• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respon 2.1.1. Pengertian Respon - Respon Keluarga Terhadap Keluarga Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) Perempuan Dampingan Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respon 2.1.1. Pengertian Respon - Respon Keluarga Terhadap Keluarga Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) Perempuan Dampingan Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi Medan"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Respon

2.1.1. Pengertian Respon

Respon berasal dari bahasa Inggris yaitu response yang berarti jawaban, reaksi atau tanggapan.Respon juga merupakan istilah yang digunakan dalam psikologi untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Teori behaviorisme menggunakan istilah respon yang dipasangkan dengan ransang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku. Pusat perhatian psikologi seharusnya diarahkan pada pendeskripsian, penjelasan, pembuatan prediksi, serta pengontrolan dari tingkah laku, dengan kata lain respon merupakan perilaku yang muncul karena adanya rangsangan dari lingkungan (Adi, 1994:58).

Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika ia menghadapi suatu ransangan tertentu. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkahlaku atau sikap yang berwujud, baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.

2.1.2. Proses Terjadinya Respon

(2)

1. Pengamatan, yakni kesan-kesan yang diterima sewaktu perangsang mengenai indera dan perangsangnya masih ada. Pengamatan ini merupakan bagian dari kesadaran dan pikiran yang merupakan abstraksi yang dikeluarkan dari arus kesadaran.

2. Bayangan pengiring, yaitu bayangan yang timbul setelah kita melihat sesuatu warna. Bayangan pengiring itu terbagi menjadi dua macam, yaitu bayangan pengiring positif yakni bayangan pengiring yang sama dengan warna objeknya, serta bayangan pengiring negatif adalah bayanagn pengiring yang tidak sama dengan warna objeknya.

3. Bayangan eiditik, yaitu bayangan yang sangat jelas dan hidup sehingga menyerupai pengamatan. Respon, yakni bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Respon diperoleh dari penginderaan dan pengamatan.

Proses terjadinya respon tersebut adalah pertama-tama indera mengamati objek tertentu, setelah itu muncul bayangan pengiring yang berlangsung sangat singkat sesaat sesudah perangsang berlalu. Setelah bayangan perangsang muncul kemudian bayangan editis, bayangan ini sifatnya lebih tahan lama, lebih jelas dari bayangan perangsang. Setelah itu muncul tanggapan dan kemudian pengertian. (http:/a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0705816_chapter2x.psf diakses pada tanggal 23 September 2014 Pukul 21.00 wib).

2.1.3. Indikator Respon

(3)

senang. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa indikator respon terdiri dari respon yang positif yaitu kecendrungan tindakannya adalah mendekati, menyukai, menyenangi, dan mengharapkan suatu objek. Respon yang negatif yaitu kecendrungan tindakannya menjauhi, menghindari dan memberi objek tertentu.(http:/a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0705816_chapter2x.psf

diakses pada tanggal 23 September 2014 Pukul 21.00 wib).

Respon dalam penelitian ini akan diukur dari tiga aspek, yaitu persepsi, sikap dan partisipasi.Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagimanacara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian yaitu bagimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut De Vito (dalam Sobur, 2003: 445), persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Pareek mengatakan bahwa persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindera atau data.

Persepsi diperoleh dari pengelolaan ingatan (memory) kemudian diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki (Adi, 1994:105).Menurut Morkowitz dan Orgel, persepsi merupakan proses yang terintegrasi dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya, dengan demikian persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian dan penginterprestasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu, sehingga merupakan sesuatu yang berarti (Walgito, 2007:26).

(4)

dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah:

1. Motif dan kebutuhan.

2. Preparatory set, yaitu kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu input sensorik tertentu tetapi tidak pada input yang lain.

3. Minat (interest).

Sedangkan, faktor eksternal yang mempengaruhi atensi adalah : 1. Intensitas dan ukuran.

2. Kontras dengan hal-hal yang baru. 3. Pengulangan.

4. Pergerakan. (Adi, 1994: 107).

Mengenai sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude”. Orang atau individu didalam berhubungan dengan orang lain tidak hanya berbuat begitu saja, tetapi juga menyadari perbuatan yang dilakukannya dan menyadari pula situasi yang ada sangkut pautnya dengan perbuatan itu. Kesadaran ini tidak hanya mengenai tingkah laku yang mungkin akan terjadi, tetapi juga kesadaran individu yang menentukan perbuatannya yang mungkin akan terjadi itulah yang dinamakan sikap (Ahmadi, 2009:161).

(5)

Sikap tercurah melalui tindakan yang dinyatakan dalam suatu perasaan suka atau ketidaksukaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang sehingga tindakan tersebut mampu memberikan hal yang positif atau negatif yang dianggap sebagai wujud dari tingkah laku manusia. Apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap suatu objek ia akan menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, siap membantu, atau berbuat sesuatu yang menguntungkan objek itu, sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu objek, maka ia akan menunjukkan atau memperlihatkan penolakkan, mengecam, mencela, menyerang bahkan membinasakan objek tersebut (Ahmadi, 2009:153).

Sikap sangat menentukan tindakan terhadap suatu objek itu positif atau negatif. Sikap dapat dinyatakan sebagai hasil belajar, karena sikap dapat mengalami perubahan. Sesuai dengan yang dinyatakan Sherif & Sherif (dalam Dayakisni, Hudaniah. 2003:98) bahwa sikap dapat berubah karena kondisi dan pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil dari belajar sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan dengan objek tertentu.

(6)

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa indikator dari respon itu adalah senang (positif) dan tidak senang (negatif). Respon bermula dari adanya suatu tindakan pengamatan yang menghasilkan suatu kesan sehingga menjadi kesadaran yang dapat dikembangkan pada masa sekarang ataupun menjadi antisipasi pada masa yang akan datang.

2.2 Keluarga

2.2.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia (Ahmadi, 2009:221).

Keluarga juga diartikan sebagai institusi yang paling tua dan tetap bertahan, walaupun strukturnya mungkin berbeda diseluruh dunia, tetapi nilai keluarga tetap bertahan. Ciri dari keluarga yang kuat adalah menunjukkan penghargaan dan kasih sayang, komitmen, komunikasi yang positif, kebersamaan yang menyenangkan, kemampuan menangani stress dan krisis secara efektif. Pengertian keluarga menurut psikologis, Soelaeman (dalam Shochib, 1998:17) mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri.

(7)

1. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.

2. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. 3. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga adalah pemberi perawatan terbaik anak. Pengaruh keluarga sangatlah besar dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan anak, karena itu sebaiknya keluarga harus selalu dilibatkan dalam perawatan anak.

Suatu keluarga setidaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Terdiri dari orang-orang yang memiliki ikatan darah atau adopsi. 2. Anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu

rumah dan mereka membentuk satu rumah tangga.

3. Memiliki satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak dan saudara.

(8)

Keluarga juga mempunyai sifat-sifat khusus, yaitu:

1. Universalitas, merupakan bentuk yang universal dari seluruh organisasi sosial.

2. Dasar emosional, merupakan rasa kasih sayang, kecintaan sampai kebanggaan suatu ras.

3. Pengaruh yang normatif, artinya keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama-tama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, dan membentuk watak daripada individu.

4. Besarnya keluarga yang terbatas

5. Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial 6. Pertanggungan jawab dari pada anggota-anggota 7. Adanya aturan-aturan sosial yang homogen.

