PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PERSETUBUHAN PADA ANAK (ANALISIS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG
NOMOR: 1202 K/PID.SUS/2009)
TESIS
Oleh:
PANCA HUTAGALUNG 117005016/ HK
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PERSETUBUHAN PADA ANAK (ANALISIS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG
NOMOR: 1202 K/PID.SUS/2009)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum
Dalam Program Studi Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh:
PANCA HUTAGALUNG 117005016/ HK
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PERSETUBUHAN PADA ANAK (ANALISIS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR: 1202 K/PID.SUS/2009)
Nama Mahasiswa : PANCA HUTAGALUNG N I M : 117005016
Program Studi : Magister Ilmu Hukum
Menyetujui Komisi Pembimbing
Dr. M. Hamdan, SH., MH Ketua
Dr. Mahmud Mulyadi, SH.,M.Hum Dr. Utary Maharany Barus, SH., M.Hum Anggota Anggota
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH) (Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum)
Telah diuji pada
Hari/Tanggal: Jum’at 12 Juli 2013M/ 03 Ramadhan 1434H
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. M. Hamdan, SH, MH
Anggota : 1. Dr. Mahmud Mulyadi, SH., M.Hum 2. Dr. Utary Maharany Barus, SH., M.Hum 3. Dr. Madiasa Ablisar, SH., MS
ABSTRAK
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak sejak semula ditujukan sebagai upaya perlindungan serta mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya. Meskipun demikian kejahatan terhadap anak masih kerap terjadi bahkan semakin eskalatif misalnya persetubuhan terhadap anak padahal ancaman hukumannya tergolong tinggi. Dalam penelitian ini misalnya pemicu persetubuhan terjadi akibat hubungan asmara dan suka sama suka antara pelaku dan saksi korban yang tergolong anak. Memperhatikan hal ini maka permasalahan yang timbul adalah bagaimana pengaturan persetubuhan terhadap anak menurut hukum pidana di Indonesia dan bagaimana penegakan hukum pidana yang dilakukan judex facti dalam kasus persetubuhan terhadap anak dalam Putusan Nomor 2417/Pid.B/2008-Mdn juncto Putusan Nomor 38/Pid/2009/PT-Mdn dan bagaimana penegakan hukum pidana oleh judex juris terhadap kasus persetubuhan terhadap anak dalam Putusan Nomor 1202K/Pid.Sus/2009.
Metode penelitian yang digunakan bersifat normatif preskriptif dengan pendekatan analitis serta pendekatan perundang-undangan dengan menganalisa perkara Nomor 1202K/Pid.Sus/2009. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen kemudian menganalisis data yang diperoleh secara kualitatif dengan pemilihan teori-teori, asas-asas, norma-norma, doktrin dan pasal-pasal perundang-undangan yang relevan serta menghubungkan data-data dimaksud dengan permasalahan yang diteliti.
Pengaturan tentang persetubuhan terhadap anak diatur dalam KUHP, Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak serta Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Penegakan hukum pidana yang dilakukan judex facti dalam Putusan Nomor 2417/Pid.B/2008-Mdn juncto Putusan Nomor 38/Pid/2009/PT-Mdn telah sesuai dengan ketentuan hukum acara pidana, yaitu pembacaan dakwaan, pemeriksaan saksi, pemeriksaan surat, dan pemeriksaan terdakwa, tuntutan, pembelaan dan putusan. Penjatuhan hukuman didasarkan atas teori pembuktian berdasarkan undang-undang secara negatif dan menganut teori kesalahan akan tetapi tidak mempertimbangkan teori kesalahan korban. Penegakan hukum pidana oleh judex juris dalam Putusan Nomor 1202K/Pid.Sus/2009 telah sesuai dengan ketentuan hukum acara pidana dan mencerminkan teori kesalahan korban.
ABSTRACT
Law No. 23/2003 on Child Protection is initially intended to protect children and to ensure their safety by providing security for their rights. Nevertheless, sexual harassment toward children often occurs and indicates its escalation even though it is regarded as a felony. In this research, for example, it was found that sexual harassment was caused by erotic love and courting between a male adult and a female who was still very young. Therefore, the problems which arose in the research were as follows: how about the regulation on sexual harassment according to the criminal law in Indonesia, how about the enforcement of criminal law in judex facti in the case of sexual harassment toward children under the Verdict No. 2417/Pid.B/2008-Mdn, in conjunction with the Verdict No. 38/Pid/2009/PT-Mdn, and how about the enforcement of criminal law in judex juris on sexual harassment toward children under the Verdict No. 1202K/Pid.Sus/2009.
