• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN BAHAN ADDITIVE ABU SEKAM PADI PADA CEMENT PORTLAND PT SEMEN BATURAJA (PERSERO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMANFAATAN BAHAN ADDITIVE ABU SEKAM PADI PADA CEMENT PORTLAND PT SEMEN BATURAJA (PERSERO)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 59

PEMANFAATAN BAHAN ADDITIVE ABU SEKAM PADI

PADA CEMENT PORTLAND

PT SEMEN BATURAJA (PERSERO)

Triyulia Ningsih, Rahmi Chairunnisa, Siti Miskah*

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

Email: miskah56@yahoo.com

Abstrak

Sekam padi merupakan salah satu limbah pertanian yang belum banyak dimanfaatkan menjadi produk yang mempunyai nilai tambah. Sekam padi memiliki komponen kimia SiO2, Fe2O3, dan Al2O3 yang dapat ditambahkan sebagai bahan additive pada semen. Kandungan komponen kimia dari abu sekam padi yaitu SiO2 sebesar 93,65%, Fe2O3 sebesar 2,74%dan Al2O3 sebesar 0,78%. Pada penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penambahan abu sekam padi terhadap pengujian kimia dan fisika semen. Perlakuan awal dengan membakar sekam padi pada suhu tinggi 500-600oC sehingga menjadi abu. Abu sekam padi yang dihasilkan dijadikan bahan addivite semen lalu semen campuran dengan penambahan abu sekam padi pada komposisi yang berbeda di uji sifat kimia dan fisikanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi semen campuran yang paling baik yaitu pada semen 1 dengan penambahan abu sekam sebesar 5%. Hal ini ditunjukkan dari uji kuat tekan pada 3hari, 7hari, dan 28 hari yang semakin meningkat mencapai nilai kuat tekan sebesar 430 kg/cm2 serta pada uji autoclave mengalami pemuaian sebesar 0,0604%.

Kata kunci: abu sekam padi, semen portland, uji kuat tekan, uji autoclave

Abstract

Rice husk is one of the agricultural wasted that has not been harnessed into products that have added value. Rice husk has a chemical component of SiO2, Fe2O3, and Al2O3 can be added as an additive material in cement. The content of chemical components of the rice husk ash: 93.65% SiO2, Fe2O3 of 2.74% and 0.78% of Al2O3. The study aims to determine the effect of the addition of rice husk ash on the chemical and physical testing of cement. The first treatment by burning rice husk at 500-600oC high temperature so that it becomes ash. The resulting rice husk ash used as cement and cement additive material mixture with the addition of rice husk ash on the composition of the different tests and physicochemical properties. The results showed that the composition of the cement mixture that is best in cement 1 with the addition of rice husk ash by 5%. It is shown from the compressive strength test at 3 days, 7 days, and 28 days increased reaching a value of compressive strength of 430 kg/cm2 and the autoclave test expansion experienced by 0.0604%.

Keywords: rice husk ash, portland cement, the compressive strength test, autoclave test

1. PENDAHULUAN

Padi merupakan produk utama pertanian di negara-negara agraris, termasuk Indonesia. Sekam padi merupakan produk samping yang melimpah dari hasil penggilingan padi dan selama ini hanya digunakan sebagai bahan bakar

(2)

Page 60 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 tambahan yang berasal dari alam atau batuan,