Keluarga merupakan bentuk yang paling jelas dari face to face group, dimana keluarga itu mempunyai hubungan yang erat dan intensif. Tahap-tahap sampai terbentuknya suatu keluarga adalah sebagai berikut :

1. Tahap perkenalan 2. Tahap berpacaran 3. Tahap pertunangan 4. Tahap pernikahan

(9)

Masing-masing keluarga mempunyai keunikan sendiri-sendiri dan bersifat individual (Ahmadi, 2009: 229).

2.2.2 Keluarga Batih

Setiap masyarakat, pasti akan dijumpai keluarga batih (nuclear family). Keluarga batih tersebut merupakan kelompok sosial kecil yang yang terdiri dari suami, istri, beserta anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga batih tersebut lazimnya juga disebut rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dari proses pergaulan hidup (Soekanto, 1992:58).

Suatu keluarga batih dianggap sebagai suatu sistem pokok sosial karena memiliki unsur-unsur sistem sosial yang pada pokoknya mencakup kepercayaan, perasaaan, tujuan, kaidah-kaidah, kedudukan dan peranan, tingkatan atau jenjang, sanksi, kekuasaan dan fasilitas. Unsur-unsur itu diterapkan pada keluarga batih, maka akan ditemui keadaan sebagai berikut:

1. Adanya kepercayaan bahwa terbentuknya keluarga batih merupakan suatu kodrat yang Maha Pencipta

2. Adanya perasaan-perasaan tertentu pada diri anggota-anggota keluarga batih yang mungkin berwujud rasa saling mencintai, saling menghargai, atau saling bersaing.

3. Tujuan, yaitu bahwa keluarga batih merupakan suatu wadah dimana manusia mengalami proses sosialisasi, serta mendpatkan suatu jaminan akan ketentraman jiwanya.

(10)

5. Keluarga batih maupun anggota-anggota mempunyai kedudukan dan peranan tertentu dalam masyarakat.

6. Anggota-anggota keluarga batih, mialnya suami dan istri sebagai ayah dan ibu, mempunyai kekuasaan yang menjadi salah satu dasar bagi pengawasan proses hubungan kekeluargaan.

7. Masing-masing anggota keluarga batih mempunyai posisi sosial tertentu dalam hubungan kekeluargaan, kekerabatan, maupun dengan pihak luar

8. Lazimnya sanksi-sanksi positif maupun negatif diterapkan dalam keluarga tersebut, bagi mereka yang patuh serta terhadap mereka yang menyeleweng. 9. Fasilitas untuk mencapai tujuan berkeluarga biasanya juga ada, misalya,

sarana-sarana untuk mengadakan proses sosialisasi.

Suatu keluarga batih pada dasarnya mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Unit terkecil dalam masyarakat yang mengatur hubungan seksual yang seyogyanya.

2. Wadah tempat berlangsungnya sosialisasi, yakni proses dimana anggota-anggota masyarakat yang baru mendapatkan pendidikan untuk mengenal, memahami, mentaati, dan menghargai kaidah-kaidah serta nilai-nilai berlaku.

3. Unit terkecil dalam masyarakat yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonomis

4. Unit terkecil dalam masyarakat tempat anggota-anggotanya mendapatkan perlindungan bagi ketentraman dan perkembangan jiwanya.

(11)

istri/ibu. Terutama terarah kepada anak-anak, disamping pihak-pihak lain. Anak-anak itu yang kelak akan menggantikan kedudukan dan peranan orang tuanya, karena lazimnya mereka juga akan berkeluarga.

2.2.3 Dasar Pembentukan Keluarga

Membicarakan masalah pembentukan keluarga tidak dapat lepas dari pembentukan kelompok pada umumnya (Ahmadi, 2009:225). Ada beberapa pendapat yang mendasari apa sebab individu membentuk kelompok:

Pendapat I : Pembentukan kelompok atas dasar kesamaan Pendapat II : Pembentukan kelompok atas dasar perbedaan

Pendapat III :Pembentukan kelompok atas dasar hubungan yang tertentu baik persamaan maupun perbedaan

Apabila ditelaah lingkungan sosial-budaya madya, maka akan ditemui ciri-ciri pokok, sebagai berikut:

1. Hubungan keluarga tetap kuat, akan tetapi hubungan dalam masyarakat setempat agar mengendor, oleh karenamunculnya gejala-gejala hubungan atas dasar perhitungan ekonomis.

2. Adat-istiadat masih dihormati, akan tetapi sikap terbuka terhadap pengaruh-pengaruh dari luar mulai berkembang

3. Kepercayaan pada kekuatan-kekuatan gaib masih ad, kalau manusia sudah kehabisan akal menanggulangi masalah

4. Dalam masyarakat timbul lembaga-lembaga pendidikan formal, sampaipada tingkat pendidikan menengah

(12)

6. Sistem ekonomi mulai mengarah pada produksi untuk pasaran, sehingga peranan uang semakin besar.

7. Gotong-royong secara tradisional terbatas pada kalangan keluarga luas dan tetangga, oleh karne hubungan kerja atas dasar pemberian upah sudah mulai berkembang.

2.2.4 Posisi keluarga dalam menentukan tingkat disiplin diri anak

Esensi pendidikan umum menurut Phenix (dalam Shochib, 1998:1) adalah proses menghadirkan situasi dan kondisi yang memungkinkan sebanyak mungkin subjek didik memperluas dan memperdalam makna-makna esensial untuk mencapai kehidupan yang manusiawi. Dalam hal ini, sangat diperlukan adanya kesengaajaan atau kesadaran (niat) untuk mengundangnya melalukakan tindak belajar yang sesuai dengan tujuan.

Esensi pendidikan umum, mencakup dua dimensi, yaitu dimensi pedagogis dan dimensi substantif. Dimensi pedagogis adalah proses menghadirkan situasi dan kondisi yang memungkinkan sebanyak mungkin subjek didik terundang untuk memperluas dan memperdalam dimensi substantif. Dimensi substantif adalah makna-makna esensial. Makna-makna-makna esensial tersebut adalah makna-makna simbolik, makna-makna empiri, maknaestetik, makna sintetik, makna etik dan makna sinoptik (religi, filsafat dan sejarah).

(13)

sesama manusia, dan lingkungan alam dan makhluk hidup lainnya berdasarkan nilai moral. Orang tua yang mampu berprilaku seperti yang diatas, berarti mereka telah mencerminkan nilai-nilai moral dan bertanggung jawab untuk mengupayakannya.

2.2.5 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Gunarsa dan Gunarsa (1993:38) antara lain: a. Mendapatkan keturunan dan membesarkan anak

b. Memberikan afeksi atau kasih sayang, dukungan dan keakraban c. Mengembangkan kepribadian

d. Mengatur pembagian tugas, menanamkan kewajiban hak dan tanggung jawab e. Mengajarkan dan meneruskan adat istiadat, kebudayaan, agama, sistem nilai

moral kepada anak.

Menurut Horton (dalam Su’adah, 2005:109), fungsi keluarga dibagi meliputi: a) Fungsi Pengaturan seksual. Keluarga berfungsi adalah lembaga pokok yang

merupakan wahana bagi masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual.

b) Fungsi Reproduksi yaitu fungsi keluarga untuk memproduksi anak atau melahirkan anak.

c) Fungsi afeksi. Salah satu kebutuhan dasar manusia akan kasih sayang dan dicintai.

