• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pada Kelompok Khusus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pada Kelompok Khusus"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat.

Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA (1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai 414%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia.

Dalam sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia rata-rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut kajian WHO (1999) harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke-103 dunia. Nomor satu adalah Jepang (74,5 tahun).

Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat. GBHN 1993 mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan mandiri diberi kesempatan berperan aktif dalam pembangunan.. Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia Nasional, sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia.

(2)

Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang.

Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial.

2. Tujuan

a) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II

b) Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan Lansia di Panti. c) Mengenal masalah kesehatan lansia.

d) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pada lansia. e) Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada lansia yang berada di panti. f) Memelihara/memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan lansia.

g) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (fasilitas pelayanan kesehatan).

3. Manfaat Penulisan

a. Mahasiswa dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lansia

b. Mahasiswa dapat memberikan tindakan perawatan yang tepat terhadap lansia yang berada di panti.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32).

Batasan Lanjut Usia

Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.

1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Lanjut Usia meliputi:

a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.

d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.

2. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:

a. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

(4)

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).

d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

Tipe Lanjut Usia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam buku R. Siti Maryam, dkk, 2008).

Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:

1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

(5)

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen (ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).

Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia dip anti werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.

Proses Penuaan

Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.

Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia

(6)

1. Perubahan Fisik a. Sel

Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.

b. Sistem Persyarafan

Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitif terhadap sentuhan.

c. Sistem Penglihatan

Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.

d. Sistem Pendengaran

Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

e. Sistem Kardiovaskuler

(7)

f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

g. Sistem Respirasi

Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.

h. Sistem Gastrointestinal

Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.

i. Sistem Genitourinaria

Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.

j. Sistem Endokrin

Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.

k. Sistem Kulit

(8)

kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.

l. Sistem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.

2. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:

a. Perubahan fisik.

b. Kesehatan umum.

c. Tingkat pendidikan.

d. Hereditas.

e. Lingkungan.

f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.

g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.

h. Kenangan lama tidak berubah.

i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari faktor waktu.

3. Perubahan Psikososial

a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresif.

(9)

c. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau relasi.

d. Sadar akan datangnya kematian.

e. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.

f. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.

g. Penyakit kronis.

h. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.

i. Gangguan syaraf panca indra.

j. Gizi

k. Kehilangan teman dan keluarga.

l. Berkurangnya kekuatan fisik.

Permasalahan pada Lansia

Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lansia antara lain (Setiabudi, 1999: 40-42):

1. Permasalahan Umum

a. Makin besarnya jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.

b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai, dan dihormati.

c. Lahirnya kelompok masyarakat industri.

d. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional pelayanan lansia.

e. Belum membudaya dan melembaganya pembinaan kesejahteraan lansia.

(10)

a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial.

b. Berkurangnya integrasi sosial lansia.

c. Rendahnya produktivitas kerja lansia.

d. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.

e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.

f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia.

Beberapa Penyakit dan Sifat Penyakit pada Lansia

Penyakit atau gangguan umum pada lansia ada 7 macam, yaitu:

a. Depresi Mental

b. Gangguan Pendengaran

c. Bronkitis Kronis

d. Gangguan pada tungkai atau sikap berjalan

e. Gangguan pada koksa/sendi panggul

f. Anemia

(11)

Beberapa sifat penyakit pada lansia yang membedakannya dengan penyakit pada orang dewasa seperti yang dijelaskan berikut ini:

1. Penyebab Penyakit

Penyebab penyakit pada lansia umumnya berasal dari dalam tubuh (endogen), sedangkan pada orang dewasa berasal dari luar tubuh (eksogen). Hal ini disebabkan karena pada lansia telah terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel karena proses menua, sehingga produksi hormone, enzim, dan zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang. Dengan demikian, lansia akan lebih mudah terkena infeksi. Sering pula, penyakit lebih dari satu jenis (multipatologi), dimana satu sama lain dapat berdiri sendiri maupun saling berkaitan dan memperberat.

2. Gejala penyakit sering tidak khas/tidak jelas

Misalnya, penyakit infeksi paru (pneumonia) sering kali tidak didapati demam tinggi dan batuk darah, gejala terlihat ringan padahal penyakit sebenarnya cukup serius, sehingga penderita menganggap penyakitnya tidak berat dan tidak perlu berobat.

