59
4.1 Objek Penelitian
Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah SD Pakopen 01, SDN Pakopen 02, MI Sabilul Huda, dan SDN Jimbaran 01 pada Gugus Mina Kencana yang berada di Desa Pakopen UPTD Pendidikan Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Dan sebagai objek penelitian adalah kepala sekolah pada masing – masing sekolah tersebut.
a.Data Hasil Akreditasi Sarana dan Prasarana
Tabel 4.1
Daftar Perolehan Akreditasi yang Kurang Maksimal dan SD Inti (SD Pakopen 01) pada Gugus
Mina Kencana
No. Nama Sekolah
Nilai Standar Sarana dan
Prasarana
Nilai Akhir
Akreditasi Peringkat
1. SD Negeri Jimbaran
01 75 84 B
2. MI Sabilul Huda
Blater 79 71 B
3. SD Negeri Pakopen
02 65 74 B
4. SD Pakopen 01 93 87 A
60
mendapatkan jumlah minat siswa yang belajar di sekolah tersebut sebanyak 204 siswa untuk seluruh tingkat. SDN Pakopen 02, MI Sabilul Huda, dan SDN Jimbaran 01 masing – masing memiliki 110 siswa, 249 Siswa, 171 Siswa. Data jumlah siswa dapat menjadi pertimbangan sekolah untuk mendapatkan dukungan dana BOS sebagai operasional namun tata kelola sarana dan prasarana juga menjadi faktor yang sangat penting karena menyangkut dukungan belajar mengajar pada warga sekolah.
Klasifikasi peringkat akreditasi dikatakan baik jika nilai komponen sarana dan prasarana mendapatkan nilai lebih dari 85. MI Sabilul Huda Blater kurang 7 poin nilai, SD Negeri Jimbaran 01 kurang 11 poin nilai, SD Negeri Pakopen 02 kurang 21 poin nilai, dan SD Pakopen 01 lebih 7 poin nilai. Faktor – faktor yang mempengaruhi kekurangan nilai standarisasi tata kekola sarana dan prasarana pada sekolah tersebut adalah meliputi kegiatan: (1) perencanaan dan pengadaan, (2)penyimpanan dan inventarisasi, (3) pemeliharaan dan pemanfaatan, dan (4) penghapusan dan pengawasan.
b.Keadaan Sarana Prasarana dan Bangunan
61
Tabel 4.2
Kondisi Ruang Bangunan pada SDN Jimbaran 01, MI Sabilul Huda, SDN Pakopen 02, dan SD Pakopen 01
No. Nama
Sumber : Laporan Sekolah Bulan November 2014
Keadaan ruang bangunan di SD Negeri Jimbaran 01 dan SDN Pakopen 01 masih banyak pada keadaan baik sedangkan pada MI Sabilul Huda paling banyak keadaan rusak sedang dan pada SD Negeri Pakopen 02 keadaan rusak berat paling banyak ditemukan.
4.2 Analisis
62
gagasan) saat mengidentifikasi faktor–faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal.
Data–data yang diperoleh dikelompokkan kedalam tiga matrik yaitu, matrik Internal Factors Analysis Summary (IFAS), matrik Eksternal Factors Analysis Summary (EFAS) dan matrik SWOT untuk komponen perencanaan dan pengadaan, penyimpanan dan inventarisasi pemeliharaan dan pemanfaatan serta penghapusan dan pengawasan. Setelah data – data selesai didiskusikan oleh para kepala sekolah terkait, peneliti kemudian membuat analisis rencana strategis tata kelola sarana dan prasarana dalam mencapai target akreditasi yang sebelumnya kurang maksimal pada sekolah–sekolah di Gugus Mina Kencana UPTD Pendidikan Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.
4.2.1 Analisis SWOT
63
a. Aspek Perencanaan dan Pengadaan
Hasil analisis faktor kekuatan dan kelemahan aspek perencanaan dan pengadaan sampai diperoleh
Matrik Internal Factors Analysis Summary (IFAS) dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Matriks IFAS Aspek Perencanaan dan Pengadaan
Faktor Strategis
3. Keterlibatan Guru dalam Inventarisasi
kebutuhan belajar mengajar di kelas 4 0,15 5 4 3 4 16 4 0,59
4. Guru turut serta menyusun daftar kebutuhan sarana dan prasarana dalam rapat penyusunan anggaran
5 0,19 5 5 2 2 14 3,5 0,65
5. Pengadaan laboratorium komputer dan IPA
yang mencukupi 4 0,15 5 3 2 4 14 3,5 0,52
6. Sekolah telah mempersiapkan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPBS) 5 0,19 5 5 2 4 16 4 0,74
Total 27 1,00 97 4,06
Kelemahan
1. Ketersediaan alokasi dana sekolah yang tidak
mencukupi 5 0,19 4 5 2 4 15 3,75 0,72
2. Guru tidak terlibat dalam proses perencanaan
kebutuhan 4 0,15 3 2 3 2 10 2,5 0,38
3. Jumlah peserta didik yang kurang 5 0,19 4 5 2 4 15 3,75 0,72
4. Minimnya bantuan dana dari orang tua siswa
dan komite 5 0,19 2 4 4 5 15 3,75 0,72
5. Minimnya usulan kebutuhan 4 0,15 3 4 4 3 14 3,5 0,54
6. Tidak terdapat proyeksi kebutuhan dalam
jangka panjang 3 0,12 3 4 4 5 16 4 0,46
Total 26 1,00 85 3,55
64
Pada aspek perencanaan dan pengadaan kekuatan yang paling berpengaruh dapat dilihat pada faktor Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang disusun bersama–sama dengan para guru dan persiapan sekolah dengan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPBS) yang baik dengan jumlah masing–masing bobot dan skor sebanyak 0,19 untuk RKS, bobot dan skor sebanyak 0,19 dan 4 pada susunan RAPBS. Sekolah– sekolah pada Gugus Mina Kencana telah memahami bahwa RKS sangat menentukan dalam tata kelola sarana dan prasarana.
Sekolah–sekolah juga telah melibatkan guru untuk turut serta menyusun daftar kebutuhan sarana dan prasarana dalam aspek ini sehingga turut membantu dalam memaksimalkan perencanaan dengan kebutuhan, hal ini dapat dilihat dengan bobot sebanyak 0,19 dan skor sebanyak 3,5. Kekuatan lain dapat dilihat pada keterlibatan komite sekolah sebesar 0,15 dan skor sebesar 4,25 serta kekuatan pada pengadaan laboratorium IPA dan komputer dengan bobot dan skor masing – masing sebanyak 0,15 dan 3,5. Dengan faktor
65 Di lain sisi Faktor kelemahan aspek perencanaan dan pengadaan sekolah – sekolah pada Gugus Mina Kencana paling berpengaruh terdapat pada Kurangnya alokasi dana belanja pada sekolah, jumlah peserta didik yang kurang dan minimnya bantuan dana dari orang tua siswa dan komite sekolah. Ketiga faktor tersebut memiliki perkalian bobot dan skor sebanyak 0,72. Usulan kebutuhan sarana dan prasarana yang minim juga menjadi faktor yang kelemahan dengan bobot 0,15 dan skor 3,5. Minimnya bantuan dana dari orang tua siswa dan komite menyebabkan kemampuan alokasi belanja sekolah menjadi lemah, ditambah faktor peserta didik yang kurang menyebabkan minimnya bantuan dana BOS, sehingga warga sekolah menjadi kurang berani dalam mengusulkan daftar kebutuhan.
