• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow terhadap Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow terhadap Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

i

KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB

PUTIH SALATIGA

Oleh,

Helga Theressia Uspessy

NIM: 712013024

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si-Teol)

PROGRAM STUDI TEOLOGI

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB

PUTIH SALATIGA

Oleh,

HELGA THERESSIA USPESSY 712013024

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si-Teol)

Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Pdt. Dr. Jacob Daan Engel Pdt. Cindy Quartyamina Koan, MA

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kepala Program Studi, Dekan,

Pdt. Dr. Rama Tulus Pilakoannu Dr. David Samiyono

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Motto

“Janganlah seorangpun menganggap engkau

rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi

orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam

tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam

kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.”

(-1 Timotius 4:12-)

Try not to become a man of success, but rather

try to become a man of value

(-Albert Einstein-)

Untuk papi dan mami,

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

atas kasih, berkat dan tuntunan-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini

dengan judul “KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW

TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB PUTIH SALATIGA”. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Sains Teologi (S.si-Teol ) di

Fakultas Teologi di Universitas Kristen Satya Wacana.

Selama menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini penulis telah banyak

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

turut membantu, khususnya :

1. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel selaku pembimbing I sekaligus dosen Wali Studi

selama kurang lebih 2 tahun ini sejak pengalihan Wali Studi. Terimkasih telah

meluangkan waktu, tenaga dan kasih sayang untuk membimbing,

memberikan semangat dan kritik kepada penulis dalam mengerjakan Tugas

Akhir.

2. Pdt. Cindy Quartyamina Koan, MA, selaku dosen pembimbing II yang telah

bersedia memberi semangat, motivasi, kasih sayang dan masukan sehingga

memampukan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan, tetapi juga

sebagai ibu yang mampu memberikan nasihat kepada penulis salam

menyelesaikan semua proses ini.

3. Pdt. Mariska Lauterboom, MATS, selaku Wali Studi pertama selama kurang

lebih 2 tahun diawal perkuliahan yang telah memberikan masukan, kasih

sayang dan berbagai pengalaman untuk masa depan penulis. Tuhan Yesus

memberkati Kak Ika dalam menyelesaikan Studi S3 yang sementara dijalani.

4. Seluruh dosen Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana yang tidak

(8)

viii

hidup yang berharga selama kurang lebih 4 tahun penulis berproses untuk

menyelesaikan studi ini. Penulis juga bersyukur karena memiliki kesempatan

untuk belajar dan mengenal seluruh dosen Fakultas Teologi UKSW yang

nantinya berguna bagi masa depan penulis. Terimakasih juga kepada seluruh

Staff Tata Usaha Fakultas Teologi UKSW karena telah membantu

melancarkan segala jenis keperluan administrasi yang penulis butuhkan.

5. Untuk kedua orang tua terhebat. Papi Andi Uspessy dan mami Nike Uspessy.

Terimaksih kalian berdua masih tetap disamping penulis dan memberikan

dorongan baik dari segi Materi, perhatian, kasih sayang, doa dan waktu untuk

mendengar keluh kesah hati penulis selama berproses di Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana. Doa penulis, Semoga Tuhan Yesus tetap

memberkati kalian berdua. Terimaksih juga kepada adik tersayang Ricksal L

Uspessy yang telah melengkapi seluruh usaha dan kerja keras penulis. Doa

penulis, semoga engkau tetap tumbuh dalam Kasih Tuhan.

6. Keluarga besar Uspessy-Syatauw untuk setiap dukungan, semangat

persaudaraan dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis selama ini.

7. Keluarga besar Fakultas Teologi angkatan 2013 yang telah memberikan

inspirasi dan sejuta pengalaman berharga tentang arti sebuah persaudaraan

selama kurang lebih 4 tahun kita bersama dan menjalani semua proses di

Fakultas ini. Penulis percaya bahwa bukan tanpa alasan Tuhan

mempertemukan kita di angkatan 2013. Karena kita semua adalah generasi

muda bangsa yang selalu membutuhkan. Ingatlah selalu Motto Kita “Aku Butuh Kamu, Kamu Butuh Aku”.

8. Saudara-saudara terhebat: Ay, Elyn, Tya, Rezy dan semua saudara yang tidak

dapat disebutkan satu demi satu yang telah mendoakan, memberi dukungan,

menghapus kejenuhan, memberikan inspirasi, meredakan emosi selama

masa-masa perkuliahan dan proses penyelesaian tugas akhir ini. Termaksih yang

sama kepada Sahabat terbaik Erli Njudang yang selalu memberikan bantuan

(9)

ix

untuk persahabatan selama kurang lebih 4 tahun bersama berproses di

Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana.

9. Keluarga besar Jemaat GKJ Sidomukti Salatiga dan Jemaat GPM

Sarihalawane Klasis Kairatu Ambon yang telah memberikan kesempatan bagi

penulis menyelesaikan seluruh rangkaian Praktek Pendidikan lapangan (PPL)

yang dibuat oleh Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana.

10. Panti Wredha Salib Putih Salatiga (pengurus panti dan lanjut usia) yang telah

bersedia memberikan informasi yang diperlukan oleh penulis dalam

penyelesaian tugas akhir ini tetapi juga pengalaman hidup yang berharga.

11. Keluarga besar Cemara II no 8: Kak ella, Kak Dyan, Kak Nona, Kak Mici,

Novi, Marce dan Mega. Terimakasih karena telah menemani, berbagi

keceriaan, dan memberikan motivasi bagi penulis selama belajar dan juga

menyelesaikan tugas akhir ini. Terimakasih untuk kebersamaannya.

akhi

Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan

kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan

masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun kearah perbaikan dan

penyempurnaan Tugas Akhir ini. Akhir kata semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi

penulis sendiri, gereja, Panti Wredha, keluarga, masyarakat dan institusi yang terlibat

dalam penulisan Tugas Akhir ini.

Salatiga, 19 Januari 2018

(10)

x

DAFTAR ISI

Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Pernyataan Tidak Plagiat ... iii

Lembar Pernyataan Persetujuan Akses... iv

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan Akademis ... v

Motto ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... x

Abstrak ... xii

1. Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Metode Penelitian... 6

1.6 Sistematika Penulisan ... 7

2. Hiererki Kebutuhan Abraham Harold Maslow ... 7

2.1 Pendahuluan ... 7

2.2 Biografi Abraham Harold Maslow... .8

2.3 Kebutuhan manusia berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham Harold Maslow.. ... 10

2.3.1 Tingkat pertama, Kebutuhan fisik (Physiological Needs) ... 11

2.3.2 Tingkat kedua, Kebutuhan akan rasa aman (Safety Need ... 13

2.3.3 Tingkat ketiga, Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (The Belongingness Love) ... 14

(11)

xi

2.3.5 Tingkat kelima, Aktualisasi diri ... 16

3. Hasil Penelitian, Pembahasan dan Analisa ... 17

3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 17

3.2 Deskripsi dan analisis masalah kebutuhan lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih dari teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow ... 19

3.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Fisik ... 19

3.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman ... 21

3.2.3 Pemenuhan Kebutuhan Kepemilikan dan Cinta ... 24

3.2.4 Pemenuhan Kebutuhan Untuk dihargai ... 27

3.2.5 Pemenuhan Kebutuhan Aktualisasi Diri ... 29

4. Penutup ... 32

4.1Kesimpulan ... 32

4.2Saran ... 33

4.3Rangkuman ... 35

(12)

xii

KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB

PUTIH SALATIGA

Abstrak

Penelitian dan penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk mengkaji upaya

pemenuhan kebutuhan lanjut usia Kristen di Panti Wredha Salib Putih ditinjau dari

teori hierarki kebutuhan Abraham Harold Maslow. Penelitian ini didukung oleh fakta

permasalahan yang terjadi di Panti Wredha Salib Putih terkait dengan pemenuhan

kebutuhan lanjut usia. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Melalui penelitian ini dimaksudkan mengkaji

upaya pelaksanaan pemenuhan kebutuhan terhadap lanjut usia Kristen yang berada di

lingkungan Panti Wredha Salib Putih Salatiga. Hasil dari penelitian ini adalah Panti

sebagai sebuah lembaga sosial yang menampung lanjut usia telah melakukan tugas

dan tanggungjawabnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan lanjut usia –tingkat

pertama sampai tingkat kelima menurut teori Abraham Harold Maslow- namun hal

ini tidak berjalan dengan maksimal karena berbagai faktor. Faktor-faktor yang

dimaksud yaitu kendala operasional, keterbatasan ekonomi, keterbatasan tenaga,

keterbatasan cara pandang pihak pengelola panti. Begitu juga kurang optimalnya

partisipasi dari para lansia sendiri dalam upaya pemenuhan kebutuhan keseharian

mereka yang beragam. Penelitian ini direkomendasikan kepada pengelola/pengurus

Panti Wredha Salib Putih, para lansia dan keluarga bahkan siapa saja untuk semakin

memberikan perhatian yang lebih optimal terkait dengan pemenuhan kebutuhan lanjut

usia.

