• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bimbingan Teknis dan Pembekalan Fasilita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bimbingan Teknis dan Pembekalan Fasilita"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Bimbingan Teknis dan Pembekalan Fasilitasi Pendataan RTLH Tahun 2015

6 Oct 2015 02:36 am| 748 Pengunjung

Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28 H Amandemen UUD 1945, rumah merupakan salah satu hak dasar rakyat, oleh karena itu setiap warga negara berhak untuk mendapatkan tempat tinggal dan lingkungan hidup yang baik dan sehat.Selain itu, rumah juga merupakan kebutuhan dasar manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan, dan penghidupan serta sebagai pencerminan diri pribadi dalam upaya peningkatan taraf hidup, pembentukan watak, karakter, dan kepribadian bangsa.

Menurut data statistik sebagian besar masyarakat membangun rumahnya secara swadaya, artinya perumahan swadaya menjadi tumpuan sebagian besar rakyat Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 terdapat 7,9 juta unit Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang mana sebanyak 2,9 juta unit berada di perkotaan dan 5 juta unit berada di perdesaan. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah yang sulit dijangkau oleh Pemerintah, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, serta mata pencaharian yang tidak menentu. Disisi lain, berbagai program terkait peningkatan kualitas rumah tidak layak huni dari beberapa kementerian/lembaga (K/L) dan non KL pun seperti Program Quick Wins, Pandu Gerbang Kampung-Menkokesra, Program PKH (Program Keluarga Harapan), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Program Pengembangan Desa Tertinggal, Program Aspirasi dan Program LVRI telah marak dilaksanakan dengan berbagai sumber pendanaan. Namun dalam pelaksanaannya, seringkali mengalami kendala yang muaranya adalah keterbatasan database RTLH yang menjadikan pelaksanaan program-program tersebut tidak tepat sasaran, tidak tepat anggaran, tidak tepat waktu. Perlu dipahami bahwa kondisi data Perumahan yang ada saat ini sebagian besar merupakan data makro. Dalam konteks data kelompok sasaran dan objek RTLH, data makro merupakan data agregat tentang jumlah dan persentase RTLH dan masyarakat miskin serta variabel lainnya pada tingkat nasional dan wilayah (provinsi dan kabupaten/kota). Sumber data makro sebagian besar bersumber dari BPS yang dalam hal ini BPS merupakan institusi yang menyediakan data dalam lingkup nasional. Contoh data makro di antaranya adalah statistic perumahan dan permukiman tahun 2007 yang menyediaan data makro terkait perumahan dan permukiman dalam skala provinsi.

Sementara, untuk menjamin pelaksanaan program peningkatan kualitas hunian dan permukiman untuk lebih layak huni lebih tepat sasaran, penggunaan, dan tepat waktu, maka dibutuhkan data mikro yang lebih operasional. Data mikro yang idealnya mampu menyajikan informasi yang lebih spesifik terkait kelompok sasaran MBR dan objek RTLH dan direkap dalam unit administrasi terendah (misalnya RT/ RW atau desa/ kelurahan). Data ini yang bersifat mikro ini lebih operasional dalam mengidentifikasi kelompok sasaran dan objek RTLH itu sendiri, yakni pemilik RTLH (seperti nama KK, alamat dan jumlah penghasilan) serta karakter fisik dari RTLH itu sendiri (kualitas bangunan, luas bangunan, ketersediaan sanitasi, dll).

(2)

Pada Hari Senin 10 Agustus 2015 dilaksanakan Bimbingan Teknis dan Pembekalan Fasilitasi Pendataan RTLH oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bekerjasama dengan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten bertempat di Hotel Le Dian Kota Serang Provinsi Banten.

Pada acara tersebut di buka oleh Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten, Bapak Ir. H M Husni Hasan, CES. Dalam pembukaannya beliau menekankan pada pentingnya akan kebutuhan data yang dimiliki dan sinkronisasi data antara pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi, kota dan kabupaten.

Maksud kegiatan ini adalah menyediakan basis data RTLH yang valid dan up to date dalam skala mikro (desa –per desa) dan skala makro (kabupaten/kota) untuk:

1. Memudahkan dan membantu pemerintah pusat-daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya (stakeholders), untuk dapat berpartisipasi dan berkontribusi dalam peningkatan kualitas rumah dan permukiman termasuk RTLH di setiap kabupaten/kota secara optimal.