66
Tabel 4.4
Matriks EFAS Aspek Perencanaan dan Pengadaan
Faktor Strategis
Penentuan Kepentingan
untuk Pembobotan
Penentuan Skor Bobot
x 2. Tuntutan kebutuhan perabot untuk
Sekolah Dasar yang tidak terlalu banyak
4 0,16 4 3 4 5 16 4 0,64
3. Kecukupan dana BOS 5 0,20 5 3 3 4 15 3,75 0,75 4. Kemajuan program pendidikan 4 0,16 4 3 5 5 17 4,25 0,68 5. Sistem administrasi teknis
pengadaan yang semakin maju 3 0,12 3 3 5 4 15 3,75 0,45 6. Peningkatan jumlah peserta didik 5 0,20 5 5 2 2 14 3,5 0,7
Total 25 1,00 90 3,74
Tantangan
1. Tuntutan kompetensi dalam bidang
kurikulum 5 0,23 5 5 4 5 19 4,75 1,08 2. Kenaikan harga barang 3 0,14 4 2 2 4 12 3 0,41 3. Penilaian visualisasi hasil
perencanaan dengan ketersediaan kebutuhan yang ada yang kurang sesuai
3 0,14 3 5 2 2 12 3 0,41
4. Tuntutan modernisasi kebutuhan dan
kematangan peserta didik 4 0,18 3 4 4 5 16 4 0,73 5. Evaluasi pengadaan perabot oleh
supervisor yang kurang sesuai dari segi ergonomi, estetika, dan ekonomi
3 0,14 3 4 3 2 12 3 0,41
6. Kurangnya studi komprehensif mengenai masyarakat sekolah oleh akademisi
4 0,18 2 4 1 1 8 2 0,36
Total 22 1,00 79 3,40
67 Dua faktor yang sangat penting yang dapat menjadi peluang bagi Gugus Mina Kencana adalah kecukupan dana BOS dan peningkatan jumlah peserta didik, kecukupan dana BOS mendapatkan bobot 0,2 dan skor 3,75 sedangkan peningkatan jumlah peserta didik mendapatkan bobot 0,2 dan skor 3,5. Kedua hal ini sangat berkaitan erat, peningkatan jumlah peserta didik tentunya dapat meningkatkan penambahan dana BOS. Meskipun dua sekolah yaitu SDN Jimbaran 01 dan SDN Pakopen 02 masih memiliki jumlah peserta didik yang tidak tergolong banyak, namun hampir disetiap tahun terjadi peningkatan jumlah pendaftaran peserta didik baru.
Faktor yang cukup penting untuk menjadi peluang bagi peningkatan dalam aspek perencanaan dan pengadaan adalah kemajuan dalam program pendidikan, faktor ini mendapatkan bobot 0,16 dan skor 4,25. Faktor – faktor lainnya yaitu tuntutan kebutuhan perabot untuk sekolah dasar yang tidak terlalu banyak dibandingkan sekolah untuk jenjang diatasnya, faktor ini memperoleh bobot dan skor masing – masing 0,16 dan 4. Penyederhanaan birokrasi dalam proses perencanaan dan pengadaan mendapatkan bobot 0,16 dan skor 3,25 dan faktor kemajuan teknis pengadaan barang dan jasa mendapatkan bobot dan skor masing – masing 0,12 dan 3,75. Secara keseluruhan jumlah skor akhir dari peluang perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana ini adalah 3,74.
68
tantangan yang menjadi dapat menjadi hambatan dalam proses tata kelola sarana dan prasarana ini. Tuntutan kompetensi dalam bidang kurikulum menjadi faktor tantangan yang paling berpengaruh dalam aspek perencanaan dan pengadaan ini yaitu mendapatkan bobot dan skor masing – masing 0,23 dan 4,75. Tuntutan kompetensi mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan kualitas akademik salah satunya melalui alat peraga dalam pembelajaran dan kualitas sarana dan prasarana di dalam lingkungan sekolah. Hal ini juga diikuti oleh tuntutan modernisasi kebutuhan sekolah yang harus disesuaikan dengan kematangan peserta didik yang telah banyak dipengaruhi oleh arus globalisasi, faktor ini memiliki bobot dan skor masing – masing 0,18 dan 4.
Faktor – faktor penting yang menjadi tantangan dalam aspek perencanaan dan pengadaan ini adalah kenaikan harga barang, kurangnya kesesuaian penilaian visualisasi hasil perencanaan dengan ketersediaan kebutuhan yang ada dan evaluasi pengadaan perabot yang kurang memperhatikan segi ergonomi, estetika dan ekonomi jumlah perkalian bobot dan skor pada masing
69 prasarana sehingga perencanaan dan pengadaan yang dilakukan menjadi kurang maksimal.
Faktor studi oleh akademisi tidak menjadi tantangan yang berat yang dihadapi sekolah faktor ini mendapat bobot 0,18 dan skor 2. Total bobot dikalikan skor pada tantangan dalam faktor eksternal perencanaan dan pengadaan adalah 3,40. Sehingga Selisih nilai akhir peluang dan tantangan adalah 0,34. Faktor peluang lebih dominan daripada faktor tantangan, sehingga sekolah dapat memanfaatkan kelebihan faktor peluang yang ada untuk mengembangkan tata kelola sarana dan prasarananya.
b. Aspek Penyimpanan dan Inventarisasi
70
Tabel 4.5
Matriks IFAS Aspek Penyimpanan dan Inventarisasi
Faktor Strategis
Penentuan Kepentingan
untuk Pembobotan
Penentuan Skor Bobot x pemeriksaan gudang secara berkala
5 0,19 5 1 1 1 8 2 0,38 2. Barang yang tersimpan di gudang
dalam keadaan yang baik 5 0,19 5 2 2 2 11 2,75 0,53 3. Memiliki bukti administrasi asal
barang kebutuhan 4 0,15 4 2 3 4 13 3,25 0,50 4. Pihak sekolah memahami bahwa
inventarisasi adalah bentuk dari pemeliharaan sarana dan prasarana
4 0,15 4 2 4 4 14 3,5 0,54
5. Sekolah rutin melakukan
inventarisasi setiap tahun 4 0,15 4 2 4 5 15 3,75 0,58 6. Guru mendapat tugas untuk turut
serta menginventarisasi barang – barang kebutuhan
4 0,15 4 3 2 2 11 2,75 0,42
Total 26 1,00 72 2,95
Kelemahan
1. Penataan barang yang tersimpan
kurang baik 5 0,19 3 5 4 4 16 4 0,74 2. Tidak terdapat petugas khusus
untuk mengelola penyimpanan sarana dan prasarana
5 0,19 1 5 5 4 15 3,75 0,69 3. Tidak terdapat administrasi dalam
gudang 5 0,19 2 5 5 4 16 4 0,74 4. Inventarisasi tidak diikuti dengan
perawatan yang baik sehingga data yang tercatat ada yang tidak sesuai dengan kondisi
4 0,15 1 4 4 3 12 3 0,44
5. Tidak semua barang memiliki
kode khusus inventarisasi 4 0,15 2 5 2 3 12 3 0,44 6. Tidak tercatat barang yang
memerlukan perawatan khusus dan pemisahan barang yang sering digunakan maupun barang yang tidak sering digunakan
4 0,15 2 5 3 3 13 3,25 0,48
Total 27 1,00 84 3,55
71 Inventarisasi setiap tahun secara rutin menjadi faktor kekuatan yang paling berpengaruh dengan bobot 0,15 dan skor 3,75. Dengan inventarisasi yang rutin sekolah – sekolah pada Gugus Mina Kencana dapat mengontrol ketersediaan barang dengan sangat baik. Kekuatan kedua terdapat bahwa sekolah telah memahami inventarisasi bentuk dari pemeliharaan sarana dan prasarana yaitu mendapat bobot 0,15 dan skor 3,5. Dengan pemahaman tersebut sekolah secara tidak langsung turut menjaga keberadaan sarana dan prasarana yang telah ada. Barang – barang yang tersimpan di gudang dalam keadaan yang baik mendapat bobot 0,19 dan skor 2,75. Meskipun sekolah kurang memperhatikan tata cara dalam mengelola gudang penyimpanan namun, barang – barang tersimpan digudang masih dalam keadaan baik dan minim dari kerusakan.