Kata Kunci: Pengelola Panti Wredha, upaya pemenuhan kebutuhan lansia lima

(13)

1

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia sedang dan akan terus mengalami perkembangan.

Perkembangan fisik menunjukan suatu proses tertentu, yaitu proses yang menuju ke

arah yang lebih maju dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia

akan terjadi perubahan sedikit demi sedikit yang bersifat tetap. Tahap perkembangan

dimulai dari masa kanak-kanak sampai pada masa lanjut usia. Pertumbuhan dan

perkembangan berlangsung dalam sebuah lingkungan sosial yang meliputi semua

manusia yang berada dalam lingkungan hidup itu.1 Dengan demikian setiap manusia

dalam kehidupannya akan secara bertahap menuju pada proses akhir yang dapat kita

sebut sebagai lanjut usia (lansia).

Manusia, temasuk lanjut usia diharapkan untuk dapat berinteraksi dengan

lingkungan sosial dimana ia hidup. Hubungan ini dapat dibangun dengan keluarga,

sahabat dan teman kerja. Mengawali pembahasan tentang kehidupan dan kebutuhan

lanjut usia, penulis akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan lanjut usia (lansia).

Lanjut usia merupakan tahap akhir dari proses perkembangan manusia. Menurut

Badan Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki

usia dari 60 tahun ke atas. Batasan usia bagi lanjut usia dari waktu ke waktu berbeda.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) batasan usia itu meliputi usia pertengahan

(middle age) yang terdiri dari kelompok usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) terdiri

dari usia antara 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) terdiri dari usia 75-90 tahun, dan

usia sangat tua (very old) terdiri dari usia di atas 60 tahun.2 Dengan demikian lanjut

usia merupakan sebuah kondisi ketika seseorang seharusnya memperoleh hasil dari

apa yang ia kerjakan.

Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan mengalami kemunduran

secara perlahan baik fisik, mental, maupun sosial sehingga tidak dapat melakukan

tugasnya sehari-hari. Dengan kata lain, lanjut usia adalah proses degenerasi yang

1

IKIP Semarang Press, Psikologi Perkembangan (Semarang: Tim Pengadaan Buku Pelajaran

IKIP, 1989), 118.

2

Ferry Efendi & Makhfudli, Keperawatan Kesehatan Komunitas (Jakarta: Salemba Medika,

(14)

2

dialami manusia. Lanjut usia bukan penyakit namun merupakan tahap lanjutan dari

proses kehidupan seseorang yang ditandai oleh penurunan kemampuan tubuh untuk

beradaptasi dengan lingkungan.3 Perubahan-perubahan ini sesuai dengan hukum kodrat manusia yang umumnya dikenal dengan istilah “menua”. Perubahan tersebut dapat memengaruhi struktur tubuh dari aspek fisik, psikis, dan motorik.4 Perubahan

fisik yang sangat nampak pada lanjut usia ialah kulit menjadi keriput dan kering,

rambut beruban dan rontok, penglihatan mulai menjadi kabur, pendengaran mulai

tidak jelas, tulang menjadi keropos karena mengalami osteoporosis, gigi hilang dan

gusi menyusut, tulang belakang membungkuk, kekuatan dan ketangkasan tubuh

melemah, sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga kaum lanjut usia rentan

terhadap berbagai penyakit seperti kanker dan radang paru-paru. Perubahan psikis

kaum lanjut usia dapat dilihat ketika terjadi perubahan dalam sistem belajar, berpikir,

kreatifitas, dan rasa humor. Sedangkan aspek motorik dilihat ketika adanya

perubahan terhadap kecepatan, kekuatan, belajar ketrampilan baru dan kekakuan.5

Dengan demikian Kemunduran dan ketidakberfungsian ketiga aspek ini menjadikan

kaum lanjut usia tidak dapat membangun relasi yang baik dengan orang lain sehingga

kebutuhan fisik, dan psikis mereka tidak terpenuhi secara baik.

Menurut Elizabeth B. Hurlock terdapat dua kenyataan lain yang harus dihadapi

oleh kaum lanjut usia yaitu perubahan sosial dan perubahan ekonomi. Perubahan

sosial terjadi ketika peran kaum lanjut usia menjadi berkurang dan ditinggalkan oleh

orang-orang yang dicintainya. Sedangkan perubahan ekonomi terjadi ketika kaum

lanjut usia hanya bergantung secara finansial pada uang pensiun atau keluarga.6

Dengan demikian, perubahan yang dialami oleh kaum lanjut usia dapat menimbulkan

perasaan tersisih dan tidak dibutuhkan lagi karena mereka dianggap sebagai mahkluk

yang tidak berdaya sehingga mereka membutuhkan kepedulian dari pihak lain. Selain

3

Efendi & Makhfudli, Keperawatan Kesehatan Komunitas…..,243.

4

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1980), 380.

5

Ani Marni & Rudi Yuniawati, “Hubungan antara Dukungan Sosial dan Penerimaan Diri pada

Lansia di Pati Wredha Budhi Dharma Yogyakarta.” Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad

Dahlan 1 (Juli 2015): 1-2

6Enda Puspita Sari & Sartini Nuryoto, “Penerimaan D

iri Pada Lanjut Usia Ditinjau dari

(15)

3

itu ketidakikhlasan menerima kenyataan baru, misalnya penyakit yang tidak kunjung

sembuh bisa jadi membuat mereka merasa putus asa. Selain itu juga ekonomi, mereka

tidak lagi memiliki pengahasilan sendiri untuk membiayai hidup mereka sehingga

hanya bergatung pada uang pension.

Maslow dalam bukunya menuliskan pengalaman cinta terutama terdiri dari

kelemahlembutan dan kasih sayang dengan penuh kegembiraan, kebahagiaan,

kepuasaan, kebanggaan bahkan perasaan yang meluap-luap. Ada kecenderungan

untuk berdekatan, mengadakan kontak yang lebih mesra untuk mengelus-elus dan

merangkul orang yang dicintai.7 Dengan demikian setiap manusia tanpa terkecuali

harus mampu untuk memenuhi kebutuhan ini. Setiap manusia ditakdirkan untuk

mampu membangun relasi, dicintai dan mencintai dengan orang-orang

disekelilingnya termasuk lanjut usia namun hal ini tidak dirasakan oleh lanjut Usia

yang hidup dalam lembaga-lembaga kesejahteraan sosial seperti Panti Wredha.

Mereka ini adalah bentuk ketidakpedulian cinta dari orang-orang yang dicintainya.

Secara umum, lanjut usia juga bagian dari masyarakat dan mahkluk sosial yang

selalu ingin bertemu, berinteraksi, dan saling membutuhkan terutama dalam keluarga.

Namun seiring berjalannya waktu hubungan itu akan berkurang dan menjadi sebuah

tantangan baru bagi kaum lanjut usia.8 Kondisi ini dikarenakan oleh berkurangnya

kedekatan bahkan terpisah secara fisik dengan orang-orang yang dicintainya seperti

anak-anak ataupun pasangan hidup yang selalu menemani mereka.

Sebagai manusia, menjadi tua itu menghadirkan ketakutan dikarenakan dua

alasan: pertama, ketakutan menghadapi kesendirian atau kesunyian. Kedua, ketakutan

mengahadapi kematian dan atau ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintai. Situasi

ini berakibat pada semakin menurunnya kondisi fisik dan psikis para lanjut usia,

sehingga mereka hanya bisa pasrah dengan keadaan atau malah mengalami depresi.9

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lanjut usia kadang sulit beradaptasi

7

Abraham Maslow, Motivasi dan Kepribadian: Teori Motivasi dengan Ancangan Hierarki

Kebutuhan Manusia, cetakan pertama (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1970), 208.

8Ratriana Y. E. Kusumiati, “Tinggal Sendiri dimasa Lanjut Usia.”Jurnal Universitas Kristen

Satya Wacana 1 (Januari 2009): pp 24-25

9

(16)

4

(bukan berarti tidak bisa) dengan lingkungan maupun suasana yang baru di panti

yakni kurangnya kepedulian dari orang-orang terdekat, kurang kasih sayang dari

keluarga, kekosongan, rasa tidak dibutuhkan lagi dan merasa kesepian.