3. Memerlukan lebih banyak obat (polifarmasi)

(12)

4. Sering mengalami gangguan jiwa

Pada lansia yang telah lama menderita sakit sering mengalami tekanan jiwa (depresi). Oleh karena itu, dalam pengobatannya tidak hanya gangguan fisiknya saja yang diobati, tetapi juga gangguan jiwanya yang justru seing tersembunyi gejalanya. Jika yang mengobatinya tidak teliti akan mempersulit penyembuhan penyakitnya.

2. Promosi kesehatan, Program Kesehatan yang tepat dan metode yang tepat untuk lansia

Sasaran

a. Sasaran Umum

1) Pengelola dan petugas penghuni panti

2) Keluarga lansia

3) Masyarakat luas

4) Instansi dan organisasi terkait

b. Sasaran Khusus

Lansia penghuni panti

Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia dilakukan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

a. Upaya Promotif

Adalah upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan derajat kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga, maupun masyarakat. Kegiatan tersebut dapat berupa penyuluhan/demonstrasi dan/atau pelatihan bagi petugas panti mengenai hal-hal berikut ini:

(13)

a) Cara mengukur keadaan gizi lansia.

b) Cara memilih bahan makanan yang bergizi bagi lansia.

c) Cara menyusun menu sehat dan diet khusus.

d) Cara menghitung kebutuhan makanan di panti.

e) Cara menyelenggarakan penyediaan di panti.

f) Cara mengawasi keadaan gizi lansia.

2) Perawatan dasar kesehatan

Melakukan pengkajian komprehensif pada lansia

a) Perawatan kesehatan dasar lansia yang masih aktif.

b) Perawatan kesehatan dasar bagi lansia yang pasif.

c) Perawatan khusus lansia yang mengalami gangguan.

d) Perawatan dasar lingkungan panti, baik di dalam maupun di luar panti.

3) Keperawatan kasus darurat

a) Mengenal kasus darurat.

b) Tindakan pertolongan pertama kasus darurat.

4) Mengenal kasus gangguan jiwa

a) Tanda dan gejala gangguan jiwa pada lansia.

(14)

5) Olah raga

a) Maksud dan tujuan olah raga bagi lansia.

b) Macam-macam olah raga yang tepat bagi lansia.

c) Cara-cara melakukan olah raga yang benar.

6) Teknik-teknik berkomunikasi

a) Bimbingan rohani.

b) Sarasehan, pembinaan mental, dan ceramah keagamaan.

c) Pembinaan dan pengembangan kegemaran pada lansia di panti.

d) Rekreasi.

e) Kegiatan lomba antar lansia di dalam panti atau antar panti.

f) Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti maupun masyarakat luas melalui berbagai macam media.

b. Upaya Preventif

Adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya. Kegiatannya dapat berupa kegiatan berikut ini:

1) Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan di panti oleh petugas kesehatan yang datang ke panti secara periodic atau di puskesmas dengan menggunakan KMS lansia.

2) Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di puskesmas maupun petugas panti yang telah dilatih dalam pemeliharaan kesehatan lansia.

(15)

4) Melakukan olah raga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing.

5) Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan kondisi kesehatannya masing-masing.

6) Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

7) Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap produktif.

8) Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap lingkungan sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap waktu, tempat, dan orang secara optimal.

c. Upaya Kuratif

Upaya kuratif adalah upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau petugas panti terlatih sesuai kebutuhan. Kegiatan ini dapat berupa hal-hal berikut ini:

1) Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau petugas panti yang telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan petugas kesehatan/puskesmas.

2) Pengobatan jalan di puskesmas.

3) Perawatan dietetik.

4) Perawatan kesehatan jiwa.

5) Perawatan kesehatan gigi dan mulut.

6) Perawatan kesehatan mata.

7) Perawatan kesehatan melalui kegiatan puskesmas.

8) Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang diperlukan.

d. Upaya Rehabilitatif

(16)

ini dilakukan oleh petugas kesehatan, petugas panti yang telah dilatih dan berada dalam pengawasan dokter, atau ahlinya (perawat).

