• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ISU DAN ISU PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH ISU DAN ISU PENDIDIKAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Dengan mengucapkan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT , karena atas limpahan rahmat dan karunianya makalah kami tentang Konsep Perencanaan dalam kepemimpinan ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Dalam makalah ini akan dibahas sebuah judul “MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKANNYA. makalah ini berisi tentang Mutu Pendidikan dan upaya peningkatan mutunya.

Dalam makalah ini kami menyampaikan bahwa makalah ini bukan makalah yang sempurna. Oleh karena itu saran yang konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan baik dari dosen maupun mahasiswa.

(2)

DAFTAR ISI

Kover ... Kata Pengantar ... Daftar Isi ... BAB I : PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan ... BAB II : PEMBAHASAN ...

1. Definisi Perencanaan Pendidikan ... a. Definisi Mutu Pendidikan ... b. Upaya Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan ... c. Faktor Pendukung dan Penghambat Mutu Pendidikan ... 2. Pengertian Peningkatan Mutu ... 3. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah ...

BAB III : KESIMPULAN ... REFERENSI ...

1 2 3 3 4 4 5 5 5 7 10 14 15

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam hasanah pendidikan nasional, madrasah telah mengalami perkembangan yang Cukup pesat sejak awal abad ke dua puluh sampai sekarang. Secara historis madrasah adalah lembaga pendidikan modern yang dikembangkan untuk membantu keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pendidikan. Madrasah diharapkan dapat menyediakan layanan pendidkan yang belum dapat dilakkan oleh keluarga dan masyarakat. Keluarga dan masyarakat sangat menaruh harapan kepada madrasah agar generasi mudanya mempunyai keterampilan untuk menghadapi kehidupan masa depan yang tidak menentu.

Generasi muda diharapkan dapat menggapai keberhasilan baik dalam kehidupan di dunia maupun kelak di alam akhirat. Sesuai dengan sabda nabi Muhammad SAW yang artinya “Barang siapa yang ingin sukses di dunia maka hanya dapat dicapai dengan ilmu, barang siapa yang ingin berhasil diakhirat maka hanya dapat dicapai dengan ilmu, dan barang siapa yang berhasil di dunia dan akhirat maka hanya dapat dicapai dengan ilmu.” Oleh karena itu kurikulum yang diajarkan pada madrasah adalah meliputi seluruh kurikulum yang diajarkan pada sekolah (istilah sekolah adalah untuk memberikan sebutan kelembagaan pendidikan dasar dan menengah dibawah naungan Kementerian Pendidikan Nasional sedangkan madrasah adalah untuk lembaga pendidikan tingat dasar dan menengah dibawah naungan Kementerian Agama) ditambah dengan materi pendidikan agama islam yaitu Aqidah Akhlak, Qur’an Hadits, Fiqih, Bahasa Arab dan Kedayaan Islam.

(4)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas penulis akan merumuskan permasalah yang akan dibahasa dalam makalah ini sebagai indikator tercapainya materi yang akan disampaikan. Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apa definisi dari mutu pendidikan?

2. Bagaimana mutu pendidikan agama islam ? 3. Apa definisi peningkatan mutu pendidikan ?

4. Bagaimanakan upaya peningkatan mutu pendidikan agama islam? C. Tujuan Penulisan makalah

Penulisan makalah ini memiliki 2 tujuan, yakni, tujuan khusus dan tujuan umum, adapun rinciannya adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen Isu- Isu pendidikan Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang konsentrasi Manajemen pendidikan islam semester 2 tahun 2016.

2. Tujuan Umum

(5)

BAB II PEMBAHASAN

1. Mutu pendidikan agama islam

a. Defiisi Mutu Pendidikan

Orang sering mengatakan tentang mutu pendidikan, tetapi kurang jelasnya pengertian dari pada mutu pendidikan itu sendiri. Sehingga umumnya banyak orang yang mengatakan atau mengidentifikasikan mutu pendidikan dengan banyaknya lulusan dari pendidkan itu, atau kadang-kadang menonjolkan seseorang atau beberapa orang lulusanya.

Dari keracuhan tentang mutu pendidikan tersebut, dan untuk lebih mempermudah dalam kajian masalah ini perlu penulis kemukakan tentang pengertian dari mutu pendidikan. Pius A. Partanto dan M. Dahlan dalam kamus Ilmiah Populer menjelaskan Mutu merupakan baik buruknya sesuatu, kualitas, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan). Pendidikan perbuatan mendidik.1

Jadi yang dimaksud dengan mutu pendidikan adalah kualitas seorang guru baik pemahamanya atau kemampuanya terhadap interaksi belajar mengajar yang indikatornya dapat dilihat dari hasil prestasi belajar siswa, baik itu prestasi dalam menempuh ujian semester ataupun prestasi dalam menempuh ujian akhir.

