• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Induksi Satu Fasa - Perbandingan Penggunaan Filter Single Tuned dan Second Order untuk Mereduksi Harmonisa pada Motor Induksi Satu Fasa yang dijalankan dengan Programmable Logic Control

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Induksi Satu Fasa - Perbandingan Penggunaan Filter Single Tuned dan Second Order untuk Mereduksi Harmonisa pada Motor Induksi Satu Fasa yang dijalankan dengan Programmable Logic Control"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Motor Induksi Satu Fasa

Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas

digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja

berdasarkan induksi medan magnet stator ke statornya, dimana arus rotor motor ini

bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai

akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating

magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.

Motor induksi sangat banyak digunakan di dalam kehidupan sehari-hari baik

diindustri maupun di rumah tangga. Di industri banyak digunakan di dalam berbagai

bidang dengan kapasitas yang besar dan.motor induksi satu fasa dioperasikan pada

sistem tenaga satu fasa banyak digunakan terutama untuk peralatan rumah tangga

seperti kipas angin, lemari es, pompa air, mesin cuci dan sebagainya karena motor

induksi satu fasa mempunyai daya keluaran yang rendah.

Motor induksi pada dasarnya mempunyai tiga bagian penting seperti yang

diperlihatkan pada Gambar 2.1 stator merupakan bagian yang diam dan mempunyai

kumparan yang dapat menginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan

rotornya, celah udara tempat berpindahnya energi dari startor ke rotor dan rotor

merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet dari kumparan stator

(2)

(a) (b)

Gambar 2.1 Konstruksi Motor Induksi Satu Fasa (a) Bagian-bagin Motor Induksi (b) Penempatan Stator dan Rotor

Motor induksi bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari kumparan

stator kepada kumparan rotornya. Bila kumparan stator motor induksi yang

dihubungkan dengan suatu sumber tegangan, maka kumparan stator akan

menghasilkan medan magnet yang berputar. Garis-garis gaya fluks yang diinduksikan

dari kumparan stator akan memotong kumparan rotornya sehingga timbul emf (ggl)

atau tegangan induksi. Kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka

akan mengalir arus pada kumparan rotor. Kumparan rotor yang dialiri arus ini berada

dalam garis gaya fluks yang berasal dari kumparan stator sehingga kumparan rotor

akan mengalami gaya Lorentz yang menimbulkan torsi yang cenderung

menggerakkan rotor sesuai dengan arah pergerakan medan induksi stator.

Belitan stator yang dihubungkan dengan sumber tegangan akan menghasilkan

medan magnet yang berputar. Medan putar pada stator tersebut akan memotong

(3)

sehingga rotor akan turut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan putaran

relatif antara putaran medan stator dan putaran rotor disebut slip (S) [14].

Berdasarkan cara penamaan dan proses terjadinya medan putar rotor, maka

prinsip kerja motor induksi satu fasa adalah berdasarkan prinsip induksi

elektromagnetik dimana bila sumber tegangan satu fasa dipasang pada kumparan

medan stator, maka akan timbul medan putar dengan kecepatan (n) yang ditunjukan

pada Persamaan (2.1) [14,15]:

= . ………(2.1)

Di mana:

ns= kecepatan sinkron (rpm)

f = frekuensi stator (Hz)

p= jumlah kutub stator (buah)

Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.

Akibatnya pada kumparan jangkar atau rotor akan timbul tegangan induksi (ggl).

Karena kumparan jangkar merupakan kumparan tertutup, ggl akan mengalirkan arus

pada kumparan rotor. Adanya arus dalam medan magnet akan menyebabkan

timbulnya gaya pada rotor. Apabila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya rotor cukup

besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah medan putar stator.

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tegangan induksi timbul karena

terpotongnya batang konduktor (rotor) oleh medan putar stator, artinya agar tegangan

(4)

stator (ns) dengan kecepatan putaran rotor (nr).