Pakar psikologi Dr. Parwati Soepangat, M.A. menjelaskan bahwa para lansia yang dititipkan di panti pada dasarnya memiliki sisi negatif dan positif. Diamati dari sisi positif, lingkungan panti dapat memberikan kesenangan bagi lansia. Sosialisasi di lingkungan yang memiliki tingkat usia sebaya akan menjadi hiburan tersendiri, sehingga kebersamaan ini dapat mengubur kesepian yang biasanya mereka alami.

Akan tetapi, jauh di lubuk hati mereka merasa jauh lebih nyaman berada di dekat keluarganya. Negara Indonesia yang masih menjunjung tinggi kekeluargaan, tinggal di panti merupakan sesuatu hal yang tidak natural lagi, apa pun alasannya. Tinggal di rumah masih jauh lebih baik dari pada di panti.

Pada saat orang tua terpisah dari anak serta cucunya, maka muncul perasaan tidak berguna (useless) dan kesepian. Padahal mereka yang sudah tua masih mampu mengaktualisasikan potensinya secara optimal. Jika lansia dapat mempertahankan pola hidup serta cara dia memandang suatu makna kehidupan, maka sampai ajal menjemput mereka masih dapat berbuat banyak bagi kepentingan semua orang.

10 kebutuhan lansia (10 needs of the erderly) menurut Darmojo (2001) adalah sebagai berikut:

1) Makanan cukup dan sehat (healthy food).

2) Pakaian dan kelengkapannya (cloth and common accessories).

3) Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh (home, place to stay).

4) Perawatan dan pengawasan kesehatan (health care and facilities).

5) Bantuan teknis praktis sehari-hari/bantuan hokum (technical, judicial assistance).

6) Transportasi umum (facilities for public transportations).

(17)

8) Rekreasi dan hiburan sehat lainnya (recreational activities, picnic).

9) Rasa aman dan tentram (safety feeling).

10) Bantuan alat-alat panca indra (other assistance/aids). Kesinambungan bantuan dana dan fasilitas (continuation of subsidies and facilities).

4. Terapi Modalitas

Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.

a. Tujuan

1) Mengisi waktu luang bagi lansia.

2) Meningkatkan kesehatan lansia.

3) Meningkatkan produktivitas lansia.

4) Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.

b. Jenis Kegiatan

1) Psikodrama

Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan masalah lansia.

2) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan leader, co-leader, dan fasilitator. Misalnya cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.

3) Terapi musik

(18)

4) Terapi berkebun

Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang.

5) Terapi dengan binatang

Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih saying dan mengisi hari-hari sepinya dengan bermain bersama binatang.

6) Terapi okupasi

Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan.

7) Terapi kognitif

Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi TTS, dan lain-lain.

8) Life review terapi

Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan pengalaman hidupnya.

9) Rekreasi

Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan melihat pemandangan.

10) Terapi keagamaan

(19)

3. Askep komunitas pada kelompok khusus lansia a. Dimensi Biologis

Di Panti Werdha “X” terdapat lansia sejumlah 50 orang, rata-rata usia 51-80 terdiri dari 15 laki-laki, dan 35 perempuan. Ada lansia yang cacat baik fisik maupun mental sebanyak 12 orang perempuan dan 3 orang laki-laki. Setiap I kamar terdiri dari 4 orang lansia yang sesama jenis kelamin. Dilihat dari status gizi para lansia dipanti werha “X” sangat terjamin kebutuhan gizi dari sgi makanan dan minuman. Setiap pagi lansia setelah senam pagi sarapan dengan , bubur kacang hijau dan susu, jam 11 siang lansia makan dengan nasi dan sayuran dan lauk-pauk tinggi protein atau bagi yang sedang diit sesuai diit nya dan setiap sore hari di beri snack, dan malam hari makan malam dengan bersama- sama di ruangan bersama. Keakraban sangat terbentuk dip anti tersebut.