2. Landasan pelaksanaan upaya peningkatan kualitas rumah dan permukiman di tingkat kabupaten/kotayang memerlukan peran serta dari berbagai lini dan lintas sektoral.

Tujuan dari pelaksanaan program pendataan RTLH ini adalah penyusunan profil database baik deskriptif maupun spasial RTLH berupa data makro dan mikro RTLH yang mencakup:

1. Atlas. Dalam Atlas diuraikan tentang kondisi RTLH saat inidan indikator yang mempengaruhi. Informasi yang relevan dikemas dan divisualisasikan dalam bentuk peta spasial, tabel, diagram dan foto-foto pendukung. Data-data yang ada disusun sistematis dan disajikan sebagai dasar perumusan program pembangunan komprehensif.

2. Agenda. Berdasarkan informasi dalam Atlas, maka dirumuskan arah, strategi dan rencana peningkatan kualitas RTLH kedalam program-program (teknis-non teknis) menurut segmentasinya (komponen lahan/rumah yang tidak memenuhi persyaratan Rumah Layak Huni, tingkat kerusakan, dan kelompok sasaran). Program-program tersebut dipadukanbersinergi dan aspek pembiayaannya dikaitkan dengan potensi-sumberdaya stakeholder.

(3)

Selain itu, mengingat dalam pelaksanaan pendataan ini membutuhkan realisasi komitmen peran serta dari pemerintah daerah dalam menjalankan urusan wajibnya di bidang Perumahan, dan peran serta dari masyarakat untuk menjalankan pendataan RTLH di masing-masing wilayah Kelurahan/desanya, maka di akhir kegiatan ini diharapkan tercapainya kondisi sebagai berikut :

1. Komitmen dan Kemampuan/kapasitas pemerintah daerah (provinsi-kabupaten/kota) dalam: 1. menyediakan basis data RTLH sebagai salahsatu urusan wajib Bidang Perumahan. 2. menyediakan-mengupdate database RTLH secara mandiri

2. Kemampuan masyarakat desa untuk melakukan pembaharuan data RTLH-PKP secara mandiri melalui pemetaan swadaya dan Community Action Plan.

Sasaran Pelaksanaan kegiatan penyusunan database RTLH ini adalah agar pelaksanaan peningkatan kualitas/perbaikan RTLH ini dapat tepat sasaran, penggunaan, anggaran dan waktu sehingga amanat hak setiap masyarakat untuk memperoleh rumah dan permukiman yang layak huni dapat terpenuhi. Pengertian Rumah Tidak Layak Huni Berdasarkan Permenpera RI No. 22/PERMEN/M/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Kab. /Kota yang dimaksud dengan Rumah Layak Huni (RLH) adalah Rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya. Kriteria rumah layak huni ini tidak menghilangkan penggunaan teknologi dan bahan bangunan daerah setempat sesuai kearifan lokal daerah untuk menggunakan teknologi dan bahan bangunan dalam membangun Rumah Layak Huni.

Kriteria Rumah Layak Huni ini tidak menghilangkan penggunaan teknologi dan bahan bangunan daerah setempat sesuai kearifan lokal daerah untuk menggunakan teknologi dan bahan bangunan dalam membangun rumah layak huni.

Beberapa perihal indikator Rumah Layak Huni adalah

1. SNI 03-1979-1990, Spesifikasi matra ruang untuk rumah dan gedung 2. SNI 03-1728-1989 (Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung) 3. UU No 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

4. Permenpera No 22 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimum Bidang Perumahan Rakyat 5. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 08/PERMEN/M/2007 tentang Pedoman

Pembangunan Perumahan Swadaya;

6. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat).

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1077/Menkes/PER/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah

Berikut adalah persyaratan teknis dari Rumah Layak Huni (RLH) yang mencakup aspek keselamatan, aspek kesehatan, dan aspek kecukupan luas ruang minimum – serta komponen material bangunan.

(4)

2. Aspek Kesehatan mencakup persyaratan pencahayaan, penghawaan, dan utilitas rumah.

3. Luas dan Kebutuhan Ruang mencakup ketentuan kecukupan luas, ketentuan organisasi ruang. Ketentuan Organisasi Ruang, Organisasi ruang harus mengandung fungsi-fungsi untuk keluarga, yaitu ruang keluarga, dapur, kamar mandi dan kakus, serta ruang tidur.

4. Komponen bahan bangunan sesuai konteks lokal. Teknologi dan bahan bangunan Rumah Layak Huni yang sesuai dengan kearifan lokal disesuaikan dengan adat dan budaya daerah setempat.