Perbedaan kecepatan antara medan putar stator dengan perputaran rotor tersebut

disebut dengan slip (S) dan dinyatakan dengan Persamaan (2.2) :

= 100% ...(2.2)

Persamaan (2.2) dapat ditulis dengan Persamaan (2.3), (2.4), (2.5) dan (2.6):

nr= ns(1–S)...(2.3)

Dengan demikian persamaan kecepatan slip menjadi Persamaan (2.7):

(ns–nr) = S.ns...(2.7)

Maka diperolehlah frekuensi slip dengan Persamaan (2.8):

(5)

f1 =fs= Frekuensi suplai = frekuensi stator (Hz)

f2 = Frekuensi slip = frekuensi rotor (Hz)

Pengaturan kecepatan motor induksi dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Berdasarkan pada Persamaan (2.8), maka variabel p(jumlah kutub) dan f(frekuensi)

akan berpengaruh besar terhadap kecepatan putar motor induksi:

a. Pengaturan kecepatan dengan mengubah jumlah kutub motor.

Jumlah kutub motor induksi jenis sangkar bajing dapat diubah dengan

merancang kumparan stator sedemikian rupa, sehingga dapat menerima

tegangan sehingga dapat menerima tegangan masuk dari dua posisi kumparan

yang berbeda.

b. Pengaturan kecepatan dengan mengubah frekuensi jaringan.

Selain jumlah kutub, frekuensi yang berubah juga dapat berpengaruh pada

kecepatan putar motor induksi. Hal ini harus diperhatikan, bahwa dengan

mengubah frekuensi kerapatan fluks yang ada harus diusahakan tetap, agar

kopel yang dihasilkan tidak berubah, untuk itu tegangan pada jaringan harus

diubah seiring dengan perubahan frekuensi. Hal yang paling umum dalam

penerapan cara ini adalah dengan menggunakan perangkat yang dikenal

sebagai inverter.

c. Pengaturan kecepatan dengan mengubah resistansi tahanan rotor.

Seperti pada metoda pengasutan motor, motor induksi jenis rotor belitan yang

dihubungkan dengan tahanan luar dapat diatur kecepatan putarnya. Dengan

(6)

akan berubah, begitu juga dengan kecepatan putarnya. Adapun kerugian

yang ditimbulkan adalah rendahnya efisiensi pada saat kecepatan putarnya

dikurangi dan pengaturan kecepatan putarnya sangat dipegaruhi oleh

perubahan beban yang dipikulnya.

d. Pengaturan kecepatan dengan mengubah besarnya slip.

Mengingat hubungan slip dengan daya listrik dan pengaruhnya terhadap

tegangan dan kecepatan motor, maka metode ini pada prinsipnya

menggunakan hubungan tersebut. Pengaturan kecepatan dengan mengubah

nilai slip menggunakan suatu alat tambahan, baik elektrik, maupun elektronik.

Peralatan tambahan tersebut berupa sistem yang cukup rumit.

Dari sekian banyak metode untuk mengatur kecepatan putar motor induksi,

cara dengan mengubah frekuensi jaringan adalah yang paling umum digunakan yaitu

dengan menggunakan inverter. Dengan cara tersebut daerah pengaturan kecepatan

putarnya cukup lebar.

2.2 Programmable Logic Control(PLC)

Programmable logic control (PLC) merupakan suatu mikrokontroller yang

digunakan untuk keperluan industri. Programmable logic control (PLC) dapat

dikatakan sebagai suatu perangkat keras dan lunak yang dibuat untuk diaplikasikan

dalam dunia industri [4,5]. Secara umum programmable logic control (PLC)

memiliki bagian-bagian yang sama dengan komputer maupun mikrokontroler yaitu

(7)

logic control (PLC) sepeti terlihat pada Gambar 2.2 masing-masing bagian

mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan merupakan saling berhubangan dalam

memperoses suatu perintah untuk mengontrol peralatan yang dapat bekerja secara

otomatis.