yang sebagian basar terdiri dari unsur-unsur silika dan alumina yang reaktif. Pozzolan sendiri tidak memiliki sifat semen. Tetapi dalam keadaan halus bereaksi dengan batu kapur bebas dan air akan menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air (Tjokrodimuldjo, 1996). Dari hasil penelitian sebelumnya telah dilaporkan bahwa kuat tekan mortar dengan adanya penambahan bahan additive berupa trass akan meningkat seiring bertambahnya waktu. Dengan komposisi trass sebesar 5% maka kuat tekan pada 3 hari 249 kg/cm2, 7 hari sebesar 361 kg/cm2, dan pada 28 hari sebesar 420 kg/cm2 (PT Semen Baturaja). Oleh karena itu, diharapkan agar kuat tekan mengalami peningkatan dengan adanya penambahan abu sekam padi. Sejauh ini, kajian pemanfaatan abu sekam padi sebagai sumber silika pada pembuatan semen belum banyak dilakukan meskipun memiliki keuntungan seperti bahan terbaharukan dan tidak merusak lingkungan. Oleh karena kandungan silika yang tinggi dan kadar besi yang rendah diharapkan abu sekam padi dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan pemanfaatan abu sekam padi sebagai additive

pembuatan salah satu komponen semen. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui komposisi ideal semen dengan

penambahan abu sekam padi dari berbagai komposisi semen

2) Mengetahui pengaruh komponen kimia terhadap sifat fisika semen dengan adanya penambahan dari abu sekam padi dari berbagai komposisi semen.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh komponen kimia terhadap sifat fisika semen dengan penambahan abu sekam padi pada semen dengan berbagai komposisi dan bagaimana mengetahui komposisi ideal pada semen.

Semen berasal dari kata “cement” dalam

bahasa asing atau Inggris yang berarti pengikat

atau perekat. Kata “cement” itu sendiri diambil

dari kata latin “cementum” yaitu nama yang

diberikan kepada batu kapur yang serbuknya telah digunakan sebagai bahan adukan (mortar) lebih dari 2000 tahun yang lalu di negara Italia.

Dalam perkembangannya, arti kata “cement

mengalami sedikit perubahan, misalnya pada abad pertengahan semen diartikan sebagai segala macam bahan pengikat/perekat seperti “rubber

cement”, termasuk pula portland cement. Semen

dapat diartikan sebagai pengikat (bonding

material) yang digunakan bersama-sama batu

kerikil, pasir, batu, dan lain-lain untuk pembuatan bangunan, gedung, saluran air, dan

bangunan-bangunan lain. Semen juga merupakan suatu perekat (binders) hidrolis terhadap senyawa anorganik, dan daya rekat semen akan timbul jika semen tersebut bereaksi dengan air (Agus Yulianto, 1995).

Semen Portland didefinisikan sebagai produk yang didapatkan dari penggilingan halus klinker yang terdiri terutama dari kalsium silikat hidraulik dan mengandung satu atau dua bentuk kalsium silikat sebagai tambahan antar giling. Kalsium silikat hidraulik mempunyai kemampuan mengeras tanpa pengeringan atau reaksi dengan karbon dioksida udara, dan arena itu berbeda dengan perekat anorganik seperti Plaster Paris. Reaksi yang berlangsung pada pengerasan semen adalah hidrasi dan hidrolisis (George, 1996).

Sifat-sifat Fisik Bahan Baku yaitu:

a) Batu Kapur

Warna : Putih, abu-abu, kuning tua, jingga dan hitam.

Berat jenis : 2,6 – 3,3 Kg/m3

Kekerasan : berkisar antara 1,8 – 3 skala mohs, tergantung umur, semakin tua maka kekerasan akan semakin besar.

Bentuk : kristal yang halus

b) Pasir Besi

Warna : kilat metalik, warna gelap, kemerahan dan kecoklatan.

Kekerasan : 5,5 – 6,5 skala mohs Bentuk : butiran halus seperti pasir

c) Pasir Silika

Warna : coklat kemerahan

Bentuk : butiran kasar yang agak lengket

e) Gypsum

Warna : putih

Bentuk : mirip bubuk kasar

(PT. Semen Baturaja (Persero), 2001)

(3)

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 61 senyawa-senyawa tersebut, terdapat juga

senyawa-senyawa lain yang keberadaannya tidak diinginkan dan harus dibatasi, seperti Magnesium Oksida (MgO), Alkali, Klorida, Sulfur, dan Fosfor.

