BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
Keberhasilan pencapaian tujuan organisasi terletak pada bagaimana
pencapaian kinerja manajemen dalam menjalankan roda organisasi dengan baik
berdasarkan pada aturan dan tujuan organisasi yang sudah disepakati. Selain itu
juga, keberhasilan kinerja manejerial mendasarkan kepada tupoksi (Tugas Pokok
dan Fungsi) suatu organisasi yang berisikan urai tugas (job description) masing-masing bagian demi kelancaran pencapaian dari tujuan organisasi. Selanjutnya
untuk memperlancar dan mempermudah penilaian kinerja maka sebagai
barometer penilaian terdapat juga standar operasional prosedur yang berisikan
langkah-langkah detail dalam melaksanakan setiap urai tugas yang ada.
Penciptaan budaya kerja (cooperate culture) yang mendukung pelaksanaan tupoksi dirasa perlu dalam rangka harmonisasi dan kelancaraan pekerjaan pada
setiap bagian. Hal inilah yang menjadi unsur penting dalam mewujudkan
keberhasilan pencapaian kinerja manajemen di suatu organisasi.
Selain itu, hal lain yang menjadi tolok ukur keberhasilan pencapaian
tujuan organisasi dapat dilihat dari kinerja manajerial yang dipengaruhi juga oleh
faktor komitmen setiap bagian dan keterlibatan seluruh jajaran/bagian dalam
pengambilan keputusan dalam rangka menentukan penyusunan anggaran. Karena
penulis berasumsi bahwa kinerja manejerial dapat dipengaruhi secara totalitas
ataupun secara parsial oleh komitmen organisasi dan keterlibatan setiap
Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan organisasi. Pencapaian
tujuan organisasi menunjukkan hasil kerja/prestasi organsisasi dan menunjukkan
kinerja organisasi. Hasil kerja organisasi diperoleh dari serangkaian aktivitas yang
dijalankan. Aktivitas tersebut dapat berupa pengelolaan sumberdaya organisasi
maupun proses pelaksanaan kerja yang diperlukan untuk mencapai tujuan
organisasi. Untuk menjamin agar aktivitas tersebut dapat mencapai hasil yang
diharapkan, diperlukan upaya manajemen dalam pelaksanaan aktivitasnya.
Dengan demikian, hakikat manajemen kinerja adalah bagaimana mengelola
seluruh kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Kinerja manajerial merupakan hasil dari proses aktivitas manajerial yang
efektif mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, laporan
pertanggungjawaban, pembinaan dan pengawasan. Kinerja manajemen
merupakan seberapa jauh manajer melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
(Mahoney, dkk, 1963). Selanjutnya kinerja manajerial menurut Stoner (1992)
adalah seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan
organisasi.
Menurut Armstrong (1998), Manajemen kinerja (performance management) adalah satu upaya untuk memperoleh hasil terbaik dari organisasi, kelompok dan individu-individu melalui pemahaman dan penjelasan kinerja
dalam suatu kerangka kerja atas tujuan-tujuan terencana, standar dan
persyaratan-persyaratan atribut atau kompetensi yang disetujui bersama. Manajemen kinerja
didaya gunakan oleh organisasi untuk meningkatkan kinerja organisasi. Dari
definisi diatas tentang kinerja manajerial dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja
manajerial atau manajemen adalah bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh
manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya dalam merumuskan
langkah yang harus diambil tentu saja harus melibatkan seluruh unsur-unsur
manajemen yang ada dan saling terkait satu sama lain. Kinerja manajemen harus
mempunyai alat ukur yang dapat menjadi standar dalam penilaian hasil kerja
setiap bagian. Hal ini dirasa sangat mendasar dan diperlukan dalam tata kelola
suatu organisasi.
Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Mahoney dkk (1963) yang
dimaksud dengan kinerja adalah kemampuan manajer dalam melaksanakan
kegiatan manajerial, antara lain : perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi,
supervisi, pengaturan staf (staffing), negosiasi dan representasi. Pengukuran kinerja merupakan suatu proses mencatat dan mengukur pelaksanaan kegiatan
dalam arah pencapaian sasaran, tujuan, visi dan misi melalui hasil-hasil yang
ditampilkan ataupun proses pelaksanaan suatu kegiatan. Pengukuran kinerja juga
berarti membandingkan antara standar yang telah ditetapkan dengan kinerja yang
sebenarnya terjadi.
