• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGAN DI ATAS LEBIH BAIK DARIPADA TANGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TANGAN DI ATAS LEBIH BAIK DARIPADA TANGA"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

TANGAN DI ATAS LEBIH BAIK DARIPADA TANGAN DI BAWAH

“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, peribahasa atau ungkapan atau kata mutiara yang berarti Memberi Lebih Baik daripada Menerima” tersebut sepertinya sudah sering kita dengar. Tetapi jangankan untuk melaksanakannya, tidak sedikit dari kita yang masih juga bertanya-tanya apakah benar demikian. Jika menuruti kemauan atau hasrat diri sebagai manusia yang pada hakikatnya serakah, kita pastinya lebih memilih, “Enakan juga dikasih…”

Coba saja diingat-ingat dari pengalaman kita. Ketika sedang berbelanja, ‘insting kebutuhan’ kita pasti langsung ‘membunyikan alarm’ begitu melihat kata “DISKON,” “OBRAL MURAH,” “PROMO BULAN INI,” “ BONUS,” “GRATIS.” Ketika kita diberi sebuah pemberian oleh orang lain, jarang sekali kita menolak. Tetapi ketika diajak memberi, kita masih pikir-pikir panjang, masih memperhitungkan kebutuhan kita yang satu dan yang lainnya. Seringkali kita berpikir memberi tidak lebih bermanfaat daripada menerima. Dan ketika kita menerima sesuatu, sudah jelas Nampak manfaatnya. Jadi apa yang melatarbelakangi terciptanya peribahasa “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah” tersebut? Dimana kebenaran baiknya “Tangan di Atas” lebih baik daripada “Tangan di Bawah” ?

Jika kita melihat secara kasat mata atau memahami secara dangkal peribahasa tersebut, tentunya kita tidak akan melihat adanya kebenaran dari peribahasa tersebut. Sebagaimana dari contoh yang telah kita lihat di atas. Memberi menjadi suatu hal yang sulit dilakukan ketika kita tahu dengan melakukannya berarti mengurangi dari milik kita, atau bahkan menghabiskan atau menghilangkan sesuatu dari milik kita tersebut. Tetapi bila kita mau menelaah lebih dalam atau menghayati, peribahasa tersebut jelas benarnya.

Pengertian “Tangan di Atas” atau ‘Memberi’

(2)

Jika menyangkut perbuatan, ‘memberi’ melibatkan salah satu fungsi kita sebagai manusia, yaitu makhluk sosial. Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang bisa berhasil hidup tanpa teman, tanpa orang lain. Kita bahkan tidak akan mungkin bisa lahir ke dunia ini tanpa peran atau perantaraan seorang ibu kita. Jadi, ‘memberi’ pun merupakan suatu perbuatan ‘menyediakan (melakukan) sesuatu’ untuk orang lain, yang sudah seharusnya kita lakukan sebagaimana kita pun menerima perlakuan dari orang lain. Memberi seperti suatu kewajiban yang otomatis kita lakukan untuk hidup.

Bagaimana dengan menerima? Jika kita tilik dari pengertian ‘memberi’ yang pertama— yang menitikberatkan pada konsep bahwa segala sesuatu itu milik Tuhan—berarti segala sesuatu itu juga kita terima dari Tuhan. Oleh karena itu bila kita meminta sesuatu, sudah sepantasnya hanya kepada Tuhan. Bukan kepada manusia. Dari konsep ini saja kita sudah dapat menyimpulkan setidaknya satu, kepada manusia, memberi itu lebih baik daripada menerima. “Tangan di atas itu lebih baik dari pada tangan di bawah.”

Tangan di Atas Lebih Baik dari pada Tangan di Bawah

Dari segi kewajiban atau kepantasan seperti yang dibahas di atas, sebenarnya kita telah bisa melihat bahwa “Tangan di atas itu lebih baik dari pada tangan di bawah.” Namun jika itu belum cukup, mari kita lihat dari segi manfaatnya:

1. Memberi itu tanda kita bersyukur

Kita telah mengetahui bahwa segala sesuatu yang kita miliki sekarang adalah titipan Tuhan. Tetapi dengan memberi, kita bisa lebih menghayati hal ini. Dengan memberi, kita mengakui bahwa benar pemilik yang berhak atas segala sesuatu itu hanya Tuhan, sedangkan kita hanya ketitipan. Dengan memberi kita bisa bersyukur bahwa kita masih diberi oleh Tuhan, masih dipercaya untuk dititipkan milik-Nya.