Mengacu pada studi dalam Roadmap Reformasi Kebijakan Perumahan yang telah dilakukan oleh Bappenas dengan dukungan teknis dari World Bank, Kriteria Penghasilan Masyarakat di Indonesia dikelompokkan atas 10 desile.

Informasi susenas BPS menunjukkan bahwa 45% rumah yang ada saat ini, atau sebanyak 28,9 juta unit, masih di bawah standar karena salah satu atau beberapa faktor berikut: ada satu bahan bangunan yang tidak layak, tidak ada akses air dan sanitasi, atau terlalu padat. Jumlah ini berkisar dari 7,5 juta unit yang dinilai terlalu padat, 22,3 juta unit tidak punya akses terhadap sanitasi yang lebih baik, 8,8 juta unit tanpa akses air yang aman, atau 6 juta unit tanpa atap, dinding atau lantai yang layak dan memadai. Tabel berikut menunjukkan distribusi perumahan yang tidak layak diantara beberapa karakteristik berdasarkan desil konsumsi rumah tangga.

Terdapat skenario penanganan yang berbeda-beda untuk setiap kelompok masyarakat. Agenda pertama dalam Roadmap reformasi kebijakan perumahan adalah meningkatkan investasi disektor perumahan dan menargetkan kebijakan perumahan kepada 40% populasi paling bawah melalui tiga inisiatif besar berskala nasional, pada:

i. Penanganan perumahan kumuh secara komprehensif; ii. Subsidi perumahan formal;

iii. Perbaikan rumah secara bertahap.

Untuk mendapat gambaran umum mengenai Data Rumah Tidak Layak Huni di Indonesia serta gambaran kemampuan masyarakatnya, Objek pendataan yang dijadikan target sasaran dalam kegiatan pendataan ini meliputi semua masyarakat dari desile 1 hingga 4, yaitu masyarakat dengan pengeluaran maksimum 2,6 juta rupiah setiap bulannya. Hal ini ditujukan agar data yang dihasilkan tidak hanya dapat berguna dalam program/kebijakan perumahan swadaya, namun juga dapat menjadi acuan dalam kebijakan perumahan secara menyeluruh baik di pusat, provinsi, dan kabupaten/Kota.

Pada Kegiatan Bimbingan Teknis dan Pembekalan Fasilitasi Pendataan RTLH para peserta mendapatkan pelatihan pengisian data program online yang telah disediakan oleh kementrian, Peningkatan Kemampuan Pemerintah ditingkatkan untuk mendapat menyediakan database PKP dan updating berkala-mandiri dengan mengikut sertakan peran masyarakat untuk melakukan pendataan (atlas) secara mandiri.

Dengan program ini diharapkan dapat mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan perumahan dapat tepat sasaran, tepat penggunaan anggaran dan tepat waktu pelaksanaan pekerjaan. (Datin SDAP Provinsi Banten)

(5)

Kepala Bappeda Kabupaten Balangan, Akhriani, S.Pd, M.AP dalam laporannya menyampaikan bahwa pada tahun 2013 telah diajukan sejumlah 626 unit rumah untuk mendapatkan BSPS ke Kemenpera, 282 dari Kecamatan Lampihong dan 344 dari Kecamatan Halong. Namun pada saat ini baru mendapatkan SK sejumlah 169 unit rumah di Kecamatan Halong. Beliau berharap jumlah usulan yang diajukan dapat terealisasi seluruhnya.

Penyerahan dana dalam bentuk buku tabungan BRI kepada masyarakat penerima bantuan diserahkan secara simbolis oleh Bapak Bupati Balangan bersama Asisten Deputi Bidang Perumahan Swadaya. Dan penyerahan kepada masyarakat seluruhnya dilaksanakan setelah acara sosialisasi selesai oleh pihak BRI Unit Halong.

