• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOFT SKILL MAHAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOFT SKILL MAHAS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOFT SKILL MAHASISWA

PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOFT SKILL MAHASISWA

Kemajuan suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia. Semakin baik kualitas sumber daya manusia suatu bangsa, maka semakin memiliki competitive advantage dengan negara lain terutama di era globalisasi. Era globalisasi yang dimulai pada abad XXI dipandang sebagai era persaingan kualitas. Hal ini membawa berbagai konsekuensi baru pada berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Dimana pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam meningkatkan sumber daya manusia. Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia khususnya pada tingkat perguruan tinggi, telah mengalami pergeseran-pergeseran ke arah pembentukan kompetensi lulusan. Kompetensi lulusan menjadi salah satu faktor penunjuk keberhasilan perguruan tinggi dalam menjalankan misinya. Hal ini terkait dengan daya tarik (pull factor) bagi pengguna atau user (stakeholder) untuk memakai lulusan perguruan tinggi yang memiliki kompetensi terbaik.

Selaras dengan amanat dalam strategi kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional, yaitu “Mewujudkan Insan Indonesia yang Cerdas dan Kompetitif Tahun 2025”, maka peningkatan daya saing lulusan sebagai salah satu output dari pendidikan tinggi telah ditempatkan sebagai prioritas program utama di setiap perguruan tinggi. Upaya peningkatan kualitas lulusan ini, selain dilakukan melalui sistem pembelajaran yang komprehensif, efektif dan transformatif, juga dikembangkan program pembinaan kemahasiswaan yang diarahkan memiliki pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) sehingga memberikan nilai tambah (addedvalues) guna meningkatkan daya saing lulusan.

Dunia pendidikan yaitu perguruan tinggi/universitas dihadapkan pada situasi untuk selalu bergerak dalam mengedepankan output-nya yaitu lulusan yang berkualitas (memiliki kompetensi). Istilah kualitas merupakan kata kunci yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi termasuk yang ada di Indonesia. Dalam Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi (DGHE, 2004) disebutkan bahwa peningkatan kualitas dipandang sebagai strategi utama dalam meningkatkan nation’s competitiveness. Dalam hal ini kompetensi lulusan (sarjana) tentu tidak hanya pada bidang keilmuannya saja, ada kompetensi-kompetensi penunjang yang akan meningkatkan daya tawar (bargaining power) para lulusan (sarjana) pada saat memasuki pasar tenaga kerja. Kompetensi yang dimaksudkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, menunjukkan bahwa selain kompetensi pada bidang ilmunya (base knowledge), dituntut pula ada kompetensi-kompetensi tambahan. Kompetensi tambahan ini sangat diperlukan dikarenakan rekruitmen tenaga kerja saat ini tidak hanya membutuhkan sarjana-sarjana fresh graduate yang memiliki base knowledge yang tinggi (yang ditunjukkan oleh indeks prestasi yang tinggi), namun juga para sarjana yang memiliki wawasan kemandirian dan keahlian lainnya.

(2)

Senada dengan hal itu, Samani Muchlas (2007) mengungkapkan pendidikan di Indonesia tampaknya terlalu teoritik, seperti di awang-awang, tidak bisa membumi, dan memisahkan dari kehidupan sehari-hari. Melihat kondisi ini, berarti pendidikan di negara kita selama ini belum membekali peserta didik bagaimana menghadapi kehidupan nyata di tengah masyarakat, sehingga menyebabkan mereka tidak tahu apa yang harus dikerjakan, kecuali belajar dengan buku untuk mendapatkan selembar ijasah. Dari penelitian yang dilakukan Goleman, D (1998) sebagaimana dikutip Widhiarso Wahyu (2007) menemukan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya didukung oleh seberapa pintar seseorang dalam menerapkan pengetahuan dan mendemonstrasikan keterampilannya, akan tetapi seberapa besar seseorang mampu mengelola dirinya dan berinteraksi dengan orang lain. Adanya konsekuensi tersebut, maka tidaklah terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa pada era globalisasi ini universitas sebagai penyelenggara pendidikan tinggi diposisikan sebagai kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional dalam kancah persaingan global. Bahkan dari laporan Professional Standarts Council New South Wales yang dikutip Asia Pacific of Journal Cooperative Education (2005) disebutkan: “It challenges to recognize the importance of soft skill to professional competence and to develop programs to increase proficiency in these areas” (Tantangan ini mengakui pentingnya soft skill untuk kompetensi profesional dan mengembangkan program peningkatan kemampuan di bidang tersebut).

