K O NSEP K ESA L E IiA N SOSIAL DALAM Q.S. A L -M A ’UN
(IM PLEM ENTASINYA DALAM PENDIDIK AN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Dalam Ilmu Tarbiyah
O leh:
US W A T UN K H A SA N A H NIM : 111 05 010
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINCGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2009
'V
fC
'E
D E P A R T E M E N A G A M A Rl
Yth. Ketua STAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu'alaikurn. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari:
Nama : USWATUN KHASANAH
NIM : 111 05 010
Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
D E P A R T E M E N A G A M A Rl
S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706y 323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-m ail: administrasi@stainsalatiga.ac.id
P E N G E S A H A N
Skripsi Saudari : USWATUN KHASANAH dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 05 010 yang beijudul : “KONSEP KESALEHAN SOSIAL DALAM Q.S. AL-MA’UN (IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN) ”. Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga pada h a ri: Kamis tanggal 20 Agustus 2009 yang bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban 1430 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.
D E P A R T E M E N A G A M A Rl
S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A Jl. S ta tio n 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-m ail: administrasi@stainsalatiga.ac.id
DEKLARASI
Dengan pcnuh kejujuran dan tanggung jawab, peneiiti menyatakan bahwa
skripsi ini tidak bcrisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernali
diterbitkan. Dcmikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang tcrdapat dalam reierensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Apabila di kemudian liari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain di luar referensi yang peneiiti cantumkan, maka peneiiti sanggup
mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang
munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 4 Agustus 2009
Penulis,
USWATUN KII AS AN AH NIM : 111 05 010
MOTTO
/ / / / / / ^ /
9 A I * } 9 ' ' • » 9 ' I I O / I / / 9 i S V I 1 / •» ' s s * } 9. 9 s
o ' ^ y (**—' o p ir * 0 “ (**-*-> ^ i_s~" y * y j *
' * ' ' S '
» , ' • » ' 9 } 1 / S U ' t ' S ^ S l SA. . « ✓ ✓ 4 „ ) * ' » I • ' • . | A * 4 I
I
y*+t ys*AA
y ^
A* V-«^pC}* ^
y ^sS'
4^i 1^**AjLo It' s s s s s
5 > \ l l j U j i l ^ 4 ^ i » £ l - S > ^ p l 4 - i p
i 9 >\ ' '* ' ' i ' # A
I « ' ^ l ' * > V"* ✓ «» ' > ' 9 S\ llv 9 . I . 9' % ' ^ \ ' i'xK * ' • » i'
j p j j pi
/ / /
4 > 1 / / ' • ' S 9 S S „ S \ S J
y * j ~ * j *j < y U *
*' * *s
Dari Abu Hurairah, ia meriwayatkan dari N a b i: "Siapa melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, Allah akan melepaskan satu kesusahcmnya di hari kesulitan. Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Siapa menutup aib
seorang muslim, Allah akan menutup pula aibnya di dunia dan akhirat. Sungguh Allah akan menolong hamba-Nya selama dia menolong saudaranya.
(HR. Abu Dawud).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Ibuku Sulimah dan Bapakku S.Choirul
Mustaqim.
2. Kakak-kakakku (Syaifur Rahman, Agus
Isnaini, Eny, Chusnui, M.Slamet, Farid,
Latifah.
3. Adik-adikku (Rossy, Hafid, Ima, Reny, Fika,
Azy, Amanda, dan Nasyvva.
4. Ustadz-ustadzku (Robiyan, H. M. Ismail,
Iskandar,)
5. Teman-teman kost (Mbak Any, Mbak Yeni,
Sari, Ifah, Nurul, Mia, Musya, dan Elsita.
6. Sahabatku, Rafida, Noe dan Nisa.
7. Keluarga besar NUR ISTIQLAL 411 Pandawa
Salat iga.
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya kepunyaan Allah SWT, Yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Sholawat serta salam semoga tcrcurah kepada uswah kita Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang tetap istiqomah di
jalannya.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas melengkapi
syarat-syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam. Adapun
judul skipsi ini adalah Konsep Kesalehan Sosial dalam Q.S. Al-Ma’un
(Implementasinya terhadap Pendidikan).
Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang
dengan ikhlas memberikan dukungan baik moral maupun materiil. Dengan penuh
kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN Salatiga
2. Bapak Fatchurrohman, M. Pd selaku Ketua Progdi PAI yang telah merestui
penulisan skripsi ini
3. Bapak M. Ghufron, M.Ag selaku pembimbing yang telah mengarahkan dalam
penulisan skripsi ini
4. Ibuku Sulimah dan Bapakku S. Choirul Mustaqim yang selalu mencurahkan
kasih sayang beriring do’a kepada penulis
Kakak-kakak ku Syaifur Rahman, Agus Isnaini, Eni, Chusnul, Farid, Latifah
dan adikku Kossy yang selalu menyayangi penulis.
6. Teman-teman PAI ‘A STAIN Salatiga ailgkatan 2005 yang selalu aku
banggakan
7. Teman-tamen kost (Mbak Ani, mbak Yeni, Khusnul, Ifah, Allies, Sari, Nurul,
Mia, Musya) yang selalu menemani penulis dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini.
8. Mr. Taqin, Mr Ruby dan Mr. Yulian yang selalu meberi motivasi kepada
penulis.
9. Keluarga besar Dot. Comp Jangkungan.
10. Keluarga besar Nur Istiqlal 411 Pandawa Salatiga
11. Team perpustakaan STAIN Salatiga yang selalu memberikan pelayanan
dengan baik
12. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan.
Atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, maka O
tiada kata yang pantas tcrucapkan kecuali do’a dan terimakasih yang dalam,
semoga amal dan jasa baiknya menjadi amal sholeh dihadapan Allah SWT.
Ucapan terimakasih pula penulis ucapkan kepada para pembaca yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun guna tersempurnanya skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT, mohon pertolongan serta petunjuk
semoga skripsi ini bermanlaat bagi kita semua.
Salatiga, ^ Agustus2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JU D U L ... >
NOTA PEMBIMBING ... »
PENGESAHAN... m
DEKLARASI... »v
MOTTO... v
PERSEM BAHAN... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang M asalah... 1
B. Penegasan Istilah... 6
C. Rumusan M asalah... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9
E. Mctodc Penulisan Skripsi... 9
F. Sistematika Penulisan Skripsi ... 13
BAB II LANDASAN TEORI A. Kompilasi Ayat Kcsalehan Sosial ... 15
B. Pengertian Kesalehan Sosial dan Indikasi Kesalehan Sosial... 18
BAB III PENJELASAN A. A sbabunN uzuldanM unasabah... 33
B. Penjelasan Q.S. Al-Ma’aun Ayat 1 - 7 ... 36
BAB IV IMPLEMENTASI DALAM PENDIDIKAN
A. Suasana Sosial Kontemporcr... 51
B. Sumba.igan Dalam Pendidikan... 62
BAB V PENUTUP
A. K esim pulan... 71
B. Saran ... 72
C. Pcnutup... 73
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
V
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Bclakang
Pada prinsipnya Islam adalah agama kebersatuan, agama kasih sayang,
kecenderungan untuk saling mengenal dan hidup menyatu antar pemeluknya
adalah pangkal dari ajarannya. Berbuat baik merupakan kewajiban kita
sebagai manusia yang hidup bermasyarakat dan perbuatan tersebut bisa kita
wujudkan dengan saling menyayangi, berbagi dan sebagainya.