2.2.6 Peran Keluarga

(14)

mempunyai peran masing-masing. Peranan anggota-anggota dalam keluarga besar untuk menciptakan suasana keluarga kuat sekali. Hubungan antar pribadi dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh peranan suami-istri, sebagai ayah-ibu dalam pandangan dan arah pendidikan yang akan mewujudkan suasana keluarga.

Peranan anggota-anggota dalam keluarga untuk menciptakan suasana keluarga kuat sekali. Gunarsa dan Gunarsa (1993: 40) membagi peranan keluarga sebagai berikut:

a) Peran Ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b) Peran Ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c) Peran Anak

Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.3 Orang Dengan HIV DAN AIDS (ODHA) Perempuan

(15)

2.3.1.1 HIV

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang (Yayasan Spiritia, 2008: 4). Virus HIV pertama kali ditemukan pada Januari 1983 oleh Luc Montaigner di Perancis pada seorang pasien limfadenopati, karena itu dinamakan LAV (Lymph Adenopathy Virus). Kemudian pada bulan Maret 1984, Robert Gallo di Amerika Serikat menemukan virus serupa pada penderita AIDS yang disebut HTLV-III. Pada bulan Mei 1986 Komisi Taksonomi Internasional memberi nama HIV.

Sebagai retrovirus, HIV memiliki sifat khas karena memiliki ensim reverse transcriptase, yaitu ensim yang memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA kedalam bentuk DNA yang kemudian diintegrasikan kedalam informasi genetik sel limfosit yang diserang. HIV dapat memanfaatkan mekanisme sel limfosit untuk mengkopi dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri-ciri HIV. HIV dapat ditemukan dan diisolasikan dari sel limfosit T, limfositB. Sel makrofag (di otak dan paru) dan berbagai cairan tubuh. Akan tetapi sampai saat ini hanya darah dan air mani yang jelas terbukti sebagai sumber penularan serta ASI yang mampu menularkan HIV dari ibu ke bayinya.

(16)

narkotika suntikan. Saat ini subtipe A sampai H dapat dideteksi dengan reagensia yang biasa digunakan, namun hanya kurang lebih 50% reagensia tersebut mampu mendeteksi suptipe O, karena itu di daerah dimana prevalensi subtipe O cukup tinggi seperti di Kamerun strategi untuk mengetes HIV perlu dikaji ulang.

Sistem imun manusia adalah sangat kompleks dan memiliki kaitan yang rumit antara berbagai jaringan dan sel dalam tubuh. Kerusakan pada salah satu komponen sistem imun akan mempengaruhi sistem imun secara keseluruhan terutama apabila komponen tersebut adalah komponen yang menentukan fungsi-fungsi komponen sistem lainnya.

HIV menyerang sistem imun dengan menyerbu dan menghancurkan jenis sel darah putih tertentu, yang sering disebut dalam berbagai macam seperti sel T pembantu (helper T cell), sel T4 atau CD4. Sel CD4 ini juga diberi julukan sebagai panglima dari sistem imun. CD4 mengenali patogen yang menyerang dan memberi isyarat pada sel darah putih lainnya untuk segera membentuk antibodi yang dapat mengikat patogen tersebut. Sesudah diikat, patogen itu dilumpuhkan dan diberi ciri untuk selanjutnya dihancurkan. Lalu CD4 kemudian memanggil lagi jenis sel darah putih lainnya, sel T algojo (killer T cell), untuk memusnahkan sel yang ditandai tadi.

(17)

tahun-tahun pertama infeksi HIV jumlah ini masih dapat dipertahankan. Orang yang terinfeksi HIV pada mulanya tidak merasakan dan tidak kelihatan sakit selama sel CD4-nya masih dalam jumlah lumayan. Barulah sesudah kira-kira 5 tahun jumlah sel CD4 ini mulai menurun hingga kira-kira separohnya. Pada tahap ini pun banyak penderita yang belum menunjukkan gejala-gejala penyakit. Sesudah jumlah sel CD4 ini kurang dari 200 per milimeter kubik darah, mulailah penderita memperlihatkan berbagai gejala penyakit yang nyata (Hutapea, 1995:40).

Setelah tubuh terinfeksi, maka tidak langsung sakit, tubuh mengalami masa tanpa gejala khusus. Walaupun tetap ada virus didalam tubuh, tubuh tidak mempunyai masalah kesehatan akibat infeksi HIV, dan merasa baik-baik saja. Masa tanpa gejala ini bisa bertahun-tahun lamanya. Karena tidak ada gejala penyakit pada tahun-tahun awal terinfeksi HIV, sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak tahu ada virus didalam tubuhnya. Hanya dengan tes darah dapat mengetahui jika terinfeksi atau tidak.

Menjalani cara hidup yang baik dan seimbang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan dapat memperpanjang masa tanpa gejala. Cara hidup ini termasuk makan makanan yang bergizi, kerja dan istirahat yang seimbang, olahraga yang teratur tetapi tidak berlebihan, serta tidur yang cukup. Sebaiknya hindari merokok, memakai narkoba dan minum minuman beralkohol yang berlebihan. Jauhkan diri dari stres dan mencoba untuk selalu berpikir positif. Jangan menyalahkan diri sendiri,atau pun pada orang lain karena terinfeksi HIV.

HIV menular melalui:

(18)

senggama yang dilakukan tanpa kondom, melalui vagina atau dubur, walau dengan kemungkinan kecil)

2. Memakai jarum suntik yang bekas pakai orang lain, dan yang mengandung darah yang terinfeksi HIV

3. Menerima tranfusi darah yang terinfeksi HIV

4. Dari ibu HIV positif ke bayi dalam kandungan, waktu melahirkan, dan jika menyusui dari ASI (Yayasan Spiritia, 2008: 5).

Prinsip penularan HIV dikenal dengan ESSE :

EXIT : keluar

SUFFICIENT : cukup

SURVIVE : virusnya hidup

ENTER : masuk

Kesimpulannya yaitu HIV keluardari tubuh dalam jumlahyang cukup dan dalam keadaan hidup,masukke dalam tubuh lain.

Tahap-tahap HIV: Stage 1

1. Biasanya tanpa gejala (asimptomatik) 2. CD4 berjumlah 600-1500mm3

3. Sistem kekebalan kita masih kuat 4. Pelan-pelan sel CD4 kita berkurang 5. Masih hidup sehat dan nyaman

Upaya yang tetap dilakukan dalam Stage 1:Pola hidup yang lebih sehat (olah raga, tidak merokok, tidak minum miras, makan yang sehat dll), sering dikontrol di rumah sakit, periksa IMS, melakukan seks yang aman dan sehat.

(19)

2. Sering mengalamTahap-tahap HIV: Stage 2

3. infeksi seperti jamur di mulut, ruam, demam, ISPA 4. Turun berat badan

5. Masih bisa hidup normal

Upaya yang tetap dilakukan dalam Stage 2: Sama dengan Stage 1 (pola hidup yang sehat, kontrol di rumah sakit, immunisasi, seks yang sehat dan aman), infeksi yang muncul secepatnya diobati.

