• Tidak ada hasil yang ditemukan

anzdoc.com hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan penc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "anzdoc.com hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan penc"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN PENCEGAHAN

DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN BIAWU WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBA B

Rulisman Juli Hamzah1, HJ. Suwarly Mobiliu, S.Kep. M.Kep. dr. Edwina R. Monayo,

M.Biomed. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan. Universitas Negeri Gorontalo.

Abstrak: Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsisten tinja (menjadi cair), dengan tanpa darah atau lendir.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan pencegahan diare pada balita di posyandu kelurahan biawu. Desain penelitian menggunakan rancangan dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang mempunyai balita umur 1-4 tahun yang datang ke posyandu Kelurahan Biawu wilayah kerja puskesmas Limba B. sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang berjumlah 30 responden. Hasil uji statistik menggunakan uji

spearmen rank, dari hasil uji diperoleh P- Value (0,000) < 0,05 dimana terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan pencegahan diare pada balita. Sehingga dapat diambil kesimpulan ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang diare dengan pencegahan diare pada balita di posyandu kelurahan Biawu wilayah kerja puskesmas Limba B. Penelitian ini diharapkan kepada pihak puskesmas dapat memberikan penyuluhan kesehatan tentang diare dimasyarakat khususnya bagi pada ibu yang mempunyai balita.

Kata kunci : Pengetahuan , Diare

(3)

3 Terjadinya diare pada balita tidak terlepas dari peran faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman enterik terutama yang berhubungan dengan interaksi perilaku ibu dalam mengasuh anak dan faktor lingkungan dimana anak tinggal. Adapun Faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko terjadinya diare pada balita yaitu tidak memberikan ASI ekslusif secara penuh pada bulan pertama kehidupan seorang bayi, memberikan susu formula dalam botol bayi yang tidak bersih, penyimpanan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, sebelum menyuapi anak atau sesudah buang air besar dan didukung pula oleh kurangnya Faktor lingkungan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia (Depkes RI, 2009).

Menurut WHO (Zubir, 2006) di negara berkembang pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 8 dari 10 kematian tersebut pada umur < 2 tahun. Rata-rata anak usia < 3 tahun di negara berkembang mengalami episode diare 3 kali dalam setahun.

Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret-mencret, tinjanya encer, dapat bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah-muntah. Sehingga diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras melalui tinja. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia dibawah lima tahun (Ummuaiuiya, 2008).

Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tinggi angka kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita. Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Angka kesakitan diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1.000 penduduk, dengan jumlah kasus 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Menurut survey morbiditas yang dilakukan Departemen Kesehatan tahun 2012 berkisar antara 200-374 per 1000 balita. Setiap balita rata-rata menderita diare satu sampai dua kali dalam satu tahun, serta menambahkan tingkat kematian akibat diare pun masih tinggi (Adam, 2013).

Data yang diperoleh dari rekapitulasi laporan penyakit diare tingkat kota gorontalo pada balita usia 1-4 tahun bulan Januari sampai Oktober tahun 2013 yaitu 1.141 penderita dengan perincian penderita dengan jenis kelamin laki-laki sejumlah 613 balita dan perempuan sejumlah 528 penderita.

Sesuai data yang diperoleh pada tgl 29 november 2013 dari puskesmas Limba B dari bulan Januari hingga Oktober tahun 2013, terdapat penderita diare dengan rentang usia 1–4 tahun, yaitu 147 penderita dari jumlah seluruh kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Limba B.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 januari 2014 diposyandu kelurahan biawu yang merupakan salah satu wilayah kerja puskesmas limba B, didapatkan hasil wawancara pada 10 ibu yang mempunyai balita umur 1-4 tahun yg datang ke posyandu tersebut,8 diantaranya memiliki pengetahaun yang kurang tentang pencegahan Diare dan 2 diantaranya sudah mengerti tentang pencegahan diare. Dan 10 ibu tersebut mengatakan bahwa anak mereka pernah menderita dan hanya karena diarenya tidak terlalu berat maka ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas setempat.