Sosialisasi yang berlangsung pada hari Rabu 11 Juni 2014 ini dibuka langsung oleh Bapak Bupati Balangan, Ir. H. Sefek Effendie, ME dan dihadiri oleh para pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Balangan, Perwakilan Kejari Paringin, Unsur Muspika Kecamatan Halong, Tim

contoh lpj program rumah tidak layak huni (RTLH) 2015

LAPORAN KEGIATAN

PROGRAM PERBAIKAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI

“LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DESA NEGLASARI”

KECAMATAN PAKENJENG

PROVINSI JAWA BARAT

A. PENDAHULUAN

Rehabilitasi rumah tidak layak huni adalah merupakan salah satu program pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan penduduk di Desa Neglasari, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, kondisi rumah di Desa Neglasari, sebagian belum memenuhi standarisasi rumah sehat dan bersih, maka dengan ini sangatlah diperlukan Rehabilitasi rumah tidak layak huni tersebut, sehingga masyarakat dapat merasakan dan meningkatkan taraf hidup yang layak, juga bisa meningkatkan ekonomi. dan perlu diketahui bahwa kemampuan swadaya masyarakat masih belum mencukupi untuk kepentingan yang dimaksud diatas, maka Kami sangat mengharapkan bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

B. TUJUAN

Tujuan Rehabilitasi rumah tidak layak huni (RTLH) di Desa Neglasari, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat yaitu :

(6)

2. Menciptakan rumah sehat dan bersih.

3. Menciptakan kesemangatan kegiatan rutinitas keluarga tidak mampu.

4. Menciptakan rasa gotong royong.

C. SASARAN KEGIATAN

Adapun sarana kegiatan rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yaitu:

1. menumbuh kembangkan gerakan swadaya masyarakat dalam kebersamaan.

2. kemandirian dan peduli sosial yang didasarkan pada prinsif gotong royong sehingga akan memiliki manfaat dan dampak positif bagi masyarakat.

3. Meningkatkan perekonomian masyarakat tidak mampu.

4. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan di keluarga

D. JENIS KEGIATAN

Kegiatan yang dilaksanakan adalah perbaikan dan rehab rumah-rumah tidak layak huni diwilayah Desa Neglasari RW 01, agar menjadi rumah-rumah yang layak untuk dihuni. Adapun kegiatannya sebagai berikut:

1. Reahabilitasi Rumah Ahmad Soleh RT 02/01 Desa Neglasari

2. Reahabilitasi Rumah Lilis Komara RT 02/01 Desa Neglasari

3. Reahabilitasi Rumah Jajang Kurnia RT 02/01 Desa Neglasari

4. Reahabilitasi Rumah Yanti Lisnawati RT 02/01 Desa Neglasari

5. Reahabilitasi Rumah Romansyah Ismail RT 02/01 Desa Neglasari

6. Reahabilitasi Rumah Dedeh RT 02/01 Desa Neglasari

7. Reahabilitasi Rumah Mastoah RT 02/01 Desa Neglasari

8. Reahabilitasi Rumah Udi Maksudi RT 02/01 Desa Neglasari

9. Reahabilitasi Rumah Amat RT 02/01 Desa Neglasari

10. Reahabilitasi Rumah Siti Maspupah RT 02/01 Desa Neglasari

(7)

12. Reahabilitasi Rumah Hadan RT 02/01 Desa Neglasari

13. Reahabilitasi Rumah Asep noris RT 02/01 Desa Neglasari

14. Reahabilitasi Rumah Ida Riva RT 02/01 Desa Neglasari

15. Reahabilitasi Rumah Ulul Azmi RT 02/01 Desa Neglasari

16. Reahabilitasi Rumah Nurhayati RT 02/01 Desa Neglasari

17. Reahabilitasi Rumah Husen Sarip RT 02/01 Desa Neglasari

18. Reahabilitasi Rumah Soleh RT 02/01 Desa Neglasari

19. Reahabilitasi Rumah Tajidin RT 02/01 Desa Neglasari

20. Reahabilitasi Rumah Jala RT 02/01 Desa Neglasari

Kegiatan tersebut telah kami laksanakan sesuai RAB terlampir.

E. SWADAYA MASYARAKAT

Swadaya yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dalam kegiatan rehabilitasi rumah tidak layak huni di Desa Neglasari, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut berupa tenaga gotong royong yang di pimpin langsung oleh ketua RT setempat.

F. HASIL YANG DICAPAI

Program RTLH Tahun 2014 di Desa Neglasari berjalan dengan baik dan sesuia dengan yang diharapkan, dan dalam kegiatan RTLH ini Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) mendapat bantuan dana dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebesar Rp. 200.000.000, ( Dua Ratus Juta Rupiah ) dengan hasil yang dicapai sesuai yang dicantumkan dalam RAB yang terlampir yaitu:

1. Warga merasa nyaman menempati rumahnya.

2. Meningkatkan kesehatan keluarga.

3. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya.

