• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sistem Agribisnis Selasa 30 Juni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Sistem Agribisnis Selasa 30 Juni"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Sistem Agribisnis

Selasa, 30 Juni 2015

MAKALAH SISTEM AGRIBISNIS

MAKALAH SISTEM AGRIBISNIS

Disusun oleh :

AHMAD HAYYU

1402405112

UNIVERSITAS COKRO AMINOTO PALOPO

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN AGRIBISNIS

2014/2015

KATA PENGANTAR

(2)

semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Pada awal pemenuhan kebutuhannya, manusia hanya mengambil dari alam sekitar tanpa kegiatan budidaya (farming), dengan demikian belum memerlukan sarana produksi pertanian. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia, alam tidak dapat menyediakan semua kebutuhan itu sehingga manusia mulai membudidayakan (farming) secara ekstensif berbagai tanaman, hewan dan ikan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada tahap ini kegiatan budidaya mulai menggunakan sarana produksi, dilakukan dalarn pertanian itu sendiri (on farm) dan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri (home consumption). Tahap selanjutnya, ditandai dengan adanya spesialisasi dalam kegiatan budidaya sebagai akibat pengaruh perkembangan diluar sektor pertanian dan adanya perbedaan potensi sumberdaya alam (natural endowment) antar daerah, perbedaan ketrampilan (skill) dalam masyarakat serta terbukanya hubungan lalulintas antar daerah. Pada tahap ini, selain dikonsumsi sendiri, hasil-hasil pertanian mulai dipasarkan dan diolah secara sederhana sebelum dijual.

Perkembangan sektor pertanian selanjutnya dipacu oleh kemajuan teknologi yang sangat pesat di sektor industri (kimia dan mekanik) dan transportasi. Pertanian menjadi semakin maju dan kompleks dengan ciri produktivitas per hektar yang semakin tinggi berkat penggunaan sarana produksi pertanian yang dihasilkan oleh industri (pupuk dan pestisida). Kegiatan pertanian semakin terspesialisasi menurut komoditi dan kegiatannya. Namun, petani hanya melakukan kegiatan budidaya saja, sementara pengadaan sarana produksi pertanian didominasi oleh sektor industri.

(3)

ekonomis, maka kegiatan ini pun didominasi oleh sektor industri pengolahan. Melalui proses pengolahan, produk-produk pertanian menjadi lebih beragam penggunaan dan pemasarannyapun menjadi lebih mudah (storable and transportable) sehingga dapat diekspor. Pada tahap ini pembagian kerja di dalam kegiatan pertanian menjadi semakin jelas, yaitu: kegiatan budidaya (farming) sebagai kegiatan pertanian dalam arti sempit, kegiatan produksi sarana pertanian (farm supplies) sebagai industri hulu dan kegiatan pengolahan komoditi pertanian sebagai industri hilir. Spesialisasi fungsional dalam kegiatan pertanian seperti yang telah dikemukakan diatas meliputi seluruh kegiatan usaha yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pertanian dan keseluruhannya disebut sistem "Agribisnis'.

TUJUAN

1. Mampu memahami sejarah dan pengrtian Agribisnis dari beberapa ahli 2. Memahami fungsi dan contoh agribisnis sebagai susatu system

3. Mampu memahami kaitan dan ruang lingkup Agribisnis

4. Mampu memahami peran agribisnis dalam pembangunan nasional

A. PENGERTIAN AGRIBISNIS

Menurut asal muasalnya kata Agribisnis berangkat dari kata Agribusiness, dimana Agri=Agriculture artinya pertanian dan Business berarti usaha atau kegiatan yang berorientasi profit. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness) adalah usaha atau kegiatan pertanian serta apapun yang terkait dengan pertanian berorientasi profit. Istilah “agribusiness” untuk pertama kali dikenal oleh masyarakat Amerika Serikat pada tahun 1955, ketika John H. Davis menggunakan istilah tersebut dalam makalahnya yang disampakan pada "Boston Conference on Disiribution". Kemudian John H. Davis dan Ray Goldberg kembali lebih memasyarakatkan agribisnis melalui buku mereka yang berjudul

"A Conception of Agribusiness" yang terbit tahun 1957 di Harvard University. Ketika itu kedua penulis bekerja sebagai guru besar pada Universitas tersebut. Tahun 1957, itulah dianggap oleh para pakar sebagai tahun kelahiran dari konsep agribisnis. Dalam buku tersebut, Davis dan Golberg mendefinisikan agribisnis sebagai berikut: "The sum total of all operation involved in the manufacture anddistribution of farm supplies: Production operation on farm: and thestorage, processing and distribution of farm commodities and items made from them".

Berikut pengertian agribisnis sebagai suatu sistem menurut beberapa ahli :

 E. Paul Roy memandang agribisnis sebagai suatu proses koordinasi berbagai sub-sistem.

Koordinasi merupakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sub-sistem menjadi sebuah sistem.

 Wibowo mengartikan agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan,

prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain.

 Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian

dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. (Downey and Erickson. 1987)

 Pengertian Agribisnis menurut Cramer and Jensen Agribisnis adalah suatu kegiatan yang

(4)

 Pengertian Agribisnis menurut Austin: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi kegiatan usahatani, pengolahan bahan makanan, usaha sarana dan prasarana produksi pertanian, transportasi, perdagangan, kestabilan pangan dan kegiatan-kegiatan lainnya termasuk distribusi bahan pangan dan serat-seratan kepada konsumen.

BAB II

AGRIBISNIS SEBAGAI SUATU SISTEM

Secara konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktifitas, mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usaha tani serta agroindustri, yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem yaitu:

A. Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hulu

Meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain terdiri dari benih, bibit, makanan ternak, pupuk , obat pemberantas hama dan penyakit, lembaga kredit, bahan bakar, alat-alat, mesin, dan peralatan produksi pertanian. Pelaku-pelaku kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah perorangan, perusahaan swasta, pemerintah, koperasi. Betapa pentingnya subsistem ini mengingat perlunya keterpaduan dari berbagai unsur itu guna mewujudkan sukses agribisnis. Industri yang meyediakan sarana produksi pertanian disebut juga sebagai agroindustri hulu (upstream). Kenudian ada beberapa pendapat mengenai subsitem agribisnis hulu :

1. Menurut Departemen Pertanian (2001), subsistem hulu merupakan industri yang menghasilkan barang-barang sebagai modal bagi kegiatan pertanian yang mencakup industri pembibitan tumbuhan dan hewan, industri agrokimia (pupuk,pestisida,obat-obatan), dan industri agro otomotif (mesin dan peralatan pertanian) seta industri pendukungnya.

2. Subsistem agribisnis hulu adalah subsistem yang mencakup semua kegiatan untuk memproduksi dan menyalurkan input-input pertanian dalam arti luas (Purnomo, 2009) 3. Saragih dalam Suryanto (2004) mengatakan bahwa subsistem agribisnis hulu

(upstream off-farm agribusiness), mencakup kegiatan ekonomi industri yang

menghasilkan sarana produksi seperti pembibitan, usaha industri pupuk, industri obat-obatan, industri pestisida dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya.

4. Subsistem agribisnis hulu disebut juga subsistem faktor input (input factor

subsystem), yaitu subsistem pengadaan sarana produksi pertanian. Kegiatan subsistem ini berhubungan dengan pengadaan sarana produksi pertanian, yaitu memproduksi dan mendistribusikan bahan, alat, dan mesin yang dibutuhkan usahatani atau budidaya pertanian (on-farm agribusiness). (Saragih: 1998)

(5)

Fungsi dan Contoh Subsistem Agribisnis Hulu

Subsistem agribisnis hulu memiliki beberapa fungsi penting yaitu:

1. Menghasilkan dan menyediakan sarana produksi pertanian terbaik agar mampu menghasilkan produk usahatani yang berkualitas.