Di zaman yang semakin bcrkembang seperti sekarang ini perwujudan
kesalehan sosial perlu ditingkatkan, melihat semakin banyaknya hal yang baru
dan serba modern, tingkah laku manusia pun juga bertambah modern bahkan
karena modernnya perbuatan masyarakat sekarang banyak yang keluar dari
tatanan sosial. Banyak masyarakat yang lebih hartanya itu tidak cukup peduli
untuk menafkahkan kepada kaum yang kurang beruntung nasibnya seperti :
fakir miskin, anak yatim dan sebagainya. Padahal telah jelas ada suatu ayat
yang menyatakan.
✓
Arl inya : Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rosulnya) baik laki-laki maupun pcrempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan
2
(pemberiannya) kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak. (Q.S Al-Hadid: 18)
Jelaslah bcrderma untuk kepentingan agama dan kemanusiaan pada
hakikatnya telah memberi pinjaman kepada Allah SWT. Karena Allah maha
kaya, maka dengan kekayaan-Nya orang yang mendermakan harta akan
memperoleh kembali hartanya dalam jumlah yang lebih besar.* 1 2 Ayat di atas
merupakan ayat yang seharusnya mampu menggerakkan masyarakat
Indonesia khususnya untuk meningkatkan gerakan filantropi, namun
kenyataan sangat kurang sekali perhatian masyarakat sekarang terhadap kaum
lemah, masih banyak mereka yang hanya mengerjakan ibadah dalam arti
kliusus (individual) dari pada ibadah sosial yang padahal seharusnya kedua hal
tersebut harus seimbang. Dalam hal ini, agak sulit bagi orang Islam untuk
mencapai kesalehan ritual bersamaan dengan kesalehan sosial, banyak di
antara mereka yang beragama Islam yang masih berlaku tidak adil kepada
sesamanya, terutama kepada masyarakat dari golongan bawah. Banyak rakyat
kecil yang mengatakan, suatu hal yang paling menyakitkan adalah ketika
mendapati seseorang yang membeda-bedakan antara dirinya dengan orang
lain dan sesuatu yang paling kejam dirasakan manusia adalah merasa
dipinggirkan dari komunitas, tidak dihargai dan tidak mempunyai arti
penting.3 Tak beda jauh dengan orang yang lebih dibanidng mereka,
bahwasannya hal tersebut sudah pasti tidak mau menimpa dirinya. Dengan
Oepartcmon Agama HI. A l fju r a n ifa ti T c rjc n u ih n v n , Svamil C'inta Media. Bandung, 2005, him. ‘>03.
1 Sholihin, Kedermawunan, Insan Madani, Yogyakarta, 2008, him. 71.
3
kata lain, jika kita ingin diperhatikan dan dihargai orang lain maka perhatikan
dan hargailah (pedulilah) terhadap orang lain.
Terlebih lagi bagi mereka yang mengaku Islam tetapi kikir, mereka
tidak menyadari akan tindakan dan perbuatannya yang kadang menyakiti
perasaan orang lain. Berusaha menghemat karena rasa cinta yang berlebihan
terhadap hartanya, orang yang kikir mengangap hartanya akan kekal sehingga
tidak mau kehilangan sedikit dari hartanya untuk disisihkan memberi kepada
kaum yang kurang beruntung nasibnya. Mereka selalu menghitung-hitungnya
yang menjadikan mereka kikir dan tidak mau menafkahkan hartanya di jalan
Allah. Ada juga mereka yang mau memberi akan tetapi pernberiannya didasari
rasa riya’ bahkan kadang menyakiti si penerima dengan mengungkit-
ngungkitnya. Orang yang seperti itu pada dasarnya kikir dan menyakiti diri
sendiri dan cenderung ego is. Ia merasa lebih cukup dan tidak membutuhkan
orang lain. Sudah tentu orang kikir lalai terhadap identitas dirinya sebagai
mahluk sosial yang senantiasa terikat dengan hukum alam.4 Bagaimana bisa
dikatakan peduli dan menyayangi orang lain, menyayangi diri sendiri pun
tidak.
Islam sebagai ide dan agama tentu tidak mengajarkan hal-hal yang anti
sosial karena pada dasarnya tujuan ajaran Islam sendiri yaitu mendidik anak-
anak Islam supaya menjadi anak yang saleh dan kesalehan berkaitan erat
dengan ibadah sedangkan tindakan-tindakan sosial adalah bagian dari ibadah.
Nabi kita sendiri telah mengukuhkan pentingnya menyatu, bergabung dan
4
hidup berdampingan dengan masyarakat tanpa melihat status sosial.
Mengingat kita sendiri sebagai mahluk individu dan sosial, selain kita
memenuhi kewajiban kita terhadap diri sendiri baik yang berhubungan dengan
khaliqnya, kita juga liarus memperhatikan hubungan kita dengan sesama.
Karena menyadari kita sebagai manusia tidak bisa menjalani kehidupan di
dunia ini sendiri tanpa adanya campur tangan orang lain. Kita hidup di dalam
suatu masyarakat terjadi hubungan yang saling bergantung dan membutuhkan,
dengan itu perlu ditegakkan ainal saleh untuk mewujudkan suatu masyarakat
sejahtera yang lahir dari semua pihak dan untuk kepentingan semua pihak dan
amal tersebui digiatkan oleh kaum laki-laki dan perempuan secara sejajar
tanpa membcdakan suku, agama, Ras, dan antar golongan (SARA) dan itu
hukumnya wajib bagi mereka.
Allah berfirman dalam Q.S. Al-Hujurot ayat 13 :
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha U en g en a l5
5
Hubungan dan persaudaraan antara satu orang dengan yang lain sejauh
yang kita tahu, tidak selalu karena ikatan darah saja, karena kita sesama
muslim.
Kesalehan sosial sebagian bisa kita tengok dari amal soleh seseorang
karena amal soleh berkhasiat untuk memenuhi kualitas individu, kelompok
dan kemanusiaan, jika benar dalam menerapkannya. Setiap orang wajib
beramal soleh semampunya yakni amal-amal yang berguna untuk mencita
jiw a dalam berakhlak dan beradab, dalam ruang lingkup pribadi dan sosial.
Barang siapa beramal soleh dengan landasan keimanan yang menenangkan
diri, maka mereka tergolong orang-orang yang beramal (amilun) dan beriman
kepada Allah dan hari kiamat, maka akan masuk surga, pahala amal soleh
tidak akan dikurangi sedikitpun.6 Dengan adanya jaminan dari Allah yang
seperti itu, hendaknya bisa menjadikan motivasi bagi kita untuk senantiasa
beramal saleh dengan niatan mengharap ridho Allah SWT.
Pencerminan suatu perbuatan yang berbentuk ibadah merupakan
ukuran pelaksanaan nilai sosial yang telah diperoleh dan diketahui dari
kehidupan beragama, sehingga sejauh mana seseorang telah membumikan
nilai-nilai moral penanaman akhlak serta adab sosial pada dirinya dapat dilihat
melalui pencerminan di kehidupan kesehariannya. Kehidupan sosial menurut
Islam ialah kehidupan yang memberikan taraf kehidupan yang amat tinggi
kepada scluruli nianusia di dalam masyarakat dan menetapkan hak-hak asasi
lanpa mcmaiulang status kekayaan, kasta, jabatan dan sebagainya. Namun
6
kenyataan yang terjadi sekarang adalah sebaliknya, perbedaan tersebut tidak
jarang menciptakan problem sosial, seperti masalah konflik dan disintegrasi.