Pengertian mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk baik beruapa barang maupun jasa, baik yang dapat dipegang (tangible) maupun yang tidak dapat dipegang (intangible). Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif, efektif dan psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana belajar yang kondusif. Sedangkan mutu dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan dapat

(6)

berupa hasil tes kemampuan akademis dan dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi disuatu cabang oleh raga, seni dan sebagainya.

Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam artian hasil (output) harus dirumuskan dan harus jelas target yang akan dicapai dalam tiap tahun ataupun dalam kurun waktu tertentu.

Adapun kriteria mutu pendidikan yang baik sekolahan diharapkan memiliki beberapa indikator yang menunjukkan bahwa sekolahan tersebut sudah bisa dibilang bermutu. Indikatornya adalah lingkungan sekolah yang aman dan tertib, sekolah memiliki tujuan dan target mutu yang ingin dicapai, sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat, adanya pengembangan staff sekolah yang terus menerus sesuai dengan tuntutan iptek dan adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif serta pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan atau perbaikan mutu pendidikan.2

Begitu pula arti mutu dalam pendidikan agama Islam, hanya saja ada sedikit tambahan yaitu bagaimana sekolah atau madrasah bisa menyeimbangkan antara proses dan hasil pendidikan yang pada akhirnya peserta didik (lulusannya) menjadi manusia muslim yang berkualitas. Dalam arti, peserta didik mampu mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan ketrampilan hidup yang berperspektif Islam. Pehaman manusia berkualitas dalam khasanah pemikiran Islam sering disebut sebagai insan kamil yang mempunyai sifat-sifat antara lain manusia yang selaras (jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrawi), manusia moralis (sebagai individu dan sosial), manusia nazhar dan i’tibar (kritis, berijtihad, dinamis, bersikap ilmiah dan berwawasan ke depan), serta menjadi manusia yang memakmurkan bumi.3

b. Upaya Sekolah dalam Meningatkan Mutu Pendidikan

2 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah yang Professional (Bandung : PT. Rosda Karya, 2005), hlm. 85

(7)

Kepala sekolah sebagai seorang yang telah diberi wewenag untuk memimpin suatu lembaga pendidikan dan harus bertangungjawab secara penuh terhadap penyelenggaraan pendidikan pada sekolah yang berada dibawah pimpinanya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Semua kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggungjawab atas yang dipimpinnya”. (HR. Bukhori)4

Maju mundurnya suatu lembaga pendidikan itu banyak dipengaruhi oleh kepala sekolah, termasuk juga masalah peningkatan mutu pendidikan.

Adapun dalam peningkatan mutu pendidikan, kepala sekolah dapat melaksanakannya dengan melalui beberapa komponen antara lain:

1) Guru

Guru merupakan salah satu komponen yang memegang peranan yang sangat penting di dalam pelaksanaan pendidikan, karena itu kualitas seorang guru tersebut harus ditingkatkan. Usaha peningkatan kualitas guru ini dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, di antaranya adalah:

a) Meningkatkan kedisiplinan guru

Untuk meningkatkan mutu pendidikan faktor kedisiplinan guru sangat diperlukan, karena program sekolah akan dapat berjalan dengan baik jika guru-guru disipl in. Demikian sebaliknya jika guru-gurunya malas, maka program sekolah akan terbengkalai.

b) Meningkatkan pengetahuan guru

Untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju seperti sekarang ini, seorang guru dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuanya baik melalui kursus, membaca buku bacaan, majalah, surat kabar, dan sebagainya, atau melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

c) Inservice dan Upgrading

4 Fachruddin HS, Pilihan Sabda Rasul, Hadis-Hadis Pilihan (Jakarta: Bumi

(8)

Pembinaan dan usaha perbaikan pendidikan tidak mungkin berhasil tanpa disertai dengan pembinaan dan perbaikan mutu pengetahuan serta cara kerja para pelaksana yaitu guru-guru. Diantara usaha pembinaan dan perbaikan mutu pengetahuan

guru tersebut dilakukan dengan inservice training dan upgrading.