The research used perspective normative method with analytic and legal provision approaches by analyzing the case No. 1202K/Pid.Sus/2009. The source of data was secondary data which comprised primary, secondary, and tertiary legal materials. They were gathered by conducting documentary study and analyzed qualitatively by selecting relevant theories, principles, norms, doctrines, and articles in legal provisions and correlated them with the problems of the research.
Sexual harassment toward children is regulated in the Criminal Code, in Law No. 23/2003 on Child Protection, and in Law No. 23/2004 on the Abolition of Violence in Household. The enforcement of criminal law in judex facti under the Verdict No. 2417/Pid.B/2008-Mdn, in conjunction with the Verdict No. 38/Pid/2009/PT-Mdn is in line with law of criminal procedure; namely, the reading of accusation, examining witnesses, examining documents, examining defendants, indictment, advocacy, and verdict. Handing down a verdict is based on the authentication theory according to law negatively and follows fault theory although the victim’s fault is not considered. The enforcement of criminal law in judex juris under the Verdict No. 1202K/Pid.Sus/2009 is in line with law of criminal procedure and reflects the theory of the victim’s fault.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
dengan limpahan rahmat dan kasih sayangnya sehingga penulisan Tesis dengan judul:
“Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Persetubuhan Pada Anak (Analisis
Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1202 K/PID.SUS/2009”dapat
terselesaikan. Sholawat teriring salam kepada junjungan semesta alam, khotaman
nabiyyin, saidul anbiya, rosulillah Muhammad sallallahi ‘alaihi wa alihi wasallam,
yang telah mencerahkan kehidupan ummatnya kejalan yang diridhai Allah SWT.
Penulisan ini secara jahirnya dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Magister Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara sebagai wujud tanggungjawab akademik, walaupun bagi saya hal ini secara
batiniahnya lebih sebagai salah satu upaya ubudiah yang mudah-mudahan berdimensi
ukhrawi.
Dalam melaksanakan penelitian tesis ini, saya harus akui demikian banyaknya
rintangan dan hambatan yang dihadapi, betapa tidak antara pekerjaan membaca,
belajar, menulis, meneliti dan mencari nafkah bagi keluarga adalah kondisi yang
harus bergerak serentak dalam satu irama. Begitu sesaknya terkadang, hampir-hampir
memilih menyerah dan pasrah, tetapi mengingat besarnya nilai ibadah berbanding
lurus dengan tingkat kesulitan yang dihadapi, mendorong saya untuk kembali
mencari makna janji Allah yang diulang dua kali secara berurutan (seperti tampak
sesunguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya dibalik kesulitan ada
kemudahan” (Q.S. Al-Insyirah: 5-6).
Saya beruntung dan bersyukur kepada Allah karena dalam penyelesaian tesis
ini saya ditakdirkan diberikan para pembimbing dan penguji yang benar-benar
mengulurkan tangan tanpa pamrih sehingga dalam kesempatan ini wajib kiranya saya
haturkan terimakasih kepada:
1. Dr. Hamdan, S.H, M.H sebagai Ketua Komisi Pembimbing tesis ini yang telah
demikian banyak memberikan masukan yang sangat berharga bahkan lebih dari
itu seolah hampir dapat dikatakan “turut mengerjakan” tesis ini.
2. Dr. Mahmud Mulyadi, S.H., M.Hum sebagai Anggota Komisi Pembimbing juga
banyak memberikan arahan kepada saya dan mempermudah penyelesaian tesis ini
yang bahkan bertindak seolah “sahabat karib” karena demikian mudahnya
ditemui dan share.
3. Dr. Utary Maharany Barus, S.H., M.Hum tidak ketinggalan, sebagai Angota
Komisi Pembimbing telah bersusah payah mengkoreksi tata tulis yang tidak pada
tempatnya disamping tetap memberikan berbagai masukan yang sungguh penting
terhadap substansi.
4. Dr. Madiasa Ablisar, S.H., M.S sebagai Penguji bagi saya tidak hanya sekedar
penguji bahkan dalam berbagai kesempatan beliau sering memacu semangat saya
untuk menyelesaikan tesis ini disamping memberikan berbagai masukan
5. Dr. Idha Aprilyana, S.H., M.Hum sebagai Penguji walaupun tidak sering
berjumpa dengan saya disela-sela pengerjaan tesis ini tetapi tidak kurang
kebaikan hatinya untuk mempermudah tugas saya dan secara jujur saya katakan
bahwa kritikannya menjadi umpan balik yang prestisius.