Kekuatan lain yang dimiliki sekolah – sekolah pada Gugus Mina Kencana adalah bukti administrasi asal kebutuhan barang dengan bobot 0,15 dan skor 3,25. Keterlibatan guru dalam inventarisasi mendapatkan bobot 0,15 dan skor 2,75. Kekuatan yang paling minim adalah keterlibatan guru dalam pemeriksaan gudang secara berkala dengan bobot 0,19 dan skor 2. Dengan menjumlahkan perkalian bobot dan skor pada masing – masing komponen maka didapat nilai akhir faktor kekuatan pada penyimpanan dan inventarisasi sarana dan prasarana sebesar 2,95.
72
penyimpanan dan inventarisasi adalah penataan barang tersimpan yang kurang baik dan kurangnya administrasi dalam gudang, nilai perkalian bobot dan skor pada masing – masing faktor tersebut adalah 0,74. Kedua hal ini menggambarkan bahwa warga sekolah pada Gugus Mina Kencana kesulitan dan kurang memiliki minat dalam aspek penyimpanan barang yang baik dan tertata rapi. Hal ini juga ditambah dengan sekolah yang tidak menyediakan petugas untuk mengelola gudang faktor ini mendapat bobot 0,19 dan skor 4.
Faktor kelemahan lainnya adalah sekolah – sekolah masih belum memiliki catatan untuk barang – barang yang memiliki perawatan khusus dan barang – barang yang sering maupun tidak sering digunakan dengan bobot 0,15 dan skor 3,25. Pemisahan di dalam inventarisasi ini sangat penting karena pemisahan administratatif barang yang baik dapat mempermudah dalam tata kelola lain seperti aspek penghapusan dan aspek pemeliharaan. Selanjutnya perawatan pasca inventarisasi dan pengkodean barang dalam aspek kelemahan inventarisasi mendapatkan perkalian bobot dan skor masing – masing adalah 0,44.
73 Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek penyimpanan dan inventarisasi dapat dilihat pada
Matriks Eksternal Factors Analysis Summary (EFAS) pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6
Matriks EFAS Aspek Penyimpanan dan Inventarisasi
Faktor Strategis
Penentuan Kepentingan
untuk Pembobotan
Penentuan Skor Bobot
x 2. Tidak terdapat gangguan yang ditimbulkan akibat
dari penataan barang di gudang 3 0,16 5 3 4 3 15 3,75 0,59 3. Inventarisasi yang baik turut berpengaruh dalam
penghematan sehingga penilaian keuangan sekolah menjadi lebih baik
4 0,21 5 3 4 4 16 4 0,84
4. Kemajuan birokrasi mendorong sekolah untuk meningkatkan administrasi inventaris barang kebutuhan yang semakin bailk
4 0,21 5 3 3 4 15 3,75 0,79
5. Semakin majunya program software komputer untuk membantu sistem manajemen inventarisasi barang
4 0,21 5 3 2 4 14 3,5 0,74
Total 19 1,00 78 3,91
Tantangan
1. Pemeriksaan yang kurang mendalam terhadap kondisi sarana dan prasarana yang ada oleh supervisor
5 0,23 3 5 2 2 12 3 0,68
2. Resiko kerusakan barang yang ditimbulkan dari luar jam operasional sekolah akibat penataan yang kurang baik
4 0,18 3 5 2 1 11 2,75 0,50
3. Inventarisasi yang kurang baik berpengaruh terhadap minat warga sekolah dalam pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada sehingga menurunkan kepercayaan orang tua siswa terhadap kemampuan skill akademis siswa
4 0,18 3 4 1 2 10 2,5 0,45
4. Keluarnya barang dari sekolah tanpa diketahui 5 0,23 4 4 2 2 12 3 0,68 5. Pelaporan inventarisasi sarana dan prasarana juga
dikoordinasi oleh Kementrian Keuangan sebagai pencatatan aset negara
4 0,18 3 5 5 5 18 4,5 0,82
Total 22 1,00 63 3,14
Total Skor Akhir (Peluang - Ancaman) 0,77
74
penyimpanan barang – barang faktor ini mendapat bobot 0,21 dan skor 4,5. Faktor lain yang menjadikan peluang adalah inventarisasi yang dilakukan sekolah secara baik dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap keuangan sekolah sehingga penilaian keuangan oleh visitasi menjadi lebih baik, faktor peluang ini mendapatkan bobot 0,21 dan skor 4. Kemajuan dalam bidang birokrasi oleh pemerintahan yang baru mendorong tiap satuan pendidikan termasuk sekolah untuk meningkatkan fungsi inventarisasi sehingga sekolah menjadi lebih giat dalam pelaporan, faktor ini mendaptakan bobot dan skor masing – masing 0,21 dan 3,75.
Kemajuan teknologi informasi juga dianggap peluang bagi peningkatan fungsi inventarisasi dan
inventory barang – barang faktor ini memiliki bobot 0,21 dan skor 3,5. Faktor peluang terakhir yaitu tidak terjadinya gangguan yang ditimbulkan dari penataan barang di gudang, dikarenakan barang – barang sekolah dasar yang tidak terlalu banyak sehingga tidak dikhawatirkan mengganggu lingkungan jika terdapat kesalahan dalam penataannya dengan bobot 0,16 dan skor 3,75. Penjumlahan perkalian bobot dan skor dalam faktor peluang ini menghasilkan angka 3,91.
75 beberapa barang dapat hilang tanpa diketahui dan kondisi penyimpanan sarana dan prasarana yang tidak terperiksa secara mendalam menjadi tantangan yang besar selanjutnya dengan bobot dan skor masing – masing adalah 0,23 dan 3.
Barang yang telah terinventarisasi memiliki resiko kerusakan akibat penyimpanan yang kurang baik faktor tantangan ini diberikan bobot 0,18 dan skor 2,75. Faktor tantangan lain yang tidak terlalu dikhawatirkan sekolah adalah persepsi orang tua terhadap inventarisasi barang kebutuhan, faktor ini diberikan bobot 0,18 dan skor 2,5. Jumlah akhir perkalian bobot dan skor pada Eksternal Factors Analysis Summary (EFAS) adalah adalah 0,77 dengan faktor peluang yang mendominasi faktor – faktor strategis ancaman.
c. Aspek Pemeliharaan dan Pemanfaatan
76
Tabel 4.7
Matriks IFAS Aspek Pemeliharaan dan Pemanfaatan
Faktor Strategis 2. Sekolah menyediakan lemari
– lemari untuk pemeliharaan alat peraga
5 0,23 5 3 3 2 13 3,25 0,74 3. Sekolah dapat memperbaiki
kembali beberapa barang yang telah rusak untuk dapat dipergunakan kembali
4 0,18 5 3 3 2 13 3,25 0,59
4. Guru sangat berhati – hati dalam penggunaan sarana dan prasarana yang ada
3 0,14 5 3 4 4 16 4 0,55 5. Kepala sekolah terlibat dalam
pemeliharaan buku – buku 2. Terdapat ketidaksesuaian
media yang digunakan dengan materi yang dibahas
4 0,19 1 3 2 2 8 2 0,38 3. Kurangnya perawatan 5 0,24 2 3 4 3 12 3 0,71 4. Kurangnya kontrol berkala
terhadap pengecekan genting dan pengapuran tembok
4 0,19 2 3 3 4 12 3 0,57
5. Guru kurang terlibat aktif dalam pemeliharaan sarana dan prasarana
4 0,19 2 3 3 2 10 2,5 0,48
Total 21 1,00 56 2,81
77 Pada bagian kekuatan faktor pertama yaitu minat belajar siswa yang tinggi terhadap pemanfaatan sarana dan prasarana. Faktor yang mendapat bobot 0,23 dan skor 4 ini sangat mempengaruhi perkembangan kemajuan tata kelola dalam peningkatan aspek pemanfaatan. Kemampuan sekolah dalam menyediakan lemari – lemari untuk pemeliharaan alat peraga dan keterlibatan kepala sekolah dalam memelihara buku – buku perpustakaan menjadi faktor kekuatan yang dapat menunjang selain faktor pertama, kedua faktor terakhir memperoleh bobot dan skor masing – masing 0,23 dan 3,25.