Rasa kesepian dan kehilangan karena keterpisahan dengan anak-anak dan

orang-orang yang dicintainya, terlebih lagi ketika keluarga tidak mampu mengurus

mereka dapat memungkinkan mereka memilih tempat untuk mengobati rasa kesepian.

Intinya, kaum lanjut usia membutuhkan sebuah komunitas yang dapat mendukung

keberadaan mereka. Inilah sebabnya beberapa orang dari kaum lanjut usia memilih

tinggal di Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia atau yang sering dikenal

sebagai Panti Wredha.

Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia merupakan salah satu lembaga yang

menangani kehidupan para lanjut usia. Sasaran utama dari lembaga ini ialah lanjut

usia. Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia ini didirikan dengan tujuan agar

kaum lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman, tentram dan sejahtera;

terpenuhinya kebutuhan lanjut usia, baik jasmani maupun rohani dan terwujudnya

kualitas pelayanan. Ada beberapa Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia di kota

Salatiga yang menampung kaum lanjut usia, baik itu yang didirikan sendiri maupun

panti sosial yang mendapat dana dari pemerintah. Salah satunya ialah Panti Wredha

Salib Putih yang bernaung di bawah Yayasan Sosial Kristen Salib Putih.

Panti ini dimiliki oleh Yayasan Sosial Kristen Salib Putih yang bernaung di

bawah GKJ (Gereja Kristen Jawa), oleh karena itu pemenuhan kebutuhan akan dapat

membantu kehidupan lanjut usia dari sisi rohani dan jasmani karena upaya

pemenuhan kebutuhan lanjut usia bertujuan untuk menunjukkan sikap peduli,

mengasihi, mencintai dan memperhatikan sesama dalam lingkungan gereja, keluarga

maupun masyarakat. Dengan demikian kepedulian dalam upaya pemenuhan

kebutuhan dan pendampingan dipandang penting sebagai perwujudan dari hakekat

keberadaan dan peradaban manusia secara universal atas dasar kerahiman Allah

sebagai gambar imago Dei.10 Ini berarti bahwa Yayasan Sosial Panti Wredha Salib

10

Totok S. Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral.(Yogyakarta: Diandara Pustaka

(17)

5

Putih hadir untuk semua orang dalam segala bentuk pelayanan, salah satunya adalah

pemenuhan kebutuhan bagi kaum lanjut usia karena mereka juga adalah gambar dan

rupa Allah.

Berdasarkan gambaran di atas dapat dikatakan bahwa upaya pemenuhan

kebutuhan lanjut usia yang efektif dan profesional sangatlah dibutuhkan karena

ternyata berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendukung upaya

pemenuhan kebutuhan baik dari sisi rohani maupun jasmani tidak berjalan dengan

maksimal. Dengan demikian, inilah alasan bagi penulis memilih judul tugas akhir

“KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP

PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB

PUTIH SALATIGA”. Dengan judul ini penulis bermaksud melakukan kajian atas kebutuhan kaum lanjut usia berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow

serta bagaimana gereja dan teologi memberi tanggapan terhadap dinamika kebutuhan

kaum lanjut usia.

Penulis berkepentingan untuk mengambil judul ini karena tiga alasan yaitu

pertama, kajian atas kebutuhan lanjut usia masih sangat jarang ditemui. Kedua, kaum

lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga adalah kelompok yang memiliki

kompleksitas kebutuhan oleh karenanya membutuhkan kepedulian dari pihak lain.

Ketiga, gereja hadir ditengah-tengah dunia untuk melayani semua orang tak

terkecuali kaum lanjut usia.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana kebutuhan lanjut usia

di Panti Wredha Salib Putih Salatiga terpenuhi, dikaji dari teori hierarki kebutuhan

Abraham Maslow?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kebutuhan lanjut usia di Panti

(18)

6

1.4Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka

penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi para pembaca

baik secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat

bagi pengembangan ilmu pengetahuan untuk memperkaya dan memperlengkapi

kajian ilmiah terhadap upaya pemenuhan kebutuhan lanjut usia Kristen di Panti

Wredha Salib Putih. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

Pengembangan pelayanan Gereja dan Yayasan Sosial Salib Putih yang aplikatif dan

relevan bagi kaum lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih.

1.5Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode desktiptif dengan pendekatan

kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati.11 Metode kualitatif yang didasarkan pada deskripsi yang jelas dan

detail, maka penyajian atas temuan akan sangat kompleks, rinci dan komprehensif

sesuai dengan fenomena yang terjadi.12 Penelitian kualitatif sangat cocok digunakan

untuk meneliti hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial dan perasaan orang lain

yang paling utama ialah untuk memastikan suatu kebenaran data sosial.13 Dengan

demikian dalam proses pengambilan data, teknik yang digunakan berupa observasi

dan wawancara yang mendalam. Subjek penelitian yang akan diwawancarai ialah

para lansia di panti Wredha Salib Putih Salatiga yang memiliki kriteria sebagai

berikut: Pertama, lanjut usia yang memiliki umur sekitar 65-90 Tahun. Kedua, kaum

lanjut usia yang telah menetap di Panti Wredha Salib Putih ± dua tahun ke atas.

Ketiga, kaum lanjut usia yang masih mampu untuk berkomunikasi dalam hal ini

11

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rem7u6yaja Rosdakaria, 1998),

3.

12

Noman K. Denzin dan Yyonna S. Lincoln, The Sage Handbook of Qualitative Research I

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), xviii.

13

Eko Sugiato, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis (Yogyakarta: Suaka

(19)

7

berbicara dan mendengar dengan baik. Keempat, Pengurus Panti yang menjabat

sebagai pempinan panti sebagai partisipan tambahan.

1.6Sistematika Penulisan

Penulis membagi tulisan ini kedalam lima bagian. Bagian pertama, tentang

pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian kedua, tentang teori

Abraham Maslow yang meliputi lima kebutuhan manusia. Bagian ketiga, tentang

temuan hasil penelitian yang meliputi deskripsi masalah kebutuhan lanjut usia di

Panti Wredha Salib Putih Salatiga dan analisa tentang upaya pemenuhan kebutuhan

lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham

Harold Maslow. Bagian keempat, tentang penutup yang meliputi kesimpulan berupa

temuan, saran, kontribusi, dan rekomendasi untuk penelitian yang mendatang.

2. Hierarki Kebutuhan Abraham Harold Maslow

2.1 Pendahuluan

Pada umumnya untuk dapat mempertahankan hidup, manusia harus berusaha

semaksimal mungkin untuk memenuhi semua aspek kebutuhan mereka dimulai dari

bayi sampai pada masa lanjut usia (lansia). Bagi beberapa orang kehadiran lanjut usia

dalam masyarakat, jemaat dan keluarga seringkali menjadi masalah dan tantangan,

sehingga lanjut usia terkadang dipandang rendah dan dikucilkan karena tidak mampu

melakukan aktivitas sehari-hari atau bahkan susah untuk memenuhi kebutuhan hidup

mereka sendiri.

Lanjut usia merupakan priode penutup dalam rentang hidup seseorang, artinya

bahwa seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih

menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat.14 Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa pada masa ini seseorang sudah tidak mampu untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya sendiri baik dari segi fisik (makan, dan minum), kebutuhan akan

rasa aman (bebas dari rasa takut dan bahaya), kebutuhan pemilikan dan cinta,

14

(20)

8

kebutuhan untuk dihargai, dan yang terakhir aktualisasi diri yang baik. Perlu disadari

bahwa meskipun ini merupakan masa terakhir dari seluruh kehidupan manusia, lanjut

usia juga harus memenuhi kebutuhannya untuk tetap mempertahankan hidupnya

sehingga mereka membutuhkan orang lain (keluarga/orang-orang disekeliling) untuk

dapat memenuhi kebutuhan mereka mulai dari tingkat dasar sampai pada kebutuhan

yang tertinggi.

2.2 Biografi Abraham Harold Maslow

Sebelum melihat teori hierarki kebutuhan yang digagas oleh Abraham Maslow

terlebih dahulu penulis akan memaparkan secara singkat biografi dari Abraham

Harold Maslow.