Seperti apa yang diungkapkan oleh Ngalim Purwanto sebagai berikut:

Inservice training ialah “segala kegiatan yang diberikan dan diterima oleh para petugas pendidikan (kepala sekolah, guru, dsb.) yang bertujuan untuk menambah dan mempertinggi mutu pengetahuan, kecakapan dan pengalaman guru-guru dalam menjalankan tugas dan kewajibanya”.5 Program Inservice training dapat mencakup barbagai kegiatan seperti mengadakan aplikasi kursus, ceramah-ceramah, workshop, seminar-seminar, kunjungan ke sekolah-sekolah di luar daerah dan persiapan-persiapan khusus untuk tugas-tugas baru.6

Sedangkan up grading (penataran) sebenarnya tidak berbeda jauh dengan inservice training. Upgrading merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf ilmu pengetahuan dan kecakapan para pegawai, guru atau petugas pendidikan lainnya, sehingga dengan demikian keahlian bertambah dan mendalam.

d) Rapat Guru

Rapat guru adalah suatu cara dalam rangka meningkatkan kualitas guru di dalam mengemban tugas dan tanggungjawab sebagai pendidik. Salah satu bentuk rapat guru yang dilaksanakan oleh kepala sekolah ialah konferensi atau musyawarah yang bertujuan untuk membimbing guru-guru agar lebih efektif dalam perbaikan pengajaran di sekolah. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syuro ayat 38, Artinya: (Bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhanya dan mendirikan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antar mereka

(9)

dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka.7

2) Siswa

Dalam meningkatkan mutu pendidikan siswa juga harus mendapatkan perhatian, peningkatan mutu atau kualitas siswa ini dapat dilakukan dengan cara antara lain:

a) Mengaktifkan Siswa

Mengaktifkan siswa ini dilakukan dengan cara misalnya dengan mengabsen siswa setiap kali akan memulai dan akhir pelajaran berlangsung untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan, seperti siswa meninggalkan sekolah (bolos) sebelum jam pelajaran selesai dan lain-lain.

b) Memberikan Bimbingan

Untuk memperoleh hasil yang memuaskan di dalam belajar, siswa membutuhkan bimbingan. Banyak siswa yang tidak mendapatkan nilai yang baik dalam pelajaranya (di sekolah) karena tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif dan efisien. Maka dalam mengusahakan agar siswa mempunyai ketrampilan belajar yang baik perlu kiranya seorang guru memberi bimbingan yang berupa petunjuk tentang cara belajar yang baik. Kemudian untuk memberi kebiasaan belajar yang baik bimbingan itu hendaknya diberikan sewaktu-waktu anak mempelajari pelajaran yang disajikan. “Hasilnya lebih baik bila bimbingan itu diberikan sewaktu anak mempelajari pelajaran yang disajikan” menurut uraian di atas bimbingan guru yang berupa tentang cara belajar yang baik perlu diberikan kepada siswa dengan demikian maka prestasi siswa dapat meningkat.8

c) Pemberian Tugas pada Siswa

Untuk meningkatkan kualitas siswa pemberian tugas perlu diberikan. Karena hal ini akan dapat merangsang belajar siswa.

d) Mengadakan Kegiatan Ekstra KurikulerDalam menunjang keberhasilan siswa dalam belajar, maka kegiatan kurikuler perlu diadakan, baik bidang

7 Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: Depag, 1989), hlm.789

8 Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar (Bandung: Jemmars, 1982),

(10)

olah raga, pramuka, kesenian, keagamaan maupun kegiatan lain yang berguna bagi siswa.

3) Sarana

Sarana mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dibutuhkan sarana yang memadai dengan sarana yang cukup maka akan memudahkan pencapaian tujuan pendidikan. Demikian akan terjadi sebaliknya, bila tanpa adanya sarana yang memadai atau yang mendukungnya.

4) Kerjasama Dengan Wali Murid

Penyelenggaraan pendidikan akan lebih berhasil jika adanya kerja sama antara sekolah dengan orang tua murid, di mana sekolah akan memberi informasi tentang keadaan anaknya dirumah sehingga hubungan mereka itu adalah saling menunjang di dalam keberhasilan belajar siswa.

c. Faktor Pendukung dan Penghambat Mutu Pendidikan

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan disuatu lembaga pendidikan. Maka pasti ada problem-problem yang dihadapi, sehingga dapat menghambat upaya peningkatan mutu pendidikan. Adapun problem-problem yang biasanya dihadapi dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah:

1) Sumber Daya Manusia

Rendahnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis yang terjadi. Kondisi inipun merupakan hal yang sangat tidak menguntungkan dengan sudah dimulainya perdagangan AFTA (Asean Free Trade Area) tahun 2003 yang menuntut kemampuan berkompetisi dalam segala bidang terutama dalam bidang sumberdaya manusia. Adapun yang dapat menjadi problem rendahnya sumberdaya manusia kita adalah: a) Pendidik

(11)

Para guru juga harus mengintegrasikan IMTAQ dan IPTEK, hal ini berlaku untuk semua guru baik itu guru bidang agama maupun umum.

Selain dihadapkan dengan berbagai persoalan internal, misalnya persoalan kurangnya tingkat kesejahteraan guru, rendahnya etos kerja dan komitmen guru, dan lain-lain. Guru juga mendapat dua tantangan eksternal, yaitu pertama, krisis etika dan moral anak bangsa, dan kedua, tantangan masyarakat global.