Gambar 2.2 Susunan bagian-bagianProgrammable logic Control(PLC) [4,5]

Central processing unit merupakan bagian utama dan merupakan otak dari

progammable logic control (PLC). Central processing unit ini berfungsi untuk

melakukan komunikasi dengan prosonal computer, interkoneksi pada setiap bagian

programmable logic control (PLC) mengeksekusi program-program, serta mengatur

inputdanoutputsistem. Memori merupakan tempat penyimpanan data sementara dan

tempat menyimpan program yang harus dijalankan, dimana program tersebut

merupakan hasil terjemahan dari ladder diagram yang dibuat oleh user. Sistem

memori dibagi dalam blok-blok dimana masing-masing blok memiliki fungsi

(8)

danoutput,sementara bagian memori yang lain digunakan untuk menyimpan variabel

yang digunakan pada program. Catu daya (power supply) digunakan untuk

memberikan tegangan pada programmable logic control (PLC). Tegangan masukan

programmable logic control(PLC) biasanya sekitar 24 VDC atau 220 VAC. Gambar

2.3 Rangkain komponen-komponenprogrammable logic control(PLC).

Gambar 2.3 Rangkaian Komponen–komponenProgrammable logic Control(PLC)

Kemampuan suatu sistem otomatis tergantung pada kemampuanprogrammable logic

control (PLC) dalam membaca sinyal dari berbagai piranti input. Sinyal input dapat

berupa logika 0 dan 1 (rendah dan tinggi) [4,5].

Suatu sistem otomatis tidak akan lengkap jika sistem tersebut tidak memiliki jalur

output. Output sistem ini dapat berupa analog maupun digital. Output analog

digunakan untuk menghasilkan sinyal analog output digital digunakan untuk

menghubungkan dan memutuskan jalur piranti output yang sering dipakai dalam

(9)

Programmable Logic Control (PLC) adalah komputer elektronik yang mudah

digunakan (user frendly) yang memiliki fungsi kendali untuk berbagai tipe dan

tingkat kesulitan yang beraneka ragam, Gambar 2.4 Sistem komponen

Programmable Logic Control(PLC).

Gambar 2.4 Sistem KomponenProgrammable Logic Control(PLC)

Definisi programmable logic control (PLC) adalah sistem elektronika yang

beroperasi secara digital dan di desain untuk pemakaian di lingkungan industri,

dimana sistem ini menggunakan memori yang dapat diprogram untuk penyimpanan

secara internal instruksi-instruksi yang mengimpelementasikan fungsi-fungsi spesifik

seperti logika, urutan penentuan pencacah dan operasi aritmatika untuk mengontrol

mesin atau proses dalam industri [4,5]. Dalam programmable logic control (PLC)

memiliki dua masukan yaitu 0 dan 1 atau rendah dan tinggi. Tabel 2.1 masukan

programmable logic control(PLC) 4 variabel.

PLC Program

Input module

Sensor

Central Control Unit Output Module

(10)

Tabel 2.1 MasukanProgrammable Logic Control(PLC)

Berdasarkan namanya konsepProrammable Logic Control(PLC) adalah:

a. Programmablemenunjukan kemampuan dalam hal memori untuk menyimpan

program yang telah dibuat dengan mudah diubah-ubah fungsi atau

kegunaanya.

b. Logic menunjukan kemampuan dalam memproses input secara aritmatika dan

(11)

membagi, mengurangi dengan mengunakan gerbang logika OR, AND, NOT

dan gerbang logika kombinasi.

c. Control menunjukan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur proses

sehingga menghasilkan output yang diinginkan. Memiliki bahasa

pemograman yang mudah dipahami dan dioperasikan.

2.3 Harmonisa

Harmonisa adalah gangguan yang terjadi dalam sitem distribusi tenaga listrik

yang disebabkan adanya distorsi gelombang arus dan tegangan. Distorsi gelombang

arus dan tegangan ini disebabkan adanya pembentukan gelombang-gelombang

dengan frekuensi kelipatan bulat dari frekuensi fundamentalnya [9]. Terdistorsinya

gelombang arus atau tegangan akibat adanya gelombang sinus kelipatan integer dari

gelombang fundamental dan gelombang tersebut ditambahkan sehingga berakibat

pada terdistorsinya bentuk gelombang fundamental menjadi tidak sinusoidal murni.

