ANCAMAN JENIS ASING INVASIF
DI KAWASAN HUTAN INDONESIA
Titiek Setyawati
Jambore Penyuluh Kehutanan Jogyakarta, 15-18 Mei 2013
PUSAT LITBANG KONSERVASI DAN REHABILITASI BADAN LITBANG KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN
Invasif Alien Species bagian CBD Rio de Janeiro tahun
1992 => UU No 5 tahun 1994.
Artikel 8(h):
Contracting party as appropriate as possible shall prevent the
introduction, eradicate alien species that threaten
ecosystems, habitat and species
Proses invasi => manifestasi kompetisi antar species,dan
dapat saja terjadi pada species asing atau species lokal.
Invasi biologi dikonsepsikan sebagai proses bertingkat,
dimana tingkat atas hanya dapat dicapai kalau dapat
melewati tingkat di bawahnya
Jenis Asing belum tentu invasif vs Jenis lokal bisa menjadi
Berbagai macam cara introduksi
baik sengaja maupun tidak
Jalan masuk: perdagangan, tukar
menukar spesimen (penelitian dll),
ornamen, media perhubungan,
turisme, dll
di P.Jawa tidak kurang dari 1936
tumbuhan asing (187 fam) 7 tahun
yang lalu, sekarang mungkin lebih
dari 2000 species => 330 spesies
invasif
Tantangan: persebaran IAS cepat
vs kebijakan masih lemah/kurang
Imperata cylindrica
Ageratum conyzoides
Acacia decurrenns
Mencapai lokasi baru
3.Mencapai MVP
2.Mampu tumbuh dan berkembang biak secara spontan
1.Imigrasi
Tahapan Invasi
Ada pada habitat alami
1. Muncul di stau lokasi
2. Berkembang secara spontan
3. Menetap permanen
4. Menyebar di areal baru
-10 0 10 30 100
Ka
ra
nt
ina
introduksi Perkembangan IAPS tak terdeteksi
Kontrol yang kurang tepat
E
Diagram kemungkinan persebaran IAS dan waktu yang dibutuhkan untuk mengendalikannya (Sumber: Sukisman, 2010)
Introduksi ke Kebun Raya Bogor:
eceng gondok (Eichhornia crassipes), Mikania micrantha => menjadi invasif.
Chromolaena odorata,
M.micrantha, Lantana camara
menyebar luas di Indonesia
Piper aduncum, Melastoma affine,
Mimosa pigra, M.diplotricha banyak menyebar di berbagai daerah
Acacia nilotica => sangat invasif di
Taman Nasional Baluran , disamping jarak merah (Jatropha gossypifolia) serta gulma invasif lainnya Thespesia lampas,
Austroeuptorium inulaefolium sangat
invasif di TNGGP termasuk Passiflora edulis, Eupatorium sordidum,Cestrum aurantiacum, Eupatorium riparium, Brugmansia suaveolens
Di Taman Nasional Ujung Kulon =>
Opuntia engelmanii, Arenga obstusifolia (lokal)
Merremia peltata menjadi invasif di
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Impor tanaman hias - Widelia trilobata,
Ruvina humilis mungkin juga lainnya seperti A.mangium, atau pohon
Spatodea campanulata dapat menjadi invasif seperti dilaporkan di Costarica
Jenis lain belum invasif (istilah sleeper
weed sangat populer) karena kondisi
Sekitar 40% (
±
10.000 ha) luas kawasan TNB berupa
savana
stok pakan herbivora
Areal savana (murni berupa padang rumput) terus
menerus berkurang
invasi
Acacia nilotica
Pengendalian
Acacia nilotica
pembinaan habitat dan
eradikasi
Berbagai metode dan teknik pemberantasan telah
Periode Tahun.. Keterangan
…
–
1969
• A. nilotica ditanam di Kawasan TN Baluran sebagai sekat bakar.• kondisi savana sering terbakar (sebagai kontrol habitat savana).
• Ketika ada pertumbuhan vegetasi selain rumput akan mati terbakar sebelum berkembang dewasa.
• Banteng dan satwa herbivora lainnya belum memanfaatkan polong/biji akasia sebagai pakan alternatf di musim kemarau (belum berperan sebagai vektor penyebaran biji).
…
- 1980
A. nilotica mulai menunjukkan sedikit gangguan.… -
1983
Berdasarkan pengamatan, A. nilotica mulai menjadi invasif, dengan asumsi :•Banteng dan satwa herbivora (mamalia besar) lainnya mulai mengenal dan menjadikan polong/biji Acacia nilotica sebagai pakan.
•Konsentrasi satwa mamalia besar berada di Bekol dan sekitarnya. •Sesuai dengan wilayah jelajah dan peran sebagai vektor penyebaran biji A. nilotica, terjadi invasi di savana Balanan, Bama, Drebus, Drebus, Kramat, Curah
udang dan Asam sabuk. PERKEMBANGAN A. nilotica
Sumber: TNB, 2011
Periode Tahun..
Keterangan
1990 – 93 Penyebaran A. nilotica menjadi perhatian karena telah menggantikan
penutupan lahan berupa rumput.
Dianggap dalam kondisi kritis, dilakukan upaya pemberantasan tegakan A. nilotica dengan beberapa alternatif metode.
