• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI BERBASIS AL Qura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDIDIKAN ANTI KORUPSI BERBASIS AL Qura"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI BERBASIS AL-QUR’AN

(Pembinaan M2IQ)

Oleh : Wahyu Saripudin

A. Pendahuluan

Di Indonesia, persoalan korupsi nyaris telah menjadi hal yang lumrah, bahkan ada yang mengatakan telah membudaya. Korupsi sudah menjadi cara atau jalan hidup bagi sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia, terjadi dari pemerintahan pusat sampai ketingkat terendah semisal Rukun Tetangga (RT). Korupsi di Indonesia telah menjadi persoalan struktural, kultural dan personal (Hasyim Muzadi 2010: xli). Hasil riset yang dilakukan oleh berbagai lembaga, juga menunjukan bahwa tingkat korupsi di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam termasuk yang paling tinggi di dunia.

Kasus-kasus tersebut menjadi tamparan yang keras bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Negara dengan 89% penduduknya muslim adalah negara yang paling korup di Asia dan juara ketiga korupsi di dunia (Amirullah 2013: 140). Tidak kah Islam mengatur umatnya supaya tidak berbuat korupsi? Bagaimana konsepsi Islam upaya membangun bangsa yang tidak korup? Pertanyaan ini menjadi refleksi bagi kita, bahkan menimbulkan pertanyaan lanjutan, apa dan siapa yang salah? Islamnya, muslimnya, atau Indonesianya?

Menurut Selo Sumarjan (1998: xiv) korupsi adalah penyakit ganas yang

(2)

akan bermunculan jika akarnya tidak kita benahi. Maka dibutuhkan penyelesaian serta penyembuhan sampai keakar-akarnya. Intinya dibutuhkan usaha preventif untuk generasi mendatang supaya terjauh dari korupsi.

Satu-satunya cara yaitu dengan pendidikan. Pendidikan merupakan investasi bangsa, pendidikan merupakan cerminan sebuah bangsa. Maju mundurnya bangsa tergantung pendidikannya. Pengamat pendidikan berpendapat bahwa merajalelanya praktek korupsi di Indonesia sebagai bukti dari kegagaglan pendidikan kita, terutama pendidikan Islam (Amirullah 2013: 140). Pendidikan harus menjadi solusi alternatif untuk membangun bangsa yang jujur terjauh dari korupsi. Sehingga muncullah gagasan tentang pendidikan antikorupsi. Kita meyakini bahwa melalui pendidikan lah dapat terbentuk dan terbangun bangasa yang berperadaban.

Berdasarkan uraian di atas, maka tulisan ini akan menjelaskan tentang bagaimana pendidikan anti korupsi berbasis al-Qur’an, mulai dari persoalan mencari apa pengertian korupsi dalam al-Qur’an sampai pada konsepsi al-Qur’an tentang pendidikan antikorupsi serta starak (startegi dan taktik) dalam menjalankan pendidikan antikorupsi. Semoga tulisan ini dapat menjadi refleksi bagi kita semua untuk senantiasa menjaga diri dari perbuatan korupsi serta dapat memberikan kontribusi dalam pendidikan antikorupsi yang dewasa ini sedang digalakan.

B. Korupsi: Definisi serta Terminologinya dalam Al-Qur’an

(3)

ontologis adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana menemukan hakikat makna dan esensi dari segala sesuatu (Amsal Bakhtiar, 2010: 17). Dengan demikian nantinya akan mudah untuk memetakan masalah korupsi secara sistematis.

Secara etimologis, korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio (Fockema Andrea, 1951) atau Corruptus (Webster Student Dictionarry, 1960). Selanjutnya disebutkan bahwa corruptio itu berasal pula dari kata corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun ke banyak bahasa eropa seperti Inggris Coruption, corrupt; Perancis corruption dan Belanda corruptie (korruptie). Menurut Amirullah Dari bahasa Belanda inilah digunakan dalam bahasa Indonesia “korupsi” (Amirullah 2013: 141). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi diartikan : kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidak jujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata menghina atau memfitnah, penyelewengan dan penggelapan untuk keuntungan pribadi atau orang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia1995: 527).

