• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP KESALEHAN SOSIAL DALAM Q.S. AL-MA’UN (IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP KESALEHAN SOSIAL DALAM Q.S. AL-MA’UN (IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN) - Test Repository"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

K O NSEP K ESA L E IiA N SOSIAL DALAM Q.S. A L -M A ’UN

(IM PLEM ENTASINYA DALAM PENDIDIK AN)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Dalam Ilmu Tarbiyah

O leh:

US W A T UN K H A SA N A H NIM : 111 05 010

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINCGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2009

'V

fC

'E

(2)

D E P A R T E M E N A G A M A Rl

Yth. Ketua STAIN Salatiga

di Salatiga

Assalamu'alaikurn. Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka

bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari:

Nama : USWATUN KHASANAH

NIM : 111 05 010

Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

(3)

D E P A R T E M E N A G A M A Rl

S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706y 323433 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-m ail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

P E N G E S A H A N

Skripsi Saudari : USWATUN KHASANAH dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 05 010 yang beijudul : “KONSEP KESALEHAN SOSIAL DALAM Q.S. AL-MA’UN (IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN) ”. Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri Salatiga pada h a ri: Kamis tanggal 20 Agustus 2009 yang bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban 1430 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.

(4)

D E P A R T E M E N A G A M A Rl

S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A Jl. S ta tio n 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-m ail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

DEKLARASI

Dengan pcnuh kejujuran dan tanggung jawab, peneiiti menyatakan bahwa

skripsi ini tidak bcrisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernali

diterbitkan. Dcmikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang

lain, kecuali informasi yang tcrdapat dalam reierensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Apabila di kemudian liari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

orang lain di luar referensi yang peneiiti cantumkan, maka peneiiti sanggup

mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang

munaqosah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 4 Agustus 2009

Penulis,

USWATUN KII AS AN AH NIM : 111 05 010

(5)

MOTTO

/ / / / / / ^ /

9 A I * } 9 ' ' • » 9 ' I I O / I / / 9 i S V I 1 / •» ' s s * } 9. 9 s

o ' ^ y (**—' o p ir * 0 “ (**-*-> ^ i_s~" y * y j *

' * ' ' S '

» , ' • » ' 9 } 1 / S U ' t ' S ^ S l SA. . « ✓ ✓ 4 „ ) * ' » I • ' • . | A * 4 I

I

y*+t ys*AA

y ^

A* V-«^p

C}* ^

y ^sS'

4^i 1^**AjLo I

t' s s s s s

5 > \ l l j U j i l ^ 4 ^ i » £ l - S > ^ p l 4 - i p

i 9 >\ ' '* ' ' i ' # A

I « ' ^ l ' * > V"* ✓ «» ' > ' 9 S\ llv 9 . I . 9' % ' ^ \ ' i'xK * '» i'

j p j j pi

/ / /

4 > 1 / / ' • ' S 9 S S „ S \ S J

y * j ~ * j *j < y U *

*' * *s

Dari Abu Hurairah, ia meriwayatkan dari N a b i: "Siapa melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, Allah akan melepaskan satu kesusahcmnya di hari kesulitan. Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Siapa menutup aib

seorang muslim, Allah akan menutup pula aibnya di dunia dan akhirat. Sungguh Allah akan menolong hamba-Nya selama dia menolong saudaranya.

(HR. Abu Dawud).

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Ibuku Sulimah dan Bapakku S.Choirul

Mustaqim.

2. Kakak-kakakku (Syaifur Rahman, Agus

Isnaini, Eny, Chusnui, M.Slamet, Farid,

Latifah.

3. Adik-adikku (Rossy, Hafid, Ima, Reny, Fika,

Azy, Amanda, dan Nasyvva.

4. Ustadz-ustadzku (Robiyan, H. M. Ismail,

Iskandar,)

5. Teman-teman kost (Mbak Any, Mbak Yeni,

Sari, Ifah, Nurul, Mia, Musya, dan Elsita.

6. Sahabatku, Rafida, Noe dan Nisa.

7. Keluarga besar NUR ISTIQLAL 411 Pandawa

Salat iga.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya kepunyaan Allah SWT, Yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

ini. Sholawat serta salam semoga tcrcurah kepada uswah kita Nabi Muhammad

SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang tetap istiqomah di

jalannya.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas melengkapi

syarat-syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam. Adapun

judul skipsi ini adalah Konsep Kesalehan Sosial dalam Q.S. Al-Ma’un

(Implementasinya terhadap Pendidikan).

Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang

dengan ikhlas memberikan dukungan baik moral maupun materiil. Dengan penuh

kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN Salatiga

2. Bapak Fatchurrohman, M. Pd selaku Ketua Progdi PAI yang telah merestui

penulisan skripsi ini

3. Bapak M. Ghufron, M.Ag selaku pembimbing yang telah mengarahkan dalam

penulisan skripsi ini

4. Ibuku Sulimah dan Bapakku S. Choirul Mustaqim yang selalu mencurahkan

kasih sayang beriring do’a kepada penulis

Kakak-kakak ku Syaifur Rahman, Agus Isnaini, Eni, Chusnul, Farid, Latifah

dan adikku Kossy yang selalu menyayangi penulis.

(8)

6. Teman-teman PAI ‘A STAIN Salatiga ailgkatan 2005 yang selalu aku

banggakan

7. Teman-tamen kost (Mbak Ani, mbak Yeni, Khusnul, Ifah, Allies, Sari, Nurul,

Mia, Musya) yang selalu menemani penulis dalam penyelesaian penulisan

skripsi ini.

8. Mr. Taqin, Mr Ruby dan Mr. Yulian yang selalu meberi motivasi kepada

penulis.

9. Keluarga besar Dot. Comp Jangkungan.

10. Keluarga besar Nur Istiqlal 411 Pandawa Salatiga

11. Team perpustakaan STAIN Salatiga yang selalu memberikan pelayanan

dengan baik

12. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini sehingga dapat

terselesaikan.

Atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, maka O

tiada kata yang pantas tcrucapkan kecuali do’a dan terimakasih yang dalam,

semoga amal dan jasa baiknya menjadi amal sholeh dihadapan Allah SWT.

Ucapan terimakasih pula penulis ucapkan kepada para pembaca yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun guna tersempurnanya skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT, mohon pertolongan serta petunjuk

semoga skripsi ini bermanlaat bagi kita semua.

Salatiga, ^ Agustus2009

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JU D U L ... >

NOTA PEMBIMBING ... »

PENGESAHAN... m

DEKLARASI... »v

MOTTO... v

PERSEM BAHAN... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang M asalah... 1

B. Penegasan Istilah... 6

C. Rumusan M asalah... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9

E. Mctodc Penulisan Skripsi... 9

F. Sistematika Penulisan Skripsi ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Kompilasi Ayat Kcsalehan Sosial ... 15

B. Pengertian Kesalehan Sosial dan Indikasi Kesalehan Sosial... 18

BAB III PENJELASAN A. A sbabunN uzuldanM unasabah... 33

B. Penjelasan Q.S. Al-Ma’aun Ayat 1 - 7 ... 36

(10)

BAB IV IMPLEMENTASI DALAM PENDIDIKAN

A. Suasana Sosial Kontemporcr... 51

B. Sumba.igan Dalam Pendidikan... 62

BAB V PENUTUP

A. K esim pulan... 71

B. Saran ... 72

C. Pcnutup... 73

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

V

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Bclakang

Pada prinsipnya Islam adalah agama kebersatuan, agama kasih sayang,

kecenderungan untuk saling mengenal dan hidup menyatu antar pemeluknya

adalah pangkal dari ajarannya. Berbuat baik merupakan kewajiban kita

sebagai manusia yang hidup bermasyarakat dan perbuatan tersebut bisa kita

wujudkan dengan saling menyayangi, berbagi dan sebagainya.

