• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Pemilu di Jakarta pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Pemilu di Jakarta pdf"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Sejarah Pemilu di Jakarta

Pemilihan Umum untuk:

DPD di wilayah Jakarta

DPR di wilayah Jakarta

Presiden dan Wakil Presiden Indonesia

DPRD DKI Jakarta

Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta

Kevin Evans

www.pemilu.asia

(2)

Sejarah Pemilu di Jakarta

Pembukaan

Sebagai Ibu Kota Republik, wajar jika ada banyak perhatian yang ditujukan kepada perkembangan di Jakarta. Perhatian ini tidak terbatas kepada posisi Jakarta sebagai Ibu Kota melainkan sebagai satuan politik tersendiri serta sebagai wilayah urban paling besar di Indonesia.

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta terdiri dari 5 lima wilayah: Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Jakarta Utara serta satu Kabupaten Kepulauan Seribu. Keenam wilayah ini merupakan wilayah Administratif yang berarti walikota dan bupati ditunjuk langsung oleh Gubernur ditambahkan tidak ada DPRD Kota atau DPRD Kabupaten.

Sejak Tahun 2007 Gubernur and Wakil Gubernur DKI Jakarta dipilih langsung oleh pemilih di Jakarta. DPRD DKI Jakarta juga dipilih. Pada Pemilu 2014 sebanyak 106 anggota dipilih. Dibandingkan provinsi dengan penduduk yang mirip misalnya Banten, jumlah anggota DPRD Jakarta lebih banyak. Dasar penambahan anggota dikaitkan dengan kenyataan bahwa tidak ada DPRD kota dan kabupaten di Jakarta (Pasal 12 (4), UU 29 Tahun 2007 ttg Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta).

Sosio-budaya masyarakat Jakarta

Berdasarkan Sensus 2010, jumlah penduduk di DKI Jakarta adalah 9.607.787 jiwa. Dengan demikian penduduk Jakarta merupakan 4% dari semua penduduk Indonesia. Pertumbuhan penduduk di DKI 1,41% per tahun. Angka ini sedikit di bawah rata2 di Indonesia yakni 1,49% per tahun. Angka pertumbuhan di Jakarta masih jauh di bawah rata2 di Banten (2,78%) dan Jawa Barat (1,90). Jakarta mengalami pertumbuhan penduduk pesat yang mencapai 3,2% per tahun dari Tahun 1970an sampai dengan Tahun 1980an.

Saat ini di wilayah DKI pertumbuhan penduduk yang paling lamban adalah Kota Jakarta Pusat (0,31%). Di antara kota lain di Jakarta pertumbuhan paling cepat adalah di Kota Jakarta Barat (1,82%). Kisaran pertumbuhan per tahun di ketiga kota lain (Selatan, Timur, Utara) adalah di antara 1,38 s/d 1,49% per tahun. Di Kabupaten Kepulauan Seribu pertumbuhan penduduk mencapai 2,03% dengan total penduduk hanya 0.2% dari total penduduk DKI Jakarta.

(3)

Pembagian suku bangsa di Jakarta juga menunjukkan kemajemukan yang menonjol. Tabel 1 menggambarkan kemajemukan ini dibandingkan dengan keadaan total untuk Indonesia. Tiga perempat penduduk Jakarta berketurunan suku Jawa, Betawi dan Sunda.

Di antara suku minoritas yang berketurunan Cina/Tiongkok paling banyak tinggal di Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Tiga kelompok masyarakat yang berasal dari Sumatera (Batak, Minang dan Melayu) cukup menonjol di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan sedangkan masyarakat kerturunan Sulawesi Selatan cukup menonjol di Jakarta Utara dan di Kepulauan Seribu.

Sosio-ekonomi masyarakat Jakarta

Dari segi pembangunan manusia masyarakat Jakarta sudah mencapai nilai paling tinggi di antara semua provinsi di Indonesia, yaitu 79,0. Angka untuk Indonesia secara keseluruhan adalah 69,6. Di provinsi tetangga DKI, Indeks Pembangunan Manusia di Banten mencapai 70,3 sedangkan di Jawa Barat angkanya mencapai 69,5.