Bila gelombang-gelombang tersebut dijumlahkan, maka bentuk gelombang yang

dihasilkan adalah seperti Gambar 2.5 bentuk distorsi gelombang akan lebih kompleks

(12)

lagi bila semua gelombang harmonik yang terjadi pada harmonik ke 3, 5 dan 7

dijumlahkan dengan gelombang frekuensi dasar. I total merupakan gelombang yang

terdistosi oleh harmonisa arus sinusoidal dari gelombang hamonisa arus ke 3, 5 dan

7. Besar amplitude harmonik biasanya hanya beberapa persen dari amplitude

gelombang dasar (I1) yang berbentuk sinusoidal murni.

2.3.1 Perhitungan Harmonisa

Harmonisa diproduksi oleh beberapa beban non-linier atau alat yang

mengakibatkan arus non-sinusoidal. Untuk menentukan besar Total Harmonic

Distortion (THD) dari perumusan analisa deret fourier untuk tegangan dan arus

dalam fungsi waktu yang ditunjukkan Persamaan (2.9) dan (2.10) [16,17].

( ) = + ∑ ( + ) ………....……(2.9)

( ) = + ∑ ( + ) ……….………….... (2.10)

Tegangan dan arus RMS dari gelombang sinusoidal yaitu nilai puncak

gelombang dibagi √2dan secara deret fourier untuk tegangan dan arus dapat dilihat pada Persamaan (2.11) dan (2.12).

= ∑

√ ………….………...………….. (2.11)

= ∑

√ ……….………(2.12)

Pada umumnya untuk mengukur besar harmonisa yang disebut dengan Total

(13)

nilai RMS harmonisa urutan diatas frekuensi fundamental dibagi dengan nilai RMS

pada frekuensi fundamentalnya, dan tegangan dc nya diabaikan.

Besar Total Harmonic Distortion (THD) untuk tegangan dan arus Persamaan (2.13)

dan (2.14).

Individual Harmonic Distortion (IHD)adalah perbandingan nilaiRMSpada

orde harmonisa terdistorsi terhadap nilaiRMSpada frekuensi fundamental ditunjukan

Persamaan (2.15) dan (2.16).

Dimana : = Tegangan harmonisa pada orde terdistorsi

= Arus harmonisa pada orde terdistorsi

Hubungan persamaan IHD dengan arus RMS dari persamaan (2.16) didapat

(14)

Selanjutnya dari Persamaan (2.18) dapat diselesaikan menjadi Persamaan (2.19) dan

(2.20).

Sehingga arusRMSterhadapIHDIyaitu :

2.3.2 Mengurangi Harmonisa

Filter harmonisa harus dilakukan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan

terhadap sistem dan peralatan listrik. Banyak sekali cara yang digunakan

untuk memperbaiki sistem khususnya meredam harmonisa yang sudah dikembangkan

saat ini. Secara garis besar ada beberapa cara untuk meredam atau mengurangi

harmonisa yang di timbulkan oleh bebannon-linieryaitu diantaranya [17,18]:

a. Penggunaan filter pasif pada tempat yang tepat, terutama pada daerah yang

dekat dengan sumber pembangkit harmonisa sehingga arus harmonisa terjerat

di sumber dan mengurangi peyebaran arusnya.

b. Penggunaan filter aktif.

c. Kombinasi filter aktif dan pasif.

d. Konverter denganAlternating Carent(AC)- reactordan lain-lain.

Sistem diatas mampu bertindak sebagai peredam harmonisa, dan juga dapat

memperbaiki faktor daya yang rendah pada sistem. Jika perbaikan faktor daya

langsung dipasang kapasitor terhadap sistem yang mengandung harmonisa, maka

akan menyebabkan amplitudo pada harmonisa tertentu akan membesar, proses ini

∑ = + . = (1 + )………...…...(2.19)

(15)

diakibatkan terjadinya resonansi antara kapasitor yang dipasang dengan reaktansi

induktif system.

.