Tahap-tahap HIV: Stage 3 1. CD4 dibawah 200mm3

2. OI yang lebih serious muncul, seperti paru-paru 3. Diare yang kronis, demam, TB, jamur yang parah 4. Turun berat badan yang sangat drastis

5. Kehidupan sehari-hari terganggu

Upaya yang tetap dilakukan dalam Stage 3 sama dengan Stage 1 (pola hidup yang sehat, kontrol di rumah sakit, immunisasi, seks yang sehat dan aman), Antiretrovirals (Infeksi yang muncul secepatnya diobati).

Tahap-tahap HIV: Stage 4

1. CD4 sangat berkurang, kadang sampai 0mm3 2. Selalu sakit, susah bangun

3. OI yang cukup parah muncul, seperti PCP, TB, Kaposis Sarcoma, CMV dll 4. Berat badan jauh dibawah normal

Upaya yang tetap dilakukan dalam Stage 4 Pengobatan OI, Antiretrovirals, perawatan di rumah atau di rumah sakit.

(20)

ruangan tertutup, peralatan makan dan minuman, berbagi: kamar mandi, kolam renang, dan gigitan nyamuk. HIV tidak dapat menular melalui udara, virus ini juga cepat mati jika berada diluar tubuh. HIV dapat dibunuh jika cairan tubuh yang mengandungnya dibersihkan dengan cairan pemutih seperti Bayclin atau Chlorox, atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang tidak terluka.

2.3.1.2AIDS

AIDS yang memiliki kepanjangan Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dengan merusak sel-sel limfosit yang memepunyai peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika daya tubuh melemah, berbagai virus dan penyakit lain secara beruntun memasuki tubuh si penderita. AIDS ditandai dengan adanya gejala yang umumnya timbul antara lain selalu merasa lelah, sering menderita demam dan berkeringat dingin tanpa sebab yang jelas, merasa sesak nafas dan seringbatuk-batuk, penurunan berat badan secara drastis, diare yang terus-menerus, pada saat kekebalan tubuh mulai melemah, maka timbullah masalah kesehatan(Nasution, 2000:35).

(21)

Kasus AIDS di Indonesia sering terlambat diketahui, artinya ketika ditemukan pasien yang sudah berada pada tingkat penyakit lanjut. Setelah pasien keluar masuk beberapa rumah sakit, barulah diagnosis AIDS ditegakkan. Tampaknya hal ini disebabkan karena keterampilan dokter dalam mendiagnosa AIDS masih kurang. Padahal infeksi HIV dan AIDS ditemukan dalam tahap dini, niscya banyak manfaatnya untuk pasien, keluarganya, masyarakat, ataupun dokter yang mengobatinya.

Sama seperti di negara-negara Barat, infeksi Candida Albicans merupakan penyakit jamur yang palin sering ditemukan pada pasien AIDS di Indonesia. Tempat infeksi yang sering adalah di murkosa mulut, tenggorokan dan esofagus. Gejala yang ditemukan biasanya mulut kering, gangguan indra perasa lidah, bercak-bercak putih dilidah, tenggorokan, dan gusi serta ulkus di mulut dan kesukaran serta nyeri untuk menelan. Semua pasien AIDS yang diteliti pada umumnya menunjukkan gejala panas lama, dan lebih dari 90% kasus disertai dengan batuk.

2.3.1.3 Penjelasan Orang Dengan HIV dan AIDS (Odha)

(22)

1. Individu yang memiliki banyak pasangan seksual, seperti wanita atau pria tunasusila dan pelanggannya, mucikari atau germo, kelompok homoseksualataupun heteroseks, biseks maupun waria.

2. Individu yang sering menerima transfusi darah atau pernah menerima transfusi darah. Dianjurkan untuk memeriksa dengan teliti dan seksama darah yang akan dipakai dalam kepentingan transfusi tersebut.

3. Bayi yang dilahirkan oleh wanita yang mengidap HIV.

4. Pecandu narkotika, khususnya bagi pecandu yang menggunakan narkoba alat suntik, mengingat jarum suntik untuk kegiatan itu sama sekali tidak dijamin kesterilannya.

5. Pasangan dari pengidap HIV dan AIDS.

Namun masyarakat tidak diharapkan untuk mengambil tindakan yang semena-mena terhadap orang-orang tersebut seperti mengucilkan, mengadili, menyiksa ataupun tindakan lainnya. Masyarakat diminta untuk mengetahui dan berhati-hati jika berhubungan dengan individu dari golongan beresiko tinggi tersebut agar tidak sampai tertular dan diharapkan agar masyarakat menjauhi perilaku beresiko. Seseorang yang terinfeksi HIV tidak terlihat secara fisik, hanya melalui tes darah kita mengetahui apakah kita terinfeksi HIV atau tidak (Nasution, 2000:37).

2.3.1.4Perempuan

(23)

simpatik dan ibu bagi anak-anak. Semua ini mempengaruhi dia hingga ke tingkat yang luas secara tidak sadar, maka ketika mengerjakan segala sesuatu, dia terlalu menjadi emosional. Ketika bergerak dengan kaum pria, dia melakukan kesalahan-kesalahan. Dia menjadi seorang yang berhati penuh kelembutan ketika hal itu mestinya tidak dibutuhkan, dia menjadi seorang yang tempramental, mudah menyerah, dan biasanya berbuat dengan cara-cara yang memalukan (Kaur, 2002:44).

Secara mendasar, perempuan adalah ibu rumah tangga. Pria adalah pencari nafkah, perempuan adalah penjaga dan pembagi makanan. Dia adalah seseorang yang mengambil alih setiap persoalan. Seni mengasuh tunas bangsa merupakan tugas utama perempuan dan satu-satunya hak istimewa. Tanpa pengasuhan seorang perempuan, suatu bangsa pasti akan mati (Kaur, 2002:48).

2.3.1.5ODHA Perempuan

Odha perempuan adalah orang yang terinfeksi HIV dan AIDS yang berjenis kelamin perempuan. Seorang perempuan pengidap HIV bisa dipastikan akan takut kehilangan suaminya, disamping mencemaskan keadaan bayi atau anaknya, ia juga didera oleh perasaan takut menghadapi keluarga, tetangga dan teman-temannya. Kerentanan pada perempuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Faktor biologis

(24)

luas dibandingkan permukaan alat kelamin laki-laki yang terpapar air mani sewaktu berhubungan seksual. Seperti sudah diketahui, air mani yang terinfeksi HIV mempunyai konsentrasi virus yang lebih tinggi dibandingkan konsentrasi HIV di cairan vagina. Kedua hal inilah yang menyebabkan penularan HIV dan IMS lainnya lebih efektif dari laki-laki ke perempuan dibandingkan efektivitas penularan dari perempuan ke laki-laki (Djoerban, 2000:190).

Struktur di dalam vagina yang terdapat banyak lipatan membuat permukaannya menjadi luas dan dinding vagina sendiri memiliki lapisan tipis yang mudah terluka. Anatomi ini memudahkan air mani bertahan lebih lama dalam rongga vagina bila terjadi infeksi, sehingga air mani yang terinfeksi dapat segera menulari perempuan tersebut dan juga dari bentuk organ kelamin yang seperti bejana terbuka. Secara fisik, ini memudahkan virus masuk ke dalam vagina ketika berhubungan intim dengan laki-laki yang positif HIV, melalui luka kecil atau lecet atau masuknya cairan sperma ke dalam vagina. Perlu diketahui bahwa virus HIV lebih banyak hidup di dalam cairan sperma (Dalimoenthe, 2011:41-48).