Sebagaimana perguruan tinggi lainnya, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) merupakan bagian dari lembaga yang bergerak di bidang pendidikan tinggi, diharapkan mampu berkembang sebagai perguruan tinggi yang mengedepankan kualitas, profesional, efektif dan efisien. Upaya untuk mengembangkan UNS menuju world class university, yaitu unggul di tingkat internasional dan maju di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni seperti yang diamanatkan dalam Visi dan Misi UNS, mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar. Berbagai program, kebijakan dan kegiatan telah dilakukan secara

berkesinambungan untuk menghadapi tantangan perubahan global yang terus melaju cepat, dinamis, interdependen dan kompleks. Perubahan-perubahan tersebut pada akhirnya menuntut agar lulusan UNS memiliki kompetensi yang handal dan berdaya saing.

(3)

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dunia pendidikan selama ini hanya terfokus pada bagaimana mengejar prestasi akademik mahasiswa yang ditandai dengan tingginya Indeks Prestasi Komulatif (IPK) pada setiap akhir periode pengajaran. Hal ini tidak salah, akan tetapi bila kemampuan akademis dijadikan satu-satunya parameter keberhasilan pendidikan, tentu belum memadai. Untuk itu UNS dalam pengembangan program pembinaan kemahasiswaan menempatkan prioritas kerja utama adalah peningkatan daya saing lulusan sebagai salah satu output dari program keunggulan dalam pendidikan. Upaya peningkatan kualitas lulusan selain dilakukan melalui penjaminan mutu penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, juga program pembinaan kemahasiswaan diarahkan agar dapat memberikan nilai tambah guna meningkatkan daya saing lulusan di bursa kerja nasional maupun internasional. Nilai tambah terus diupayakan untuk membentuk mahasiswa yang berkarakter yaitu melalui

pengembangan soft skill dalam melengkapi hard skill. Untuk memberikan nilai tambah kepada mahasiswa di bidang kemahasiswaan, selama tahun 2009 UNS mengaktifkan

berbagai kegiatan ko/ekstra-kurikuler yang dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bidang, yaitu : (1) bidang penalaran, (2) bidang minat, bakat dan karier, (3) bidang kesejahteraan, (4) bidang pengabdian pada masyarakat, (5) bidang alumni. Namun dalam menerapkan strategi

pengembangan soft skill ini perlu melihat berbagai faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor internal yang dianggap sebagai kekuatan (strength) dalam mendukung pengembangan soft skill mahasiswa di UNS, diantaranya telah diterapkan sistem

pembelajaran melalui model Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dalam Satuan Kredit Semester (SKS) sesuai dengan Peraturan Rektor No. 553/H27/PP/2009 di semua fakultas dan pemantapan sistem penilaian hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP). Juga adanya sarana penunjang aktivitas mahasiswa, berupa Unit Kegiatan Kemahasiswaan (UKM); Organisasi Kemahasiswaan; Pusat Bimbingan Konseling; Unit Pengembangan Kreativitas dan Penalaran Mahasiswa (UPKPM); Career Development Centre (CDC); Himpunan Mahasiswa Jurusan, Koperasi Mahasiswa, dan lain-lain. Selain itu, tersedianya dana program pembinaan kemahasiswaan yang dikelola Biro Administrasi Kemahasiswaan, yang pada tahun 2009 telah menyerap anggaran sebesar Rp.

4.562.809.500,-. Untuk tahun anggaran 2010 telah dialokasikan dana pengembangan soft skill mahasiswa sebesar Rp.