Di zaman yang semakin bcrkembang seperti sekarang ini perwujudan

kesalehan sosial perlu ditingkatkan, melihat semakin banyaknya hal yang baru

dan serba modern, tingkah laku manusia pun juga bertambah modern bahkan

karena modernnya perbuatan masyarakat sekarang banyak yang keluar dari

tatanan sosial. Banyak masyarakat yang lebih hartanya itu tidak cukup peduli

untuk menafkahkan kepada kaum yang kurang beruntung nasibnya seperti :

fakir miskin, anak yatim dan sebagainya. Padahal telah jelas ada suatu ayat

yang menyatakan.

Arl inya : Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rosulnya) baik laki-laki maupun pcrempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan

(12)

2

(pemberiannya) kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak. (Q.S Al-Hadid: 18)

Jelaslah bcrderma untuk kepentingan agama dan kemanusiaan pada

hakikatnya telah memberi pinjaman kepada Allah SWT. Karena Allah maha

kaya, maka dengan kekayaan-Nya orang yang mendermakan harta akan

memperoleh kembali hartanya dalam jumlah yang lebih besar.* 1 2 Ayat di atas

merupakan ayat yang seharusnya mampu menggerakkan masyarakat

Indonesia khususnya untuk meningkatkan gerakan filantropi, namun

kenyataan sangat kurang sekali perhatian masyarakat sekarang terhadap kaum

lemah, masih banyak mereka yang hanya mengerjakan ibadah dalam arti

kliusus (individual) dari pada ibadah sosial yang padahal seharusnya kedua hal

tersebut harus seimbang. Dalam hal ini, agak sulit bagi orang Islam untuk

mencapai kesalehan ritual bersamaan dengan kesalehan sosial, banyak di

antara mereka yang beragama Islam yang masih berlaku tidak adil kepada

sesamanya, terutama kepada masyarakat dari golongan bawah. Banyak rakyat

kecil yang mengatakan, suatu hal yang paling menyakitkan adalah ketika

mendapati seseorang yang membeda-bedakan antara dirinya dengan orang

lain dan sesuatu yang paling kejam dirasakan manusia adalah merasa

dipinggirkan dari komunitas, tidak dihargai dan tidak mempunyai arti

penting.3 Tak beda jauh dengan orang yang lebih dibanidng mereka,

bahwasannya hal tersebut sudah pasti tidak mau menimpa dirinya. Dengan

Oepartcmon Agama HI. A l fju r a n ifa ti T c rjc n u ih n v n , Svamil C'inta Media. Bandung, 2005, him. ‘>03.

1 Sholihin, Kedermawunan, Insan Madani, Yogyakarta, 2008, him. 71.

(13)

3

kata lain, jika kita ingin diperhatikan dan dihargai orang lain maka perhatikan

dan hargailah (pedulilah) terhadap orang lain.

Terlebih lagi bagi mereka yang mengaku Islam tetapi kikir, mereka

tidak menyadari akan tindakan dan perbuatannya yang kadang menyakiti

perasaan orang lain. Berusaha menghemat karena rasa cinta yang berlebihan

terhadap hartanya, orang yang kikir mengangap hartanya akan kekal sehingga

tidak mau kehilangan sedikit dari hartanya untuk disisihkan memberi kepada

kaum yang kurang beruntung nasibnya. Mereka selalu menghitung-hitungnya

yang menjadikan mereka kikir dan tidak mau menafkahkan hartanya di jalan

Allah. Ada juga mereka yang mau memberi akan tetapi pernberiannya didasari

rasa riya’ bahkan kadang menyakiti si penerima dengan mengungkit-

ngungkitnya. Orang yang seperti itu pada dasarnya kikir dan menyakiti diri

sendiri dan cenderung ego is. Ia merasa lebih cukup dan tidak membutuhkan

orang lain. Sudah tentu orang kikir lalai terhadap identitas dirinya sebagai

mahluk sosial yang senantiasa terikat dengan hukum alam.4 Bagaimana bisa

dikatakan peduli dan menyayangi orang lain, menyayangi diri sendiri pun

tidak.

Islam sebagai ide dan agama tentu tidak mengajarkan hal-hal yang anti

sosial karena pada dasarnya tujuan ajaran Islam sendiri yaitu mendidik anak-

anak Islam supaya menjadi anak yang saleh dan kesalehan berkaitan erat

dengan ibadah sedangkan tindakan-tindakan sosial adalah bagian dari ibadah.

Nabi kita sendiri telah mengukuhkan pentingnya menyatu, bergabung dan

(14)

4

hidup berdampingan dengan masyarakat tanpa melihat status sosial.

Mengingat kita sendiri sebagai mahluk individu dan sosial, selain kita

memenuhi kewajiban kita terhadap diri sendiri baik yang berhubungan dengan

khaliqnya, kita juga liarus memperhatikan hubungan kita dengan sesama.

Karena menyadari kita sebagai manusia tidak bisa menjalani kehidupan di

dunia ini sendiri tanpa adanya campur tangan orang lain. Kita hidup di dalam

suatu masyarakat terjadi hubungan yang saling bergantung dan membutuhkan,

dengan itu perlu ditegakkan ainal saleh untuk mewujudkan suatu masyarakat

sejahtera yang lahir dari semua pihak dan untuk kepentingan semua pihak dan

amal tersebui digiatkan oleh kaum laki-laki dan perempuan secara sejajar

tanpa membcdakan suku, agama, Ras, dan antar golongan (SARA) dan itu

hukumnya wajib bagi mereka.

Allah berfirman dalam Q.S. Al-Hujurot ayat 13 :

Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha U en g en a l5

(15)

5

Hubungan dan persaudaraan antara satu orang dengan yang lain sejauh

yang kita tahu, tidak selalu karena ikatan darah saja, karena kita sesama

muslim.

Kesalehan sosial sebagian bisa kita tengok dari amal soleh seseorang

karena amal soleh berkhasiat untuk memenuhi kualitas individu, kelompok

dan kemanusiaan, jika benar dalam menerapkannya. Setiap orang wajib

beramal soleh semampunya yakni amal-amal yang berguna untuk mencita

jiw a dalam berakhlak dan beradab, dalam ruang lingkup pribadi dan sosial.

Barang siapa beramal soleh dengan landasan keimanan yang menenangkan

diri, maka mereka tergolong orang-orang yang beramal (amilun) dan beriman

kepada Allah dan hari kiamat, maka akan masuk surga, pahala amal soleh

tidak akan dikurangi sedikitpun.6 Dengan adanya jaminan dari Allah yang

seperti itu, hendaknya bisa menjadikan motivasi bagi kita untuk senantiasa

beramal saleh dengan niatan mengharap ridho Allah SWT.

Pencerminan suatu perbuatan yang berbentuk ibadah merupakan

ukuran pelaksanaan nilai sosial yang telah diperoleh dan diketahui dari

kehidupan beragama, sehingga sejauh mana seseorang telah membumikan

nilai-nilai moral penanaman akhlak serta adab sosial pada dirinya dapat dilihat

melalui pencerminan di kehidupan kesehariannya. Kehidupan sosial menurut

Islam ialah kehidupan yang memberikan taraf kehidupan yang amat tinggi

kepada scluruli nianusia di dalam masyarakat dan menetapkan hak-hak asasi

lanpa mcmaiulang status kekayaan, kasta, jabatan dan sebagainya. Namun

(16)

6

kenyataan yang terjadi sekarang adalah sebaliknya, perbedaan tersebut tidak

jarang menciptakan problem sosial, seperti masalah konflik dan disintegrasi.

Berbicara masalah kesalehan sosial serla rekayasa perubahan sosial

akhir-akhir ini ccndcrung mendapat pandangan negaiif, maka dari uraian-

uraian masalah di atas, pcnulis tertarik untuk mengambil judul Konsep

Kesalehan Sosial dalam Q.S. Al-Ma’un (Implementasinya terhadap

Pendidikan).