Pada kesempatan ini saya akui secara tulus bahwa tesis ini layak dikatakan
selesai lebih kepada kebaikan hati dan kerelaan nama-nama yang mulia tersebut di
atas, jazakumullah khoiran katsiro (semoga Allah memberikan kebaikan yang banyak
untuk Bapak dan Ibu).
Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih yang hangat kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.H, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi
Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh Guru Besar dan Dosen pada Program Studi Magister Ilmu Hukum
6. Seluruh Pegawai dan staf pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas
Sumatera Utara yang tidak dapat saya tulis satu persatu. Terimakasih karena telah
menjadi bagian dari kehidupan saya.
Ucapan terimakasih juga saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua saya yaitu: K. Hutagalung (bapak) dan Almh. P. Silitonga (ibu)
yang sejak kecil selalu mendorong saya untuk terus belajar agar kesulitan
kehidupan saya lebih ringan dari beban kehidupan mereka yang mulia itu.
“Pegang pulpen lebih ringan daripada pegang cangkul”, ucap mereka.
2. Abang dan kakak saya berserta semua keluarga yang setiap waktu
mengkhawatirkan studi saya ini dan selalu memanjatkan doanya demi selesainya
studi saya ini.
Secara khusus rasa terimakasih yang tak terlukiskan dan tak terucapkan
dengan kata-kata, saya sampaikan kepada:
1. Elli Dayanti Pasaribu, isteri tercinta saya yang selalu sabar memberikan dorongan
dan dukungan yang menyentuh hati saya dalam segala bentuknya, yang bahkan
menjadi sumber kekuatan bagi saya.
2. Mahatma Muhammad Hutagalung, anak pertama saya berumur 3 tahun yang
canda tawanya, kepolosannya dan “gangguan kecilnya” menjadi semangat juang
tersendiri bagi saya.
3. Majesty Muhammad Hutagalung, anak kedua saya berumur 3 bulan yang
menyelesaikan studi ini. Kontribusi kalian bagi studi saya ini mungkin lebih besar
ketimbang kontribusi saya sendiri. Kalian benar-benar yang terpenting dalam
hidup saya setelah Allah dan rasulNya.
Saya menyadari bahwa karya ini masih sangat jauh dari idealnya apalagi
sampai mencapai derajat kesempurnaan adalah kemustahilan. Hal ini sangat humanis
karena telah merupakan ketentuan Allah SWT sebagaimana firmannya “dan tidaklah
manusia itu diberikan ilmu kecuali hanya sedikit”, sehingga pepatah Latin cukup
mewakili disini yang berbunyi: nec scire fas est omnia (tidak sepantasnya untuk
mengetahui segalanya). Nabi Muhammad SAW juga bersabda: “salah dan lupa
adalah dua sifat dasar manusia”, dan orang-orang Latin-pun berkata: “Errare
humanun est; salah/ khilaf adalah sifat manusia” dan mengingat keadaan saya yang
masih dalam proses belajar, adalah kesalahan potensial sangatlah rasional. “Yang
saya sahu, simpul Socrates, ialah bahwa saya tidak tahu apa-apa”!
Mengingat itu semua, bijaksanalah kiranya kalau saya tetap berharap dan
terbuka atas saran dan kritik yang educative constructif dari segala pihak yang lebih
arif karena dalam konsepsi Islam ada suatu anjuran yang mengatakan: “agama itu
adalah nasehat-menasehati”, dan dibidang ilmiah telah disepakati secara luas
ungkapan: “la critique est la via de la science; kritik adalah kehidupan ilmu
pengetahuan”. Walau demikian meminjan kata Imam Ali karomallohu wajhah,
“Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”, maka penulisan tesis ini merupakan salah satu
Akhirnya kepada Allah jualah segalanya saya serahkan, semoga ridha dan
karuniaNya selalu menyertai setiap hela nafas dan setiap tapak langkah kita semua,
amin ya robbal ‘alamin.
Medan, 12 Juli 2013
Hormat saya,
Panca Hutagalung
RIWAYAT HIDUP
Nama : Panca Hutagalung
Tempat/ Tgl Lahir : Napitupulu, 16 Mei 1981
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Profesi : Advokat sejak tahun 2008
Status : Menikah
Alamat : Jl. Alumunium I Brayan Bengkel, Medan Deli, Kota Medan
No. Telp : 081361052230
Email :
Pendidikan : 1. SD Negeri Napitupulu, 1993 2. Madrsah Tsanawiyah Raso, 1996 3. Madrasah Aliyah Raso, 1999.