2.3.3 Batasan Harmonisa

Untuk mengurangi harmonisa pada suatu sistem secara umum tidaklah harus

mengeliminasi semua harmonisa yang ada tapi cukup dengan mereduksi sebagian

harmonisa tersebut sehingga nilainya dibawah standar yang diizinkan. Hal ini

berkaitan dengan analisa secara teknis dan ekonomis dimana dalam mereduksi

harmonisa secara teknik dibawah standar yang diizinkan sementara dari sisi ekonomis

tidak membutuhkan biaya yang besar. Dalam hal ini standar yang digunakan sebagai

batasan harmonisa adalah yang dikeluarkan oleh International Electrotechnical

Commission (IEC) yang mengatur batasan harmonisa pada beban beban kecil satu

fasa atau pun tiga fasa. Untuk beban tersebut umumnya digunakan standar IEC

61000-3-2 [13]. Pada standar IEC 61000-3-2, beban-beban kecil tersebut

diklasifikasikan dalam kelas A, B, C, dan D dimana masing-masing kelas mempunyai

batasan harmonisa yang berbeda-beda yang dijelaskan sebagai berikut [12,14].

1. Kelas A

Kelas ini merupakan semua kategori beban termasuk didalamnya peralatan

penggerak motor dan semua peralatan 3 fasa yang arusnya tidak lebih dari 16 amper

perfasanya. Semua peralatan yang tidak termasuk dalam 3 kelas yang lain

(16)

untuk peralatan satu fasa (tegangan kerja 230V) dan tiga fasa (230/400V) dimana

batasan arus harmonisanya seperti yang diperlihatkan Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Batasan arus harmonisa untuk peralatan kelas A

2. Kelas B

Kelas ini meliputi semua peralatan tool portable yang batasan arus

harmonisanya merupakan harga absolut maksimum dengan waktu kerja yang singkat

Batasan arus harmonisanya diperlihatkan pada Tabel 2.3.

3. Kelas C

Kelas C termasuk didalamnya semua peralatan penerangan dengan dayainput

aktifnya lebih besar 25 watt. Batasan arusnya diekspresikan dalam bentuk persentase

arus fundamental. Persentase arus maksimum yang diperbolehkan untuk masing

(17)

Tabel 2.3 Batasan arus harmonisa untuk peralatan kelas B

Tabel 2.4 Batasan arus harmonisa untuk peralatan kelas C

Harmonisa

dianggap memiliki dampak terbesar pada jaringan listrik. Khususnya personal

komputer, layar monitor dan penerima TV. Batasan arusnya diekspresikan dalam

(18)

600 W atau dalam ampere untuk peralatan yang lebih besar dari 600 W. Batasan arus

harmonisanya diperlihatkan pada oleh Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Batasan arus harmonisa untuk peralatan kelas D

Harmonisa

Aplikasi filter pasif merupakan metode penyelesaian yang efektif dan

ekonomis untuk masalah harmonisa. Filter pasif sebagian besar didesain untuk

memberikan bagian khusus untuk mengalihkan arus haromonisa yang tidak

diinginkan dalam sistem tenaga. Filter pasif banyak digunakan untuk

mengkompensasi kerugian daya reaktif akibat adanya harmonisa pada sistem

instalasi. Rangkaian filter pasif terdiri dari komponen R, L, dan C. Komponen utama

yang terdapat pada filter pasif adalah kapasitor dan induktor seperti terlihat pada

Gambar 2.6 Kapasitor dihubungkan seri atau paralel untuk memperoleh sebuah total

rating tegangan dan kVAR yang diinginkan. Sedangkan induktor digunakan dalam

(19)

Gambar 2.6 Rangkaian Filter Pasif dalam Sistem

Terdapat dua jenis filter pasif yaitu filter seri dan filter paralel. Filter seri didesain

untuk digunakan pada jaringan utama. Sementara filter pasif paralel hanya menapis

arus harmonisa dan beberapa arus fundamental pada orde yang lebih kecil dari

jaringan utama. Sehingga filter paralel lebih murah ketimbang filter seri pada tingkat

efektifitas yang sama. Filter paralel juga memiliki kelebihan lain yaitu dapat

mensuplai daya reaktif pada frekwensi fundamental, dalam banyak aplikasi paling

umum digunakan filter paralel.