307.120.000,-Meskipun demikian masih terdapat hambatan dalam pengembangan soft skill mahasiswa yang dianggap sebagai faktor kelemahan (weaknesses), yaitu minimnya pelatihan dalam rangka pembinaan kepribadian dan pembekalan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) bagi mahasiswa guna membentuk semangat kemandirian usaha, serta kurangnya keterlibatan mahasiswa dalam proses pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dilaksanakan dosen. Hal ini disebabkan belum sinergi dan terpadunya metode pembelajaran antara apa yang diterapkan dalam kegiatan intra kurikuler dengan kegiatan ko/ekstra kurikuler.

Berdasarkan pengamatan, terdapat beberapa peluang (opportunities) yang mendorong dapat dikembangkannya program soft skill mahasiswa di UNS, antara lain terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak, baik perusahaan, industri, instansi pemerintah dan swasta, yang sampai tahun 2010 mencapai 242 naskah perjanjian kerjasama. Bahkan telah ada kebijakan internasionalisasi UNS menuju world class university melalui sistem pemeringkatan universitas dunia. Saat ini UNS telah menduduki peringkat 1.585 perguruan tinggi terbaik dunia versi Webometric (43 terbaik di Asia Tenggara dan 6 PTN terbaik di Indonesia), serta termasuk dalam 200 perguruan tinggi terbaik di Asia versi THES (The Higher EducationSuplement) dengan menempati urutan ke 171. Hasil ini menunjukkan dari sekitar 2.800 PT di Indonesia, hanya 8 PT yang masuk ranking 200 besar Asia dan UNS berada di urutan 6.

(4)

tahun 2009 menunjukkan dari 21,2 juta angkatan kerja Indonesia, sebanyak 4,1 juta (22,2%) adalah pengangguran terbuka yang didominasi oleh lulusan Diploma dan Sarjana dengan kisaran diatas 2,2 juta orang. Hal ini berarti jumlah pengangguran usia produktif dan pengangguran terdidik semakin banyak. Kondisi demikian menunjukkan semakin ketatnya persaingan dunia industri dalam mengembangkan usahanya dan belum kondusifnya iklim investasi di Indonesia sebagai akibat dari dampak terjadinya inflasi. Berdasarkan laporan World Competitivenes Yearbook Tahun 2007 menyebutkan ternyata tingkat daya saing kualitas SDM di Indonesia masih sangat rendah, yaitu berada di ranking 116 diantara 187 negara di dunia. Bahkan peringkat tersebut masih di bawah negara-negara Asean.

Dari gambaran di atas perlu dikaji bagaimana pendidikan tinggi, dalam hal ini UNS mempersiapkan lulusannya supaya memiliki competitive advantage sehingga dapat memasuki pasar kerja dan menjadi salah satu faktor penunjuk keberhasilan perguruan tinggi dalam menjalankan misinya. Dengan demikian dapat dimunculkan urgensi sasaran strategisnya, yaitu tergugahnya kesadaran civitas akademika, khususnya mahasiswa akan pentingnya soft skill sebagai modal utama pengembangan program pembinaan mahasiswa, dan terbentuknya semangat kemandirian mahasiswa sehingga siap untuk terjun ke masyarakat. (magna)

Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyatakan bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill.

Hardskill

Yaitu penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan teknis yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang dipelajari.

Sebagai contoh: Insinyur mesin seharusnya menguasai ilmu dan teknik permesinan, Dokter harus mumpuni bidang ilmu kedokteran, seseorang lulusan teknik informatika tentunya harus menguasai hard skill di bidang rekayasa perangkat lunak, web programming, dll yang tergolong hard skills di teknik informatika. Demikian juga seorang lulusan

Akuntansi, misalnya harus menguasai analisis laporan keuangan, penyusunan anggaran, dll. Dalam melamar kerja biasanya hardskill tercantum dalam cv kita. Pihak yang berwenang pun berkilah bahwa tidak semua perguruan tinggi berhasil mengajarkan hard skills tersebut, malah katanya hanya sekedar mata kuliah yang tercantum di Transkrip.

Softskill

Yakni ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (inter-personal skill) dan ketrampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intra-personal skill) yang mampu mengembangkan untuk kerja secara maksimal.