2. Memberikan pelayanan yang bermutu kepada usahatani. 3. Memberikan bimbingan teknis produksi.

4. Memberikan bimbingan manajemen dan hubungan sistem agribisnis. 5. Memfasilitasi proses pembelajaran atau pelatihan bagi petani

6. Menyaring dan mensintesis informasi agribisnis praktis untuk petani

7. Mengembangkan kerjasama bisnis (kemitraan) untuk dapat memberikan keuntungan bagi para pihak.

Sesuai dengan pengertian, subsistem agribisnis hulu bergerak pada bidang penyediaan sarana produksi. Terdapat beberapa jenis perusahaan maupun usaha yang bergerak pada subsistem ini, seperti penyediaan pupuk, benih, pestisida, alat serta mesin pertanian, dan sebagainya. Di Indonesia, cukup banyak perusahaan atau usaha yang bergerak di bidang ini. Sebagai contoh perusahaan dalam penyediaan pupuk yaitu PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kaltim, PT Kujang, PT Pusri, dan sebagainya. Sedangkan perusahaan dalam penyediaan benih yaitu PT Arindro Utama Perkasa, PT Sang Hyang Seri, PT Syngenta, dan lain-lain. Sementara itu, perusahaan penyediaan alat dan mesin produksi seperti PT Putra Andalan Jaya, dan masih banyak yang lainnya.

Permasalahan yang dihadapi dalam Subsistem Agribisnis Hulu

Dalam menjalankan sebuah sistem, tentunya terdapat hambatan maupun masalah-masalah yang terjadi. Contohnya saja pada penyediaan sarana produksi berupa benih. Di Indonesia, perusahaan-perusahaan bibit dan benih masih menghadapi kendala pada penyediaan dana, dimana dalam melakukan proses produksi perusahaan lokal masih sering kali bergantung pada dana yang diberikan investor asing. Keterbatasan modal yang dimiliki, berdampak pada keterbatasan peralatan produksi canggih. Hal ini tentu saja akan memberikan pengaruh pada benih atau bibit yang diproduksi.

Tidak hanya itu, perusahaan benih lokal dan pemerintah belum mengadakan penelitian atau riset lebih lanjut mengenai benih-benih yang diproduksi. Pengembangan terhadap produk bibit dan benih juga belum dilakukan secara maksimal. Keadaan ini menyebabkan untuk memperoleh bibit dan benih unggul, petani harus mengeluarkan modal yang lebih besar untuk membeli bibit maupun benih dari perusahaan benih asing atau impor.

Belum berhenti sampai disitu, benih dan bibit yang dihasilkan oleh perusahaan lokal juga masih memiliki kualitas yang berada dibawah bibit dan benih dari luar negeri. Hal tersebut salah satunya dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah terhadap perlindungan hukum bagi perusahaan benih lokal. Selain itu, dibutuhkan juga dukungan dalam melakukan penelitian untuk menemukan kultivar-kultivar baru yang berkualitas.

B. Subsistem budidaya / usahatani

(6)

subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari petani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha tanaman hias dan lain-lain. Terdapat beberapa pengertian Usaha Tani yaitu :

1. Menurut Bachtiar Rivai (1980) usahatani adalah organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.

2. Menurut A.T.Mosher (1966) usahatani adalah sebagian dari permukaan bumi di mana seorang petani, sebuah keluarga tani atau badan usaha lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak.

3. Menurut J.P.Makeham dan R.L.Malcolm (1991) usahatani (farm management)

adalah cara bagaimana mengelola kegiatan-kegiatan pertanian. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usahatani

Menurut Fadholi (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani digolongkan menjadi dua, yaitu :

1. Faktor intern (faktor-faktor pada usahatani itu sendiri), yang terdiri dari :

Petani Pengelola

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut. Petani tersebut bertanggung jawab tehadap pengelolaan usahatani yang ia lakukan, apabila petani dapat melakukan pengelolaan secara baik maka usahatani yang ia lakukan juga dapat berkembang dengan baik, dan sebaliknya. Pengelolaan usahatani itu juga tergantung dari tingkat pendidikan petani sendiri dan

bagaimana cara ia memanfaatkan berbagai faktor produksi yang ada untuk digunakan secara efektif dan efisien agar mendapatkan keuntungan yang maksimal. Jadi disini petani berperan penting sebagai pengambil keputusan dan kebijakan dari usahatani yang dilakukan.

Tanah Usahatani

Tanah sebagai harta produktif adalah bagian organis rumah tangga tani. Luas lahan usahatani menentukan pendapatan, taraf hidupnya, dan derajat kesejahteraan rumah tangga tani. Tanah berkaitan erat dengan keberhasilan usaha tani dan teknologi modern yang dipergunakan. Untuk mencapai keuntungan usaha tani, kualitas tanah harus ditingkatkan. Hal ini dapat dicapai dengan cara pengelolaan yang hati-hati dan penggunaan metode terbaik.

Pentingnya faktor produksi tanah, bukan saja dilihat dari segi luas atau sempitnya lahan, tetapi juga segi yang lain, misalnya aspek kesuburan tanah, macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan, dan sebagainya) dan topografi (tanah dataran pantai, rendah dan dataran tinggi).

Kemampuan tanah untuk pertanian penilaiannya didasarkan kepada:

1. Kemampuan tanah untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman. Makin banyak tanaman makin baik.

2. Kemampuan untuk berproduksi. Makin tinggi produksi per satuan luas makin baik. 3. Kemampuan untuk berproduksi secara lestari, makin sedikit pengawetan tanah makin

baik.

(7)

Tenaga kerja adalah energi yang di curahkan dalam suatu proses kegiatan untuk menghasilkan suatu produk. Pembicaraan mengenai tenaga kerja dalam pertanian di Indonesia harus dibedakan ke dalam persoalan tenaga kerja dalam usahatani kecil-kecilan (usahatani pertanian rakyat) dan persoalan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar-besar yaitu perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya.

Dalam usahatani skala kecil sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani. Anak-anak berumur 12 tahun misalnya sudah dapat merupakan tenaga kerja yang produktif bagi

usahatani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang. Peran anggota keluarga tani dalam mengelola kegiatan usahatani bersama dapat mengurangi biaya pengeluaran untuk membayar tenaga kerja sewa.

Berbeda dengan usahatani dalam skala besar, tenaga kerja memegang peranan yang penting karena tenga kerja yang ada memiliki skill/keahlian tertentu dan berpendidikan sehingga mampu menjalankan usahatani yang ada dengan baik, tentu saja dengan seorang pengelola (manager) yang juga memiliki keahlian dalam mengembangkan usahatani yang ada.

Modal

Seringkali dijumpai adanya pemilik modal besar yang mampu mengusahakan usahataninya dengan baik tanpa adanya bantuan kredit dari pihak lain. Golongan pemilik modal yang kuat ini sering ditemukan pada petani besar, petani kaya dan petani cukupan, petani komersial atau pada petani sejenisnya. Sebaliknya, tidak demikian halnya pada petani kecil. Golongan petani yang diklasifikasikan sebagai petani yang tidak bermodal kuat yaitu petani kecil, petani miskin, petani tidak cukupan dan petani tidak komersial. Karena itulah mereka memerlukan kredit usahatani agar mereka mampu mengelola usahataninya dengan baik.

Kredit usaha tani adalah kredit modal kerja yang disalurkan melalui koperasi/KUD dan LSM, untuk membiayai usaha tani dalam intensifikasi tanaman padi, palawija dan hortikultura. Kredit program ini dirancang untuk membantu petani yang belum mampu membiayai sendiri usaha taninya. Sistem penyaluran kredit ini dirancang sedemikian rupa agar dapat diakses secara mudah oleh petani, tanpa agunan dan prosedur yang rumit.

Bila tidak ada pinjaman yang berupa kredit usaha tani ini, maka mereka sering menjual harta bendanya atau sering mencari pihak lain untuk membiayai usahataninya itu.

Tingkat Teknologi

Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apa pun tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian. Demikian pula “Revolusi Hijau” mulai tahun 1969/1970 disebabkan oleh penemuan teknologi baru dalam bibit padi dan gandum yang lebih unggul dibanding bibit-bibit yang dikenal sebelumnya.

Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Dengan penggunaan teknologi yang lebih maju dari sebelumnya maka usahatani yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien, sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimal dengan produktivitas yang tinggi.

(8)

dipertukarkan karena keduanya menunjukkan pada soal yang sama yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi (innovation). Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan unsur perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi barang-barang dan jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan produktivitas. Inovasi berarti pula suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Inovasi selalu bersifat baru.