Sekolah secara swadaya juga telah dapat memperbaiki sebagian barang – barang rusak untuk dapat dipergunakan kembali kemampuan kekuatan ini mendapkan bobot 0,18 dan skor 3,25. Faktor kekuatan yang terakhir adalah kehati-hatian guru dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada, guru yang dapat berhati – hati dalam memanfaatkan sarana yang ada ikut menunjang aspek pemeliharaan, faktor ini mendapatkan bobot 0,14 dan 4 untuk skor. Jumlah perkalian bobot dan skor untuk masing – masing faktor adalah 3,25.
78
materi yang dibahas, (3) Sekolah kurang dapat merawat sarana yang ada dengan baik, hal ini sangat mempengaruhi faktor penilaian akrediasi sekolah, (4) Pengecekan genting dan pengapuran tembok sebagai salah satu bagian dari bangunan kurang dilakukan pengecekan berkala, sehingga menjadi kelemahan sekolah dalam memelihara prasarana yang ada, dan (5) Guru kurang terlibat aktif dalam memelihara sarana dan prasarana yang ada, sehingga manajemen sekolah menjadi kesulitan dalam memelihara sarana dan prasarana yang ada.
Pada faktor IFAS ini kekuatan sekolah masih mendominasi kelemahan yang ada dengan selisih perhitungan bobot skor sebesar 0,71. Kesempatan dalam mengembangkan tata kelola aspek pemeliharaan dan pemanfaatan dapat dilakukan dengan mudah jika sekolah – sekolah mampu memaksimalkan potensi kekuatan yang ada.
79
Tabel 4.8
Matriks EFAS Aspek Pemeliharaan dan Pemanfaatan
Faktor Strategis
pemeliharaan terencana yang dapat digunakan
3 0,15 5 2 1 1 9 2,25 0,34 3. Ekspektasi yang tinggi orang tua
siswa terhadap pemanfaatan media belajar yang mencukupi
3 0,15 5 1 1 2 9 2,25 0,34 4. Pengiriman Mahasiswa dalam
praktik mengajar di sekolah meningkatkan ragam alat peraga
5 0,25 4 1 4 5 14 3,5 0,88 5. Kurikulim Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) memberikan hak otonomi penuh terhadap sekolah dalam mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana 2. Biaya operasional dalam perbaikan
bangunan semakin tinggi 4 0,22 1 4 3 5 13 3,25 0,72 3. Pemerintah membebankan
program perencanaan pemeliharaan langsung kepada sekolah
3 0,17 2 4 4 4 14 3,5 0,58
4. Belum adanya monitoring dan evaluasi program pemeliharaan sarana dan prasarana oleh lembaga swadaya masyarakat
3 0,17 2 4 1 2 9 2,25 0,38
5. Kurangnya seminar dan pelatihan tentang aspek pemeliharaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan
5 0,28 2 4 1 2 9 2,25 0,63
Total 18 1,00 55 2,72
80
Peluang yang ada di dalam aspek pemeliharaan dan pemanfaatan ini diantaranya adalah rutinitas yang dilakukan oleh dinas pendidikan yang rutin mengecek kondisi sekolah, hal ini secara tidak langsung turut mendorong pihak sekolah dalam mempersiapkan pemeliharaan sarana yang ada, faktor peluang ini mendapat bobot 0,25 dan skor 3,75. Mahasiswa yang sedang melakukan praktik kegiatan mengajar di sekolah juga turut memberikan ragam alat peraga, dengan faktor ini bobot diperoleh sebesar 0,25 dan skor 3,5.
Peluang yang mendapat nilai besar selanjutnya adalah faktor kurikulum yang memberikan otonomi penuh kepada sekolah dalam pemeliharaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana, faktor ini mendapat bobot 0,2 dan skor 4. Didukung oleh dua faktor selanjutnya yang memiliki bobot 0,15 dan skor 2,25 pada faktor harapan orang tua murid pada media belajar di sekolah yang mencukupi serta bnyaknya referensi studi tentang tata kelola pemeliharaan sarana dan prasarana terencana yang dapat dijadikan pedoman oleh warga sekolah. Jumlah total perkalian bobot dengan skor yang didapat peluang dalam aspek pemeliharaaan dan pemanfaatan ini adalah 3,29.
81 untuk renovasi prasarana yang ada dapat tidak mencukupi, faktor ini mendapat bobot 0,22 dan 3,25 untuk skor. Seminar dan pelatihan tentang aspek pemeliharaan dan pemanfaatan sararana dan prasarana yang minim turut menjadi tantangan, karena selama ini sekolah hanya memelihara dan memanfaatkan sarana dan prasarana dengan pengetahuan umum saja, faktor ini mendapat bobot 0,28 dan skor 2,25.
Tantangan yang ketiga adalah kebijakan pemerintah dalam membebankan secara langsung pemeliharaan dan pemanfaatan kepada sekolah yang mendapat bobot 0,17 dan skor 3,5, sehingga sekolah secara otonomi sangat bertanggung jawab terhadap keberhasilan aspek ini. Tantangan yang keempat yaitu pekerja bangunan yang kurang memperhatikan aspek pemeliharaan secara korektif, dan tantangan yang terakhir yaitu kurangnya monitoring dan evaluasi program pemeliharaan dan pemanfaatan oleh lembaga swadaya masyarakat yang dapat membantu sekolah.
Dari lima faktor tantangan yang dihadapi sekolah jumlah perkalian bobot dan skor didapat sebesar 2,72. Sehingga faktor peluang masih memiliki tingkat nilai yang lebih besar dibandingkan dengan faktor tantangan dengan selisih sebesar 0,57.
d. Aspek Penghapusan dan Pengawasan
Aspek penghapusan dan pengawasan memiliki dua Matriks yaitu Internal Factors Analysis Summary (IFAS) dan Eksternal Factors Analysis Summary (EFAS),
82
Tabel 4.9
Matriks IFAS Aspek Penghapusan dan Pengawasan
Faktor Strategis
1. Sekolah telah mengelompokkan barang – barang yang layak untuk
5. Sekolah menjamin keselamatan siswa dalam penggunaan sarana dan prasarana
3 0,14 5 2 5 4 16 4 0,57
Total 21 1,00 71 3,55
Kelemahan
1. Sekolah jarang melakukan penghapusan sarana dan prasarana sehingga membebani inventarisasi
5 0,25 2 5 1 4 12 3 0,75
2. Kurangnya pemahaman bahwa penghapusan akan mengurangi beban biaya operasional sekolah
4 0,20 2 4 4 3 13 3,25 0,65
3. Rendahnya pengawasan pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana dengan tetapan standar
4 0,20 2 4 3 4 13 3,25 0,65
4. Kurangnya decission support jika standar sarana dan prasarana tidak memenuhi syarat
4 0,20 2 4 2 2 10 2,5 0,50
5. Fungsi pengawasan tidak diikuti
dengan pemeliharaan yang baik 3 0,15 2 4 2 3 11 2,75 0,41
Total 20 1,00 59 2,96
Total Skor Akhir (Kekuatan - Kelemahan) 0,59
83 berpengaruh pada faktor kepala sekolah yang secara aktif mengawasi inventarisasi sarana dan prasarana dengan bobot 0,24 dan skor 4. Kekuatan kemampuan kepala sekolah ini sangat mempengaruhi manajemen tata kelola sarana dan prasarana. Kekuatan kepala sekolah ini ditambah dengan pemahaman tentang syarat
– syarat penghapusan, kekuatan ini mendapatkan bobot 0,24 dan skor 0,83.