4. S-1 Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara, 2001-2005
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTARAK ………. i
ABSTRACT ……… ii
KATA PENGANTAR ………..… iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………. ix
DAFTAR ISI ………. x
BAB I : PENDAHULUAN ……….… 1
A. Latar Belakang ………...….. 1
B. Perumusan Masalah ………...….. 17
C. Tujuan Penelitian ………...……….. 17
D. Manfaat Penelitian ………... 18
E. Keaslian Penelitian ………..……. 19
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional ……….. 20
1. Kerangka Teori ……….. 20
2. Landasan Konsepsional ……… 41
G. Metode Penelitian ……….... 43
1. Spesifikasi dan Sifat Penelitian ……….…. 44
2. Sumber Data ……….. 45
3. Teknik Pengumpulan Data ……… 46
BAB II PENGATURAN TENTANG TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK MENURUT HUKUM PIDANA DI INDONESIA………. 47
A. Aturan Tindak Pidana Persetubuhan Terhadap Anak Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ……… 47
1. Definisi Anak Menurut KUHP ……….. 52
2. Persetubuhan Dengan Paksaan Dalam KUHP …………... 55
3. Persetubuhan Tanpa Paksaan Dalam KUHP ………. 61
B. Aturan Tindak Pidana Persetubuhan Terhadap Anak Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak ……….………. 68
1. Definisi Anak Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak ………. 69
2. Pasal Yang Mengatur Tentang Persetubuhan Terhadap Anak Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak ……….. 74
C. Aturan Tindak Pidana Persetubuhan Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga ……..……..………... 79
BAB III PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA OLEH HAKIM JUDEX FACTIE TERHADAP KASUS PERSETUBUHAN KEPADA ANAK DALAM PUTUSAN NO. 2417/PID.B/2008
JO PUTUSAN NO. 38/PID/2009/PT-MDN … 82
A. Duduk Perkara ………. 85
1. Pemeriksaan Dalam Pengadilan Negeri Medan Register Nomor 2417/Pid.B/2008/PN-Mdn ………. 86
a) Dakwaan ……….. 87
c) Tuntutan ………... 97
d) Pembelaan ……… 98
e) Putusan Pengadilan ……….. 100
2. Pemeriksaan Dalam Pengadilan Tinggi Medan Register
Nomor 38/Pid/2009/PT-Mdn ………. 104
B. Analisis Hukum Terhadap Putusan Nomor 2417/Pid.B/2008/PN-Mdn dan Putusan Nomor 38/Pid/2009/PT-Mdn ………... 109
1. Terdakwa Diperiksa Tanpa Penasehat Hukum ………..………….. 109
2. Umur Saksi Korban Tidak Dapat Dibuktikan Melalui Bukti Surat ………....………. 111
3. Pertimbangan Hukum Tidak Cukup Lengkap Terhadap Unsur Tindak Pidana Yang Dinyatakan Terbukti
……… 112
4. Kerusakan Mental Dan Trauma Korban Sebagai Perihal Yang Memberatkan Hukuman Tidak Terbukti
……… 112
5. Hakim Judex Factie Tidak Mempertimbangkan Kausalitas Perbuatan Pidana ………..………… 113
BAB IV PENEGAKAN HUKUM PIDANA OLEH HAKIM JUDEX JURIS TERHADAP KASUS PERSETUBUHAN KEPADA ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1202K/PID.SUS/2009 .. 120
A. Memori Kasasi Terdakwa ……… 123
B. Kontra Memori Kasasi Penuntut Umum ……… 131
D. Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor
1202K/Pid.Sus/2009 ……… 136
1. Mahkamah Agung Membenarkan Pertimbangan Hukum Judex Factie Perihal Keterbuktian Unsur-Unsur Pasal 81 ayat 2 UU No. 23 Tahun 2002 ………... 136
2. Mahkamah Agung Memperhatikan Keberadaan Umur Korban Yang Sudah 17 Tahun Bukan 15 Tahun ………... 137
3. Mahkamah Agung Mempertimbangkan Fakta-Fakta Seputar Kausalitas Persetubuhan ………... 138
4. Mahkamah Agung Menghargai I’tikad Baik Terdakwa Untuk Bertanggungjawab ……….. 142
5. Mahkamah Agung Mengakui Kehendak Bebas Terdakwa Dan Saksi Korban ………..……… 143
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….……… 148
A. Kesimpulan ……….. 148
B. Saran ……… 150