Namun, teknologi juga dapat menjadi kendala usahatani karena sulitnya penerimaan petani terhadap teknologi baru dikarenakan ketidakpercayaannya pada teknologi tersebut, dan juga karena faktor budaya dari petani itu sendiri yang enggan menerima teknologi maupun inovasi.

Teknologi mempunyai sifat sebagai berikut :

a) Tingkat keuntungan relatif dari inovasi tersebut. Semakin tinggi tingkat keuntungan relatif semakin cepat pula teknologi tersebut diterima oleh masyarakat.

b) Tingkat kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Semakin tinggi tingkat kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, semakin cepat pula inovasi tersebut di terima.

c) Tingkat kerumitan (complexity) dari inovasi yang akan disebarkan. Semakin tinggi tingkat kerumitan dari inovasi, semakin sulit diterima masyarakat.

d) Tingkat mudah diperagakan (triability) dari inovasi yang akan disebarkan. Semakin tinggi tingkat kemudahan diperagakan dari inovasi yang akan disebarkan, semakin mudah inovasi itu diterima masyarakat.

e) Tingkat kemudahan dilihat dari hasilnya (observability). Semakin tinggi tingkat observability semakin mudah inovasi tersebut diterima oleh masyarakat.

Kemampuan Petani Mengalokasikan Penerimaan Keluarga

Hasil dari usahatani skala keluarga merupakan penerimaan keluarga yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga tersebut dan juga menyambung kembali

keberlangsungan usahatani mereka. Jika seorang petani dapat mengelola penerimaan usahataninya dengan baik maka kebutuhan keluarganya dan usahataninya dapat tercukupi, sebaliknya jika tidak mampu mengelola dan mengalokasikan penerimaan keluarga dari hasil usahatani maka kebutuhannya tidak dapat tercukupi dengan baik.

Jumlah Keluarga

Jumlah keluarga berhubungan dengan banyak sedikitnya potensi tenaga kerja yang tersedia di dalam keluarga. Dalam usahatani skala kecil sebagian besar tenaga kerja berasal dari

keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani. Semakin banyak jumlah keluarga produktif yang mampu membantu usahatani maka biaya tenaga kerja pun semakin banyak berkurang. Dan biaya tersebut dapat dialokasikan untuk keperluan lain.

2. Faktor ekstern (faktor-faktor di luar usahatani), antara lain :

(9)

Sarana transportasi dalam usahatani tentu saja sangat membantu dan mempengaruhi

keberhasilan usahatani, misalnya dalam proses pengangkutan saprodi dan alat-alat pertanian, begitu juga dengan distribusi hasil pertanian ke wilayah-wilayah tujuan pemasaran hasil tersebut, tanpa adanya transportasi maka proses pengangkutan dan distribusi akan mengalami kesulitan.

Begitu pula dengan ketersediaan sarana komunikasi, pentingnya interaksi sosial dan komunikasi baik antara petani dan petani, petani dan kelembagaan, serta petani dan masyarakat diantaranya dapat meningkatkan kualitas SDM petani, mengembangkan pola kemitraan, mengembangkan kelompok tani melalui peningkatan kemampuan dari aspek budidaya dan aspek agribisnis secaa keseluruhan, memperkuat dan melakukan pembinaan terhadap seluruh komponen termasuk petani melalui peningkatan fasilitas, kerja sama dengan swasta, pelayanan kredit dan pelatihan. Jika sarana komunikasi dalam berusahatani kurang mencukupi maka perkembangan usahatani dan petani yang menjalankan kurang maksimal karena ruang lingkup interaksi sosialnya sempit.

Aspek-Aspek Yang Menyangkut Pemasaran Hasil dan Bahan-Bahan Usahatani (harga hasil, harga saprodi dan lain-lain)

Harga hasil produksi usahatani mempengaruhi keuntungan yang didapat, semakin tinggi hasil produksi dan semakin mahal harganya maka keuntungan dari usahatani pun semakin tinggi pula, namun harga saprodi juga mempengaruhi penerimaan hasil secara keseluruhan Karena harga saprodi merupakan modal utama dalam berusahatani entah itu harga alat-alat pertanian, bahan-bahan utama seperti benih, bibit, pupuk, dan obat-obatan dan sebagainya. Maka perhitungan, analisis dan pengelolaan/pengalokasian dana yang baik akan mempengaruhi hasil yang didapat dalam berushatani.

Fasilitas Kredit

Kredit adalah modal pertanian yang yang diperoleh dari pinjaman. Pentingnya peranan kredit disebabkan oleh kenyataan bahwa secara relatif memang modal merupakan faktor produksi non-alami (buatan manusia) yang persediannya masih sangat terbatas terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Lebih-lebih karena kemungkinan yang sangat kecil untuk memperluas tanah pertanian.

Perlunya fasilitas kredit :

a. Pemberian kredit usahatani dengan bunga yang ringan perlu untuk memungkinkan petani melakukan inovasi-inovasi dalam usahataninya.

b. Kredit itu harus bersifat kredit dinamis yang mendorong petani untuk menggunakan secara produktif dengan bimbingan dan pengawasan yang teliti.

c. Kredit yang diberikan selain merupakan bantuan modal juga merupakan perangsang untuk menerima petunjuk-petunjuk dan bersedia berpartisipasi dalam program peningkatan

produksi

d. Kredit pertanian yang diberikan kepada petani tidak perlu hanya terbatas pada kredit usahatani yang langsung diberikan bagi produksi pertanian tetapi harus pula mencakup kredit-kredit untuk kebutuhan rumah tangga (kredit konsumsi).

Adapun lembaga-lembaga kredit yang ada di Indonesia bagi masyarakat tani dapat digolongkan sebagia berikut :

(10)

b. Perusahaan Negara Pegadaian

c. Koperasi-Koperasi Desa dan Koperasi Pertanian (Koperta)

Dengan adanya fasilitas kredit dari pemerintah kepada para petani maka diharapkan usahatani dapat terus dilakukan dan dikembangkan tanpa adanya kesulitan modal tapi dengan kredit bunga ringan.

Sarana Penyuluhan Bagi Petani

Penyuluh memberikan jalan kepada petani untuk mendapatkan kebutuhan informasi tentang cara bertani atau teknologi baru untuk meningkatkan produksi, pendapatan dan

kesejahteraannya. Selain itu, penyuluh juga memberikan pendidikan dan bimbingan yang kontinyu kepada petani.

Dalam proses peningkatan teknologi dan penyebaran inovasi pada masyarakat, penyuluh berfungsi sebagai pemrakarsa yang tugas utamanya membawa gagasan-gagasan baru. Beberapa peranan yang harus dilakukan penyuluh agar proses peningkatan teknologi dan penyebaran inovasi dapat berjalan efektif adalah :

a) Menumbuhkan kebutuhan untuk berubah.

b) Membangun hubungan untuk perubahan. Hubungan ini tentunya harus terbina diantara sasaran perubahan (klien) dan penyuluh.

c) Diagnosa dan penjelasan masalah yang dihadapi oleh klien. Gejala-gejala dari masalah yang dihadapi haruslah diketahui dan dirumuskan menjadi maslah bersama sasaran

perubahan.

d) Mencari alterntif pemecahan masalah. Selain itu tujuan dari perubahan harus juga ditetapkan dan tekad untuk bertindak harus ditumbuhkan.

e) Mengorganisasikan dan menggerakkan masyarakat ke arah perubahan. f) Perluasan dan pemantapan perubahan.

g) Memutuskan hubungan antara klien dan penyuluh untuk perubahan itu. Hal itu diperlukan untuk mencegah timbulnya sikap kertergantungan masyarakat pada penyuluh Penyuluh disini bersifat membantu agar kebutuhan informasi yang berhubungan dengan pertanian dapat tesalurkan dengan baik ke petani-petani, serta untuk meningkatkan teknologi dan inovasi petani tradisional menjadi lebih modern.

