• Tidak ada hasil yang ditemukan

Effects of Stress and Glucocorticoid Hormones on the Level of Disturbance Neuropathology in Individuals Who Experience Aging

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Effects of Stress and Glucocorticoid Hormones on the Level of Disturbance Neuropathology in Individuals Who Experience Aging"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Stres dan Hormon Glukokortikoid terhadap Tingkat

Gangguan Neuropatologi pada Individu yang Mengalami

Penuaan

Effects of Stress and Glucocorticoid Hormones on the Level of Disturbance

Neuropathology in Individuals Who Experience Aging

Sunarno1*, Wasmen Manalu2, Nastiti Kusumorini2, Dewi Ratih Agungpriyono3

ABSTRACT

Stress and glucocorticoids are two interrelated aspects and both have a strong influence on brain function, the system of the hupothalamic-pituitary-adrenal axis, and a number of target tissues in the central and peripheral nervous system. Low and high levels of glucocorticoid is affected by stress. The higher levels of stress glucocorticoid production will be higher, and vice versa. Stres and glucocorticoids can cause interference neuropathology that induces the emergence of signs of aging or accelerated aging. Neuropathology disorders caused by stress and glucocorticoids can be a disruption in learning and memory neurons, the process of neurogenesis, synaptic plasticity between neurons, atrophy and death of neurons. Aging caused by stress and glucocorticoids can be observed on behavioral aspects, the electrophysiologic, histologist, and anatomic (Sains Medika, 2(2):207-220).

Key words: Stress, glucocorticoids, neuropathology, aging, learning and memory neurons, synaptic plasticity, neurogenesis, atrophy, death of neurons

ABSTRAK

Stres dan glukokortikoid merupakan dua aspek yang saling berkaitan dan keduanya mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap fungsi otak, sistem aksis hipotalamus-pituitari-adrenal dan sejumlah jaringan target pada sistem saraf pusat dan perifer. Rendah dan tingginya produksi glukokortikoid sangat dipengaruhi oleh tingkat stres. Semakin tinggi tingkat stres, produksi glukokortikoid akan semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Stres dan glukokortikoid dapat menyebabkan gangguan neuropatologis yang menginduksi munculnya tanda-tanda penuaan atau mempercepat penuaan. Gangguan neuropatologi yang disebabkan oleh stres dan glukokortikoid dapat berupa gangguan pada neuron learning and memory, proses neurogenesis, plastisitas sinaptik antar neuron, atropi, dan kematian neuron. Penuaan yang disebabkan oleh stres dan glukokortikoid dapat diamati pada aspek tingkah laku, kondisi elektrofisiologis, histologis dan anatomis (Sains Medika, 2(2):207-220).

Kata kunci: Stres, glukokortikoid, neuropatologi, penuaan, neuron learning dan memory, plastisitas sinaptik, neurogenesis, atropi, nekrosis

PENDAHULUAN

Perubahan fungsi kognitif hipokampus merupakan gejala yang menandai

terjadinya penuaan, baik pada hewan atau manusia. Fenomena ini melibatkan mekanisme

yang sangat kompleks karena berhubungan dengan berbagai macam variabel yang

terdapat pada berbagai tingkat umur individu. Seiring bertambahnya umur akan diikuti

dengan penurunan rata-rata kinerja pada tugas-tugas kognitif, namun sebagian individu

Staf pengajar Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof. Soedarto, SH Kampus Undip Tembalang 50275

Program Studi/ Mayor Ilmu-Ilmu Faal dan Khasiat Obat Institut Pertanian Bogor PS/Mayor Klinik, Reproduksi dan Patologi Institut Pertanian Bogor

Email: soena17@yahoo.com 1

(2)

yang berumur tua masih memiliki kinerja kognitif sebanding dengan individu yang

berumur muda. Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan variabel fungsi otak

berkaitan dengan penuaan adalah perbedaan sistem stres pada setiap individu.

Perbedaan sistem stres pada berbagai individu dapat disebabkan oleh variasi genetik

secara alamiah atau faktor penyebab stres dalam lingkungan yang tidak sama.

Stres merupakan faktor penyebab munculnya perbedaan produksi hormon pada

setiap individu atau tingkat umur individu. Hormon-hormon yang diproduksi selama

stres diregulasi oleh sistem aksis hipotalamus-pituitari-adrenal dan mampu

mempengaruhi sejumlah jaringan target pada sistem saraf pusat dan perifer. Selain

itu, hormon-hormon yang diproduksi selama stres mempunyai peranan penting dalam

proses adaptasi dan homeostasis, baik melalui mobilisasi energi dari tempat-tempat

penyimpanan, pemeliharaan sistem imun, atau penghambatan proses-proses

non-esensial, seperti fungsi reproduksi.