Meskipun sekolah – sekolah pada Gugus Mina Kencana tercatat jarang melakukan pemusnahan terhadap barang – barang kebutuhan yang ada namun sekolah – sekolah telah mengelompokkan barang – barang yang layak untuk dihapus, kekuatan ini mendapatkan bobot sebesar 0,19 dan skor 0,67. Dua kekuatan lain tercatat adalah jaminan keselamatan untuk siswa dalam penggunaan sarana yang ada serta keikutsertaan guru dalam mengawasi sarana dan prasarana dari kerusakan dan kehilangan. Bobot kelima kekuatan tersebut dikalikan skor kemudian dijumlahkan menghasilkan 3,55
84
beberapa standar sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat, dan (5) Fungsi pengawasan yang telah dilakukan sekolah tidak diikuti dengan pemeliharaan yang baik.
Kelima faktor strategis kelemahan memiliki rentang bobot antara 0,15 hingga 0,25 dan rentang skor antara 2,5 hingga 3,25. Jumlah perkalian absolut antara bobot dan skor pada masing - masing faktor menjadi 2,96. Sehingga jika total perkalian skor dan bobot pada faktor kekuatan dikurangi dengan perkalian skor dan bobot pada faktor kelemahan didapatkan angka 0,59.
Faktor peluang dan tantangan pada aspek penghapusan dan pengawasan dapat dilihat pada
85
Tabel 4.10
Matriks EFAS Aspek Penghapusan dan Pengawasan
Faktor Strategis
1. Sarana sekolah yang sudah tidak layak masih memiliki nilai ekonomis yang tinggi untuk diolah menjadi barang dengan kegunaan lain
4 0,24 5 3 2 3 13 3,25 0,76
2. Penghapusan sarana sekolah
mempermudah supervisi inventaris 4 0,24 4 3 1 2 10 2,5 0,59 3. Pengawasan luar jam operasional
sekolah dibantu oleh Babinkamtibmas 3 0,18 4 2 1 2 9 2,25 0,40 4. Pengawasan sarana dan prasarana
termasuk fungsi pokok manajemen, sehingga pengawasan yang baik dapat meningkatkan fungsi manajemen sekolah
3 0,18 4 2 4 4 14 3,5 0,62
5. Fungsi pengawasan tidak memerlukan
pelaporan secara terperinci 3 0,18 4 2 4 3 13 3,25 0,57
Total 17 1,00 59 2,94
Tantangan
1. Kurangnya minat pihak swasta berniat mendapatkan lelang barang – barang sekolah yang telah tidak layak pakai
5 0,22 1 5 2 4 12 3 0,65 2. Prosedur penghapusan yang sangat
banyak persyaratannya 5 0,22 2 5 4 4 15 3,75 0,82 3. Kurangnya penyediaan panduan
pengawasan untuk sarana dan prasarana
4 0,17 3 5 2 2 12 3 0,52 4. Jumlah bantuan BOS yang memadai
untuk sarana dan prasaran menuntut pihak sekolah meningkatkan fungsi pengawasan
5 0,22 3 5 4 3 15 3,75 0,82
5. Supervisi sekolah lebih melihat fungsi inventarisasi daripada fungsi pengawasan
4 0,17 3 5 2 3 13 3,25 0,57
Total 23 1,00 67 3,37
86
Hasil Focus Group Discussion (FGD) pada Gugus Mina Kencana didapatkan lima faktor peluang dan lima faktor tantangan untuk EFAS pada aspek penghapusan dan pengawasan. Masing – masing faktor akan dijelaskan sebagai berikut :
Faktor peluang paling strategis didapat untuk faktor perabot sarana sekolah yang sudah tidak dapat digunakan lagi masih memiliki nilai ekonomis yang tinggi, misalnya sisa meja dan kursi kelas yang sudah tidak digunakan, faktor ini mendapat bobot 0,24 dan skor 0,76, kemudian diikuti oleh faktor peluang peningkatan fungsi manajemen sekolah jika pengawasan dapat dilakukan dengan baik, faktor ini mendapat total perkalian bobot dan skor terbanyak kedua dengan 0,62.
Tiga faktor peluang lain adalah penghapusan sarana sekolah yang dapat mempermudah supervisi inventaris, fungsi pengawasan yang tidak memerlukan pelaporan secara terperinci dan pengawasan luar jam operasional sekolah yang dibantu oleh Babinkamtibmas. Ketiga faktor tersebut mendapatkan perkalian bobot dan skor masing – masing 0,59 untuk kemudahan supervisi inventaris, 0,57 untuk kemudahan pelaporan dan 0,4 untuk pengawasan oleh Babinkamtibmas. Jumlah perkalian bobot dan skor untuk peluang pada aspek penghapusan dan pengawasan ini adalah 2,94.
87 sudah tidak layak pakai, (2) Prosedur penghapusan yang dinilai banyak persyaratannya oleh sekolah, (3) Minimnya panduan pengawasan yang didapat sekolah, (4) tuntutan yang besar kepada sekolah untuk mengawasi aset – aset yang ada karena kemudahan dalam mendapatkan dana BOS untuk pembelian barang
– barang khususnya untuk kegiatan belajar mengajar dan (5) visitasi terhadap sekolah lebih melihat fungsi inventarisasi daripada fungsi pengawasan sehingga sekolah kurang mendapatkan himbauan jika pengawasan yang telah dilakukan selama ini masih kurang.
Total skor akhir yang didapat dari perkalian bobot dan skor tantangan adalah 3,37. Nilai faktor tantangan yang telah didapat ini lebih besar dari nilai total akhir pada faktor peluang, sehingga jika dikurangkan didapatkan hasil 0,43.
4.2.2 Rencana Strategis
Hasil Analisis SWOT dari aspek perencanaan, pengadaan, pemeliharaan dan pemanfaatan berada di kuadran SO, aspek penyimpanan dan inventarisasi berada di kuadran WO, sedangkan aspek penghapusan dan pengawasan berada di kuadran ST.
88
menyewa atau meminjam di tempat lain, menetapkan skala prioritas dan urgensi dalam pengadaan, dan menyusun jadwal pemakaian sarana kebutuhan sekolah.
Aspek penyimpanan dan inventarisasi mendukung strategi agresif untuk mengurangi kelemahan faktor internal dan menangkap peluang yang ada antara lain dengan membuat gudang sementara untuk menyimpan perlengkapan sekolah agar tidak menimbulkan gangguan kegiatan belajar mengajar dan untuk menempelkan stiker inventarisasi untuk semua perlengkapan sekolah khusunya yang belum memiliki kode barang.