Menurut Soekartawi (2002), untuk mendukung keberhasilan pengembangan dan pembangunan petani, aspek yang akan berperan adalah :

1. Aspek sumberdaya (faktor produksi) 2. Aspek kelembagaan

(11)

Bila uraian tersebut di atas dikaji/ditelaah lebih mendalam, maka keberhasilan usahatani tidak terlepas dari :

1. Syarat mutlak (syarat pokok pembangunan pertanian), yang terdiri dari :

 Pasaran untuk hasil-hasil usahatani

 Teknologi yang selalu berubah

 Tersedianya bahan-bahan produksi dan peralatan secara local

 Perangsang produksi bagi para petani

 Pengangkutan (transportasi)

2. Faktor pelancar pembangunan pertanian, yang terdiri dari :

 Pendidikan pembangunan

 Kredit produksi

 Kegiatan gotong royong oleh para petani

 Perbaikan dan perluasan tanah/lahan pertanian

 Perencanaan nasional untuk pembangunan pertanain

Contoh Pengalaman di Lapangan Mengenai Masalah dalam Usaha Tani dan Solusinya.

Sebagian dari wilayah Kabupaten Lombok Timur tepatnya di Kecamatan Sembalun yang terletak di sekitar kaki Gunung Rinjani termasuk zone agroekologi lahan kering dataran tinggi dengan ketinggian antara 700 – 1300 mdpl. Mengingat kondisi tersebut maka kendala yang sering dihadapi oleh petani di wilayah tersebut adalah aspek sosial ekonomi usahatani tanaman padi, yang menjadi dasar pertimbangan untuk dikaji lebih jauh dan bagaimana upaya atau solusi pemecahannya. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui kendala sosial ekonomi dan upaya pemecahannya. Kendala sosial ekonomi usahatani padi yang terjadi antara lain yaitu :

1. Biaya pengolahan tanah usahatani padi relatif mahal.

(12)

2. Biaya modal usaha relatif tinggi.

Modal usaha petani untuk tanaman pangan diketahui relatif sangat terbatas. Keterbatasan modal tersebut menyebabkan petani meminjam modal kepada rentenir, bank rontok (pelepas uang) dan pengijon. Petani tidak mempunyai akses kepada lembaga keuangan baik lembaga formal maupun non formal. Lembaga keuangan non formal pedesaan seperti koperasi tani, koperasi simpan pinjam, dan sebagainya masih belum ada. Lembaga keuangan formal yang memberikan skim kredit pertanian kepada petani juga belum ada. Keadaan tersebut dengan terpaksa petani harus mengambil kredit kepada rentenir dan pelepas uang untuk modal usahataninya meskipun dengan bunga yang tinggi. Akibatnya biaya modal usaha relatif tinggi.

Salah satu solusi masalah tersebut adalah membangun kelembagaan non formal dari kelompok yang sudah ada dengan kesepakatan atau sebagai dasar untuk mengikat para petani untuk andil dalam pengembangan modal usaha.

 Ketersediaan informasi alternatif usahatani yang menguntungkan relatif terbatas.

Secara umum petani tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan pilihan usahatani pangan yang menguntungkan. Hal tersebut disebabkan karena ketersediaan informasi alternatif usahatani tanaman pangan yang menguntungkan relatif terbatas. Keterbatasan tersebut disebabkan oleh kemampuan petani, informasi inovasi dan perencanaan pola tanam pada usahatani tanaman pangan yang lemah. Peluang pengembangan tanaman pangan dengan memanfaatkan sumberdaya air hujan yang terbatas melalui penerapan pola tanam belum dimanfaatkan petani. Akibatnya strategi ketahanan pangan rumahtangga petani sangat lemah. Solusi menghadapi permasalaha tersebuut yaitu dengan membangun lembaga pendataan bisnis pertanian di pedesaan sehingga dengan adanya lembaga ini dapat menyiapkan segala informasi yang dibutuhkan oleh petani.

 Biaya transportasi komoditi pertanian dan input relatif mahal.

Biaya pemasaran hasil komoditi pertanian relatif mahal. Tingginya biaya pemasaran ini disebabkan ketersediaan jalan usahatani sangat terbatas. Kondisi jalan desa sebagian besar rusak, sarana transportasi relatif terbatas. Prasarana dan saranan transportasi yang terbatas menyebabkan biaya angkut saprodi dan hasil usahatani relatif mahal. Sementara sarana pasar desa yang dapat meningkatkan dinamika pemasaran hasil pertanian belum tersedia. Sarana produksi di kota kecamatan Sembalun. Demikian halnya hasil pertanian dari desa Sajang sebagian besar dijual ke pasar kecamatan Sembalun. Biaya angkut saprodi maupun hasil pertanian bervariasi antara Rp 5.000 – Rp 10.000/kw tergantung jarak tempuh. Sedangkan biaya angkut input dari rumah ke lahan usahatani dan biaya angkut hasil pertanian dari lahan ke rumah rata-rata Rp. 5.000/kw.

Langkah untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan membangun jalan usahatani dari hutan cadangan pangan (HCP) ke desa sehingga biaya angkut hasil pertanian dapat ditekan dan harga jual hasil pertanian dapat ditingkatkan dengan adanya jalan pintas tersebut.

 Kemampuan petani untuk mengakses lembaga keuangan formal sangat terbatas.

Kemampuan petani untuk mengakses lembaga keuangan formal sangat terbatas. Hal ini disebabkan prosedur yang sulit dan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki petani sehingga tidak ada jaminan yang dapat digunakan sebagai agunan untuk meminjam uang di bank. Selain itu kepercayaan bank kepada petani relatif rendah. Hal ini disebabkan adanya sebagian petani yang menganggap apabila diberi pinjaman pemerintah maka pinjaman tersebut

(13)

Untuk mengatasi anggapan petani tersebut adalah dengan menumbuh-kembangkan inovasi modal sosial. Sedangkan untuk mengatasi kesulitan mengakses lembaga keuangan formal maka alternatif pemecahannya adalah dengan membangun kelembagaan non formal di pedesaan.

Contoh Pengalaman di Lapangan Mengenai keberhasilan dalam Usahatani

Desa Junrejo Kabupaten Malang terdapat seseorang yang merintis usahanya dalam bidang pertanian mulai dari posisi yang sangat bawah. Kebanyakan orang usaha dalam pertanaian hanya memandang bahwa, saat kita menjadi buruh tani maka selamanya akan menjadi buruh tani. Namun hal itu tidak terjadi pada Pak Badu, beliau merintis usahanya dengan memulai menjadi buruh tani bagi tuannya. Uang hasil jerih payahnya disisihkan sedikit demi sedikit sehingga beliau mulai membeli sepetak tanah hanya luasan yang sangat kecil. Namun dengan berjalannya waktu dia tidak lagi menjadi buruh tani, melainkan menjadi petani yang sukses. Beliau saat ini memeliki tanah seluas lebih dari satu hektar. Beliau saat ini memiliki komoditas yang bermacam – macam dan dengan berkala dia menjualnya di pasar Batu. Hal ini juga didorong dari kemajuan teknologi yang mendorong semakin

meningkatkan keuntungannya. Keberhasilannya juga tidak lepas dari dorongan keluarganya.

C. Subsistem Agribisnis/agroindustri Hilir meliputi Pengolahan dan Pemasaran (Tata

niaga) produk pertanian dan olahannya

Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk usaha tani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari produk yang dihasilkan dari usaha tani didistribusikan langsung ke konsumen didalam atau di luar negeri. Sebagian lainnya mengalami proses pengolahan lebih dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini ialah pengumpul produk, pengolah, pedagang, penyalur ke konsumen, pengalengan dan lain-lain. Industri yang mengolah produk usahatani disebut agroindustri hilir (downstream). Peranannya amat penting bila ditempatkan di pedesaan karena dapat menjadi motor penggerak roda perekonomian di pedesaan, dengan cara menyerap/mencipakan lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Berikut adalah contoh Pengolahan dan Pemasaran Tebu Sekilas Tebu

Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di

(14)

Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan oleh terdapatnya bulu-bulu dan duri sekitar pelepah dan helai daun. Banyaknya bulu dan duri beragam tergantung varietas. Jika disentuh akan menyebabkan rasa gatal. Kondisi ini kadang menjadi salah satu penyebab kurang

berminatnya petani berbudidaya tebu jika masih ada alternatif tanaman lain. Tinggi tanaman bervariasi tergantung daya dukung lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter dengan diameter batang antara 2-4 cm (Dinas Perkebunan, 2004).

