• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MUTU PELAYANAN PENDAMPINGAN IBU HAMIL RESIKO TINGGI OLEH BIDAN FASILITATOR KESEHATAN MASYARAKAT (FASKESMAS) DI KOTA PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS MUTU PELAYANAN PENDAMPINGAN IBU HAMIL RESIKO TINGGI OLEH BIDAN FASILITATOR KESEHATAN MASYARAKAT (FASKESMAS) DI KOTA PEKALONGAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 64 ANALISIS MUTU PELAYANAN PENDAMPINGAN IBU HAMIL RESIKO

TINGGI OLEH BIDAN FASILITATOR KESEHATAN MASYARAKAT (FASKESMAS) DI KOTA PEKALONGAN

Analysis Of Assistance Service Quality Of High Risk Pregnant Women By Midwives Facilitator Public Health In Pekalongan

Maslikhah, Ida Baroroh

Akademi Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

ABSTRACT

The maternal mortality rate (MMR) is one of indicators of the mothers’ health today. The maternal mortality rate in Pekalongan in 2010 is as many as five people, and in 2011 as many as 9 people. We can see that from 2 period of time, it has a rising trend and the death was mostly caused by pre-eclampsia. Prevention and treatment of pre-eclampsia can be detected by health workers. The number of midwives who are working in public health centers in Pekalongan are still less so the visits and counseling of pregnant women, especially pregnant women at high risk are still less too. It leads the government of Pekalongan initiated a program to distribute some midwives as facilitator of public health (Faskesmas) in Pekalongan. The purpose of this study is to analyze the quality of service mentoring high-risk pregnant women by community health facilitators midwife (Faskesmas) in Pekalongan.

This research method is Qualitative, key informant is 4 midwife (faskesmas) and informant triangulation is 1 head of the Department of Health, 1 the head of the family health, 2 heads of Public Health Center, 2 Midwives of KIA, 4 pregnant women who have ever been accompanied by a midwife (faskesmas). The collecting data are through in-depth interviews and analysis with content-analysis.

The results showed that the advisory services of high risk pregnant women by midwives faskesmas in terms of tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy are already good. It is suggested to distribute the midwife faskesmas for assisting pregnant women at high risk especially for the areas with no village midwife.

Key Words: Quality, Advisory services of high risk pregnant women, The facilitator of public health midwife

PENDAHULUAN

Angka kematian Ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan

(2)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 65 Kota Pekalongan pada tahun 2010

sebanyak 5 orang, pada tahun 2011 sebanyak 9 orang. Dari 2 periode tersebut mengalami trend naik dan dilihat dari penyebab kematiannya disebabkan yang paling banyak disebabkan oleh pre eklamsi (Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, 2012).

Pencegahan dan penanganan pre eklamsi dapat dideteksi oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat. Deteksi risiko pada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan biasanya dilaksanakan oleh bidan dan dokter di Puskesmas pada saat melakukan kunjungan. Ibu hamil tidak selalu memeriksakan kehamilan di Puskesmas dan terkadang ada beberapa ibu hamil yang belum memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan.

Kehamilan adalah merupakan suatu proses merantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasaan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum konsepsi dan

pertumbuhan sigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembbentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).

Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba,2010). Menurut Nurcahyo, bahaya yang dapat ditimbulkan akibat ibu hamil dengan risiko tinggi adalah Bayi lahir belum cukup bulan, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), Keguguran (abortus), Persalinan tidak lancar / macet, Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan, Janin mati dalam kandungan, ibu hamil/ bersalin meninggal dunia, Keracunan kehamilan / kejang-kejang).

Jumlah bidan di Kota Pekalongan sejumlah 157 orang, dimana tidak semua bidan bekerja di Puskesmas, serta di Kota Pekalongan tidak memiliki bidan wilayah atau bidan desa sehingga untuk melakukan kunjungan rumah dan pendampingan ibu hamil resiko tinggi kurang optimal.

(3)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 66 Kota Pekalongan berinisiatif

mengadakan program penempatan bidan sebagai fasilitator kesehatan masyarakat (Faskesmas) di Kota Pekalongan. Program ini dimulai pada bulan Maret 2012 sampai Desember 2013 dan telah merekrut bidan sebanyak 30 orang yang ditempatkan di 12 Puskesmas Kota Pekalongan (Dinkes Kota Pekalongan, 2014).