2. Memberi lebih banyak, menerima lebih banyak lagi

(3)

memberi, sehingga di kemudian hari kita menerima lagi. Siapa yang memberi? Ya Tuhan itu tadi, sang pemilik hakiki segala sesuatunya.

Hal ini dikarenakan Tuhan sendiri telah berjanji untuk demikian, jika kita memberi (kepada manusia) maka Tuhan akan memberi (kepada kita). Seperti dalam rujukan Islam, Alloh berfirman “Annfiq, unnfiq alaik,” “Infaq (memberilah, sodaqohlah) kamu, maka Aku akan infaq (memberi, sodaqoh) atas engkau.” Jadi kita tidak perlu ragu atau takut untuk kehilangan sesuatu karena memberi kepada orang lain. Karena pasti kita dapat gantinya. Yang lebih baik, yang lebih banyak.

Hal ini bisa kita logikakan dengan gambaran Facebook. Bila kita memperbarui atau mengeposkan sebuah status, biasanya kita akan menerima beberapa komentar. Lebih banyak status, lebih banyak komentar. Tetapi itu lebih tergantung dari seberapa banyak kunjungan teman kita pada profil kita, atau ketika mereka menyadari status kita di beranda utama mereka. Tetapi bila kita memberikan komentar pada status-status mereka, pastinya kita akan muncul di notifikasi mereka, yang memungkinkan mereka untuk merespon balik. Maka semakin banyak kita komentar kepada semakin banyak status teman, akan semakin banyak pula respon atau komentar yang akan kita terima. Itu gambaran kebaikannya “tangan di atas” atau memberi, dibandingkan dengan “tangan di bawah” atau menerima.

3. Memberi itu membahagiakan

Satu hal yang mungkin kita tidak sadari, adalah bahwa sebuah senyuman. Ketika kita menerima sesuatu dari orang lain, kita akan refleks tersenyum, bahagia. Begitu pula dengan orang lain ketika mereka menerima sesuatu dari kita. Dan ketika mereka tersenyum, otomatis kita akan tersenyum pula. Setelah menular, senyum ini kemudian memberikan dampak yang sangat dahsyat. Ketika kita tersenyum, serotonin di otak dan hormon dopamine aktif, yang mana mengakibatkan perasaan nyaman dan menyenangkan atau membahagiakan pada tubuh. Dan seketika itu tubuh merasa lebih rileks, segar, dan kita menjadi bersemangat. Jadi, dengan memberi kita bisa menerima efek membahagiakan!

4. Bisa memberi merupakan satu kelebihan

(4)

menjadi salah satu dari mereka yang mau dan bisa memberi, berarti kita sudah menjadi orang yang lebih dibandingkan mereka. Hal ini menjadi kelebihan tersendiri bagi kita, di luar kita bisa mendapat manfaat yang luar biasa dengan memberi.

Jadi, masih ragu untuk memberi? Oh, tentu tidak ya! Sepertinya sudah jelas bahwa “tangan di atas itu lebih baik dari pada tangan di bawah.” Dan jangan lupa untuk selalu meniati pemberian kita karena Tuhan, dengan semangat ikhlas dan tanpa pamrih atau mengharapkan imbalan. Mengharapkan imbalannya hanya kepada Tuhan saja, karena hanya kepadaNya kita pantas meminta.

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan industri kain tenun songket Batubara ini terjadi pada banyak hal yang sangat mempengaruhi ke eksisan songket itu sendiri seperti alat tenun ( okik ) yang

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa (1) ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela; (2) leverage tidak berpengaruh terhadap luas

Problem Based Learning yang disingkatkan sebagai PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah dan dapat menyelesaikan

Laporan Data Pokok ULN dan/atau perubahannya disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya pukul 14.00 WIB setelah penandatanganan Perjanjian

1 170103020015 DAKWAH DAN KOMUNIKASI S1 BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM IRJA TRIFIRDATUN HASANAH KAB... RISKI

lain pada bauran promosi yang mempengaruhi keputusan pembelian selain periklanan, promosi penjualan dan hubungan masyarakat dalam menggunakan Traveloka. 2)

3. Kesempatan yang diberikan kepada praktikan untuk menimba ilmu dari SMP Negeri 1 Tengaran merupakan suatu kehormatan bagi Mahasiswa praktikan PPL, sehingga

kesehatan kerja yang dilakukan PT Bukit Makmur Mandiri Utama telah. berjalan cukup baik, hal ini terlihat dengan tersusunnya file dan