Gambar 2.7 dan 2.8 memperlihatkan beberapa jenis filter pasif yang umum digunakan

beserta konfigurasi dan impedansinya. Single tuned filter ataubandpass filter adalah

yang paling umum digunakan. Dua buah single tuned filter akan memiliki

karakteristik yang mirip dengan double bandpass filter. Tipe filter pasif yang paling

umum digunakan adalah single-tunedfilter. Umumnya filter ini biasa digunakan pada

tegangan rendah [16,18,19]. Rangkaian filter ini mempunyai impedansi yang

rendah. Prinsip kerja dari filter pasif yaitu dengan mengalirkan arus harmonisa orde

(20)

Gambar 2.7. FilterFassive Tuned(a).Single Tuned(b)Double Tuned

Gambar 2.8 FilterFassive High-Pass, (a)First-Order, (b)Second Order, (c)Third-Order

memaksa arus orde tertentu mengalir ke jaringan filter, maka harga kapasitor harus

diatur sehingga terjadi resonansi pada jaringan. Saat terjadi resonansi , harga

impedansi saluran akan minimum karena hanya tinggal komponen resistansi.

Disamping dapat mengurangi harmonisa, Filter pasif juga dapat memperbaiki power

factor [19,20]. Kapasitor bank yang telah terpasang pada jaringan dapat difungsikan

(21)

2.4.1 Passive Single Tuned Filter

Single tuned filteradalah filter yang terdiri dari komponen-komponen pasif R,

L dan C terhubung seri, seperti pada Gambar 2.9.Single tuned filter akan mempunyai

impedansi yang kecil pada frekuensi resonansi sehingga arus yang memiliki frekuensi

yang sama dengan frekuensi resonansi akan dibelokkan melalui filter.

Gambar 2.9Single Tuned Filter

Untuk mengatasi harmonisa di dalam sistem tenaga listrik yang paling

banyak digunakan adalah passive single tuned filter. Filter single tuned yang

diletakkan secara paralel akan menghubung singkatkan arus harmonisa yang ada

dekat dengan sumber distorsi. Ini dilakukan untuk menjaga arus harmonisa yang

masuk tidak keluar menuju peralatan lain dan ke sumber tenaga listrik. Filter single

tuned yang merupakan hubungan seri komponen R, L, dan C memberikan

keuntungan tersendiri bagi sistem tenaga listrik, disamping mampu mereduksi tingkat

harmonisa, penggunaan kapasitor dapat memperbaiki cos φ sistem, sedangkan

induktor berfungsi sebagai filter dan juga melindungi kapasitor dari over kapasitif

akibat adanya resonansi. Sebuah rangkaian filter single tuned dipasang pada

frekuensi harmonisa sebagai filter, pemasangannya secara paralel dengan peralatan

(22)

kecil pada frekuensi resonansi sehingga arus yang memiliki frekuensi yang sama

dengan frekuensi resonansi akan dibelokkan melalui filter seperti pada Gambar 2.10.

Sumber Arus

Beban Non Linier Filter Single

tuned I1

Is IF

Ih

Gambar 2.10 Prinsip Pereduksian Harmonisa

Kualitas dari sebuah filter (Q) adalah ukuran ketajaman penyetelan filter

dalam mereduksi harmonisa. Filter dengan Q tinggi disetel pada frekuensi rendah

(misalnya harmonisa kelima) dan nilainya biasanya berkisar antara 30 dan 100.

Dalam filter single tuned faktor kualitas (Q) didefinisikan sebagai perbandingan

antara induktansi atau kapasitansi terhadap resistansi. Pada Gambar 2.11

diperlihatkan gelombang hasil dari penggunaan filter harmonisa dengan simulasi

Gambar 2.11 Kompensasi Gelombang Filter

(23)

Hasil simulasi MATLAB/Simulink dapat menjelaskan proses eliminasi

gelombang arus terdistorsi dimana distorsi gelombang arus yang terjadi akibat beban

non-linier seperti yang ditunjukkan pada gelombang warna biru. Setelah kapasitor

dan induktor yang digunakan sebagai filter untuk memperbaiki gelombang warna biru

dengan sinyal gelombang warna hijau, sehingga menghasilkan gelombang yang

terperbaiki seperti yang ditunjukkan gelombang warna merah dengan tingkat distorsi

gelombang mendekati bentuk sinusoidal. Dengan demikian tingkat distorsi

gelombang dapat diperbaiki oleh induktor dan kapasitor.