Produksi dan sekresi hormon mempunyai hubungan erat dengan tingkat stres.

Salah satu hormon yang mempunyai hubungan erat dengan stres adalah glukokortikoid.

Glukokortikoid merupakan hormon yang disintesis oleh kelenjar adrenal dan

disekresikan secara langsung ke dalam sistem sirkulasi perifer. Hormon glukokortikoid

mempunyai kemampuan melintasi sawar darah otak (blood-brain barrier). Ada dua bentuk

reseptor glukokortikoid, yaitu reseptor mineralokortikoid dan reseptor glukokortikoid

yang terdistribusi di seluruh wilayah otak (Meyer, 1998; Sanchez, 2000). Melimpahnya

reseptor glukokortikoid di seluruh wilayah otak memungkinkan hormon ini mempunyai

pengaruh kuat terhadap fungsi otak. Glukokortikoid utama pada manusia adalah

kortisol.

Hubungan antara glukokortikoid dengan munculnya tanda-tanda penuaan

pertama kali diamati pada individu yang mengalami sindrom Cushing. Individu dengan

sindrom Cushing memiliki ciri khas kadar glukokortikoid darah sangat tinggi yang

menyebabkan kondisi hiperkortisolemia dan mengalami gejala patologis seiring dengan

bertambahnya umur (Findlay, 1949; Wexler, 1976). Gejala-gejala patologis yang terjadi

seiring dengan bertambahnya umur berakibat pada munculnya beberapa penyakit

degeneratif, seperti penyakit jantung, osteoporosis, hipertensi, diabetes tipe II, gangguan

(3)

lahirlah sebuah penemuan yang menyatakan bahwa salah satu wilayah otak yaitu

hipokampus mempunyai reseptor-reseptor glukokortikoid dalam jumlah yang sangat

melimpah (McEwen, 1968) dan diketahui mempunyai fungsi dapat menurunkan aktifasi

pada aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (Bohus, 1975). Selain itu juga diketahui bahwa

hipokampus merupakan wilayah otak paling rentan terhadap perubahan-perubahan

yang terjadi seiring dengan penuaan, baik kondisi normal atau kondisi patologis

(Wisniewski and Terry, 1973; Tomlinson and Henderson, 1976). Berdasarkan fakta-fakta

yang ditemukan para peneliti berkesimpulan bahwa glukokortikoid mempunyai

hubungan yang sangat erat dengan penuaan. Hormon glukokortikoid dapat terakumulasi

dalam neuron-neuron yang sensitif glukokortikoid, seperti neuron-neuron pada

hipokampus dan pendedahan glukokortikoid pada kisaran normal dalam waktu lama

dapat menimbulkan pengaruh yang bersifat merusak. Peningkatan sekresi glukokortikoid

dalam waktu yang lama dan terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan terjadinya

percepatan kerusakan, terutama pada hipokampus. Disfungsi hipokampus selanjutnya

dapat mengganggu mekanisme sistem penghambatan yang diperantarai hipokampus

(hippocampus-mediated inhibition) pada aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (Sapolsky,

1984).

Seiring terjadinya penuaan, kisaran konsentrasi glukokortikoid dan

hormon-hormon lainnya yang diregulasi oleh aksis hipotalamus-pituitari-adrenal akan

meningkat secara cepat. Selain itu, individu yang telah berumur tua akan

memperlihatkan respons terhadap stres endokrin yang berlebihan dan membutuhkan

waktu yang lama untuk kembali ke kondisi basal. Bukti lainnya menunjukkan bahwa

individu yang berumur tua mengalami perubahan parameter fisiologis, terutama yang

berkaitan dengan aktifitas aksis hipotalamus-pituitari-adrenal. Sebagai contoh,

individu yang berumur tua memiliki kortisol dengan konsentrasi lebih tinggi dan

meningkatnya konsentrasi hormon ini dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup

lama sebagai upaya untuk merespons berbagai jenis stimulus. Beberapa peneliti telah

menemukan bahwa individu berumur tua mengalami perubahan ringan dalam hal ritme

kortisol diurnal. Bukti penelitian lainnya menyatakan bahwa individu berumur sangat

tua mempunyai konsentrasi kortisol basal yang sangat tinggi (Sherman et al. 1985;

(4)