Daur hidup tebu melalui 5 fase, antara lain :

1. Perkecambahan; Perkecambahan dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu dan diakhiri. Pada fase kecambah pada umur 5 minggu. 2. Pertunasan; Pertunasan dimulai dari umur 5 minggu sampai 3,5 bulan.

3. Pemanjangan Batang; Pemanjangan batang dimulai dari umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.

4. Pemasakan; Pemasakan merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula di dalam batang tebu mulai terbentuk hingga titik optimal hingga berangsur-angsur menurun. Fase ini disebut juga fase penimbunan rendemen gula.

5. Kematian; Pada fase ini tanaman tebu mulai mati setelah melalui kemasakan optimum hingga kembali menurun kadar gulanya.(KPPBUMN, 2007).

Klasifikasi Tebu

Klasifikasi tebu terdiri atas: Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta Kelas: Liliopsida Ordo:Poales Famili:Poaceae Genus:Saccharum.L Varietas Tebu

Varietas tebu pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi 3,yaitu: 1. Genjah (masak awal),mencapai masak optimal < 12 bulan.

2. Sedang (masak tengahan),mencapai masak optimal pada umur 12-14 bulan 3. Dalam (masak akhir),mencapai masak optimal pada umur lebih dari 14 bulan. Budidaya Tebu

(15)

Untuk memaksimalkan produksi tebu, petani perlu memperhatikan hal-hal yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tebu. Hal yang dimaksud adalah syarat tumbuh tanaman tebu. Dengan mengetahui syarat tumbuh tebu, petani dapat semaksimal mngkin menyesuaikan keadaan, sehingga tebu dapat tumbuh dengan baik. Adapun syarat tumbuh dari tanaman tebu meliputi keadaan iklim dan media tanam.

1. Iklim

Iklim yang sesuai untuk tanaman tebu adalah iklim yang memenuhi syarat sebagai berikut:

 Curah hujan kurang dari 2000 mm per tahun.

 Beriklim panas dan lembab.

 Kelembapan yang baik untuk tebu adalah lebih dari 70%.

 Suhu udara optimum yaitu 28-340 C.

 Jika ditanam di lahan kering tanpa sistem irigasi, tebu sebaiknya ditanam di musim hujan.

2. Media tanam

Media tanam yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tebu adalah:

 Tanah tidak terlalu asam atau memiliki pH diatas 6,4.

 Tanah subur dan cukup air tetapi tidak tergenang.

 Ketinggian tanah yang baik untuk tanaman tebu adalah sekitar 500 m dpl (diatas permukaan laut).

Dalam budidaya tebu, terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan agar hasil produksi yang diperoleh sesuai dengan harapan. Langkah-langkah tersebut: persiapan bibit, persiapan lahan, penanaman, perawatan, dan panen.

3. Persiapan bibit

Secara umum, bibit yang diperlukan untuk menanami lahan seluas 1 ha adalah 20.000 bibit. Bibit merupakan bagian terpenting dalam budidaya tebu. Bibit yang sehat dan baik akan menghasilkan tanaman tebu yang baik pula. Salah satu faktor penurunan produksi tebu adalah penggunaan bibit yang kurang baik. Oleh karena itu, berikut ini terdapat beberapa jenis bibit yang dapat digunakan pada budidaya tebu, diantaranya bibit:

 Pucuk

Bibit pucuk adalah bibit yang diambil dari pucuk tanaman tebu yang sehat berumur 12 bulan dan dipilih dari satu jenis yang tidak tercampur dengan jenis lainnya. Pucuk tanaman yang sudah dipotong tidak dibersihkan dari daun yang menempel atau tidak diklentek. Bibit pucuk memerlukan biaya lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, mudah diangkut karena tidak mudah rusak, dan tidak memerlukan banyak air.

 Kebun

Bibit kebun adalah bibit yang diambil dari kebun yang sengaja dibuat untuk menyediakan bibit secara khusus.

(16)

Bibit mentah adalah bibit yang diambil dari tanaman tebu yang berusia 5-7 bulan. Seluruh batang tebu dapat diambil dan dijadikan 3 stek. Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas. Bibit ini tidak perlu diklentek untuk melindungi mata tunas dari kerusakan.

 Seblangan

Bibit seblangan adalah bibit yang diambil dari tanaman tebu yang baru berusia 16-18 hari atau yang telah bermata tunas dua. Bibit ini diambil untuk mencukupi penyulaman.

 Siwilan

Bibit siwilan adalah bibit yang diambil dari tunas-tunas yang tumbuh setelah tanaman tebu sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati. Bibit ini digunakan untuk penyulaman.

4. Persiapan lahan

Sebelum proses penanaman, perlu disiapkan lahan yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tebu. Sebagai langkah awal, lahan yang tersedia harus dibersihkan dari segala jenis tumbuhan yang tumbuh di lahan. Jika dibutuhkan, lahan tersebut juga harus dibakar agar lahan benar-benar bersih. Setelah proses pembersihan, mulai dibuat got/saluran di lahan. Pembuatan got ini dibagi menjadi dua yaitu got keliling dan palang. Ukuran standar untuk got keliling adalah lebar 60 cm dengan kedalaman 70 cm, sedangkan got palang adalah lebar 50 cm dengan kedalaman 60 cm. Buangan tanah got diletakkan di sebelah kiri got. Apabila got diperdalam lagi setelah tanam, maka tanah buangannya diletakkan di sebelah kanan got supaya masih ada jalan mengontrol tanaman.

Tahap selanjutnya, lahan diolah agar dapat memproduksi tebu secara maksimal. Terdapat beberapa tahap pengolahan lahan diantaranya:

 Pembajakan (plowing)

Pembajakan adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam batas olah tanah, membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada. Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang masih cukup besar. Biasanya pembajakan lahan untuk budidaya tebu di lahan yang cukup luas menggunakan mesin traktor.

 Penggemburan (harrowing)

Penggemburan adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar menjadi lebih kecil. Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan yang diinginkan.

 Pembuatan juringan/lubang tanam (furrowing)

(17)

furrower, pembuatan juringan juga dapat dilakukan secara manual. Tebalnya

kasuran/bantalan tergantung pada keadaan tanah. Bila musim hujan atau tanahnya basah, maka tebalnya ± 10 cm sedangkan bila musim kemarau, maka tebal kasuran ± 15-20 cm dari permukaan tanah aslinya.

 Penanaman

Proses penanaman bibit tebu biasanya dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni. Pola tanam yang digunakan pada tanaman tebu adalah monokultur. Monokultur yaitu pola tanam yang digunakan dengan menanam satu jenis tanaman pada lahan tertentu.

Dalam proses penanaman tebu, terdapat dua cara penanaman diantaranya: dalam aluran dan pada lubang tanam. Pada cara pertama bibit diletakkan sepanjang aluran, ditutup tanah setebal 2-3 cm dan disiram. Cara ini banyak dilakukan di kebun Reynoso. Cara kedua bibit diletakan melintang sepanjang solokan penanaman dengan jarak 30-40 cm. Pada kedua cara di atas bibit tebu diletakkan dengan cara direbahkan. Sebelum ditanam, tanah di lahan yang akan digunakan harus disiram terlebih dahulu, agar bibit tebu dapat melekat ke tanah. Terdapat beberapa perbedaan dalam penanaman berdasarkan pada jenis bibit tebu, yaitu:

 Bibit pucuk ditanam berimpitan secara memanjang agar jumlah anakan yang dihasilkan banyak. Dibutuhkan 70.000 bibit stek/ha.

 Bibit mentah, dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan mata menghadap ke samping lalu bibit ditimbun dengan tanah.

 Bibit seblangan bermata satu dipendam dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kemiringan 45 derajat, sedangkan untuk bibit seblangan bermata dua dipendam dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kedalaman 1 cm. Satu hari setelah tanam lakukan penyiraman jika tidak turun hujan.

 Perawatan

Pada proses perawatan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah penyulaman, penyiangan, klentek, pembubunan, pemupukan, dan pengairan/penyiraman.