b. Dimensi Psikologis

Di Panti Werdha “X” terdapat sejumlah peraturan yang mengatur tentang jam makan, jam tidur, jam bermain dan lain-lain, semua selalu di patuhi oleh seluruh penghuni panti werdha. Para lansia mengakui bahwa kesehatan sangatlah penting bagi mereka, sehingga mereka selalu berusaha untuk selalu menjaga kesehatan, dan apabila sakit selalu akan mencari pertolongan segera dan mencari pengobatan. Di panti werda rata-rata mereka merasa sedih karena harus jauh dengan keluarga dan cucu-cucu mereka, padahal mereka sangat ingin bertemu namun karena suatu kendala mereka jarang di jenguk oleh keluarga merka dan selalu bersama teman-teman dip anti. Namun merka yakin keluarga juga masih memikirkan merka, hanya kendala waktu yang mungkin membuat keluarga jarang dating, atau mereka sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga jarang datang. Dari data kunjungan yang ada rata-rata lansia hanya di jenguk 1-2 bulan sekali oleh keluarga mereka.

c. Dimensi Fisik

(20)

d. Dimensi Lingkungan Sosial

Para lansia dip anti werda “x” hidup sangat rukun dan sosialisasi antar teman sangat terjalin dengan baik, tidak ada permusuhan, jika ada lansia yang berantem langsung di selesaikan bersama. Setiap malam diadakan sholat berjamaah dan makan malam bersama, serta menonton televisi bersama sebagai sarana hiburan, dan 1 minggu sekali diadakan outbond.

e. Dimensi Perilaku

Di panti werda “x” sangat menjaga perilaku kesehatan yang baik dan benar serta kesehatan sangat di jaga, mereka selalu meggosok gigi setelah sarapan dan setelah makan malam, mandi 2 kali sehari dengan air hangat, selalu memakai alas kaki, dan tidur siang 1 jam dan tidur malam 7-8 jam. Perilaku bersih dan sehat sangat dijaga seperti membuang sampah dengan benar, mengelola sampah dengan benar, dan menjaga lingkungan dengan program yang lansia laki-laki membuat parit di sekitar panti agar air hujan tidak terbendung, dan para lansia perempuan membuat tanaman palawij agar air hujan bisa menyerap di musim hujan dan di musim kemarau bisa di jadikan tanaman hijau, dan berfungsi juga sebagai apotek hidup agar setiap lansia yang sakit diobati dengan obat herbal yang sudah tersedia di pekarangan panti.

f. Dimensi Sistem Kesehatan

(21)

Analisa Data N

o

Problem Simptom

1

2.

Gangguan proses keluarga

Resiko Jatuh

DS : Para lansia mengatakan sangat kangen dengan cucu mereka, dan jarang dijenguk

DO : . Dari data kunjungan yang ada rata-rata lansia hanya di jenguk 1-2 bulan sekali oleh keluarga mereka.

DS : Lansia mengatakan takut dan sangan berhati-hati jika berada dikamar mandi

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat hasil pengujian yang diperoleh, maka pembuatan sistem ini telah memenuhi tujuan awal dari penelitian, yaitu membuat sistem navigasi gedung SMK Pancasila

Infeksi HPV pada sel epithel dapat menghasilkan proliferasi sel yang tidak terkendali baik berupa tumor jinak seperti kondiloma akuminata, maupun tumor ganas

Model Bisnis Keramat Bey Berry saat ini tergolong masih sangat tradisonal dimana kesembilan blok elemen utama dari Business Model Canvas dijalankan dengan cara-cara yang

SMK Pertanian Pendukung Ketahanan Pangan disimpan sesuai dengan ketentuan pada penerima bantuan untuk kelengkapan administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat

Busana berwarna putih dipilih karena identik dengan pernikahan yang berarti suci dan bersih, sedangkan silk painting dengan tone warna abu-abu ke hitam

adanya sistem pendelegasian secara tertulis). Belum adanya penanggung jawab asuhan kebidanan. Belum ada jadwal pertemuan rutin pegawai Ruang Anyelir. Supervisi hanya dilakukan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengunaan FreeRADIUS, MySQL dan EAP-TLS memberikan keamanan yang baik untuk client melalui proses otentikasi,

Nike yang merupakan merek besar dan terkenal menempati posisi pertama dalam top brand index sepatu olahraga dari beberapa merek ternama di atas, karena Nike memiliki