Perbedaan aspek fungsi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal pada populasi

manusia mempunyai hubungan dengan produksi dan tingkat sekresi hormon

glukokortikoid. Semakin tinggi hormon glukokortikoid yang disekresikan maka respons

terhadap hormon glukokortikoid semakin meningkat. Ketika kondisi ini terjadi secara

terus-menerus dalam waktu lama dapat mempercepat terjadinya neuropatologi dan

berakibat terjadinya penuaan (glucocorticoid-accelerated aging). Individu dengan

penyakit Alzheimer atau mengalami depresi memiliki konsentrasi kortisol yang tinggi

dan kondisi ini dapat mempercepat penuaan otak. Sekresi glukokortikoid juga dapat

disebabkan oleh pendedahan stres yang bersifat kumulatif. Berbagai macam faktor

penyebab stres kronis dapat meningkatkan produksi dan sekresi glukokortikoid basal

(Suleman, 2004; Davis, 2004; Reiche et al. 2005). Faktor lain yang dapat meningkatkan

aktifasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal adalah pengalaman yang dialami individu

selama masa awal hidup. Individu yang mengalami stres pada saat prenatal (stres

pada saat kebuntingan) diketahui mengalami peningkatan aktifitas

hipotalamus-pituitari-adrenal selama masa hidupnya. Namun sebaliknya, stres ringan pada saat

postnatal (proses pemisahan anak dari induk dalam waktu yang pendek) memberi efek

sebaliknya dari stres pada saat prenatal, yaitu dapat menurunkan aktifasi pada aksis

hipotalamus-pituitari-adrenal (Meaney, 1991). Perawatan yang dilakukan pada individu

sejak kecil dapat meningkatkan aktifitas reseptor-reseptor glukokortikoid dalam waktu

yang lama di hipokampus dan meningkatkan aktifitas umpan balik negatif pada aksis

hipotalamus-pituitari-adrenal. Individu yang diberi stres pada saat prenatal dapat

mempercepat penuaan otak, sementara stres ringan pada saat postnatal dapat

memperlambat penuaan otak. Faktor lainnya yang mempengaruhi aktifitas aksis

hipotalamus-pituitari-adrenal adalah genetik. Sebuah penelitian membuktikan bahwa

orang yang secara genetik mempunyai hipokampus kecil akan lebih rentan terkena

pengaruh stres yang bersifat patologis. Gen manusia untuk reseptor glukokortikoid

mempunyai polimorfisme nukleotida tunggal berjumlah tiga (three single nucleotide

polymorphism) yang dapat menyebabkan terjadinya augmentasi ringan untuk stres

psikososial (Lehmann, 2002).

Berbagai macam faktor di atas membuktikan bahwa aktifitas aksis

(5)

perubahan seiring dengan penuaan. Stres dan glukokortikoid mempunyai konsekuensi

terhadap fungsi neuron, terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan

mengingat (learning and memory process) serta plastisitas sinaptik. Selain itu, stres dan

glukokortikoid juga dapat menyebabkan atrofi neuron, perubahan laju siklus neuron

(neuronal turnover), dan kematian neuron. Perubahan yang diinduksi oleh stres dan

glukokortikoid terjadi pada individu-individu yang mengalami penuaan, dan terbukti

bahwa campur tangan yang dibuat oleh manusia untuk menurunkan aktifitas aksis

hipotalamus-pituitari-adrenal dapat menurunkan tanda-tanda penuaan otak. Oleh

sebab itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai pengaruh stres dan hormon

glukokortikoid terhadap tingkat gangguan neuropatologis pada individu yang mengalami

penuaan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Stres dan Glukokortikoid pada Proses Belajar dan Mengingat

Stres dan glukokortikoid mempunyai pengaruh terhadap kemampuan learning

and memory, terutama pada hipokampus. Dalam kondisi stres, ekspresi reseptor-reseptor

glukokortikoid di hipokampus akan semakin meningkat. Perubahan tingkat konsentrasi

glukokortikoid sesaat setelah injeksi tunggal kortisol eksogen menyebabkan

ketergantungan konsentrasi (concentration-dependent) dan modulasi ganda (biphasic

modulation) pada fungsi otak. Rendah dan tingginya konsentrasi glukokortikoid yang

bersirkulasi dalam darah dapat mengganggu berbagai macam pengukuran parameter

yang berkaitan dengan fungsi otak, seperti parameter learning and memory (Lupien and

McEwen, 1997).