 Penyulaman

Penyulaman adalah proses pergantian tanaman tebu yang mati dengan tebu yang baru.Penyulaman dibedakan menjadi penyulaman:

 Untuk bibit seblangan bermata satu, penyulaman pertama dilakukan 5-7 hari setelah tanam, sedangkan penyulaman kedua dilakukan 3-4 minggu setelah penyulaman pertama. Untuk bibit seblangan bermata dua dilakukan tiga minggu setelah tanam (tanaman berdaun 3-4 helai).

 Untuk bibit pucuk, penyulaman pertama dilakukan pada minggu ke 3, sedangkan penyulaman kedua dilakukan bersamaan dengan pemupukan dan penyiraman ke dua yaitu 1,5 bulan setelah tanam.

(18)

 Bongkaran, hanya dilakukan jika ada bencana alam atau serangan penyakit yang menyebabkan 50% tanaman mati. Tebu sehat yang sudah besar dibongkar dengan hati-hati dan digunakan untuk menyulam tebu yang mati.

 Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan saat pembubunan tanah dan dilakukan beberapa kali tergantung dari pertumbuhan gulma.

 Klentek (pelepasan daun kering)

Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan kebun, memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan meningkatkan kualitas tebangan. Daun yang diklentek adalah daun kering yang kelopak daunnya sudah membuka 50%. Klentek dilakukan pada saat tanaman berumur ± 6 bulan, apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat tanaman berumur ± 8 bulan.

 Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan dalam beberapa tahap:

 Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3-4 minggu. Tebal bumbunan tidak boleh lebih dari 5-8 cm secara merata. Ruas bibit harus tertimbun tanah agar tidak cepat mengering.

 Pembumbunan ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan.

 Pembumbunan ke tiga dilakukan pada waktu umur 3 bulan.

 Perempalan daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran. Bersamaan dengan ini, anakan tebu yang tidak tumbuh baik dibuang. Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan.

 Pemupukan

Pemupukan dilakukan dua kali yaitu saat tanam atau sampai 7 hari setelah tanam dengan dosis 7 gram urea, 8 gram TSP dan 35 gram KCl per tanaman (120 kg urea, 160 kg TSP dan 300 kg KCl/ha). Pada 30 hari setelah pemupukan ke satu dengan 10 gram urea per tanaman atau 200 kg urea per hektar. Pupuk diletakkan di lubang pupuk (dibuat dengan tugal) sejauh 7-10 cm dari bibit dan ditimbun tanah. Setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk tidak keluar dari daerah perakaran tebu. Pemupukan dan penyiraman harus selesai dalam satu hari. Agar rendeman tebu tinggi, digunakan zat pengatur tumbuh seperti

Cytozyme (1 liter/ha) yang diberikan dua kali pada 45 dan 75 Hari.

 Pengairan/penyiraman

(19)

 Panen

Panen tebu dilakukan satu kali pada akhir musim tanam. Waktu panen tebu bergantung pada jenis/varietas tebu. Kegiatan panen dilakukan ketika tebu mencapai umur sebagai berikut:

 Varietas genjah masak optimal pada < 12 bulan.

 Varietas sedang masak optimal pada 12-14 bulan.

 Varitas dalam masak optimal pada > 14 bulan. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam memanen tebu:

 Mencangkul tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm.

 Memotong pangkal tebu dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali dengan menyisakan 3 buku dari pangkal batang.

 Mencabut batang tebu sampai ke akarnya jika kebun akan dibongkar.

 Membuang pucuk tebu.

 Mengikat batang tebu menjadi satu (30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke pabrik agar segera digiling.

Pengolahan Tebu

Pengolahan tebu dilakukan untuk memberikan nilai tambah pada tebu. Tebu dapat diolah menjadi beberapa hasil olahan, tetapi yang paling umum adalah pengolahan tebu menjadi gula. Dalam pengolahan tebu menjadi gula terdapat beberapa proses yaitu proses ektrasi, pembersihan kotoran, penguapan, kritalisasi, afinasi, karbonasi, penghilangan warna, dan proses pengepakan.

Pada proses ekstrasi, tebu yang telah dipanen digiling atau dihancurkan oleh sebuah penggiling putar besar. Penggilingan tebu bertujuan untuk memisahkan ampas tebu dan cairannya. Cairan ini kemudian dipanaskan dalam mesin boiler dan menghasilkan jus atau sari tebu (nira). Sari tebu yang dihasilkan masih mengandung sisa-sisa tanah, serat-serat kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman. Sari tebu ini memiliki komposisi sekitar 15% gula dan serat residu yang dinamakan bagasse, 1%-2% gula, 50% air serta pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang terhitung sebagai abu.

Tahap selanjutnya yaitu pembersihan kotoran atau pengendapan kotoran (liming). Sari tebu hasil ekstraksi terlebih dahulu dipanaskan dalam mesin boiler. Setelah itu, ditambahkan kapur/slaked lime (Ca(OH)2) dan dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi

(Clarifier). Sari tebu mengalir dari clarifier dengan kelajuan rendah agar kotoran dapat mengendap dan sari tebu yang keluar adalah sari tebu jernih yang sudah bersih. Kotoran sisa pengendapan dalam clarifier masih mengandung sejumlah gula. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyaringan dengan mesin penyaring vakum putar, sehingga menghasilkan cairan manis dan kotoran yang sudah bebas dari gula.

Cairan manis dan sari tebu/jus yang telah bersih dicampur dan diubah menjadi sirup melalui proses evaporasi (penguapan). Proses ini dilakukan dengan menggunakan uap panas (steam). Evaporasi dilakukan sebanyak dua kali untuk menghasilkan cairan gula jenuh dengan

(20)

Terkadang sirup hasil evaporasi dibersihkan lagi, tetapi lebih sering sirup tersebut langsung diolah pada proses kristalisasi. Pada proses ini, sirup dimasukan dalam wadah besar dan dididihkan untuk menguapkan air yang terkandung didalamnya. Kemudian sirup ini dicampur dengan sejumlah kristal untuk membentuk kristal gula. Setelah kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas, untuk kemudian disimpan. Larutan induk biasanya masih mengandung sejumlah gula, oleh karena itu proses kristalisasi dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Proses kristalisasi juga menghasilkan produk sampingan berupa molasses, yang dapat diolah menjadi pakan ternak atau bahan pembuat alkohol.

Hasil kristalisasi masih berupa gula kasar berwarna coklat yang kurang menarik maka selanjutnya dilakukan proses afinasi (pemurnian gula). Gula kasar dicampur dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi. Hasil campuran di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup sehingga pengotor dapat dipisahkan dari gula.

Tahap berikutnya adalah membersihkan cairan dari padatan non gula. Tahap ini dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu karbonatasi dan fosfatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas

karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan

kapur membentuk partikel-partikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang

menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan. Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Teknik fosfatasi secara kimiawi sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat.

Selanjutnya hasil karbonatasi, masuk pada proses penghilangan warna dengan karbon teraktivasi granular dan rein penukar ion. Proses ini akan menghasilkan cairan tak berwarna yang kemudian dididihkan untuk mendapatkan kristal gula yang sebenarnya. Kristal gula ini kemudian dikeringkan dan siap untuk dikemas dan dipasarkan kepada konsumen.

Pemasaran Gula di Indonesia

Pada sub bab bagian pemasaran, kami memberikan batasan terhadap materi yang kami bahas yaitu hanya meliputi pada sistem atau alur distribusi gula sebagai hasil olahan tebu. Secara umum, alur distribusi gula terbagi atas dua

1. Metode Lama

Langkah – langkah sistem pemasaran tebu pada tahun 1988 :

 Pengadaan tebu serta gula dari petani tebu rakyat oleh KUD.

(21)

 Gula gabungan pabrik PNI/PTP dibeli oleh BULOG yang sebelum bulan April terlebih dahulu dibeli oleh BBD sebagai stok holder.

 Gula bagian petani/KUD dibeli BULOG.

 Gula bagian pabrik Non PNP/PTP dibeli BULOG.

 Penyaluran gula pada penyalur – penyalur ( Koperasi/Non Koperasi dan Konsumen industri oleh BULOG).

 Kemungkinan sebagian gula dijual oleh penyalur – penyalur pada industri.

 Penyalur secara konsinyasi kepada KUD Model.

 Penyalur ke Sub Penyalur/Grosir.

 Penyalur ke pengecer – pengecer.

 Penyalur ke konsumen – konsumen rumah tangga. 1. Metode Baru

Langkah – langkah sistem pemasaran pada saat ini relative lebih sederhana dibandingkan tahun 1988. Mulai tahun 2001 sampai dengan sekarang sistem pemasaran gula adalah: a. Produk Gula dilelang di Kantor Pusat Surabaya ( Kantor Direksi )

b. Produsen Gula Secara Periodik ( Distributor Besar/Pemenang Lelang ) c. Pedagang Menengah

d. Retailer (Pengecer) e. Konsumen

D. Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan)

Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan) atau supporting institution

adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi untuk mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan sub-sistem hulu, sub-sistem usaha tani, dan sub-sistem hilir. Lembaga-lembaga yang terkait dalam kegiatan ini adalah penyuluh, konsultan, keuangan, dan penelitian. Lembaga penyuluhan dan konsultan memberikan layanan informasi yang dibutuhkan oleh petani dan pembinaan teknik produksi, budidaya pertanian, dan manajemen pertanian. Untuk lembaga keuangan seperti perbankan, model ventura, dan asuransi yang memberikan layanan keuangan berupa pinjaman dan penanggungan risiko usaha (khusus asuransi). Sedangkan lembaga penelitian baik yang dilakukan oleh balai-balai penelitian atau perguruan tinggi memberikan layanan informasi teknologi produksi, budidaya, atau teknik manajemen mutakhir hasil penelitian dan pengembangan.

Berikut adalah penjelasan mengenai jasa dan layanan pendukung agribisnis

1. LembagaPerkreditan

(22)

persen. Apabila agribisnis dan agroindustri diberikan bunga di atas 12 persen maka tidak layak. Misalnya, rata-rata bank umum di dalam negeri biasanya memberikan di atas 12 persen. Oleh karena itu dalam rangka mendukung pengembangan agribisnis dan agroindustri di dalam negeri pembentukan bank khusus untuk pertanian sangat tepat. Bank pertanian ini diharapkan dapat meningkatkan investasi di bidang pertanian khususnya agribisnis dan agroindustri. Misalkan, Thailand memiliki Bank of Agriculture, yaitu bank khusus untuk pertanian dan koperasi. Bank memaklumi bahwa pertanian sangat tergantung pada kondisi alam sehingga dalam memberikan kredit bank sudah memperhitungkan resiko dari kegiatan pertanian.Untuk mengembangkan sektor pertanian bantuan melalui subsidi sangat penting. Sebaiknya subsidi diberikan agar lebih efisien. Subsidi melalui perbankan inilah yang dapat diharapkan dapat dikembangkan, yaitu subsidi yang diwujudkan dalam bentuk kredit kepada petani atau pengusaha agribisnnis dan agroindustri.Chili mempunyai Foundation of Chili, yaitu badan yang dibentuk oleh pemerintah untuk mendukung swasata dalam kegiatan penelitian dan pengembangan, latihan dan informasi pasar. Dana untuk kegiatan badan ini dihimpun dari perusahaan dan pemerintah. Hasilnya dalam tempo 17 tahun Chili berubah dari negara pengimpor buah dan sayur, menjadi negara pengekspor buah-buahan dan saturan.Pengembangan agribisnis bukan saja merupakan kepentingan sektor pertanian akan tetapi sektor lainnya. Pendekatan yang selama ini ditekankan untuk meningkatkan daya saing menghadapi pasar global melalui efisiensi di berbagai bidang merupakan langkah terbaik. Akan tetapi dalam kenyataannya, dukungan tersebut tidak sejalan dengan insentif pengembangan yang dilakukan oleh perbankan. Kredit penyaluran perbankan dibanding sektor lainnya merupakan jumlah terkecil.

2. Penanaman Modal

Lembaga yang menagani adalah Departemen terkait dengan bidang usha masing-masing dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Prosedur penanaman modal telah disusun oleh masing-masing Departemen terkait dan BKPM. Selai itu terdapat pula suatu daftar bidang usaha yang tetutup bagi penanaman modal dan bidang usaha yang dicadangkan bagi golongan ekonomi lemah. Dari berbagai peraturan dan perundangan penanaman modal yang ada, 75 persen lebih bersifat regulating, sedangkan yang bersifat facilitating hanya 25 persen.

3. Komisi Kerja

Terbentuknya komisi kerja tetap Departemen Pertanian –Diperindag di tingkat pusat yang melakukan penyerasian rencana pengembangan agroindustri melalui identifikasi peluang usaha secara terpadu menurut wilayah dan jenis komoditas. Di tingkat daerah, seluruh kanwil Departemen Pertanian dan Diperindag bertugas sebagai unsur pembina pelaksana

pengembangan agribisnis di wilayah masing-masing di bawah koordinasi Gubernur.

4. Penelitian

Di bidang penelitian dan pengembangan agribisnis, ditunjang oleh Badan Penelitian dan Pengembangan yang terdapat di tiap Departemen, yaitu Departemen Pertanian Departemen Perdagangan dan Perindustrian, Koperasi dan lembaga-lembaga non departemen, misalnya BPPT, LIPI, AP3I, serta lembaga swasta lainnya. Selain itu terdapat kebijakan penunjang penelitian dan pengembangan yaitu disisihkannya 5 persen dari keuntungan BUMN setelah dipotong pajak, untuk biaya penelitian dan pengembangan, terutama untuk mengembangkan agroindustri berskala kecil.

5. Di sub sistem pemasaran.

Sub sistem pemasaran, terdapat beberapa ketentuan antara lain: (a) pendaftaran eksportir dan importir, (b) barang-barang yang dilarang ekspornya, (c) barang-barang yang diatur

(23)

dilarang sebagai tujuan ekspor, (h) ketentuan kontrak dan syarat- syarat penjualan, (g) standar produk, (j) surat keterangan mutu, (k) pengurusan dokumen, (1) bea dan cukai dan (m) pengapalan/angkutan.

6. Perusahaan Inti Rakyat

Ditetapkannya pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) dalam pengembangan agribisnis. Dalam pola PIR terdapat perusahaan inti yang membangun usaha dan fasilitas petani plasma, mengolah dan memasarkan hasil produksi petani plasma. Petani plasma berkewajiban mengelola usahanya dengan sebaik-baiknya, menjual hasil kepada perusahaan inti, dan membayar hutang yang telah dibebankan kepadanya. Pola PIR telah diterapkan dalam pengembangan perkebunan, persusuan, perunggasan dan perikanan (tambak udang). Hampir serupa dengan polaPIR adalah pola Bapak Angkat yang saat ini sedang dicoba untuk

diterapkan untuk pengembangan agroindustri skala kecil. Dalam pelaksanaannya pola PIR banyak mengalami hambatan terutama hambatan non teknis.

KAITAN-KAITAN DAN RUANG LINGKUP AGRIBISNIS

Kaitan-kaitan ini mengundang para pelaku agribisnis untuk melakukan kegiatannya dengan berpedoman pada “4-Tepat” (yaitu: tepat waktu, tempat, kualitas, dan kuantitas), atau dengan istilah lain yaitu “3 Tas” (yaitu: kualitas, kuantitas, dan kontinuitas). Kehadiran dan peranan lembaga-lembaga penunjang sangat dibutuhkan dalam hal ini, misalnya kelancaran transportasi, ketersediaan permodalan dan peraturan-peraturan pemerintah. Dengan pendekatan sistem tersebut di atas, orientasi pembangunan mencakup seluruh aspek di dalam sistem agribisnis yang dilaksanakan secara terpadu, dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Ada lima bidang yang merupakan Ruang lingkup Agribisnis meliputi: a. Pertanian

Pertanian dalam arti luas adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Pemanfaatan sumber daya ini terutama berarti budi daya (cultivation, atau untuk ternak: raising). Sedangkan pertanian dalam arti sempit adalah proses menghasilkan bahan makanan. Pertanian terbagi dalam dua jenis :

1. Pertanian Lahan Basah atau Sawah

Merupakan usaha tani yang dilaksanakan pada hamparan yang sangat membutuhkan perairan. Perairan sawah biasanya dilakukan untuk komoditi padi,jagung dan kacang-kacang.