Berdasarkan hasil penyelidikan dari seseorang ahli, bahwa guru dalam menunaikan tugasnya, pada umumnya akan menghadapi bermacam-macam kesulitan, lebih-lebih bagi guru yang baru menunaikan tugasnya. Kesulitan kesulitan tersebut adalah:

(1). Kesulitan dalam menghadapi adanya perbedaan individual, baik itu perbedaan IQ, watak, dan juga perbedaan background.

(2). Kesulitan dalam memilih metode yang tepat.

(3). Kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan kesulitan dalam melaksanakan rencana yang telah ditentukan, karena kadangkadang kelebihan waktu atau kekurangan waktu.9

(4). Banyak sekali guru yang mempunyai penghasilan tambahan, misalnya berdagang, bahkan “ngojek”. Akibat dari kegiatan tambahan ini, sukar diharapkan dari seorang guru untuk sepenuhnya memusatkan perhatian pada terlaksanaya tanggung jawab sebagai pendidik.

(5). Sekolah sering berganti-ganti guru disebabkan mereka mengajar sebagai pekerjaan sambilan/sekedar waktu penantian untuk pengangkatan sebagai pegawai negeri, menanti nikah, dan ada juga yang memang pegawai negeri.

(6). Ketidaksesuaian antara keahlian dan mata pelajaran yang diajarkan, oleh karena itu, sering terjadi mata pelajaran agama ditugasi untuk mengajar mata pelajaran umum.

9 Zuhairini dan Abdul Ghofr, Metodologi Pembelajaran Pendidikan

(12)

b) Peserta Didik

Pendidikan kita selama ini dirasa membelenggu, akibatnya kedudukan siswa sebagai objek. Mereka ditempatkan sebagai tong kosong yang dapat diisi apa saja dalam diri siswa melalui pendidikan. Kebutuhan siswa tidak pernah menjadi faktor pertimbangan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan dirasakan sebagi kewajiban dan bukan kebutuhan. Pendidikan yang membebaskan dapat diwujudkan dengan aktualisasi para siswa dalam proses belajarnya. Mereka dapat melakukan berbagai kegiatan, tetapi tetap ada kontrol dari para guru/pendidik. Banyak dari para peserta didik yang merasakan bosan dan jenuh mengikuti pelajaran di kelas dikarenakan metode pengajaranya hanya memberlakukan mereka sebagai pendengar setia. Kita lihat betapa mereka gembiranya ketika mendengar bel istirahat/bel pulang telah berdering, mereka seakan-akan terbebas dari sebuah penjara. Hal ini hendaklah disadari oleh semua pendidik. Kita juga tidak bisa menyalahkan mereka jika hasil studi mereka tidak memuaskan.

Dengan demikian perbedaan yang ada pada setiap peserta didik, seperti perbedaan IQ, back ground, maupun watak dapat menjadi problem jika gurunya juga tidak memperhatikan hal tersebut. Maka dari itu seorang pendidik haruslah benar-benar faham akan kebutuhan dan keinginan peserta didik. c) Kepala Sekolah

(13)

Maka dari itu, jika manajer dalam sekolah dijabat oleh orang-orang yang tidak memiliki keahlian mengatur dan tidak memiliki visi yang jelas tentu akan menghambat upaya pengembangan dan peningkatan mutu pendidikanya.

Banyak bukti yang bisa ditunjukan dengan keberadaan kepala sekolah yang tidak memiliki persyaratan menyebabkan sekolah berjalan di tempat, bahkan berjalan mundur.

d) Partisipasi Masyarakat

Di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia, banyak warganya yang belum paham akan pentingnya partisipasi mereka dalam dunia pendidikan (lembaga pendidikan), lebih-lebih bila kondisi ekonomi mereka yang rendah. Pusat perhatian mereka adalah pada kebutuhan dasar sehari-hari mereka. Berbeda dengan apa yang terjadi di negara-negara maju, partisipasi warga masyarakat sudah besar, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun dalam melakukan kontrol. Mengapa mereka bertindak seperti itu? Sebab mereka yakin sekali bahwa pendidikan adalah modal utama bagi peningkatan kehidupan keluarga, masyarakat dan bangsa mereka.10

Perlu kita ketahui juga bahwa kecenderungan yang terjadi di negara maju sekarang ini adalah kriteria sekolah yang baik ialah sekolah yang memiliki hubungan baik dengan orang tua siswa, tidak terbatas pada hubungan penyandang dana saja akan tetapi kebersamaannya terhadap keberhasilan pendidikan anaknya. Kecenderungan ini dapat dikatakan sebagai tanda-tanda bahwa sekolah sebagai institusi pendidikan semakin tidak terisolasi dari masyarakat.

e) Sarana prasarana

Sarana prasarana pendidikan adalah merupakan hal yang sangat penting, sebagai penunjang proses pendidikan. Kelengkapan sarana prasarana akan dapat menciptakan suasana yang dapat memudahkan tercapainya tujuan pendidikan. Tetapi kenyataan yang sering dihadapi oleh lembaga pendidikan, apalagi sekolah swasta adalah mengenai kurang lengkapnya sarana prasarana

10 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: Bina Aksara,

(14)

pendidikan. Padahal hal tersebut sangat penting sekali dalam proses belajar mengajar.