Penelitian pada manusia menemukan hubungan antara tingginya tingkat sirkulasi

glukokortikoid dengan rendahnya kemampuan learning and memory, meskipun hal ini

tidak secara spesifik berkaitan dengan fungsi hipokampus. Bukti lain menunjukkan,

reseptor-reseptor glukokortikoid diekspresikan di bagian frontal dan pre-frontal kortek

dengan tingkat yang lebih tinggi dibanding di hipokampus. Injeksi kortisol sintetik

pada individu berumur muda selama ritme diurnal fase paling puncak (highest level)

atau paling bawah (lowest level) pada sekresi glukokortikoid endogen dapat menyebabkan

(6)

dapat meningkatkan glukokortikoid, menimbulkan efek akut dan gangguan terhadap

kinerja, sementara itu injeksi pada tingkat yang paling rendah juga menyebabkan hal

yang sama meskipun dengan efek yang lebih ringan. Injeksi secara berulang kortisol

sintetik lebih dari 10 hari selama kondisi normal pada manusia umur muda

mengakibatkan penurunan kemampuan menyelesaikan tugas-tugas yang bergantung

pada bagian frontal kortek(Young, 1999). Manusia yang mengalami depresi memiliki

tingkat kortisol yang tinggi. Tingginya tingkat kortisol pada manusia mempunyai

korelasi dengan rendahnya kinerja terhadap tugas-tugas yang diberikan. Manusia

dengan kondisi hiperkolesterolemia dengan sindrom Cushing memperlihatkan adanya

gangguan kinerja, baik tugas-tugas yang berhubungan dengan bagian kortek atau

hipokampus. Demikian pula pendedahan glukokortikoid dengan konsentrasi tinggi dalam

waktu yang lama dapat mengganggu kemampuan learning and memory (Egeland, 2005).

Pengaruh penuaan pada learning and memory mirip seperti pengaruh stres dan

glukokortikoid pada individu-individu yang masih mempunyai umur muda. Hal tersebut

dapat dilihat pada berbagai macam tugas-tugas yang berkaitan dengan fungsi

hipokampus (hippocampus-dependent tasks), seperti navigasi spasial, jalan lengan radial

(the radial arm maze) dan contextual fear conditioning. Tikus-tikus berumur tua juga

memperlihatkan gangguan pada tugas-tugas perilaku yang tergantung pada bagian

kortek frontal, meliputi medial frontal dan orbitofrontal. Selain itu individu yang

berumur tua juga memperlihatkan penurunan kemampuan learning and memory terhadap

tugas-tugas yang tergantung pada kortek bagian frontal atau hipokampus (Moyer et al.

2006; Wati, 2006).

Banyak bukti penelitian menyatakan bahwa gangguan-gangguan yang muncul

seiring dengan bertambahnya umur, terutama gangguan learning and memory

berhubungan dengan tingkat konsentrasi glukokortikoid. Meningkatnya aktifitas aksis

hipotalamus-pituitari-adrenal mempunyai korelasi dengan gangguan kognitif yang

berkaitan dengan umur. Adrenolektomi pada individu selama paruh umur yang

dikombinasikan dengan suplementasi glukokortikoid eksogen dosis rendah dapat

(7)

Pengaruh Stres dan Glukokortikoid terhadap Plastisitas Sinap Antar Neuron

Uji plastisitas sinap antar neuron membuktikan bahwa substrat-substrat seluler

untuk learning and memory diregulasi oleh stres dan glukokortikoid. Pemberian kortisol

secara akut pada individu dengan umur muda dapat menyebabkan pengaruh paralel

pada perilaku yang merupakan indikator kemampuan memori dan plastisitas sinaptik.

Pemberian kortisol dosis rendah sampai menengah menyebabkan meningkatnya

potensiasi jangka panjang di hipokampus yang tergantung dosis (dose dependent

increases of hippocampal long-term potentiation (LTP) dan meningkatnya kekuatan

sinaptik, sedangkan pemberian kortisol dosis tinggi bersifat mengganggu LTP (Wolf,

2005). Pemberian kortisol eksogen dosis tinggi pada individu berumur muda juga dapat

mereduksi potensiasi lonjakan utama di hipokampus (hippocampal prime burst

potentiation/PBP). Berulangnya pemberian stres pada individu dengan umur muda

menyebabkan banyak perubahan pada parameter-parameter elektrofisiologis di

hipokampus, seperti reduksi ambang batas stimulasi dan menurunnya frekuensi

potensiasi. Pemberian stres akut secara intensif dan pengulangan stres juga mengganggu

LTP pada individu umur muda. Pemberian kedua macam stres tersebut memperantarai

terjadinya depresi jangka panjang (long-term depression/LTD) dan penurunan kekuatan

sinaptik (Artola, 2006; Yang, 2006).