a) Oksida Kalsium (CaO)

Oksida kalsium merupakan komponen yang terbesar jumlahnya, dan akan bereaksi dengan oksida silikat, aluminium silikat, alumina, dan oksida besi dan membentuk senyawa mineral potensial penyusun semen.

b) Oksida Silikat/ Silisium (SiO2)

Oksida silikat merupakan oksida komponen terbesar kedua setelah oksida kalsium. Oksida ini juga sangat menentukan dalam pembentukan mineral potensial. Oksida silikat diperoleh dari penguraian dan dekomposisi mineral-mineral montmorilnit, kaolinit, ataupun ilit yang berasal dari tanah liat. Disamping itu, oksida silikat dapat juga diperoleh dari batuan pasir silika (silica sand).

c) Oksida Aluminium/Alumina (Al2O3)

Oksida aluminium bersama oksida kalsium membentuk oksida kalsium aluminat (C3A). Oksida aluminium bersama dengan oksida besi dan oksida kalsium dalam pembakaran di kiln akan membentuk senyawa kalsium alumina ferrit (C4AF). Oksida aluminium sebagian besar diperoleh dari tanah liat (clay). Oksida alumina selain ikut ambil bagian dalam reaksi-reaksi pembentukan mineral potensial juga berperan untuk menurunkan titik leleh pada proses pembakaran di kiln. Oksida alumina ini juga menentukan tingkat kekentalan lelehan hasil pembakaran di kiln dengan nilai berbanding lurus.

d) Oksida Besi (ferrit) (Fe2O3)

Oksida besi bersama oksida kalsium dan aluminium pada proses pembakaran di kiln akan bereaksi membentuk senyawa kalsium alumina ferrit (C4AF). Oksida besi juga bersifat menurunkan titik leleh dan juga menentukan tingkat fase cair dalam klinkerisasi dengan nilainya berbanding lurus.

e) Oksida Magnesium (MgO)

Oksida magnesium tidak berperan dalam membentuk mineral potensial, bahkan keberadaannya dalam semen akan merugikan karena akan menurunkan kualitas semen. Kadar MgO bebas dalam semen dibatasi paling tinggi 2 % dan akan bereaksi dengan air.

MgO + H2O Mg(OH)2 Reaksi ini berlangsung sangat lambat, sedangkan proses pengerasan semen sudah selesai dan Mg(OH)2 menempati ruangan yang lebih besar dari MgO dan hal ini akan menyebabkan pecahnya ikatan pasta semen yang

sudah mengeras sehingga menimbulkan keretakan pada hasil penyemenan.

Sekam yang dibakar disebut dengan abu sekam padi. Pembakaran sekam pada proses pembuatan batu bata dapat mencapai suhu 600-700 °C dalam waktu sekitar 1 sampai 2 jam. yang mengandung unsure silikat yang tinggi yang dapat di manfaatkan sebagai bahan pozzolan buatan. Sekitar 20 % dari bobot padi adalah sekam padi dan kurang lebih 15 % dari komposisi sekam adalah abu sekam yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar (Hara, 1986). Nilai paling umum kandungan silika dari abu sekam adalah 94 - 96 %, dengan Pozzolanic Activity Index 87% dan apabila nilainya mendekati atau di bawah 90 % kemungkinan disebabkan oleh sampel sekam yang telah terkontaminasi dengan zat lain yang kandungan silikanya rendah. Silika yang terdapat dalam sekam ada dalam bentuk amorf terhidrat (Houston,1972).