Pada penulisan tesis ini, penulis mengambil objek penelitian di Akademi
Pariwisata Medan disingkat Akpar Medan. Akademi Pariwisata Medan adalah
suatu lembaga pendidikan vokasi/kejuruan setingkat universitas milik Pemerintah
Republik Indonesia yang khsusus membidangi pariwisata dan perhotelan.
Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia. Salah satu tugas utama
Akpar Medan adalah menghasilkan tenaga-tenaga profesional di bidang
pariwisata dan perhotelan yang kompeten dan mempunyai daya saing baik tingkat
nasional maupun internasional.
Secara umum Akpar Medan menyelenggarakan pendidikan Diploma 3 dan
mempunyai dua jurusan yakni: 1) Jurusan Manajemen Kepariwisataan dan 2)
Jurusan Manajemen Perhotelan. Jurusan Manajemen Kepariwisataan memiliki
dua program studi, yaitu: 1) Program Studi Usaha Perjalanan (MUP) dan 2)
Program Studi Manajemen Perencanaan dan Pemasaran Pariwisata (MPPP).
Sementara itu, Jurusan Manajemen Perhotelan mempunyai lima program studi
yakni: 1) Program Studi Manajemen Divisi Kamar (MDK), 2) Manajemen Tata
Hidangan (MTH), 3) Manajemen Tata Boga (MTB), 4) Manajemen Patiseri (MPI)
dan 5)Administrasi Perhotelan (ADH). Khusus Program Studi ADH,
diselenggarakan berafiliasi dengan Sekolah Tinggi Pariwisata bandung (STP
Bandung) dan mempunyai level Prgrom Diploma 4 atau setara dengan tingkat
Sarjana (S1) dan berhak menyandang gelar Sarjana Sains Terapan Pariwisata
(SST.Par.).
Akpar Medan merupakan suatu lembaga pendidikan Pemerintah RI yang
sumberdananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
dan direalisasikan dalam bentuk Daftar Isian Proyek Anggaran (DIPA) pada
setiap tahunnya. Akpar Medan dipimpin oleh seorang Direktur dengan empat
Pembantu Direktur. Dari level eselon, maka Direktur merupakan Pejabat Eselon
Bagian tersebut membidangi Subbag Administrasi Umum, Subbag Administrasi
Akademik dan Subbag Administrasi Kemahasiswaan. Sementara itu
masing-masing Jurusan dan program studi dipimpin oleh Ketua Jurusan dan Ketua
Program Studi. Terdapat juga beberapa Unit yang langsung berada dibawah
Direktur yaitu: Unit Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (UPPM), Unit
Bahasa dan Unit Perpustakaan dan Laboratorium dan beberapa koordinator yang
langsung membidangi pekerjaan teknis di lapangan.
Organisai Akpar Medan merupakan organisasi dengan skala
menengah-besar sehingga sangat membutuhkan koordinasi yang simultan dari tiap-tiap
bagian untuk pencapaian tujuan organisasi. Namun berdasarkan pengamatan dan
pengalaman penulis yang merupakan salah satu pengajar yang bekerja di Akpar
Medan terdapat beberapa masalah yang menurut penulis merupakan fenomena
yang layak dikaji.
Adapun masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1) Penyerapan
anggaran yang tidak optimal sehingga dalam rangka penyerapan anggaran maka
terjadi penumpukkan kegiatan pada bulan Nopember dan Desember setiap
tahunnya, 2) Koordinasi yang tidak optimal ditandai oleh tumpang tindihnya
(overlapping) pekerjaan yang dilakukan masing-masing unit, 3) Stagnansi pekerjaan yang pada akhirnya eksekusi pelaksanaan pekerjaan diambil langsung
oleh pimpinan untuk dikerjakan tanpa melalui sub bagian, 4) Miskomunikasi yang
berakibat pada tidak tuntasnya pekerjaan dan mengakibatkan prasangka negatif
diantara bagian-bagian terkait lainnya, 5) Keraguan dalam bertindak untuk
teknis dalam pelaksanaan pekerjaan potensi kompensasi terhadap pelaksanaan
pekerjaan tersebut dan 7) Keakuratan informasi terkini mengenai
kebijakan-kebijakan yang menyangkut soal perubahan anggaran dan lain sebagainya yang
berujung kepada kesalahan interpretasi dan mengakibatkan asumsi-asumsi negatif
dari setiap pimpinan bagian dan pegawai untuk melaksanakan masing-masing
pekerjaannya.