Banyak penelitian menemukan bukti bahwa plastisitas sinaptik antar neuron

mempunyai hubungan erat dengan tingkat sekresi glukokortikoid selama stres. Sebagai

contoh, injeksi kronis glukokortikoid dosis tinggi dapat mengganggu LTP di hipokampus

pada individu umur muda. Penurunan LTP juga diamati pada individu yang memiliki

paruh umur setelah pemberian dosis kortisol dinaikkan selama 3 bulan. Hal ini

membuktikan bahwa pemberian glukokortikoid tunggal mampu mereduksi plastisitas

sinaptik di hipokampus. Adrenolektomi pada individu umur tua juga mempunyai

kemampuan mereduksi stres sampai menurunkan LTP (Shors et al. 1999). Adrenolektomi

juga mereduksi hiperpolarisasi (afterhyperpolarization) pada neuron yang memungkinkan

neuron-neuron mempunyai potensial aksi yang bergerak lebih cepat. Glukokortikoid

dapat mereduksi neuron-neuron di hipokampus yang mempunyai sifat eksitabilitas

(excitability) dan hormon ini juga meningkatkan aliran kalsium melalui tegangan saluran

(8)

Sejumlah bukti penelitian menyatakan bahwa perubahan parameter-parameter

elektrofisiologis yang diinduksi glukokortikoid juga ditemukan pada individu berumur

tua. Penuaan berpengaruh terhadap reduksi LTP, terutama untuk kasus-kasus yang

berkaitan dengan intensitas stimulasi yang rendah. Individu yang mengalami penuaan

memperlihatkan peningkatan LTD. Reduksi ambang batas stimulasi diamati setelah

stres pada individu umur muda dan umur tua. Hiperpolarisasi yang terjadi pada

neuron-neuron di hipokampus yang diperantarai oleh glukokortikoid pada individu umur tua

lebih cepat dibanding individu umur muda. Individu dengan umur tua memperlihatkan

peningkatan aktivitas neuron yang tergantung kalsium di hipokampus (

calcium-dependent neuronal activity in hippocampus) dan mempunyai aliran kalsium tipe L dengan

saluran yang lebih besar (large L-type calcium channel currents) yang memberi pengaruh

secara langsung terhadap gangguan plastisitas sinaptik (Rosenzweig, 1997).

Pengaruh Stres dan Glukokortikoid terhadap Regulasi Neurogenesis

Neuron-neuron baru yang dibentuk pada otak dewasa melalui pembelahan

mitosis sel disebut neurogenesis. Neuron-neuron baru ini melakukan migrasi dari zona

subventrikular dan zona subgranular menuju bulbus olfaktorius, hipokampus dan

neokortek dan selanjutnya berintegrasi dengan bagian sirkuit lokal (local circuitry). Dalam

bulbus olfaktorius dan hipokampus, neuron-neuron baru hanya akan menempati bagian

kecil dari total jumlah neuron-neuron yang ada. Neuron-neuron baru yang terbentuk

dari proses neurogenesis berkembang menjadi matang fungsional, membentuk

sinap-sinap dan selanjutnya berintegrasi dengan jaringan neuron. Kejadian ini membuktikan

bahwa neuron-neuron baru mempunyai peranan penting dalam mendukung fungsi

hipokampus (Lledo et al. 2006).

Neurogenesis merupakan tahap paling sensitif terhadap stres dan glukokortikoid.

Pemberian stres yang bersifat variatif dan akut dapat menurunkan prolifersi sel-sel di

hipokampus. Pemberian stres kronis juga menyebabkan pengaruh yang mirip dengan

stres akut, khususnya terhadap proliferasi sel-sel di hipokampus. Kortisol yang diberikan

dengan dosis tinggi dalam waktu lama dapat menurunkan proses neurogenesis.

Meningkatnya tingkat kortisol basal pada individu yang diberi stres pada saat

(9)

Adrenolektomi dapat menurunkan gangguan neurogenesis pada individu yang diberi

stres akut, demikian pula dapat membalikkan gangguan neurogenesis yang diinduksi

kortisol (Mitra, 2006).

Perubahan-perubahan pada saat neurogenesis yang berkaitan dengan penuaan

dapat terjadi pada individu berumur muda yang mendapat perlakuan stres dan

glukokortikoid pada. Secara umum individu yang mengalami penuaan dan mendapat

perlakuan stres dan glukokortikoid akan mengalami penurunan proliferasi sel-sel

secara cepat di hipokampus. Konsentrasi kortisol basal diketahui mempunyai hubungan

dengan proses neurogenesis di hipokampus. Individu yang mengalami penuaan

mempunyai tingkat kortisol paling tinggi dan tingkat neurogenesis paling rendah.