Inter-Personal Skill

(5)

 Membangun hubungan baik

 Kemampuan memotivasi

 Kemampuan kepemimpinan

 Kemampuan memasarkan diri sendiri

 Kemampuan bernegosiasi

 Kemampuan berpresentasi

 Kemampuan berkomunikasi di depan publik

Intra-Personal SKILL

 Membentuk karakter

 Membentuk kepercayaan/keyakinan

 Manajemen perubahan

 Manajemen stress

 Manajemen waktu

 Proses berfikir kreatif

 Menentukan tujuan hidup

 Teknik percepatan belajar

Contoh daftar kemampuan soft skills adalah sebagai berikut: • Kejujuran

• Tanggung jawab • Berlaku adil

• Kemampuan bekerja sama • Kemampuan beradaptasi • Kemampuan berkomunikasi • Toleran

• Hormat terhadap sesama

• Kemampuan mengambil keputusan • Kemampuan memecahkan masalah, dsb

Berikut ini adalah 10 kiat sukses 50 orang tersukses di Amerika. Ten Common Traits of the Best Business Leaders

1. Passion

2. Intelligence and clarity of thinking 3. Great communication skills 4. High energy level

5. Egos in check 6. Inner peace

7. Capitalizing early life experience 8. Strong family lifes

9. Positive attitude

10. Focus on “doing the right things right

(6)

• Inisiatif

• Kemampuan untuk belajar • Handal

• Percaya diri

• Kemampuan berkomunikasi • Antusias

• Berani mengambil keputusan • Integritas

• Motivasi untuk meraih prestasi/ Gigih • Berkreasi

• Kerjasama dalam tim • Berfikir kritis

• Menghargai (pendapat) orang lain

Element-Element Softskill yang terkait dalam dunia kerja

  Kecerdasan Emosi

Kesuksesan seseorang tidak hanya didukung oleh seberapa smart seseorang dalam menerapkan pengetahuan dan mendemonstrasikan keterampilannya, akan tetapi seberapa besar seseorang mampu mengelola dirinya dan interaksi dengan orang lain. Keterampilan tersebut dinamakan dengan kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi juga meliputi sejumlah keterampilan yang berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang lain; dan kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan, dan meraih tujuan hidup.

  Gaya Hidup Sehat

University of Central Florida memasukkan tema gaya hidup sehat ini sebagai target pengembangan soft skills bagi mahasiswa mereka. Topik yang diangkat dalam pengembangannya memuat nutrisi, manajemen stres, pengelolaan waktu, cultural diversity, dan penyalahgunaan obat terlarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup yang sehat mempengaruhi tingginya ketahanan, fleksibiltas dan konsep diri yang sehat yang mempengaruhi tingginya partisipasi dalam komunitas.

  Komunikasi Efektif

Cangelosi dan Petersen (1998) menemukan bahwa banyak kegagalan siswa di sekolah, masyarakat dan tempat kerja diakibatkan rendahnya keterampilan dalam berkomunikasi. Selain keterampilan komunikasi berperan secara langsung, peranan tidak langsung juga ditemukan. Secara tidak langsung keterampilan komunikasi mempengaruhi tingkat kepercayaan diri dan dukungan sosial yang kemudian dilanjutkan pengaruhnya kekesuksesan.

(7)

Hard skills (Kemampuan Teknis) :

 Berlari

 Menendang

 Berebut bola

Soft skills :

 Kemampuan bekerjasama

 Mengambil inisiatif

 Keberanian mengambil keputusan

 Gigih

Hampir semua perusahaan dewasa ini mensyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara hard skill dan soft skill, apapun posisi karyawannya. Di kalangan para praktisi SDM,

pendekatan ala hard skill saja kini sudah ditinggalkan. Percuma jika hard skill oke, tetapi soft skillnya buruk. Hal ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan soft skill, seperi team work, kemampuan komunikasi, dan interpersonal relationship, dalam job requirementnya. Saat rekrutasi karyawan, perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih baik meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya sederhana : memberikan pelatihan ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Bahkan kemudian muncul tren dalam strategi rekrutasi „ Recruit for Attitude, Train for Skill.

