat pengecilan penampang (m)

kc = koefisien kehilangan energi akibat penyempitan

v2 = kecepatan rata-rata aliran dengan diameter D2 (yaitu di hilir dari

penyempitan) (m/det)

D1 = diameter pipa hulu (m)

D2 = diameter pipa hilir (m)

Tabel 2.10. Koefisien kehilangan untuk penyempitan tiba-tiba

D2/D1 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0

Kc 0,50 0,45 0,42 0,39 0,36 0,33 0,28 0,22 0,15 0,06 0,00

Sumber : Klaas (2009)

4. Belokan pipa

Kehilangan tenaga yang terjadi pada belokan tergantung pada sudut belokan pipa. Rumus kehilangan tenaga pada belokan, yaitu :

ℎ = k (2.42)

Gambar 2.4. Belokan pipa sebagai fungsi sudut belokan α

Tabel 2.11. Koefisien kehilangan pada belokan pipa, Kb

Dinding α

15º 30º 45º 60º 90º

Halus 0,042 0,130 0,236 0,471 1,129

Kasar 0,062 0,165 0,320 0,684 1,265

(44)

2.2.7. Sistem Jaringan Transmisi

Jaringan transmisi merupakan jaringan perpipaan yang menghubungkan sumber air bersih dengan jaringan distribusi. Menurut Klaas,(2009), sistem transmisi merupakan sistem yang terdiri dari pipa panjang yang membawa air dari penampungan atau reservoir ke jaringan distribusi di lokasi konsumen. Berdasarkan kondisi tinggi tekan yang tersedia, maka sistem transmisi dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Sistem Transmisi Gravitasi

Gambar 2.5. Sistem transmisi gravitasi

Klaas (2009), Pada sistem gravitasi, letak penampungan cukup tinggi sehingga air dapat mengalir dengan prinsip gravitasi oleh karena tersedia tinggi tekan yang cukup. Persamaan dasar yang digunakan adalah:

ℎ + − = . .. . (2.43)

dengan :

h0 = tinggi air pada penampungan

zo = elevasi penampungan z1 = elevasi titik tinjauan

f = koefisien gesekan Darcy-Weisbach

L = panjang pipa (m)

(45)

28

b. Sistem Transmisi Pompa

Gambar 2.6. Sistem transmisi pompa

Klaas (2009), Dalam sistem pompa elevasi outlet lebih tinggi dari elevasi bak penampungan, sehingga jika kehilangan tinggi minor ditiadakan maka persamaan dasar yang digunakan untuk sistem transmisi pompa adalah:

ℎ + − − = . .. . (2.44)

Sistem pompa pada umumnya menggunakan pompa sentrifugal yang mengalirkan air langsung ke pipa distribusi atau bak penampungan.

Bambang Triatmodjo (2008), kehilangan tenaga adalah ekivalen dengan penambahan tinggi elevasi, sehingga efeknya sama dengan jika pompa menaikkan zat cair setinggi H = Hs + ∑ hf. Dalam gambar 2.7. tinggi kecepatan diabaikan sehingga garis tenaga berimpit dengan garis tekanan.

(46)

Kehilangan tenaga terjadi pada pengaliran pipa 1 dan 2 yaitu sebesar hf1 dan hf2. Pada pipa 1 yang merupakan pipa isap, garis tenaga (dan tekanan) menurun sampai di bawah pipa. Bagian pipa dimana garis tekanan di bawah sumbu pipa mempunyai tekanan negatif. Sedangkan pipa 2 merupakan pipa tekan. Daya yang diperlukan pompa untuk menaikkan zat cair adalah :

= (kgf .m/dt) (2.45)

dengan :

D = daya pompa (hp/horse power)

η = efisiensi pompa (%)

Q = debit aliran (m3/det)

γ = Bj air = 1000 kg/m3

H = tinggi tekanan total/total head (m)

= Hs + ∑ hf

2.2.8. Sistem Jaringan Distribusi

Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air melalui sistem perpipaan dari bangunan pengolahan (reservoir) ke daerah pelayanan (konsumen). Anonim (2011), dalam perencanaan sistem distribusi air bersih, beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain adalah:

1) Daerah layanan dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Jumlah penduduk yang dilayani tergantung pada:

a. Kebutuhan

b. Kemauan/minat

c. Kemampuan atau tingkat sosial ekonomi masyarakat

2) Kebutuhan air adalah debit yang harus disediakan untuk distribusi daerah pelayanan.