Aspek penghapusan dan pengawasan mendukung strategi agresif untuk meningkatkan tata kelola dengan menggunakan kekuatan internal untuk menghadapi tantangan yang ada. Strategi ini antara lain dengan membagi tugas – tugas pengawasan dan tanggung jawab untuk semua personel sekolah dan melaksanakannya secara aktif sehingga terdapat semangat kebersamaan dalam internal sekolah untuk dapat mengurangi dampak ancaman dari faktor eksternal.
a. Rencana Strategis Tata Kelola Aspek
Perencanaan dan Pengadaan
89
Tabel 4.11
Skor Akhir IFAS dan EFAS untuk Aspek Perencanaan dan Pengadaan
IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total Skor
Kekuatan (S) 4,06 Peluang (O) 3,74
Kelemahan (W) 3,55 Ancaman (T) 3,40
Total (S - W) 0,51 Total (O - T) 0,34
Berdasarkan hasil analisis pada lingkungan
90
Diagram 4.1
Matriks SWOT untuk Aspek Perencanaan dan Pengadaan usulan pengadaan perlengkapan sekolah khususnya untuk kegiatan belajar mengajar di kelas
2. Melakukan seleksi terhadap kebutuhan yang telah ada dalam RKS dengan melihat urgensi setiap perlengkapan yang diperlukan
3. Sekolah mencoba mengajukan proposal bantuan pengadaan sarana dan prasarana yang belum mencukupi ke lembaga – lembaga sosial yang tidak mengikat
4. Menambah ragam sarana dan prasarana yang ada dengan menyewa atau meminjam mencukupi ke tempat lain
5. Menetapkan skala prioritas dalam pengadaan berdasarkan urgensi dalam perencanaan yang telah disusun sebelumnya Rencana Kerja Sekolah (RKS) disusun
bersama guru
Keterlibatan Komite Sekolah
Keterlibatan Guru dalam Inventarisasi kebutuhan belajar mengajar di kelas Guru turut serta menyusun daftar kebutuhan sarana dan prasarana dalam rapat penyusunan anggaran
Pengadaan laboratorium komputer dan IPA yang mencukupi
Sekolah telah mempersiapkan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPBS)
EFAS
91 Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut, maka rencana strategis yang perlu dilakukan sebagai upaya mengembangakan tata kelola sarana dan prasarana aspek perencanaan dan pengadaan di Gugus Mina Kencana adalah : (1) Mendorong guru dan komite sekolah untuk lebih mengajukan usulan pengadaan perlengkapan sekolah khususnya untuk kegiatan belajar mengajar di kelas, (2) Melakukan seleksi terhadap kebutuhan yang telah ada dalam RKS dengan melihat urgensi setiap perlengkapan yang diperlukan, (3) Sekolah mencoba mengajukan proposal bantuan pengadaan sarana dan prasarana yang belum mencukupi ke lembaga – lembaga sosial yang tidak mengikat, (4) Menambah ragam sarana dan prasarana yang ada dengan menyewa atau meminjam mencukupi ke tempat lain dan (5) Menetapkan skala prioritas dalam pengadaan berdasarkan urgensi dalam perencanaan yang telah disusun sebelumnya
b. Rencana Strategis Tata Kelola Aspek
Penyimpanan dan Inventarisasi
Tabel 4.12
Skor Akhir IFAS dan EFAS untuk Aspek
Penyimpanan dan Inventariasasi
IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total Skor Kelemahan (W) 3,55 Peluang (O) 3,91
Kekuatan (S) 2,95 Ancaman (T) 3,14
92
Diagram 4.2
Matriks SWOT untuk Aspek Penyimpanan dan Inventarisasi
Kelemahan 1. Menempelkan kode – kode barang pada setiap aset – aset sekolah yang dimiliki
2. Membersihkan gudang penyimpanan secara berkala
3. Penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan jenis perabot tunggal, individual atau klasikal
4. Melakukan penyimpanan barang – barang kecil seperti ATK dalam sebuah wadah yang mudah dijangkau dan ditemukan dan penyediaan besi teralis untuk penyimpanan barang –barang elektronik
5. Kepala sekolah menugaskan kepada penjaga sekolah untuk membuatkan ruang sementara yang dapat digunakan untuk menyimpan barang – barang jika gudang tidak mencukupi
Penataan barang yang tersimpan kurang baik Tidak terdapat petugas khusus untuk mengelola penyimpanan sarana dan prasarana Tidak terdapat administrasi dalam gudang
Inventarisasi tidak diikuti dengan perawatan yang baik sehingga data yang tercatat ada yang tidak sesuai dengan kondisi
Tidak semua barang memiliki kode khusus inventarisasi Tidak tercatat barang yang memerlukan perawatan khusus dan pemisahan barang yang sering digunakan maupun barang yang tidak sering digunakan
EFAS
93 Berdasarkan hasil analisi SWOT tersebut, maka rencana strategis yang perlu dilakukan sebagai upaya mengembangakan tata kelola sarana dan prasarana aspek penyimpanan dan inventarisasi pada sekolah - sekolah di Gugus Mina Kencana adalah : (1) Menempelkan kode – kode barang pada setiap aset – aset sekolah yang dimiliki, (2) Membersihkan gudang penyimpanan secara berkala, (3) Penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan jenis perabot tunggal, individual atau klasikal, (4) Melakukan penyimpanan barang – barang kecil seperti ATK dalam sebuah wadah yang mudah dijangkau dan ditemukan dan penyediaan besi teralis untuk penyimpanan barang –barang elektronik dan (5) Kepala sekolah menugaskan kepada penjaga sekolah untuk membuatkan ruang sementara yang dapat digunakan untuk menyimpan barang – barang jika gudang tidak mencukupi.
c. Rencana Strategis Peningkatan Tata Kelola
Aspek Pemeliharaan dan Pemanfaatan
Tabel 4.13
Skor Akhir IFAS dan EFAS untuk Aspek
Pemeliharaan dan Pemanfaatan
IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total Skor Kekuatan (S) 3,52 Peluang (O) 3,29 Kelemahan (W) 2,81 Ancaman (T) 2,72
94
Diagram 4.3
Matriks SWOT untuk Aspek Pemeliharaan dan Pemanfaatan
Kekuatan 1. Memaksimalkan fungsi kepala sekolah dalam memelihara sarana dan prasarana
2. Menyusun jadwal pemakaian sarana dan prasarana
3. Menambahkan catatan petunjuk teknis penggunaan dan pemeliharaan terhadap sarana yang ada
4. Melakukan pembinaan terhadap semua personel sekolah untuk meningkatkan aspek efisiensi dalam memelihara dan memanfaatkan sarana
5. Memperkenalkan alat – alat pelajaran dan tempat penyimpanannya kepada setiap siswa agar siswa dapat mendorong guru untuk meningkatkan pemanfaatannya
Minat belajar siswa yang tinggi Sekolah menyediakan lemari – lemari untuk pemeliharaan alat peraga Sekolah dapat memperbaiki kembali beberapa barang yang telah rusak untuk dapat dipergunakan kembali
Guru sangat berhati – hati dalam penggunaan sarana dan prasarana yang ada
Kepala sekolah terlibat dalam
pemeliharaan buku – buku
perpustakaan
EFAS
95 Berdasarkan hasil analisi SWOT tersebut, maka rencana strategis yang perlu dilakukan sebagai upaya mengembangakan tata kelola sarana dan prasarana aspek pemeliharaan dan pemanfaatan pada sekolah - sekolah di Gugus Mina Kencana adalah : (1) Memaksimalkan fungsi kepala sekolah dalam memelihara sarana dan prasarana, (2) Menyusun jadwal pemakaian sarana dan prasarana, (3) Menambahkan catatan petunjuk teknis penggunaan dan pemeliharaan terhadap sarana yang ada, (4) Melakukan pembinaan terhadap semua personel sekolah untuk meningkatkan aspek efisiensi dalam memelihara dan memanfaatkan sarana dan (5) Memperkenalkan alat – alat pelajaran dan tempat penyimpanannya kepada setiap siswa agar siswa dapat mendorong guru untuk meningkatkan pemanfaatannya.
d. Rencana Strategis Tata Kelola Aspek
Penghapusan dan Pengawasan
Tabel 4.14
Skor Akhir IFAS dan EFAS untuk Aspek
Penghapusan dan Pengawasan
IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total Skor Kekuatan (S) 3,55 Ancaman (T) 2,94 Kelemahan (W) 2,96 Peluang (O) 3,37
96
Diagram 4.4
Matriks SWOT untuk Aspek Penghapusan dan Pengawasan
Kekuatan 1. Sekolah bersama gugus perlu mengadakan standar pengawasan
2. Meningkatkan fungsi efisiensi pengawasan dalam aspek perencanaan untuk mengurangi pemborosan tenaga, waktu dan materiil
3. Kepala sekolah membuat catatan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran tiap minggu
4. Membagi tugas – tugas dan tanggung jawab terhadap semua personel sekolah untuk aktif mengawasi sarana dan prasarana
5. Menyediakan data dan informasi dalam menentukan keadaan barang sebagai dasar untuk menentukan pengawasan dan penghapusannya
Sekolah telah mengelompokkan barang – barang yang layak untuk dihapus
Kepala sekolah memahami
persyaratan penghapusan
perlengkapan sekolah
Kepala sekolah aktif mengawasi inventaris sarana dan prasarana Guru turut serta mengawasi sarana dan prasarana dari kerusakan dan kehilangan
Sekolah menjamin keselamatan siswa dalam penggunaan sarana dan prasarana
EFAS
97 Berdasarkan hasil analisi SWOT tersebut, maka rencana strategis yang perlu dilakukan sebagai upaya mengembangakan tata kelola sarana dan prasarana aspek penghapusan dan pengawasan pada sekolah - sekolah di Gugus Mina Kencana adalah : (1) Sekolah bersama gugus perlu mengadakan standar pengawasan, (2) Meningkatkan fungsi efisiensi pengawasan dalam aspek perencanaan untuk mengurangi pemborosan tenaga, waktu dan materiil, (3) Kepala sekolah membuat catatan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran tiap minggu, (4) Membagi tugas – tugas dan tanggung jawab terhadap semua personel sekolah untuk aktif mengawasi sarana dan prasarana dan (5) Menyediakan data dan informasi dalam menentukan keadaan barang sebagai dasar untuk menentukan pengawasan dan penghapusannya.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Analisis SWOT
a. Analisis SWOT untuk Aspek Perencanaan dan
Pengadaan
98
adalah 0,51. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan yang ada lebih besar daripada faktor kelemahan. Beberapa faktor kekuatan seperti Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang telah disusun bersama – sama dengan para guru dapat mengatasi faktor kelemahan jika alokasi dana sekolah tidak mencukupi. RKS yang telah disusun juga telah mempertimbangkan faktor jumlah peserta didik yang ada dan minimnya bantuan dana dari orang tua siswa atau komite. Minimnya usulan kebutuhan perabot sekolah juga disiasati sekolah dengan mempersiapkan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja (RAPBS) yang matang.
Pada tabel EFAS skor akhir lingkungan eksternal aspek perencanaan dan pengadaan (peluang - tantangan) adalah 0,34. Kemajuan di bidang pendidikan dasar dan penyederhanaan alur birokrasi dalam proses perencanaan dan pengadaan dapat dimanfaatkan sekolah – sekolah untuk menghadapi tantangan – tantangan yang ada seperti tuntutan modernisasi kebutuhan berdasarkan kematangan peserta didik.
99 kekuatan yang ada pada sekolah untuk memanfaatkan peluang dari lingkungan eksternal.
c. Analisis SWOT untuk Aspek Penyimpanan dan
Inventarisasi
Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal aspek perencanaan dan pengadaan pada sekolah – sekolah di Gugus Mina Kencana, diperoleh hasil skor akhir lingkungan aspek penyimpanan dan inventarisasi (kelemahan - kekuatan) adalah 0,59. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kelemahan yang ada lebih besar daripada faktor kekuatan. Meskipun sekolah telah mengadakan invetarisasi yang rutin setiap tahun namun tidak diimbangi dengan penataan barang
– barang yang tersimpan kurang secara baik dan tidak adanya administrasi dalam gudang penyimpanan.
Pada tabel EFAS skor akhir lingkungan eksternal aspek penyimpanan dan inventarisasi (peluang - tantangan) adalah 0,77. Kondisi lingkungan sekitar relatif aman dalam menyimpan barang – barang disekolah menjadi faktor peluang eksternal yang paling kuat. Lingkungan eksternal faktor tantangan seperti pelaporan inventarisasi dan resiko kerusakan barang di luar jam operasional sekolah dianggap belum mampu mengimbangi faktor peluang yang ada.
100
merupakan situasi yang kurang menguntungkan karena sekolah – sekolah yang memiliki hasil akreditasi kurang maksimal memiliki kelemahan di dalam lingkungan internalnya namun masih terdapat peluang yang yang dapat dimanfaatkan sehingga perlu diterapkan strategi
agresif yang mendukung kebijakan tata kelola dengan mengurangi kelemhahan yang ada pada sekolah untuk memanfaatkan peluang dari lingkungan eksternal.
d. Analisis SWOT untuk Aspek Pemeliharaaan
dan Pemanfaatan
Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal aspek pemeliharaan dan pemanfaatan pada sekolah – sekolah di Gugus Mina Kencana, diperoleh hasil skor akhir lingkungan aspek pemeliharaan dan pemanfaatan (kekuatan – kelemahan ) adalah 0,71. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan yang ada lebih besar daripada faktor kelemahan. Beberapa faktor kekuatan seperti minat belajar siswa yang tinggi mendorong pemanfaatan sarana menjadi lebih maksimal, beberapa lemari telah disediakan oleh sekolah untuk pemeliharaan alat peraga dan faktor kehatihatian guru dalam penggunaan sarana yang ada ikut memelihara kondisi barang dalam keadaan yang baik.
101 mengoptimalkan otonomi penuh yang didapat dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mengoptimalkan pemanfaatan sarana yang ada. Peluang
– peluang di lingkungan eksternal telah mampu menjawab berbagai tantangan yang ada.
Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa posisi sekolah – sekolah pada Gugus Mina Kencana berada pada titik (0,71 ; 0,57) yang berada pada kuadran SO (Strength - Opportunity). Hal ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena sekolah – sekolah yang memiliki hasil akreditasi kurang maksimal memiliki kekuatan dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang mendukung kebijakan tata kelola dengan menggunakan kekuatan yang ada pada sekolah untuk memanfaatkan peluang dari lingkungan eksternal.
d. Analisis SWOT untuk Aspek Penghapusan dan
Pengawasan
102
inventarisasinya, ditambah faktor lain seperti tidak adanya cidera yang dialami peserta didik dalam hal penggunaan sarana dan prasarana.
Sedangkan skor akhir lingkungan eksternal aspek perencanaan dan pengadaan (tantangan - peluang) adalah 0,43. Prosedur penghapusan yang banyak persyaratannya membuat sekolah jarang melakukan penghapusan. Faktor peluang seperti nilai ekonomis yang masih terdapat pada barang – barang yang sudah tidak terpakai dirasa belum dapat menjadi harapan.
Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa posisi sekolah – sekolah pada Gugus Mina Kencana berada pada titik (0,59 ; -0,43) yang berada pada kuadran ST (Strength - Threath). Hal ini merupakan situasi yang kurang menguntungkan karena sekolah – sekolah yang memiliki hasil akreditasi kurang maksimal memiliki kekuatan namun tantangan faktor eksternal dirasa menjadi penghambat sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang mendukung kebijakan tata kelola dengan menggunakan kekuatan yang ada pada sekolah untuk menghadapi tantangan dari lingkungan eksternal.