2. Perairan Lahan Kering atau Ladang

Merupakan pertanian yang tidak membutuhkan pengairan.Komoditas lading biasanya berupa palawija,umbi-umbian dan holtikultura.

b. Perkebunan

(24)

permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Perkebunan mempunyai fungsi ekonomi, yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional; fungsi ekologi, yaitu peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen, dan penyangga kawasan lindung; dan sosial budaya, yaitu sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Perkebunan merupakan usaha tani di lahan kering yang ditanami dengan tanaman industri yang laku di pasar, seperti : karet, kelapa sawit, tebu, cengkeh , dan lain-lain.

c. Peternakan

Ternak adalah hewan yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Sedangkan Peternakan merupakan usaha tani yang dilakukan dengan membudidayakan ternak.

Usaha ternak dibedakan atas:

 Peternakan unggas (ayam dan itik)

 Peternakankecil (kambing,domba,kelinci,babi dan lain-lain)

 Ternak besar (kerbau,sapi dan kuda) d. Perikanan

Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati perairan. Sumberdaya hayati perairan tidak dibatasi secara tegas dan pada umumnya mencakup ikan. Amfibi dan berbagai avertebrata penghuni perairan dan wilayah yang berdekatan, serta lingkungannya. Di Indonesia, menurut UU RI no. 9/1985 dan UU RI no. 31/2004, kegiatan yang termasuk dalam perikanan dimulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam sistem bisnis perikanan. Perikanan terdiri dari:

 Perikanan tangkap, dapat dibedakan menjadi perikanan perairan (sungai dan danau) dan perikanan air laut.

 Perikanan budidaya, dapat dibedakan dalam perikanan kolam, perikanan rawa, perikanan empang dan perikanan tambak.

e. Kehutanan

(25)

PERAN AGRIBISNIS DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

Undang-Undang (UU) No. 17 tahun 2007 tentang RPJPN tahun 2005-2025, menyatakan bahwa visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 adalah: Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Untuk mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui delapan misi yang mencakup: (1) mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila, (2) mewujudkan bangsa yang berdaya saing, (3) mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum, (4) mewujudkan Indonesia aman, damai dan bersatu, (5) mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan, (6) mewujudkan Indonesia asri dan lestari, (7) mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, dan (8) mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.

Untuk pelaksanaan pembangunan sistem agribisnis dirancang dengan melibatkan lembaga ekonomi dan lembaga penunjang lain seperti lembaga ekonomi masyarakat. Lembaga ekonomi masyarakat ini kemudian akan menunjang subsistem agribisnis, kegiatan usaha tani, penyedia informasi, layanan jasa, serta penerapan teknologi pertanian. Lebih jelas lagi agribisnis disini diarahkan pada agroindustri, sehingga nantinya akan menghasilkan nilai tambah yang lebih bagi komoditi pertanian. Dampak lebih lanjut adalah efek multiplier yang menciptakan peluang-peluang usaha baru. Untuk itu dalam upaya pemberdayaan masyarakat sektor ini harus jadi sasaran utama. Sedangkan dalam penguatan ekonomi rakyat agribisnis merupakan syarat keharusan (necessary condition), yang menjamin iklim makro yang kondusif bagi pengembangan ekonomi rakyat yang sebagian besar berada pada kegiatan ekonomi berbasis pertanian.

Untuk penguatan ekonomi rakyat secara nyata, diperlukan syarat kecukupan berupa pengembangan organisasi bisnis yang dapat merebut nilai tambah yang tercipta pada setiap mata rantai ekonomi dalam kegiatan agribisnis. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam perekonomian Indonesia, agribisnis berperan penting sehingga mempunyai nilai strategis. Peran strategis agribisnis itu adalah sebagai berikut.

 Sektor agribisnis merupakan penghasil makanan pokok penduduk. Peran ini tidak dapat

disubstitusi secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya, kecuali apabila impor pangan menjadi pilihan.

 Peranan agribisnis dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Sampai saat ini

non-migas menyumbang sekitar 90 persen PDB, dan agribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam PDB non-migas. Peranan agribisnis dalam penyerapan tenaga kerja. Karakteristik teknologi yang digunakan dalam agribisnis bersifat akomodatif terhadap keragaman kualitas tenaga kerja sehingga tidak mengherankan agribisnis menjadi penyerap tenaga kerja nasional yang terbesar.

 Peranan agribisnis dalam perolehan devisa.selama ini selain ekspor migas, hanya agribisnis

(26)

dan tempat yang terjangkau masyarakat merupakan prasyarat penting bagi keberhasilan pembangunan di Indonesia.

Peranan agribisnis dalam mewujudkan pemerataan hasil pembangunan (equity). Pemerataan pembangunan sangat ditentukan oleh ‘teknologi’ yang digunakan dalam menghasilkan output nasional, yaitu apakah bias atau pro terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh rakyat banyak. Saat ini faktor produksi yang banyak dimiliki oleh sebagian besar rakyat adalah sumber daya lahan, flora dan fauna, serta sumber daya manusia. Untuk mewujudkan pemerataan di Indonesia perlu digunakan ‘teknologi’ produksi output nasional yang banyak menggunakan sumber daya tersebut, yaitu agribisnis.

 Peranan agribisnis dalam pelestarian lingkungan. Kegiatan agribisnis yang berlandaskan

pada pendayagunaan keanekaragaman ekosistem di seluruh tanah air memiliki potensi melestarikan lingkungan hidup.

Agribisnis memiliki keterkaitan sektoral yang tinggi. Keterkaitan antara sektor agribisnis dengan sektor lain dapat dilihat dari aspek keterkaitan produksi, keterkaitan konsumsi, keterkaitan investasi, dan keterkaitan fiskal. Berdasarkan sifat keterkaitan maka dikenal keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage).

KESIMPULAN

(27)

 Sektor agribisnis merupakan penghasil makanan pokok penduduk. Peran ini tidak dapat disubstitusi secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya, kecuali apabila impor pangan menjadi pilihan.

 Peranan agribisnis dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Sampai saat ini

non-migas menyumbang sekitar 90 persen PDB, dan agribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam PDB non-migas. Peranan agribisnis dalam penyerapan tenaga kerja. Karakteristik teknologi yang digunakan dalam agribisnis bersifat akomodatif terhadap keragaman kualitas tenaga kerja sehingga tidak mengherankan agribisnis menjadi penyerap tenaga kerja nasional yang terbesar.

 Peranan agribisnis dalam perolehan devisa.selama ini selain ekspor migas, hanya agribisnis

Referensi

Dokumen terkait

Pembahasan penelitian ini adalah kesalahan ejaan pada penulisan karangan narasi siswa kelas VIII MTs. Syamsul Huda Peresak, Sepakek, Pringgarata, Lombok Tengah didasarkan

Penelitian ini dikatakan berhasil jika telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu (1) meningkatnya keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dengan

Sebaiknya terdapat laporan internal yang dibuat oleh ketua tim proyek mengenai aktivitas apa saja yang dilakukan selama pengerjaan proyek sehingga kepala teknis

Penyakit menular merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian besar, mengingat potensi munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah penyakit menular. Pada umumnya

Keselamatan nyawa ibu hamil, bersalin dan nifas sangat dipengaruhi oleh Keselamatan nyawa ibu hamil, bersalin dan nifas sangat dipengaruhi oleh aksesnya setiap saat

Melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas PGRI Semarang pada hari Kamis, 26 Oktober 2017 mengadakan Seminar Nasional Hasil-hasil

Sebelum mengajar juga mempersiapkan media yang bertujuan agar siswa lebih termotivasi dan lebih antusias untuk mengikuti pembelajaran yaitu menampilkan Video

Dalam hal terjadi kenaikan MOPS yang menyebabkan harga patokan di atas harga jual eceran, untuk melindungi kepentingan publik ditetapkan batas atas harga jual yaitu tingkat harga