• Tidak ada hasil yang ditemukan

FENOMENA KESENJANGAN YANG TERJADI DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FENOMENA KESENJANGAN YANG TERJADI DALAM"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

F

oleh: F.X. Kurniawan Tjakrawala

Abstract

The new era in business and organization emerges as the term of information system and information technology known. Both the terms that sometimes interchangeably in using, principally have the same meaning. It means how organization—either profit oriented or not—works by using computer facilities, applications, and telecommunication to succeed better performance significantly.

In Economy perspective, information system might be analogized as demand sites from business society. Meanwhile, information technology is the answer from industrial society—as supply sites—against the demand in forms of creating any products related to hardware and software technology. Notwithstanding, the gaps seem occurred between both sites. This paper describes several efforts to bridge over the gaps.

Kata Kunci: information technology, information system, economy perspective, gaps

PENDAHULUAN

Era informasi dewasa ini telah menjadi kemutlakan yang harus dihadapi

dan disikapi secara arif oleh setiap insan di belahan dunia manapun. Informasi itu

sendiri adalah ujud abstrak dari suatu produk sebagaimana barang dan/atau jasa

lainnya. Revolusi informasi dan teknologi yang terjadi dewasa ini, telah

menghadirkan abad network yang tidak hanya berpengaruh pada aspek ekonomi

makro dan politikdari setiap negara yang dipengaruhinya. Namun hal yang lebih

hakiki adalah dampak transformasi masyarakat yang merasuki aspek sosial

budaya manusia.

(2)

Terkoneksinya seluruh dunia—melalui basis jaringan internet yang

berkembang pesat maupun media telekomunikasi canggih—memang menciptakan

lompatan-lompatan penting yang niscaya mengubah jalannya kehidupan

masyarakat; bangsa; maupun negara. Sebagaimana juga dinyatakan oleh Dessler

(1998) maupun Pattiradjawane (2001), revolusi informasi dan teknologi telah

menyebabkan perubahan secara masif karena akan melampaui seluruh lingkup

kegiatan kemanusiaan, mulai dari bisnis dan gaya kerja, struktur keluarga dan

hubungan kemasyarakatan, sampai pada persoalan demografi, pendidikan, seni,

hiburan, politik dan bentuk pemerintahan.

Dari sekian banyak sektor kehidupan manusia yang terpengaruh oleh

kehadiran teknologi informasi, maka organisasi dan/atau institusi—terlebih yang

berorientasi laba—merupakan entitas yang paling banyak menerima manfaatnya.

Bagi perusahaan modern, sistem informasi dan teknologi informasi tidak hanya

berfungsi sebagai sarana pendukung guna meningkatkan kinerja dari waktu ke

waktu namun lebih jauh sebagai piranti utama dalam berkompetisi.

Pembahasan dalam tulisan ini akan dimulai dengan terlebih dahulu

menelaah perkembangan sistem informasi dan teknologi informasi guna

mengantar pada wacana bahwa informasi itu sendiri tidak ubahnya suatu produk,

yang oleh karenanya juga terpengaruh pada bargaing power dari aspek supply dan

demand. Selanjutnya akan pembahasan difokuskan pada kesenjangan antara sisi

demand (yakni sistem informasi) dan sisi supply (yakni teknologi informasi).

(3)

dalam memandang keberadaan sistem informasi dan teknologi informasi. Adapun

pendekatan yang dimaksud yakni memandang keduanya dari perspektif teori

ekonomi, khususnya pada aspek penawaran dan permintaan suatu barang dan/atau

jasa. Pembahasan diakhiri dengan pemaparan sejumlah upaya untuk

menjembatani atau meminimalkan kesenjangan yang terjadi.

PEMBAHASAN

Terminologi dan perkembangan teknologi informasi maupun sistem informasi

Secara umum sistem informasi diartikan sebagai kumpulan dari

komponen-komponen dalam organisasi yang berhubungan dengan proses

penciptaan dan penyampaian informasi kepada pengguna. Berkenaan dengan hal

ini teknologi informasi hanya merupakan salah satu komponen kecil dalam format

perusahaan. Komponen lainnya adalah: proses dan prosedur, struktur organisasi,

sumber daya manusia, produk, pelanggan, pemasok, dan sebagainya.

Lebih jauh O’brien (2000) membedakan pengertian antara sistem

informasi dan teknologi informasi. Sistem informasi diartikan sebagai: (1)

sekumpulan orang, prosedur, dan beraragam sumber daya lainnya yang

mengumpulkan; mentransformasikan; serta menyebarkan informasi dalam suatu

organisasi; (2) suatu sistem yang menerima sumber-sumber data sebagai masukan

dan memprosesnya menjadi produk informasi sebagai keluarannya. Adapun

(4)

manajemen basis data; serta berbagai teknologi pemrosesan informasi lainnya

yang terselenggara dalam sistem informasi berbasis komputer.

Namun demikian, dalam kehidupan sehari-hari terkadang terdapat

kerancuan pemahaman dengan saling mempertukarkan istilah sistem informasi

dan teknologi informasi. Istilah teknologi informasi mulai dipergunakan secara

luas pada pertengahan tahun 1980-an. Teknologi ini merupakan pengembangan

dari teknologi komputer yang dipadukan dengan teknologi telekomunikasi.

Komputer merupakan cikal bakal ujud teknologi, yang mampu mengubah data

menjadi informasi (Indrajit, 2001).

Cash, etal (1992)—senada dengan Keen (1991)—memilah perkembangan

teknologi informasi dalam empat tahapan evolusi. Keempat tahapan tersebut

disebut empat era perkembangan teknologi informasi, yang terdiri dari era

komputerisasi; era teknologi informasi; era sistem informasi; dan era globalisasi

informasi. Salah satu rerangka pikir yang membedakan setiap era adalah fokus

filosofi dari hakikat suatu fenomena yang berlangsung.

Era komputerisasi berlangsung sekitar dekade 1960-an, dimana pada saat

itu mulai dikenalnya komputer mini dan mainframe oleh dunia industri. Fokus

filosofi yang terjadi pada masa itu adalah dengan kemampuan menghitung yang

demikian cepatnya dari komputer berimbas pada kuantitas perusahaan yang

memanfaatkan komputer untuk keperluan pengolahan data/data processing.

Era teknologi informasi berlangsung dalam dekade 1970-an. Pada era

(5)

komputer mini bahkan mainframe. Fokus filosofi dalam era teknologi informasi

adalah end-user computing, dimana setiap individu dalam organisasi diarahkan

untuk mampu memanfaatkan kecanggihan komputer.

Era sistem informasi berlangsung sekitar dekade 1980-an. Era ini sejatinya

berbarengan dengan maraknya teori-teori manajemen modern yang kemudian

berdampak pada berbagai ujud modernisasi proses penyelenggaraan bisnis seperti:

Business Process Reengineering (BPR), implementasi TQM; JIT; ISO 9000. Pada

era ini komputer dan teknologi informasi semata merupakan komponen dari

sistem informasi. Hal ini sejalan dengan konsep manajemen perubahan yang lebih

menekankan pada sistem informasi. Adapun fokus filosofi dalam era sistem

informasi yakni sistem stratejik.

Era globalisasi informasi berlangsung dalam dekade 1990-an. Fenomena

paling mencolok dalam era ini adalah dengan diaplikasikannya konsep jejaring

terkoneksi (seluruh dunia) seperti: internet, intranet, extranet, Local Area

Network, Wide Area Network. Fokus filosofi dalam era ini adalah bahwa

teknologi informasi menjadi pemampu transformasi bisnis (Business

Transformation Enabler).

Dalam perkembangannya sistem informasi terdiri dari beragam jenis.

Seluruhnya menggunakan piranti keras, piranti lunak, jejaring/network, serta

sumberdaya manusia guna mentransformasikan berbagai sumber data menjadi

(6)

manual sederhana, dimana pemakai menggunakan piranti sederhana seperti: pensil

dan kertas, bahkan kalkulator dan mesin ketik pun tergolong dalam kategori ini.

Disamping itu, terdapat pula sistem informasi berbasis

komputer/computer-based information system yang bersandar pada beragam

sistem komputer yang tercakup dalam jejaring tertentu guna menyelesaikan

aktivitas pemrosesan informasi (O’Brien, 2000). Tampilan 1 berikut menyajikan

tabulasi dari berbagai peran yang diberikan oleh fungsi sistem informasi yang

telah mengalami perkembangan secara signifikan setiap dekadenya.

Tampilan 1. Perkembangan Peran Computer-based Information System Sepanjang Masa

The Expanding Roles of IS in Business and Management

The Expanding Participation of End Users and Managers in IS

Enterprise & Global Internetworking: 1990s-2000s

x Internetworked Information Systems:

For end user, enterprise, and, interorganizational

computing, communications, and collaboration, including global operations and management on the internet, intranets, extranets, and other enterprise and global networks

Strategic and End User Support: 1980s-1990s

x End user computing systems:

Direct computing support for end user productivity and work group collaboration

x Executive Information systems:

Critical information for top management

x Expert systems:

Knowledge-based expert advice for end users

x Strategic Information Systems:

Strategic products and services for competitive advantage

Decision Support: 1970s-1980s

x DSS:

Interactive ad hoc support of the managerial decision making process

Management Reporting: 1960s-1970s

x MIS:

Management reports of prespecified information to support decision making

Data Processing: 1950s-1960s

x EDP systems

Transaction processing, record-keeping, and traditional accounting applications

Sumber: O’Brien (2000:30)

(7)

Berdasarkan Tampilan 1, tampak bahwa hingga tahun 1960-an peran

sistem informasi demikian sederhana yakni untuk pemrosesan transaksi,

pencatatan, akuntansi, serta aplikasi pemrosesan data secara elektonik lainnya.

Kemudian pada dekade 1960 hingga 1970, bertambahlah peran baru dari sistem

informasi sebagaimana dikenal dengan konsep sistem informasi manajemen.

Dengan peran baru ini, fokusnya adalah end-user manajerial yang menyediakan

alat bantu dalam pelaporan manajemen sehinnga mampu menyediakan informasi

guna pengambilan keputusan.

Hingga tahun 1970-an, terdapat sejumlah bukti bahwa produk informasi

yang dihasilkan melalui sistem informasi manajemen belumlah memadai dalam

memenuhi kebutuhan pengambilan keputusan oleh manajemen yang demikian

banyak. Oleh karena itulah lahir konsep sistem penunjang keputusan/Decision

Support System (DSS). DSS menyediakan berbagai pola pengambilan keputusan

tertentu bagi manajer manakala manajer menghadapi suatu permasalahan tertentu

(O’Brien, 2000; Frenzel, 1996).

Dalam dekade 1980-an, muncullah sejumlah peran baru lagi dari sistem

informasi. Hal ini ditandai oleh setidaknya tiga hal. Pertama, demikian pesatnya

perkembangan daya pemrosesan komputer mikro; berbagai piranti lunak aplikasi;

serta jejaring telekomunikasi yang menngiring pada lahirnya konsep und-user

computing. Kedua, telah terbukti bahwa hampir semua eksekutif puncak

perusahaan tidak menggunakan secara langsung baik dari pelaporan sistem

(8)

DSS. Hal ini kemudian memunculkan konsep baru yakni sistem informasi

eksekutif/ Executive Information System (EIS). Ketiga, berbagai terobosan yang

terjadi dalam perkembangan dan aplikasi dari teknik-teknik sistem kecerdasan

buatan/Artificial Intelligence terhadap sistem informasi bisnis. Di samping itu

lahir pula konsep sistem pakar/Expert System maupun knowledge-based system

lainnya. Dewasa ini, expert system mampu melayani laksana konsultan bagi

pemakai melalui penyediaan saran yang tentunya terbatas pada bidang-bidang

tertentu saja (O’Brien, 2000).

Dalam dekade 1980 hingga 1990, telah muncul konsep baru lagi yang

dikenal dengan sistem informasi stratejik/Strategic Information System (SIS).

Pada SIS, teknologi informasi telah menjadi komponen intergral dari proses

bisnis, produk, layanan yang membantu perusahaan memperoleh keunggulan

kompetitif dalam pasar global. Akhirnya dengan berkembang pesatnya internet,

intranet, extranet telah secara dramatis mengubah kapabilitas sistem informasi

dalam bisnis menuju abad masa depan. Apa yang dikenal sebagai enterprise and

global internetworking merupakan ujud nyata dari revolusi end-user maupun

perusahaan; komputerisasi antar organisasi; komunikasi; serta kolaborasi yang

mendukung operasi bisnis dan manajemen (O’Brien, 2000).

Kesenjangan antara sisi demand (sistem informasi) dengan sisi supply

(teknologi informasi)

Indrajit (2001)—dalam perspektif teori ekonomi—mengasumsikan bahwa

(9)

menjalankan kegiatan bisnis dan manajemen harian. Sementara teknologi

informasi merupakan sisi penawaran (supply) dari kebutuhan perusahaan tersebut.

