• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Kebijakan Pendidikan dalam ujian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Kebijakan Pendidikan dalam ujian"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MATA KULIAH ADMINISTRASI DAN PEMBIAYAAN

PENDIDIKAN

“Kebijakan Pendidikan Dalam Ujian Nasional”

Disusun Oleh :

Mutrilgandi

Dosen Pengampu :

1.

Dr. Edi Harapan, M.Pd

2.

Dr. H. Tobari, M.Si

PROGRAM PASCA SARJANA

MANAJEMEN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sector swasta, serta individu.kebijakan pendidikan dan kebijakan ekonomi merupakan bagian dari ranah kebijakan pemerintah.

Kebijakan pendidikan sering disebut dengan istilah perencanaan pedidikan (educational planning) atau rencana induk tentang pendidikan (master plan of education), pengaturan pendidikan (educational regulation), kebijaksanaan tentang pendidikan (policy of education). Menurut Riant Nugroho, 2008:37) kebijakan pendidikan sebagai bagian dari kebijakan public dibidang pendidikan. Dengan demikian kebijakan pendidikan harus sebangun dengan dengan kebijakan public dimana konteks kebijakan public secara umum yaitu kebijakan pembangunan maka kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan public.Kebijakan pendidikan di pahami sebagai kebijakan dibidang pendidikan menjadi bagian dari tujuan pembangunan Negara bangsa secara keseluruhan.Jadi pengertian kebijakan pendidikan merupakan suatu sikap dan tindakan yang diambil seseorang atau dengan kesepakatan kelompok membuat kebijakan sebagai upaya untuk mengatasi masalah atau persoalan dalam dunia pendidikan. Tujuan dari pendidikan nasional itu sendiri juga diatur berdasarkan Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 dikemukakan: “ Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan , sehat jasmani dan rohani , kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

(3)

BAB II

KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL

1. Ranah Kebijakan Pendidikan a. Ujian Nasional

Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran capaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu secara nasional dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan sesuai dengan apa yang telah diatur dalam Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Ujian Nasional yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Komponen biaya untuk pelaksanaan UN meliputi biaya persiapan dan pelaksanaan ditingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan satuan pendidikan.Biaya dan pelaksanaan UN menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Biaya pelaksanaan UN di satuan pendidikan dianggarkan melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) baik Kementrian Pendidikan dan kebudayaan maupun di Kementrian Agama.

(4)

b. Kualitas Pendidikan

Kualitas dapat diartikan seberapa jauh barang atau jasa dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan sesuai atau melampaui harapan pelanggan (Chairunnisa, 2016:289). Dalam mewujudkan mutu pendidikan terdapat komponen-komponen yang harus ada dalam upaya untuk mewujudkan mutu, beberapa komponen mutu tersebut adalah:

1) Kepemimpinan yang berorientasi pada mutu, dalam hal ini adalah: manajer puncak (Rektor, Kepala Sekolah) berperan sebagai penasihat, guru dan pimpinan.

2) Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), adalah: merupakan ketrampilan dan kemampuan pegawai/staf Tata Usaha Sekolah dan guru secara terus menerus di upgrade/dipebaiki melalui pendidikan dan pelatihan (Diklat).

3) Struktur pendukung dalam hal ini adalah: Manajer Puncak (Rektor/Kepala Sekolah) membutuhkan dukungan untuk suatu perubahan.

4) Komunikasi, yaitu proses interaksi yang berupa pesan yang disampaikan dari komunikan harus jelas dan efektif.

5) Ganjaran dan pengakuan adalah berwujudnya dari team work yang berhasil menerapkan prinsip mutu harus diberikan ganjaran dan diakui oleh organisasi.

6) Pengukuran yaitu penggunaan data hasil pengukuran (evaluasi) menjadi sangat pentig dalam proses manajemen mutu.

(5)

dengan komitmen yang digariskan dengan UNESCO melalui program Education For All (EFA).

Menurut Juran Kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna, lebih jauh Juran mengemukakan lima dimensi kualitas yaitu:

1) Rancangan (desaign), sebagai spesifikasi produk;

2) Kesesuaian (conformance), yakni kesesuaian antara maksud desain dengan penyampaian produk actual.