Sedangkan secara terminologis, makna korupsi dijelaskan oleh para ahli sebagai berikut: Menurut Kartono (1983) Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan, guna menngambil keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara (Agus Wibowo 2013: 19). Sedangkan menurut Baharuddin Lopa (1997: 1) Korupsi adalah offering and accepting of bribes (pemberian dan penerimaan hadiah-hadiah berupa suap). Sayyed Husaen Alatas (2005:108) sebagaimana dikutif oleh Amirullah (2013: 158) menegaskan bahwa korupsi adalah pencurian melalui penipuan dalam situasi yang menghkhianati kepercayaan. Sedangkan dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi nomor 31 Tahun 1999 pasal 2 ayat 1, korupsi diartikan dengan tindakan memperkaya diri sendiri, memperkaya orang lain, dan memperkaya korporasi dengan cara melawan hukum dan merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

(4)

diambil dari hadits Nabi dalam (al –syaukani:172) “يسترملاو يشارلا ل نعل” yang Ibrahim anis adalah sesuatu yang diberikan dalam rangka membenarkan yang batil atau menyalahkan yang benar. Selain itu korupsi disebut juga ghasab (Mengambil paksa hak/ harta orang lain) istilah ini diambil dari (QS. Al-Nisa: 29 dan al-Baqarah: 188) yang secara terminologi didefinisikan sebagai upaya untuk menguasai hak orang lain secara permusuhan/ terang-terngan (al-Syarbini:275), Khiyanah (Pelanggaran kepercayaan) istilah ini diambil dari (Q.S. Al-Anfal: 27) yang berarti mengambil harta secara sembunyi-sembunyi dan menampakkan perilaku baiknya terhadap pemilik hartanya (al-Syaukani jlid 7: 304), sariqah (pencurian) yang berarti mengambil barang/ harta secara sembunyi-sembunyi dari tempat penyimpanannya yang biasa digunakan untuk menyimpan barang atau harta kekayaan tersebut (Nurul irfan 2011: 117), dan hirabah (perampokan) istilah ini diambil dari (Q.S. al-Maidah :33) yang menurut al-Syafi’i yaitu penyerangan dengan membawa senjata kepada satu komunitas orang sehingga para pelaku merampas harta kekayaan mereka di tempat terbuka secara terang-terangan (Nurul irfan 2011: 123).

Dari paparan di atas serta berdasar ayat al-Qur’an dan Hadits di atas, penulis dapat mengambil simpulan bahwa korupsi memiliki makna yang sangat luas tergantung dari sudut pandang mana korupsi didefinisikan. Namun, ada titik temu dari semuanya yaitu korupsi dengan berbagai istilah merupakan tindakan dzolim mengambil hak orang lain yang mengakibatkan kerusakan , kehancuran dan kerugian bagi orang lain (negara/masyarakat).

C. Sebab Akibat korupsi serta Berbagai Pencegahannya

Ada banyak sebab seseorang melakukan korupsi, hanya jika ditarik simpulan menurut Hakim Muda Harahap (2009: 21) ada dua faktor penyebab seseorang melakukan korupsi; faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan timbul dari diri pribadi/ kepribadian dan kondisi fujur manusia. Sedangkan faktor eksternal berupa kebudayaan, kekuasaan, ekonomi, dan kelemahan hukum.

(5)

bersabda: "Tidaklah berzina orangyang berzina ketika ia berzina dalam keadaan beriman, dan tidaklahmencuri orang yang mencuri ketika ia mencuri dalam keadaan beriman."(H.R. Bukhari)”. Mafhum muwafaqoh dari hadits ini “koruptor tidak akan korupsi dalam keadaan beriman”.

Setelah keimanan lemah didukung pula dengan faktor eksternal yaitu adanya kesempatan untuk melakukannya. Korupsi biasanya erat kaitannya dengan jabatan atau kedudukan seseorang. Dengan jabatan atau kedudukan, seseorang memiliki kekuasaaan dan wewenang di sanalah kesempatan untuk melakukan muncul. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Lord Acton seorang ahli politik, “setiap kekuasaan cenderung korup. Kian lama seseorang berkuasa, korupsinya kian menjadi-jadi” (Amirullah 2013: 142).

Korupsi yang seringkali dilakukan karena sebuah konspirasi kolektif juga didasari oleh motif memperoleh harta sebanyak-banyaknya dengan cara mudah (Abdul Munir Mulkan, 2007: 210). Ibnu Khaldun (1332-1406) juga menyampaikan “sebab utama korupsi adalah nafsu untuk hidup mewah dalam kelompok memerintah”.

Sedangkan akibat yang paling nyata dari kejahatan korupsi adalah prahara dan kesenjangan sosial yang akan terjadi. paling tidak hal inilah yang dapat kita simak dari kesan surah al-Fajr (89): 15-20. Jika dipahami secara kontekstual ayat 15-20 surah al-Fajr ini ingin menegaskan bahwa prahara sosial yang terjadi pada masyarakat paling tidak disebabkan oleh empat hal, yakni; pertama, sikap ahumanis yaitu tidak memuliakan anak yatim. Kedua, sikap asosial yakni enggan memberi makan orang miskin dan kaum mustad’afin. Ketiga, monopolistik yaitu orang yang rakus dalam memanfaatkan (kekayaan) warisan alam. Keempat, sikap hedonis dengan terlalu mencintai harta secara berlebihan. Sikap hedonis ini juga disebut oleh Rasul sebagai penyakit al-Wahn: hubbu al-Dunya wa karahiyatul maut yakni penyakit terlalu cinta terhadap dunia dan takut akan kematian. Dilihat dari ke empat sendi ini dapat kita pastikan bahwa korupsi hadir dalam setiap sendi tersebut.

(6)

Al-Qur’an telah memberikan petunjuk larangan untuk menghindari praktik korupsi. Secara teoritis al-Qur’an menyinggung permasalah korupsi dengan larangan mengambil harta orang lain dengan cara yang bathil namun menganjurkan untuk melakukan perniagaan dengan cara yang ma’ruf atas prinsip suka sama suka (QS. An-Nisa: 4; 29, lihat juga QS. Al-Baqarah: 2; 188) jika kita kaji sababun nuzulnya ayat ini turun berkenaan dengan Imriil Qais bin 'Abis dan 'Abdan bin Asyma' al-Hadlrami yang bertengkar dala soal tanah. Imriil Qais berusaha untuk mendapatkan tanah itu menjadi miliknya dengan bersumpah di depan Hakim. Ayat ini sebagai peringatan kepada orang-orang yang merampas hak orang dengan jalan bathil. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa'id bin Jubair). Dari ayat ini jelas larangannya jangan mengambil hak orang lain dengan jalan yang batil sekecil apapun.

Pada kesempatan lain al-Qur’an menilai sebagai orang yang celaka, bagi umat Islam yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya tanpa ada kesadaran nurani (inner conscious) untuk mewujudkan kesejahteraan sosial (social welfare) (QS. Al-Humazah:104; 1-9).

Selanjutnya al-Qur’an menyuruh untuk memiliki kepekaan sosial yang tinggi/ kesalehan sosial dengan tegas mengancam orang yang rajin melaksanakan shalat (mushalin) sebagai pendusta agama jika tidak menafkahkan hartanya untuk membantu anak yatim dan demikian pula bagi orang yang enggan memberikan bantuan (QS. Al-Ma’un:107; 1-7). Al-Qur’an pun pada penjelasan yang lain menegaskan bahwa sifat dari kaum Yahudi adalah melakukan praktek suap-menyuap dan memakan harta dengan cara yang haram, oleh karena itu al-Qur’an melarang untuk melakuakan perbuatan seperti itu agar kita tidak termasuk ke dalam golongan mereka (QS. Al-Maidah:5; 62).

(7)

kesalahan dan menerima hukuman.5) perlunya menyiapkan generasi berkarakter kuat. Kelima prinsip ini KPK berusaha menjalankan prinsip nomor satu untuk menjalankan prinsip nomor dua sampai lima maka dibutuhkan usaha yang panjang untuk menginternalisasikan nilai-nilai tersebut yaitu melalui pendidikan yang hari ini kita kenal dengan pendidikan anti korupsi.

D. Konsepsi Al-Qur’an : Apa dan bagaimana Pendidikan Antikorupsi? Kita meyakini bahwa secara antropologi al-Qur’an memiliki kekuatan membentuk budaya masyarakat. Merupakan suatu aksioma bahwa al-Qur’an adalah kitab suci yang berfungsi sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia (Q.S. 2: 185). Memposisikan al-Qur’an sebagai petunjuk konsekuensinya menuntut manusia untuk mampu mentransformasikan dan mengimplementasikan ajaran al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk kesempurnaan al-Qur’an menjawab persoalan tentang korupsi melalui pendidikan anti korupsi.

1. Pengertian dan tujuan Pendidikan Antikorupsi

Korupsi sebagaimana telah diuraikan, merupakan tindakan yang mendzolimi berbagai pihak dampak dari perbuatan korupsi menyengsarakan semua orang khususnya rakyat kecil. Sungguh berbahayanya korupsi, maka tidak ada pilihan lain kecuali semua pihak harus segera menghentikan tindakan korupsi tersebut. Mata rantai korupsi harus diputus dari sejak dini melalui pendidikan. Melalui pendidikanlah korupsi harus diberangus sampai keakar-akarnya.

(8)

baik dan yang buruk, sehingga ditengah-tengah masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal. Sementara itu dari sudut pandang filsafat socrates mengaskan bahwa pendidikan merupakan proses pengembanngan manusia ke arah kearifan (wisdom), pengetahuan (knowledge), dan etika (conduct) (Elmubarak 2007: 3).

Sedangkan pendidikan antikorupsi perspektif al-Qur’an kita bisa kita lihat kontekstual dari bebrapa ayat yaitu Q.S. An-nisa ayat 58 :





















































“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.”

Dari beberapa defenisi di atas dapat penulis tarik benang merahnya bahwa pendidikan adalah uapaya menciptakan manusia yang memiliki pengetahuan yang baik, akhlak yang baik dan bisa menjadi manusia yang bermanfaat. Konteks dalam ati korupsi bahwa pendidikan pada dasarnya menjauhkan manusia dari prilaku korup. Konsep pendidikan sudah sangat ideal, sebenarnya jika pendidikan berjalan sesuai dengan konsepnya maka tidak akan tumbuh generasi koruptor.

(9)

dari pendidikan antikorupsi ini, penulis yakin jika betul dioptimalkan usaha ini maka generasi penerus akan terjauh dari korupsi.

Al-Qur’an menjadi landasan dalam praktek pendidikan Islam, menurut Syahdin pendidikan berbasis Qur’an bertumpu pada 4 prinsip dasar, yaitu: prinsip kasih sayang, keterbukaan, keseimbangan dan prinsip integralitas. (Syahdin 2009: 58). Sementara itu, Said Agil Husni Almunawar menyebutkan bahwa, secara normatif, tujuan yang ingin dicapai dalam aktualisasi nilai-nilai al-Qur’an dalam pendidikan meliputi tiga dimensi atau aspek yang harus dibina dan dikembangkan melalui pendidikan, yaitu dimensi spiritual, budaya dan kecerdasan. Ketiganya merupakan asas yang mampu mengantarkan umat Islam untuk terjauh dari korupsi. Jadi, pendidikan dan tujuannya dalam perspektif al-Qur’an adalah proses pengembangan dan pembentukan manusia yang selalu berlandaskan tauhid (kesalehan secara spiritual) kemudian berefek terhadap kesalehan secara sosial (tauhid sosial).

2. Optimalisasi Pendidikan Antikorupsi

Sebaik apapun dan seideal apapun konsep pendidikan antikorupsi tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap pemberantasan korupsi ketika yang menjalankan konsep ini hanya sepihak. Misalnya jika yang menjalankan pendidikan antikorupsi hanya dipendidikan formal sedangkan keluarga dan masyarakat tidak bersama-sama menjalankan pendidikan dan mengoptimalkan pendidikan antikorupsi ini. Maka usaha yang dilakukan disekolah hanya akan sia-sia. Dengan demikian pendidikan antikorupsi harus dioptimalkan secara terintegrasi disemua jalur pendidikan yakni pendidikan informal (keluarga), pendidikan formal (sekolah), dan pendidikan non formal (masyarakat). Semuanya bertanggung jawab terhadap optimalisasi pendidikan antikorupsi ini dengan metode dan strategi yang disesuaikan dengan kebutuhannya.

a. Implementasi Pendidikan Antikorupsi dikeluarga

(10)

pendidikan pertama dan utama bagi anak juga sebagai fondasi untuk pendidikan selanjutnya (Dindin Jamaludin 2013: 129). Masa depan anak termasuk di akhlaknya, agamanya bahkan karirnya tidak lepas dari settingan orang tua.

Pada dasarnya anak adalah karunia dari Allah yang diamanahkan kepada orang tua (Q.S al-Kahfi: 46). Dengan landasan ini, orang tua wajib mendidik anak-anaknya termasuk di dalamnya wajib mendidik kelurganya untuk menjauhi dari korupsi, sebagaimana dalam al-Qur’an surat at-Tahrim ayat 6















































“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Oleh karena itu, mendidik, mengajar, dan mejaga anak agar tidak terjembap masuk ke dalam neraka adalah cara fundamental untuk meraih surga. Mafhum mukhalafahnya, jika tidak melakukannya dengan baik, neraka adalah balasannya.