Dari segi pendapatan per kapita, Jakarta juga merupakan wilayah paling maju di Indonesia. Pada Tahun 2014 pendapatan per kapita di Jakarta mencapai Rp 174 Juta per tahun. Di Indonesia secara keseluruhan angkanya mencapai Rp 42 juta per tahun. Walaupun angkanya sudah paling tinggi, namun pertumbuhan per kapita di Jakarta tetap lebih pesat dari pada angka nasional. Hal in berarti masyarakat Jakarta menjadi semakin makmur secara per kapita. Hasil ini tidak mempertimbangkan isu pemerataan pendapatan per kapita di dalam wilayah Jakarta.

Dari segi pemerataan pendapatan salah satu cara yang sering digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan atau ketimpangan pendapatan adalah Indeks Gini. Angka yang dihasilkan berkisar angka 1 (segalanya dimiliki golongan teratas) sampai dengan angka 0 (setiap orang mempunyai pendapatan yang sama). Kedua angka ini paling ekstrim dan tidak dicapai di dunia nyata. Secara ideal semakin mendekati angka 0 semakin merata pembagian pendapatan di dalam masyarakat yang diukur.

Untuk Indonesia angka mencapai 0,397. Untuk Jakarta angka mencapai 0,411. Dengan demikian nampak pendapatan di Jakarta lebih tidak merata dari pada rata2. Jika dilihat secara lebih mendetail yang muncul adalah wilayah perkotaan di Indonesia cenderung lebih tidak merata (0,410) dari pada wilayah pedesaan (0,327). Mengingat semua penduduk Jakarta dihitung sebagai penduduk perkotaan, maka tingkat ketimpangan di Jakarta hampir sama dengan penduduk urban di Indonesia secara keseluruhan.

Pemilu di Jakarta setelah Kemerdekaan

Masyarakat Jakarta telah ikut semua pemilu dalam sejarah Republik Indonesia mulai dari Pemilu DPR 1955 dan Pemilu Konstituante Tahun 1955 serta Pemilu Daerah Tahun 1957. Mulai Pemilu 1971 setiap pemilu legislatif dilaksanakan pada hari yang sama. Sejak Tahun 2004 pemilih Jakarta memilih 4 senator yang duduk di DPD.

Keturunan suku

(4)

Untuk pemilihan Kepala Negara/Kepala Pemerintah, pemilih Jakarta mulai memilih Presiden secara langsung sejak 2004 dan memilih Gubernur sejak Pilkada Gubernur Tahun 2007. Pemilu yang berikut akan terjadi pada Tanggal 15 Pebruari 2017 dengan pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur.

Data yang ditampilkan di bawah mulai dengan ringkasan dari hasil pemilu di Jakarta, baik untuk DPR di wilayah Jakarta maupun untuk DPRD Provinsi DKI. Bagian berikutnya terdiri dari Hasil Pilkada 2012 dan Hasil Pilkada 2007 sampai ke tingkat kelurahan.

Paket info berikut menggambarkan Hasil Pemilu DPRD Jakarta Tahun 2014 di tingkat daerah pemilihan.

Selain itu Hasil Pemilihan DPD untuk Jakarta dari 2004 sampai dengan 2014 ditampilkan.

Terakhir hasil pemilihan Presiden di wilayah Jakarta mulai dari Pemilu Presiden 2004 sampei dengan 2014 ditampilkan.

Sejarah Hasil pemilu DPR dan DPRD di DKI Jakarta

Grafis 2 di bawah menggambarkan perkembangan dan pergeseran suara antara pemilu-pemilu di wilayah Jakarta. Yang ditampilkan adalah 11 pemilu untuk DPR khusus di daerah pemilihan di Jakarta. Ada juga 1 hasil pemilu untuk Konstituante (Tahun 1955) serta penghitungan kembali Hasil Pemilu 1971 berdasarkan penggabungan suara dari masing-masing partai yang difusikan ke dalam 3 organisasi politik yang ikut pemilu antara Pemilu 1977 dan 1997, yaitu Murba, PNI, Partai Katholik, Parkindo dan IPKI yang digabungkan untuk membentuk PDI serta Parmusi, PSII, Perti dan NU yang digabungkan untuk membentuk PPP . Selain itu ditampilkan 3 pemilu daerah DPRD Jakarta, yaitu Pemilu DPRD Tahun 1957, 2009 dan 2014.