Berbicara masalah kesalehan sosial serla rekayasa perubahan sosial
akhir-akhir ini ccndcrung mendapat pandangan negaiif, maka dari uraian-
uraian masalah di atas, pcnulis tertarik untuk mengambil judul Konsep
Kesalehan Sosial dalam Q.S. Al-Ma’un (Implementasinya terhadap
Pendidikan).
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari perbedaan dan kcsalahan dalam
menginterprestasikan judul skripsi serta scbagai langkah awal menyatukan
pcrsepsi terhadap pembahasan ini, maka penulis berikan batasan dan
penegasan dari judul secara singkat dengan rincian sebagai b crik u t:
1. Konsep Kesalehan Sosial
Konsep berarti rancangan, ide atau pengertian yang diabstraksikan
dari peristiwa kongkret.7 Sedangkan kesalehan adalah gambaran
kepatuhan dalam beribadah. Kata saleh terambil dari akar kata shaluha
yang di dalam Kamus-karnus Bahasa Al-Qur’an dijelaskan maknanya
sebagai antonim (lawan) kata fa s id (rusak). Dengan demikian “saleh”
diartikan sebagai berhcntinya kerusakan (salih juga diartikan sebagai
bermanfaat dan sesuai). Sosial berasal dari bahasa latin “Socius” yang
berarti kawan, yang dimaksud di sini adalah pcrgaulan serta hubungan * 11
I:m Zul Fajri, Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Dita Publiser,
7
antar manusia dan kehidupan kelompok manusia yang sedikit banyak
memiliki aturan-aturan dan pola hidup tertentu sehingga mendekati suatu
kesatuan (inlegruted) dalam istilah bahasa Arab di sebut al-M ujtam a' dan
istilah yang dipakai daam bahasa Indonesia adalah masyarakat, yang
berasal dari bahasa Arab “Syarikah” yang berarti persekutuan.8
Jadi kesalehan sosial adalah suatu hal yang dapat direalisasikan
dalam bcntuk perbuatan yang mengarah pada kepatuhan syariat yang dapat
menghalangi munculnya suatu kebumkan dalam perbuatannya yang
diterapkan dalam masyarakat.
2. Al-Qur’an Surat Al-Ma’un 1 - 7
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW secara berangsur-angsur melalui malaikat Jibril sebagai
pedoman hidup manusia di dunia dan membacanya pun bernilai ibadah.
Adapun menurut Quraish Shihab Al-Qur’an adalah petunjuk Allah
yang bila dipelajari akan inembantu kita menemukan nilai-nilai yang dapat
dijadikan pedoman bagi penyelesaian berbagai problem hidup apabila
dihayati dan diamalkan akan menjadikan pikiran, rasa dan karsa kita
mengarah kepada kualitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas dan
ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.9
Sedangkan Al-Ma’un adalah surat yang ke 107 dalam Al-Qur'an
terdiri dari 7 ayat yang membahas tentang ciri-ciri pendusta agama yaitu
orang yang nienghardik anak yatim dan tidak menganjurkan untuk
8
memberi rnakan lakir miskin, orang yang lalai terhadap salatnya, berbual
riya’ serta enggan membcri bantuan dengan barang-barang yang bcrguna,
sehingga Al-Qur'an berperan penting dalam kehidupan yang dijadikan
pedoman hidup. Sebagai acuan untuk mengambil suatu tindakan dan juga
melakukan amal, sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dalam Q.S. Al-
Ma’un ay at 1 - 7.
It ulah orang yang menghardik
penyelesai masalah yang dijadikan petunjuk dan pembimbing dalam
hak anakyatim
Dan enggan (untuk memberi)
1 / f M ^
bantuan
10
9
3. Implementasi dalam Pendidikan
Implementasi adalah penerapan, pelaksanaan.1' Sedangkan
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan.
Dengan demikian, implementasi dalam pendidikan yang penulis
maksud di sini adalah penerapan dari kesalehan sosial yang mempengaruhi
sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam proses
pendewasaan melalui pendidikan dan latihan.
Adapun yang dimaksud dengan konsep kesalehan sosial dalam Q.S.
Al-Ma’un (implemcntasinya dalam pendidikan) adalah bcntuk sikap yang
terwujud melalui tindakan sesuai dengan ajaran Islam yang diterapkan dalam
masyarakat sesuai dengan kajuan dalam Q.S. Al-M a’un yang mengandung
unsur pendidikan sosial.
C. Rumusan Masalah
Setelah penulis memaparkan panjang lebar mengenai latar belakang
masalah dan penegasan istilah, maka penulis mengajukan rumusan masalah
sebagai b erik u t:
1. Bagaimana konsep kesalehan sosial dalam Q.S. Al-Ma’un ayat 1 -7 ?
2. Bagaimana implementasi konsep kesalehan sosial dalam Q.S. Al-Ma’un
ayat 1-7 dalam pendidikan ?
10
D. Tujuan dan Mafaat Pcnclitian
Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat penelitian ini yang pasti
penulis tidak meninggalkan pokok permasalahan di atas. Oleh karena itu
penulis mempunyai tujuan scbagai berikut:
1. Untuk mengetahui kosep kcsalehan sosial dalam Q.S. Al-Ma’un ayat 1-7.
2. Untuk mengetahui implementasi dari konsep kesalehan sosial dalam Q.S.
Al-Ma’un ayat 1-7 terhadap pendidikan.
Dari hasil telaah ini diharapkan d a p a t:
1. Memberikan gambaran mengenai konsep kesalehan sosial dalam Al-
Qur’an
2. Memberikan gambaran tentang implementasi konsep kesalehan sosial
dalam Q.S. Al-Ma’un ayat 1-7 terhadap pendidikan.
E. Metode Pcnulisan Skripsi
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pustaka. Untuk mengambil
kesimpulan dari pokok permasalahan yang penulis analisa, penulis
menggunakan atau mengadakan penelitian kepustakaan (library research),
yaitu dengan meneliti kiiab-kitab tafsir, Al-Qur’an dan buku-buku yang
relevan dan menunjang pengayaan data penelitian.
2. Sumber Data
Sumber data di sini penulis golongkan menjadi dua macam
11
a. Sumber Data Primer
Yang dimaksud sumber data primer di sini kitab-kitab tafsir,
Al-Qur’an yang membahas pokok permasalahan secara langsung yang
dijadikan acuan penulis untuk membuat skripsi.
b. Sumber data skunder
Sumber data skunder yang penulis maksud adalah buku-buku
yang membahas pokok permasalahan secara tidak langsung. Adapun
sumber data skunder dalam penelitian ini adalah buku-buku karangan
ilmiah, majalah, artikel yang berhubungan dengan pokok
permasalahan.
3. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan atau mengadakan
penelitian kepustakaan (library research), maka metode yang digunakan
untuk membahas sekaligus sebagai kerangka pikir pada penelitian adalah
sebagai b erik u t:
a. Metode Tafsir Al-Tahlily
Al-Tafsir Al-Tahlili adalah suatu metode tafsir yang bermaksud
menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dari seluruh aspeknya,
yang mana di dalam tafsirnya penafsir mengikuti runtutan ayat
sebagaimana yang telah tersusun di dalam mushaf. Penafsir
mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan
hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain. Begitu juga
12
dalil-dalil yang berasal dari Rasul, sahabat atau para tabi’in, yang
kadang-kadang bercampur baur dengan pendapat penafsir itu sendiri
dan diwarnai oleh latar belakang pendidikannya, dan sering pula
bercampur baur dengan pembahasan kebahasaan dan lainnya yang
12 dipandang dapat membantu memahami nash Al-Qur'an tersebut.
Dalam kaitannya dengan kesalehan sosial, di sini dapat kita
lihat ayat-ayat tentang kesalehan sosial cukup banyak tersebut baik di
tengah-tengah surat Makiyyah maupun Madaniyah.