(4)

4 Masalah lain yang ada di posyandu Kelurahan Biawu wilayah kerja puskesmas limba B, yaitu selain kurangnya pengetahuan ibu tentang pencegahan diare di daerah tersebut, kelurahan biawu juga merupakan daerah rawan banjir yang menyebabkan rentannya balita menderita diare. Faktor kurangnya Hygiene seperti habis bermain langsung makan dan tidak mencuci tangan terlebih dahulu juga bisa menyebabkan balita terkena diare.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti salah satunya oleh Irawan Muhamadi diketahui bahwa salah satu faktor yang di duga berkontribusi terhadap tinggginya kejadian diare dengan berbagai tingkatan/gradasinya adalah belum optimalnya pengetahuan ibu tentang pencegahan diare, sehingga banyak kasus diare yang terjadi. Sebenarnya disebabkan karena kurang memadainya pengetahuan orang tua (ibu) balita. mengenai tindakan-tindakan, apa saja yang menurunkan insiden diare, sehingga diharapkan dengan pengetahuan tersebut, orang tua (ibu) dapat mengambil keputusan untuk meminimalisir resiko-resiko atau hal-hal yang menyebabkan diare.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai ”Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Diare dengan Pencegahan Diare Pada Balita di Posyandu kelurahan Biawu wilayah kerja Puskesmas Limba B”.

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di posyandu kelurahan Biawu wilayah kerja puskesmas limba B. Waktu penelitian dilaksanakan pada 12 Februari- 21 Maret 2014.

Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan pencegahan diare pada balita. Variabel Penelitian

Variabel bebas adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai yang merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris atau atau ditentukan tingkatanya (Setiadi, 2013).

Variabel independent (bebas)

Variabel idependent adalah variabel yang dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variabel terikat (Setiadi, 2013). Dalam hal ini variabel bebas adalah pengetahuan Ibu.

Variabel dependent (variabel terikat)

(5)

5 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

N Variabel DefinisiOperasional Alat Ukur Parameter Skala Skor

1 Dependen:

merupakan salah satu upaya yang baik dilakukan untuk menghindari gejala diare secara efektif.

Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Populasi

Populasi yang diambil adalah seluruh ibu yang mempunyai balita umur 1-4 tahun yang datang ke posyandu kelurahan biawu wilayah kerja puskesmas limba B.

Sampel

Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi,2013). Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 responden.

1.Kriteria inklusi :

a) Ibu yang memiliki balita umur 1-4 tahun baik yang pernah menderita diare maupun belum pernah menderita diare bertempat tinggal dan tercatat sebagai penduduk di kelurahan biawu kota gorontalo

b) Dapat berkomunikasi dengan baik 2. Kriteria ekslusi

a) Tidak bersedia menjadi responden. Teknik sampling

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik

(6)

6 pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. (notoatmodjo 2012).

Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengambilan data awal di dinas kesehatan Provinsi Gorontalo, dinas kesehatan Kota Gorontalo,di Puskesmas limba B Kota Gorontalo. Setelah peneliti mendapatkan data awal peneliti mengadakan pendekatan pada ibu yang mempunyai balita baik yang menderita diare maupun yang tidak pernah menderita diare di kelurahan Biawu untuk mendapatkan persetujuan dari responden. Kemudian penelti membagikan kuisioner dan menjelaskan cara mengisi kuisioner dengan benar selanjutnya peneliti memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuisioner yang telah dibagikan. Langkah selanjutnya peneliti mengumpulkan angket yang telah diisi oleh responden.

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dengan cara peneliti melakukan pembagian angket.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Dinas Kesehatan kota gorontalo dan puskesmas limba B.

Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket yang terdiri dari Angket pengetahuan dan angket pencegahan diare angket pengetahuan terdiri dari Tujuh pertanyaan dengan alternatif jawaban Ya (1) dan Tidak (0) . angket pencegahan diare terdiri dari empat pertanyaan dengan alternative jawabanYa (1) dan Tidak (0).

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan elektronik dengan menggunakan kalkulator dan komputer. Menurut Notoadmodjo (2010), Pengolahan data dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penyuntingan Data (Editing)

Pada tahap ini penulis melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh dari Kuesioner, kemudian diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisiannya. 2. Membuat Lembaran Kode atau Kartu Kode (Coding Sheet)

Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisa data.

3. Memberikan Penilaian (Scoring)

Memberikan skor atau bobot pada setiap jawaban dari pertanyaan angket. 4. Tabulasi (Tabulating)

Pengelompokan data dalam suatu bentuk tabel menurut sifat yang dimiliki sesuai tujuan penelitian dan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi.

Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis univariat

Analisis univariat adalah analisis untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan ibu dan pencegahan diare pada balita .secara. Analisis ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang disertai bentuk persentase. Penilaian terhadap masing-masing responden diperoleh dari persentase skor/ perolehan dari jawaban setiap responden yang diperoleh dengan rumus :

Jumlah nilai yang diperoleh

Jumlah nilai maksimal x 100%

(7)

7 b. Cukup bila skor atau nilai 56-75%

c. Kurang bila skor atau nilai ≤ 55%. 2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini adalah untuk mencari hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan pencegahan diare pada balita.. Penelitian ini menggunakan taraf siginifikan sebesar 0,05 atau 5%. Korelasi Spearman Rank digunakan untuk mencari hubungan atau menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang diuji berskala ordinal. Korelasi Spearman Rank ini biasanya digunakan untuk sampel dalam ukuran yang lebih kecil, yaitu sampai dengan < 30 sampel. Bila nilai ρ (Rho)hitung > ρ (Rho) tabel maka H0 ditolak atau hal ini berarti Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antar variabel yang diuji (Sugiyono, 2009). Etika Penelitian

1. Informed consent

Harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian, mempunyai hak untuk bersedia atau menolak menjadi responden. informed concent juga perlu dicantumkan untuk mengembangkan ilmu. Lembar persetuajuan menjadi responden diedarkan sebelum riset dilakuakn. Tujuanya agar subyek mengetahui maksud dan tujuan riset.serta mengetahui dampak yang akan terjadi,selama dalam pengumpulan data.jika subjek bersedia diteliti maka peneliti harus menghormati hak-hak responden.

2. Confidintiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan artau dilaporkan sebagai hasil penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Keadaan Geografis

Puskesmas Limba B adalah salah satu puskesmas dari 7 Puskesmas yang ada di Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Puskesmas yang terletak di kelurahan Limba B ini melayani masyarakat khususnya di wilayah Kecamatan Kota Selatan dan memiliki luas wilayah 14,92 km2.

Wilayah kerja Puskesmas Limba B beriklim tropis dengan sebagian wilayah berada di dataran rendah dan sebagian di dataran tinggi. Wilayah ini dialiri Sungai Bolango yang bila meluap dan bisa menyebabkan banjir di kelurahan, Donggala, Biawu, Biawao, Siendeng dan Tenda.

Adapun batas wilayah Puskesmas Limba B : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kota Utara b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Kota Barat dan Kec. Dungingi d. Sebelah Timur berbatasan dengan kec. Kota Timur.

Demografi, luas wilayah dan kader kesehatan Puskesmas Limba B

Penduduk di wilayah Puskesmas Limba B adalah 40.259 jiwa, yang terdiri dari laki-laki :19.963 jiwa dan perempuan 20.296 jiwa, Kader kesehatan 125 orang yang tersebar di 25 Posyandu yang berada di 10 kelurahan, masing-masing posyandu ada 5 kader yang bertugas.

Data kunjungan pasien dipuskesmas Limba B pada bulan februari 36 orang dan Bulan Maret 84 orang. Cakupan psyandu limba B meliputi campak, penimbangan balita, BCG, POLIO.

(8)

8 berjumlah 26, Hypertensi berjumlah 25, Abses kulit berjumlah 18, arthritis berjumlah 17, cepalgia berjumlah 14.

Hasil Penelitian

Penelitan Pertama dilakukan pada tanggal 12 februari dan penelitian kedua dilakukan pada tanggal 21 februari 2014. Karakteristik subjek dalam penelitian ini mencakup ibu yang memiliki balita umur 1-4 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Biawu Wilayah Kerja Puskesmas Limba B. Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 responden. Pengolahan data dengan cara analisis univariat dan bivariat

Karakteristik responden

Distribusi responden berdasarkan umur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Biawu Wilayah kerja Puskesmas Limba B diperoleh distribusi frekuensi berdasarkan umur pada tabel berikut ini. Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kelurahan Biawu Wilayah Kerja

Puskesmas Limba B

Tabel 1 di atas menunjukkan distribusi penyebaran responden berdasarkan golongan umur paling banyak yaitu pada golongan umur 20-30 tahun berjumlah 24 orang (80,0%), golongan umur 31-40 Tahun sebanyak 5 orang (16,7%) dan golongan umur paling sedikit yaitu umur 41-50 Tahun berjumlah 1 orang (3,3%).