Khusus untuk Pemilu Tahun 1957 patut dicatat bahwa pemilu legislatif sebelum Tahun 1971 dilaksanakan pada Tahun yang berbeda dengan pemilu legislatif untuk tingkat nasional.

Pada pemilihan selama Tahun 1950an Masjumi tampil sebagai partai paling besar di Jakarta. Pada Pemilu Daerah tahun 1957 PKI berhasil meningkatkan dukungannya sehingga tampil sebagai partai kedua terbesar di DRPD Hasil Pemilu 1957. Masjumi tetap tampil sebagai partai

Pada Pemilu Orde Baru Golkar berhasil menang di setiap pemilu kecuali Pemilu 1977. Pada saat itu PPP mengalahkan Golkar. Pada setiap pemilu selama Orde Baru kecuali Pemilu 1987 PPP mengalahkan PDI. Pada Pemilu 1987 nama Sukarno, melalui Ibu Megawati Sukarnoputri, pertama kali tampil dalam Pemilu dalam Orde Baru. Pemilu 1987 juga merupakan pemilu pertama sejak NU keluar dari PPP pada Tahun 1984. Upaya netralitas NU pada saat itu mempunyai dampak negatif pada dukungan PPP mulai dari 1987. Khusus untuk Golkar patut dicatat bahwa dukungan untuk partai ini di Jakarta selalu lebih rendah dari pada tingkat dukungannya secara nasional bahkan sampai dengan Pemilu 2014.

(5)

Golkar tampil sebagai partai keempat terbesar, Partai Keadilan yang kemudian hari dikenal sebagai PKS berhasil meraih dukungan 5% suara. Dari basis 5% ini PKS berhasil membuat kejutan lagi pada Pemilu 2004 pada saat tampil sebagai partai terbesar di Jakarta disusul dengan partai baru, Demokrat yang tampil pertama kali dalam sebuah Pemilu dengan 20% suara di Jakarta.

Dukungan baru untuk PKS dinilai berasal dari mantan pendukung PAN dan PPP yang pindah dukungan kepada partai ini sedangkan Demokrat dinilai berhasil meraih banyak suara dari PDIP. Satu lagi partai baru yang membuat kejutan pada Tahun 2004 adalah PDS; partai berbasis masyarakat Nasrani pertama yang mencapai 5% di Jakarta termasuk 7,6% di Jakarta Barat dan 6,5% di Jakarta Utara dan Jakarta Pusat.

Pada Pemilu 2009 posisi Demokrat dan PKS tertukar dengan Demokrat yang tampil sebagai partai terbesar di DPRD Jakarta. Dukungan partai lama yaitu PDIP, Golkar, PAN dan PPP tetap kehilangan dukungan. Partai baru, Gerindra berhasil meraih 5,2%, angka yang sedikit lebih tinggi dari pada nilainya secara nasional.

Pada Pemilu 2014, PDIP berhasil meraih kembali dukungan signifikan sehingga menjadi partai terbesar lagi di Jakarta. Partai baru dari 2009, Gerindra, muncul sebagai partai kedua terbesar dengan dukungan yang kurang lebih sama dengan tingkat dukungannya secara nasional di Indonesia. Partai lain yang baru tampil pertama kali pada Pemilu 2009, yaitu Hanura, berhasil meraih 5,9% suara untuk DPR dan bahkan 7,9% untuk DPRD Jakarta, angka ini cukup lebih tinggi di Jakarta dibandingkan dengan dukungan Hanura secara masional.

(6)

Secara umum dalam sejarah kepemiluan Jakarta, partai berbasis Islam cenderung lebih kuat dari pada berbasis garis nasionalis/populis. Misalnya pada Pemilu 1955, 1971, 1977, 1982, 1992, 1997, 2004 dan 2009 partai berbasis Islam tampil lebih kuat dibandingkan dengan partai berbasis garis nasionalis/populis. Partai berbasis garis nasionalis/populis berhasil mengalahkan partai berbasis Islam pada Pemilu 1987, 1999 dan 2014. Dengan demikian patut disimpulkan bahwa pemilih Jakarta secara sejarah cenderung berhaluan politik tengah-kanan bukan tengah-kiri.