Bidan fasilitator kesehatan masyarakat (Faskesmas) memiliki tugas pokok yaitu melaksanakan sebagian tugas pokok puskesmas dalam pelayanan promotif dan preventif di bidang kesehatan ibu dan anak. Serta memiliki fungis melaksanakan upaya peningkatan kesehatan ibu maternal meliputi : ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas ( Dinkes Kota Pekalongan, 2012).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mutu pelayanan pelayanan pendampingan ibu hamil resiko tinggi oleh Bidan Faskesmas di Kota Pekalongan ditinjau dari aspek Tangible (bukti langsung), Reliability (Kehandalan), Responsiveness (Daya

Tanggap), Assurance (jaminan) dan Emphaty (empati).

(4)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 67 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan Pembahasan Aspek Tangible

Mutu Pelayanan dari Aspek Tangible (Bukti langsung) oleh bidan

dalam pelayanan pendampingan ibu hamil resiko tinggi oleh bidan faskesmas sudah mencukupi. Hal ini dapat dilihat dari segi jumlah tenaga bidan faskesmas, fasilitas tempat pelayanan dan alat yang digunakan oleh bidan faskesmas sudah mencukupi walaupun alat yang digunakan oleh bidan faskesmas adalah milik pribadi.

Dalam kaitannya dengan jumlah tenaga bidan di puskesmas dalam memberikan pelayanan pendampingan ibu hamil resiko tinggi oleh bidan faskesmas, menyatakan bahwa sebagian bidan faskesmas jumlah tenaga bidan faskesmas di Kota Pekalongan sudah cukup dalam pendampingan ibu hamil resiko tinggi. Berikut petikan wawancaranya :

Kotak 1

‘…..Setelah ada bidan faskesmas mendapatkan tambahan 2 bidan jadi

sudah mencukupi 1 wilayah 1” (IU. B2)

“…Dulu faskes ada 3 bidan, PNSnya 2. Yaa cukup untuk mengikuti kegiatan

puskesmas, kegiatan luar lapangan.. (IU. B3)

Dalam kaitannya fasilitas tempat pelayanan pelayanan yang menunjang bidan faskesmas sudah cukup bagus, tetapi ada 1 puskesmas belum memiliki ruangan khusus untuk pelayanan KIA, ruang KIA masih menyatu dengan ruang pelayanan KB, Tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan adanya penjadwalan pelayanan pemeriksaan tiap hari Berikut petikan wawacaranya :

Kotak 2

“Kalo standar fasilitas tempat pelayanannya itu sudah bagus mbak,

sudah baik..” (IU. B1)

“….Ruangannya memang kan antar ruang pelayanan KIA KB dengan ruang

administrasi tanpa sekat…” (IT. KP2)

(5)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 68 untuk penggunaan Doppler dan

timbangan berat badan terkadang tidak dibawa pada saat kunjungan karena jumlahnya terbatas dan digunakan pada saat yang bersamaan. Namun demikian hal tersebut tidak menjadikan kendala yang sangat berarti karena salah satu tugas dari bidan faskesmas adalah memotivasi ibu hamil terutama ibu hamil resiko tinggi untuk melakukan pemeriksaan di Puskesmas karena ibu hamil juga membutuhkan pemeriksaan penunjang seperti cek HB, Golongan darah, protein urin dan reduksi urin selama kehamilan yang hanya bisa dilakukan pemeriksaannya di Puskesmas. Berikut petikan wawancaranya :

Kotak 3

“…Kita kalo waktu pelayanan di rumah itu Cuma hanya sekedar tensi, terus yaa ada pita Lila itu kita manfaatkan semua,

terus linex..” (IU. B1)

“…utk kunjungan rumah kami menggunakan misal butuh eee tensi meter gitu kan di puskesmas juga terbatas jumlahnya jadi kami menggunakan tensimeter kami sendiri

gituuh…” (IU. B2)

“….Enggaak.. mereka udah bawa sendiri-sendiri. Katanya ginih “kan saya

punya sendiri kok bu” begitu katanya. “…Kalo untuk kunjungan, mereka begitu jadi bidan faskes sudah bawa

sendiri-sendiri alat-alat keperluannya..” (IT. KP1)

“…Tidak ada alat bantu dari dinas

kesehatan..” (IT. KS)

“…peralatan, sudah bagus……co’e

lengkap..” (IT. HR2)