Abraham Harold Maslow lahir pada tanggal 1 April 1908 di Broklyn, New

York. Ia adalah anak tertua dari tujuh anak seorang imigran Yahudi dan Rusia yang

miskin dan tak terdidik. Berhubung Maslow adalah satu-satunya anak Yahudi

dilingkungan tetangganya, Maslow merasa kesepian dan tidak bahagia. Masa

kecilnya ia habiskan bersama buku-buku. Maslow merasa bahwa ia terisolasi dan

tidak bahagia sehingga ia tumbuh di dalam perpustakaan tanpa teman sebaya selain

kata dan kalimat.15 Namun rupanya tidak seluruh tahun-tahun pertama kehidupannya

dihabiskan untuk menyendiri dan belajar karena Maslow juga memiliki pengalaman

di dunia praktis yaitu ia mulai bekerja sebagai pengantar korban. Selain itu juga

hampir seluruh liburan musim panas ia habiskan untuk bekerja pada perusahan milik

keluarga yang masih dikelola oleh saudara-saudaranya. Usaha itu kini berupa

perusahaan pembuat drum yang besar dan sukses yang dikenal dengan nama

Universal Containers, Inc.16

Masalah hidup yang dialami oleh Maslow tidak semuanya berasal dari luar

rumah karena pada saat itu ia diperhadapkan dengan sang ayah yang suka

mabuk-mabukan, pencinta wanita dan perkelahian. Maslow sendiri dianggap sebagai anak

15

Matthew H. Olson dan B.R. Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 827.

16

Frank G. Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow (Yogyakarta:

(21)

9

bungsu yang jelek oleh ayahnya sendiri. Selain itu yang menjadi alasan bagi

kepahitan Maslow yaitu ibunya yang amburadul dalam mengurus rumah tangga.

Maslow sendiri menggambarkan ibunya sebagai sosok wanita yang kejam, tidak

peduli dan tidak memiliki kasih sayang terhadap keluarga.17 Setelah melihat kisah

Abraham Harold Maslow, maka dapat dikatakan bahwa masa kanak-kanannya sangat

tidak bahagia.

Melewati masa kanak-kanak yang menyedihkan tidak membuat prestasi

sekolahnya menurun. Maslow menjadi salah seorang sisiwa yang memiliki prestasi

mengagumkan disekolahnya sewaktu ia bersekolah di Broklyn. Pilihannya didasarkan

pada dua hal yaitu masalah kemanusiaan dan ketidaksabarannya mewujudkan sesuatu

yang nyata. Maslow selalu menjadi mahasiswa yang berhasil selama ia berkuliah.18

Masalah yang dialami oleh Maslow baik dari dalam maupun luar keluarganya

membentuk sikap dan tindakan Maslow, paling khusus berpengaruh pada

pemikirannya sendiri.

Setelah menikah kehidupannya berubah menjadi bahagia sampai kematiannya.

Dalam kehidupannya Maslow tetarik dengan psikologi behaviorisme yang

dikemukakan oleh J. B Waston.19 Banyak hal yang mempengaruhi pemikiran Maslow

termasuk juga pengalamannya dengan suku Indian Northern Blackfoot di Alberta

Canada. Di sana terjadi permusuhan dan perkelahian antar warga suku. Selain itu juga

ia mengamati bahwa anak-anak jarang dihukum secara fisik. Orang-orang Indian

sangat memandang rendah orang-orang kulit putih karena mereka sering bertindak

kasar (kejam) terhadap anak mereka sendiri.20

Biografi di atas sangat berpengaruh terhadap teori-teori yang dikemukakan oleh

Maslow salah satunya ialah teori hierarki kebutuhan yang sampai saat ini masih

digunakan untuk menganalisa setiap kebutuhan manusia. Jadi jelas bahwa hierarki

kebutuhan tidak selamanya bergantung pada pemenuhan kebutuhan dasar bahwa jika

17

Olson dan Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan…..,827.

18

Hendro Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow

(Yogyakarta: Kanisus, 2014), 24.

19

Olson dan Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan…..,831.

20

(22)

10

kebutuhan ditingkat terendah sudah terpenuhi maka seseorang mampu mencapai

kebutuhan tertinggi yaitu aktualisasi diri. Dengan kata lain hierarki yang dimaskud

Maslow menunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan tergantung dari seberapa besar

potensi dan motivasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut bukan bergantung pada

tahapan-tahapan kebutuhan. Hal ini dibuktikan oleh Maslow melalui biografi diatas.

2.3 Kebutuhan Manusia berdasarkan Hierarki Kebutuhan Abraham Harold

Maslow

Bagi Abraham Maslow manusia adalah suatu keutuhan yang menyeluruh dan

mempunyai kebutuhan berjenjang lima, mulai dari kebutuhan fisiologis tubuh,

kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kebersamaan, kebutuhan akan

penghargaan dan yang terakhir adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.21

Kebutuhan-kebutuhan di atas merupakan inti dari kodrat manusia, hanya saja

mereka lemah, mudah diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar, atau tradisi

yang keliru.22 Dengan demikian, Hal ini juga yang dialami oleh kaum lanjut usia di

Panti Wredha Salib Putih. Lanjut usia sangat sulit untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan mereka karena mereka sendiripun adalah orang-orang yang lemah dan

mudah diselewengkan. Selain itu juga tradisi dari pemikiran manusia yang keliru

menganggap lanjut usia adalah masalah dan tantangan sehingga dapat kita temui

dalam lembaga sosial kesejahteraan lanjut usia orang-orang tua yang dengan sengaja

dititipkan atau diserahkan.

Teori ini dapat diterapkan pada seluruh aspek kehidupan pribadi manusia serta

kehidupan sosial. Pada dasarnya suatu tindakan atau suatu keinginan yang sadar

memiliki berbagai motivasi, artinya bahwa seluruh pribadi yang digerakan oleh

motivasi untuk mencapai keinginan bukan hanya sebagian dari orangnya namun

seluruh dari orang itu sendiri. Untuk itulah diperlukan pemenuhan kebutuhan yang

baik bagi setiap manusia termasuk juga lanjut usia. Tidak dapat dipungkiri bahwa

21

Abraham Maslow, Psikologi Sains: Tinjauan Kritis Terhadap Psikologi Ilmuan dan Ilmu

pengetahuan Modern (Jakarta Selatan: Teraju, 2004), vii.

22

(23)

11

dalam pemenuhan kebutuhan itu manusia memiliki cara-cara tersendiri untuk

mencapai tujuan hidupnya termasuk juga lanjut usia.

Menurut Maslow, manusia memiliki sejumlah kebutuhan yang sifatnya

instingtoid, atinya bawaan sejak lahir. Maslow mengasumsikan bahwa kebutuhan

kita tersusun dalam sebuah hierarki berdasarkan potensi pemenuhannya. Kebutuhan

di hierarki lebih rendah lebih kuat dari pada yang di atasnya dan sebaliknya

kebutuhan di hierarki lebih tinggi lebih lemah.23 Dengan demikian dapat dikatakan

sebagai mahkluk berkebutuhan manusia sudah seharusnya berusaha memenuhi

kebutuhan hidupnya baik itu usaha dari dalam diri bahkan juga dorongan dari orang

lain.

Secara umum Maslow menguraikan kelima tingkatan kebutuhan ini sebagai

berikut:

2.3.1 Tingkat pertama, Kebutuhan fisik (Physiological Needs).

Maslow dalam bukunya menuliskan bahwa kebutuhan pada tingkat pertama ini

merupakan titik tolak teori motivasi karena berhubungan dengan dorongan

fisiologis.24 Artinya bahwa Kebutuhan ini adalah kebutuhan pokok setiap individu,

yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan fisik manusia. Bagian pertama ini

berbicara tentang kebutuhan mendasar dalam seluruh kehidupan manusia yang

berhubungan dengan aspek biologis seperti kebutuhan akan oksigen, makanan dan

air. Penelitian terakhir menunjukan ada dua faktor yang mempengaruhi kebutuhan

tingkat pertama ini yaitu pertama, perkembangan Homesitas yang menunjuk pada

usaha otomatis dalam tubuh untuk mempertahankan aliran darah yang konstan dan

normal. Kedua adalah selera yang merupakan pilihan makanan yang disukai. Apabila

seorang kekurangan zat kimia maka ia akan mengembangkan suatu selera khusus

bagi kebutuhan yang kurang itu.25 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap

manusia memiliki dua faktor yang mampu mendorongnya untuk memenuhi

23

Olson dan Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan….., 839.

24

Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan

Kebutuhan Manusia Cetakan Keempat (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Presindo, 1993), 43.

25

Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia

(24)

12

kebutuhan pada tingkat pertama ini terkhususnya kebutuhan akan makanan dan

minuman.

Wirakusuma dalam bukunya menuliskan salah satu fenomena yang lazim

dikeluhkan oleh lanjut usia berkaitan dengan proses penuaan yaitu hilangnya selera

makan atau menyukai makanan yang rasanya tajam, hal disebabkan oleh terjadinya

penurunan sensitivitas indera perasa atau pembau.26 Dengan kata lain, kebutuhan

unsur gizi tertentu pada lansia mengalami peningkatan sehingga lansia membutuhkan

asupan gizi yang tepat untuk dapat memenuhi kebutuhan fisiknya ini. Adapun asupan

gizi yang harus dipenuhi lansia dalam kehidupannya antara lain: Energi, Protein,

Vitamin A, Vitamin B1 (Thianim), Vitamin B2 (Riboflavin), Vitamin B3 (Niasin),

Vitamin B12, Asam folat, Vitamin , Kalsium, Fosfor, Besi, Seng dan Lodium

Ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk memenuhi gizi kebutuhan lanjut

usia yaitu pertama, Asupan gizi disesuaikan dengan tingkat aktivitas dan kondisi

kesehatan. Kedua, tekstur makanan disesuaikan dengan kemampuan pencernaan

lansia. Ketiga, penyajian makanan (cara, waktu dan jenis) disesuaikan dengan kondisi

fisiologis dan psikologi lansia.27 Dengan demikian untuk menciptakan kesehatan

lansia secara optimal dan pemuasan kebutuhan pada tingkat pertama ini para lansia

dan para perencana harus mengatur pola hidup sehat melalui asupan gizi yang teratur

untuk lansia.

Dari teori gizi diatas sudah selayaknya setiap manusia termasuk lansia harus

memperhatikan kesehatan tubuh mereka melalui kebutuhan tingkat pertama ini.

Beberapa hal ini kalau tidak dipenuhi dengan baik maka manusia tidak dapat hidup.28

Menurut Maslow jika kebutuhan-kebutuhan pada tingkat pertama ini telah dipuaskan

maka akan muncul kebutuhan yang baru lagi. Inilah yang disebut dengan kebutuhan

dasar manusia yang diatur dengan hierarki kekuatan yang bersifat relatif.29 Dengan

26

Ema S Wirakusumah, Menu Sehat Untuk Lanjut Usia, (Jakarta: Puspa Swara Anggota IKAPI,

2001), 2.

27

Wirakusumah, Menu Sehat Untuk Lanjut Usia…..,15.

28

Hendro Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow

(Yogyakarta: Kanisus, 2014), 40.

29

(25)

13

demikian, kedua faktor diatas harus dipenuhi untuk kebutuhan pada jenjang pertama

ini sehingga manusia mampu mempertahankan hidupnya.

2.3.2 Tingkat kedua, Kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs).

Kebutuhan yang dapat dikategorikan sebagai kebutuhan akan rasa aman yaitu

keamanan, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, dan

kekacauan, kebutuhan akan struktur, keteraturan, hukum, batasan, kuat dalam

perlindungan dan sebagainya. Menurut Maslow manusia sangat membutuhkan rasa

aman dalam hidupnya terkhususnya rasa aman dari bahaya dan ancaman. Ketika

seseorang berada dalam zona yang tidak aman maka ia mencari pelindung yang

dianggap dapat memberikan rasa aman. Biasanya hal ini dijumpai dikalangan

anak-anak.30 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan pada tingkat kedua ini

merupakan hak manusia untuk terhindar dari bahaya dan ancaman dalam

kehidupannya. Selain itu juga kebutuhan ini ialah keinginan akan rutinitas dan

aktivitas yang tidak terganggu.

Kebutuhan pada tingkat kedua ini dapat kita lihat pada orang-orang neurotis,

orang-orang yang secara ekonomis dan sosiologis merasa tertekan, menghadapi

keadaan sosial yang kacau, revolusi dan kehancuran wewenang.31 Dengan demikian,

orang-orang yang mengalami masalah seperti pada contoh diatas membuktikan

bahwa tidak semua orang beruntung memiliki rasa aman dalam kehidupannya

sehingga banyak juga yang mengalami masalah pada tingkat kedua ini.

Kebutuhan akan rasa aman juga sangat dibutuhkan oleh kaum lanjut usia karena

mereka adalah orang-orang yang perlu untuk dilindungi apalagi ketika mereka telah

hidup terpisah dari kehidupan keluarganya dan memilih untuk melanjutkan hidup

mereka di lembaga-lembaga sosial lanjut usia. Lanjut usia yang tinggal pada

lembaga-lembaga sosial adalah mereka yang secara ekonomis dan sosiologis merasa

tertekan, menghadapi keadaan sosial yang kacau. Keadaan sosial yang kacau dalam

30

Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow…..,40.

31

Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia

(26)

14

pengertian kebutuhan lanjut usia berarti hubungan antar keluarga yang tidak

harmonis. Melihat seluruh keberadaan lanjut usia maka sudah selayaknya mereka

mencari pelindung terdekat mereka yang dianggap kuat untuk mengatasi rasa

ketakutan dan kegelisahan mereka. Pemenuhan kebutuhan rasa aman memastikan

individu bahwa mereka tinggal dilingkungan yang bebas dari bahaya, rasa takut dan

kekacauan.32 Dengan demikian, dalam situasi seperti ini maka, sudah selayaknya

lanjut usia mencari pelindung terdekat mereka yang dianggap kuat untuk mengatasi

rasa ketakutan dan kegelisahan mereka di Panti Wredha yang merupakan tempat baru

bagi mereka.

2.3.3 Tingkat ketiga, Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (The

Belongingness Love).

Jika kedua tingkatan di atas telah terpenuhi maka kebutuhan akan kepemilikan

dan cinta juga harus dimiliki oleh setiap manusia. Cinta yang dimaksudkan bukan

semata-mata hubungan seks karena seks dianggap sebagai kebutuhan fisik namun

cinta yang dimaksukan lebih dari pada itu. 33 Kebutuhan akan cinta meliputi

kehidupan yang saling memberi dan menerima perhatian orang lain. Menurut Maslow

manusia adalah mahkluk sosial yang hidup bersama dengan orang lain. Kebutuhan

ketiga ini dapat ditemukan pada orang-orang yang haus akan hubungan yang penuh

kasih dengan teman, kekasih, suami/istri dan anaknya. Masalah-masalah yang sering

ditemui dalam kebutuhan ini adalah anak yang terlalu sering berpindah tempat karena

mobilitas dan industrialisasi, keadaan yang tidak menentu, adanya rasa benci terhadap

seseorang.34 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan pada tingkat ketiga

ini ada masalah hubungan dan relasi dengan orang lain.

Salah seorang guru kepemimpinan dunia John Maxwel menekankan bahwa

relasi yang baik merupakan fondasi dari semua pencapaian hidup.35 Relasi AKU-

32

Olson dan Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan…..,841.

33

Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow….., 41.

34

Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia

Cetakan Keempat…..,52.

35

(27)

15

ENGKAU (“I-Thou”) menurut Bubber dalam bukunya I And Thou merupakan relasi antara persona (manusia sebagai mahkluk yang bermartabat). Relasi dimana AKU

menyapa ENGKAU sebagai pribadi dan ENGKAU menyapa AKU sebagai pribadi

juga. AKU tidak memperalat ENGKAU tapi AKU menjumpai ENGKAU apa

adanya.36 Oleh karena itu kebutuhan itu mengharuskan setiap manusia agar dapat

bersosialisasi dengan orang lain. Aspek dalam kebutuhan ini adalah pertemanan,

persahabatan, dukungan keluarga, pengidentifikasian diri dengan kelompok dan

hubungan intim.37 Dengan demikian, ini merupakan sebuah relasi atau hubungan

yang tepat untuk mempererat persahabatan dan kekeluargaan. Jika kebutuhan ini

tidak dipenuhi maka individu akan merasa kesepian dan hampa.

Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra

antara kedua orang, termasuk sikap saling percaya. Satu hal yang ditekankan oleh

Maslow dalam bukunya ialah cinta bukan sinonim dari seks.38 Seingkali cinta

menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahannya terungkap. Karl

Menninger menjelaskan bahwa cinta menjadi rusak bukan saja dari perasaan yang

tidak dihargai tetapi juga oleh rasa takut.39 Lanjut usia sangat membutuhkan orang

lain untuk mampu mewujudkan kebutuhan yang satu ini. Namun seringkali apa yang

dialami oleh mereka tidak semuanya sama. Mereka merasa sendiri tidak ada orang

yang mencintai mereka sehingga mereka terpaksa diungsikan ke lembaga sosial.

Pemenuhan kebutuhan cinta sampai saat ini merupakan sesuatu yang sulit untuk

dicapai terutama bagi lanjut usia.

2.3.4 Tingkat keempat, Kebutuhan untuk dihargai (The Esteerm Needs).

Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan

penghargaan yaitu harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi

kebutuhan akan penghargaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,

36

Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow…..,130.

37

Olson dan Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan….., 841.

38

Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia

Cetakan Keempat…..,55.

39

(28)

16

ketidaktergantungan dan kebebasan. Sedangkan penghargaan dari orang lain meliputi

prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta

penghargaan.40 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan pada tingkat

keempat ini berhubungan dengan dua hal yaitu diri sendiri dan orang lain untuk dapat

mencapai tujuan akan penghargaan diri.

Pemenuhan kebutuhan akan harga diri membawa perasaan percaya pada diri

sendiri, nilai, kekuatan, kapabilitas dan perasaan dibutuhkan serta bermanfaat bagi

dunia namun sekaligus menimbulkan perasaan lemah dan tidak berdaya ketika

seseorang tidak mendapat respon dan motivasi yang diharapkan dari orang lain.

Harga diri yang paling baik dilandaskan pada penghargaan yang dari orang lain dan

bukan dari ketenaran atau kemasyuran.41 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

meskipun harga diri dapat diperoleh dari dua kemungkinan namun yang baik adalah

dieroleh dari pengakuan orang lain.

Selanjutnya dijelaskan lebih lanjut bahwa pemenuhan kebutuhan akan

penghargaan diri manghasilkan dampak psikologis berupa rasa percaya diri, bernilai

kuat, mampu memadai. Sebaliknya jika kebutuhan ini tidak tercapai maka akan

menghasilkan perasaan minder, lemah, putus asa, atau bahkan rasa takut.42 Oleh

karena itu meskipun lanjut usia adalah masa akhir dari hidup manusia namun mereka

juga membutuhkan sebuah pengakuan dan penghargaan oleh orang-orang disekeliling

terutama keluarga.

2.3.5 Tingkat kelima, Aktualisasi diri (Self Actualization).

Meskipun semua kebutuhan telah terpenuhi namun masih saja ada perasaan

ketidakpuasaan dan kegelisahan yang akan berkembang. Dalam kebutuhan ini

dijelaskan bahwa setiap orang harus dapat mengaktualisasikan dirinya berupa

karya-karya yang dibuatnya. Aktivitas ini yang nantinya akan membuat seseorang menjadi

40

Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow..…, 76.

41

Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia

Cetakan Keempat…..,56

42

(29)

17

tentram. Kebutuhan ini dapat disebut sebagai perwujudan diri.43 Dengan demikian

setiap orang harus memiki aktivitas pribadi untuk dapat menemukan perwujudan

dirinya.

Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai kebutuhan seseorang untuk

melakukan apa yang menjadi tujuan kelahiran atau penciptaannya. Pencapaian

aktualisasi diri mampu membawa manusia sampai pada sifat tertingginya.44 Lanjut

usia membutuhkan akan aktualisasi diri yang baik. Dengan demikian muncullah

kebutuhan terakhir ini berdasarkan suatu pemenuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa

aman, kebutuhan akan cinta dan harga diri yang telah ada sebelumnya.

Dengan demikian inilah teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow yang

penulis gunakan untuk melihat permasalahan yang dialami oleh kaum lanjut usia di

Panti Wredha Salib Putih Salatiga. Dari kelima tahapan ini penulis akan mencari tahu

seberapa besar ragam kebutuhan lanjut usia yang telah terpenuhi. Kemudian apa saja

tantangan yang dialami oleh kaum lanjut usia dalam rangka memenuhi ragam

kebutuhan hidup mereka.

3. Hasil Penelitian, Pembahasan Dan Analisa

3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ialah Yayasan Sosial Kristen Salib Putih bertempat di Lembaga

Kesejahteraan Sosial lanjut Usia atau yang biasa disebut Panti Wredha Salib Putih

yang berlokasi di Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah (Jl. Salatiga – Kopeng Km 4).

Yayasan Sosial Kristen Salib Putih merupakan sebuah lembaga sosial

kemasyarakatan yang mempunyai tanggungjawab sosial untuk menolong dan

memberdayakan orang-orang yang membutuhkan topangan sehingga dapat kembali

mengangkat martabatnya di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Yayasan Sosial Kristen Salib Putih yang berdiri dibawah naungan sinode GKJ

memiliki empat bentuk pelayanan yang terdiri dari: Panti Asuhan Salib Putih, Panti

Karya Salib Putih, Balai Pengobatan Salib Putih dan Panti Wredha Salib Putih. Panti

43

Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia

Cetakan Keempat…..,56-57.

44

(30)

18

Wredha Salib Putih memiliki dua macam pelayanan yaitu PW sosial, berlokasi di

Salib Putih yang diperuntukan bagi lanjut usia terlantar baik secara fisik, rohani,

psikologi, dan sosial titipan keluarga tidak mampu, pamong RT/RW, gereja, dinas

sosial, kepolisian. PW mandiri berlokasi dijalan Merbabu Salatiga untuk usia lanjut

titipan keluarga mampu dengan memberikan kontribusi tiap bulannya.45

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Yayasan Sosial Kristen Salib Putih

yang merupakan lembaga kemasyarakatan memiliki Visi dan Misi. Adapun Visi dan Misi dari Yayasan ini adalah VISI: “Mewujudkan kasih Allah kepada manusia demi keselamatan manusia secarah utuh” dan MISI: “Memberikan pelayanan kepada orang-orang terlantar dengan cara memberikan perawatan, pendidikan,

pendampingan agar menjadi manusia bermartabat yang hidup secara utuh, layak dan penuh pengharapan”.46

Perlu juga kita ketahui tentang filosofi Salib Putih yang

merupakan dasar dan latar belakang dari pelayanan Yayasan ini. Adapun Filosofi

Salib Putih antara lain: Salib merupakan lambang penderitaan, keselamatan, dan

kasih yang diwujudkan dalam pengorbanan, Salib merupakan tanda hubungan dan

tanggungjawab kita kepada sesame (garis horizontal) dan kepada Tuhan (garis

vertikal) dan Putih merupakan lambang kesucian dan ketulusan. Dengan demikian

Salib Putih adalah wujud nyata tanggungjawab kasih, pelayanan dan pengorbanan

kita kepada Tuhan dan sesama dengan memberikan pertolongan kepada sesama yang

menderita agar mendapatkan keselamatan secara utuh dan mendasarinya dengan

kesucian serta ketulusan hati.

45

Brosur Yayasan Sosial Kristen Salib Putih Jl. Hasanudin Km 4 Salib Putih Salatiga 50734 PO.Box 135 Telp. 0298-323339 Fax. 0298-326489 Email:

Yayasan.salibputih@gmail.comKatemenan Iku Ajine Ngungkuli Kapinteran. 46

(31)

19

3.2 Deskripsi dan Analisis Masalah Kebutuhan Lanjut Usia Di Panti Wredha

Salib Putih Dari Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow.

3.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Fisik

Berdasarkan obeservasi dengan 10 orang responden yang merupakan lansia di

Panti Wredha salib putih. Penulis menemukan hasil penelitian bahwa biasanya

pemenuhan kebutuhan fisik lansia di panti ini berupa makan dan minum. Dari segi

waktu, 10 responden menjawab bahwa waktu pemenuhan kebutuhan fisik berupa

makan dan minum lansia di panti Wredha Salib Putih sudah terpenuhi dengan baik

yaitu pagi, siang dan sore (tiga kali sehari). Dari segi pemenuhan kebutuhan

berdasarkan selera, 1 orang responden sebut saja Opa SU menjawab bahwa meskipun

waktu makan telah diperhatikan dengan baik namun terkadang tidak memperhatikan

seleranya.47 Dari segi pemenuhan kebutuhan berdasarkan gizi dan kesehatan 2 orang

responden sebut saya Opa SU dan oma S.48 menjawab bahwa sejauh ini makanan

yang disajikan belum menjawab kebutuhannya karena tidak sesuai dengan kondisi

dan kesehatannya dan selain itu makanan yang disajikan tidak bergizi.

Hasil wawancara dengan pengurus panti yaitu ibu SSM.49 Beliau mengatakan

bahwa tidak ada pertimbangan gizi khusus dan konsultasi ke dokter tentang makanan

dan minuman yang seharusnya di konsumsi lansia karena faktor ekonomi yang

kurang memadai. Dalam kenyataannya untuk makan sehari-hari, biaya lauk setiap

lansia sebesar Rp 1.000,00/sekali makan. Jadwal makan lansia telah diatur dengan

baik sehingga dalam satu hari waktu makan lansia adalah 3x. Selain itu per harinya

Panti Wredha salib Putih mengeluarkan 3 ons beras untuk jatah makan setiap lansia

selama satu hari penuh.