2.4.2 MerancangPassive Single Tuned Filter

Merancang passive single suned filter yang terdiri dari hubungan seri

Komponen-komponen pasif induktor, kapasitor dan tahanan adalah bagaimana

menentukan nilai parameter komponen-komponen dari passive single tuned filter

[9,13,17].

Untuk menentukan kebutuhan daya reaktif dapat digambarkan dalam bentuk

segitiga daya seperti Gambar 2.12.

(24)

Kebutuhan daya reaktif dapat dihitung dengan pemasangan kapasitor untuk

memperbaiki faktor daya beban. Komponen daya aktif (P) umumnya konstan, daya

semu (S) dan daya reaktif (Q) berubah sesuai dengan faktor daya beban Persamaan

(2.21):

Daya Reaktif (Q) = Daya Aktif (P) tan φ ………...……... (2.21)

Dengan merujuk segitiga daya Gambar 2.12, maka daya reaktif pada paktor daya

awal diperoleh Persamaan (2.22):

Q1= P tan φ1 ……….……(2.22)

Daya reaktif pada faktor daya yang diperbaiki diperoleh dari Persamaan (2.22)

menjadi Persamaan (2.23):

Q2= P tan φ2 ……….. (2.23)

Sehingga rating kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki faktor daya Persamaan

(2.24) dan (2.25):

Daya reaktif Δ Q = Q1- Q2 ………. (2.24)

Atau

Δ Q = P(tan 1- 2) ………...………….….(2.25)

Besar nilai Δ Q yang didapat, selanjutnya menentukan nilai reaktansi kapasitif

yang besarnya ditentukan berdasarkan Persamaan (2.25) dan besar nilai kapasitansi

kapasitor yang dibutuhkan untuk memperbaiki faktor daya pada Persamaan (2.26).

Langkah-langkah perancangan Passive single tuned filteradalah:

(25)

untuk perbaikan faktor daya. Daya reaktif kapasitor(Qc)Persamaan (2.26):

= {tan( ) − tan( )}………....(2.26)

Dimana:

P= beban (kW)

pf1= faktor daya mula-mula sebelum diperbaiki

pf2= faktor daya setelah diperbaiki

b. Tentukan reaktansi kapasitor ( ) Persamaan (2.27):

= ………..………. (2.27)

c. Tentukan kapasitansi dari kapasitor(C)Persamaan (2.28):

= ……….….. (2.28)

d. Tentukan reaktansi induktif dari Induktor ( ) Persamaan (2.29):

= ………...(2.29)

e. Tentukan induktansi dari inductor ( ) Persamaan (2.30):

= ………...(2.30)

f. Tentukan reaktansi karakteristik dari filter pada orde tuning ( ) dengan

Persamaan (2.31):

(26)

g. Tentukan tahanan(R)dari Induktor Persamaan (2.32):

= ………...…………. (2.32)

Besarnya impedansi single tuned filter pada frekuensi fundamental

ditunjukan Persamaan (2.33) [4,9,13]:

= + ( − ) ………...(2.33)

Pada frekuensi resonansi , Persamaan (2.33) menjadi Persamaan (2.34):

= + − ………....(2.34)

Jika frekuensi sudut saat resonansi Persamaan (2.35):

= 2 ℎ ………(2.35)

Impedansi filter dapat ditulis Persamaan (2.36) dan (2.37):

= + 2 ℎ − ………….……… (2.36)

= + ( ℎ − ) ………. (2.37)

Saat resonansi terjadi nilai reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif sama besar, maka

diperoleh impedansisingle tuned filterseperti pada Persamaan (2.38):

………...(2.38)

Pada Persamaan (2.38) menunjukkan bahwa pada frekuensi resonansi,

(27)

kecil dari impedansi beban yaitu sama dengan tahanan induktor R, sehingga arus

harmonisa yang mempunyai frekuensi yang sama dengan frekuensi resonansi akan

dialirkan atau dibelokkan melalui single tuned filter dan tidak mengalir ke sistem.