4. Menggugah kembali sifat gotong royong warga masyarkat.

(8)

G. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

Pada dasarnya dalam pelaksanaan pengerjaan kegiatan RTLH Tahun 2014 ini tidak terdapat permasalahan yang berat, namun dijumpai terdapat beberapa kendala seperti:

1. kurangnya tenaga tukang dilokasi pengerjaan RTLH.

2. adanya ketidakseimbangan antara bantuan RTLH pada satu titik yang swadaya masayarakatnya rendah dan kurangnya pemahaman yang baik terhadap masyarakat akan fungsi bantuan yang bersifat Stimulan, sehingga banyak dari penerima bantuan RTLH (yang sangat tidak mampu ) hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah saja tidak ada dukungan swadaya masyarakat mampu sekitar lingkungannya.

3. Kurangnya pemahaman Masyarakat yang mendapat bantuan terhadap fungsi bantuan yang bersifat stimulan, sehingga masyarakat tersebut hanya meminta bantuan dalam bentuk nominalnya saja bukan dalam bentuk rehabilitasinya.

H. PEMECAHAN MASALAH

Segala permasalahan yang ada diselesaikan melalui musyawarah bersama antara Pihak penerima bantuan dengan para pengurus wilayah setempat dan berbagai kalangan tokoh masyarakat agar mendapatkan hasil Mufakat yang baik sehingga dapat bermanfaat bagi penerima bantuan dan masyarakat dilingkungan sekitarnya.

I. MANFAAT KEGIATAN

(9)

J. PENUTUP

Demikian laporan kegiatan pelaksanaan Rehabilitasi rumah tidak layak huni di Desa Neglasari, Kecamatan Pakenjeng Kabupaten Garut dari APBD Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2014 kami buat untuk dijadikan bahan pemeriksaan terrealisasinya program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni.

Garut, 15 Februari 2015

Sekretaris

Siti Wida Widiana

Ketua LPM

Desa Neglasari

Pendamping Masyarakat (TPM) serta masyarakat calon penerima bantuan BSPS. Dalam arahannya beliau berharap masyarakat penerima bantuan dapat melaksanakan program ini dengan sebaik mungkin, karena keberhasilan pogram ini akan menjadi tolak ukur bagi Kemenpera dalam memberikan bantuan ke desa-desa yang lain di Kabupaten Balangan ke depannya. Dan kepada semua aparat pemerintah di lingkungan Pemkab Balangan, beliau mengharapkan dapat membantu dalam hal pengawasan dan pengamanan agar program BSPS ini dapat terlaksana dengan lancar dan tepat waktu.

Asisten Deputi Bidang Perumahan Swadaya, dalam sosialisasinya menyampaikan, program BSPS yang dilaksanakan Kemenpera ini diharapkan dapat membantu masyarakat miskin dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kabupaten Balangan, terutama di Kecamatan Halong.“Melalui program BSPS ini, masyarakat berpenghasilan rendah akan dimotivasi untuk membangun maupun merehabilitasi tempat tinggal mereka dari kategori tidak layak huni menjadi lebih layak huni,” katanya. Lebih lanjut beliau menuturkan, bantuan dengan nominal Rp 7,5 juta sampai 15 juta per unit rumah tersebut hanya boleh dipergunakan untuk membeli bahan material bangunan dan tidak boleh untuk yang lainnya. “Sedangkan untuk pembangunan atau rehabnya dilakukan warga secara gotong royong per kelompok. Setiap kelompok berjumlah 7 s.d 11 orang yang juga merupakan penerima BSPS,”. Terkait realisasi pelaksanaannya, terlebih dahulu dilakukan rembug warga dengan TPM untuk membentuk Kelompok Penerima Bantuan (KPB) dan menentukan Toko Bangunan yang akan menyuply barang/material. Selanjutnya baru membuat daftar rencana pembelian bahan bangunan (DRPB2) dan diajukan ke BRI untuk pencairan tahap I.

Masyarakat penerima bantuan sangat antusias menyambut pelaksanaan program BSPS ini dan sangat berharap program ini dapat segera direalisasikan.

(10)

CONTOH LAPORAN PELATIHAN

Posted on December 17, 2013 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyuluhan pertanian merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan petani baik pengetahuan sikap dan keterampilan sehingga mereka mampu dan berdaya serta menetapkan keputusan sendiri terkait dengan usaha tani yang dilaksanakannya. Salahsatu kegiatan yang dilakukan dalam penyuluhan adalah mengadakan pelatihan teknis bagi petani. Kegiatan tersebut bertujuan agar petani belajar dengan melibatkan seluruh panca inderanya, dengan harapan mau dan mampu mengadopsi suatu teknologi untuk kemajuan dan perubahan usaha taninya.