Hal ini tidak sejalan dengan pemikiran Wirakusuma yang menyatakan bahwa

usia lanjut membutuhkan asupan gizi yang tepat untuk dapat memenuhi kebutuhan

fisiknya. Adapun asupan gizi yang harus dipenuhi lansia berupa energi, protein Vit.A,

Vit. B1, B2, B3 dan sebagainya. Menurut analisa penulis kebutuhan asupan gizi

47

Wawancara dengan Opa SU, 14 Juli 2017, pukul 06.57 WIB.

48

Wawancara dengan Oma S, 01 Juli 2017, pukul 09.52 WIB.

49

(32)

20

untuk lansia di Panti ini belum dijalankan dengan maksimal karena, bagaimana

pengurus Panti mengetahui asupan gizi lansia jika tidak ada pertimbangan asupan gizi

ke dokter, selain itu ada keluhan dari lansia terkait dengan makanan yang disajikan

bagi mereka.

Selanjutnya dari hasil penelitian diketahui bahwa masalah tentang selera makan

lansia dijumpai dalam lingkungan Panti ini. Masalah tentang selera makan merupakan

faktor menurunnya kondisi kesehatan lansia di Panti Wedha Salib Putih. Seorang

lansia mengeluh tentang makanan yang diberikan karena terkadang tidak memenuhi

kebutuhan dan seleranya. Sebut saja opa SU.50 Menurutnya, makanan yang selalu

diberikan tidak sesuai selera sehingga membuatnya kehilangan nafsu makan.

Hasil penelitian ini didukung oleh pemikiran Wirakusumah yang menyatakan

bahwa salah satu masalah yang sering dikeluhkan oleh lanjut usia adalah hilangnya

selera makan sehingga lansia membutuhkan gizi yang tepat untuk memenuhi

kebutuhan fisiknya. Oleh karena itu peranan penting dari Panti sangat dibutuhkan

untuk meningkatkan selera makan lansia dengan cara memperhatihan asupan gizi

yang tepat karena asupan gizi yang tepat menjadi faktor utama untuk meningkatkan

selera makan lansia. Analisa penulis dari masalah ini adalah Panti belum seutuhnya

menjadi unit yang membantu pemenuhan kebutuhan fisik (makan dan minum) lansia

terutama dari segi selera.

Selanjutnya, menurut Wirakusumah ada tiga faktor penting yang harus

diperhatikan dalam pemenuhan gizi lansia yaitu asupan gizi harus disesuaikan dengan

aktifitas dan kondisi kesehatan, tekstur makanan harus disesuaikan dengan

pencernaan dan penyajian makanan harus disesuaikan dengan kondisi fisik dan dan

psikologi lansia. Kenyataanya ada lansia yang masih mengeluh bahwa makanan yang

disajikan tidak memperhatikan kondisi kesehatan mereka. Selain itu juga, tidak

pertimbangan gizi khusus bagi lansia yang dikonsultasikan ke dokter dalam kaitannya

dengan makan dan minum lansia di Panti ini karena faktor ekonomi.

Dari hasil penelitian dengan responden maka dapat disimpulkan bahwa

memang proses pemenuhan kebutuhan fisik (makan dan minum) belum sepenuhnya

50

(33)

21

terpenuhi. Jika dilihat dari tiga segi pemenuhan kebutuhan diatas maka dapat

dikatakan yang mencapai tujuan pemenuhan adalah segi waktu. Selanjutnya segi

pemenuhan selera dan gizi sejauh ini belum sepenuhnya menjawab kebutuhan lansia

karena masih ada diantara lansia yang merasa bahwa kebutuhan fisik (makan dan

minum) tidak sesuai dengan selera bahkan juga gizi dan kondisi kesehatan. Jadi,

jelaslah bahwa pemenuhan kebutuhan fisik (makan dan minum) yang telah di

jadwalkan oleh panti tidak sepenuhnya menyentuh kebutuhan lansia.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Panti Wredha Salib Putih ketika

dibandingkan dengan teori Abraham H. Maslow, kebutuhan pada tingkat pertama

terpenuhi apabila kedua faktor diatas terpenuhi yaitu pemenuhan selera dan usaha

untuk tetap mempertahankan aliran darah dengan mengonsumsi gizi yang tepat.

Kenyataan penelitian memberikan informasi bahwa panti belum menggali secara

penuh kebutuhan fisik lansia. Selain itu juga panti belum sepenuhnya memperhatikan

secara penuh kualitas makan (asupan gizi) yang tepat bagi lansia. Dalam pemenuhan

kebutuhan fisik hal yang perlu diperhatikan oleh Panti adalah gizi yang tepat dan

pemuasan terhadap selera adalah faktor penting dalam pertimbangan kesehatan

lansia.

Berdasarkan hasil analisa penulis menemukan sekurangnya ada dua faktor yang

menjadi masalah besar sehingga mempengaruhi Panti Wredha Salib Putih tidak

memberikan pelayanan yang tepat bagi lansia. Pertama, karena faktor ekonomi. Hal

ini dikarenakan Panti ini dikhusukan bagi golongan menengah kebawah sehingga

tidak memiliki biaya lebih untuk mengkonsultasikan gizi makan lansia ke dokter.

Kedua, Panti tidak menggali secara penuh apa keluhan lansia tentang kebutuhan

makan dan minum yang seharusnya mereka dapatkan.

3.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis didapatkan

penemuan-penemuan penting tentang penyebab lansia kurang mendapat pemenuhan kebutuhan

rasa aman. Berdasarkan informasi yang penulis terima, rata-rata lansia di Panti ini

(34)

22

lansia tidak mendapat pemenuhan kebutuhan rasa aman dengan baik yaitu faktor

keluarga dan lingkungan Panti. Beberapa orang responden adalah orang-orang yang

tidak memiliki keluarga sejak kecil sehingga memilih tinggal di Panti ini. Sedangkan

yang lannya adalah orang-orang yang memiliki keluarga namun mereka sendiri yang

memutuskan untuk tinggal dan menetap di Panti ini karena anggota keluarga mereka

memiliki kesibukan masing-masing sehingga tidak ada yang mengurusi. Opa AL51

adalah seseorang yang tidak diinginkan dalam keluarga sehingga ia di masukan ke

Panti ini oleh istrinya. Sampai saat itu belum ada alasan yang jelas dari sang istri

kenapa opa AL dimasukan di Panti ini. Sedangkan 1 orang responden sebut saja oma

KL52 menjawab bahwa rumah pribadinya runtuh sehingga ia ditempatkan di Panti ini,

namun ia bersama dengan anak dan cucunya.

Bagi lansia, teman-teman dan pengurus panti adalah keluarga yang

sesungguhnya ketika mereka ditinggalkan oleh orang-orang yang mereka cintai.

Disini mereka menemukan saudara dan sahabat sehingga ada yang melindungi

mereka dari bahaya dan ancaman terutama saat mereka mengalami kesedihan. Namun

1 responden sebut saja oma S.53mengatakan bahwa ia menemukan adanya rasa

ketidaknyamanan terhadap sikap pemimpin Panti dan lansia yang lain yang selalu

memikirkan hal buruk tentangnya sehingga menarik diri dari lingkungan. Menurutnya

ia hanya bersahabat dengan salah satu lansia yang dianggap selalu sejalan dengan

pemikirannya. Namun tidak ada fasilitas Panti yang mampu menjada keamanan

mereka. Hal ini juga di sampaikan oleh ibu SSM selaku pengurus panti, bahwa sejauh

ini tidak ada fasilitas panti yang digunakan demi memberikan perlindungan bagi

lansia.

Hal ini didukung oleh pemikiran Maslow yang menyatakan bahwa manusia

sangat membutuhkan rasa aman dalam hidupnya terkhususnya rasa aman dari bahaya

dan ancaman. Ketika seseorang berada dalam zona yang tidak aman maka ia mencari

pelindung yang dianggap dapat memberikan rasa aman. Anlisa penulis bahwa dalam

kehidupan keluarga para lansia ini tidak merasakan kenyamanan dan keamanan baik

51

Wawancara dengan Opa AL, 22 juli 2017, pukul 09.26 WIB.

52

Wawancara dengan Oma KL, 17 Juli 2017, pukul 12.57 WIB.

53

(35)

23

secara fisik tetapi juga sosial mereka sehingga lansia mencari perlindungan di tempat

yang dianggap aman yaitu lembaga sosial yang mampu menampung mereka. Namun

terkadang lingkungan Panti juga belum maksimal memberikan keamanan bagi

mereka baik dari fasilitas keamanan dan juga sikap teman-teman panti yang lain.