Prekursor sel-sel neuron pada individu berumur tua mempunyai tingkat ekspresi protein

lebih tinggi dibanding individu yang berumur lebih muda. Hal ini membuktikan bahwa

waktu terjadinya proliferasi sel bersifat lebih sensitif terhadap kortisol. Konsentrasi

kortisol yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya percepatan penuaan. Peningkatan

sensitifitas terhadap glukokortikoid seiring dengan penuaan membuktikan adanya

penghambatan proliferasi sel di hipokampus sebagai upaya merespons stres kronis

(Simon et al. 2005; Brunson et al. 2005). Individu yang mengalami adrenolektomi pada

paruh umur tidak memperlihatkan penurunan neurogenesis yang berkaitan dengan

penuaan. Adrenolektomi pada individu yang mengalami penuaan juga mempunyai

kemampuan meningkatkan proliferasi sel-sel di hipokampus dengan tingkat yang

sebanding dengan individu umur muda dan hal ini membuktikan bahwa tingginya tingkat

kortisol pada individu umur tua mempunyai aksi menurunkan neurogenesis.

Pengaruh Stres dan Glukokortikoid terhadap Atropi dan Kematian Neuron

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa stres dan glukokortikoid dapat

menyebabkan kematian neuron. Injeksi kronis kortisol eksogen pada individu umur

muda dapat menyebabkan degenerasi dan hilangnya neuron. Hal yang sama juga terjadi

pada individu berumur tua. Injeksi kortisol dosis tinggi tidak selalu menyebabkan

hilangnya neuron. Stres lebih mempunyai potensi menyebabkan kematian neuron

dibanding glukokortikoid (Sousa, 1998). Sesungguhnya hanya stres dengan tingkat

(10)

Berbeda dengan pengaruh stres atau glukokortikoid, penuaan selalu diiringi

dengan terjadinya kehilangan sel dan hal ini tidak secara langsung berkaitan dengan

pendedahan glukokortikoid. Hilangnya neuron di hipokampus banyak ditemukan di

neuron-neuron piramida tanduk Ammon (Ammon’s horn pyramidal neurons) dan dentat

girus. Reseptor-reseptor untuk glukokortikoid paling banyak ditemukan pada

neuron-neuron piramida tanduk Ammon dan kepadatannya menjadi berkurang pada dentat

girus (Sousa et al., 1989). Pola anatomi yang berkaitan dengan hilangnya neuron di

hipokampus (volume hipokampus) merupakan implikasi dari aksi glukokortikoid

terhadap penuaan. Pemberian kortisol pada individu yang mengalami adrenolektomi

ketika paruh umur dapat menurunkan hilangnya neuron di neuron-neuron di hipokampus

yang terkait dengan penuaan. Gangguan-gangguan kognitif dan gangguan yang

disebabkan oleh meningkatnya tingkat kortisol mempunyai korelasi dengan hilangnya

neuron-neuron di hipokampus (Issa, 1990). Individu yang mempunyai aktifitas aksis

hipotalamus-pituitari-adrenal yang rendah tidak memperlihatkan hilangnya

neuron-neuron di hipokampus yang terkait dengan penuaan, dan begitu pula sebaliknya. Atas

dasar bukti ini dapat dinyatakan bahwa tingginya tingkat glukokortikoid dapat

mempercepat hilangnya neuron-neuron pada individu yang mengalami penuaan.

Mekanisme aksi glukokortikoid diketahui melalui pensignalan yang diperantarai

glukokortikoid (glucocorticoid-mediated signalling) yang berperan pada kematian sel.

Glukokortikoid yang lolos melalui membran sel akan berikatan dengan glukokortikoid

sitoplasma. Pengaktifan glukokortikoid sitoplasma dapat terjadi melalui kombinasi

nongenomik (depolarisasi pada membran mitokondria) dan genomik (peningkatan

transkripsi gen pada protein-protein pro-apoptotik seperti Bax yang selanjutnya

mendepolarisasi mitokondria). Faktor-faktor yang mendukung apoptosis sel, seperti

sitokrom c dilepaskan dari mitokondria melalui proses depolarisasi yang terjadi secara

berkelanjutan. Dengan demikian, apoptosis neuron yang diperantarai glukokortikoid

(glucocorticoid-mediated apoptosis of neurons) diduga diperantarai secara langsung

atau tidak langsung oleh aksi-aksi glukokortikoid pada mitokondria.

Banyak bukti yang menyatakan adanya hubungan erat antara stres,

glukokortikoid, dan atropi neuron. Individu yang mengalami stres kronis diketahui

(11)

prefrontal cortex, dan hipokampus. Pemberian kortisol eksogen atau glukokortikoid

sintetik pada umur muda juga menyebabkan atropi neuron. Pendedahan secara kronis

kortisol dan stres sosial juga menyebabkan terjadinya atropi di hipokampus, frontal

dan prefrontal kortek, serta kortek singulata. Pemberian glukokortikoid sintetik dosis

tinggi pada individu sedang hamil dapat menyebabkan hiperkolesterolemia (tingkat

kortisol akan mengalami kenaikan secara kronis) yang ditandai dengan atropi di

hipotalamus pada keturunannya (Cerqueira, 2005). Salah satu teori menyatakan,

menyusutnya volume otak pada manusia merupakan refleksi terjadinya atropi neuron.