Gambar 1. Sekam Padi dan Abu Sekam Padi

Tabel 1. Komposisi Kimia Abu Sekam Padi Senyawa Kimia Komposisi

( %)

SiO2 88,92

Fe2O3 0,608

Al2O3 0,674

( sumber : laboratorium analitik Univ.Udayana)

Adapun Syarat-Syarat Fisika Semen Portland yaitu:

Kekuatan tekan (Compressity Strength) Kuat tekan merupakan kemampuan semen untuk menahan atau memikul suatu beban. Pada umumnya kekuatan tekan diukur pada normal

curring (perawatan) sampai umur 28 hari dengan

(4)

Page 62 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 yang diberikan oleh semen terhadap peningkatan

kekuatan mortar terutama terdapat dalam tiga fakor, yaitu:

1) Faktor Air Semen (FAS)

Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai FAS, semakin rendah mutu kekuatan mortar. Namun demikian, nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan mortar semakin tinggi. Nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya akan menyebabkan mutu mortar menurun. Umumnya nilai FAS minimum yang diberikan sekitar 0.4 dan maksimum 0.65. Rata-rata ketebalan lapisan yang memisahkan antar partikel dalam mortar sangat bergantung pada faktor air semen yang digunakan dan kehalusan butir semennya. 2) Kehalusan Butir Semen

Makin halus partikel semen, maka akan menghasilkan kekuatan tekan yang tinggi. Hal ini karena makin luas permukaan yang bereaksi dengan air dan bercampur dengan agregat. Kehalusan butir semen merupakan sifat fisika dari semen, semakin halus butiran semen, proses hidrasi semen akan semakin cepat sehingga kekuatan mortar akan lebih cepat tercapai. Semakin halus butir semen, waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras semakin cepat.

3) Komposisi Kimia

Komposisi kimia semen akan menyebabkan perbedaan dari sifat-sifat semen, secara tidak langsung akan menyebabkan perbedaan naiknya kekuatan dari mortar yang akan dibuat. Jika mortar menggunakan bahan kimia yang dapat mempercepat waktu pengikatan maka kadar kimia senyawa kimia C3S dalam semen harus diperbanyak, jika sebaliknya maka harus dikurangi.

Kontribusi komponen utama semen terhadap kuat tekan semen yaitu:

a)

C3S memberikan kekuatan yang besar pada fase permulaan (28 hari) dan memberikan efek penambahan kekuatan yang kontinyu pada waktu berikutnya.

b)

C2S memberikan kontribusi yang besar pada kekuatan tekan pada umur yang lebih panjang.

c)

C3A, mempengaruhi kekuatan tekan sampai tingkat tertentu. Pada umur 28 hari, pengaruh ini makin kecil sampai nol pada umur setelah 1 atau 2 tahun.

d)

C4AF, tidak memberikan kontribusi yang berarti pada pengembangan kekuatan tekan, bahkan akan mengakibatkan ekspansi yang

halus berupa retak-retak rambut, apabila kandungan MgO dalam semen cukup tinggi.

e)

Gypsum sebagai bahan baku tambahan

dalam semen sangat mempengaruhi proses pengikatan. Senyawa C3A bereaksi dengan air untuk membentuk pengerasan pada semen. Reaksinya mula-mula tergantung pada jumlah pemakaian gypsum sehingga setelah reaksi ini selesai, proses kekakuan tidak terbentuk lagi dan terjadilah pengerasan. Semakin kecil kandungan C3A semakin lama waktu pengikatan dan sebaliknya.

Pemuaian dan Penyusutan

Autoclave merupakan proses sterilisasi pada yang memanfaatkan panas dan tekanan uap dalam chamber. Semen akan mengalami pemuaian dan penyusutan jika dilakukan pengujian dengan autoclave ini. Hal ini disebabkan adanya tekanan dan suhu yang tinggi di dalam autoclave. Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor. Sedangkan penyusutan (shrinkage) terjadi karena volume berkurang karena adanya air yang menguap dalam adonan semen. Semen yang baik adalah jika penyusutannya sekecil mungkin. Kandungan air dari adonan semen dengan air yang telah mengeras, dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu :

a) Air (H2O) yang telah terkait dalam senyawa-senyawa hidrat yang telah mengeras. Air ini terkait dengan ikatan kimiawi, biasanya disebut “combined water” atau “non

evavorable water”.

b) Adsorber water atau gel water yaitu H2O

yang terikat secara ikatan fisika dalam molekul-molekul cement gel.

c) Air bebas (free water) adalah air yang terdapat di antara fase padat dan pasta, air ini disebut “capillary water”.