Perempuan memang lebih mudah tertular HIV, menurut Dr. Nafsiah Mboi (dalam Hutapea, 1995:50), karena keberadaan selaput lendir dalam vagina yang sangat lembab dan kondisi anatomis kaum perempuan yang memungkinkan masuknya virus HIV ke dalam organ reproduksinya. Struktur panggul perempuan yang berada dalam posisi menampung, serta alat reproduksi perempuan yang sifatnya masuk ke dalam memungkinkan perkembangan berbagai macam infeksi tanpa bisa terdeteksi. Bila perempuan terinfeksi HIV, maka penularan pun berlanjut ke anak-anaknya. Penularan terjadi ketika hamil, saat melahirkanmaupun dari air susu ibu (ASI).

(25)

Perempuan umumnya sangat tergantung secara ekonomi kepada laki-laki. Ini menyebabkan perempuan tidak memiliki tawar menolak hubungan seksual dengan pasangannya apalagi untuk mengontrol risiko tertular HIV. Seorang istri yang tidak bekerja tentu sulit sekali mengorbankan ketergantungan ekonomi kepada suaminya, sewaktu ia mencurigai suaminya tertular HIV atau IMS. Akan sukar sekali untuk tidak mengatakan mustahil bagi seorang istri yang tidak bekerja untuk menolak melakukan hubungan seksual, ataupun meminta agar suaminya memakai kondom atau meminta suaminya memeriksakan diri ke dokter.

Tampaknya di masyarakat kita berlaku standar ganda dimana perempuan yang tidak setia, baik benar-benar tidak setia ataupun baru dalam taraf dicurigai tidak setia, dianggap memiliki perilaku menyimpang. Sementara laki-laki dianggap wajar mempunyai wanita lain, hal ini menyebabkan seorang istri hampir-hampir tidak memiliki daya kontrol terhadap perilaku seksual suaminya di luar rumah. Banyak perempuan miskin, termasuk gadis-gadis yang belum masuk usia puber jatuh ke dunia pelacuran karena ingin memenuhi kebutuhan keluarganya. Tubuh dan daya atrik seksual yang mereka miliki adalah satu-satunya modal yang dapat dimanfaatkan untuk mencari uang.

3. Faktor sosial-kultural.

(26)

sulit melakukan tindakan cepat untuk mengakses pengobatan bagi penyakit seksual yang dideritanya.

Perempuan yang sudah dinyatakan positif HIV atau sebagai Odha masih memiliki hak untuk menikah dan mempunyai anak. Hanya saja, Odha perempuan mengalami kesulitan didalam memutuskan apakah akan hamil atau tidak hamil. Langkah penting untuk memutuskan tersebut adalah berkomunikasi dengan dokter untuk mendapat informasi terkini dan nasehat yang diperlukan. Pencegahan dan penularan dari ibu ke anak yang efektif meliputi beberapa komponen, yaitu:

1. Jika Odha perempuan hamil, maka ia harus menerima perawatan kehamilan dari layanan kesehatan berkualitas tinggi. Kebanyakan dokter kandungan akan menawarkan tes HIV, jika tidak, maka ia harus memintanya.

2. Jika hasil tes ternyata positif, maka yang bersangkutan memerlukan konseling tentang pilihan reproduktif.Dokter biasanya menyarankan bagi Odha perempuan agar tidak melahirkan secara normal, melainkan harus melahirkan secara caesar atau operasi, untuk menghidari resiko penularan dari ibu ke anak. Apabila Odha perempuan ingin melahirkan secara normal, maka Odha tersebut harus memiliki CD4 minimal 500 agar virus yang dimiliki si ibu tidak tertular kepada anaknya.

Odha perempuan yang memutuskan untuk mempunyai anak, dokter akan memberikan informasi tentang peraturan perawatan yang dapat mengurangi resiko menularkan virus tersebut dari ibu kepada bayi, yaitu meliputi :

(27)

2. Aturan kedua, kombinasi zidovudine (AZT) dalam 28 minggu kehamilan, diikuti dosis tunggal nevirapine dan zidovudine selama satu minggu untuk si bayi, karena menyusui bisa menularkan HIV kepada bayi, maka Odha perempuan harus mendapat konseling tentang pilihan-pilihan memberikan makanan kepada bayi. Idelnya, Odha perempuan akan memberikan susu formula kepada bayi, untuk menghindari resiko penularan lewat pemberian ASI (UNAIDS, 2004: 40-41).

2.3.1.6 Aspek Medik Yang Dihadapi Odha

Odha memerlukan pelayanan kesehatan serupa dengan penderita penyakit yang menahun lain. AIDS adalah penyakit menahun yang ditandai dengan serangan-serangan oportunistik. Penderitanya memerlukan pelayanan kesehatan berkesinambungan, pemantauan yang seksama untuk mencagah infeks, dan pengobatan segera agar infeksi sekunder tidak berlarut-larut dan menyebabkan cacat atau kematian. Seringkali merawat Odha bahkan lebih sulit dari penyakit kronik lain, karena :

a. Terbatasnya tenaga yang terdidik dan terlatih

b. Penderita memerlukan dukungan emosi yang khusus

c. Pemantauan medik untuk mencegah kekambuan sehingga dapat dicegah peraatan di rumah sakit.

d. Beberapa tenaga kesehatan sendiri masih cemas dan ketakutan untuk merawat karena belum mendapat penerangan dan pendidikan yang baik

(28)

memerlukan dukungan medik dari anggota keluarga di rumah, ataupun semacam shelter yang merupakan tempat dukungan masyarakat, di Indonesia ada beberapa masalah medik yang harus dihadapi Odha dan harus ditangani, seperti :

1. Kesiapan rumah sakit

2. Masalah tindakan bedah/prosedur invasif 3. Pencegahan infeksi

4. Penatalaksanaan jenazah

5. Masalah keterlambatan diagnosis

6. Masalah kekurangan saran diagnosis dan penunjang lain 7. Masalah perawatan di rumah

8. Masalah pengadaan obat(Muma, 1997:238).

2.3.1.7Ketidakadilan Yang Dialami Odha Perempuan

Bagi perempuan terinfeksi HIV atau biasa disebut Odha perempuan, jauh lebih mendapatkan kekerasan dalam bentuk stigma dan diskriminasi daripada laki-laki yang terinfeksi HIV. Mulai dari saat ketika perempuan tersebut mengetahui hasil status HIV, di saat itu pula kekerasan pun terjadi. Masyarakat langsung memberikan cap bahwa perempuan yang terinfeksi HIV adalah perempuan ‘tidak baik’. Seolah tidak cukup dengan itu, perempuan terinfeksi HIV masih pula harus menerima diskriminasi dari tetangga kiri-kanan, sehingga perjalanan hidup seorang perempuan yang terinfeksi HIV penuh perjuangan keras.

(29)

karena telah menutup status HIV dari pasangan yang dia cintai. Hal-hal ini disebabkan karena memang informasi dasar mengenai HIV da terbatas beredar di masyarakat umum. Kebanyakan pesan yang sampai kepada masyarakat tentang HIV adalah penyakit mematikan, hanya diidap oleh orang berdosa atau nakal, mudah menular dan virusnya baru mati jika dibakar.