Frekuensi respon dari single tuned filter ditunjukkan seperti pada Gambar 2.13

dimana dapat dilihat bahwa pada frekuensi harmonisa atau orde ke-5 dari harmonisa

Gambar 2.13 Frekuensi Respon Single Tuned Filter[19]

(fr = 250 Hz), impedansi single tuned filter sangat kecil. Dengan demikian single

tuned filterdiharapkan dapat mengurangi IHD tegangan dan IHD arus sampai dengan

10-30%. Besarnya tahanan R dari induktor dapat ditentukan oleh faktor kualitas dari

induktor. Faktor kualitas (Q) adalah kualitas listrik suatu induktor, secara matematis.

Q adalah perbandingan nilai reaktansi induktif atau reaktansi kapasitif pada frekuensi

resonansi dengan tahanan semakin besar nilai Q yang dipilih maka semakin kecil

nilai tahanan dan semakin bagus kualitas dari filter dimana energi yang dikonsumsi

(28)

2.4.3 Passive Second Order Filter

Passive second-order filter adalah filter yang terdiri dari

komponen-komponen pasif induktor (L) dan tahanan (R) yang terhubung paralel dan seri dengan

kapasitor (C), seperti pada Gambar 2.14. passive second order filter yang sederhana

dalam penggunaanya, filter yang cukup baik dan mengurangi rugi-rugi daya pada

frekwensi dasar [10,11,21,22].

Gambar 2.14Passive Second Order Filter

Merancangan filter passive second orderdalam menentukan nilai parameter induktor

(L), kapasitor (C) dan tahanan (R).

Langkah-langkah perancangan filter passive second order mulai dari langkah

(a) sampai langkah (e) sama dengan langkah-langkah perancangan filter passive

singletuned. Pada langkah (f) menentukan karakteristik dari reaktansi ( ) dengan

Persamaan (2.39):

= = = = ... (2.39)

Pada langkah (g) menentukan tahanan(R), dengan Persamaan (2.40):

(29)

Dimana Q adalah faktor kualitas filter, yang nilainya 0,5< < 5.

Impedansi untuk filter passive second order, impedansi harmonisa ke-h

[ (ℎ)] diperoleh menggunakan Persamaan (2.41), (2.42) dan (2.43):

(ℎ) = + ………...(2.41)

(h) = - j ... (2.42)

(h) = ( )

Gambar

Gambar 2.1 Konstruksi Motor Induksi Satu Fasa  (a) Bagian-bagin Motor Induksi(b) Penempatan Stator dan Rotor
Gambar 2.2 Susunan bagian-bagian Programmable logic Control (PLC) [4,5]
Gambar 2.3 Rangkaian Komponen–komponen Programmable logic Control (PLC)
Gambar 2.4 Sistem Komponen Programmable Logic Control (PLC)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah bagi pedagang Tradisional dipasar Melati

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana merancang sebuah layanan sistem informasi yang dapat memberikan informasi terbaru terkait barang yang menjadi

Aplikasi ini dibangun dengan menggunakan perangkat lunak Macromedia Flash MX yang mempunyai kemampuan yang dibuat dengan teknologi Vector Graphics yang mendekskripsikan gambar

[r]

[r]

Perkembangan teknologi yang sudah maju sekarang ini mendorong berbagai pihak untuk menggunakan komputerisasi dalam mengolah data khususnya sistem tentang gaji pegawai dalam

1 Pisang Sale Asni Rita Warnnis Pisang Sale 085272969545 Bukittinggi

Menurut Fathi ad-Duraini (ahli fikih dari Universitas Damaskus, Suriah), kehati- hatian ulama fikih dalam menetapkan hukum pemanfaatan barang gadai, baik oleh pemilik maupun