3) Letak topografi daerah layanan, yang akan menentukan sistem jaringan dan pola aliran yang sesuai.

4) Jenis sambungan dalam sistem distribusi air bersih dibedakan menjadi:

(47)

30

b. Sambungan rumah,

c. Hidran umum,

d. Terminal air,

e. Kran umum.

Klaas (2009), jaringan distribusi dapat dikategorikan menjadi 3 jenis, yaitu: a. Sistem distribusi bercabang

b. Sistem distribusi tertutup (loop) c. Sistem distribusi campuran.

Pemilihan tergantung dari layout lokasi distribusi. Umumnya di daerah perkotaan seperti perumahan yang letak rumahnya berdekatan dan tata letaknya telah didesain dengan baik maka sistem jaringan distribusi yang sering digunakan adalah sistem tertutup sedangkan daerah pedesaaan dimana letak rumah biasanya berpencar sistem bercabang lebih sering dijumpai.

2.2.9. Bak Pelepas Tekan (BPT)

Bak Pelepas Tekanan berupa bak atau reservoir kecil yang terbuat dari konstruksi beton. Disini tekanan air dalam pipa transmisi akan dilepas sehingga tekanan air akan menjadi sama dengan tinggi muka air dalam Bak Pelepas Tekanan. Anonim (2008), Bak Pelepas Tekan adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk menurunkan tekanan hidrostatis didalam pipa menjadi nol dan ditempatkan bilamana selisih tinggi (ΔH) sebagai berikut:

- 80 meter untuk jenis pipa besi (Galvanis Iron)

- 65 meter untuk jenis pipa PVC (Poly vinyl Carbonat)

2.2.10.Pemilihan pipa

(48)

pemilihan jenis pipa apapun asal dalam jangkauan yang diijinkan, termasuk pemilihan jenis pipa yang menyangkut kualitas air. Beberapa dari faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan pipa adalah :

 Kekuatan pipa terhadap cairan yang akan ditransportasikan  Kondisi pipa, ketersediaan, bahan baku dan biaya pemeliharaan

Pemilihan jenis pipa salah satunya didasarkan kandungan yang terkandung dalam tanah, berikut tabel macam-macam jenis pipa berdasarkan jenis tanah dan cara pemasangannya.

Tabel 2.12. Jenis pipa, tanah dan pemasangan pipa

Jenis tanah Cara

pemasangan

Tekanan maks

Diameter (mm)

50 80-100 150 >200

korosif Ditanam 10 PVC PVC PVC PVC

>10 DCIP DCIP DCIP DCIP

Tidak ditanam 10 GIP GIP GIP GIP

Tidak korosif Ditanam 10 PVC PVC PVC PVC

>10 GIP GIP GIP GIP

Tidak ditanam 10 GIP GIP GIP GIP

(49)

32

BAB III

METODOLOGI PERENCANAAN

3.1.Lokasi Perencanaan

Lokasi perencanaan ini dilakukan pada Dusun Lendangguar, Desa Kedaro, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sumber air baku yang digunakan berasal dari air sumur dangkal (sumur gali) existing pada posisi 8o45’16,8” LS dan 115o59’0,3” BT, dengan tinggi elevasi +214 mDPL. Berikut peta lokasi perencanaan:

Gambar 3.1. Peta Lokasi Perencanaan

Desa Kedaro Lokasi Sumur

Dusun Lendangguar Selatan

Banjar Desa,

Dusun Lendangguar Timur

Banjar Dadap,

Dusun Lendangguar Timur

(50)

3.2.Pelaksanaan Perencanaan

Secara garis besar langkah perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut ini:

3.2.1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang dimaksud adalah survey lokasi yang merupakan langkah awal yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran sementara tentang lokasi perencanaan, pengumpulan literatur–literatur dan referensi yang menjadi landasan teori dalam perencanaan.