Pelatihan yang baik, harus memenuhi beberapa kriteria, seperti tersusunnya kegiatan pra perencanaan, terwujudnya perencanaan yang baik, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi yang memenuhi syarat sebuah pelatihan yang baik. Berdasarkan hal tersebut, sebuah pelatihan hendaknya harus mengadopsi unsur-unsur manajemen agar terlaksana sesuai harapan. Kegiatan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik, yang dilaksanakan di Kelompok Tani Lembur Warung, Desa Batu Lawang, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Jawa Barat, juga telah menerapkan berbagai prinsip pelatihan tersebut, sehingga pelatihan berjalan dengan baik dan lancar, namun meski begitu, tetap saja memiliki berbagai kekurangan dalam beberapa segi dan akan diuraikan dalam laporan akhir pelaksanaan pelatihan ini.

Tujuan

Tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai berikut:

Sebagai bentuk pertanggung jawaban atau akuntabilitas dari kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan.

Memenuhi persyaratan pelaksanaan ujian akhir semester tujuh di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor.

METODE PELAKSANAAN Waktu dan Tempat

Pelatihan pembuatan pupuk organik dengan Promi dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 30

November 2013, pukul 13.300 sd 16.30. wib, di kelompok tani Lembur Warung, desa Batu Lawang, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Jawa Barat.

Peserta Pelatihan

Peserta pelatihan adalah anggota dan pengurus kelompok tani Desa Lembur Warung, tokoh masyarakat, dan penyuluh pertanian setempat, rincian peserta yang hadir adalah sebagai berikut: anggota kelompok tani berjumlah 15 orang, tokoh masyarakat sebanyak 3 orang, dan penyuluh pertanian setempat sebanyak 2 orang (keterangan lebih lanjut ada dalam lampiran).

Materi Pelatihan

Materi pelatihan yang diberikan adalah Pembuatan Pupuk Organik (Kompos Jerami) dengan Promi. Alasan Penentuan Materi

Promi adalah salahsatu bahan yang digunakan untuk membuat kompos jerami tanpa bantuan bahan lain, caranya mudah dan praktis dan sangat aplicable bagi petani.

Metode Penyampaian Materi

(11)

serta langkah-langkah pembuatannya. Selanjutnya dilaksanakan praktek langsung pembuatan promi sesuai dengan tahapan yang telah disampaikan.

Dalam tahap akhir pelatihan, disampaikan evaluasi langsung bagi petani, terkait materi dan praktek yang telah dilaksanakan serta di beri dorongan agar petani dapat melaksanakan pembuatan pupuk organik atau kompos sendiri, dengan memberi mereka Promi secara gratis berikut petunjuk penggunaannya dalam folder yang telah dibuat sebelumnya.

Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan manajemen pelatihan pembuatan pupuk organik dengan promi adalah sebagai berikut:

Alat

Alat yang digunakan adalah: Laptop, alat Tulis (ball point, pinsil dan spidol), Printer dan Kamera Digital.

Bahan

Sedangkan bahan yang digunakan dalam pelatihan adalah: Kertas karton, Kertas HVS A4, Spanduk, Bambu dan paku (oleh petani), Promi, Rafia, dan Plastik Pembungkus Jerami warna Hitam.

Sumber Dana

Dana bersumber dari anggaran APBN Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor sebesar Rp. 700.000

Tahapan Pelaksanaan Pelatihan

Tahapan pelaksanaan yang dilakukan dalam pelatihan adalah: Pra perencanaan, perencanaan, pelaksanaan, dan terkahir evaluasi serta pelaporan kegiatan.

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan kegiatan pelatihan didasarkan pada beberap aspek yaitu: tahapan kegiatan, jumlah kehadiran peserta, ketepatan waktu, partisipasi peserta, penyampaian materi dalam kegiatan, pengololaan anggaran dan sikap dan pengetahuan peserta pasca pelatihan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Waktu, Kehadiran dan Partisipasi Peserta Pelatihan

Pelaksanaan kegiatan yang sejatinya dijadwalkan pada pukul 13.00 Wib, mundur menjadi pukul 13.45 Wib karena beberapa alasan, yaitu: banyak petani yang masih di sawah, ada kepentingan lain, dan petani yang di amanahkan untuk membuat tempat (media pencetak) jerami belum menyelesaikan tugasnya. Sedangkan untuk jumlah peserta ketika acara dimulai sebanyak 18 orang, belum termasuk penyuluh setempat yang datang terlambat.