“…Sebaiknya yaa bidan faskesmas itu yaa dimodalin, kalo misal ada dua posyandu bidan faskesmas bawa alat sendiri yang satunya pake alat

puskesmas..” (IT. B2)

Aspek Reliability

(6)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 69 datang untuk periksa tanpa didampingi

oleh bidan Faskesmas mendapatkan pelayanan KIA tetap sesuai dengan alur pelayanan KIA di puskesmas dimulai dari pendaftaran, menunggu antrian ketika sudah dipanggil baru mendapatkan pelayanan di ruang KIA, Seperti yang tertuang dalam kotak 4, sebagai berikut :

Kotak 4

“..Alurnya iya ada dua kalo semisal saya kunjungan membawa ibu hamil langsung dilakukan pemeriksaan langsung ke ruangan tapi klo ibu hamil, missal saya kunjungan hari ini ibu hamilnya mau ke puskesmasnya besok itu melakukan prosedur. Prosedur di puskesmas ya…mulai dari pendaftaran dulu kemudian menunggu antrian, menunggu pelayanan KIA..” kalo membawa ibu hamil langsung kan langsung masuk ni langsung masuk pelayanan KIA ya tanpa harus lewat

pendaftaran (IU. B4)

“…Alur pelayanan KIA karena kita

sudah melalui ISO, jadi sudah standarisasi tentunya sudah ada instruksi kerja sehingga alurnya sesuai dengan instruksi kerja yang telah ditetapakan oleh Puskesmas dari pasien datang menyambiut , anamnesa, pemeriksaan fisik, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sudah ada IKA, IKA kan banyak sekali, untuk pemeriksaan ANC sudah ada IKA…untuk kunjungan neonates dan ibu hamil juga sudah

ada…” (IT. B1)

“…menginduk ke istilah kalau untuk pelayanan yang resti itu untuk dengan pelayanan bidan yang ada cuma memang kas ini memang jadi lebih kalau kita untuk bidan kita di puskesmas di dalam gedung maupun di luar gedung kalau untuk puskesmas memng lebih ke luar gedungnya untuk kunjungan atau sebgainya tp menurut SOPnya untuk yg restinya mereka menginduk dari

pelayanan bidannya. …” (IT. KP1)

(7)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 70 keluarga berencana (PLKB) maupun

kader kesehatan, jika ditemukan ibu hamil dengan risiko tinggi dilakukan pendampingan dan apabila memungkinkan pasien atau ibu hamil akan dibawa ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Kewenangan bidan faskesmas dalam memberikan pelayanan KIA, didapatkan hasil bahwa separuh dari informan utama mengatakan kewenangan bidan faskesmas adalah kunjungan ibu hamil risiko tinggi, kunjungan ibu nifas risiko tinggi, kunjungan anak BGT, BGM dan imunisasi. Seperti tercantum dalam kutipan berikut ini :

kotak 5

“….kewenangan itu untuk pemeriksaan ibu hamil yang pertama untuk ibu hamil yang berisiko, terus klo untuk anak itu biasanya kunjungan anak yang BGT, BGM terus biasanya suntik inumisasi

juga……” (IU.B1)

“kewenangannya memang terbatas ..yah..dulu dilepaskan istilahnya..karena kami hanya bertugas dilapanagan..jadi klo misalnya untuk pelayanan ya kami hanya dilapangan saja, misalnya kunjungan ibu hamil rsiti, ibu nifas risti, kemudian neonates kemudian di

Posyandu.dulu diperkenankan untuk membantu pelayanana imunisasi di

Posyandu…” (IU. B2)

Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa kewenangan bidan faskesmas adalah pendampingan ibu hamil terutama ibu hamil risiko tinggi, mulai dari kehamilan sampai dengan persalinan jika perlu dilakukan kunjungan rumah. Dengan adanya bidan faskesmas cakupan deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil meningkat dibandingkan sebelum adanya bidan faskesmas. Untuk kunjungan neonatus berisiko, bayi dan balita BGM di posyandu hal tersebut dijadikan salah satu cara bidan faskesmas untuk mendapatkan informasi tentang keberadaan ibu hamil yang berisiko selain informasi dari Bidan Praktik Mandiri (BPM).

(8)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 71 dibawa dalam kunjungan rumah. .