Metode yang dicoba dan dilaksanakan menjadi kegiatan pemberantasan dengan sistem katrol.
1994 – 99 Dilakukan alternatif pemberantasan A. nilotica dengan bantuan alat berat
(secara mekanik).
Kegiatan dianggap cukup berhasil, akan tetapi ada aspek perubahan struktur dan tekstur tanah sehingga berpengaruh kepada pertumbuhan jenis vegetasi pioner yang tumbuh di lokasi bekas pemberantasan.
2000 – sekarang Dengan banyak pertimbangan, terutama biaya, teknik pemberantasan diganti dengan metode manual (tebang dan bakar tunggul).
Dianggap lebih efektif dengan syarat ada kegiatan lanjutan berupa pemerliharaan areal bekas pemberantasan (minimal 2 kali dalam 2 th) PERKEMBANGAN A. nilotica
KETERANGAN :
Penyebaran Acacia nilotica di Kawasan Taman Nasional Baluran SEBARAN A. nilotica
Sumber: TNB, 2011
METODE PEMBERANTASAN
Acacia nilotica di TN Baluran
Aplikasi triclopyr dosis 1 lt/ha cukup berhasil Thespesia lampas
Acacia nilotica
Savanna yang di buldozer
Sejarah masuknya IAS: Kebun Aklitimasi, 1893; JA Teysman
KASUS IAS DI TN GUNUNG GEDE PANGRANGO
PROGRAM UTAMA:
1.
Pencegahan masuknya jenis IAS baru di
TNGGP
2.
Pengendalian penyebaran IAS di TNGGP
3.
Restorasi melalui pemulihan habitat pasca
eradikasi
4.
Pemantauan dan Evaluasi
5.
Program pendukung
Rencana Strategis IAS TNGGP 2012 - 2016
Sumber: TNGGP, 2012
E
Eradikasi : pemusnahan secara mekanik/fisik dengan cara pencabutan / menebang / memotong batang pada pangkal akar hingga kedalaman 10-100 cm (tergantung pada kondisi IAS) di bawah permukaan tanah dan kemudian membawanya keluar dari dalam kawasan.
2. Pencacahan hasil eradikasi 1. Pembuatan lubang berukuran 2 mx 2m x 1m
3. Pemasukan hasil cacahan pada lubang untuk pengomposan
4. Pemotongan batang konyal untuk briket kayu bakar
Sumber: TNGGP, 2011
Restorasi
mengembalikan kembali kondisi habitat bekas
pemusnahan IAS dengan cara menanam kembali lokasi tersebut
dengan tanaman asli/endemik TNGGP yang berada disekitar
lokasi terutama jenis pioner yang pertumbuhannya cepat
menyaingi pertumbuhan IAS dan bila dimungkinkan menghambat
pertumbuhan IAS seperti: tepus, congkon, paku-pakuan dan
rasamala.
Proposal ke GEF melalui UNEP
(2009-2010)
PPG (2011) FSP Document approved (end 2011)
Removing Barriers to Invasive Species Management in Production and Protection Forest in
SEA (launching 1 August 2012)
Removing
Barriers
to Invasive
Species
Management
in Production and
Protection
Forests
in South East
Asia (FORIS-
Indonesia
)
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KONSERVASI DAN REHABILITASI
GEF-UNEP Project Trust Fund
0515 (2012-2016)
Country: Indonesia, Vietnam,
Kambodja, Phillippines
Implementing Agency:
UNEP/CABI
Duration 1 Des 2012
–
1 Des
2016
NEA => Puskonser
Tujuan: meningkatkan kapasitas di empat negara
(Indonesia, Vietnam, Kambodja, dan Philippina) untuk
mengelola IAS dalam rangka konservasi
keanekaragaman genetika, jenis dan ekosistem di Asia
Tenggara melalui penguatan kebijakan/peraturan yang
sudah ada dan mendorong adanya kerjasama regional
dengan menggunakan pendekatan multi-sektoral.
Sasaran: Mitigasi ancaman IAS terhadap ekonomi dan
keanekaragaman hayati lokal di SEA, terutama di hutan
produksi dan hutan konservasi.
Kebijakan terkait pengelolaan species tumbuhan invasif di
sektor kehutanan => National Forest Invasive Species Strategy
and Action Plan (NFISSAP) => Draft STRANAS dan RA Jenis
Invasif
Disahkannya Rencana Pengelolaan Lingkungan/
Environmental
Management Plan
(EMP),
Prosedur/Pedoman Analisis Risiko (
Risk Analysis)
,
Terbangunnnya Sistem Deteksi Dini (
Early Detection System
)
dan Mekanisme Rapid Response (
Rapid Response
Mechanism
)
Mekanisme Biaya Pemulihan (
Cost Recovery Mechanism
)
Terbentuknya Strategi Komunikasi Nasional (
National
Communication Strategy
)
Strategi Nasional
1. Pencegahan
2. Deteksi dini dan respon cepat 3. Pengendalian dan Mitigasi 4. Restorasi
5. Pengelolaan data 6. Kelembagaan
Kementerian Pertanian Karantina Tumbuhan
Kementerian Kehutanan
Kementerian Kelautan
dan Perikanan
Rencana Aksi/Implementasi secari rinci
Keppres
Kepmen