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Biawu Wilayah kerja Puskesmas Limba B diperoleh distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Biawu Wilayah Kerja Puskesmas Limba B.

No Tingkat Pendidikan Jumlah %

Tabel 4.2 menunjukkan distribusi berdasarkan tingkat pendidikan SD sebanyak 5 orang (16,7%), SMP sebanyak 4 orang (13,3%), SMA sebanyak 14 orang (46,7%), dan responden Akademik/universitas sebanyak 7 orang (23,3%).

Analisis univariat

Distribusi responden berdasarkan pengetahuan diare

(9)

9 pengetahuan kurang, sedangkan yang berpengetahuan cukup sebanyak 16 orang atau (53,3%) dan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 10 responden atau (33,3%).

Distribusi responden berdasarkan pencegahan diare

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Biawu Wilayah kerja Puskesmas Limba B diperoleh distribusi frekuensi berdasarkan pencegahan diare pada tabel berikut ini. Distribusi Responden Berdasarkan Pencegahan Diare diKelurahan Biawu Wilayah Kerja

Puskesmas Limba B

No Pencegahan Diare Jumlah

N %

1

2 Tidak dapat dicegah Dapat dicegah 18 12 60,0 40

Total 30 100

Sumber: Data Primer, 2014

Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat 18 (60,0%) responden tidak dapat melakukan pencegahan terhadap diare, sedangkan 12 (40,0%) responden dapat melakukan pencegahan terhadap diare.

Analisis bivariat

Analisis hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan pencegahan diare pada balita Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Biawu Wilayah kerja Puskesmas Limba B, analisis hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan pencegahan diare pada balita adalah berikut ini.

Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu tentang diare dengan Pencegahan Diare pada Balita di Kelurahan Biawu Wilayah Kerja Puskesmas Limba B

Pengetahuan Ibu

tentang Diare Pencegahan diare Tidap dapat Jumlah dicegah Dapat dicegah

(10)

10 (10,0%). Pengetahuan ibu tentang diare yang memiliki kategori baik sebanyak 10 orang atau (33,3%), pencegahan diare tidak dapat dicegah sebanyak 1 orang (3,3%) dan dapat dicegah sebanyak 9 orang (30,0%). Analisis ini menggunakan analisis korelasi spearmen rank diperoleh nilai korelasi sebesar r= 0,708 artinya memiliki kekuatan hubungan kuat. Nilai signifikan sebesar ρ= 0,000 (signifikansi < 0,05).

Pembahasan

Pengetahuan Responden dikelurahan Biawu Wilayah Kerja Puskesmas Limba B

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa terdapat 4 responden (13,3%) yang memiliki pengetahuan kurang, sedangkan yang berpengetahuan cukup sebanyak 16 orang (53,3%) dan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 10 responden (33,3%).

Menurut Pudjawdijana (1983), Pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsanganya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek tentang dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan. Pendidikan akan memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan ibu tentang pencegahan diare pada balita.

Masih banyaknya pengetahuan ibu yang rendah terhadap perilaku hidup dan bersih dan sehat dalam pencegahan diare pada anak balita ini disebabkan karena responden hanya berada pada tingkat tahu dan belum sampai memahami, mengaplikasikan, menganalisa, mensintesis, dan mengevaluasi terhadap suatu materi materi tentang pencegahan diare pada balita (Notoatmodjo, 2003).

Pada penelitian ini pengetahuan yang telah di cantumkan pada kuisioner meliputi pengertian diare berjumlah satu pertanyaan, tanda dan gejala berjumlah 2 pertanyaan dan etiologi berjumlah 4 pertanyaan.

Pada penelitian ini tingkat pengetahuan ibu tentang diare masih terbilang cukup. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan responden paling banyak SMA. Pendidikan responden merupakan salah satu faktor utama dalam meningkatkan pengetahuan karena dengan pendidikan yang baik maka responden akan lebih memahami segala informasi yang disampaikan melalui media ataupun pemberitahuan/sosialisasi kesehatan tentang diare.

Pada hasil penelitian responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik berjumlah 10 responden. Akan tetapi ditemukan responden yang sudah memiliki pengetahuan baik namun pencegahan diarenya tidak dapat dicegah. Peneliti berpendapat bahwa peningkatan pengetahuan yang dimiliki responden tidak cukup untuk mencegah terjadinya diare pada balita tanpa diiringi oleh tindakan nyata dalam kehidupan sehari hari, Karena apabila responden hanya mengetahui tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan pencegahan diare akan sia sia.