Bagi perempuan yang mendapatkan infeksi HIV dari pasangannya, seumur hidup dia akan selalu dihantui dengan rasa sesal, sedih dan kecewa karena pasangannya yang sudah terlebih dahulu terinfeksi HIV tidak memberi tahukan statusnya sehingga dia bisa melindungi dirinya dari infeksi HIV. Ketika misalnya pasangannya meninggal terlebih dahulu, bertambahlah beban seorang perempuan terinfeksi HIV. Belum ditambah jika pasangan ini sudah memiliki anak. Beban biaya pengobatan yang besar, beban ekonomi keluarga serta tanggung jawab membesarkan anaknya seorang diri menjadi jalan perjuangan keseharian perempuan terinfeksi HIV yang ditinggal mati pasangannya. Belum lagi jika anaknya pun ternyata positif HIV semakin berat perjuangan dan tanggung jawabnya.

Perjalanan hidup seorang Odha perempuan yang terinfeksi HIV penuh perjuangan keras. Ketika dia ingin survive dan mempertahankan nyawanya, pemerintah seolah tidak berpihak kepadanya. Mulai dari layanan AIDS yang sangat minim, layanan AIDS yang tidak terjangkau sampai dengan tatapan sinis dan nyinyir dari petugas penyedia layanan kerap kali menjadi menu harian ketika membutuhkan layanan kesehatan.

(30)

Untuk terapi di lini pertama, ada beberapa rekan yang tidak cocok dengan salah satu regimen dan harus berpindah ke regimen lain maka ia harus merelakan untuk tidak hamil terlebih dahulu, meskipun sebenarnya sekarang kondisinya aman bagi perempuan terinfeksi HIV untuk melahirkan, sebab regimen penggantinya akan membahayakan perkembangan janin.

Bagi perempuan terinfeksi HIV yang melahirkan pun sering ditemui beberapa cerita bahwa setelah proses persalinan mereka mengalami sterilisasi paksa pada rahimnya dikarenakan pihak penyedia layanan kesehatan yang tidak memahami dengan baik panduan pencegahan penularan HIV kepada bayi

Ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender menyebabkan adanya relasi yang tidak seimbang antara suami dan istri, sehingga perempuan tidak bisa menolak atau tidak bisa meminta suaminya menggunakan kondom ketika memaksakan melakukan hubungan seksual tidak aman. Perempuan juga tidak bisa menolak hubungan seksual meskipun dia mengetahui suaminya memiliki hubungan dengan sejumlah perempuan lain diluar perkawinannya.

2.3.2.8 Perawatan Odha di Rumah

(31)

sifat infeksi pada HIV adalah kronik maka komposisi sistem pendukung Odha mungkin akan berubah dengan berjalannya waktu.

Pasangan hidup, kekasih atau orangtua bisa saja mengalami sakit dan tidak mampu lagi untuk tetap memberikan dukungan fisik dan emosi yang dibutuhkan oleh Odha. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan cara mencari anggota keluarga lain (Muma, 1997:238). Satu hal yang penting adalah asuhan keperawatan di rumah tersebut terutama bersandar pada dukungan keluarga dan masyarakat. perawatan odha di rumah yang dilakukan oleh keluarga, teman dan tetangga bukannya tanpa masalah.

Keluarga berfungsi sebagai pendukung bagi anggota keluarganya. Peran keluarga sangat diperlukan untuk membentuk suatu ikatan keluarga yang kuat, sehingga dapat berfungsi efektif dalam mengatasi masalah yang dihadapi, khususnya masalah kesehatan. Memelihara lingkungan keluarga yang mendukung perkembangan keluarga dan anggota keluarga merupakan sebuah tugas yang berat karena begitu banyak gangguan (biologis, sosiologis, psikologis dan spiritual) yang dapat mempengaruhi keharmonisan keluarga.

(32)

Banyak keluarga di Indonesia sekarang ini yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasar untuk makan, pakaian dan tempat tinggal. Tinggal serumah dengan Odha merupakan beban tambahan untuk keluarga dan masyarakat, tidak seperti yang diduga banyak orang, perawatan di rumah ternyata tidak memerlukan pengadaan alat-alat ataupun obat-obatan yang mahal. Air bersih, sabun, obat-obat esensial yang bisanya ada di rumah ditambah dengan anggota keluarga yang peduli, sudah mencukupi. Kesiapan keluarga dan amsyarakat untuk merawat Odha di rumah sangatlah penting sekali (Djoerban, 2000:274).

Ada beberapa alasan mengapa perawatan di rumah merupakan cara yang terbaik untuk merawat Odha yaitu :

a. Asuhan keperawatan dasar yang baik dapat diberikan di rumah

b. Pasien dengan sakit apapun yang menjelang meninggal seringkali memilih tinggal di rumahnya, khususnya bila mereka mengetahui bahwa penyakitnya dapat diobati

c. Orang sakit lebih nyaman tinggal di rumahnya sendiri dengan keluarga dan teman di sekitarnya

d. Perawatan di rumah lebih murah, tidak perlu membayar biaya menginap di rumah sakit dan tidak perlu mengeluarkan ongkos transportasi

e. Bila pasien tinggal di rumah, keluarga dapat memenuhi tanggungjawab untuk merawatnya dengan lebih mudah

f. Kadang-kadang perawatan di rumah sakit tidak memungkinkan

(33)

ketiga, mengetahui saatnya meminta pertolongan dokter. Penting untuk dipahami bahwa sebelum merawat Odha di rumah adalah keluarga ataupun teman yang menolong Odha tidak akan tertular HIV dan AIDS, risiko tertular tidak ada bila mematuhi beberapa aturan yang amat sederhana dan mampu terlaksana. Aturan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Cuci tangan dengan sabun setelah mengganti baju Odha dan merapikan tempat tidur

2) Plester, tutuplah luka.Tindakan ini dapat membantu maupun Odha sendiri perlu menutup luka yang terbuka di tanagn ataupun di tempat lain yang mudah bersentuhan dengan orang ataupun baju dan tempat tidur.

3) Selalu menjaga agar baju yang dipakai Odha dan tempat tidur, tetap bersih. Tindakan ini akan membuat Odha merasa nyaman dan terhindar dari masalah yang mengganggu kulitnya.

4) Mencuci baju ataupun sprei terkena darah, feses ataupun kencing pasien ada beberapa tips yaitu : pisahkan dari cucian yang lain, pegang tempat yang bersih, bersihkan kotoran yang menempel dengan air, kerjakan dengan hati-hati, khususnya bila terkena banyak darah, misalnya sewaktu melahirkan dan cuci dengan sabun, gantung sampai kering. Kemudian dilipat atau disetrika seperti kain yang lain (Djoerban, 2000:276).

2.3.1.9 Layanan ARV untuk Odha

(34)

yang terinfeksi HIV dapat mencegah AIDS. Penemuan obat antiretroviral pada tahun 1996 mendorong suatu revolusi dalam perawatan bagi orang terinfeksi HIV di negara maju. Peningkatan jumlah orang yang terinfeksi HIV terjadi secara drastis sejak dilaporkan pertama kali pada tahun 1987.