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari perbedaan dan kcsalahan dalam

menginterprestasikan judul skripsi serta scbagai langkah awal menyatukan

pcrsepsi terhadap pembahasan ini, maka penulis berikan batasan dan

penegasan dari judul secara singkat dengan rincian sebagai b crik u t:

1. Konsep Kesalehan Sosial

Konsep berarti rancangan, ide atau pengertian yang diabstraksikan

dari peristiwa kongkret.7 Sedangkan kesalehan adalah gambaran

kepatuhan dalam beribadah. Kata saleh terambil dari akar kata shaluha

yang di dalam Kamus-karnus Bahasa Al-Qur’an dijelaskan maknanya

sebagai antonim (lawan) kata fa s id (rusak). Dengan demikian “saleh”

diartikan sebagai berhcntinya kerusakan (salih juga diartikan sebagai

bermanfaat dan sesuai). Sosial berasal dari bahasa latin “Socius” yang

berarti kawan, yang dimaksud di sini adalah pcrgaulan serta hubungan * 11

I:m Zul Fajri, Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Dita Publiser,

(17)

7

antar manusia dan kehidupan kelompok manusia yang sedikit banyak

memiliki aturan-aturan dan pola hidup tertentu sehingga mendekati suatu

kesatuan (inlegruted) dalam istilah bahasa Arab di sebut al-M ujtam a' dan

istilah yang dipakai daam bahasa Indonesia adalah masyarakat, yang

berasal dari bahasa Arab “Syarikah” yang berarti persekutuan.8

Jadi kesalehan sosial adalah suatu hal yang dapat direalisasikan

dalam bcntuk perbuatan yang mengarah pada kepatuhan syariat yang dapat

menghalangi munculnya suatu kebumkan dalam perbuatannya yang

diterapkan dalam masyarakat.

2. Al-Qur’an Surat Al-Ma’un 1 - 7

Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW secara berangsur-angsur melalui malaikat Jibril sebagai

pedoman hidup manusia di dunia dan membacanya pun bernilai ibadah.

Adapun menurut Quraish Shihab Al-Qur’an adalah petunjuk Allah

yang bila dipelajari akan inembantu kita menemukan nilai-nilai yang dapat

dijadikan pedoman bagi penyelesaian berbagai problem hidup apabila

dihayati dan diamalkan akan menjadikan pikiran, rasa dan karsa kita

mengarah kepada kualitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas dan

ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.9

Sedangkan Al-Ma’un adalah surat yang ke 107 dalam Al-Qur'an

terdiri dari 7 ayat yang membahas tentang ciri-ciri pendusta agama yaitu

orang yang nienghardik anak yatim dan tidak menganjurkan untuk

(18)

8

memberi rnakan lakir miskin, orang yang lalai terhadap salatnya, berbual

riya’ serta enggan membcri bantuan dengan barang-barang yang bcrguna,

sehingga Al-Qur'an berperan penting dalam kehidupan yang dijadikan

pedoman hidup. Sebagai acuan untuk mengambil suatu tindakan dan juga

melakukan amal, sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dalam Q.S. Al-

Ma’un ay at 1 - 7.

It ulah orang yang menghardik

penyelesai masalah yang dijadikan petunjuk dan pembimbing dalam

hak anakyatim

Dan enggan (untuk memberi)

1 / f M ^

bantuan

10

(19)

9

3. Implementasi dalam Pendidikan

Implementasi adalah penerapan, pelaksanaan.1' Sedangkan

pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan latihan.

Dengan demikian, implementasi dalam pendidikan yang penulis

maksud di sini adalah penerapan dari kesalehan sosial yang mempengaruhi

sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam proses

pendewasaan melalui pendidikan dan latihan.

Adapun yang dimaksud dengan konsep kesalehan sosial dalam Q.S.

Al-Ma’un (implemcntasinya dalam pendidikan) adalah bcntuk sikap yang

terwujud melalui tindakan sesuai dengan ajaran Islam yang diterapkan dalam

masyarakat sesuai dengan kajuan dalam Q.S. Al-M a’un yang mengandung

unsur pendidikan sosial.

C. Rumusan Masalah

Setelah penulis memaparkan panjang lebar mengenai latar belakang

masalah dan penegasan istilah, maka penulis mengajukan rumusan masalah

sebagai b erik u t:

1. Bagaimana konsep kesalehan sosial dalam Q.S. Al-Ma’un ayat 1 -7 ?

2. Bagaimana implementasi konsep kesalehan sosial dalam Q.S. Al-Ma’un

ayat 1-7 dalam pendidikan ?

(20)

10

D. Tujuan dan Mafaat Pcnclitian

Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat penelitian ini yang pasti

penulis tidak meninggalkan pokok permasalahan di atas. Oleh karena itu

penulis mempunyai tujuan scbagai berikut:

1. Untuk mengetahui kosep kcsalehan sosial dalam Q.S. Al-Ma’un ayat 1-7.

2. Untuk mengetahui implementasi dari konsep kesalehan sosial dalam Q.S.

Al-Ma’un ayat 1-7 terhadap pendidikan.

Dari hasil telaah ini diharapkan d a p a t:

1. Memberikan gambaran mengenai konsep kesalehan sosial dalam Al-

Qur’an

2. Memberikan gambaran tentang implementasi konsep kesalehan sosial

dalam Q.S. Al-Ma’un ayat 1-7 terhadap pendidikan.

E. Metode Pcnulisan Skripsi

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pustaka. Untuk mengambil

kesimpulan dari pokok permasalahan yang penulis analisa, penulis

menggunakan atau mengadakan penelitian kepustakaan (library research),

yaitu dengan meneliti kiiab-kitab tafsir, Al-Qur’an dan buku-buku yang

relevan dan menunjang pengayaan data penelitian.

2. Sumber Data

Sumber data di sini penulis golongkan menjadi dua macam

(21)

11

a. Sumber Data Primer

Yang dimaksud sumber data primer di sini kitab-kitab tafsir,

Al-Qur’an yang membahas pokok permasalahan secara langsung yang

dijadikan acuan penulis untuk membuat skripsi.

b. Sumber data skunder

Sumber data skunder yang penulis maksud adalah buku-buku

yang membahas pokok permasalahan secara tidak langsung. Adapun

sumber data skunder dalam penelitian ini adalah buku-buku karangan

ilmiah, majalah, artikel yang berhubungan dengan pokok

permasalahan.

3. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan atau mengadakan

penelitian kepustakaan (library research), maka metode yang digunakan

untuk membahas sekaligus sebagai kerangka pikir pada penelitian adalah

sebagai b erik u t:

a. Metode Tafsir Al-Tahlily

Al-Tafsir Al-Tahlili adalah suatu metode tafsir yang bermaksud

menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dari seluruh aspeknya,

yang mana di dalam tafsirnya penafsir mengikuti runtutan ayat

sebagaimana yang telah tersusun di dalam mushaf. Penafsir

mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan

hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain. Begitu juga

(22)

12

dalil-dalil yang berasal dari Rasul, sahabat atau para tabi’in, yang

kadang-kadang bercampur baur dengan pendapat penafsir itu sendiri

dan diwarnai oleh latar belakang pendidikannya, dan sering pula

bercampur baur dengan pembahasan kebahasaan dan lainnya yang

12 dipandang dapat membantu memahami nash Al-Qur'an tersebut.

Dalam kaitannya dengan kesalehan sosial, di sini dapat kita

lihat ayat-ayat tentang kesalehan sosial cukup banyak tersebut baik di

tengah-tengah surat Makiyyah maupun Madaniyah.