3) Ketersediaan (availability), mencakup aspek dapat dipercaya, serta ketahanan. Dan produk itu tersedia bagi konsumen untuk digunakan. 4) Keamanan (safety), aman dan tidak membahayakan konsumen. 5) Guna praktis (field use), kegunaan praktis yang dapat dimanfaatkan

pada penggunaannya oleh konsumen.

c. Biaya Pendidikan

Biaya Pendidikan merupakan hal penting yang tidak dapat diabaikan dalam pengembangan pendidikan untuk operasional kerja demi tercapainya kualitas sumber daya manusia yang mampu bekerja secara efektif dan efisien.

Menurut Mulyasa (2005:167) pembiayaan pendidikan adalah pengelolaan atau segala proses keuangan di sekolah atau madrasah (lembaga pendidikan) guna memaksimalkan pencapaian tujuan kegiatan sekolah.Faktor yang mempengaruhi pembiayaan pendidikan menurut Bastian (20015:293) sebagai berikut:

a) Kenaikan harga (rising prices)

b) Perubaha relative dalam gaji pengajar (teacher’s salaries)

c) Perubahan dalam populasi dan kenaikannya presentasi peserta didik di sekolah negeri.

d) Meningatnya standar pendidikan (educational standard) e) Meningkatnya usia anak yang meninggalkan sekolah.

(6)

Pembiayaan pendidikan tidak hanya menyangkut bagaimana pendidikan itu dibiayai, tetapi menyangkut pula bagaimana dana yang tersedia tersebut di alokasikan. Keterbatasan biaya pendidikan dikhawatirkan akan menurunkan mutu pendidikan dan meminimalisasi efisiensi dan kesenjangan, baik menggali sumber biaya maupun mengalokasikan dana.Landasan Hukum Pembiayaan Pendidikan menurut Baharuddin (2010:117) terdiri atas: Didalam sila kelima Pancasila yang berbunyi “keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”, dapat dimaknai, bahwa segala bentk penyelenggaraan kegiatan, atas berdasarkan kesejahteraan bersama, termasuk dalam lingkup pembiayaan pendidikan sekalipun.

2. Undang-undang Dasar 1945

Di dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dalam alenia k-4 disebutkan adanya perkataan mencerdaskan kehidupan bangsa ini berarti bahwa setiap lapisan masyarakat berkewajiban untuk serta melaksanakan pendidikan sebagai upaya mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia.Oleh karena itu, setiap yang mendukung terlaksananya pendidikan tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin.

3. Peraturan perundang-undangan

Lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugasnya, menerima dana dari berbagai sumber. Penerimaan dari berbagai sumber tersebut, perlu dikelola dengan baik dan benar.Banyak pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaannya pendekatan-pendekatan tersebut memiliki berbagai persamaan. Sejalan dengan adanya Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah (MBS/M) dapat menggali dan mencari sumber dana dari pihak masyarakat, baik secara perorangan maupun secara kelembagaan.

(7)

Seperti yang telah dikemukakan bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya. Hal ini dikarenakan segala kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan dana. Tanpa biaya atau dana sudah dapat dipastikan bahwa proses pendidikan tidak akan dapat berjalan dengan baik. Sementara itu pendidikan Nasional dihadapkan pada masalah peningkatan, kualitas, pemerataan kesempatan, keterbatasan anggaran, dan belum terpenuhinya sumber dana dari masyarakat secara professional sesuai prinsip pendidikan sebagai tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan orang tua.

Sumber keuangan sekolah menurut Nanang Fatah (2004) dapat berasal dari orang tua, Pemerintah pusat, Pemerintah daerah, Masyarakat, Fasilitas sekolah, Siswa, dan pemilik sekolah atau Yayasan. Adapun fungsi dari pembiayaan pendidikan menurut Baharuddin (2010: 148) adalah sebagai berikut:

a. Memungkinkan penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara efesien, dalam artian, dana yang diperoleh dapat digunakan untuk pencapaian tujuan tertentu yang diinginkan;

b. Memungkinkan ketercapaian kelangsungan hidup lembaga pendidikan; c. Dapat mencegah adanya kekeliruan, kebocoran, atau penyimpangan

penggunaan dana dari rencana semula; dan

(8)

BAB III

KEBIJAKAN EKONOMI

1. Pengangguran dan kemiskinan

Perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi pada tahun 1997 membuat kondisi ketenagakerjaan di Indonesia ikut memburuk yang berdampak pada kemiskinan.Masalah pengangguran dan kemiskinan erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika ekomoni bagus, otomatis penyerapan tenaga kerja juga meningkat dan kemiskinan pun ikut berkurang. Pengangguran dan kemiskinan merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Agar pengangguran dan kemskinan di Indonesia dapat menurun diperlukan dukungan dan kerja sama dari pihak masyarakat dan keseriusan pemerintah dalam menangani maslah ini.