Semakin meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV tersebut, ARV memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat sehat melalui strategi penanggulangan AIDS yang memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan, dukungan serta pengobatan. Sesuai dengan Rencana Aksi penanggulangan AIDS Nasional akan pentingnya penyediaan dan distribusi ARV secara baik dan berkesinambungan di Indonesia, Pemerintah Republik Indonesia merealisasikan keseriusan penyediaan dan distribusi ARV melalui Keputusan Presiden No. 83 Tahun 2004 mengenai paten ARV agar Indonesia dapat memproduksi 2 jenis ARV didalam negeri. KEPPRES tersebut diperbaharui dengan KEPPRES No.6 Tahun 2007 dengan 3 jenis obat yang menjelaskan 3 jenis obat untuk diproduksi didalam negeri.

Pada tahun 2004, Kementrian Kesehatan mengeluarkan sebuah pedoman Nasional mengenai terapi ARV. Pada tahun 2007 buku pedoman tersebut disempurnakan dengan versi kedua memuat rekomendasi tentang terapi dan pemantauan terapi ARV sebagai satu komponen paket perawatan serta menyediakan petunjuk sederhana dengan standar baku tatalaksana klinis ODHA dan penggunaan antiretroviral sebagai bagian dari perawatan HIV yang komprehensif dengan standar jumlah CD4 dibawah 350 sebagai prasyarat minimum untuk memulai terapi ARV.

(35)

diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan seperti diabetes, asma atau darah tinggi dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang pembunuh yang menakutkan.

Layanan HIV dan AIDS dalam seksi ini menjabarkan realisasi komitmen Negara dalam menjalankan kewajibannya melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Diperlukan banyak cara tidak saja untuk membangun kepercayaan masyarakat atas layanan publik yang dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk.

Layanan HIV dan AIDS harus menjadi layanan publik, dimana upaya penanggulangan AIDS harus dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia. Pengaturan yang jelas terkait dengan konteks layanan publik dijaminkan oleh UU No 25 Tahun 2009.Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin informasi pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik JOTHI berusaha membangun pintu komunikasi terkait layanan HIV dan AIDS di Indonesia.Bagian layanan juga membahas inisiatif masyarakat dalam merespon permasalahan HIV dan AIDS yang timbul dengan berbagai pendekatan program. Berbagai organisasi masyarakat sipil telah membangun upaya untuk menanggulangi AIDS di berbagai daerah. Seksi ini akan menjabarkan kegiatan-kegiatan lapangan beserta capaian yang ada.

\

2.4 Dampingan

(36)

(fasilitas) yang diberikan pendamping kepada klein dalam mengidentifikasikan kebutuhan dan pemecahan masalah serta mendorong tumbuhnya inisiatif dalam proses pengambilan keputusan, serta meningkatkan akses klien terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas pelayanan publik lainnya sehingga kemandirian klein secara berkelanjutan dapat diwujudkan (http//hukum.ud.ac.id/wp-content/uploads/2014/08/jurnal-lalu-Muhammad-wahyu-pdf diakses tanggal 23 Juni 2014 pukul 19.30 WIB).

2.5 Respon Keluarga terhadap Odha Perempuan

Respon merupakan suatu tingkahlaku atau sikap yang berwujud, baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa indikator respon terdiri dari respon yang positif kecenderungan tindakannya adalah mendekati, menyukai, menyenangi, dan mengharapkan suatu objek. Sedangkan respon yang negatif kecenderungan tindakannya menjauhi, menghindari dan memberi objek tertentu. (http:/a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0705816_chapter2x.psf diakses pada tanggal 23 September 2014 Pukul 21.00 wib). Respon dalam penelitian ini akan diukur dari tiga aspek yaitu persepsi, sikap dan partisipasi.

(37)

akan mendeskriminasikannya. Adanya kekuatiran akan tertularnya HIV dan AIDS membuat masyarakat tidak mau berinteraksi dengan Odha dan langsung membuat jarak dengan mereka, tidak hanya dikalangan masyarakat saja, keluarga juga terkadang memiliki persepsi yang sama sehingga beberapa dari Odha mengalami penolakan dari keluarganya sendiri.

Persepsi yang ada di dalam pemikiran masyarakat ataupun keluarga mengenai Odha sangat berkaitan dengan seberapa besarnya pengetahuan keluarga tersebut mengenai Odha. Pengetahuan keluarga tentang hidup bersama atau tinggal serumah dengan Odha dan bagaimana cara pendampingan yang dilakukan oleh lembaga sosial terhadap Odha. Penilaian yang positif dan negatif sangat berpengaruh bagi seseorang, khususnya Odha. Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Terjadi lewat ungkapan rasa hormat (penghargaan) serta sumber dan validator identitas anggota keluarga, diantaranya adalah memberikan penghargaan positif dan perhatian. pada tanggal 23 September 2014 pukul 22.00WIB).

(38)

Persepsi atau pengetahuan keluarga terhadap Odha perempuan mempengaruhi sikap keluarga terhadap Odha itu sendiri. Dengan melihat bagaimana penilaian keluarga terhadap Odha, menerima atau menolak kehadiran Odha di dalam keluarga, mengharapkan atau menghindari Odha dalam setiap kegiatan dan menjauhi atau mengajak Odha untuk berinteraksi. Melalui sikap kita dapat melihat bagaimana respon keluarga terhadap Odha.

Selain persepsi dan sikap, partisipasi juga menjadi hal yang sangat penting dalam mengukur suatu respon. Partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses yang ada dalam masyarakat, pemilihan dan pengambilan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi perubahan yang terjadi (Adi, 2000: 27). Dapat dikatakan partisipasi tersebut sama dengan peran serta.

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan nyata, diantaranya keteraturan menjalani kehidupan, dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, dan terhindarnya seseorang dari kelelahan. Dukungan ini juga mencakup bantuan langsung, seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong serta menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat yang dibutuhkan dan lain-lain

(39)

Odha perempuan menerima respon yang baik berupa kehangatan, kepedulian dan empati maka Odha akan merasa diperhatikan, sebaliknya apabila Odha perempuan menerima respon yang negatif berupa penolakan, stigma dan diskriminasi maka Odha akan merasi tidak berguna, depresi yang kemudian terpintas dipikirannya untuk mengakhiri hidupnya.

Keluarga menjadi unsur penting dalam kehidupan, karena keluarga merupakan suatu sistem yang didalamnya terdapat anggota keluarga yang saling berhubungan dan ketergantungan. Individu yang termasuk dalam memberikan dukungan meliputi pasangan (suami/istri), orangtua, anak, dan sanak keluarga. Sebagai satu diantara fungsi pertalian/ikatan sosial, segi fungsional keluarga pada pasien HIV mencakup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan positif (dukungan penghargaan), memberi nasihat atau informasi (dukungan informasi), pemberian bantuan material (dukungan instrumental/finansial).

Dukungan dari orang-orang terdekat yang berupa penghargaan positif, dorongan maju atau persetujuan terhadap gagasan akan menyadarkan kepada odha bahwa dirinya masih dapat melakukan hal-hal yang bermanfaat. Hal ini akan menimbulkan perasaan puas bahwa dirinya telah melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidupnya.Selain itu, Odha perempuan yang bergabung dalam suatu organisasi masyarakat atau LSM biasanya akan melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut antara lain melakukan ceramah atau penyuluhan tentang hal-hal yang terkait dengan HIV dan AIDS, memperjuangkan hak-hak anggota, menjadi relawan pendamping Odha yang lain dan sebagainya.

(40)

kehidupannya masih bermakna, meskipun dirinya mengidap HIV dan AIDS. Sehingga Odha perempuan akan lebih banyak lagi melakukan kegiatan-kegiatan positif dalam sisa hidupnya dan akan lebih bersyukur karena masih diberi kehidupan.