Seorang penafsir dapat mengikuti runtutan ayat yang sudah
tersusun dengan mengemukakan munasabah dan asbaban nuzul dan
dalil-dalil yang relevan mengenai kesalehan sosial, lalu
menjelaskannya dan menarik kesimpulan makna yang dimaksud yang
memperkuat ide atau konsep kesalehan sosial berdasar argumentasi
yang jelas.
b. Metode Deskripsi
Yaitu suatu metode penelitian dengan mendiskripsikan realita-
realita, fenomena sebagaimana adanya yang dipilih dari prespektif
subyektif.12 13 Maka penulis mediskripsikan pemikiran Al-Qur’an
kliususnya surah Al-Ma’un ayat 1-7.
c. Metode Analisis
Yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis bab per bab
guna mencari konsep kesalehan sosial yang terkandung dalam
Al-12 Abd- Al-llayy Al-Farmawi, Metode Tufsir Mawdhu'iy, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, him. 12.
13
Qur’an khususnya Surah Al-Ma’un ayat 1-7 yang diperkuat oleh
pandangan tokoh muslim
d. Metode Induksi
Berdasar pada analisis dari kitab suci tcrsebut maka pcnulis
mengambil kesimpulan dengan metode induksi.
F. Sistcmatika Pcnulisan Skripsi
Ruang lingkup pembahasan skripsi ini bcrkisar pada tnasalah konsep
kesalehan sosial dalam Al-Qur’an Surat Al-Ma’un (Implementasinya terhadap
Pendidikan). Untuk lebih mudahnya secara sistematis dapat dijabarkan
sebagai b erik u t:
Bab I Pedahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Penegasan Istilah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
E. Metode Penulisan Skripsi
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Bab II Landasan Teori
A. Kompilasi Ayat Kesalehan Sosial
B. Ruang Lingkup Kesalehan Sosial Secara Umum
1. Pengertian Kesalehan Sosial
a. Filantropi (Kedermawanan)
h. Lapang Dada
c. Mampu Meriahan Amarah
Bab III Penjelasan
A. Asbabun Nuzul dan Munasabah
B. Penjelasan Q.S. Al-Ma’un 1 - 7
Bab IV Implementasi Dalam Pendidikan
A. Suasana Sosial Kontemporer
1. Islam Sosialis - Kapitalis
B. Sumbangan Dalam Pendidikan
Bab V Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kompilasi Ayat Kcsalchan Sosial
Dalam Al-Qur'an, banyak ayat yang membahas mengenai kesalehan
sosial. Untuk melacaknya sctidaknya kita butuh tiga kata kunci yang berkaitan
dengan kesalehan sosial. Di sini penulis menggunakan kata ir.fak, sabar dan
zakat yangmana ketiganya berkaitan dengan salat.
Infaq berasal dari kata anfaqa atau nafaqa. Kata anfaqa dengan
berbagai macam turunnya yang berkaitan dengan salat disebut dalam Al-
Qur'an sebanyak 5 kali. Kita bisa menemukannya dalam Q.S. Al-Baqarah (2 ):
3, Al-Anfal (8 ): 3, Ibrahim (14) : 31, Fatir (35): 29, dan Asy-Syura (4 2 ); 38.
Untuk membuktikan, kita ambil tiga contoh ayat di atas yaitu Q.S. Al-
Baqarah (2), Al-Fatir (35): 29, dan Asy-Syura (42) : 38.
' - . * A t * i V - m * i f y V ' \ \ \
Artinya : (yaitu) mereka yang beriman Jcepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka.
Artinya : Scsunggdinya arang-orang yang selalu mcmbaca Kind) Allah dan mendirikan shalat dan menajkahkan sebahagian dari rezki yang kami
16
anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
3 j l £ d t I j -a l i l j j i ^ J I j i j J T j
- >
Artinya : Z)«/7 (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.
Dengan demikian mensinyalir bahwa salat lima kali dalam sehari
semalam dapat menumbuhkan kesadaran bagi yang melaksanakan salat
untuk menafkahkan sebagian dari rizki yang didapatnya kepada kepentingan
sosial.
Adapun kata sabar secara umum berarti tabah dalam menerima ujian
dari Allah, baik berupa kesulitan hidup, kekurangan rizki, ditimpa musibah
dalam menjalankan permtah Allah rnaupun menjahui larangannya. Dalam Al-
Qur'an, kata sabar yang berkaitan dengan salat dapat ditemukan di dua ay at,
yaitu Q.S. Al-Baqarah (2 ): 45 dan Q.S. Al-Baqarah (2 ): 153.
Artinya : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
17
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Kemudian kaitannya zakat dengan salat terkumpul atau tersebut dalam
Al-Qur'an scbanyak 23 kali : Q.S. Al-Baqaraha (2) : 43, 83, 110, 177, 277,
An-Nisa (4) : 77, 162, Al-Ma’idah (5) : 12, 55, At-Taubah (9) : 5, 11, 71,
Maryam (19) : 31, Al-Anbiya’ (21) : 73, Al-Hajj (22) : 41, 78, An-Nur (24) :
37, 56, Al-Ahzab (3 3 ): 33, Al-Mujadillah (5 8 ): 13, Al-Muzzammil (7 3 ): 20,
dan Al-Zilzal (99): 5. Agar lebih memahami, kita ambil 3 contoh ayat sebagai
b erik u t:
1. Q.S. Al-Baqarah (2) : 43
Artinya : Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang raku'.
2. Q.S. An-Nisa (4) 162
j i J I J j i I t r . o y - i U o - 4 * ^ <4 b.y y
18
3. Q.S. Al-Mujadillah (5 8 ): 13
Artinya : Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) Karena kamu memberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jik a kamu tiada memperbuatnya dan Allah Telah memberi Taubat kepadamu Maka Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taadah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dengan demikian seseorang melaksanakan salat sehari semalam harus
tercermin dalam semua tindakan sehari-hari, termasuk dalam hal
mengeluarkan zakat.
B. Pengertian Kcsalchan Sosial dan Indikasi Kesalehan Sosial
1. Pengertian Kesalehan Sosial
Didapat dari gambaran maupun pandangan secara umum diperoleh
pengertian kesalehan sosial scbagai b erik u t:
Kesalehan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
kepatuhan dalam beribadah. Sedangkan sosial adalah sesuatu yang
berkenaan dengan khalayak (masyarakat) atau umum; suka menolong dan
memperhatikan orang lain.1 Muhammad Sobary menjelaskan dalam
19
bukunya bahwa kesalchan sosial adalah semua jenis kebaikan yang
clitujukan kepada semua manusia.2
Kemudian Mustofa Bisri mengemukakan bahwa kesalehan sosial
adalah perilaku orang yang sangat peduli dengan nilai-nilai islami yang
bersifat sosial, suka menolong, suka memikirkan dan santun kepada orang
lain, meskipun orang-orang ini tidak setekun orang-orang yang melakukan
ibadah seperti sembahyang dan sebagainya.3
Sebuah norma yang begitu indah, menggambarkan jiwa yang tajam
dan perasaan yang peka terhadap orang yang membutuhkan bantuan,
kebersihan, etika yang luhur, kejernihan jiwa dan kemampuan memahami
kesalehan juga kemampuan menjaga diri untuk tidak terjerumus ke dalam
kesalahan tersebut, mencoba berinteraksi dengan orang lain yang dapat
membeningkan perasaan dan melembutkan hati.
Orang yang berupaya menjelajahi ajaran-ajaran Islam mengenai
isu-isu sosial akan mendapati dirinya berhadapan dengan sekumpulan
ajaran yang berkenaan dengan sikap mulia ini. Ini merupakan indikasi
besarnya perhatian Islam dalam membentuk kepribadian sosial seorang
muslim dengan cara yang paling seksama.4 Seiring dengan kompleksnya
permasalahan sosial yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini, dilihat
dari pengertian kesalehan sosial dan ungkapan yang bermakna di atas, hal
tersebut seakan-akan muncul di tengah-tengah masyarakat kita sebagai
‘ Mohammad Sobary, Kesalehan Sosial, LkiS, Yogyakarta, 2007, him. 133.
20
kalim solusi atas bcrbagai problematika sosial yang menimpa bangsa kita,
dengan cara mcngimplementasikan nilai-nilai Islam.
Islam menetapkan masyarakat sebagai medan pervvujudan nilai-
nilai akhlak tertinggi, dan menganggap gerak kemasyarakat sebagai
perwujudan nilai-nilai dan tata moral yang m u lia/ Sementara itu, nilai-
nilai etika masyarakat sangat penting serta diperlukan bagi moralitas
dalam pergaulan sosial. Oleh sebab itu ha.l tersebut pada hakekatnya
merupakan tindakan amal salih.
2. Indikasi Kesalehan Sosial
a. Filantropi
Filantropi (kedermawanan) merupakan suatu gerakan manusia
atau kelompok masyarakat yang peduli terhadap kaum lemah yang
membutuhkan bantuan baik materiil maupun non materiil untuk
mengatasi problematika sosial kontemporer ini. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “Kedermawanan” adalah
kebaikan atau kemurahan hati terhadap sesama manusia/’ Istilah ini
berasal dari kata “derma” yang berarti pemberian (kepada fakir miskin
dan sebagainya) atas dasar kemurahan hati. Bisa juga kata “derma”
bermakna bantuan harta, sehingga orang yang menyumbangkan
hartanya discbut dermawan.
Mengingat kita sebagai manusia yang menyandang dua status
yaitu sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang sangat 5 6
5 AlifTheria, Harmnoni Kehidupan Deragama : Problem, Praktik dan Pendidikan, Oasis Publisher, Yogyakarta, 2005, him. 103.
21
membutuhkan dan dibutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat hendaknya gerakan filantropi sangat dibutuhkan
sebagai tindakan sadar seorang pribadi muslim yang peduli terhadap
orang lain. Untuk hidup sebagai anggota masyarakat, Islam
menciptakan suatu persaudaraan yang di dalamnya setiap anggota
masyarakat mendapat kedudukan yang sama kecuali dalam hal
ketakwaan. Dalam hal ini Islam mengajak setiap manusia untuk
berlomba-lomba dalam kebaikan untuk mencapai ketakwaan.
Kaitannya dalam hal tersebut, kedermawanan merupakan salah satu
karakter utama (akhlak mahmudah) yang senantiasa perlu dimiliki,
ditumbuhkan dan dikembangkan oleh setiap pribadi muslim yang
mengharapkan kesuksesan dalam kehidupannya. Kedermawanan akan
mengundang cinta kasih Allah SWT dan sesarna manusia. Sebaliknya,
kebakhilan akan mengundang murka Allah SWT dan sesarna
manusia.
Gerakan filantropi dapat diwujudkan seseorang melalui
gerakan atau tindakan-tindakan sosial seperti : Sedekah, infak,
menyantuni fakir miskin dan anak yatim serta orang lain yang
membutuhkan uluran tangan kita dengan mendermakan sesuatu yang
sangat kita cintai. Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran : 92 :
\yLCL£ C»J
JyS-
I
^L>- I
I^J
Gi
CSjj O p
22
Artinya : "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka se.sungguhnya Allah mengetahuinya ”.7 8
Sedekah merupakan pemberian yang semata-mata karena
Allah. Memberi sedekah kepada fakir miskin adalah lebih utama,
karena mereka adalah orang-orang yang sangat membutuhkan
bantuan. Selain dalam wujud harta juga dapav kita berikan dalam
wujud yang lain seperti keramah-tamahan, sopan santun, memberi
senyum dan menyapa orang lain, kita se'oagai musiim harus
mengetahui ketentuan-ketcntuan dalam bersedekah yang diantaranya
adalah niat yang tulus bersedekah hanya karena Allah, kemudian
barang yang disedekahkan mengandung manfaat dan milik sendiri
serta tidak menyebut sesuatu yang diberikan sehingga dapat menyakiti
perasaan si penerima. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah : 263 :
Artinya : Perkataan yang balk dan pemberian m a a f itu lebih baik dari pada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti, dan Allah Maha Kay a lagi Maha Penyantun.
Demikian Allah menjelaskan melalui ayat-ayatNya, dan Allah
juga memberikan pahala yang berlipat bagi hambanya yang mau
7 Dcpartcmen Agama Rl, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Syamsil Cipta Media, Bandung, 2005, him. 91.
23
menginfakkan hartanya di jalan Allah serta memberi manfaat melalui
scdekah. Melalui sedekah dapat ineringankan penderitaan saudara
yang mengalami kesulitan, dapat menjauhkan sifat kikir,
menumbuhkan kepedulian kepada sesama dan mempererat hubungan
persaudaraan serta sebagai bukti rasa syukur kepada Allah.
Sesungguhnya alam juga telah mengajari kita mengenai
kehidupan atas kehendak Allah. Bagaimana kita punya rasa memberi,
saling membutuhkan dan berinteraksi dengan sesama makhluk hidup
seperti halnya tiga simbiosis yang kita kenal dalam kehidupan :
Mutualisme yang dilakukan kupu-kupu dengan bunga atau yang
dilakukan burung jalak dengan kerbau. Kupu-kupu yang senantiasa
membantu penyerbukan pada bunga, kemudian bunga dengan senang
hati memberikan madu kepada kupu-kupu, atau burung jalak yang
dengan senang hati memakan kutu sampai kenyang pada badan kerbau
dan kerbau tidak merasakan gatal lagi karena diganggu oleh kutu.
Simbiosis komensialisme antara ikan Hiu dengan ikan Remora, yang
satu untung dan yang satu tidak dirugikan. Tapi lagi-lagi dalam suatu
kehidupan pasti ada yang namanya parasitismc dengan contoh benalu
pada pohon yang hanya bisa merugikan.
Dari sekian ungkapan di atas sesungguhnya terdapat pelajaran
bagi manusia sekaligus merupakan suatu usaha untuk mencapai
mutualisme, bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain dengan
24
mengambil sisi baik yang diajarkan alam kepada kita, tidak hanya
sebagai parasitisme yang tidak peduli terhadap kaum lemah dan hanya
bisa merugikan, tetapi liarus sadar akan pentingnya rasa kebersamaan.
Firman Allah dalam surat An-Nisa : 114 :
Artinya : “Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh orang bersedekah atan berbuat kebaikan atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Barang siapa berbuat baik karena mencari keridhaan Allah, maka Kami akan m em berinyapahalayang besar. (QS. An-Nisa : 114).l>
Kewajiban mcncukupi kebutuhan kaum papa, mengatasi skat-
skat ras dan agama, termasuk dalam hal ini adalah tanggung jawab
untuk menjamu musafir yang tidak memiliki tujuan dan tempat tinggal
semuanya wajib disantuni, kecuali jika mereka termasuk kalangan
yang mengalirkan darah atau memerangi kaum rnuslimin.