Apa dan bagaimana keluarga dalam mendidik antikorupsi kepada anak-anaknya? Materi mendasar yang harus ditanamkan dikeluarga adalah

(11)

penyembahan harta. Ia bertujuan menghapus stigma eksploitasi, konsumerisme dan aristokrasi Ali Syariati seperti dikutip Farid Esack (2000:128). Tauhid merupakan pusat segala usaha dan tujuan dalam amal perbuatan. Ketika keimanannya kuat manusia tidak akan berani untuk melaksanakan larangan Allah.

2. Mengajarkan Anak untuk melaksanakan Ibadah. Hendaknya anak sejak kecil diajarkan beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Mulai dari tata cara bersuci, shalat, puasa, dan ibdah lainnya. Dengan melatih anak sejak dini, mereka akan terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut saat dewasa. Pelaksanaan ibadah-ibadah merupakan Penanaman nilai moral untuk memiliki tanggung jawab, kemuliaan, kehormatan, dan keluhuran yang pasti diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah (QS. Yasin:36; 65, al-Hijr:15; 92,93).

3. Mendidik anak dengan berbagai Adab dan Akhlak yang Mulia. Antikorupsi erat kaitannya dengan akhlak. Mendidik akhlak dibutuhkan pembiasaan dan uswah dalam cara menginternalisasikannya.

4. Melarang Anak dari berbagai perbuatannya yang diharamkan. Disinilah nilai antikorupsi terus ditanmakn karena korupsi adalah perbuatan yang haram. Hendaknya sedini mungkin diperinngatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau diharamkan, seperti judi, minum khamar, mencuri, mengambil hak orang lain, zalim, durhaka kepada orang tua, bahkan hal-hal yang makruh pun larang seperti merokok, dll.

Banyak Isyarat di dalam al-Qur’an yang harus diperhatikan oleh setiap muslim dalam mendidik anaknya. Satu dari sekioan banyaknya isyarat itu adalah pokok-pokok pendidikan anak yang dilakukan oelh seorang ahlihikmah bernama Luqman. Allah mengabadikan keberhasilannya dalam mendidik anak-anaknya di dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 13-16.

b. Implementasi Pendidikan Antikorupsi di Sekolah

(12)

pendidikan yang sebelumnya. Lalu seperti apa pola pendidikan antikorupsi di sekolah? Memang hal ini menjadi wacana yang panjang dan debate able. Sama halnya tatkala pendidikan karakter yang akan diimplementasikan di sekolah. Apakah harus membuat kurikulum yang baru atau terintegrasi disemua mata pelajaran? Namun, pada akhirnya karena saking banyaknya mata pelajaran yang sudah ada di sekolah maka dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) polanya dientegrasikan kesemua mata pelajaran yang sudah ada disekolah (Wibowo 2013: 57).

Sama halnya dengan pendidikan karakter, pendidikan antikorupsi pun pada dasarnya adalah penguatan dan pembentukan moral peserta didik. Bagaimana caranya semua mata pelajaran menanamkan moral kepada peserta didik agar selalu memegang teguh nilai keimanan, moral, dan etika. Sebab semakin kuat berpegang pada pada moral dan etika agama maka akan semakin berkurang kebobrokan sosial, ekonomi, dan budaya (QS. Thaha:20; 123-126). Praktiknya disekolah, dibuatnya kantin kejujuran untuk melihat dan melatih prilaku peserta didik.

Selanjutnya implemntasi pendidikan antikorupsi disekolah bagaimana caranya peserta didik memiliki komitmen untuk berperilaku lurus dan benar. Dalam implementasinya adalah dengan saling berlomba dalam kebajikan dan taqwa (QS. Al-Maidah:5; 2, al-‘Asr:103; 3). Penerapan sistem reward and punishment yang bertumpu pada rasa keadilan dan persamaan perlakuan tanpa ada perbedaan (QS. Al-Maidah:2; 8, al-Nisa:4; 57, al-Nahl:16; 90). Dalam hal ini adalah Guru yang memiliki peran utamanya. Metode pembelajaran reward and punishment harus betul-betul adil dan mendidik.