(11)

11 Pencegahan Diare Pada Balita di Kelurahan Biawu Wilayah Kerja Puskesmas

Limba B

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 18 responden (60,0%) tidak dapat melakukan pencegahan terhadap diare, sedangkan 12 (40,0%) responden dapat melakukan pencegahan terhadap diare.

Pencegahan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menghindari gejala diare secara efektif. Pada penelitian ini pencegahan diare dibagi menjadi 2 kategori yaitu dapat dicegah dan tidak dapat dicegah. Peneliti menilai masih banyaknya responden yang tidak melakukan pencegahan terhadap diare. Hal ini dikarenakan responden kurang memahami tentang makna dari pencegahan diare itu sendiri. Pencegahan dapat dilakukan apabila didukung oleh pemahaman atau pengetahuan yang baik.

Pengetahuan pada penelitian ini adalah pengetahuan tentang diare baik dari aspek pengertian, penyebab,tanda dan gejala termasuk upaya harus dilakukan unntuk mencegah terjadinya diare dan menangani balita yang menderita diare. Sehingga rendahnya pengetahuan adalah rendahnya pemahaman ibu tentang tentang diare dan upaya pencegahanya selanjutnya rendahnya informasi tersebut tentunya akan mempengaruhi tingkat pemahaman ibu terhadap diare terutama jika terjadi ada balita.sedamgkan hal ini disebabkan karena tidak meratanya kegiatan pemberian informasi melallui penyuluhan kesehatan tentang diare pada masyarakat /ibu.

Pada dasarnya menurut pemahaman peneliti dari berbagai pengetahuan tentang diare, isi pengetahuan yang menjadi utama dan diperlukan oleh masyarakat khususnya ibu balita adalah tentang tindakan pencegahan balita yang menderita diare. Kedua informasi ini diperlukan bagi ibu meskipun pengetahuan tentang definisi diare tdk diberikan. Dengan adanya pengetahuan tersebut, ibu dapat melakukan secara mandiri segala bentuk upaya pencegahan dan dapat memberikan penangan secara dini kepada balitanya jika mengalami diare sehingga mencegah keadaan dehidrasi dan tingkat keparahan kesehatan balitanya.

Secara teori dikatakan bahwa salah satu faktor yang berkaitan dengan tingginya kasus diare pada balita yaitu pengetahuan ibu, karena masalah kurang pengetahuan keluarga pada anak dengan diare ini dapat disebabkan oleh karena informasi yang kurang atau budaya yang menyebabkan tidak mementingkan pola hidup yang sehat, sehingga rasa ingin tahu msih kurang, khususnya dalam penanganan diare. Untuk itu rencana yang dilakukan adalah mengatasi agar ibu memahami atau mengetahui cara mengatasi masalah diare (Hidayat, 2006).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi Asrul (2006) dipuskesmas Bungadidi kecamatan bone-bone Kabupaten Luwu Utara tahun 2006 yang menunjukan bahwa rendahnya pengetahuan keluarga tidak memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap kejadian diare.

(12)

12 Analisis hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan pencegahan diare pada balita.

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan hasil analisis korelasi antara pengetahuan ibu tentang diare dengan pencegahan diare pada balita di kelurahan Biawu Wilayah kerja Puskesmas Limba B menggunakan korelasi spearmen rank diperoleh nilai korelasi sebesar r = 0,708 dengan signifikansi sebesar 0,000 (signifikansi < 0,05). Sehingga dapat diambil kesimpulan ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang diare dengan pencegahan diare pada balita di posyandu kelurahan Biawu wilayah kerja puskesmas Limba B.

Secara teori dijelaskan bahwa salah satu faktor yang berkaitan dengan tingginya kasus diare pada balita yaitu faktor pengetahuan ibu tentang diare. Diare yang terjadi pada balita tidak terlepas dari kurangnya pengetahuan ibu tentang cara pencegahan diare. Untuk itu rencana yang dilakukan adalah mengatasi agar keluarga memahami atau mengetahui cara mengatasi masalah diare (Hidayat, 2006). Pengetahuan juga bisa mempengaruhi penyakit diare, pengetahuan akan sangat menunjang terhadap pemahaman seseorang tentang suatu penyakit termasuk pengetahuan keluarga tentang penyakit diare akan sangat membantu dalam mencegah terjadinya penyakit diare pada balita.