Banyak sekali sarana prasarana yang dimiliki oleh sekolah sudah tidak layak pakai lagi sehingga hal tersebut secara tidak langsung dapat menghambat proses belajar mengajar.

2. Pengertian Peningkatan Mutu

Secara bahasa, peningkatan mutu terdiri dari dua kata yaitu peningkatan dan mutu. Kata peningkatan memiliki arti proses, cara, atau perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dan lain-lain).11 Sedangkan kata mutu artinya kualitas atau (ukuran) baik buruk suatu benda, kadar, taraf/derajat (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya).12

Depnaker13mengistilahkan peningkatan mutu sebagai salah satu prasyarat bagi suatu lembaga pendidikan agar dapat memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan. Keberadaan madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam tidak terkecuali. Menurutnya, yang lebih penting dalam upaya peningkatan mutu adalah ilmu perilaku manusia (Make People Before Make Product), karena pada intinya, meningkatkan mutu sama artinya dengan membangun manusia seutuhnya. Konsep peningkatan mutu dalam pendidikan dikelola melalui proses manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) yang merupakan embrio dari manajemen berbasis sekolah (MBS). Dalam MPMBS, konsep peningkatan mutu sekolah selayaknya diprogram dan direncanakan serta dilakukan sendiri secara mandiri oleh sekolah berdasarkan kebutuhan sekolah itu sendiri untuk mencapai keberhasilan.

Peningkatan mutu pada semua jenis dan jenjang pendidikan (dasar, menengah, dan tinggi), pada dasarnya dipusatkan pada tiga faktor utama, yaitu: 14

11 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,

Kamus Besar Bahasa Indonesia; cet. ke-2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 951

12 Ibid., hlm. 604.

13 Depnaker, Peningkatan Mutu Terpadu, 1986, hlm. 2.

14 Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk Tahun 2020

(15)

a. Kecukupan sumber-sumber pendidikan untuk menunjang proses pendidikan dalam arti kecukupan adalah penyediaan jumlah dan mutu guru serta tenaga kependidikan lainnya; buku teks bagi murid dan perpustakaan; dan sarana serta prasarana belajar.

b. Mutu proses pendidikan itu sendiri, maksudnya adalah kurikulum dan pelaksanaan pengajaran untuk mendorong para siswa belajar lebih efektif. c. Mutu output dari proses pendidikan, dalam arti keterampilan dan pengetahuan yang telah diperoleh para siswa.

3. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan pada Madrasah.

a) Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhalak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Guna merealisasikan tujuan tersebut maka telah ditetapkan strategi pokok pembangunan pendidikan nasional yang mengacu pada tiga pilar kebijakan pokok pembangunan bidang pendidikan yaitu :

1) Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan dalam bidang pendidikan dimaksudkan agar semua warga Negara Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas. Warga Negara yang tinggal di pedalaman dan atau daerah terpencil harus memperoleh pendidikan yang berkualitas sebagaimana yang diperoleh oleh saudaranya yang berada di kota. Warga Negara yang miskin harus memperoleh pendidikan yang sama kulitasnya dengan warga Negara yang kaya. Pendidikan yang berkualitas harus menjadi milik bersama seluruh warga Negara Indonesia tanpa kecuali.

(16)

Berkenaan dengan hal tersebut telah dilakukan berbagai upaya seperti halnya gerakan wajib belajar 6 tahun yang telah dimulai pada tahun 1984. Selanjutnya pada tahun 1994 gerakan wajib belajar diperluas menjadi wajib belajar 9 tahun yang berarti bahwa seluruh warga Negara Indonesia diharuskan menempuh pendidikan minimal setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

Pemerataan guru merupakan suatu upaya untuk memberikan pendidikan yang berkualitas bagi seluruh warga Negara Indonesia. Program Bantuan Khusus Guru (BKG), Bantuan Guru Kontrak (BGK) dan pemberian insentif khusus kepada para guru yang bertugas di daerah-daerah terpencil merupakan wujud upaya peningatan kualitas pendidikan madrasah.

2) Peningkatan mutu, relevan dan daya saing keluaran pendidikan.