Dari hasil penelitian yang dilakukan ketika dibandikan dengan teori Abraham

H. Maslow maka secara sederhana penulis ingin mengatakan bahwa lansia pada

umunya belum mendapat pemenuhan kebutuhan akan rasa aman secara maksimal

baik dari lingkungan keluarga bahkan Panti sendiri. Jika lansia adalah orang-orang

yang tidak memiliki keluarga atau bahkan ditinggalkan maka darimanakah mereka

mendapat pelindungan dari bahaya dan rasa aman? Sehingga Panti merupakan jalan

satu-satunya bagi lansia untuk menemukan keberadaan mereka dengan orang lain

sehingga mereka terhindar dari rasa takut. Namun jika lingkungan panti juga tidak

memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan bagi lansia bagaimanakah lansia

mampu memenuhi kebutuhan ini?

Berdasarkan analisa penulis ada tiga faktor yang merupakan masalah

terbesar yang sering dialami oleh lansia dalam hubungannya dengan pemenuhan

kebutuhan akan rasa aman. Pertama, lansia adalah orang-orang yang terpisah secara

fisik bahkan sosial dari lingkungan keluarga karena beberapa alasan yaitu pilihan

mereka sendiri untuk menetap di Panti tetapi juga mereka merupakan orang-orang

yang sejak kecilnya tidak memiliki keluarga. Kedua, diduga lansia adalah

orang-orang yang tidak diinginkan dalam lingkungan keluarga (istri/suami dan anak-anak)

sehingga mereka dititipkan di Panti ini. Ketiga, lingkungan panti (fasilitas keamanan,

pengurus dan teman-teman) yang tidak memberikan kenyamanan bagi lansia

sehingga membuat lansia menarik diri dari lingkungan Panti.

Keluarga adalah unit terkecil yang mampu memberikan tempat perlindungan

yang aman bagi lansia belum melakukan tanggungjawabnya secara maksimal.

Meskipun hanya 1 responden yang memiliki permasalahan ini, tapi menurut analisa

penulis, pandangan lama yang meyakini bahwa lansia adalah usia yang tidak

menyenangkan bahkan memberikan masalah bagi orang lain merupakan faktor utama

(36)

24

panti belum mampu menyediakan fasilitas penunjang keamanan bagi lansia bahkan

ada lansia yang menarik diri dari lingkungan panti karena tidak mendapat

kenyamanan.

3.2.3 Pemenuhan Kebutuhan Kepemilikan dan Cinta

Hasil penelitian yang peneliti dapatkan tentang pemenuhan kebutuhan

kepemilikan dan cinta adalah 9 dari 10 responden merupakan lanjut usia yang masih

memiliki keluarga namun diantara kesembilan orang ini, terdapat 1 responden yang

hanya memiliki keluarga angkat yaitu anak yang ia asuh dan dibesarkan dari kecil.

Sedangkan 1 orang responden lainnya menjawab bahwa ia sudah tidak memiliki

keluarga dari kecil sebut saja Oma YM.54 1 responden lainnya sebut saja oma

KL.55merupakan lansia yang memiliki keluarga yaitu anak dan cucunya yang tinggal

bersama di Panti ini. Diantara ke-9 responden ini terdapat 1 lansia yang tidak pernah

dikunjungi sama sekali oleh keluarga sebut saja Opa SP.56 Dan lansia yang lain

pernah dikunjungi namun tidak secara rutin kerena berbagai alasan.

Dari data yang diperoleh penulis menumukan ada dua alasan yang

melatarbelakangi pihak keluarga tidak melakukan perkunjungan secara rutin kepada

lansia. Pertama, karena alasan pekerjaan. Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang

sering dikeluhkan oleh lansia kepada keluarga. Akibat adanya pekerjaan yang

merupakan tanggungjawab keluarga (anak) maka beberapa lansia di Panti ini tidak

memiliki waktu yang efektif untuk bertemu dan berbagi kasih sayang dengan

keluarga mereka, namun disatu sisi lansia juga sadar bahwa pekerjaan yang dilakukan

oleh keluarga (anak) merupakan wujud tanggungjawab yang harus dilaksanakan guna

memenuhi kehidupan mereka. Kedua, karena faktor keluarga. 4 dari 10 responden

mengatakan bahwa selama ini mereka tidak pernah dikunjungi secara teratur karena

anak-anak mereka telah berkeluarga sehingga sibuk mengurusi rumah tangga mereka

dan lupa untuk mengunjungi mereka sebagai orang tua yang telah dititipkan. Namun

54

Wawancara dengan Oma YM, 03 Juli 2017, pukul 09.34 WIB.

55

Wawancara dengan Oma KL, 17 Juli 2017, pukul 12.57 WIB.

56

(37)

25

lansia juga sadar bahwa anak-anak yang mereka miliki, mempunya kebebasan untuk

memilih jalan kehidupan mereka masing-masing termasuk untuk berkeluarga. Kedua

hal diatas merupakan faktor yang sering kita jumpai dalam kehidupan lansia di Panti

ini dan menjadi permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan akan kepemilikan dan

cinta. Dari kedua hal diatas mengakibatkan lansia tidak bisa berhubungan dengan

baik dengan anggota keluarga mereka. 1 responden sebut saja oma SU mengatakan

bahwa natal merupakan momen yang sangat ditunggu-tunggu karena dari situlah ia

bisa bertemu dengan keluarganya. Ini berarti bahwa setiap hari yang ia lewati di Panti

ini tidak ada seorangpun yang datang mengunjunginya. Perasaan yang dialami oleh

oma SU menggambarkan bahwa ia sangat membutuhkan kasih sayang dan kunjungan

dari keluarganya. Namun ia juga sadar bahwa jarak yang terlalu jauh membuat

mereka jarang untuk bertemu.

Selain dua hal di atas penulis menemukan alasan lain yaitu lansia sulit diterima

oleh keluarga karena dianggap membawa masalah. Hal ini dialami oleh Opa AL,

menurut beliau keluarga (istri) tidak menginginkan kehadirannya sehingga ia

dititipkan di Panti ini. Sampai saat ini Opa AL belum mengetahui secara pasti apa

yang menyebabkan ia ditempatkan di Panti ini karena sang istri tidak pernah memberi

tahunya bahkan ketika Opa AL meminta untuk membawanya pulang istrinya

menolak.

Hal ini didukung oleh pemikiran Elizabeth Hurlock yang menyatakan bahwa di

Amerika Serikat terdapat banyak sekali sterotipe yang cenderung melukiskan lanjut

usia sebagai usia yang tidak menyenangkan dan menggambarkan mereka sebagai

orang yang rewel dan jahat, maka ini adalah bukti bahwa di Indonesia juga sterotipe

ini masih menguasai kehidupan manusia sehingga kebanyakan kita jumpai lansia

pada lembaga-lembaga sosial. Menurut Abraham Maslow, kebutuhan merupakan inti

dari kodrat manusia yang harus dipenuhi, hanya saja mereka lemah, mudah

diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar, atau tradisi yang keliru. Dengan

demikian ini adalah realita yang terjadi dalam msyarakat Indonesia saat ini.

Referensi

Dokumen terkait

Deteksi kerusakan yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah deteksi kerusakan pada suatu model struktur portal bidang baja yaitu portal bidang baja tipe Concentrically

Sedangkan analisis yang dilakukan oleh Saputro (2011) menunjukan bahwa metode matriks fleksibilitas dengan vektor beban penentu lokasi rusak, dapat digunakan untuk mendeteksi

Arfiadi, Y., 2012, Pengaruh Jumlah Sensor pada Deteksi Kerusakan Struktur dengan Metode Vektor Beban Penentu Lokasi Rusak, Konteks 6, Universitas Trisakti, Jakarta. dan

Untuk mengetahui informasi lalu lintas pada suatu tempat, khususnya masyarakat umum pengguna jalan raya, seringkali mereka menggunakan radio lokal atau bertanya kepada kenalan

Dengan mempelajari aplikasi-aplikasi yang telah dikembangkan sebelumnya, maka penulis bermaksud untuk membangun suatu sistem informasi lalu lintas berbasis web dan diharapkan

yang ditawarkan sehingga diharapkan penjual maupun pembeli akan lebih.. berskala luas daripada di Oto Bursa TVRI dengan target

memantulkan cahaya lebih baik dari pada permukaan yang tidak.

lndiktor patriotism, untuk option selalu ada peningkatan dari 54% menjadi 60% Secara kumulatif bahwa dampak pendidikan karakter terhadap perubahan perilaku mahasiswa D3