(13)

13 Simpulan

Dari hasil pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan ;

Berdasarkan pengetahuan ibu tentang diare, didapatkan frekuensi tertinggi pada pengetahuan kategori cukup 16 orang (53,3%), pengetahuan baik 10 orang (33,3%) dan pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (13,3%).

Berdasarkan pencegahan diare didapatkan tidak dapat dicegah sebanyak18orang atau (60,0%) sedangkan dapat dicegah sebanyak 12 orang atau (40,0%).

Berdasarkan hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan pencegahan diare pada balita diperoleh nilai korelasi spearmen rank diperoleh nilai korelasi sebesar r = 0,708 dengan signifikansi sebesar 0,000 (signifikansi < 0,05). Sehingga dapat diambil kesimpulan ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang diare dengan pencegahan diare pada balita di posyandu kelurahan Biawu wilayah kerja puskesmas Limba B.

Saran

Bagi puskesmas

Diharapkan banyak memberikan penyuluhan kesehatan tentang diare di masyarakat khususnya pada ibu yang mempunyai balita.

Bagi masyarakat/ibu

Diharapkan untuk lebih aktif lagi dalam mendukung program kesehatan yang terkait dengan penyuluhan yang dilakukan oleh instansi kesehatan, lebih membiasakan pola hidup bersih da sehat untuk merawat balita sehingganya kejadian diare dapt dicegah.

Bagi peneliti selanjutnya

(14)

14 DAFTAR PUSTAKA

Adam, Nur Afni H. 2013. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Penyakit Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Global Limboto Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Asrul, D faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita dipuskesmas rappang kabupaten sidrap, skripsi. Fakultas kesehatan masyarakat . universitas hasanudin

Depkes, RI. 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL

. 2010. Buku Ajar Diare. : direktorat jenderal pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan pemukiman. Jakarta

Hapsari. 2009. Diare Pada Balita. Jakarta. EGC

Hidayat,A, 2006. Pengantar ilmu keperawtan 2. Jakarta: salemba medika.

Meliana, Eva. 2012. Epidemiologi Penyakit Diare Pada Anak Balita.. Jakarta. Universitas Muhammadiyah

Nursalam,2010.konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.

Jakarta Salemba Meika.

. 2011. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT Rineka Cipta . 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. PT Rineka Cipta . 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT Rineka Cipta. . 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. . 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Ngatiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC

Sander, M. A. 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan pencegahan Diare di Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidowarjo. Jurnal Medika

Sugiyono, 2009. Statistik Non Parametris untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta

Supartini Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Setiadi. 2013. Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan. Yokyakarta. Graha Ilmu Suratmaja S. 2007. Kapita Selekta Gastroentrologi. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Widjaja. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka Umiati, 2010. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Di Wilayah Kerja puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali

(15)

15 Wulandari, Anjar Purwidiana. 2009. Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dan Faktor Sosiodemografi Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.

Wijoyo, Y. 2013 Diare Pahami Pnyakit Dan Obatnya .Yogyakarta. PT Citra Aji Parama. Zubir 2006. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Diare Akut pada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Tabel 4.2 menunjukkan distribusi berdasarkan tingkat pendidikan SD sebanyak 5
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 4 responden (13,3%) yang memiliki

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing daerah kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tengah, mempunyai peluang yang cukp besar untuk dikembangkan sebagai

Selawat &amp; salam dilimpahkan Tuhan atas Nabi Muhammad

Periodic maintenance ialah pelaksanaan service yang dilakukan setelah unit beroperasi dalam jumlah jam tertentu. Periodic maintenance juga terbagi menjadi tiga

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.. © Diceu Hanna Pratiwi 2015

Untuk menganalisis pengaruh kualitas produk, harga, dan promosi secara simultan berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam pembelian air minum Aqua di Kecamatan

our cellency the assurances of ry highest conside ation.. Her ritanni c ajesty's

Perampokan dengan membunuh yang dimaksud ayat tersebut sama halnya tindakan perampokan yang dilakukan oleh para koruptor di negara ini.. Motif dan

Kepada Tarwiyah selaku entrepreneur muslimah di Sentra Batik Tulis Al-Barokah hendaknya peran dalam pemberdayaan masyarakat, dalam prinsip pemberdayaannya