Seorang penafsir dapat mengikuti runtutan ayat yang sudah

tersusun dengan mengemukakan munasabah dan asbaban nuzul dan

dalil-dalil yang relevan mengenai kesalehan sosial, lalu

menjelaskannya dan menarik kesimpulan makna yang dimaksud yang

memperkuat ide atau konsep kesalehan sosial berdasar argumentasi

yang jelas.

b. Metode Deskripsi

Yaitu suatu metode penelitian dengan mendiskripsikan realita-

realita, fenomena sebagaimana adanya yang dipilih dari prespektif

subyektif.12 13 Maka penulis mediskripsikan pemikiran Al-Qur’an

kliususnya surah Al-Ma’un ayat 1-7.

c. Metode Analisis

Yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis bab per bab

guna mencari konsep kesalehan sosial yang terkandung dalam

Al-12 Abd- Al-llayy Al-Farmawi, Metode Tufsir Mawdhu'iy, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, him. 12.

(23)

13

Qur’an khususnya Surah Al-Ma’un ayat 1-7 yang diperkuat oleh

pandangan tokoh muslim

d. Metode Induksi

Berdasar pada analisis dari kitab suci tcrsebut maka pcnulis

mengambil kesimpulan dengan metode induksi.

F. Sistcmatika Pcnulisan Skripsi

Ruang lingkup pembahasan skripsi ini bcrkisar pada tnasalah konsep

kesalehan sosial dalam Al-Qur’an Surat Al-Ma’un (Implementasinya terhadap

Pendidikan). Untuk lebih mudahnya secara sistematis dapat dijabarkan

sebagai b erik u t:

Bab I Pedahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Penegasan Istilah

C. Rumusan Masalah

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

E. Metode Penulisan Skripsi

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Bab II Landasan Teori

A. Kompilasi Ayat Kesalehan Sosial

B. Ruang Lingkup Kesalehan Sosial Secara Umum

1. Pengertian Kesalehan Sosial

(24)

a. Filantropi (Kedermawanan)

h. Lapang Dada

c. Mampu Meriahan Amarah

Bab III Penjelasan

A. Asbabun Nuzul dan Munasabah

B. Penjelasan Q.S. Al-Ma’un 1 - 7

Bab IV Implementasi Dalam Pendidikan

A. Suasana Sosial Kontemporer

1. Islam Sosialis - Kapitalis

B. Sumbangan Dalam Pendidikan

Bab V Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kompilasi Ayat Kcsalchan Sosial

Dalam Al-Qur'an, banyak ayat yang membahas mengenai kesalehan

sosial. Untuk melacaknya sctidaknya kita butuh tiga kata kunci yang berkaitan

dengan kesalehan sosial. Di sini penulis menggunakan kata ir.fak, sabar dan

zakat yangmana ketiganya berkaitan dengan salat.

Infaq berasal dari kata anfaqa atau nafaqa. Kata anfaqa dengan

berbagai macam turunnya yang berkaitan dengan salat disebut dalam Al-

Qur'an sebanyak 5 kali. Kita bisa menemukannya dalam Q.S. Al-Baqarah (2 ):

3, Al-Anfal (8 ): 3, Ibrahim (14) : 31, Fatir (35): 29, dan Asy-Syura (4 2 ); 38.

Untuk membuktikan, kita ambil tiga contoh ayat di atas yaitu Q.S. Al-

Baqarah (2), Al-Fatir (35): 29, dan Asy-Syura (42) : 38.

' - . * A t * i V - m * i f y V ' \ \ \

Artinya : (yaitu) mereka yang beriman Jcepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka.

Artinya : Scsunggdinya arang-orang yang selalu mcmbaca Kind) Allah dan mendirikan shalat dan menajkahkan sebahagian dari rezki yang kami

(26)

16

anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,

3 j l £ d t I j -a l i l j j i ^ J I j i j J T j

- >

Artinya : Z)«/7 (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.

Dengan demikian mensinyalir bahwa salat lima kali dalam sehari

semalam dapat menumbuhkan kesadaran bagi yang melaksanakan salat

untuk menafkahkan sebagian dari rizki yang didapatnya kepada kepentingan

sosial.

Adapun kata sabar secara umum berarti tabah dalam menerima ujian

dari Allah, baik berupa kesulitan hidup, kekurangan rizki, ditimpa musibah

dalam menjalankan permtah Allah rnaupun menjahui larangannya. Dalam Al-

Qur'an, kata sabar yang berkaitan dengan salat dapat ditemukan di dua ay at,

yaitu Q.S. Al-Baqarah (2 ): 45 dan Q.S. Al-Baqarah (2 ): 153.

Artinya : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi

(27)

17

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Kemudian kaitannya zakat dengan salat terkumpul atau tersebut dalam

Al-Qur'an scbanyak 23 kali : Q.S. Al-Baqaraha (2) : 43, 83, 110, 177, 277,

An-Nisa (4) : 77, 162, Al-Ma’idah (5) : 12, 55, At-Taubah (9) : 5, 11, 71,

Maryam (19) : 31, Al-Anbiya’ (21) : 73, Al-Hajj (22) : 41, 78, An-Nur (24) :

37, 56, Al-Ahzab (3 3 ): 33, Al-Mujadillah (5 8 ): 13, Al-Muzzammil (7 3 ): 20,

dan Al-Zilzal (99): 5. Agar lebih memahami, kita ambil 3 contoh ayat sebagai

b erik u t:

1. Q.S. Al-Baqarah (2) : 43

Artinya : Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang raku'.

2. Q.S. An-Nisa (4) 162

j i J I J j i I t r . o y - i U o - 4 * ^ <4 b.y y

(28)

18

3. Q.S. Al-Mujadillah (5 8 ): 13

Artinya : Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) Karena kamu memberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jik a kamu tiada memperbuatnya dan Allah Telah memberi Taubat kepadamu Maka Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taadah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dengan demikian seseorang melaksanakan salat sehari semalam harus

tercermin dalam semua tindakan sehari-hari, termasuk dalam hal

mengeluarkan zakat.

B. Pengertian Kcsalchan Sosial dan Indikasi Kesalehan Sosial

1. Pengertian Kesalehan Sosial

Didapat dari gambaran maupun pandangan secara umum diperoleh

pengertian kesalehan sosial scbagai b erik u t:

Kesalehan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti

kepatuhan dalam beribadah. Sedangkan sosial adalah sesuatu yang

berkenaan dengan khalayak (masyarakat) atau umum; suka menolong dan

memperhatikan orang lain.1 Muhammad Sobary menjelaskan dalam

(29)

19

bukunya bahwa kesalchan sosial adalah semua jenis kebaikan yang

clitujukan kepada semua manusia.2

Kemudian Mustofa Bisri mengemukakan bahwa kesalehan sosial

adalah perilaku orang yang sangat peduli dengan nilai-nilai islami yang

bersifat sosial, suka menolong, suka memikirkan dan santun kepada orang

lain, meskipun orang-orang ini tidak setekun orang-orang yang melakukan

ibadah seperti sembahyang dan sebagainya.3

Sebuah norma yang begitu indah, menggambarkan jiwa yang tajam

dan perasaan yang peka terhadap orang yang membutuhkan bantuan,

kebersihan, etika yang luhur, kejernihan jiwa dan kemampuan memahami

kesalehan juga kemampuan menjaga diri untuk tidak terjerumus ke dalam

kesalahan tersebut, mencoba berinteraksi dengan orang lain yang dapat

membeningkan perasaan dan melembutkan hati.

Orang yang berupaya menjelajahi ajaran-ajaran Islam mengenai

isu-isu sosial akan mendapati dirinya berhadapan dengan sekumpulan

ajaran yang berkenaan dengan sikap mulia ini. Ini merupakan indikasi

besarnya perhatian Islam dalam membentuk kepribadian sosial seorang

muslim dengan cara yang paling seksama.4 Seiring dengan kompleksnya

permasalahan sosial yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini, dilihat

dari pengertian kesalehan sosial dan ungkapan yang bermakna di atas, hal

tersebut seakan-akan muncul di tengah-tengah masyarakat kita sebagai

‘ Mohammad Sobary, Kesalehan Sosial, LkiS, Yogyakarta, 2007, him. 133.

(30)

20

kalim solusi atas bcrbagai problematika sosial yang menimpa bangsa kita,

dengan cara mcngimplementasikan nilai-nilai Islam.

Islam menetapkan masyarakat sebagai medan pervvujudan nilai-

nilai akhlak tertinggi, dan menganggap gerak kemasyarakat sebagai

perwujudan nilai-nilai dan tata moral yang m u lia/ Sementara itu, nilai-

nilai etika masyarakat sangat penting serta diperlukan bagi moralitas

dalam pergaulan sosial. Oleh sebab itu ha.l tersebut pada hakekatnya

merupakan tindakan amal salih.

2. Indikasi Kesalehan Sosial

a. Filantropi

Filantropi (kedermawanan) merupakan suatu gerakan manusia

atau kelompok masyarakat yang peduli terhadap kaum lemah yang

membutuhkan bantuan baik materiil maupun non materiil untuk

mengatasi problematika sosial kontemporer ini. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “Kedermawanan” adalah

kebaikan atau kemurahan hati terhadap sesama manusia/’ Istilah ini

berasal dari kata “derma” yang berarti pemberian (kepada fakir miskin

dan sebagainya) atas dasar kemurahan hati. Bisa juga kata “derma”

bermakna bantuan harta, sehingga orang yang menyumbangkan

hartanya discbut dermawan.

Mengingat kita sebagai manusia yang menyandang dua status

yaitu sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang sangat 5 6

5 AlifTheria, Harmnoni Kehidupan Deragama : Problem, Praktik dan Pendidikan, Oasis Publisher, Yogyakarta, 2005, him. 103.

(31)

21

membutuhkan dan dibutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupan

bermasyarakat hendaknya gerakan filantropi sangat dibutuhkan

sebagai tindakan sadar seorang pribadi muslim yang peduli terhadap

orang lain. Untuk hidup sebagai anggota masyarakat, Islam

menciptakan suatu persaudaraan yang di dalamnya setiap anggota

masyarakat mendapat kedudukan yang sama kecuali dalam hal

ketakwaan. Dalam hal ini Islam mengajak setiap manusia untuk

berlomba-lomba dalam kebaikan untuk mencapai ketakwaan.

Kaitannya dalam hal tersebut, kedermawanan merupakan salah satu

karakter utama (akhlak mahmudah) yang senantiasa perlu dimiliki,

ditumbuhkan dan dikembangkan oleh setiap pribadi muslim yang

mengharapkan kesuksesan dalam kehidupannya. Kedermawanan akan

mengundang cinta kasih Allah SWT dan sesarna manusia. Sebaliknya,

kebakhilan akan mengundang murka Allah SWT dan sesarna

manusia.

Gerakan filantropi dapat diwujudkan seseorang melalui

gerakan atau tindakan-tindakan sosial seperti : Sedekah, infak,

menyantuni fakir miskin dan anak yatim serta orang lain yang

membutuhkan uluran tangan kita dengan mendermakan sesuatu yang

sangat kita cintai. Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran : 92 :

\yLCL£ C»J

JyS-

I

^L>- I

I^J

Gi

CSjj O p

(32)

22

Artinya : "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka se.sungguhnya Allah mengetahuinya ”.7 8

Sedekah merupakan pemberian yang semata-mata karena

Allah. Memberi sedekah kepada fakir miskin adalah lebih utama,

karena mereka adalah orang-orang yang sangat membutuhkan

bantuan. Selain dalam wujud harta juga dapav kita berikan dalam

wujud yang lain seperti keramah-tamahan, sopan santun, memberi

senyum dan menyapa orang lain, kita se'oagai musiim harus

mengetahui ketentuan-ketcntuan dalam bersedekah yang diantaranya

adalah niat yang tulus bersedekah hanya karena Allah, kemudian

barang yang disedekahkan mengandung manfaat dan milik sendiri

serta tidak menyebut sesuatu yang diberikan sehingga dapat menyakiti

perasaan si penerima. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah : 263 :

Artinya : Perkataan yang balk dan pemberian m a a f itu lebih baik dari pada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti, dan Allah Maha Kay a lagi Maha Penyantun.

Demikian Allah menjelaskan melalui ayat-ayatNya, dan Allah

juga memberikan pahala yang berlipat bagi hambanya yang mau

7 Dcpartcmen Agama Rl, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Syamsil Cipta Media, Bandung, 2005, him. 91.

(33)

23

menginfakkan hartanya di jalan Allah serta memberi manfaat melalui

scdekah. Melalui sedekah dapat ineringankan penderitaan saudara

yang mengalami kesulitan, dapat menjauhkan sifat kikir,

menumbuhkan kepedulian kepada sesama dan mempererat hubungan

persaudaraan serta sebagai bukti rasa syukur kepada Allah.

Sesungguhnya alam juga telah mengajari kita mengenai

kehidupan atas kehendak Allah. Bagaimana kita punya rasa memberi,

saling membutuhkan dan berinteraksi dengan sesama makhluk hidup

seperti halnya tiga simbiosis yang kita kenal dalam kehidupan :

Mutualisme yang dilakukan kupu-kupu dengan bunga atau yang

dilakukan burung jalak dengan kerbau. Kupu-kupu yang senantiasa

membantu penyerbukan pada bunga, kemudian bunga dengan senang

hati memberikan madu kepada kupu-kupu, atau burung jalak yang

dengan senang hati memakan kutu sampai kenyang pada badan kerbau

dan kerbau tidak merasakan gatal lagi karena diganggu oleh kutu.

Simbiosis komensialisme antara ikan Hiu dengan ikan Remora, yang

satu untung dan yang satu tidak dirugikan. Tapi lagi-lagi dalam suatu

kehidupan pasti ada yang namanya parasitismc dengan contoh benalu

pada pohon yang hanya bisa merugikan.

Dari sekian ungkapan di atas sesungguhnya terdapat pelajaran

bagi manusia sekaligus merupakan suatu usaha untuk mencapai

mutualisme, bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain dengan

(34)

24

mengambil sisi baik yang diajarkan alam kepada kita, tidak hanya

sebagai parasitisme yang tidak peduli terhadap kaum lemah dan hanya

bisa merugikan, tetapi liarus sadar akan pentingnya rasa kebersamaan.

Firman Allah dalam surat An-Nisa : 114 :

Artinya : “Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh orang bersedekah atan berbuat kebaikan atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Barang siapa berbuat baik karena mencari keridhaan Allah, maka Kami akan m em berinyapahalayang besar. (QS. An-Nisa : 114).l>

Kewajiban mcncukupi kebutuhan kaum papa, mengatasi skat-

skat ras dan agama, termasuk dalam hal ini adalah tanggung jawab

untuk menjamu musafir yang tidak memiliki tujuan dan tempat tinggal

semuanya wajib disantuni, kecuali jika mereka termasuk kalangan

yang mengalirkan darah atau memerangi kaum rnuslimin.

Muslim bukan individualistis, melalui perintah Allah untuk

mengulurkan tangan kepada yang membutuhkan. Agar mereka juga

merasakan apa yang kita rasakan. Al-Qur'an menginginkan agar

manusia bisa memantapkan sisi kemanusiaannya, mengembangkan

(35)

25

dimensi sosial berikut nilai-nilai moralitas dan prinsip-prinsip

keagamaan.

Dengan adanya sikap filantropi dapat menumbuhkan semangat

kebersamaan sosial, menguatkan roh kesatuan sosial dan mendorong

manusia untuk meyakini bahwa agama universal yang dipeluknya

mengajarkan agar menjalin nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan

dengan meminimalkan kepentingan individu (hawa nafsu pribadi) dan

menengok orang lain yang membutuhkan uluran tangan kita.

b. Lapang Dada

/ 1 «>

Artinya : “Ya Allah! Tuhan kami, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah

urusanku, lepaskan ikatan lisanku, agar mereka paham

ucapanku”.10

Lapang dada adalah sifat pemaaf, bijaksana, dan tidak mudah

marah. Lawan lapang dada yaitu sempit dadanya, yang mana mereka

adalah orang yang sulit menerima kenyataan. Islam adalah agama yang

mengajarkan untuk lapang dada sebagaimana Uswah Khasanah kita

Nabi Muhammad SAW ketika berdakwah menyebarkan agama Islam.

Beliau dihina, dicaci maki, dilempari batu bahkan dilempari dengan

kotoran binatang sekalipun, namun Nabi Muhammad SAW tetap tabah

dan sabar sehingga pada akhirnya menjadi pemikat bagi mereka yang

(36)

26

membenci dan rnemusuhi di tengah-tengah kehidupan yang semakin

kapitalis ini maka diperlukan lapang dada.

Islam agama pamungkas, mengajarkan dua aspek yaitu vertikal

(kepada Allah) dan horisontal (sesama manusia), sehingga dalam Al-

Ma’un dinyatakan bahvva mereka yang melaksanakan salat tanpa

merangkul kaum papa disebut celaka. Setiap kata salat dalam Al-

Qur'an sering disambungkan dengan zakat atau infak. Hal ini bisa

dilihat dalam Surat Al-Baqarah : 83 :

Artinya : Dan (ingatlah), ketika kami mengambil ja n ji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang balk kepada manusia, Dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi ja n ji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. 11

Ayat di atas merupakan salah satu contoh keterkaitan antara

perintah salat dan zakat. Dalam Al-Qur'an juga dituliskan bahwa

manusia akan rugi jika tidak berpegangan pada tali (agama) Allah dan

(37)

27

tali (perjanjian dengan manusia). Sebagaimana firman Allah dalam

surat Ali Imran : 112 :

Artinya : Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jik a mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.u

Melihat ayat di atas, agama sendiri mengajarkan agar umat

Islam tidak hanya bisa menjadi saleh secara individu, tetapi juga saleh

sosial. Maka dari itu, lapang dada merupakan sebuah keluasan sikap

dan kejernihan hati dalam melihat sesuatu. Manusia berbuat baik tidak

hanya berbcntuk ibadah ritual saja, melainkan juga kepada sesama.

Seperti yang ditulis dalam Surat Al-Baqarah : 177 :

✓ " ' ' - '

A*

l i j S j ^ = 3 j j l j l * j d j i S J l

I hid. him. 64.

(38)

28

f i ^ /

Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timv.r dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikal, kilab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang mishn, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam

peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar

(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. 13

c. Mampu Menahan Amarah

Satu dari sekian kesalehan yang sering dilakukan orang yang

karenanya menjadikan hubungan dengan lain menjadi tidak baik

adalah hasrat untuk membesar-besarkan suatu perkara. Sehingga

seakan membakar dada mereka, kemudian melepaskan dalam bentuk

kemarahan yang mcnyala-nyala. Dalam kata lain, mereka tidak

sanggup mengubur dalam-dalam kemarahan mereka padahal sikap

tersebut adalah mcrugikan diri sendiri dan orang lain, yang di

dalamnya hanya mendapat kelegaan sesaat, dan penyesalan yang tiada

tara bagi yang berpikir.

Marah merupakan reaksi dari perasaan kesal yang memuncak

ketika dia menemui hal-hal yang tidak sclaras dengan keinginannya.

(39)

29

Dan orang bisa marah karena berbagai alasan sepcrti konflik,

penghinaan, ancaman dan sebagainya. Ali Al-Hammadi menjelaskan

dalam bukunya bahwa marah adalah penyakit yang berakar dan tidak

dapat diobati dan rnembinasakan. Ia menjadi scbab segala

keterputusasaan dan ketidak-ramahan dalam pergaulan.14

Mcnurut Al-Ghazali : “Kemarahan adalah sepucuk api yang

dinyalakan dari api atau neraka Allah yang membakar sampai ke hati”.

Reaksi darurat ini dapat menyebakan perbuatan yang mustahil

dilakukan seseorang yang bersangkutan dalam keadaan normal. Maka

dapat kita lihat dari berbagai media masa mengenai tindakan-tindakan

kriminal yang dilakukan seseorang yang sebelumnva diawali dengan

kemarahan dan rasa kesal yang sangat tinggi. Beda dengan orang-

orang yang suka memberi m aaf atas kesalahan orang lain, toleransi

merupakan karakteristik manusia yang sangat ditekankan dalam Al-

Qur'an. Orang-orang yang memiliki sifat tersebut dinilai sebagai

teladan kesalehan yang utama dalam Islam. Mau mamaafkan

kesalahan seseorang yang telah menyakitinya merupakan suatu bentuk

penguasaan diri yang jarang bisa dilakukan oleh setiap orang, tetapi

tidak mustahil bagi kita mampu menahan amarah setiap saat. Untuk

itu Allah melalui ajaran-Nya menganjurkan kepada manusia untuk

memperbanyak istighfar. Firman Allah sural Ali Imran : 133 - 135 :

(40)

30

Artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang yang benakwa, (yaitu) orang-orang yang menajkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan m ema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang-orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya d m sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak

meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka

Mengetahui. 15

Orang-orang yang memiliki sifat ini menjaga diri dari marah

dan menjauhkan diri dari kedengkian. Mereka membebaskan diri dari

beban kebencian dan memasuki dunia barn yang penuh toleransi dan

maaf. Toleransi dan m aaf merupakan sifat mulia yang tidak bisa

dicapai kecuali oleh orang-orang yang hatinya siap menerima

(41)

31

bimbingan Islam dan ajaran-ajarannya yang mulia.16 Firman Allah

surat Asy-Syura : 39 - 4 3 :

Artinya : Dan ( bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, Maka barang siapa

memaafkan dan berbuat baik. Maka pahalanya atas

(tanggungan) Allah. Sesungguhnya dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan Sesungguhnya orang-orang-orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosapun terhadap mereka. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa Hak. mereka itu mendapat azab yang pedih.

Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakxm. 17

Inilah sikap seorang mukmin dalam masyarakat yang dipenuhi

orang yang beriman. AI-Qur'an menckankan kepada

(42)

32

orang mukmin untuk membuang kemarahan rnereka dalam situasi

tcrsebut. Seorang mukmin juga harus mengikuti perintah Allah.

Arlinya : Jadilah Engkau Pem a'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang

hodoh. "

Jadi sebagai seorang muslim, menjalankan apa yang

diperintahkan oleh Allah merupakan suatu kewajiban, terlebih dalam

hal kebaikan scperti kedermawanan, lapang dada, menaham amarah

dan saling memaalkan sebagai wujud penerapan kesalehan sosial.

(43)

BAB III

PENJELASAN

A. Asbabun N u zu l dan M unasabah

1. Asbabun Nuzul

Asbabun Nuzul merupakaan latar belakang, historis turunnya ayat-

ayat Al-Qur'an. Adapun asbabun nuzul dari Al-Qur'an surat Al-Ma’un

terdapat pcrbedaan pendapat mengenai tempat turunnya ayat. Dalam kitab

tafsirnnya Quraish Shihab dijelaskaan bahwasanya surat Al-Ma’un

diterima Nabi Muhammad SAW ketika beliau bertempat tinggal di

Makkah. Demikian pendapat banyak ulama’. Akan tetapi ada juga yang

berpendapat hanya awal surat yaitu ayat 1-3 yang turun di Makkah,

sedangkan bagian akhirnya, yang berbicara tentang mereka yang riya ’

(tidak ikhlas dalam salatnya) turun di Madinah.1 Seperti halnya yang

dijelaskan oleh Qamaruddin dalam bukunya, bahwa ayat 4-7 turun di

Madinah. Dalarn suatu riwayat dikemukakan ayat ini turun berkenaan

dengan kaum munafiqin yang mempertontonkan salat kepada kaum

mu’min (riya’) dan meninggalkannya apabila tidak ada yang melihatnya

serta menolak memberikan bantuan atau pinjaman. Ayat 4-7 ini turun

sebagai peringatan kepada orang-orang yang berbuat seperti itu.2

Dalam kitab Tafsir An-Nur surat Al-Ma’un diturunkan di Makkah

sesudah surat At-Takaatsur 7 ayat. Sedangkan dalam m us-haf Al-Qur’an,

'2 Q u r a i s h S h i h a b , T a fs ir A l-Q u r'a n , P u s t a k a H i d a y a h , B a n d u n g , 1997, h i m . 6 1 1 . 2 Q o m a r u d i n S h a l e h , A s b a b u n N uzul, D i p o n e g o r o , B a n d u n g , 1 9 9 6 , h i m . 5 9 7 .

(44)

34

surat Al-Ma’un ditempatkan pada urutan yang kc-107. Sebclumnya adalah

surat Quraisy yang merupakan surat ke-106.

2. Munasabah

Munasabah merupakan keterkaitan antara ayat atau surat dengan

ayat atau surat sebelumnya. Urutan surat Al-Qur'an ditetapkan Nabi

Muhammad SAW atas perintah Allah sehingga didapati keserasian

hubungan uraian antara ayat satu dengan ayat yang lain.

Munasabah surat Al-Ma’un dengan surat sebelumnya bisa ditinjau

dari beberapa s e g i:

a. Pada surat sebelumnya (Al-Quraisy), Allah berfirinan A t ’amahum

minju'. Bahwa Tuhanlah yang memberikan makanan kepada orang

Quraisy, sehingga mereka lidak lagi mengalaini kelaparan. Adapun

dalan surat Al-Ma'un Allah mcncela orang yang tidak mau mendorong

orang lain untuk memberikan makanan kepada fakir miskin. Jangankan

memberi pangan, menganjurkan pun tidak.

b. Pada surat Quraisy. Allah memerintahkan orang Quraisy supaya

menyembah Allah SWT yang memiliki Ka’bah (fa lya ’budu Rabba

Hazal bait). Sedangkan dalam surat Al-Ma’un mencela orang yang

bersembahyang dengan jiw a yang lalai atau orang yang lalai dalam

salatnya.

c. Pada surat Quraisy, Allah menjelaskan nikmat-nikmat yang telah

diberikan kepada kaum Quraisy, namun mereka masih tetap

(45)

35

ini, Allah menjelaskan kepada mereka tentang ancaman-Nya, di

samping peringatan kepada mereka yang pasti akan menerima

siksa.

d. Keserasian lain dapat ditemukan bila disadari bahwa surat Quraisy

berbicara menyangkut anugerah Allah kepada para pedagang yang atas

berkat-Nya terjamin keamanan jalur perdagangan mereka yang

berkemampuan itu.3 Para pedagang dalam surat Quraisy dinilai tidak

beragama dan tidak percaya kepada hari kemudian apabila mereka

tidak mengulurkan tangan kepada kaum yang membutuhkan

pertolongan.

j l £ j l !___ 5 J j t j H IJu i 0 c J /O '

C|l

^

oylT

A rtinya:

1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 2. I Ini ah orang yang menghardik anak yatim,

3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. 4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, 5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, 6. Orang-orang yang berbuat riya,

2. Dan cnggan (menolong dengan) barang bcrguna4

1 Q u r a i s h S h i h a b , op .cit., h i m . 6 1 2 .

* D e p a r t e m e n A g a m a R l , A l-Q u r'a n d a n T E rje m a h n ya , S y a m i l C i p t a M e d i a , B a n d u n u ,

(46)

36

Kaitannya dengan Qur’an surat Al-Ma’un sendiri di atas,

munasaban antara ayat yang satu dengan ayat lainnva dapat dilihat

secara jelas dari ayat pertama sampai pada ayat berakhir yang mana di

situ dijelaskan. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Dan

terjawab dengan jelas oleh ayat setelahnya yaitu orang yang

menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan

orang miskin. Kemudian pada ayat keempat, munasabah ayat dengan

ayat dapat ditemui pada kalimat ‘maka kecelakaanlah bagi orang-orang

yang salat’. Sehingga muncul sebuah pertanyaan ‘siapakah orang-

orang yang akan mendapat celaka itu? Ayat kelima menjawab yaitu

orang-orang yang lalai dari salatnya, diteruskan ayat keenam hingga

ayat terakhir dalam Q.S. Al-Ma’un. Orang-orang yang berbuat riya’

dan enggan menolong dengan barang-barang yang berguna.

B. Penjelasan Q.S. Al-M a’un 1 - 7

1. Ayat 1

' v j 'Zj 9 e

Artinya : Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

Orang yang mendustakan agama yaitu orang yang tidak mau

mengakui hak-hak orang lain, karena merasa dirinya lebih kuat dengan

kedudukannya, suka melecehkan hak-hak kaum duafa dikarenakan

(47)

37

Seseorang yang karena bakhilnya sehingga tidal: mau mengajak atau

menganjurkan orang lain untuk memberi makan fakir miskin. ’’Kiasan bagi

orang yang tidak biasa mendermakan sebagian hartanya kepada orang-

orang miskin yang tidak cukup penghasilannya dalam memenuhi

kebutuhan diri dan keluarganya dikarenakan takut rugi jika menyisihkan

sebagian hartanya untuk orang lain”. Dan mereka yang mengingkari

ad-diin, sikapnya tercermin dalam ayat 2 surat Al-Ma’un berikut.

2. Ayat 2

£ J u — $ jjT _ U L )' j i

Artinya : Itulah orang yang menghardik anakyaiim,

Dalam kitab tafsirnya Al-Maraghi dijelaskan bahwasannya orang

yang mendustakan agama (orang yang tidak percaya terhadap kebenaran

agama) adalah orang yang menolak dan menghardik anak yatim dengan

keras. Dan jika anak yatim itu meminta kepadanya, mal:a orang itu

bersikap sombong, takabur, dan tidak menganjurkan kepada orang yang

mampu agar mereka bisa memberi pertolongan kepada orang yang benar-

benar membutuhkan (miskin dan tidak bekerja).5 Mereka adalah seorang

pendusta agama yang hatinya gersang lagi kosong dari sifat kasih sayang

dan keadilan. Maka benar celakalah yang akan dihadapinya oleh orang-

orang yang suka menghina dan mencela orang lain, bakhil serta tidak mau

(48)

38

mengajak kepada yang ma ’r u f dan mencegah dari pada yang mungkar baik

mereka yang salat atau tidak.

Manusia yang tidak pernah sensitif dan peka dengan masalah

sosial, perihal penyantunan anak yatim dan fakir miskin, melalaikan salat

serta berbuat riya’ disebut Allah sebagai pendusta agama. Oleh karena itu

Al-Ma’un disebut juga At-Takzib yang berarti pendusta.

Bagi manusia yang mempunyai sifat-sifat seperti yang

digambarkan dalam Q.S. Al-Ma’un, Allah menjajikan pembalasan dan

siksaan neraka, karena mereka tidak tergugah sedikitpun untuk menolong

sesama manusia, padahal ciri seorang muslim yang mentauhidkan Allah

SWT tidak cukup sekedar beribadah kepada-Nya dan menjauhi dari

perkara sirik, tetapi perlu disempurnakan dengan menjaga hubungan yang

dimulai dari ibu, bapak, kerabat, anak yatim dan seterusnya.

Firman Allah dalam Q.S. An-Nisa’ : 36 :

(49)

39

menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggamn d ir i6

Kaitannya dengan ayat di atas, sikap mcreka yang enggan

membantu anak yatim dan orang miskin karena menduga bantuannya

kepada mereka tidak akan menghasilkan apa-apa dan pada hakikatnya

sikap mereka itu adalah sikap orang yang tidak percaya akan adanya (hari

pembalasan).