Jadi, hard skill merupakan faktor penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skillnya yang baik.bisa di katakana untuk mencapai sukses selain mempunyai hardskill yang kompeten di bidangnya, seseorang juga harus memiliki softskill yang berkenaan dengan sifat dan kepribadiannya.Anda bisa mendownload Filenya disini: Download

Silahkan baca juga Artikel Terkait ini

Interpersonal Skill

 Fokus Adalah Kunci Menuju Sukses

 Everything is Always Valuable

 Kiat Menjadi Manusia Berjiwa Besar

 13 RAHASIA SUKSES (Think And Grow Rich )

 10 Kata Bijak Hari Ini; Berani Gagal!!!

 Inter Personal Skill

 Makalah Interpersonal Skill

 8 Langkah Jitu Meningkatkan Produktivitas dalam Segala Hal

 5 Tips Sederhana Menumbuhkan Kepercayaan Diri Yang Luar Biasa

(8)

Abstrak

Kegiatan ini adalah kegiatan …..K….M…. M…. (PKM-M) dengan sasaran mahasiswa FakMatIPA UniNegMak (UFMIPA-UNM). Adapun tujuannya adalah menyelenggarakan pelatihan membangung kepercayaan diri mahasiswa sehingga mereka dapat meningkatkan dan mengasah kemampuan softskillnya. Pelatihannya akan dilaksanakan dalam bentuk miniworkshop softskill dan hanya akan terfokus pada hal yang paling mendasar yaitu membangun kepercayaan diri mahasiswa. Materi pelatihan (sebagai produk luaran pertama) akan disusun dari berbagai sumber buku dan video psikologi, motivasi dan pengembangan diri. Selanjutnya, berdasarkan materi yang telah disusun, akan dilaksanakan miniworksop terhadap 10 orang mahasiswa terpilih selama satu bulan. Sebagai indicator keberhasilan training, maka setiap 2 orang mahasiswa tersebut harus membuat training serupa terhadap 10 mahasiswa yang lainnya. Dengan kata lain mahasiswa tersebut sudah menjadi mahasiswa trainer bagi mahasiswa yang lainnya (sebagai produk luaran kedua). Harapannya adalah, ketika setiap mahasiswa yang telah melalui training ini dapat mentraining mahasiswa lainnya, maka akan semakin banyak mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk dapat mengasah kemampuan softskillnyayang lainnya. Pada gambar 1, dapat dilihat harapan jangka panjang dari produk pelatihan ini. Adapun Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah dihasilkannya 60 mahasiswa trainer di bulan ke 4.

Referensi

Dokumen terkait

Sintesi Kitosan Sulfat Melalui Reaksi Sulfonasi Kitosan dengan.. Asam Klorosulfonat dalam Pelarut

menyampaikan file penawaran tersebut kepada LPSE untuk mendapat keterangan bahwa file yang bersangkutan tidak dapat dibuka dan bila dianggap perlu LPSE dapat

Menciptakan lapangan kerja selaras dengan kebijakan ekonomi makro yang.. berlandaskan pada upaya pengurangan penngangguran di berbagai

Survey yang dilakukan kepada bidan sebagai pelaksana SIMPUSTRONIK di Puskesmas Paiton dan Puskesmas Sumberasih Kabupaten Probolinggo menghasilkan 3 indikator

a. Pengajuan SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan. 1) Pada prinsipnya PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau

Dari hasil penelitian laporan keuangan PT.Perkebunan Nusantara II tahun 2005- 2009 diperoleh bahwa penurunan rasio ROI dipengaruhi oleh semakin menurunnya perolehan laba

Kita tahu patriotisme merupakan wujud sikap cinta tanah air. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang menyentuh aspek jiwa pada pelajar. Patriotisme membawa kemajuan bangsa

Mata kuliah Praktik Pengalaman lapangan (PPL) merupakan bagian integral dari kurilukum pendidikan tenaga kependidikan, dengan berdasarkan kompetensi yang termasuk