Penigkatan kualitas merupakan kebijakan prioritas dalam pembangunan bidang pendidikan disamping pemerataan dan relevansi. Upaya peningkatan kualitas pendidikan dimulai pada jenjang pendidikan sekolah dasar atau Madrasah Ibtidaiyah. Upaya ini diwujudkan dengan mengembangkan suatu system Pembinaan Profesional (SPP). Sistem ini dilaksanakan dengan pendekatan gugus.

Pengembangan mutu pendidikan pada tingkat dasar tersebut dilaksanakan dengan prinsip bahwa pendidikan dasar merupakan suatu keutuhan (whole school development). Sehubungan dengan hal tersebut, pembinaan dan pengembangan difokuskan pada semua aspek dan komponen yang menentukan kulitas pendidikan pada pendidikan dasar. Komponen dimaksud adalah kegiatan pembelajaran, manajemen, buku, sarana belajar, fisik dan penampilan sekolah serta partisipasi masyarakat.

(17)

Berkenaan dengan kebijakan pemerintah tentang relevansi pendidikan maka titik beratnya adalah pada “link and match” yaitu keterkaitan dan kesepadanan antara apa yang diberikan di sekolah dengan apa yang ada di lapangan. Umpamanya pada jenjang pendidikan dasar diberikan kurikulum muatan lokal yang merupakan ciri khas masing-masing daerah sesuai dengan kebutuhannya.

Keunggulan local menjadi fokus agar setelah siswa yang menyelesaikan suatu jenjang pendidikan dapat terjun ke tengah-tengah masyarakat sehingga tidak harus mengandalkan untuk menjadi pegawai negeri sipil. Pengembangan kurikulum mutan lokal dimaksudkan terutama untuk mengimbangi kelemahan pengembangan kurikulum yang sentralistik. Hal ini juga dimaksudkan agar peserta didik mencintai dan mengenal lingkunganya serta mau dan mapu melestarikan dan mengembangakan sumber daya alam, kualitas sosial dan kebudayaan serta pada giliranya akan mendukung pembangunan nasional dan pembangunan lokal. Dengan demikian pada giliranya setiap keluaran pendidikan pada madrasah akan mapu bersaing baik pada tingkat nasinal maupun global. 3) Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan public pengelolaan

pendidikan, diselenggarakan dengan sebenar-benarnya. Maksudnya adalah bahwa setiap lembaga pendidikan dalam meyelenggarakan pendidikan harus mengacu kepada tata aturan dan perundang-undangan yang berlaku. Lembaga pendidikan yang tidak memenuhi standar nasioanl pendidikan maka akan didiskulifikasi atau dicabut izin operasionalnya.

Standar nasional yang sudah harus dipenuhi oleh setiap lembaga pendidikan meliputi : Standar isi dan standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar penilaian pendidikan. Sedangkan standar biaya belum dikeluarkan peraturanya oleh Menteri Pendidikan Nasional.

(18)

Efisiensi dalam pelaksanaan pendidikan juga merupakan prioritas kebijakan pada pembangunan bidang pendidikan. Sistem pendidikan yang berlangsung pada setiap jalur dan jenjang pendidikan di Indonesia harus memperhatikan unsur efisiensi sehingga tidak terjadi pemborosan dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu, untuk daerah-daerah terpencil yang jumlah peserta didiknya amat kecil, pembangunan sekolah regular termasuk kurang efisien maka alternatifnya adalah sekolah kecil atau sekolah satu guru.

Demikian halnya dengan bantuan langsung atau block grant. Hal ini merupakan upaya efisiensi pelaksanaan bantuan agar langsung ke pengguna yaitu tepat sasaran, tepat waktu, tepat jumlah dan tepat penggunaannya.

b) Paradigma Baru Manajemen Pendidikan

Berbagai krisis yang kita kenal dengan krisis multi dimensional yang berasal dari krisis ekonomi telah menyadarkan kita bahwa ada sesuatu yang perlu dilakukan suatu perbaikan atau perubahan. Para ahli dan pakar pendidikan berupaya untuk mendiagnosa dan mencarikan solusi dengan pernyataan “Apa yang salah dengan pendidikan kita”. Soedijarto (1999) mengemukakan beberapa rekomendasi setelah melakukan diagnosis terhadap berbagai factor yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yaitu :

1. Pelaksanaan pendidikan belum terencana dan sistematik diberdayakan untuk melaksanakan fungsi dan mencapai tujuan pendidikan nasional secara optimal.

2. Pendidikan nasional sebagai wahana sosialisasi dan pemberdayaan berbagai warisan buaya bangsa, nilai-nilai kebudayaan nasional dn nilai-nilai yang dituntut oelh masyarakat global yang dikuasai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi serta persaingan global belum sepenuhnya telaksana.

(19)

menghasilkan komonditi yang mutunya mampu bersaing dan mapu mengembangkan system perdangangan.