3.2.2. PengumpulanData

Ada dua jenis data yang akan digunakan dalam perencanaan ini yaitu data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui instansi-instansi terkait. a. Data Primer

Pengambilan data primer meliputi survey lapangan terhadap sumur-sumur gali (sumur dangkal) untuk mengetahui debit airnya sebagai data dasar untuk melakukan perhitungan kebutuhan air baku. Sumur gali tidak banyak di daerah ini, berdasarkan informasi yang diperoleh dari penduduk sekitar maka sumur penduduk yang berpotensi cukup yang diukur debit airnya. Data yang akan dikumpulkan sebagai berikut :

1) Kedalaman air setelah dilakukan pemompaan 2) Waktu yang diperlukan air sumur terisi kembali 3) Dimensi penampang dan kedalaman sumur

b. Data Sekunder

Adapun data-data sekunder yang dibutuhkan dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut:

1) Data kependudukan

(51)

34

2) Data Topografi

Data topografi ini digunakan untuk pelaksanaan desain teknis dari perencanaan bangunan dan rute atau jalur yang akan digunakan pipa tranmisi jaringan air baku, dengan adanya data topografi ini dapat diketahui hambatan apa saja yang berhubungan dengan kondisi alam yang dapat menghambat kelancaran pembuatan jalur pipa distribusi ke permukiman penduduk, selain itu mempermudah dalam perencanaan penentuan lokasi reservoir.

3.2.3. Analisis Data

Setelah data diperoleh, maka selanjutnya dilakukan analisis. Adapun langkah-langkah analisis sebagai berikut:

1) Perhitungan Debit Potensi Sumber Air

Langkah–langkah yang dilakukan dalam perhitungan debit air sumur gali sebagai berikut :

a. Melakukan pemompaan pada kedalaman tertentu, b. Menghitung waktu air terisi kembali,

c. Menghitung debit air sumur.

2) Analisis Kualitas Sumber Air

Langkah–langkah yang dilakukan dalam pengujian kualitas sumber air sebagai berikut :

a. Pengambilan sampel air

b. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Dinas Kesehatan

3) Proyeksi Jumlah Penduduk

Untuk analisa proyeksi jumlah penduduk digunakan metode pilihan yang menghasilkan nilai koefisien korelasi terbesar diantara metode sebagai berikut:

(52)

Dimana nantinya analisa proyeksi jumlah penduduk digunakan untuk mengetahui perkiraan laju pertumbuhan penduduk dan mengetahui perkiraan total debit air yang dibutuhkan.

4) Perhitungan Kebutuhan Air Bersih

Langkah-langkah perhitungan kebutuhan air bersih adalah sebagai berikut: a. Menentukan data-data dasar perhitungan, yaitu:

- Jumlah penduduk di daerah pelayanan - Cakupan pelayanan

- Tingkat pelayanan domestik (rumah tangga), - Koefisien kehilangan air.

b. Perhitungan jumlah kebutuhan air

- Kebutuhan domestik (Hanya Sambungan hidran umum /HU), - Kehilangan air (Kebocoran)

- Kebutuhan rata-rata - Kebutuhan air maksimum

5) Analisis Hidrolika Jaringan Pipa Air Bersih

Analisis hidrolika menggunakan Microsoft office exel 2007. Adapun langkah-langkah secara umum analisis jaringan pipa adalah sebagai berikut : a. Membuat skema jaringan transmisi dan distribusi,

b. Menentukan elevasi dari tiap titik pengambilan, c. Menghitung kemiringan hidrolis,

d. Menentukan pembagian debit ke masing-masing daerah layanan, e. Menentukan sistem jaringan distribusi termasuk bak tampungannya, f. Merencanakan dimensi pipa pada masing-masing daerah layanan,

(53)

36

6) Analisis Struktur dan Konstruksi

Untuk perhitungan analisa struktur meliputi : a. Perhitungan kapasitas bangunan yang dibutuhkan, b. Perhitungan dimensi bangunan yang dibutuhkan, c. Perhitungan tingkat keamanan kontruksi bangunan.

7) Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Perhitungan volume atau Bill Of Quantity (BOQ) dalam perencanaan sistem jaringan air bersih ini meliputi :

a. Perhitungan panjang pipa transmisi maupun pipa distribusi.

b. Perhitungan galian dan timbunan tanah dalam pelaksanaan konstruksi bangunan dan pemasangan pipa.

c. Perhitungan volume kebutuhan bangunan pelengkap pada jaringan sistem air bersih.

(54)

3.3.Bagan Alir Perencanaan

Gambar 3.2. Bagan Alir Perencanaan

Debit Potensi & Kualitas Air Sumur

Kebutuhan Air

Perencanaan Jaringan Air Bersih (Microsoft Exel 2007)

Perencanaan Bangunan Pelengkap

Gambar Teknis & Perhitungan RAB

Peta Topografi Data Penduduk Persiapan

Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Data Lokasi Sumur

Mulai

(55)

38

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Beberapa tahapan analisis yang dilakukan dalam merencanakan sistem penyediaan air bersih di Dusun Lendangguar Desa Kedaro, antara lain:

1. Perhitungan Debit Potensi Sumber Air 2. Analisis Kualitas Sumber Air

3. Proyeksi Jumlah Penduduk

4. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih 5. Analisis Hidrolika Jaringan Pipa 6. Analisis Struktur dan Konstruksi

7. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

4.1. Perhitungan Debit Potensi Sumber Air

Lokasi sumber air (sumur gali) terletak di kawasan Sub-Das Pelangan di Dusun Lendangguar Timur tepatnya di sebelah utara banjar desa dan sebelah barat banjar dadap serta berada dibawah kaki bukit seratang. Lokasi sumur berjarak 534 m dari banjar desa seperti terlihat pada gambar 3.1.

(56)

Dalam perhitungan debit potensi sumber air (sumur gali) mengunakan beberapa perlengkapan, antara lain:

1. Lembar kerja dan alat tulis, untuk mencatat data hasil pengamatan. 2. Meteran, untuk mengukur tinggi dan diameter sumur.

3. Stopwatch, untuk menghitung waktu air sumur terisi kembali. 4. Pompa hidraulik, untuk menguras air sumur.

Gambar 4.2. Sketsa penampang sumber air

Pengukuran debit air sumur dengan menggunakan Metode Pemompaan Langsung (Sosrodarsono & Takeda, 1993:125). Air dipompa pada kedalaman tertentu dari sumur dan banyaknya air yang keluar dihitung berdasarkan besarnya kemampuan pemulihan permukaan air sumur. Pemulihan permukaan air sesudah pemompaan dihentikan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Dalam air yang dipulihkan sesudah pemompaan berhenti Lamanya sesudah Dalam Air yang dipulihkan

pemompaan berhenti sesudah pemompaan

t (menit) t (jam) berhenti h (m).

1 0,02 0,005

2 0,03 0,012

3 0,05 0,026

(57)

40

Sumber : Hasil pengukuran dilapangan (2014)

Pemulihan permukaan air sampai ke permukaanya semula sebelum pemompaan dimulai h0 dihitung dari pemulihan dalamnya air h1 dan h2 pada waktu t1 dan t2 sesudah pemompaan berhenti.

Diambil nilai h1 = 0,96 m dalam t1 = 1 jam dan h2 = 1,305 m dalam t2 = 2 jam. Perhitungan nilai h0 berdasarkan persamaan 2.4.

ℎ =( )=( ( , ), , ) = 1,499 m

Selanjutnya dilakukan perhitungan sisa penurunan permukaan air s = (h0 – h) berdasarkan persamaan 2.5, dengan pemulihan permukaan air dalam setiap waktu. Berikut data penurunan permukaan air yang tersisa dari air semula pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Besarnya penurunan permukaan air yang tersisa dari air semula Lamanya sesudah Dalam Air yang dipulihkan Besarnya penurunan permukaan pemompaan berhenti sesudah pemompaan air yang tersisa dari air semula s (m).

(58)

Tabel 4.2. (Lanjutan)

20 0,33 0,393 1,106

25 0,42 0,498 1,001

30 0,50 0,586 0,913

40 0,67 0,739 0,760

50 0,83 0,858 0,641

60 1,00 0,960 0,539

90 1,50 1,177 0,322

120 2,00 1,305 0,194

185 3,08 1,456 0,043

Sumber : Hasil analisis di lapangan (2014)

Selanjutnya, dengan metode ini dibuat grafik hubungan antara nilai s dan t dengan s dicantumkan pada sumbu logaritmis dan t dicantumkan pada sumbu normal. Berikut grafik hubungan s dan t dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Hubungan penurunan permukaan air dan waktu pemulihannya

Dapat dilihat bahwa waktu yang diperlukan untuk mencapai setengah kedalaman air sampai ke permukaan semula, (1,499/2) = 0,750 m adalah t = 0,68 jam.

Diketahui diameter sumur (d) = 0,8 m, maka: Luas dasar sumur (A) = ¼.π.d2

0,1 1

0 1 2

S

(m

)

t (waktu)

(59)

42

= ¼ x (22/7) x (0,8)2 = 0,503 m2

Jadi, besarnya nilai kapasitas spesifik ( ) dihitung berdasarkan persamaan 2.6. = , = ,, (0,503) = 0,512 m2/jam

Jika dalam efektif air sumur H = 1,5 m, maka:

Debit air sumur dihitung berdasarkan persamaan 2.7 sebagai berikut. Q = α H

= 0,512 x 1,5 = 0,77 m3/jam = 0,214 lt/dt.

4.2. Analisis Kualitas Sumber Air

Banyaknya penggelondongan emas oleh masyarakat yang ada di Kecamatan Sekotong khususnya Desa Kedaro dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas air sumur yang ada di daerah tersebut yang akan dijadikan sumber air untuk perencanaan air bersih masyarakat. Untuk itu, perlu dilakukan suatu pengujian terhadap kandungan mercury (air raksa) yang terkandung dalam air sumur dengan mengambil sampel air untuk di uji di laboratorium.

Gambar. 4.4 Pengambilan sampel air sumur

(60)

Tabel 4.3. Hasil uji kualitas air Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium (2014)

Hasil pengujian Laboratorium terlampir pada lembar Lampiran I. Metode dan parameter air yang dianalisis mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/Per/IX/1990 (Lampiran). Kelayakan air dilakukan dengan membandingkan kualitas sampel air dengan baku mutu air bersih dan air minum berdasarkan Peraturan Menkes No. 416 tahun 1990. Hasil analisis menunjukkan bahwa air sumur tersebut layak untuk dikonsumsi sebagai sumber air bersih.

4.3. Proyeksi Jumlah Penduduk

Untuk menentukan kebutuhan air bersih pada masa mendatang pada masing-masing zona perlu terlebih dahulu diperhatikan keadaan pertumbuhan penduduk yang ada pada saat ini dan proyeksi jumlah penduduk pada masa mendatang.