2.6 Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi

Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi adalah lembaga sosial kemanusian Keuskupan Agung Medan yang ikut terpanggil untuk berpartisipasi dalam pemberdayaan anggota masyarakat yang rentan terhadap persoalan-persoalan sosial di Sumatera Utara. Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi bersinergi dengan lembaga-lembaga sosial kemanusiaan lainnya di Sumatera Utara untuk mengusrangi kerentanan masyarakat dari permasalahan yang mereka hadapi . salah satu bentuk pelayanannya adalah Rumah Singgah Caritas.

Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi adalah sebuah pusat informasi dan kegiatan (Drop In Center) yang bergerak dalam bidang pelayanan seputar narkotika, HIV dan AIDS. Kesehatan reproduksi bahkan persoalan psikologis. Rumah Singgah Caritas diresmikan pada 6 Agustus 2010 oleh Uskup Agung Mgr. DR. Anicetus.B.Sinaga OFM Cap. Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi ini terletak di Jalan Sei Asahan No. 36 Medan.

Tujuan Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi adalah :

1. Meningkatkan akses informasi dan pelayanan kesehatan bagi pengguna narkotika yang hidup dalam resiko tinggi dan masyarakat umum.

2. Pusat informasi narkotika, HIV dan AIDS bagi warga kota Medan. 3. Pusat kegiatan komunitas peduli isu Narkoba, HIV dan AIDS untuk

(41)

2.7 Kerangka Pemikiran

Perjalanan hidup perempuan yang terinfeksi HIV dan AIDS atau sering disebut juga dengan Odha perempuan sangatlah berat. Perempuan yang terinfeksi HIV positif penuh perjuangan keras. Adanya stigma dari masyarakat yang menganggap bahwa perempuan yang terinfeksi HIV positif disebabkan karena profesi mereka sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK), menggunakan narkoba suntik dan ”bukan orang baik-baik”. Stigma itu menyebabkan Odhaperempuan sering dikucilkan masyarakat dan mendapat perlakuan diskriminatif, bukan cuma oleh masyarakat awam, tetapi juga oleh tenaga medis. Padahal, Odha bisa disandang siapa saja, termasuk anak-anak dan ibu baik-baik. Stigma negatif terhadap Odha sangat merugikan upaya penanggulangan penyebaran HIV dan AIDS.

(42)

Namun, tidak semua keluarga yang mampu menerima keadaan atau status Odha yang dimiliki oleh anggota keluarganya tersebut. Ada keluarga yang merasa bahwa status yang disandang oleh anggota keluarganya tersebut merupakan sebuah aib sehingga keluarga memilih untuk menjauhi anggota keluarganya tersebut. Dengan melakukan penelitian ini, kita akan melihat bagaimanarespon keluarga terhadap Odha perempuan, apakah positif atau negatif. Respon tersebut dapat kita lihat daripersepsi keluarga yaitu pengetahuan keluarga mengenai Odha perempuan, pengetahuan keluarga untuk hidup bersama atau tinggal serumah dengan Odha dan pengetahuan keluarga tentang pendampingan yang dilakukan oleh lembaga sosial yang bergerak diisu HIV dan AIDS.

(43)
(44)

2.8 Definisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.8.1 Definisi Konsep

Defenisi konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, obyek, kondisi, situasi dan hal-hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan meyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009:112). Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian disebut dengan defenisi konsep. Secara sederhana defenisi disini diartikan sebagai batasan arti. Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:138).

Adapun konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Respon adalah suatu tanggapan, tingkah laku atau sikap yang berwujud baik, pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh, penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena.

2. Keluarga dalam penelitian ini adalah sebagai informasi verbal atau non verbal, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.

(45)

4. Dampingan atau dapat juga disebut dengan klien adalah seseorang yang merasa ingin mendapat pertolongan atau membutuhkan solusi terhadap masalah yang ia hadapi.

5. Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi Medan sebuah pusat informasi dan kegiatan (Drop In Center) yang bergerak dalam bidang pelayanan seputar narkotika, HIV dan AIDS, kesehatan reproduksi bahkan persoalan psikologis

2.8.2 Definisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Diperlukan operasionalisasi dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009:120).

Adapun yang menjadi definisi operasional dalam respon keluarga terhadap orang dengan HIV dan AIDS (Odha) perempuan dampingan Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi Medan, dapat diukur dari:

1. Persepsi atau pemahaman keluarga tentang Odha Perempuan, meliputi:

a. Pengetahuan keluarga tentang Orang dengan HIV dan AIDS (Odha) yang berjenis kelamin perempuan

b. Pengetahuan keluarga tentang hidup bersama Odha

(46)

d. Atensi adalah suatu proses penyeleksian keluarga terhadap Odha perempuan

2. Sikap keluarga terhadap Odha perempuan, meliputi:

a. Penilaian adalah pengetahuan atau informasi yang dimiliki keluarga tentang Odha perempuan dampingan Rumah Singgah Caritas

b. Penerimaan atau penolakan adalah hubungan dengan rasa senang atau tidak senangnya keluarga terhadap Odha perempuan. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa keluarga menolak atau menerima Odha perempuan. c. Mengharapkan atau menghindari adalah kesiapan keluarga untuk

bertingkah laku yang berhubungan dengan Odha perempuan dampingan Rumah Singgah Caritas

3. Partisipasi keluarga terhadap Odha perempuan, meliputi :

a. Memotivasi adalah keluarga berperan serta dalam memberikan dukungan dan ide-ide positif bagi Odha perempuan

b. Merawat adalah keluarga berperan serta dalam memelihara Odha perempuan agar dapat terjaga kelangsungan pendampingan tersebut c. Memberikan uang adalah keluarga berperan dalam membantu perekomian

Referensi

Dokumen terkait

PERDA NOMOR 7, 8, 9 DAN 10 TAHUN 2000 DAN PERDA NOMOR 11 TAHUN 1999 TENTANG RSUD dr.. Doris Sylvanus Palangka Raya serta Perda tentang UPTD, tetapi mengacu pada

Pada telur ayam Lohman Brown, berat kerabang H21 (6,21g) menunjukan lebih tinggi dibandingkan H0, H7 dan H14 berturut-turut 6,01g; 5,97g; dan 6,09g dimana secara statistik

Simulasi Keandalan Tampungan Waduk Unit Metalurgi Timah Muntok dengan metode Standard Operating Rule untuk jangka waktu 10 tahun (2015-2024). Minimum Operation level =

Hemoglobin dapat bergabung dengan oksigen udara yang terdapat dalam paru-paru karena mempunyai daya afinitas yang tinggi, sehingga terbentuklah oksihemoglobin yang kemudian oksigen

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan pada usia muda di masyarakat Lingkungan Nelayan II Sungailiat. Teori

Bagi Guru Lembaga Sekolah Dasar Islam di Kota Banjarmasin yaitu sebagai sumbangsih dalam memahami masalah kepemimpinan di lembaga, budaya organisasi dan juga

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan ekspresi seni mematung dan aktivitas belajar siswa kelas IX-4 SMP Negeri 1 Panai Tengah tahun pelajaran

Antara lain belajar dari mendengarkan dan melihat video ( youtube ) pembelajaran teknik dan melihat buku pelajaran teknik bermain alat musik. Cara mereka