4. Pendidikan nasional belum sepenuhnya mampu mengembangkan manusia Indonesia yang religious, berakhlak, berwatak ksatria dan patriotik.

5. Agar pendidikan nasional benar-benar mampu melaksanakan fungsinya dan mencapai tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya perlu dikembangkan dan dilaksanakan program pendidikan pada semua jenis dan jenjang yang dapat berfungsi sebagai lembaga sosialisasi dan pembudayaan berbagai kemampuan, nilai, sikap, dan akhlak yang dituntut oleh msyarakat Indonesia yang maju, adil dan makmur serta demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Memperhatikan kenyataan di atas maka pemerintah, para pemerhati, para ahli dan para pemikir pendidikan menyatakan perlunya paradigma baru manajemen pendiidikan sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manajemen Pendidikan baru tersebut dinamakan school based managemen atau “manajemen berbasis sekolah”. Oleh karena manajemen berbasis sekolah adalah suatu paradigma baru maka hal tersebut perlu dipertimbangkan sebagai langka inovatif dan strategis kearah mutu pendidikan melalui pembenahan dan peningkatan manajemen berdasarkan pendekatan akar rumput (grass root). Disamping dari sisi manajemen maka upaya peningkatan mutu pendidikan pada madrasah dilakukan dengan menetapkan program-program yang strategis seperti halnya menyekolakan guru-guru madrasah ke S-2 pada perguruan tinggi ternama di Indonesia seperti Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, Institut teknologi Bandung dan lain-lain sebagainya. Dengan meyekolahkan para guru madrasah ke jenjang S-2 diharapkan agar mereka lebih menguasai isi materi pelajaran atau content sesuai dengan disiplin mata pelajaran masing-masing. Dengan demikian, guru madrasah mempunyai kompetensi mengajar sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan di madrasah.

(20)

1.1 Keberpihakan kepada rakyat kecil atau ekonomi kurang mampu.

Setiap program pendidikan harus berpihak kepada seluruh masyarakat terutama masyarakat yang kurang mampu. Progran ini dimaksudkan agar orang-orang yang krang mampu dibidang ekonomi dapat mengeyam atau memperoleh pendidikan yang bermutu sebagaimana halnya yang diperoleh orang-orang yang mampu. Selama ini hanya orang-orang mampu dibidang dibidang ekonomi yang dapat menikmati pendidikan yang bermutu karena biaya pendidikan cukup mahal. Berkenaan hal tersbut, dengan telah digulirkan Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) untuk pendidikan dasar maka setiap warga Negara Indonesia pada usia sekolah baik yang berada di perktaan maupun di daerah terpencil harus dapat menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun atau setingkat Sekolah Tingkat Lanjutan Pertama.

1.2 Pemberdayaan pelaku utama pendidikan.

Setiap anggaran pendidikan yang dikelurkan harus diarahkan dan diutamakan untuk pelaku utama pendidikan. Maksudnya adalah bahwa setiap dana yang dikeluarkan untuk peningkatan mutu pendidikan hendaknya sampai kepada sasaran yakni: siswa yang belajar dan guru yang mengajar serta kegiatan proses belajar mengajar bukan pada berokrasi pendidikan yang hanya merupakan figuran. Dengan demikian, untuk birokrasi dalam pelaksanaan pendidikan hanya sebagai koordinator dan pemantau serta evaluator dalam pelaksanaan.

1.3 Pemberian Bantuan atau Subsidi,

(21)

1.4 Mengejar ketertinggalan.

Program ini dimaksudkan untuk memacu seluruh madrasah di Indonesia agar melakukan suatu upaya agar mampu mengajar ketinggalan dengan sekolah yang dibawah naungan Kementerian Pendidikan Nasional. Dengan upaya ini madrasah tidak lagi dipandang sebelah mata atau dianggap sekolah kelas dua. Kedepan para orang tua siswa diharapkan dengan bangga menyekolahkan anaknya pada madrasah.

2. Program Unggulan.

a). Peningkatan kualitas tenaga pendidik.

Upaya peningkatan kualitas tenaga pendidikan dilakukan secara terus menerus melalui :

1). Menyekolakan guru ke jenjang pendidikan S-2 atau pascasarjana. Untuk tahun anggaran 2006 s/d 2007 telah dilakukan rekrutmen 1350 orang calon penerima beasiswa S-2. Disamping program meyekolahkan guru ke jenajang pascasarjana, pelatihan guru juga tetap dilaksanakan sesuai dengan bdang studi masing-masing. Pelatihan guru bidang studi atau mata pelajaran diselenggarakan oleh Badan Litbang Kementerian Agama RI di Palembang. Upgrading guru dimaksudkan sebagai upaya agar para guru madrasah memiliki wawasan tentang adanya perubahan dan perbaikan system pendidikan di Indonesia baik menyangkut msalah kurikulum maupun manajeman madrasah.