Sementara untuk partisipasi petani terhadap acara pelatihan kurang, karena sebelumnya mereka telah memiliki pengalaman pembuatan pupuk organik menggunakan EM 4 dan tidak berhasil, alasan yang mengemuka adalah, bahan untuk pembuatan dengan EM 4 terlalu banyak, butuh pembalikan, tidak efektif dll.

Tahapan Kegiatan Pelatihan Pra Perencanaan

Pelaksanaan kegiatan di awali dengan persiapan pra perencanaan terkait penetapan judul pelatihan, dan pendekatan dan penentuan rancang bangun pelatihan serta survey pendahuluan yang dilakukan ketua tim ke desa, ke kelompok tani dan ke Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cipanas. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan terkait dengan beberapa kegiatan yaitu: penetapan waktu dan tempat kegiatan, jumlah peserta, susunan panitia pelatihan, pembuatan undangan, materi, metode

(12)

penentuan jumlah anggaran yang dibutuhkan. Selain itu juga dipertimbangkan penggunaan kendaraan dan waktu berangkat ke tempat pelatihan tersebut dilaksanakan.

Pelaksanaan

Tutor (Mahasiswa STPP Bogor) hadir di lokasi pada pukul 12.30, setelah sebelumnya bersilaturahmi dengan ketua kelompok, langsung membantu pembuatan tempat cetak dari bambu yang dibuat oleh petani, karena bahan tersebut belum selesai dibuat. Anggota tim lain dibagi tugas, untuk memasang spanduk, menentukan tempat yang pas dan memasang peta singkap yang telah disiapkan serta menentukan lokasi praktek pembuatan pupuk kompos jerami dan membantu mengumpulkan bahan pupuk (jerami).

Dalam pelaksanaan kegiatan tim mendapat tugas masing-masing yang telah sesuai dengan

kesepakatan yang dibuat dalam proses perencanaan, rincian tugas anggota tim dalam pelaksanaan pelatihan pupuk kompos jerami dengan Promi adalah sebagai mana tertuand dalam tabel 1 berikut: Rincian tugas tim pelatihan

Daseng A Samsudin (Ketua Tim)

Mengontak Penyuluh, menjadi leader dan pengawas jalannya kegiatan Ajat Juhaedi (Sekretaris):

Mengurus administrasi pelatihan Idrus M Mustofa (Bendahara)

Bertanggung jawab terhadap alat dan bahan pelatihan, bertanggung jawab terhadap urusaan administrasi keunagan kegiatan

Anggota

Bertanggung jawab terhadap pemberian materi teori pembuatan pupuk kompos jerami termasuk media yang digunakan yaitu peta singkap, dan membuat spanduk kegiatan.

Bertanggung jawab terhadap alat dan baha praktek serta memimpin kegiatan praktek pembuatan pupuk kompos.

Bertanggung jawab terhadap dokumentasi kegiatan dan membantu administrasi dan pelaporan kegiatan

Evaluasi dan Laporan

Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi langsung materi pelatihan petani, dan evaluasi keseluruhan tahapan kegiatan yang dilaksanakan oleh tim, sedangkan laporan disusun setelah tahapan kegiatan evaluasi dilaksanakan.

Evaluasi terhadap pemberian materi

Evaluasi terhadap pemberian materi diberikan melalui pertanyaan langsung oleh pembawa materi (Sdr. Matriman) setelah rangkaian teori dan praktek selesai. Pertanyaan yang diberikan terkait dengan pemberian materi dan praktek yang dilaksanakan, beberapa pertanyaan yang diberikan antara lain:

Apa pentingnya pupuk organik (kompos jerami) jerami bagi tanah? Alasan penggunaan promi dibanding bahan lain seperti EM 4? Berapa dosis promi?

Sebutkan langkah-langkah (secara umum) pembuatan pupuk kompos jerami dengan Promi? Penutupan Acara Pelatihan

Kegiatan yang dilakukan selama penutupan acara adalah sebagai berikut: ucapan penutupan dan permohonan maaf, pemberian folder pembuatan pupuk kompos jerami dengan Promi dan pemberian Promi kepada anggota kelompok.

Evaluasi Terhadap Keseluruhan Kegiatan

(13)

setelah acara selesai dan dilakukan di Asrama Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian oleh seluruh anggota tim.