Keberadaan sistem informasi dalam aspek demand dapat dianalogikan

menurut level dan/atau fungsi manajemen dalam organisasi. Dessler (1998)

mencontohkan sejumlah aktivitas yang dibutuhkan oleh tingkat manajemen bawah

untuk operasi rutin; kemudian pada level manajemen madya untuk aktivitas

pengendalian; sampai pada manajemen puncak untuk aktivitas stratejik. Hal ini

tersaji dalam Tampilan 2 berikut.

Tampilan 2. Hirarki Kebutuhan Sistem Informasi Berdasarkan Fungsi & Level Manajemen

IS-Hierarchy Sales Manufacturing Accounting Finance Personnel

Strategic—Level System

Inventory control Annual budgeting

Keragaman kebutuhan akan sistem informasi oleh pihak manajemen pada

jenjang yang berbeda tersebut (aspek demand), memunculkan respon dari sisi

(10)

sebagai jawaban atas kebutuhan yang terjadi. Hal ini tercermin mulai dari media

transmisi (contoh: kabel; serat optik) sampai pada berbagai aplikasi multimedia

guna menampilkan informasi yang telah diproses.

Dalam perspektif teori ekonomi terdapat dalil, bahwa jika demand

melebihi supplyceteris paribus—akan terjadi shortage (kekurangan produk

dan/atau jasa di pasar). Sebaliknya jika supply melebihi demandceteris

paribus—akan memunculkan excess supply (kelebihan produk dan/atau jasa di

pasar).

Namun bila dianalogikan dengan produk yang bernama informasi,

akankah postulat tersebut berlaku juga ? Idealnyanya, hal tersebut juga berlaku

terhadap produk yang disebut informasi. Fakta yang ada tidak menunjukkan

kesepakatan bersama (ekuilibrium). Tidak adanya kesepakatan bersama ini

bermakna terdapat kesenjangan dalam hubungan antara demand dan supply yang

terjadi sebagai dampak dari evolusi teknologi maupun dunia bisnis (Indrajit,

2001).

Kesenjangan yang ada antara sisi demand dengan sisi supply, oleh Indrajit

(2001) dijabarkan sebagai berikut:

(1) Latar belakang personil dari masing-masing domain, dimana terjadi

perbedaan perspektif antara orang-orang yang berlatar belakang bisnis

(manajemen) dengan orang-orang teknis. Cara mereka masing-masing

melihat, menilai,merumuskan, dan memutuskan sesuatu sudah merupakan

perbedaan tersendiri yang sering menghambat komunikasi;

(11)

(2) Tingkat pemahaman mengenai hakikat informasi itu sendiri. Walaupun

secara teknologi semua perusahaan di dunia dapat membeli peralatan yang

paling canggih/state of art, namun pendayagunaannya dapat sangat

berbeda karena sebagian besar perusahaan masih memiliki

pandangan/state of mind yang konservatif mengenai nilai strategis dari

informasi, sehingga seringkali yang terjadi adalah fenomena

overinvestment” atau “underinvestment” terhadap teknologi informasi;

(3) Terjadi sebagai dampak dari era globalisasi yang telah membuat

lingkungan bisnis menjadi sangat dinamis. Bisnis yang cepat berubah

membuat perusahaan harus segera beradaptasi dengan format lingkungan

yang baru. Dalam implementasinya, perubahan tersebut akan berdampak

pada proses manajemen, struktur organisasi, sumberdaya manusia, dan

kebijakan-kebijakan. Dari aspek supply (yakni teknologi informasi),

kebutuhan atau demand perusahaan akan sistem informasi merupakan

moving target yang amat sulit untuk ditelusuri dan/atau dicarikan solusi

pemecahannya. Seringkali terjadi debat sengit antara praktisi manajemen

dan teknologi informasi mengenai pendekatan mana yang harus diikuti:

apakah teknologi informasi sebagai pendukung bisnis, ataukah bisnis

mengikuti perkembangan teknologi informasi ?

(12)

Upaya menjembatani kesenjangan yang terjadi antara sisi supply dengan sisi

demand

Demi menjembatani tiga jenis kesenjangan yang terjadi, maka Indrajit

(2001) menimpali bahwa sejumlah ahli sistem informasi maupun teknologi

informasi di dunia telah memulai riset menyangkut ketiga jenis kesenjangan

tersebut. Adapun riset yang dilakukan disesuaikan dengan masing-masing jenis

kesenjangan.