Bagi guru mismatch diprogramkan untuk mengikuti pendidikan selam tiga semester. Program tersebut dinamakan dual copetences atau kemampuan ganda. Dengan program ini dimaksudkan agar guru yang berlatar belakang Pendidikan Agama Islam namun sudah lama mengajar mata pelajaran sosiologi umpamanya, akan mempunyai keabsahan atau legalitas untuk mengajarkan mata pelajaran tersebut.

(22)

Bantuan juga berupa untuk tingkat Madrasah Aliyah Bantuan Khusus Murid (BKM) Banuan Khusus Guru (BKG) Dan Bantuan Guru Kontrak (BGK). Untuk tigkat dasar maka ada bantuan BOS atau Operasional Sekolah.

c). Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan merupakan factor yang ikut penetuan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Berkenaan dengan hal tersebut pembangunan ruang beljar, ruang laboratorium, ruang perpustakaan, terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan madrasah. Disamping itu pengadaan buku ajar dan multimedia sebagai alat pembelajaran dari tahun ketahun senantiasa diupayakan untuk merespon diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Namun demikian belum seluruh madrasah terpenuhi dengan buku ajar dan multimedia dimaksud.

d). Penguatan kelembagaan. Sejalan dengan peningkatan kualitas pendidikan pada madrasah maka peningkatan penguatan kelembagaan adalah merupakan salah satu upaya yang tidak dapat ditinggalkan. Dengan diberlakukanya Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003tentang system pendidikan Nasional maka kedudukan madrasah adalah sama dengan sekolah-sekolah di bawah naungan Kementerian Pendidikan Nasional.. Lebih dari itu pelaksanaan akreditasi madrasah yang selama ini dilaksanakan sendiri oleh Dewan Akreditasi Madrasah (DAM) maka mulai tahun 2007 ini akan dilakukan ajreditasi madrasah satu atap oleh Badan Akreditasi Provinsi Sekolah Madrasah (BAS-S/M). Dengan demikian kualitas madrasah dan sekolah diharapkan tidak akan jauh berbeda dikarenakan diakreditasi oleh Badan yang sama.

(23)

BAB III KESIMPULAN

(24)

REFERENSI

Abu-Duhou, Ibtisam, (2002). School Based Managemen (Manajemen berbasis Sekolah) (terjemahan), Jakarta, PT, Logos Wacaca Ilmu

Atmodiwiro, Soebagio, (2002). Manajeman Pendidikan Indonesia, Jakarta, Ardadidzya Jaya

Departemen Agama RI (2003). Pedoman Manajemen Berbasisi Madrasah. Jakarta, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Nata, Abudin, (2003). Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta, Penada Media

Sumarno (2000). Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta. PT. Rineka Cipta

Tilaar, H.A.R, (2003). Manajemen Pendidikan Nasional, Bandung, PT, Remaja Rosdakarya

Mulyasa (2005), Menjadi Kepala Sekolah yang Professional Bandung : PT. Rosda Karya

Prof. Dr. Muhaimin,(2005). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.

Jakarta PT. Raja Grafindo Persada

HS , Fachruddin, (1996) Pilihan Sabda Rasul, Hadis-Hadis Pilihan Ja.karta: Bumi Aksara

Purwanto , Ngalim, (1984) Administrasi Pendidikan Jakarta: Mutiara, Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: Depag, 1989)

Nasution, (1982) Didaktik Asas-Asas Mengajar Bandung: Jemmars,

Zuhairini , dkk (2004), Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Malang:Universitas Malang

Made Pidarta,(1988) Manajemen Pendidikan Indonesia Jakarta: Bina Aksara Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, (1989)

(25)

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan dalam pendekatan andragogi lebih menitik beratkan pada proses pemecahan masalah ketimbang proses pemberian mata pelajaran. Model pembelajaran bahasa Arab

menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis saya yang berjudul: Analisis Putusan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) Dan Wanprestasi Dalam Menyelesaikan Perkara Ekonomi Syariah

Mekanika batuan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku (behaviour) batuan baik secara teoritis maupun terapan yang merupakan cabang dari jumlah mekanika

Pada simulasi proses secara steady state dengan recycle ini juga akan diperoleh data simulasi pengaruh temperatur terhadap yield produksi insoluble sulfur dan juga

Selanjutnya Pejabat Pengadaan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Probolinggo Tahun Anggaran 2017, dengan ini mengumumkan Penyedia Pengadaan

Peran dan tanggungjawab pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sangatlah diperlukan untuk terus melakukan self-correction terhadap

Metode steganografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah parity coding, yaitu menyisipkan pesan/informasi ke dalam media pembawa berupa file audio MP3 dengan terlebih dahulu

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir Pada Program Studi Teknik Informatika