(61)

44

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Dusun Lendangguar Selatan dan Timur

Nama Dusun Nama Banjar Jumlah Penduduk (Jiwa)

2009 2010 2011 2012 2013

L. Selatan

Banjar Tengah 159 157 176 184 195

Lekong Samah 238 236 264 276 293

Montong Bagek 183 181 202 211 224

L. Timur

Banjar Desa 186 195 185 204 242

Banjar Dadap 285 264 272 256 289

Banjar Karang 155 162 181 177 208

Sumber : Kantor Desa Kedaro, Kec. Sekotong (2013)

Berikut skema jaringan air bersih Dusun Lendangguar Selatan dan Dusun Lendangguar Timur dapat dilihat pada Gambar 4.5.

(62)

Selanjutnya dilakukan perhitungan laju pertumbuhan untuk menentukan berapa tingkat pertambahan penduduk yang akan datang. Namun, untuk Banjar Dadap dan Banjar Karang, Dusun Lendangguar Timur tidak diproyeksi laju pertumbuhan penduduk karena tidak termasuk dalam daerah pelayanan. Berikut contoh perhitungan laju pertumbuhan penduduk:

Untuk Dusun Lendangguar Selatan.

Selisih jumlah penduduk 2009-2010 = 574 – 580 = -6 jiwa Selisih jumlah penduduk 2010-2011 = 642 – 574 = 68 jiwa Selisih jumlah penduduk 2011-2012 = 671 – 642 = 29 jiwa

Selisih jumlah penduduk 2012-2013 = 712 – 671 = 41 jiwa Persentase selisih jumlah penduduk 2009 – 2010 = -6 / 580 = -1,03 % Persentase selisih jumlah penduduk 2010 – 2011 = 68 / 574 = 11,85 % Persentase selisih jumlah penduduk 2011 – 2012 = 29 / 642 = 4,52 %

Persentase selisih jumlah penduduk 2012 – 2013 = 41 / 671 = 6,11 %

Rerata persentase selisih dari tahun 2009 – 2013 = (-1,03+11,85+4,52+6,11)/4 = 5,36 %

Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Laju Pertumbuhan Penduduk Dusun Lendangguar Selatan dan Timur

No Dusun Laju Pertumbuhan (%)

1 Lendangguar Selatan 5,36

2 Lendangguar Timur 5,93

Sumber : Hasil pengolahan data (2014)

Gambar

Tabel 2.1. Besaran hubungan koefisien korelasi
Tabel 2.6. Koefisien Kekasaran Pipa Hazen-Williams (CH)
Tabel 2.7. Koefisien kekasaran mutlak, �
Gambar 3.1. Peta Lokasi Perencanaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

PROGRAil PETBANGUNAT{ DAN PENGELOI.MN JARIITIGAN IRIGASI, RAWA DAN JARINGAN PENGAIRAN I-AINYA. KEGIATAN PEI'BANGUNAN JARINGAN AIR

tuhan air pada masing-masing titik simpul (junction). Perencanaan tandon, dan pompa. Analisa sistem jaringan perpipaan air bersih dengan menggunakan Program WaterCAD

PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PERUMNAS BANYUMANIK KOTA SEMARANG.. Seiring meningkatnya jumlah penduduk di wilayah Banyumanik, maka

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perencanaan pengembangan jaringan distribusi air bersih yang layak dari segi teknis maupun finansial berdasarkan sumber air

Hasil analisa hidrolis pada jaringan perpipaan rencana menunjukan bahwa masih terjadi tekanan yang besar pada pipa yang diakibatkan oleh kondisi topografi,

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui debit optimum yang terdapat pada sumur TGL-123 dan gambaran perencanaan jaringan irigasi air tanah dengan sistem

Simulasi hidrolis yang dilakukan dengan software Epanet 2.0 terhadap jaringan perpipaan air bersih menunjukan simulasi pertama dan kedua jaringan untuk Kelurahan Tenukiik dan Fatubenao

Jaringan air bersih menggunakan perpipaan yang bisa sampai kerumah-rumah sangat membantu masyarakat desa Dieng yang sebelumnya mengambil air bersih dari sumur dan air tanah yang dipompa