Seperti yang tertuang dalam kotak 6 : Kotak 6

“….persiapan biasanya alat- alatya dipersiapkan dulu, kalo sudah klo kunjungan rumah berarti dipersiapakan

semua…itu baru ke rumahnya psien

gitu…” (IU. B1)

“ Buku laporan kunjungan rumah, tambah laporan rujukan eksternal atau ke puskesmas oper dar bidan faskesmasnya nanti tanda tangan ke bidan coordinator terus yang gak lupa

tensi terus buku KIA sama stiker P4K” (IU. B3)

Hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam mempersiapkan pelayanan KIA terutama kunjungan ibu hamil risiko tinggi, alat dan buku laporan dipersiapakan sendiri oleh bidan faskesmas, kemudian bidan faskesmas meminta arahan dari bidan koordinator untuk mencari ibu hamil yang berisiko tinggi melalui PLKB, kader kesehatan maupun masyarakat .

Mutu pelayanan dari aspek Reliability (Kehandalan) oleh bidan faskesmas dalam memberikan pelayanan pendampingan ibu hamil risiko tinggi sudah sesuai dengan alur atau protap

yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, kewenangan bidan faskesmas terutama adalah kunjugan rumah pada ibu hamil berisiko tinggi, dari hamil sampai masa nifas, hasil cakupan deteksi dini ibu hamil resiko tinggi oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan dibandingkan sebelum adanya bidan faskesmas

Aspek Responsiveness

Berdasarkan hasil wawancara mendalam pada informan menyatakan banyak kendala yang dihadapi bidan faskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan KIA di masyarakat, seperti susahnya merujuk ke pelayanan yang lebih tinggi seperti RSUD karena kurangnya kepercayaan kepada bidan faskesmas karena masih muda (fresh graduated), waktu dari bidan faskesmas

karena susahnya membagi waktu antara tugas di puskesmas dan kunjungan rumah risiko tinggi ibu hamil dan tidak validnya data pasien yaitu alamat pasien yang kadang pindah-pindah domisili.

(9)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 72 berasal dari ibu hamil sendiri dan

kurangnya kepercayaan terhadap bidan faskesmas. Seperti yang diungkap dalam kotak 7, sebagai berikut :

Berdasarkan hasil wawancara mendalam pada informan utama tentang tindakan/sikap jika Bidan Faskesmas menemui kendala dalam pelayanan KIA baik di Puskesmas maupun Kunjungan rumah khususnya deteksi dini risiko Kotak 7

“....Ehm... banyak banget ya kendalanya e.. misalnya ibunya ga mau, ndak percaya juga e..terus kendalanya dari ibunya, dari orang tuanya kadangkan banyak ya orang tuanya yang ga boleh atau gimana. Suami, keluarga itu juga.. ”

(IU.B1) “...Untuk Kendalanya ada beberapa yah..ee.. kalau pas kunjungan rumah mungkin ee pasien tersebut menolak, yah atau mgkn pasien tersebut waktu butuh rujukan menolak gitu atau mgkn waktu butuh tindakan kmudian pasien tersebut menolak.. kmgkinan yg lain ada kadang ketidak kepercayaan yah terhadap ee bidan faskesmas ada tp itu sangat jarang yah,,, kmudian yg selanjutnya ee..terkadang kepercayaan2 pasien itu ..eee...tidak sesuai dengan alur yg harus dilakukan..kemudian juga ee kendala yg lain..misalnya.. misalnya pasien tersebut..eee..merasa tidak butuh dengan eee intervensi yg akan dilakukan.. ”

(IU.B2)

“...kendalanya waktu. Kita kan dulu tergantung kepala puskesmasnya kalau setiap hari harus diluar terus capek ya terus dulu kan di target juga sehari harus kunjungan resti lima lah disitu kan kadang ada yg rumahnya sempit sempit juga seringnya kendalanya alamatnya palsu, alamatnya disitu tapi dicari gak ada atau misalnya pas lahiran disitu begitu sudah pulang, pulangya ke rumah

orang tuanya atau kemana akhirnya datanya ilang nanti laporannya jadi kurang. Tenaganya juga capek, kadang juga gak boleh keseringan dan terlalu lama di luar setelah jam 10 harus ada di puskesmas kadang ada bidan yang numpuk semua pekerjan ke bidan faskesnya misal suruh buat laporan harian, buat kohort, laporan persalinan, SPJ..”

(IU.B3)

“..Kalo dimasyarakat kendalanya

banyak, yang pertama kesadaran pemeriksaan masih kurang, dimasyarakat klo hamil belum Trimester II mendekati III mereka tidak mau periksa, Terus yang kedua sudah tau hamil sudah periksa itupun disuruh periksa kembali 1 bln lagi atau habis mereka tidak mau periksa nunggu ada keluhan nunggu pekerjaanya selesai dalam arti jahit, jadi masih memberatkan pekerjaan daripada periksa,Orang tua atau suami kurang mendukung dalam kehamilan istrinya dalam arti ANC tidak dipenuhi, periksa hamil pun sendiri, terus untuk kelas ibu hamilpun tidak ada kurang mendukung dalam arti yo mbok yang bekerja di ijinkan atau suaminya mengantarkan dulu jadi kita tidak jemput bola ...”

(10)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 73 tinggi ibu hamil bahwa tiga orang

informan utama mengatakan tindakan yang dilakukan jika menemui kendala adalah melakukan kerjasama dengan bidan KIA, kader, kelurahan setempat. Seperti tertuang dalam wawancara pada kotak 8 :

Namun satu orang informan utama mengatakan dalam menyikapi kendala waktu yang ditemui bidan faskesmas adalah dengan berbagi tugas dengan bidan faskesmas lain dalam satu Puskesmas. Kendala yang ditemui oleh bidan Faskesmas di lapangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu sumberdaya manusia masyarakat yang beragam mulai dari pendidikan yang relatif rendah, kurangnya pengetahuan tentang kesehatan terutama risiko tinggi kehamilan dan berbagai faktor yang lain. Dari hasil penelitian tentang aspek responsiveness (Daya Tanggap) yang

ditujukan untuk menilai sejauhmana petugas mampu memberikan pelayanan deteksi ibu hamil risiko tinggi dari aspek kemampuan bidan dalam menyelesaikan kendala yang ditemui dilapangan, bidan faskesmas dalam menanggulangi kendala yang ada di lapangan berkonsulutasi dengan bidan koordinator KIA dan Kepala Puskesmas untuk memecahkan masalah yang ada di lapangan, terkait dengan kurangnya kepercayaan bidan faskesmas karena masih muda, disiasati dengan kunjungan Kotak 8

“....Kita bisa kadang meyakinkannya, terus kalo misalnya tetep kaya gitu kita minta bantuan kader, kadang minta bantuan ke kelurahan bisa, malah e.. bisa pak lurahnya bisa turun tangan juga

gitu...”

(IU.B1) “...Ya kalau itu kami eee apapun ya bukan hanya kendala tp apa saja yg ditemukan kami laporan terhadap ee puskesmas jd kalau misalnya ada kendala ee dari puskesmas merespon yah misal kalau dibutuhkan pendampingan kunjungan rumah atau misal pendampingan rujukan puskesmas akan datang apabila dibutuhkan tindakan yg lain misalnya utuk penyuluhan... atau mungkin untuk eeehhh pemberi misal apa namanya ssshh..konseling seperti itu kita butuh bimbingan puskesmas akan dampingi..”

(IU.B2) ‘....udah susah ya, udah medono dulunya sih, jadikita diposyandu kunjungan rumah itu kita penyuluhan satu persatu ada kendala adat, jadi kita langsung menjerumus yang susah siapa misal ibunya dan suami harus rundingan dulu bareng-bareng, sama ibu hamil itu kita bareng-bareng beri penyuluhan...”

(11)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 74 pendampingan bumil risti didampingi

dengan bidan senior (Koordinator KIA) pada saat pertama kali kunjungan atau bekerjasama dengan petugas kelurahan setempat, sehingga pasien mantap dalam menerima pelayanan KIA dari bidan faskesmas.

Dalam hal data pasien yang kurang valid, bidan faskesmas bekerja sama dengan kader kesehatan, dan melakukan kunjungan rumah pada saat posyandu sehingga setalah pelayanan dari posyandu bersama dengan kader kesehatan setempat bidan melakukan kunjungan bumil risti kerumah-rumah pasien.

Meskipun banyak kendala yang ditemui bidan faskesmas, namun semua informan triangulasi pasien yang diberikan pelayanan deteksi dini bumil risti oleh bidan faskesmas menyatakan faham dan percaya akan pelayanan KIA yang diberikan bidan faskesmas, merasa diperhatikan walaupun kadang merasa takut sehingga pasien berhati-hati dan menjaga kehamilan sampai dengan persalinannya.

Dalam hal kendala waktu yang ditemui oleh bidan faskesmas, informan utama bidan faskesmas mensiasati kendala waktu tersebut dengan cara berbagi tugas dengan bidan faskesmas lain yang satu wilayah Puskesmas. Banyaknya kendala yang dihadapi bidan faskesmas dilapangan maupun di puskesmas sendiri selama ini masih bisa diselesaikan dengan cara bekerjasama dengan berkonsultasi dengan bidan koordinator KIA, Kepala Puskesmas dan Kasi KIA Dinas kesehatan Kota Pekalongan.

Aspek Assurance

(12)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 75 Kotak 9

“....Ya saya biasanya minta pendapat e.. tentang senior misalnya bidan yang senior terus ke kepala puskesmas juga, ya biar kita bisa tambah wawasannya...”

(IU.B1)

“...Untuk pengembangan pengetahuan dan ketrampilan yah ee ini kaitannya kan dengan kepercayaan yah ibu hamil yah kn di sini titik kuatnya pada ibu hamil yah.. ibu hamil kan banyak periksa di puskesmas, jd kalau misal setelah kami udah selesai jadwal kunjungan yang di ruang KIA sekaligus belajar mendalami bagaimana cara eee memberikan pelayanan KIA yg baik terus juga brarti kalau misalnya kita di puskesmas bertemu ibu hamil itu juga termasuk kontak agar ibu hamil bisa lebih mengenal kalau misalnya sudah mengenal lebih mudah dipercaya seperti itu....”

(IU.B2)

Cara bidan meyakinkan pasien dan anggota keluarga dalam pelayanan KIA maupun konseling deteksi dini risiko tinggi ibu hamil yaitu semua informan mengatakan cara meyakinkan pasien yaitu dengan kunjungan ulang secara kontinu, jika belum percaya biasanya melibatkan tokoh masyarakat dan bidan senior KIA di Puskesmas untuk

bersama-sama melakukan kunjungan rumah.

Cara bidan dalam memberikan privasi kepada pasien dalam pelayanan KIA dan deteksi risiko tinggi ibu hamil. Didapatkan informasi bahwa semua informan menjaga privasi pasien yaitu dengan merahasiakan penyakit pasien (risiko tinggi) pasien dengan tidak membicarakan penyakit kepada pasien maupun orang lain sehingga pasien merasa nyaman dikunjungi dan mau berobat ke Puskesmas untuk pemeriksaan yang lebih lengkap

Aspek Emphaty

(13)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 76 kota pekalongan dapat disimpulkan

sudah sesuai, baik tindakan dan sikap bidan dalam penjelasan berkaitan dengan keadaan pasien risiko tinggi KIA, tindakan/sikap bidan faskesmas jika pasien meminta waktu untuk berkomunikasi dengan suami atau anggota keluarga sebelum pelayanan KIA maupun sikap bidan dalam memberikan pelayanan pendampingan risiko tinggi ibu hamil pada semua pasien tanpa membeda-bedakan.

Dalam memberikan pelayanan KIA baik di Puskesmas maupun saat kunjungan rumah untuk deteksi dini risiko tinggi ibu hamil, bidan menggunakan dua metode yaitu dengan memberikan pelayanan secara langsung (skill yang diberikan) maupun dengan memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan kepada pasien sesuai kebutuhan dengan menggunakan alat bantu konseling, seperti leaflet, lembar balik maupun buku KIA.

Semua informan mengatakan dalam memberikan penjelasan berkaitan dengan keadaan pasien risiko tinggi KIA

dengan memberikan contoh-contohnya atau dijelaskan menggunakan buku KIA. Hal ini dibuktikan dengan kasus-kasus risiko tinggi ibu hamil yang ditemukan sejak dini oleh bidan faskesmas, semakin dini penemuan risiko tinggi ibu hamil semakin rendah jumlah ibu hamil yang berisiko dengan kehamilannya. Dari hasil wawancara dengan informan triangulasi bidan koordinator KIA didapatkan bahwa semua bidan koordinator KIA mengatakan bahwa penemuan masalah kesehatan yang dilakukan bidan faskesmas diwilayah kerja puskesmas cukup tanggap dalam menemukan dan mendeteksi risiko tinggi pada ibu hamil baik yang mereka temukan di Puskesmas maupun dilapangan dengan bantuan dari kader dan data dari Bidan Praktik Mandiri setempat (BPM).

(14)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 77 berkomunikasi dengan suami atau

anggota keluarga lain maka bidan faskesmas mempersilahkan pasien untuk berkomunikasi dengan suami ataupun anggota keluarga sebelum pelayanan KIA termasuk pada kunjungan rumah

Hasil wawancara mendalam dengan semua informan utama mengatakan bahwa dalam memberikan pelayanan KIA kepada pasien yang kurang mampu tidak membeda-bedakan, sesuai prosedur dengan mengikuti peraturan pemerintah baik dalam pembuatan Jamkesmas yang sekarang diganti dengan BPJS. Seperti yang terungkap pada hasil wawancara dalam kotak 10, sebagai berikut :

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Aspek Tangible

Pelayanan pendampingan ibu hamil resiko tinggi oleh bidan faskesmas dari aspek tangiabel ( bukti langsung) sudah mencukupi. Hal ini dapat dilihat dari segi jumlah tenaga bidan faskesmas, fasilitas tempat pelayanan dan alat yang digunakan oleh bidan faskesmas sudah mencukupi walaupun alat yang digunakan oleh bidan faskesmas adalah milik pribadi 2. Aspek Reliability

Pelayanan pendampingan ibu hamil resiko tinggi di Kota Pekalongan dr aspek Reliability sudah memenuhi standar dilihat dari adanya alur.protap pelayanan, kewenangan bidan terutama kunjungan ibu hamil resiko Kotak 10

“....E... kita layani dengan biasa, ndak kita tidak membeda-bedakan antara pasien yang mampu atau tidak mampu...”

(IU.B1) “...Iya untuk pelayanan KIA kepada pasien yang kurang mampu kami masih eee...mengikuti peraturan yang berlaku yah jadi kalau misalnya memang membuka.. eee memiliki kartu jaminan kesehatannn mereka bisa memanfaatkannya namun jika tidak dan membutuhkan perawatan lanjutan kami anjurka pasien tersebut untuk ..eee...meminta bantuan pembuatan kartu jaminan kesehatan di dinas kesehatan..,...”

(IU.B2)

“...Ya untuk pelayanan KIA kepada pasien kurang mampu mengikuti peraturan yang berlaku semisal pasien belum punya kartu jaminan kesehatan disuruh mengurus ke kelurahan, kalo sudah punya disuruh periksa ke puskesmas kalo tidak mau kita tetap jemput bola ke rumah atau kunjungan rumah...”

(15)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 78 tinggi dari hamil sampai nifas serta

cakupan deteksi dini ibu hamil resiko tinggi meningkat

3. Aspek Responsiveness

Ada kendala yang berasal dari bu hamil sendiri & kepercayaan yang kurang terhadap faskesmas

4. Aspek Assurance

Pengembangan ketrampilan bidan faskesmas masih terbatas dengan bidan senior KIA, pelatihan yang membutuhkan waktu agak lama masih harus mengantri.

5. Aspek Emphaty.

Semua bidan telah memberikan pelayanan ssi dg aspek emphaty, seperti telah mberikan pelayanan KIA, edukasi, mempersilakan waktu untuk berkomunikasi dan memberikan pelayanan tanpa membeda- bedakankan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Pekalongan. Profil Kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Pekalongan. 2013.

Manuaba, IBG. Ilmu Kebidanan

Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta. 2010

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan ANC Bidan dengan Kepuasan Ibu Hamil di Puskesmas Sangkrah.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan tentang hubungan tingkat pendidikan dan perilaku Bidan dalam pelayanan ibu hamil dengan tingkat kepatuhan ibu hamil

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN ANTENATAL CARE BIDAN DENGAN KEPUASAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS SANGKRAH..

Hasil: hasil penelitian ini menunjukan bahwa ibu hamil resiko tinggi berdasarkan uji tabulasi silang didapatkan ibu hamil dengan kehamilan risiko tinggi mayoritas

Hasil: hasil penelitian ini menunjukan bahwa ibu hamil resiko tinggi berdasarkan uji tabulasi silang didapatkan ibu hamil dengan kehamilan risiko tinggi mayoritas

Persepsi tentang empathy (perhatian) adalah penilaian ibu hamil tentang kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan antenatal yang terdiri dari kemampuan bidan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care (ANC) pada ibu hamil resiko tinggi di wilayah

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care (ANC) pada ibu hamil resiko tinggi di wilayah