Syarat-syarat kimia Semen yang harus dipenuhi :

1) LOI dinyatakan sebagai zat yang akan terbebaskan sebagai gas pada saat terpanaskan atau dibakar. Apabila nilai LOI semakin tinggi pada kiln feed maka berarti semakin sedikit kiln feed yang berubah menjadi klinker.

2) Free lime adalah batu kapur yang tertinggal

(5)

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 63 cukup halus, pembakaran klinker kurang

sempurna, kandungan CaO yang terlalu tinggi dalam kiln feed, dan dekomposisi mineral klinker selama proses pendinginan.

3) Liquid fase dibutuhkan untuk pembentukan

C3S pada waktu proses klinkerisasi. Liquid fase yang normal berkisar antara 23 – 28 %.

Liquid fase yang ideal adalah sekitar 25 %.

Keadaan ini sangat baik untuk pembentukan C3S yang cepat melalui pelarutan C2S dan CaO bebas, kemudahan klinker digiling, keawetan fire brick, dan pemakaian bahan bakar yang lebih hemat.

4) Insoluble Residue dalah zat pengotor yang

tetap tinggal setelah semen tersebut direaksikan dengan asam klorida (HCl), dan natrium karbonat (Na2CO3). Insoluble

residue dibatasi untuk mencegah

tercampurnya Semen Portland dengan bahan-bahan alami lainnya yang tidak dapat dibatasi dari persyaratan fisika (Syafri, 1996).

2. METODOLOGI

Metode yang digunakan adalah eksperimental, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari penambahan abu sekam padi pada semen. Metode pengujian sifat fisika dan kimia.

Proses pengujian melalui tahap-tahap berikut : 1) Preparasi bahan yaitu abu sekam padi, klinker

dan gypsum.

2) Penghancuran klinker dan gypsum

3) Pembuatan komposisi campuran antara abu sekam padi, klinker dan gypsum

4) Penggilingan klinker, gypsum dan abu sekam padi pada alat mini mill

5) Pengujian sifat kimia dan sifat fisika

Bahan-bahan yang digunakan: 1) Klinker

2) Gypsum 3) Gliserol etanol 4) BaCl2

5) Ammonium Asetat 6) HCl

7) NaOH

8) Indikator Metil Merah 9) NH4NO3

10) Aquades

11) TEA (Tri Etanol Amine) 12) Pasir Ottawa

13) Sekam Padi

Peralatan yang digunakan 1) Chusher gypsum 2) Chusher Klinker 3) Mini Mill

4) Seperangkat alat X- ray Spectrometer 5) Spatula

6) Neraca analitik

7) Alat refluks Destruksion 8) Buret digital

9) Botol Aquades 10) Erlenmeyer 250 ml 11) Hot plate

12) Stopwatch 13) Kaca arloji 14) Alat blaine 15) Cawan porselin 16) Furnace

17) Gelas kimia 2000 ml 18) Mixer semen

19) Seperangkat alat kuat tekan

Prosedur Penelitian Sekam Padi

Pertama-tama disiapkan terlebih dahulu sekam padi dari tempat penggilingan padi, kemudian dikeringkan di bawah matahari dan dibersihkan dari kotoran-kotoran pengikut seperti daun-daun padi, pasir dan kerikil. Kemudian sekam padi dibakar dan dibiarkan menjadi abu sampai ± 1 hari agar proses pengabuan lebih sempurna. Abu yang dihasilkan kemudian diayak agar ukuranya seragam. Kemudian abu yang dihasilkan di analisis dengan menggunakan alat X-ray Spectrometer untuk mengetahui kadar SiO2, Al2O3, Fe2O3.