Muslim bukan individualistis, melalui perintah Allah untuk
mengulurkan tangan kepada yang membutuhkan. Agar mereka juga
merasakan apa yang kita rasakan. Al-Qur'an menginginkan agar
manusia bisa memantapkan sisi kemanusiaannya, mengembangkan
25
dimensi sosial berikut nilai-nilai moralitas dan prinsip-prinsip
keagamaan.
Dengan adanya sikap filantropi dapat menumbuhkan semangat
kebersamaan sosial, menguatkan roh kesatuan sosial dan mendorong
manusia untuk meyakini bahwa agama universal yang dipeluknya
mengajarkan agar menjalin nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan
dengan meminimalkan kepentingan individu (hawa nafsu pribadi) dan
menengok orang lain yang membutuhkan uluran tangan kita.
b. Lapang Dada
/ 1 «>
Artinya : “Ya Allah! Tuhan kami, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah
urusanku, lepaskan ikatan lisanku, agar mereka paham
ucapanku”.10
Lapang dada adalah sifat pemaaf, bijaksana, dan tidak mudah
marah. Lawan lapang dada yaitu sempit dadanya, yang mana mereka
adalah orang yang sulit menerima kenyataan. Islam adalah agama yang
mengajarkan untuk lapang dada sebagaimana Uswah Khasanah kita
Nabi Muhammad SAW ketika berdakwah menyebarkan agama Islam.
Beliau dihina, dicaci maki, dilempari batu bahkan dilempari dengan
kotoran binatang sekalipun, namun Nabi Muhammad SAW tetap tabah
dan sabar sehingga pada akhirnya menjadi pemikat bagi mereka yang
26
membenci dan rnemusuhi di tengah-tengah kehidupan yang semakin
kapitalis ini maka diperlukan lapang dada.
Islam agama pamungkas, mengajarkan dua aspek yaitu vertikal
(kepada Allah) dan horisontal (sesama manusia), sehingga dalam Al-
Ma’un dinyatakan bahvva mereka yang melaksanakan salat tanpa
merangkul kaum papa disebut celaka. Setiap kata salat dalam Al-
Qur'an sering disambungkan dengan zakat atau infak. Hal ini bisa
dilihat dalam Surat Al-Baqarah : 83 :
Artinya : Dan (ingatlah), ketika kami mengambil ja n ji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang balk kepada manusia, Dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi ja n ji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. 11
Ayat di atas merupakan salah satu contoh keterkaitan antara
perintah salat dan zakat. Dalam Al-Qur'an juga dituliskan bahwa
manusia akan rugi jika tidak berpegangan pada tali (agama) Allah dan
27
tali (perjanjian dengan manusia). Sebagaimana firman Allah dalam
surat Ali Imran : 112 :
Artinya : Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jik a mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.u
Melihat ayat di atas, agama sendiri mengajarkan agar umat
Islam tidak hanya bisa menjadi saleh secara individu, tetapi juga saleh
sosial. Maka dari itu, lapang dada merupakan sebuah keluasan sikap
dan kejernihan hati dalam melihat sesuatu. Manusia berbuat baik tidak
hanya berbcntuk ibadah ritual saja, melainkan juga kepada sesama.
Seperti yang ditulis dalam Surat Al-Baqarah : 177 :
✓ " ' ' - '
A*
l i j S j ^ = 3 j j l j l * j d j i S J l
I hid. him. 64.
28
f i ^ /
Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timv.r dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikal, kilab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang mishn, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. 13
c. Mampu Menahan Amarah
Satu dari sekian kesalehan yang sering dilakukan orang yang
karenanya menjadikan hubungan dengan lain menjadi tidak baik
adalah hasrat untuk membesar-besarkan suatu perkara. Sehingga
seakan membakar dada mereka, kemudian melepaskan dalam bentuk
kemarahan yang mcnyala-nyala. Dalam kata lain, mereka tidak
sanggup mengubur dalam-dalam kemarahan mereka padahal sikap
tersebut adalah mcrugikan diri sendiri dan orang lain, yang di
dalamnya hanya mendapat kelegaan sesaat, dan penyesalan yang tiada
tara bagi yang berpikir.
Marah merupakan reaksi dari perasaan kesal yang memuncak
ketika dia menemui hal-hal yang tidak sclaras dengan keinginannya.
29
Dan orang bisa marah karena berbagai alasan sepcrti konflik,
penghinaan, ancaman dan sebagainya. Ali Al-Hammadi menjelaskan
dalam bukunya bahwa marah adalah penyakit yang berakar dan tidak
dapat diobati dan rnembinasakan. Ia menjadi scbab segala
keterputusasaan dan ketidak-ramahan dalam pergaulan.14
Mcnurut Al-Ghazali : “Kemarahan adalah sepucuk api yang
dinyalakan dari api atau neraka Allah yang membakar sampai ke hati”.
Reaksi darurat ini dapat menyebakan perbuatan yang mustahil
dilakukan seseorang yang bersangkutan dalam keadaan normal. Maka
dapat kita lihat dari berbagai media masa mengenai tindakan-tindakan
kriminal yang dilakukan seseorang yang sebelumnva diawali dengan
kemarahan dan rasa kesal yang sangat tinggi. Beda dengan orang-
orang yang suka memberi m aaf atas kesalahan orang lain, toleransi
merupakan karakteristik manusia yang sangat ditekankan dalam Al-
Qur'an. Orang-orang yang memiliki sifat tersebut dinilai sebagai
teladan kesalehan yang utama dalam Islam. Mau mamaafkan
kesalahan seseorang yang telah menyakitinya merupakan suatu bentuk
penguasaan diri yang jarang bisa dilakukan oleh setiap orang, tetapi
tidak mustahil bagi kita mampu menahan amarah setiap saat. Untuk
itu Allah melalui ajaran-Nya menganjurkan kepada manusia untuk
memperbanyak istighfar. Firman Allah sural Ali Imran : 133 - 135 :
30
Artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang yang benakwa, (yaitu) orang-orang yang menajkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan m ema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang-orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya d m sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
Mengetahui. 15
Orang-orang yang memiliki sifat ini menjaga diri dari marah
dan menjauhkan diri dari kedengkian. Mereka membebaskan diri dari
beban kebencian dan memasuki dunia barn yang penuh toleransi dan
maaf. Toleransi dan m aaf merupakan sifat mulia yang tidak bisa
dicapai kecuali oleh orang-orang yang hatinya siap menerima
31
bimbingan Islam dan ajaran-ajarannya yang mulia.16 Firman Allah
surat Asy-Syura : 39 - 4 3 :
Artinya : Dan ( bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, Maka barang siapa
memaafkan dan berbuat baik. Maka pahalanya atas
(tanggungan) Allah. Sesungguhnya dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan Sesungguhnya orang-orang-orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosapun terhadap mereka. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa Hak. mereka itu mendapat azab yang pedih.
Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakxm. 17
Inilah sikap seorang mukmin dalam masyarakat yang dipenuhi
orang yang beriman. AI-Qur'an menckankan kepada
32
orang mukmin untuk membuang kemarahan rnereka dalam situasi
tcrsebut. Seorang mukmin juga harus mengikuti perintah Allah.
Arlinya : Jadilah Engkau Pem a'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang
hodoh. "
Jadi sebagai seorang muslim, menjalankan apa yang
diperintahkan oleh Allah merupakan suatu kewajiban, terlebih dalam
hal kebaikan scperti kedermawanan, lapang dada, menaham amarah
dan saling memaalkan sebagai wujud penerapan kesalehan sosial.
BAB III
PENJELASAN
A. Asbabun N u zu l dan M unasabah
1. Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul merupakaan latar belakang, historis turunnya ayat-
ayat Al-Qur'an. Adapun asbabun nuzul dari Al-Qur'an surat Al-Ma’un
terdapat pcrbedaan pendapat mengenai tempat turunnya ayat. Dalam kitab
tafsirnnya Quraish Shihab dijelaskaan bahwasanya surat Al-Ma’un
diterima Nabi Muhammad SAW ketika beliau bertempat tinggal di
Makkah. Demikian pendapat banyak ulama’. Akan tetapi ada juga yang
berpendapat hanya awal surat yaitu ayat 1-3 yang turun di Makkah,
sedangkan bagian akhirnya, yang berbicara tentang mereka yang riya ’
(tidak ikhlas dalam salatnya) turun di Madinah.1 Seperti halnya yang
dijelaskan oleh Qamaruddin dalam bukunya, bahwa ayat 4-7 turun di
Madinah. Dalarn suatu riwayat dikemukakan ayat ini turun berkenaan
dengan kaum munafiqin yang mempertontonkan salat kepada kaum
mu’min (riya’) dan meninggalkannya apabila tidak ada yang melihatnya
serta menolak memberikan bantuan atau pinjaman. Ayat 4-7 ini turun
sebagai peringatan kepada orang-orang yang berbuat seperti itu.2
Dalam kitab Tafsir An-Nur surat Al-Ma’un diturunkan di Makkah
sesudah surat At-Takaatsur 7 ayat. Sedangkan dalam m us-haf Al-Qur’an,
'2 Q u r a i s h S h i h a b , T a fs ir A l-Q u r'a n , P u s t a k a H i d a y a h , B a n d u n g , 1997, h i m . 6 1 1 . 2 Q o m a r u d i n S h a l e h , A s b a b u n N uzul, D i p o n e g o r o , B a n d u n g , 1 9 9 6 , h i m . 5 9 7 .
34
surat Al-Ma’un ditempatkan pada urutan yang kc-107. Sebclumnya adalah
surat Quraisy yang merupakan surat ke-106.
2. Munasabah
Munasabah merupakan keterkaitan antara ayat atau surat dengan
ayat atau surat sebelumnya. Urutan surat Al-Qur'an ditetapkan Nabi
Muhammad SAW atas perintah Allah sehingga didapati keserasian
hubungan uraian antara ayat satu dengan ayat yang lain.
Munasabah surat Al-Ma’un dengan surat sebelumnya bisa ditinjau
dari beberapa s e g i:
a. Pada surat sebelumnya (Al-Quraisy), Allah berfirinan A t ’amahum
minju'. Bahwa Tuhanlah yang memberikan makanan kepada orang
Quraisy, sehingga mereka lidak lagi mengalaini kelaparan. Adapun
dalan surat Al-Ma'un Allah mcncela orang yang tidak mau mendorong
orang lain untuk memberikan makanan kepada fakir miskin. Jangankan
memberi pangan, menganjurkan pun tidak.
b. Pada surat Quraisy. Allah memerintahkan orang Quraisy supaya
menyembah Allah SWT yang memiliki Ka’bah (fa lya ’budu Rabba
Hazal bait). Sedangkan dalam surat Al-Ma’un mencela orang yang
bersembahyang dengan jiw a yang lalai atau orang yang lalai dalam
salatnya.
c. Pada surat Quraisy, Allah menjelaskan nikmat-nikmat yang telah
diberikan kepada kaum Quraisy, namun mereka masih tetap
35
ini, Allah menjelaskan kepada mereka tentang ancaman-Nya, di
samping peringatan kepada mereka yang pasti akan menerima
siksa.
d. Keserasian lain dapat ditemukan bila disadari bahwa surat Quraisy
berbicara menyangkut anugerah Allah kepada para pedagang yang atas
berkat-Nya terjamin keamanan jalur perdagangan mereka yang
berkemampuan itu.3 Para pedagang dalam surat Quraisy dinilai tidak
beragama dan tidak percaya kepada hari kemudian apabila mereka
tidak mengulurkan tangan kepada kaum yang membutuhkan
pertolongan.
j l £ j l !___ 5 J j t j H IJu i 0 c J /O '
C|l
^
oylT
A rtinya:
1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 2. I Ini ah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. 4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, 5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, 6. Orang-orang yang berbuat riya,
2. Dan cnggan (menolong dengan) barang bcrguna4
1 Q u r a i s h S h i h a b , op .cit., h i m . 6 1 2 .
* D e p a r t e m e n A g a m a R l , A l-Q u r'a n d a n T E rje m a h n ya , S y a m i l C i p t a M e d i a , B a n d u n u ,
36
Kaitannya dengan Qur’an surat Al-Ma’un sendiri di atas,
munasaban antara ayat yang satu dengan ayat lainnva dapat dilihat
secara jelas dari ayat pertama sampai pada ayat berakhir yang mana di
situ dijelaskan. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Dan
terjawab dengan jelas oleh ayat setelahnya yaitu orang yang
menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan
orang miskin. Kemudian pada ayat keempat, munasabah ayat dengan
ayat dapat ditemui pada kalimat ‘maka kecelakaanlah bagi orang-orang
yang salat’. Sehingga muncul sebuah pertanyaan ‘siapakah orang-
orang yang akan mendapat celaka itu? Ayat kelima menjawab yaitu
orang-orang yang lalai dari salatnya, diteruskan ayat keenam hingga
ayat terakhir dalam Q.S. Al-Ma’un. Orang-orang yang berbuat riya’
dan enggan menolong dengan barang-barang yang berguna.
B. Penjelasan Q.S. Al-M a’un 1 - 7
1. Ayat 1
' v j 'Zj 9 e
Artinya : Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Orang yang mendustakan agama yaitu orang yang tidak mau
mengakui hak-hak orang lain, karena merasa dirinya lebih kuat dengan
kedudukannya, suka melecehkan hak-hak kaum duafa dikarenakan
37
Seseorang yang karena bakhilnya sehingga tidal: mau mengajak atau
menganjurkan orang lain untuk memberi makan fakir miskin. ’’Kiasan bagi
orang yang tidak biasa mendermakan sebagian hartanya kepada orang-
orang miskin yang tidak cukup penghasilannya dalam memenuhi
kebutuhan diri dan keluarganya dikarenakan takut rugi jika menyisihkan
sebagian hartanya untuk orang lain”. Dan mereka yang mengingkari
ad-diin, sikapnya tercermin dalam ayat 2 surat Al-Ma’un berikut.
2. Ayat 2
£ J u — $ jjT _ U L )' j i
Artinya : Itulah orang yang menghardik anakyaiim,
Dalam kitab tafsirnya Al-Maraghi dijelaskan bahwasannya orang
yang mendustakan agama (orang yang tidak percaya terhadap kebenaran
agama) adalah orang yang menolak dan menghardik anak yatim dengan
keras. Dan jika anak yatim itu meminta kepadanya, mal:a orang itu
bersikap sombong, takabur, dan tidak menganjurkan kepada orang yang
mampu agar mereka bisa memberi pertolongan kepada orang yang benar-
benar membutuhkan (miskin dan tidak bekerja).5 Mereka adalah seorang
pendusta agama yang hatinya gersang lagi kosong dari sifat kasih sayang
dan keadilan. Maka benar celakalah yang akan dihadapinya oleh orang-
orang yang suka menghina dan mencela orang lain, bakhil serta tidak mau
38
mengajak kepada yang ma ’r u f dan mencegah dari pada yang mungkar baik
mereka yang salat atau tidak.