Pengangguran secara teknis adalah semua orang dalam referensi waktu tertentu, yaitu pada usia produktif namun tidak bekerja, baik dalam arti mendapat upah atau bekerja mandiri, kemudian mencari pekerjaan, dalam arti mempunyai kegiatan aktif dalam mencari pekerjaan tersebut. Menurut Sandono Sukiro pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja yang ingin mendapat kerja tetapi belum memperolehnya. Menurut Payman J Simanjuntak pengangguran adalah orang yang tidak bkerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari dalam seminggu.

a. Jenis – jenis pengangguran

Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja secara opimal, diantaranya:

(9)

2. Setengah menganggur, adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan. Biasanya tenaga kerja setengah mengganggur ini merupakan tenaga kerja yang berkerja kurang dari 35 jam dalam seminggu.

3. Pengganguran terbuka, adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan.

b. Macam-macam pengangguran

Berdasarkan penyebab terjadinya pengangguran dikelompokan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Penggangguran Konjungtural, adalah pengganguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang kehidupan perekonomian / siklus ekonomi.

2. Pengangguran Struktural, adalah pengganguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.

3. Penggangguran Friksional, adalah penggangguran yang muncul karena adanya ketidak sesuaian antara pemberi dan pencari kerja.

4. Pengangguran musiman, adalah pengangguran yang akibat pergantian musim, misalnya untuk petani, pergantian musim tanam ke musim panen.

5. Penggangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi). Penggangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat.

c. Sebab- sebab terjadinya pengangguran

Factor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah sebagai berikut:

(10)

2. Struktur lapangan kerja yang tidak seimbang.

3. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga kerja terdidik tidak seimbang.

4. Meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam seluruh struktur angkatan kerja Indonesia.

5. Penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.

d. Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran

1. Cara mengatasi penganguran structural yaitu: - Meningkatkan mobilitas modal dan tenaga kerja

- Memindahkan tempat yang kelebihan tenaga kerja ketempat yang membutuhkan tenaga kerja.

- Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan kerja yang kosong.

- Segera mendirikan industri padat karya.

2. Cara mengatasi penganguran Friksional, yaitu:

- Deregulasi dan deribrokratisasi diberbagai bidang industry untuk merangsang timbulnya investasi baru.

- Mengalakan pengembangan sector informal, seperti home industry.

- Menggalakan program transmigrasi untuk menyerap tanaga kerja di sector agraris dan sector formal lainnya.

- Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.

3. Cara mengatasi pengangguran musiman, yaitu:

- Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain.

(11)

4. Cara mengatasi pengangguran Siklus yaitu:

- Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa.

- Meningkatkan daya beli masyarakat.

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dimiliki seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan air minum, dan hal-hal lain yang berhubungan erat dengan kualitas hidup.Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehirmatan yang layak sebagai warga Negara.Kemiskinan merupakan masalah global.

1. Jenis-jenis kemiskinan

Besarnya kemiskinan dapat diatur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan.Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relative, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan adalah kemiskinan absolut.

a. Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran kesenjangan di dalam distribusi pendapat, biasanya dapat didefinisikan.

b. Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.

2. Factor-faktor penyebab kemiskinan

Tidak sulit mencari factor-faktor penyebab kemiskinan, tetapi dari factor tersebut sangat memastikan mana yang merupakan penyebab sebenarnya serta mana yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan kemiskinan, factor-faktor itu diantaranya:

a. Tingkat dan laju pertumbuhan penduduk b. Tingkat upah neto

(12)

h. Alokasi serta kualitas SDA ( ketersediaan fasilitas umum, penggunaan teknologi, tingkat dan jenis pendidikan, kondisi fisik dan alam, suhu politik dan bencana alam)

3. Kebijakan anti kemiskinan

Ada tiga pilar utama strategi pengurangan kemiskinan, yaitu:

a. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan yang prokemiskinan. b. Pemerintah yang baik (good government).

c. Pembangunan social

Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sarana atau tujuan yang bila dibagi menurut waktu, yaitu:

a. Investasi jangka pendek, terutama pembanguna pada sector pertanian dan ekonomi pedesaan.

b. Investasi jangka menengah dan panjang meliputi pembangunan sector swasta, kerjasama regional, APBD dan admnistrasi, desentraisasi, pendidikan dan kesehatan, penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan.