Klinker dan Gypsum

Klinker yang di ambil dari klinker

storange digiling dengan crusher klinker agar

ukuran yang dihasilkan lebih kecil dan gypsum yang di ambil dari gypsum storange dikeringkan dengan pemanasan di atas Hot Plate lalu di masukan kedalam oven selama 3 jam dengan suhu 80ºC untuk menghilangkan kadar airnya. Gypsum kering digiling dengan crusher gypsum.

Penggilingan klinker, gypsum dan abu sekam padi pada alat mini mill

(6)

Page 64 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Tabel 2. Komposisi masing-masing semen

Lalu masing-masing campuran semen tersebut di giling dengan alat mini mill selama 1 jam 30 menit dengan kisaran blaine yaitu 4000-6000 cm2/gr.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3. Data Hasil Pengujian Sifat Kimia

Sumber : Laboratorium Kimia dan Fisika PT Semen Baturaja (Persero)

Tabel 4. Data Hasil Pengujian Sifat Fisika

Analisa Kuat Tekan Semen

Kekuatan tekan adalah sifat kemampuan menahan atau memikul suatu beban tekan. Kekuatan tekan yang diukur adalah kekuatan tekan mortar terhadap beban yang diberikan. Mortar adalah campuran antara semen, air dan pasir pada perbandingan tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan yaitu komposisi mineral utama seperti SiO2 dan CaO. Kadar SiO2 semen sebagian besar berasal dari tanah liat, tetapi pada semen yang ditambahkan abu sekam padi dengan penambahan sebanyak 5-20%. Kadar SiO2 semen dapat bertambah karena abu sekam padi memiliki komposisi SiO2 yaitu 93,65 %. Hal ini dapat mempengaruhi kekuatan semen. Kehalusan yaitu makin halus

partikel-partikel semen akan menghasilkan kekuatan tekan makin tinggi.

Tabel 5. Hasil Pengamatan Kuat Tekan Semen

No Semen

Kuat Tekan (kg/cm2)

3 hari 7 hari 28 hari 1 Semen 1 269 309 393 2 Semen 2 307 424 430 3 Semen 3 220 324 328 4 Semen 4 210 325 332 5 Semen 5 131 328 331

Dari tabel hasil analisa kuat tekan semen didapatkan hubungan antara komposisi penambahan abu sekam dengan uji kuat tekan semen. Pengujian kuat tekan dilakukan selama 3 hari, 7 hari dan 28 hari. Kekuatan tekan yang baik apabila nilai kuat tekan selama 3 hari, 7 hari dan 28 hari semakin meningkat. Peningkatan kekuatan tekan dapat dilihat pada Gambar 2:

Pengujian Kuat Tekan Semen

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

1 2 3 4 5

Jenis Semen

N

il

a

i

K

u

a

t

T

e

k

a

n

3 hari 7 hari 28 hari

Gambar 2. Grafik Hubungan Kuat Tekan dengan Jenis Semen

Komposisi SiO2 dan CaO

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

1 2 3 4 5

Jenis Semen

%

SiO2 CaO

Gambar 3. Grafik Komposisi SiO2 dan CaO

(7)

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 65 penambahan abu sekam padi 5 %. Sedangkan

pada pada penambahan abu sekam lebih dari 5 %, nilai kuat tekan tidak begitu berpengaruh. Hal ini dipengaruhi oleh komposisi kimia SiO2 dan CaO, dapat dilihat pada Gambar 3. Berikut adalah grafik dari komposisi SiO2 dan CaO pada berbagai jenis semen:

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa komposisi SiO2 dan CaO sangat berperan penting pada kuat tekan semen. Maka jika nilai SiO2 dan CaO meningkat maka kuat tekan akan semakin baik. Dari Gambar 3. diketahui jenis semen 2 merupakan semen dengan komposisi campuran kadar SiO2 dan CaO yang sudah seimbang. Apabila kadar SiO2 yang meningkat sedangkan kadar CaO menurun maka kuat tekan yang dihasilkan tidak mencapai hasil yang maksimal. Hal ini terjadi pada semen 3,4 dan 5.

Kuat tekan mortar juga dipengaruhi oleh tingkat kehalusan. Kehalusan butir semen merupakan sifat fisika dari semen. Semakin halus butiran semen, proses hidrasi semen akan semakin cepat sehingga kekuatan mortar akan lebih cepat tercapai. Semakin halus butir semen, waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras semakin cepat. Tingkat kehalusan semen dapat dilihat pada Gambar 3.

Pengujian Blaine

Gambar 4. Kehalusan Semen

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa kehalusan semen semakin meningkat dengan penambahan komposisi abu sekam padi yang semakin meningkat, hal ini disebabkan karena ukuran partikel abu sekam padi tersebut telah halus. Jika di lihat dari Gambar 4, kehalusan semen ini tidak mempengaruhi kuat tekan semen. Hal ini di sebabkan karena kadar CaO yang berkurang dapat di lihat dari Gambar 4.

Analisa Pemuaian dan Penyusutan Semen Autoclave adalah proses sterilisasi dengan memanfaatkan panas dan tekanan uap dalam suatu wadah, sedangkan mekanisme kerja autoclave pada pengujian pemuaian dan

penyusutan semen ini memanfaatkan suhu dan tekanan yang tinggi. Dengan suhu dan tekanan tinggi dapat mengakibatkan terjadinya pemuaian dan penyusutan semen. Nilai pemuaian dan penyusutan semen dapat diketahui dari Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Pengamatan Autoclave Jenis

Semen Pemuaian Penyusutan Semen 1 0,0628

Semen 2 0,0604

Semen 3 0,0248

Semen 4 0,050

Semen 5 0,069

Dari grafik di atas diketahui bahwa semen 1 dan 2 mengalami pemuaian sedangkan semen 3,4 dan 5 mengalami penyusutan. Hal ini disebabkan dikarekan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pemuaian dan penyusutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dapat dilihat di Gambar 5.

Parameter Pemuaian

Gambar 5. Grafik Parameter Pemuaian

(8)

Page 66 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Parameter Penyusutaan

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50

1 2 3 4 5

Jenis Sem en

%

LOI

Insolubel residu

H2O

Gambar 6. Grafik Parameter Penyusutan

Jika dilihat hubungan dari Gambar 5 dan Gambar 6, kadar H2O dan isoluble residu

merupakan faktor terjadinya penyusutan dari semen. Pada semen 3,4 dan 5 terjadinya penyusutan hal ini disebabkan karena kadar H2O

dan isoluble residu yang semakin meningkat.

Kadar H2O dan isoluble residu jika dilakukan proses autoclave dengan suhu dan tekanan yang tinggi maka akan menguap dan kadar dari semen tersebut berkurang hingga mengalami penyusutan. Lost of Ignation (LOI) merupakan kadar hilang pijar suatu semen atau zat yang akan terbebaskan sebagai gas pada saat terpanaskan atau dibakar. Pada hasil percobaan dari Gambar 5 kadar LOI dari semen semakin meningkat, hal ini menunjukan bahwa semakin banyak kadar semen yang berkurang jika diberikan panas yang sangat tinggi. Kadar hilang pijar ini dapat di katakan sebagai parameter terjadinya penyusutan semen, karena jika semen di autoclave dengan suhu dan tekanan yang tinggi, maka akan semakin banyak kadar yang berkurang, jadi dapat dilihat bahwa semen 3,4 dan 5 akan mengalami penyusutan. Hal ini disebabkan karena kadar LOI nya semakin meningkat pula. Kadar penyusutan semen dikatakan masih baik jika tidak melebihi 0,2 %, semen 3,4 dan 5 kadar penyusutanya tidak melebihi dari 0,2 %.