Satu hasil yang mulai kelihatan sejak sistem pemilu berdasarkan daftar calon terbuka mulai diterapkan adalah hasil suara di tingkat DPR di Jakarta dan untuk DPRD Jakarta mulai berbeda. Misalnya pada Pemilu Tahun 1999, persentase suara partai untuk DPR and DPRD di Jakarta kurang lebih sama. Demikian juga pengalaman di semua daerah lain di Indonesia.

Hasil Pilkada Jakarta Tahun 2012

Pemilihan umum untuk Gubernur/Wakil Gubernur Jakarta pada Tahun 2012 diselenggarakan berdasarkan 2 putaran. Pada Putaran pertama ada lima pasangan. Dasar dukungan untuk masing-masing pasangan sebagai berikut:

Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama diusung oleh PDIP dan Gerindra Faisal Basri – Biem Benyamin

diusung secara perseorangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli

diusung oleh Dem, PAN, PKB Hanura Alex Nurdin – Nono Sampono

diusung oleh Golkar, PPP Hendraji Supanji – Ahmad Reza Patria

diusung secara perseorangan Hidayat Nur Wahid – Didik Rachbini

diusung oleh PKS

Pada Hasil Putaran Pertama, Pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama berhasil meraih 42,6% suara sedangkan pasangan kedua terkuat Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli meraih 34,1% suara.

Pasangan peraih suara ketiga adalah Hidayat Nur Wahid – Didiek Rachbini yang meraih 11,7%. Pasangan Faisal Basri – Biem Benyamin meraih 5,5% sedangkan pasangan Alex Nurdin – Nono Sampono meraih 4,7%. Pasangan terakhir adalah Hendardji Supanji – Ahmad Reza Patria yang meraih 2,0% suara.

Mengingat belum ada pasangan yang berhasil meraih 50% suara maka kedua calon ini tampil kembali dalam Putaran Kedua.

Pada Putaran kedua dukungan dari Golkar, PPP dan PKS dialihkan ke Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli.

(7)

Kedua ini agak mirip dengan suaran kampanye untuk pemilihan Presiden pada Tahun 2014.

Hasil Putaran Kedua menunjukkan dukungan untuk pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama 53,8% sedangna pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli meraih 46,2% suara. Dengan demikian Fauzi Bowo sebagai petahana dikalahkan dan digantikan oleh Joko Widodo sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Grafis-grafis berikut menggambarkan hasil dari kedua putaran untuk Pilkada DKI pada Tahun 2012. Grafis ini mulai dari tingkat paling tinggi, yaitu hasil total untuk DKI ditambahkan hasil di setiap kota/kabupaten se-DKI. Berikut ada hasil di setiap kota beserta kecamatannya.

Kelompok grafis terakhir menggambarkan hasil pilkada untuk putaran 1 dan 2 di setiap keluruhan di setiap kecamatan.

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)

Pemilihan umum untuk Gubernur/Wakil Gubernur Jakarta pada Tahun 2007 hanya terdiri dari 2 pasangan calon, yaitu:

Fauzi Bowo – Prijanto

diusung oleh Dem, PDIP, Golkar, PPP, PAN, PDS, PKB, PBR, PKPB, Patriot, PNUI, PDK, PKPI, PDI, Pelopor, PBSD, PIB, Merdeka, PPD.

Adang Daradjatun – Dani Anwar diusung oleh PKS.

Dari segi suara, pasangan Fauzi - Prijanto didukung 19 partai yang meraih sebanyak 74,6% suara pada Pemilu Tahun 2004 untuk DPRD DKI. Pasangan Daradjatun – Dani didukung satu partai yang meraih 23,3% suara pada Pemilu Tahun 2004 untuk DPRD DKI. Selain 20 partai ini ada 4 partai yang tidak dicatat sebagai pengusung salah satu pasangan, yaitu PBB, PNBK, PSI dan PNIM. Keempat partai ini meraih sebanyak 2,1% suara pada Pemilu Tahun 2004 untuk DPRD DKI.

Dari segi jumlah kursi di DPRD DKI pengusung pasangan Fauzi – Prijanto menguasai 57 kursi (76% total kursi di DPRD DKI pada saat itu). Pengusung pasangan Daradjatun – Dani menguasai 18 kursi (24% total kursi di DRD DKI pada saat itu).

Pada hasil Pilkada Jakarta Tahun 2007 pasangan Fauzi Bowo – Prijanto berhasil meraih 57,9% suara sedangkan pasangan Adang Daradjatun – Dani Anwar meraih 42,1% suara. Dengan demikian, dan mengingat inilah pemilihan daerah langsung pertama dalam sejarah Jakarta, maka Fauzi Bowo terpilih sebagai Gubernur pertama dalam sejarah Jakarta yang dipilih langsung. Demikian pula Prijanto yang terpilih langsung sebagai Wakil Gubernur Jakarta pertama dalam sejarah Jakarta.

Grafis-grafis berikut menggambarkan hasil Pilkada DKI Tahun 2007 serta Hasil Pilkada DKI Tahun 2012 sebagai pembanding.

(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)

Hasil pemilihan umum untuk Dewan Perwakilan Daerah

Salah satu hasil amendemen UUD Tahun 2001 (Amendemen Ketiga) adalah pendirian Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai bagian dari kelembagaan legislatif tingkat nasional.

Dalam pemilihan DPD pemilih di setiap provinsi termasuk DKI memilih 4 wakil dengan masing-masing pemilih memilih satu wakil di antara semua calon yang menawarkan diri. Calon untuk DPD tidak berafiliasi dengan partai walau bisa saja berpengalaman sebagai aktivis bahkan anggota DPR dari salah satu partai sebelum pemilu. Dengan demikian setiap calon merupakan single fighter . Sistem pemilihan yang berlaku boleh disebut sistem distrik berwakil empat.

(87)

Hasil Pemilihan Umum untuk Presiden/Wakil Presiden di wilayah Jakarta

Bagian terakhir naskah ini menguraikan informasi tentang Hasil Pemilihan Umum untuk Presiden/Wakil Presiden di wilayah Jakarta. Grafis di bawah menggambarkan hasil di setiap Pemilihan Umum untuk Presiden/Wakil Presiden mulai dari Putaran I Tahun 2004 sampai dengan 2014.

Hal yang paling menonjol dari gambar ini adalah pemilih Jakarta selalu memilih calon presiden yang akhirnya menang.

Grafis berikut (yang dibawah) menggambarkan hasil Pilpres Tahun 2014 di setiap daerah di wilayah DKI Jakarta. Sebagaimana dilihat Hasil total di DKI hampir sama dengan hasil secara nasional.

(88)

Penutupan

Data yang disajikan dalam naskah ini berasal dari beberapa Badan penyelenggaran Pemilu, termasuk KPU, KPUD Jakarta, LPU (untuk Zaman Orde Baru). Data dari Tahun 1950s berasal dari data PPI (badan penyelenggara Pemilu pada saat itu) sebagaimana dicatat oleh buku (Alm) Prof Alfian Hasil Pemilihan Umum 1955 untuk Dewan Perwakilan Rakjat yang diterbitkan Leknas LIPI Tahun 1974. Hasil Pemilu untuk Konstituante 1955 dan Hasil Pemilu Daerah Tahun 1957 ditemukan di Universitas Cornell, New York, yang sejak dulu tekun mendalami pengetahuan tentang Indonesia. Data tentang isu budaya dan sosio-ekonomi berasal dari data BPS termasuk Hasil Sensus 2010.

Semoga info yang disajikan berguna.

Hormat kami,

Kevin Evans Pendiri

www.pemilu.asia

Gambar

Tabel 1: Latar belakang suku bangsa penduduk Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

〔下級審民訴事例研究 六〕 一 株式会社の負担する債務の担保として

Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung dan mengonfirmasi teori yang sudah ada bahwa efikasi diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen

Sebelum Perlakuan Diberikan: Menyiapkan instrumen berupa skala kontrol diri dalam menggunakan internet , dan menyiapkan media yang diperlukan saat pemberian

keseimbangan sangat bergantung pada efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan kegiatan pemasaran karena dengan menggunakan kegiatan pemasaran yang tepat maka dapat merubah

Penelitian keanekaragaman kumbang lembing herbivora (subfamili EpiJachninae) dan tumbuhan inangnya di ekosistem tropis basah dataran rendah dilakukan di kawasan Taman Nasional

Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap

8.4.2 Menentukan teknik dan bentuk instrumen penilaian hasil belajar yang tepat dan sesuai untuk materi pelajaran yang diampu, baik untuk ranah sikap, pengetahuan maupun