2. Ketenagakerjaan

(13)

1. Klasifikasi Tenaga Kerja

a) Berdasarkan penduduknya

b) Tenaga kerja, adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.

c) Bukan tenaga kerja, adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.

d) Berdasarkan batas kerja

e) Angkatan kerja, adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan.

f) Bukan angkatan kerja, adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Berdasarkan kualitasnya

g) Tenaga kerja terdidik, adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.

h) Tenaga kerja terlatihadalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya: Apoteker, ahli bedah, mekanik dan lain-lain.

(14)

2. Kesempatan Kerja

Secara umum, kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang mencerminkan seberapa jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut serta secara aktif dalam kegiatan perekonomian. Selain itu kesempatan kerja juga dapat diartikan sebagai jumlah penduduk yang bekerja atau orang yang sudah memperoleh pekerjaan, semakin banyak orang yang bekerja semakin luas kesempatan kerja.

Kesempatan kerja dimaknai sebagai lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi atau produksi. Dengan demikian pengertian kesempatan kerja nyata mencakup lapangan pekerjaan yang masih lowong. Kesempatan kerja nyata bisa juga dilihat dari jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia, yang tercermin dari jumlah penduduk usia kerja (15 tahun) ke atas yang bekerja (Sapsuha, 2009).

Kesempatan kerja merupakan partisipasi seseorang dalam pembangunan baik dalam arti memikul beban pembangunan maupun dalam menerima kembali hasil pembangunan. Dari definisi tersebut, maka kesempatan kerja dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :

a. Kesempatan kerja permanen, yaitu kesempatan kerja yang memungkinkan orang bekerja secara terus menerus sampai mereka pensiun atau tidak mampu lagi untuk bekerja. Dimisalkan orang yang bekerja pada instansi pemerintah atau swasta yang mempunyai jaminan sosial hingga tua dan tidak bekerja di tempat lain.

b. Kesempatan kerja temporer, adalah kesempatan kerja yang memungkinkan orang bekerja dalam waktu yang relatif singkat, kemudian menganggur untuk menunggu kesempatan kerja yang baru. Dalam hal ini dimisalkan pegawai lepas pada perusahaan swasta di mana pekerjaan mereka tergantung pesanan.

3. Upaya Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja di Indonesia

Manusia adalah faktor produksi yang sangat penting selain tanah, teknologi dan modal. Ada beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia yaitu :

(15)

b) Menyiapkan tenaga kerja terampil dengan meningkatkan pendidikan formal bagipenduduk usia sekolah.

c) Mengadakan pelatihan-pelatihan untukmemberikan ketrampilan kepada tenaga kerjayg sedang mencari kerja agar dapat mengisi lowongan sesuai dgn kebutuhan pasar tenaga kerja.

Menyiapkan tenaga kerja yg mampu bekerjakeras dan produktif dengan meningkatkankesehatan melalui perbaikan gizi penduduk

4. Hukum Ketenagakerjaan

Menurut Molenaar dalam Asikin (1993: 2) “Hukum Perburuhan adalah bagian hukum yang berlaku, yang pokoknya mengatur hubungan antara tenaga kerja dan pengusaha, antara tenaga kerja dan tenaga kerja serta antara pengusaha dan tenaga kerja.”

Menurut Syahrani (1999: 86) “Hukum Perburuhan adalah keseluruhan peraturan hukum yang mengatur hubungan-hubungan perburuhan, yaitu hubungan antara buruh dengan majikan, dan hubungan antara buruh dan majikan dengan pemerintah (pengusaha).”

Berdasarkan uraian diatas hukum ketenagakerjaan memiliki unsur: a) Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis.

b) Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha.

c) Adanya orang bekerja pada dan dibawah orang lain dengan mendapat upah sebagai balas jasa.

d) Mengatur perlindungan pekerja/buruh, meliputi masalah keadaan sakit, haid, hamil, melahirkan, keberadaan organisasi pekerja, dan sebagainya. Berdasarkan pasal 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dinyatakan bahwa: “Pembangunan ketenagakerjaan berlandaskan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”

(16)

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa: “Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas keterpaduan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah.”