Artinya \Bukan Hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan. (Q.S. Al-Intihaar : 9).7

Begitu juga surat At-Tiin :

Artinya : Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?8

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang m a'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.9

" I V p m ln iin i Agnmii K l, opclt,, him. 84. ' Ibid. him. SH/.

8 Ibid. him. 597.

(50)

40

Ayat ini memberitahukan kepada umat Islam betapa pcntingnya

menegakkan amar n ia ’r u f nahi munkar sebagai kelanjutan sikap kasih

sayang dan tolong menolong antar sesama. Hal tersebut tidak harus berupa

kegiatan formal, akan tetapi bisa dilakukan dimana dan kapan saja, baik

secara kolektif maupun pcrorangan dengan cara-cara yang tclah ditentukan

oleh Al-Qur'an dan secara proposional. Begitu juga perihal penyar.tunan

terhadap anak yatim sebagai salah satu sasaran kesejahteraan sosial dalam

Islam yang sesuai dengan sistem kemanusiaan dan penekanan pada upaya

memberantas kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.lu

Al-Yatim ( ^ i) dalam bahasa agama adalah “anak belum dewasa

yang ayahnya telah wafat. Dari segi bahasa, kata yatim terambil dari kata

yutm (jil) yang berarti “kesendirian”. * 11 Kematian seorang ayah bagi

scorang yang belum dewasa menjadikannya sendiri dan kehilangan sosok

pelindung yang bcrtanggungjawab memelihara, mendidik, dan

menyayangi mereka.

Perhatian Al-Qur'an terhadap perneliharaan dan pengayoman anak

yatim banyak muncul pada ayat-ayat Makkiyah. Hal tersebut seperti apa

yang pernah Rasulullah sendiri alami yang mana Allah sangat

memperhatikan beliau sebelum masa kenabian, dimana Nabi waktu itu

adalah seorang anak yatim yang sangat mendambakan belaian kasih

sayang dan perlindungan serta pengayoman. Allah mengingatkan Rasul

dalam ayat-Nya :

(51)

41

/ /

Artinya : Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi.n

Dengan adanya ayat itu, Rasulullah menyadari bahwasannya

keyatiman yang pernah ia rasakan pahit getirnya telah menjadi inspirasi

bagi dirinya untuk senantiasa berlaku kasih sayang terhadap anak yatim,

mengayomi, melindungi dan memuliakan.

Allah menganjurkan melalui beberapa dari ayatnya agar manusia

berinfaq dan bersedekah dengan harta miliknya yang paling baik.

Seseorang tidak boleh kikir dan berinfaq dengan hartanya yang paling

jelek. Firman A lla h :

»/ } s

/ / /

Artinya : Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada ja la n Allah. Maka diantara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri.12 13

Begitu juga perihal pengurusan anak yatim, Allah memerintahkan

kepada umatnya agar berupaya mengangkat derajat orang miskin dan anak

yatim, mengakui hak-haknya yang tcrdapat di dalam harta orang kaya,

memuliakan, mendidik, dan tidak sewenang-wenang terhadapnya. Allah

seakan mengingatkan Rasulullah SAW dalam ayatnya :

12 D e p a r t e m c n A g a m a R I, op .cit., h i m . 6 1 6 .

(52)

42

i ^ ^ 3 3

Artinya : Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lain dia memberikan kecukupan. Sebab itu, terhadap anak yatim janganluh kamu berlaku sewenang-wenang.

Demikianlah seakan-akan Allah berkata kepada Rasulullah SAW

agar senantiasa bersyukur, memenuhi dan memberikan hak-hak anak

yatim sebagaimana Allah memperlakukan di saat ia yatim.

Perhatian dan perlindungan terhadap anak yatim juga muncul

ketika Al-Qur'an mencela sikap atau tindakan orang-orang kafir

Makkah, dimana mereka tidak memuliakan anak yatim ’y j\

padahal Allah telah mcmuliakannya dengan harta yang melimpah. Akan

tetapi mereka tidak menunaikan kewajiban terhadap anak yatim dengan

memberikan sebagian dari hartanya, yang padahal harta tersebut

mempunyai peranan penting bagi hidup dan kehidupannya.

Allah mengetahui apa yang mereka lakukan tetapi mereka tidak

menyadarinya. Begitu juga kepada kita, Allah mengetahui apa yang telah

dilakukan hambanya, akan tetapi banyak yang tidak menyadari. Padahal

kita semua sebagai umat muslim telah meyakini akan kuasa dan ke

Maha besaran-Nya.

Berkewajiban bagi umat Islam untuk menyadari akan pentingnya

arti kebersamaan. Seseorang tidak akan merasakan kedamaian tanpa

adanya kebersamaan, karena dari situlah semua muslim adalah saudara.

(53)

43

dengan yang lain saling menguatkan tanpa memandang status sosial yang

ada. Bagi yang bcrharta lebih hendaknya dapat mengoptimalkan

penggunaannya disamping untuk menopang kehidupan sehari-hari. Juga

sepantasnya dikembalikan kepada yang memiliki wewenang yakni Allah

SWT, sebagai sarana mensucikan harta yang telah diperoleh dengan

memberikan sebagian harta tersebut kepada yang berhak menerimanya.

Firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah : 261 :

Artinya : Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menqfkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. 14

Jelaslah bahwasannya Allah tidak akan memerintahkan begitu saja

kepada hamba-Nya tanpa memberi suatu imbalan. Akan tetapi sebaliknya,

siapa saja yang mau menjalankan apa yang Dia perintahkan dengan ikhlas

sernata-mata karena Allah, maka akan dilipat gandakan pahalanya.

Dengan demikian pemecahan dan jawaban terhadap persoalan

sekitar anak yatim dan cara memelihara diri dan hartanya serta upaya

membimbing kepada hal yang semestinya merupakan kewajiban bagi

(54)

44

setiap anggota masyarakat muslim di manapun berada. Sesuai dengan

firman Allah Q.S. Al-Baqarah : 220 :

Artinya : Tentang dunia dan akhirat. dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah balk, dan jik a kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.15

Walaupun ayat ini banyak berbicara tentang anak yatim, akan

tetapi maknanya dapat diperluas mencakup semua orang yang lemah dan

membutuhkan pertolongan Hal tsb diperkuat oleh ayat ketiga dalam Q.S.

Al-Ma’aun.

Artinya : Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

Ayat di atas berbicara tentang mereka yang akan masuk ke neraka,

karena tidak percaya kepada allah dan tidak pula mendorong (orang lain)

memberi makan orang miskin. Ayat di atas tidak berbicara tentang

15 Ibid, him. 35.

(55)

45

kewajiban ’’memberi makanan” melainkan ia berbicara tentang kewajiban

mcnganjurkan memtxri makan”. Jika tidak mampu (berperan sebagai

penganjur), tetapi bagi yang mampu sebenarnya dalam dalam hartanya

terdapat Iiak orang yang mcminta dan orang yang tidak mcmiliki.

Hal tersebut sesuai dengan Hadits Nabi SAW :

/ • / / /• / /

Artinva : Seorang laki-laki berlanya kepada Rasul tentang amalan Islam yang terbaik Nabi m enja.ab : " M em ber,hm R a n dan mengucapkan salam kepada yang engkau kenal dan yang belum

engkau kenal. (HR. Bukhari).

4. A y a t4 - 5

h b j * c . & r * ^ ®

Artinya : Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,

Salat secara etimologi berarti do’a. sedangkan do’a adalah

keinginan yang dimohonkan kepada Allah atau dalam art! yang lebih luas

" K h o t i m a t u l Husna, 40 H a d its S a h ih P edom an M e m b a n g u n T o le ra n si, P u s . a k a

Referensi

Dokumen terkait