Guna menjembati kesenjangan pertama, dinyatakan oleh Indrajit (2001)

bahwa para periset tersebut tengah dalam tahap mencari suatu model atau

kerangka yang dapat disepakati formatnya oleh kedua pihak yang memiliki latar

belakang ilmu yang berbeda. Kesenjangan kedua dapat diatasi dengan

menggunakan pendekatan edukasi melalui jalur-jalur yang ada, seperti:

pelatihan-pelatihan; pengadaan jurusan-jurusan atau program studi baru di universitas

(contoh: manajemen informatika dan sistem informasi); penyelenggaraan berbagai

seminar terkait, dan sebagainya.

Sedangkan guna menjembatani kesenjangan ketiga, maka terdapat dua

upaya yang dilaksanakan oleh para praktisi dari masing-masing domain. Dari sisi

sitem informasi, banyak para ahli manajemen yang berusaha mencari karakteristik

perusahaan modern, dimana faktor teknologi informasi dimasukkan sebagai salah

satu faktor terpenting dewasa ini.

Sementara itu, dari sisi teknologi informasi, para pakar perangkat lunak

(13)

ketiga jenis kesenjangan di atas telah dapat diatasi—dalam arti telah diperolehnya

equilibrium point antara supply dan demand—maka dunia akan sungguh berada

dalam abad baru (Indrajit, 2001).

PENUTUP

Kendati terjadi kerancuan dalam pemahaman teknologi informasi dan

sistem informasi—terkadang terjadi saling dipertukarnya pengertian antara

keduanya—namun dari uraian di atas diketahui bahwa teknologi informasi yang

lebih berorientasi pada piranti penunjang merupakan salah satu komponen dalam

sistem informasi.

Suatu analogi dengan berbasis pada teori ekonomi terhadap sistem informasi

dan teknologi informasi, meletakkan kedua jargon tersebut dalam posisi yang

berseberangan. Sistem informasi dianalogikan dari sisi permintaan, sedangkan

teknologi informasi dianalogikan dari sisi penawaran. Dalam kenyataannya kedua

sisi tersebut belum mampu mencapai kondisi keseimbangan/ekuilibrium yang

memunculkan setidaknya tiga jenis kesenjangan. Sejumlah riset yang telah dan

masih akan terus berlangsung menjadi ujud upaya untuk menjembatani atau

setidaknya memperkecil berbagai kesenjangan yang ada. Bukan hal yang mustahil

apabila di masa depan kondisi ekuilibrium tersebut akan terujud.

(14)

Referensi

Cash, James I.,etal, (1992). Corporate Information Systems Management, Homewood, Illinois:Business One Irwin.

Dessler, Gary, (1998). Management: Leading people and organizations in the 21st century, International Edition, Upper Saddle River, New Jersey, Prentice-Hall International, Inc.

Frenzel, Carroll W.,(1996). Management of Information Technology, 2nd Edition, Boyd & fraser publishing company, International Thomson Publishing.

Indrajit, Richardus Eko, (2001). Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi, Jakarta: Elex Media Komputindo.

Keen, Peter G.W., (1991). Every Manager’s Guide to Information Technology, Cambridge, Harvard Business School Press.

O’brien, James, (2000). Introduction to Information Systems: Essentials for The Internetworked Enterprise, Irwin/McGraw-Hill.

Pattiradjawane, Rene L., (2001). Revolusi informasi dan teknologi: Abad jaringan berdampak transformasi masyarakat. Kompas, 6 Februari, hal. 25.

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan algoritma greedy digunakan untuk mengetahui titik kemungkinan terbesar dan mengetahui pergerakan laba-laba atau jalur yang akan dilalui oleh laba-laba untuk

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik ditandai dengan klien tidak selera

Tujuan dari praktikum lapangan ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis spesimen tumbuhan baik akar, batang, daun dan buah yang terdapat di hutan kawasan

Hukum merupakan peraturan di dalam !egara yang bersi&at mengikat dan memaksa setiap warga !egara untuk menaatinya. 'adi, sistem hukum adalah keseluruhan tentang apa yang harus

Penelitian ini menggunakan program analisis regresi linear berganda dengan perangkat spss 20.0 for windows untuk menunjukkan bahwa citra merek, kepercayaan merek, dan

mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap skor tingkat kesehatan bank.. umum swasta nasional devisa

Na osnovu rezultata provedenih ispitivanja ( in vitro testovi) proizvođač ekstrakta matičnih ćelija jabuke navodi efekte koji se mogu očekivati posle primene ekstrakta,

Keanekaragaman etnis di Indonesia menyebabkan adanya interaksi sosial antar etnis yang dapat terjadi kapan dan dimana saja. Syarat terjadinya interaksi sosial adalah kontak