Berdasarkan ketentuan pasal 4 UU Nomor 13 tahun 2003 pembangunan ketenagakerjaan bertujuan:

1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secaraoptimal dan manusiawi.

2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah. 3. Memberika perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan

kesejahteraan.

(17)

BAB IV KESIMPULAN

Berdasarkanapa yang sudah diuraikan dalam makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa Kebijakan merupakan pedoman dan dasar dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, baik dibidang pendidikan maupun bidang ekonomi. Dengan adanya sebuah kebijakan yang diambil oleh pemerintah ataupun swasta dapat mempengaruhi segala bidang yang dikerjakan kepada tujuan produktivitas kerja dan hasil yang jelas, yaitu:

1. Kebijakan Pendidikan yang meliputi UN, Kualitas Pendidikan dan Pembiayaan Pendidikan memiliki dampak dan pengaruh yang besar terhadap kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia, sekalipun pendidikan yang ada sekarang ini belum seperti yang kita harapkan.

2. Kebijakan Ekonomi yang meliputi pengangguran, kemiskinan dan ketenagakerjaan juga berdampak positif dalam mendorong perekonomian masyarakat di Indonesia. Terbukti dengan semakin meningkatnya taraf hidup masyarakat dan juga semakin berkurangnya pengangguran di Indonesia. Kebanyakan pengangguran terjadi karena kurangnya kualitas keterampilan yang dimiliki oleh penduduk sehingga mereka tidak dapat bekerja. Oleh karena itu sebaiknya pemerintah harus memperhatikan masyarakat untuk dapat menciptakan tenaga kerja yang berkualitas, misalnya:

a) Lebih mengoptimalkan program Belajar 9 tahun karena kebanyakan pengangguran terjadi disebabkan pendidikannya rendah/hanya lulus sampai SD.

b) Memberikan bantuan kepada anak yang tidak mampu misalkan memberikan beasiswa.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, Moh. Makin.(2010). Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UIN Maliki Press.

Bastian, Indra.(2015). Akuntansi Pendidikan. Yogyakarta: BPFE

Benggolo. A. Tanpa tahun. Tenaga Kerja dan Pembangunan. Jakarta: Jasa Karya.

Chairunnisa, Connie. (2016). Manajemen Pendidikan Dalam Multi Perspektif. Jakarta: Rajawali Pers.

Kristiawan dkk.(2017). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: CV.Budi Utama Khakim, Abdul. 2014. Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia.

Bandung: Citra Aditya Bakti.

Manulang, SH. 1995.Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyasa,E. (2005). Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Ujian Nasional Tahun Pelajran 2017/2018

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003

http://id.wikipedia.org/wiki/kemiskinana http://id.wikipedia.org/wiki/pengangguran

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Terapi kombinasi metformin dan glibenklamid memiliki efek sinergis sehingga kombinasi kedua obat ini dapat menurunkan glukosa darah lebih banyak daripada pengobatan tunggal

Pemberlakuan tarif pajak progresif bagi kendaraan kedua ini karena diasumikan bahwa wajib pajak yang memiliki kendaraan bermotor lebih dari satu maka dapat dikategorikan

Valve spring compressor atau alat penekan pegas katup perlu dirancang menggunakan sistem pneumatik, agar waktu yang diperlukan untuk melepas dan memasang komponen katup

Sekitar tahun 2000 SM, bangsa Akkadia yang menguasai Mesopotamia diserang oleh bangsa Amorit. Mereka termasuk bangsa pengembara dari rumpun bangsa Semit.. Setelah berhasil

Penandatanganan perjanjian kerjasamaantara Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan dengan satuan pendidikan yang terakreditasi, atau lembaga sertifikasi lainnya yang sah

Tetapi di Sulawesi pembangunan kapal didahului dengan pemasangan kulit dan kemudian diikuti dengan pemasangan gading (rangka badan kapal). 2) Pemasangan kulit terhadap

Penerapan metode group investigation dalam mengembangkan aspek kognitif siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 1 Kudus. Kooperatif group investigation (GI)

Pada proses sortir topologik, data yang akan disortir disajikan dalam suatu graph berarah atau directed graph (yang disingkat digraph). Setelah disajikan ke dalam suatu digraph