Selain itu juga dinyatakan adanya hubungan erat antara stres, glukokortikoid dan atropi

neuron pada manusia. Tingginya tingkat steroid eksogen yang diberikan sebagai

perlakuan penyakit autoimun pada manusia umur muda dan paruh umur menyebabkan

terjadinya atropi neuron otak, dan atropi neuron ini dapat dipulihkan ketika steroid

tidak diberikan untuk jangka waktu yang lama. Individu dengan tingkat kortisol yang

tinggi sekaligus menderita Cushing’s sindrom mempunyai volume hipokampus yang

kecil tetapi volume hipokampus meningkat setelah perlakuan yang mereduksi tingkat

kortisol. Volume hipokampus yang lebih kecil juga telah dilaporkan terjadi pada individu

dengan gangguan psiatrik yang dikaitkan dengan stres seperti PTSD dan depresi (Smith,

2005).

Beberapa peneliti menyatakan bahwa penuaan ditandai dengan terjadinya atropi

neuron, reduksi cabang-cabang dendrit di hipokampus dan kortek singulata anterior.

Penuaan juga ditandai terjadinya penurunan jumlah neuron di lobus prefrontal pada

manusia. Penurunan volume juga teramati pada daerah kortek, namun pada hipokampus

hanya terjadi sedikit penurunan volume. Atropi neuron pada manusia disebabkan oleh

tingginya tingkat glukokortikoid (Markham, 2005).

KESIMPULAN

Stres mempunyai hubungan yang sangat erat dengan glukokortikoid dan

keduanya mempunyai pengaruh sangat besar terhadap gangguan neuropatologis pada

individu yang mengalami penuaan. Stres yang diberikan dalam waktu lama dan tingginya

kandungan glukokortikoid dapat meningkatkan gangguan neuropatologis, demikian pula

(12)

penuaan dapat diamati pada aspek perilaku, kondisi elektrofisiologis, histologis, dan

anatomis.

DAFTAR PUSTAKA

Artola A, 2006, Long-lasting modulation of the induction of LTD and LTP in rat hippocampal CA1 by behavioural stress and environmental enrichment, Eur J Neurosci; 23: 261.

Bohus B, 1975, The hippocampus and the pituitary-adrenal system hormones, In: Isaacson RL, Pribram KH, , editors, The Hippocampus, Plenum Press; New York: p. 323.

Brunson KL, Baram TZ, Bender RA, 2005, Hippocampal neurogenesis is not enhanced by lifelong reduction of glucocorticoid levels, Hippocampus; 15: 491.

Cerqueira JJ, 2005, Morphological correlates of corticosteroid-induced changes in prefrontal cortex-dependent behaviors, J Neurosci; 25: 7792.

Davis LL, 2004, Biopsychological markers of distress in informal caregivers, Biol Res Nurs. 2004; 6: 90.

Egeland J, 2005, Cortisol level predicts executive and memory function in depression, symptom level predicts psychomotor speed, Acta Psychiatr Scand; 112: 434.

Findlay T, 1949, Role of the neurohypophysis in the pathogenesis of hypertension and some allied disorders associated with aging, Am J Med; 7: 70.

Issa AM, 1990, Hypothalamic-pituitary-adrenal activity in aged, cognitively impaired and cognitively unimpaired rats, J Neurosci; 10: 3247.

Karst H, 2002, Glucocorticoids alter calcium conductances and calcium channel subunit expression in basolateral amygdala neurons, Eur J Neurosci; 16: 1083,

Lehmann J, 2002, Comparison of maternal separation and early handling in terms of their neurobehavioral effects in aged rats, Neurobiol Aging; 23: 457.

Lledo PM, Alonso M, Grubb MS, 2006, Adult neurogenesis and functional plasticity in neuronal circuits, Nat Rev Neurosci; 7: 179.

Lupien SJ, 2002, The modulatory effects of corticosteroids on cognition: studies in young human populations, Psychoneuroendocrinology, 2002; 27: 401.

Lupien SJ and McEwen BS, 1997, The acute effects of corticosteroids on cognition: integration of animal and human model studies, Brain Res Brain Res Rev; 24: 1.

Maes M, 1994, Effects of age on spontaneous cortisolaemia of normal volunteers and depressed patients, Psychoneuroendocrinology; 19: 79.

Markham JA, 2005,Sexually dimorphic aging of dendritic morphology in CA1 of hippocampus, Hippocampus; 15: 97.