Intinya pendidikan anti korupsi di sekolah adalah semua stake holder di sekolah harus mengimplementasikan nilai yang membuat peserta didik memiliki moral yang baik dan antikorupsi. Dari mulai manajemen lembaga pendidikannya, kurikulumnya, pendidiknya semuanya harus terintegrasi memiliki komitmen yang sama untuk pendidikan anti korupsi.

(13)

Pendidikan di masyarakat ini cakupannya memanglah luas, namun kita bisa membatasinya yaitu peran-peran masyarakat yang sangat memengaruhi terhadap pendidikan anak yaitu media masa yaitu media cetak maupun elektronik. Dalam hal ini media memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan pola pikir/ paradigma masyarakat. Sehingga dalam pendidikan antikorupsi media bertanggung jawab pula untuk memberikan informasi dan tayangan-tayangan yang mendukung terhadap pendidikan antikorupsi.

Selain media pendidikan di masyarakat yaitu Tokoh Masyarakat/ para pemimpin merupakan pendidik di masyarakat. Segala bentuk tindakannya akan diperhatikan oleh masyarakat. Sehingga Para elit dan pemimpin harus mengedepankan sikap dan tauladan yang mulia agar bisa menjadi contoh, hal inilah yang menjadi andalan Rasul dalam memimpin masyarakat (QS. Al-Ahzab:33; 21).

(14)

E. Penutup

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munir Mulkan, 2007, Manusia Al-Qur’an: Jalan Ketiga Religiositas di Indonesia, Yogyakarta: Kanisius.

Amirullah Syarbini, 2013. Pemikiran Pendidikan Islam Kontemporer. Bandung: Fajar Media.

---, 2013. Buku Pintar Musabaqah Makalah Ilmiah Al-Qur’an. Bandung : Fajar Media.

Agus Wibowo. 2013. Pendidikan Antikorupsi di sekolah startegi Internalisasi Pendidikan Antikorupsi di Sekolah.Yogyakarta: Pusataka Pelajar.

Ajip rosidi. 2006. Sejumlah Karangan Lepas: Korupsi dan Kebudayaan. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Andi Hamzah .2005, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Nasional dan Internasional, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bambang Widjoyanto, dkk. 2010. Telaah fiqih Korupsi dalam Muhammadiyyah dan nahdlatul Ulama Koruptor itu Kafir.Jakarta: Mizan Publika.

Dindin Jamaludin. 2013. Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam. Bandung: Pustaka Setia

Hakim Muda harahap.2009. Ayat-ayat korupsi. Yogyakarta: Gama Media. Ibnu Khaldun. 2013.Terjemahan Mukaddimah Ibnu Khaldun. Cet. 3. Jakarta: al

Kautsar

M. Quraish Shihab, 2002, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan.

Malik Ben Nabi, 2002, Penomena Al-Qur’an: Pemahaman baru Kitab Suci, terj. Farid Wajdi, Bandung: Marja’.

M. Nurul Irfan, 2011, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta: Amzah. Departemen Agama RI, 2002, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Darus

Sunnah.

Robert Klitgaard. 2005. Membasmi Korupsi (terjemahan). Jakarta: Yayasan obor Indonesia.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menentukan sasaran mutu, Ketua LP3-UB harus memastikan bahwa sasaran mutu termasuk yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan produk/layanan, ditetapkan

Jika menggunakan Standard Cost (2.C.5), Setelah save warehouse FGIN akan secara otomatis mengubah Job Costing/ Pembiayaan Pesanan yang sudah dibuat sebelumnya saat proses Material

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah (2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat

Epifit, merambat di tanah atau semak dengan tinggi sekitar 10 m; daun majemuk menjari, anak daun 4-7, panjang tangkai 10-12 cm, anak daun bundar telur - jorong, panjang 7-18

Daya Anugrah Mandiri Manado akan dapat diukur dengan efektif jika perusahaan menerapkan metode balanced scorecard yang fokusnya tidak berpusat pada pengukuran

Sehingga banyak remaja berpikir bahwa apa yang mereka pikirkan lebih baik dari pada apa yang dipikirkan orang dewasa, hal tersebut yang menjadi penyebab banyak remaja sering

Pemberian ekstrak tinta cumi per oral dengan dosis 2,4 g/kg BB setiap harinya selama 15 hari pada tikus Wistar dengan induksi aterosklerosis dapat memperbaiki profil