Dari fenomena permasalahan diatas, penulis berasumsi bahwa kinerja
manajerial pada Akademi Pariwisata Medan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah : a) komitmen organisasi yang diwujudkan dalam bentuk visi
dan misi Akpar Medan yakni bagaimana masing-masing pegawai memahami dan
melaksanakan visi dan misi tersebut; b) keadilan prosedural yang menekankan
peraturan punishment dan rewards bagi setiap pegawai yang melanggar peraturan dengan tindakan yang objektif dan simultan dilaksanakan, dan c) partisipasi dalam
penyusunan anggaran yaitu setiap subbag dan unit dilibatkan secara aktif dalam
penyusunan anggaran dalam bentuk program kerja masing-masing bagian dan
memberikan informasi terkini jika terdapat perubahan.
Komitmen organisasi didefinisikan sebagai tingkat keterikatan perasaan dan
kepercayaan terhadap tempat organisasi mereka bekerja (George, 2008).
Sementara menurut Mathiu dan Zajac (1990) dalam Supriyono (2004) dikatakan
bahwa komitmen organisasi adalah ikatan keterkaitan individu dengan organisasi
sehingga individu tersebut “merasa memiliki” organisasi tempatnya bekerja.
Selanjutnya Taylor dalam Pareke (2003) menyatakan bahwa keadilan
mendistribusikan hasil-hasil dan sumberdaya–sumberdaya organisasi kepada para
anggotanya.
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi kinerja manajerial adalah partisipasi
penyusunan anggaran dan menurut Renti (2008) merupakan penyusunan yang
dilakukan terhadap anggaran atau biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
berguna untuk jangka panjang perusahaan, dimana rencana jangka panjang yang
dituangkan dalam anggaran memberikan arah kemana kegiatan perusahaan
ditujukan dalam jangka panjang.
Ketiga faktor ini yakni Komitmen Organisasi, Keadilan Prosedural dan
Partisipasi Penyusunan Anggaran yang baik tentu saja akan sangat menunjang
kinerja manajerial. Komitmen organisasi diwujudkan dalam bentuk visi dan misi
yang menjadi tujuan organisasi. Visi dan misi ini harus secara simultan
disampaikan kepada setiap anggota organisasi sehingga semua pihak betul-betul
paham dan menjadikan organisasi sebagai tumpuan harapan bagi keberhasilan
organisasi yang dengan sendirinya meningkatkan taraf hidup dan perekonomian
para anggotanya. Perlunya keadilan prosedural dalam menunjang kinerja
manajerial terwujud dalam house rule organisasi yang berisikan hak dan kewajiban setiap anggota organisasi dan pemberian rewards bagi yang berprestasi berikut punishments bagi yang melanggar disiplin secara objektif. Hal ini diperlukan untuk menjaga keutuhan organisasi dan keberlanjutan pencapaian
tujuan organisasi menjadi lebih optimal. Sedangkan partisipasi penyerapan
anggaran yang optimal diperlukan untuk menunjang kinerja manajerial yang
bagian dilibatkan dalam penyusunan anggaran berdasarkan program kerja yang
diajukan dan bilamana terdapat perubahan anggaran maka informasi terkini
tentang perubahan tersebut diberitahukan secepat mungkin untuk dilakukan
penyesuain (adjustment) terhadap program kerja dan eksekusi pekerjaan di lapangan. Dengan demikian diharapkan tujuan organisasi dapat terealisir sesuai
dengan apa yang direncanakan.
Berdasarkan uraian permasalahan penulis tertarik mengkaji lebih dalam dan
menuangkannya dalam suatu Tesis dengan judul: “PENGARUH KOMITMEN
ORGANISASI, KEADILAN PROSEDURAL, DAN PARTISIPASI
PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA
AKADEMI PARIWISATA MEDAN”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat rumusan masalah
sebagai berikut: “Apakah komitmen organisasi, keadilan prosedural dan
partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap
kinerja manajerial?”
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh komitmen organisasi,
keadilan prosedural dan partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja
1.4. Manfaat penelitian
Hasil dari penilitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Bagi Peneliti, dapat meningkatkan kompetensi keilmuan dan menambah
wawasan.
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat bagi Akademi
Pariwisata Medan dapat menjadi bahan pertimbangan mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan upaya peningkatan kinerja pegawai.
3. Bagi akademisi dan penelitian lanjutan, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan masukan dalam melakukan peneltian selanjutnya.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Prasiska (2009). Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah
dimana objek penelitian yang berbeda yaitu di lembaga pemerintahan, selain itu
juga penelitian sebelumnya tidak menggunakan keadilan prosedural sebagai