McEwen BS, Weiss JM, Schwartz LS, 1968, Selective retention of corticosterone by limbic structures in rat brain, Nature; 220: 911.

(13)

and cognitive dysfunctions associated with aging in female rats, Neurobiol Aging; 12: 31.

Meyer U, 1998, Cloning of glucocorticoid receptor and mineralocorticoid receptor cDNA and gene expression in the central nervous system of the tree shrew (Tupaia belangeri), Brain Res Mol Brain Res; 55: 243.

Mitra R. 2006, Social stress-related behavior affects hippocampal cell proliferation in mice, Physiol Behav, 2006; 89: 123.

Moyer JR Jr and Brown TH, 2006, Impaired trace and contextual fear conditioning in aged rats, Behav Neurosci; 120: 612.

Reiche EM, Morimoto HK, Nunes SM, 2005, Stress and depression-induced immune dysfunction: implications for the development and progression of cancer, Int Rev Psychiatry, 2005; 17: 515.

Rosenzweig ES, 1997, Role of temporal summation in age-related long-term potentiation-induction deficits, Hippocampus; 7: 549.

Sanchez MM, 2000, Distribution of corticosteroid receptors in the rhesus brain: relative absence of glucocorticoid receptors in the hippocampal formation, J Neurosci; 20: 4657.

Sapolsky RM, Krey LC and McEwen BS, 1984, Glucocorticoid-sensitive hippocampal neurons are involved in terminating the adrenocortical stress response, Proc Natl Acad Sci USA; 81: 61.

Sherman B, Wysham C, Pfohl B, 1985, Age-related changes in the circadian rhythm of plasma cortisol in man, J Clin Endocrinol Metab; 61: 439.

Shors TJ, Levine S, Thompson RF, 1999, Effect of adrenalectomy and demedulation on the stress-induced impairment of long-term potentiation, Neuroendocrinology; 51: 70.

Simon M, Czeh B, Fuchs E, 2005, Age-dependent susceptibility of adult hippocampal cell proliferation to chronic psychosocial stress, Brain Res; 1049: 244.

Smith ME, 2005, Bilateral hippocampal volume reduction in adults with post-traumatic stress disorder: a meta-analysis of structural MRI studies, Hippocampus; 15: 798.

Sousa N, 1998, Maintenance of hippocampal cell numbers in young and aged rats submitted to chronic unpredictable stress, Comparison with the effects of corticosterone treatment, Stress; 2: 237.

Sousa RJ, Tannery NH, Lafer EM, 1989, In situ hybridization mapping of glucocorticoid receptor messenger ribonucleic acid in rat brain, Mol Endocrinol; 3: 481,

Suleman MA, 2004, Physiologic manifestations of stress from capture and restraint of free-ranging male African green monkeys (Cercopithecus aethiops), J Zoo Wildl Med. 2004; 35: 20.

(14)

Wati H. 2006. A decreased survival of proliferated cells in the hippocampus is associated with a decline in spatial memory in aged rats. Neurosci Lett; 399: 171.

Wexler BC, 1976, Comparative aspects of hyperadrenocorticism and aging, In: Ereritt V, Burgess JA., editors, Hypothalamus, Pituitary, and Aging, Charles C. Thomas; Springfield, IL.

Wisniewski HM and Terry RD, 1973, Morphology of the aging brain, human and animal, In: Ford DM., editor, Progress in Brain Research, Elsevier; Amsterdam: p. 167.

Wolf OT. 2005. Subjective memory complaints in aging are associated with elevated cortisol levels. Neurobiol Aging; 26: 1357.

Yang J. 2006. Acute behavioural stress facilitates long-term depression in temporoammonic-CA1 pathway. Neuroreport; 17: 753.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan tujuan pembangunan ini, peran utama Kementerian tahun 2015-2019 yang akan diusung, adalah : (1) Menjaga kualitas LH yang memberikan daya dukung, pengendalian

Unfortu- nately, many options lack solid information about beneits, costs, potentials, and limits for three reasons: (1) an inability to attribute many observed changes at local

Untuk mengetahui pengaruh komitmen profesional terhadap kualitas audit. Untuk mengetahui pengaruh orientasi etika terhadap

 Jika sebelum publikasi penulis telah pindah ke alamat yang berbeda, alamat baru harus ditunjukkan dalam "catatan kaki”.  Jika alamat penulis berbeda maka

Diharapkan kepada saudara supaya membawa Dokumen isian kualifikasi masing masing 1 (satu) asli dan 1 (satu) rekaman, dan diharapkan saudara datang tepat pada waktunya dan

[r]

ABSTRACT This article reviews three published studies that appear to show that children as young as seven or eight can understand line graphs and scatter graphs to a greater extent