Indikator Keberhasilan Berdasarkan Beberapa Asumsi

Berdasarkan kegiatan pelatihan yang dilaksanakan maka dapat disusun beberapa Indikator keberhasilan kegiatan, yang disusun pada beberapa asumsi seperti, perencanaan, manajemen tim, partisipasi peserta, penyampaian materi dalam kegiatan, pengololaan anggaran dan sikap dan pengetahuan peserta pasca pelatihan.

Kelebihan, Kekurangan dan Permasalahan Pelatihan

Berdasarkan indikator dan asumsi keberhasilan pelatihan di atas, maka dapat diketahui beberapa kelebihan yang mendukung keberhasilan pelatihan dan kekurangan serta masalah penghambat keberhasilan pelaithan, yang diuraikan seperti dibawah ini:

Kelebihan

Kelebihan dari pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan pupuk kompos jerami dengan Promi ini adalah:

Pembagian tugas terperinci dan jelas Anggota tim kompak

Alat dan bahan yang digunakan memadai

Pemateri memiliki kemampuan dan pengalaman dalam menyampaikan metaeri pelatihan Kemampuan pengelolaan keuangan yang baik

Kekurangan

Karakter inti tani belum terlalu dikenal Lokasi terlalu jauh

Adanya kegiatan pembuatan pupuk organik sebelumnya (menggunakan EM 4 ) dan gagal, membuat antusiasme petani kurang

Permasalahan

Survey pendahuluan yang dilakukan oleh ketua tim, tidak langsung menyentuh keseluruhan atau representasi anggota kelompok, tapi hanya kunjungan ke ketua kelompok, sehingga karakter anggotan secara umum tidak diketahui akbiatnya, saat pelatihan dilaksanakan, terlihat antusiasme petani kurang, terutama dalam kegiatan praktek, petani lebih banyak melihat dan kurang

berpartisipasi. Selain itu, jadwal kegiatan mundur beberapa jam karena banyak petani belum mengetahui atau memiliki acara lain.

Jadwal pelaksanaan pendek, membuat tim tidak mampu berbuat banyak terutama dalam

melaksanakan kegiatan dinamika kelompok, padahal kegiatan ini sangat penting untuk membangun suasana dan bridging menuju acara inti (preparation of learner circumstance) yang bisa menyebabkan suasana dan antusiame peserta lebih baik.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan laporan ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: Kegiatan secara umum berjalan dengan lancar, karena seluruh tahapan pelaksanaan kegiatan dari pra perencanaan sampai evaluasi pelatihan dilaksanakan dengan baik.

Jumlah anggaran yang terbatas dapat dikelola dengan baik sehingga tidak menjadi masalah dalam pelatihan

Pembagian tugas dalam tim jelas sehingga setiap anggotan tim memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk dilaksanakan dan berdasarkan kompetensi yang dimiliko

Antusiasme dan partisipasi peserta kurang, diduga karena tidak adanya dinamika kelompok Saran

(14)

Survey pendahuluan yang dilakukan sebaiknya dilakukan lebih komperhensif, terutama terkait dengan karakter anggota kelompok sebenarnya.

Penggunaan waktu yang disediakan lebih baik, sehingga beberapa kegiatan penting tidak terabaikan Lampiran 1. Rincian Penggunaan Anggaran Pelatihan

Referensi

Dokumen terkait

Proses yang terjadi dalam menonton film dapat diketahui dengan memahami alur cerita dan karakter tokoh dalam sebuah film, menimbulkan kerja aktif dalam otak yang

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Kepangkatan penasihat hukum yang lebih tinggi dari majelis hakim tidak berpengaruh terhadap independensi hakim dalam memeriksa dan memutus perkara di

Hasil pengujian alat menggunakan sumber Cs- 137 dan Co-60 dapat untuk mencari aktivitas sumber, jarak kendali, jarak awas, jarak aman dan waktu pekerja pada

Dari Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2013 angka kriminalitas di wilayah di Kabupaten Bengkulu Utara cenderung mengalami penurunan sebagaimana disajikan pada Tabel

asiaticum dengan menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) dan analisis defisiensi unsur hara dengan teknik AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer) yang bertujuan

Pada pembahasan ini, peneliti akan menganalisa kualitas akustik ruang dalam masjid Raudhaturrahman dengan membuat simulasi dan modeling menggunakan software computer

1) Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu lebih banyak, lebih terinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan