• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI PENDIDIKAN BARAT UTS docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI PENDIDIKAN BARAT UTS docx"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI PENDIDIKAN BARAT: EMPIRISME

Oleh: Riyanti Afidah (1310110429)

Pendahuluan

Dalam dunia pendidikan, agar pendidikan berjalan efektif dan efisien, seorang pendidik harus mengetahui perkembangan manusia (peserta didik) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

Barat berpandangan bahwa perkembangan manusia adalah dengan pola pikir antroposentris. Artinya perkembangan manusia seakan-akan hanya dipengaruhi faktor manusiawi yaitu keturunan/pembawaan dan lingkungan. Terkait hal tersebut muncullah berbagai teori pendidikan, diantaranya adalah Empirisme yang dipelopori oleh John Locke.

Dalam tulisan ini penulis akan memaparkan tentang teori Empirisme dan pandangan Alqur’an terhadap teori tersebut.

Sebelumnya penulis akan memuat profil singkat dari John Locke sebagai pengenalan awal tentang teorinya. Locke dilahirkan pada tanggal 29 Agustus 1632 di Wrington di kota Somerset. Orang tuanya adalah penganut Puritan. Ayahnya adalah seorang tuan tanah kecil dan pengacara yang berperang di parlemen pada waktu perang sipil. Locke belajar di Oxford di mana ia memperoleh gelar BA dan M.A. Ia kemudian belajar ilmu kedokteran dan pada tahun 1667 menjadi sekretaris dan dokter pribadi Earl Shaftesbury pertama, yang memimpin partai Whig. Lock merupakan salah satu tokoh yang mempelopori teori Empirisme. (Schmadt, 2005)

Teori Empirisme

(2)

Teori ini menyatakan bahwa perkembangan potensi dasar anak tergantung pada lingkungannya, sedangkan pembawaan tidak dianggap penting. Manusia dilahirkan tanpa potensi dasar apapun sehingga jiwanya diibaratkan seperti meja lilin atau kertas putih yang bersih tanpa noda. Pendidikanlah yang sangat berperan dalam membentuk dan mewarnai jiwa manusia. Apabila manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya menerima pendidikan yang baik, maka ia akan tumbuh menjadi manusia yang bermutu. Sebaliknya, apabila dalam pertumbuhannya ia menerima pendidikan-pendidikan yang buruk, maka ia akan tumbuh menjadi manusia yang buruk (Tirtaraharja dan Sula, 2000).

Paham ini mengandaikan bahwa pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia ditentukan sepenuhnya oleh faktor-faktor pengalaman yang berada diluar diri manusia, baik yang sengaja didesain melalui pendidikan formal maupun pengalaman-pengalaman yang tidak disengaja yang diterima melalui pendidikan formal maupun pengalaman-pengalaman yang tidak disengaja yang diterima melalui pendidikan informal, non formal, dan alam sekitar. Paham ini berpendapat bahwa pendidikanlah yang menentukan masa depan manusia, sedangkan faktor-faktor yang berasal dari dalam, seperti bakat dan keturunan, tidak mempunyai pengaruh sama sekali dalam menentukan masa depan manusia (Thoib, 2008).

Teori ini di kembangkan dari pernyataan John Locke (1704-1932) bahwa seorang anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Implikasinya, lingkungan yang dalam hal ini bisa berbentuk keluarga, sekolah atau masyarakat akan menentukan pola-pola mengenai cara pandang tertentu yang di transfer melalui pendidikan. Dengan demikian pendidikan akan berperan menentukan pilihan-pilihan hidup yang dijalaninya. Untuk itu Ngalim Purwanto menyebutnya optimisme pedagogis, yakni pendidikan berpeluang untuk mengembangkan kedirian manusia. Paham Empirisme berkembang luas di dunia Barat terutama di Amerika Serikat (Purwanto, 2003)

(3)

kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan, melainkan mengandung pula tabiat atau watak dan kecenderungan untuk mengacu kepada pengaruh lingkungan eksternal, sekalipun tidak aktif.

Firman Allah QS. Al-Alaq ayat 3-4:

















Artinya: “Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.”

Ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia tanpa melalui belajar niscaya tidak akan mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi kelangsungan

Atas dasar al-Hadits diatas maka kita dapat memperoleh petunjuk bahwa fitrah sebagai faktor pembawaan sejak lahir manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan diluar dirinya, bahkan ia tak akan dapat berkembang sama sekali bila tanpa adanya pengaruh lingkungan (Arifin, 1994). Dan tanpa penyediaan

kesempatan yang cukup memadai (favourable) maka kemampuan dasar tersebut

tidak akan mengalami perkembangan yang progresif vertikal dan horizontal secara normal dan optimal (Uhbiyati, 1997). Dengan demikian pengaruh lingkungan menjadi suatu keniscayaan agar kemampuan/potensi dapat berkembang.

(4)

kehidupan manusia itu memerlukan bimbingan yang tepat melalui proses pendidikan, sehingga terbentuklah dalam pribadinya suatu kemampuan mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk indivu dan sekaligus memfungsikan dirinya sebagai anggota masyarakat serta mengabdikan dirinya kepada Allah semata.

Kesimpulan

Teori Empirisme menyatakan bahwa perkembangan potensi dasar anak tergantung pada lingkungannya, sedangkan pembawaan tidak dianggap penting. Manusia dilahirkan tanpa potensi dasar apapun sehingga jiwanya diibaratkan seperti meja lilin atau kertas putih yang bersih tanpa noda. Tapi pada dasarnya setiap manusia yang lahir itu mempunyai fitrah. Meskipun menurut teori Empirisme dianggap tidak penting. Oleh karena itu disinilah pendidikan yang sangat berperan dalam membentuk dan mewarnai jiwa manusia. Apabila manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya menerima pendidikan yang baik, maka ia akan tumbuh menjadi manusia yang bermutu. Sebaliknya, apabila dalam pertumbuhannya ia menerima pendidikan-pendidikan yang buruk, maka ia akan tumbuh menjadi manusia yang buruk.

Sumber:

Schmadt, Henry J. 2005. Filsafat Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Thoib, Ismail. 2008. Wacana Baru Pendidikan. Yogyakarta: Genta Press

Umar Tirtaraharja dan La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Purwanto, Ngalim. 2003. Ilmu Pendidikan dan Praktis. Bandung: Rosdakarya

Uhbiyati, Nur. 1997. Ilmu Pendidikan Islam 2. Bandung: CV. Pustaka Setia

Referensi

Dokumen terkait

Almira : Gambar ini ada Bapak-bapak yang lagi baca koran dan ada Ibu-ibu yang sedang mengurus anak-anaknya dan ada pula anak-anak yang bermain papan seluncur.(8) Ada pula

Dengan demikian, hasil pe- nelitian dapat digunakan sebagai landasan dalam membuat bahan ajar yang memberikan kemudahan bagi siswa dalam mempelajari penggunaan jejaring

[r]

Beberapa pertimbangan yang dilakukan untuk memilih Buntu Pune sebagai permukiman yaitu, semakin minimnya bahaya dari serangan musuh, memungkinkan masyarakat Buntu

All Rights Reserved... All

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

(polycom, lifezise, dll) JAWAB: Menyambung jawaban atas pertanyaan ini sebelumnya, khusus untuk access point unifi, access point tersebut harus compatible dengan controller