4.3.2 Rencana Strategis
a. Rencana Strategis untuk Aspek Perencanaan
dan Pengadaan
103 pertumbuhan. Strategi ini menggunakan kekuatan internal sekolah untuk meraih peluang – peluang yang ada di luar sekolah (Robbins & Coulter, 2009). Berikut ini adalah rencana strategis yang dibuat sebagai upaya tata kelola untuk aspek perencanaan dan pengadaan di sekolah – sekolah pada Gugus Mina Kencana.
Renstra pertama, mendorong guru dan komite sekolah untuk lebih aktif mengajukan usulan pengadaan perlengkapan sekolah khususnya untuk kegiatan belajar mengajar di kelas, hal ini dapat dilihat dari faktor kekuatan yang dapat menggambarkan kekompakan personel sekolah dalam penyusunan rencana kebutuhan. Dorongan komite sekolah yang berinisiatif mengadakan alat – alat kebutuhan belajar diharapakan dapat meringankan beban sekolah dalam anggaran.
Renstra kedua, melakukan seleksi kebutuhan dalam Rencana Kerja Sekolah. Seleksi yang dimaksud agar pengadaan perabot sekolah dapat melihat dari urgensi kebutuhan yang ada terlebih dahulu dibanding mengadakan barang – barang yang bersifat sekunder.
104
Renstra keempat, sekolah – sekolah pada Gugus Mina Kencana dapat saling bekerja sama dalam hal meminjam peralatan kebutuhan sehingga efisiensi dalam hasil pengadaan lebih maksimal serta mengurangi gangguan dalam deviasi nilai anggaran yang didasarkan pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).
Renstra kelima, Menetapkan skala prioritas dalam fungsi pengadaan berdasarkan urgensi dalam perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Skala prioritas dimaksudkan agar aspek perencanaan dan pengadaan dapat terjadi balance atau keseimbangan. Skala prioritas yang ditetapkan sekolah dapat memaksimalkan pengadaan agar tepat sasaran sesuai distribusi penggunaan.
b. Rencana Strategis untuk Aspek Penyimpanan
dan Inventarisasi
Berdasarkan hasil analisis SWOT aspek penyimpanan dan inventarisasi maka strategi yang perlu dilakukan sekolah – sekolah di Gugus Mina Kencana yang memperoleh hasil akreditasi kurang maksimal dalam komponen sarana dan prasarana khususnya dalam tata kelola aspek penyimpanan dan inventarisasi adalah sebagai berikut :
105 kemudian dapat dilihat oleh para guru dan pegawai lainnya, agar data yang telah tercatat dalam buku inventaris dapat dikontrol keberadaannya.
Renstra kedua, hal pertama yang perlu dilakukan dengan kondisi gudang yang tidak layak adalah dengan berinisiatif untuk membersihkannya. Tempat yang telah bersih dapat membantu minat personel sekolah untuk mulai menata dan mengelompokkan barang – barang yang ada, agar nantinya menjadi rapi.
Renstra ketiga, sekolah perlu mengelompokkan jenis perabot berdasarkan macam dan bentuknya (tunggal atau ganda, individual atau klasikal) kemudian dalam penataannya perlu memperhatikan : (1) perbandingan luas lantai dengan ukuran perabot yang digunakan, (2) kelonggaran, (3) jarak antar perabot, dan (4) kesesuaian dan keseimbangan.
Renstra keempat, barang – barang yang berukuran kecil seperti ATK disimpan pada wadah khusus kemudian menempatkannya pada posisi yang mudah dijangkau dan ditemukan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah kehilangan pada barang – barang tersebut, sehingga diharapkan dapat mengurangi beban pembelian.
106
c. Rencana Strategis untuk Aspek Pemeliharaan
dan Pemanfaatan
Berdasarkan hasil analisis SWOT aspek pemeliharaan dan pemanfaatan maka strategi yang perlu dilakukan sekolah – sekolah di Gugus Mina Kencana yang memperoleh hasil akreditasi kurang maksimal dalam komponen sarana dan prasarana khususnya dalam tata kelola aspek pemeliharaan dan pemanfaatan adalah sebagai berikut :
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah dengan memaksimalkan fungsi kepala sekolah dapal memelihara sarana dan sarana. Kepala sekolah dapat memberikan contoh kepada guru dan pegawai lain untuk lebih giat dalam memelihara barang – barang yang ada, sehingga barang – barang yang telah terpelihara dengan baik mendorong minat siswa dan guru untuk memanfaatkannya secara maksimal.
Hal yang kedua adalah menyusun jadwal pemakaian sarana yang ada. Sekolah yang tidak mampu membeli barang – barang dengan jumlah yang mencukupi dapat mensiasatinya dengan mengadakan pemakaian secara bergiliran.
107 Rencana keempat adalah dengan membina personel sekolah agar mampu memahami dan mengimplementasikan aspek efisiensi dalam pemanfaatan sarana yang ada. Efisiensi yang dilakukan dalam penggunaan sarana terhadap barang – barang yang dapat berkurang pakai seperti cat, tinta, kertas print dan lainnya dapat mengurangi biaya operasional agar keuangan sekolah dapat dialihkan untuk pengadaan sarana lain yang dibutuhkan.
Rencana kelima, Memperkenalkan alat – alat pelajaran dan tempat penyimpanannya kepada setiap siswa agar siswa dapat mendorong guru untuk meningkatkan pemanfaatannya. Di sisi lain diharapkan juga agar perabot yang telah diperkenalkan siswa dengan aspek pemeliharaaan dan pemanfaatannya diharapkan dapat menumbuhkembangkan rasa memiliki siswa terhadap sarana sekolah.
d. Rencana Strategis untuk Aspek Penghapusan
dan Pengawasan
Berdasarkan hasil analisis SWOT aspek penghapusan dan pengawasan maka strategi yang perlu dilakukan sekolah – sekolah di Gugus Mina Kencana yang memperoleh hasil akreditasi kurang maksimal dalam komponen sarana dan prasarana khususnya dalam tata kelola aspek penghapusan dan pengawasan adalah sebagai berikut :
108
yang didiskusikan bersama - sama dengan sekolah – sekolah pada Gugus Mina Kencana. Standar pengawasan yang dibuat didasarkan pada aspek lingkungan internal yang terdapat pada Gugus Mina Kencana.
Renstra kedua, kepala sekolah mengawasi perencanaan bersama dan menilai efisiensi yang ada untuk mengurangi pemborosan tenaga, waktu, dan materiil. Hal ini dapat dimungkinkan ketika dalam pengadaan barang dan jasa yang tidak sesuai dengan perencanaan yang ada sehingga faktor non teknis yang terjadi berdampak pada pemborosan tenaga, waktu dan biaya operasional.
Renstra ketiga, pengawasan dalam aspek pemanfaatan sarana yang ada dikontrol kepala sekolah dengan membuat minimal catatan kecil untuk mengetahui efektifitas pembelajaran tiap pekannya. Jika pemanfaatan sarana yang ada tidak berdampak positif dan mendukung peningkatan akademis siswa, kepala sekolah dapat mendiskusikannya bersama guru.
Renstra keempat, setiap personel sekolah tanpa terkecuali temasuk kepala sekolah mendapatkan pembagian tugas untuk mengawasi sarana yang telah dikelompokkan sebelummnya. Pembagian tugas yang jelas dapat meningkatkan kekompakkan warga sekolah dan meringankan beban tanggung jawab pengawasan oleh kepala sekolah saja.