4. KESIMPULAN

Dari penelitian yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan:

1) Komposisi ideal semen yang terbaik yaitu dengan adanya penambahan abu sekam padi sebesar 5%.

2) Komponen kimia CaO, SiO2, dan kehalusan pada semen akan menambah kuat tekan mortar, semakin lama waktu penyimpanan yaitu pada 28 hari maka kuat tekan mortar

juga akan meningkat, sedangkan semen mengalami pemuaian dan penyusutan dikarenakan adanya komponen kimia yang mempengaruhi seperti kadar free lime, kadar H2O, kadar insoluble residu, dan kadar Lost

of Ignation pada semen.

DAFTAR PUSTAKA

Tjokrodimuldjo, K. 1996. Teknologi Beton. Nafgiri. Yogyakarta.

Anonim. 2005. Departemen Produksi PT. Semen Baturaja (Persero).

Agus, Yulianto. 1995. Pengaruh Penambahan

Abu Sekam Padi Terhadap Mutu Beton.

Tugas Akhir Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.

George. 1996. Perencanaan Struktur Beton

Bertulang. Terjemahan M. Sahari Besari.

Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Hara. 1986. Teknologi Pembuatan Semen

Portland. PT. Semen Cibinong Tbk.

Bogor.

Houston. 1972. Kualitas Batubara Indonesia

Arti Pada Pemanfaatannya. WEC.

Jakarta.

Laboratorium analitik Univ. Udayana.

http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.

Harsono, Heru. 2002. Pembuatan Silika Amorf

dari limbah Sekam Padi.

http://industri10aron.blog.mercubuana.ac. id.pdf. Diakses tanggal 5 Juni 2011.

Malawi. 1996. Pengetahuan Teknik Bangunan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ajiwe, et al., 2000. International Cement

Production seminar.

Purwandari. 2006. Pemanfaatan Abu Sekam Padi Sebagai Campuran untuk Peningkatan

Kekuatan Beton. Medan. Skripsi Jurusan

Fisika, FMIPA, USU.

(9)

Gambar

Gambar 1. Sekam Padi dan Abu Sekam Padi
Tabel 3. Data Hasil Pengujian Sifat Kimia
Tabel 6. Hasil Pengamatan Autoclave
Gambar 6. Grafik Parameter Penyusutan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian kuat tekan dari batako pada sampel D, dimana semen yang disubstitusi dengan abu batubara dalam kondisi tetap 15 % dari volume perekat dan pasir disubstitusi batu

Kesimpulan yang dapat diambil dari data hasil penelitian mengenai pengaruh pengganti sebagian semen dengan 70% abu pecahan terumbu karang dan 30% abu sekam padi terhadap nilai

Mortar adalah bahan yang terbuat dari campuran agregat halus dan semen yang bereaksi dengan air sebagai perekat, berfungsi untuk merekatkan pasangan.. batu bata,

Laporan tugas akhir ini sebagai salah satu prioritas utama dalam meningkatkan kualitas dan menyelesaikan pendidikan di Jurusan Teknik Kimia Program Studi S1 Terapan

Oleh karena itu, untuk menganalisa penurunan faktor klinker pada semen diperlukan juga penyesuaian mineral klinker dan modulus bahan mentah untuk menghasilkan semen dengan kuat

Menurut Neville, penggunaan silica fume dengan jumlah yang rendah (dibawah 5% dari berat semen) tidak menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi dari beton karena jumlah

Nilai hasil pengujian kuat tekan benda- benda uji beton akan menunjukkan bahwa hubungan antara kekuatan tekan dengan kecepatan pemberian gaya adalah fungsi logaritmis, dimana semakin

Secara teori, semakin besar nilai BSS semakin halus partikel semen sehingga kekuatan mekanis semen lebih besar (Zhang et al. Hal ini menunjukkan bahwa semen dengan tambahan CGA