Manusia yang tidak pernah sensitif dan peka dengan masalah
sosial, perihal penyantunan anak yatim dan fakir miskin, melalaikan salat
serta berbuat riya’ disebut Allah sebagai pendusta agama. Oleh karena itu
Al-Ma’un disebut juga At-Takzib yang berarti pendusta.
Bagi manusia yang mempunyai sifat-sifat seperti yang
digambarkan dalam Q.S. Al-Ma’un, Allah menjajikan pembalasan dan
siksaan neraka, karena mereka tidak tergugah sedikitpun untuk menolong
sesama manusia, padahal ciri seorang muslim yang mentauhidkan Allah
SWT tidak cukup sekedar beribadah kepada-Nya dan menjauhi dari
perkara sirik, tetapi perlu disempurnakan dengan menjaga hubungan yang
dimulai dari ibu, bapak, kerabat, anak yatim dan seterusnya.
Firman Allah dalam Q.S. An-Nisa’ : 36 :
39
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggamn d ir i6
Kaitannya dengan ayat di atas, sikap mcreka yang enggan
membantu anak yatim dan orang miskin karena menduga bantuannya
kepada mereka tidak akan menghasilkan apa-apa dan pada hakikatnya
sikap mereka itu adalah sikap orang yang tidak percaya akan adanya (hari
pembalasan).
Artinya \Bukan Hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan. (Q.S. Al-Intihaar : 9).7
Begitu juga surat At-Tiin :
Artinya : Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?8
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang m a'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.9
" I V p m ln iin i Agnmii K l, opclt,, him. 84. ' Ibid. him. SH/.
8 Ibid. him. 597.
40
Ayat ini memberitahukan kepada umat Islam betapa pcntingnya
menegakkan amar n ia ’r u f nahi munkar sebagai kelanjutan sikap kasih
sayang dan tolong menolong antar sesama. Hal tersebut tidak harus berupa
kegiatan formal, akan tetapi bisa dilakukan dimana dan kapan saja, baik
secara kolektif maupun pcrorangan dengan cara-cara yang tclah ditentukan
oleh Al-Qur'an dan secara proposional. Begitu juga perihal penyar.tunan
terhadap anak yatim sebagai salah satu sasaran kesejahteraan sosial dalam
Islam yang sesuai dengan sistem kemanusiaan dan penekanan pada upaya
memberantas kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.lu
Al-Yatim ( ^ i) dalam bahasa agama adalah “anak belum dewasa
yang ayahnya telah wafat. Dari segi bahasa, kata yatim terambil dari kata
yutm (jil) yang berarti “kesendirian”. * 11 Kematian seorang ayah bagi
scorang yang belum dewasa menjadikannya sendiri dan kehilangan sosok
pelindung yang bcrtanggungjawab memelihara, mendidik, dan
menyayangi mereka.
Perhatian Al-Qur'an terhadap perneliharaan dan pengayoman anak
yatim banyak muncul pada ayat-ayat Makkiyah. Hal tersebut seperti apa
yang pernah Rasulullah sendiri alami yang mana Allah sangat
memperhatikan beliau sebelum masa kenabian, dimana Nabi waktu itu
adalah seorang anak yatim yang sangat mendambakan belaian kasih
sayang dan perlindungan serta pengayoman. Allah mengingatkan Rasul
dalam ayat-Nya :
41
/ /
Artinya : Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi.n
Dengan adanya ayat itu, Rasulullah menyadari bahwasannya
keyatiman yang pernah ia rasakan pahit getirnya telah menjadi inspirasi
bagi dirinya untuk senantiasa berlaku kasih sayang terhadap anak yatim,
mengayomi, melindungi dan memuliakan.
Allah menganjurkan melalui beberapa dari ayatnya agar manusia
berinfaq dan bersedekah dengan harta miliknya yang paling baik.
Seseorang tidak boleh kikir dan berinfaq dengan hartanya yang paling
jelek. Firman A lla h :
»/ } s
/ / /
Artinya : Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada ja la n Allah. Maka diantara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri.12 13
Begitu juga perihal pengurusan anak yatim, Allah memerintahkan
kepada umatnya agar berupaya mengangkat derajat orang miskin dan anak
yatim, mengakui hak-haknya yang tcrdapat di dalam harta orang kaya,
memuliakan, mendidik, dan tidak sewenang-wenang terhadapnya. Allah
seakan mengingatkan Rasulullah SAW dalam ayatnya :
12 D e p a r t e m c n A g a m a R I, op .cit., h i m . 6 1 6 .
42
i ^ ^ 3 3
Artinya : Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lain dia memberikan kecukupan. Sebab itu, terhadap anak yatim janganluh kamu berlaku sewenang-wenang.
Demikianlah seakan-akan Allah berkata kepada Rasulullah SAW
agar senantiasa bersyukur, memenuhi dan memberikan hak-hak anak
yatim sebagaimana Allah memperlakukan di saat ia yatim.
Perhatian dan perlindungan terhadap anak yatim juga muncul
ketika Al-Qur'an mencela sikap atau tindakan orang-orang kafir
Makkah, dimana mereka tidak memuliakan anak yatim ’y j\
padahal Allah telah mcmuliakannya dengan harta yang melimpah. Akan
tetapi mereka tidak menunaikan kewajiban terhadap anak yatim dengan
memberikan sebagian dari hartanya, yang padahal harta tersebut
mempunyai peranan penting bagi hidup dan kehidupannya.
Allah mengetahui apa yang mereka lakukan tetapi mereka tidak
menyadarinya. Begitu juga kepada kita, Allah mengetahui apa yang telah
dilakukan hambanya, akan tetapi banyak yang tidak menyadari. Padahal
kita semua sebagai umat muslim telah meyakini akan kuasa dan ke
Maha besaran-Nya.
Berkewajiban bagi umat Islam untuk menyadari akan pentingnya
arti kebersamaan. Seseorang tidak akan merasakan kedamaian tanpa
adanya kebersamaan, karena dari situlah semua muslim adalah saudara.
43
dengan yang lain saling menguatkan tanpa memandang status sosial yang
ada. Bagi yang bcrharta lebih hendaknya dapat mengoptimalkan
penggunaannya disamping untuk menopang kehidupan sehari-hari. Juga
sepantasnya dikembalikan kepada yang memiliki wewenang yakni Allah
SWT, sebagai sarana mensucikan harta yang telah diperoleh dengan
memberikan sebagian harta tersebut kepada yang berhak menerimanya.
Firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah : 261 :
Artinya : Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menqfkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. 14
Jelaslah bahwasannya Allah tidak akan memerintahkan begitu saja
kepada hamba-Nya tanpa memberi suatu imbalan. Akan tetapi sebaliknya,
siapa saja yang mau menjalankan apa yang Dia perintahkan dengan ikhlas
sernata-mata karena Allah, maka akan dilipat gandakan pahalanya.
Dengan demikian pemecahan dan jawaban terhadap persoalan
sekitar anak yatim dan cara memelihara diri dan hartanya serta upaya
membimbing kepada hal yang semestinya merupakan kewajiban bagi
44
setiap anggota masyarakat muslim di manapun berada. Sesuai dengan
firman Allah Q.S. Al-Baqarah : 220 :
Artinya : Tentang dunia dan akhirat. dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah balk, dan jik a kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.15
Walaupun ayat ini banyak berbicara tentang anak yatim, akan
tetapi maknanya dapat diperluas mencakup semua orang yang lemah dan
membutuhkan pertolongan Hal tsb diperkuat oleh ayat ketiga dalam Q.S.
Al-Ma’aun.
Artinya : Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Ayat di atas berbicara tentang mereka yang akan masuk ke neraka,
karena tidak percaya kepada allah dan tidak pula mendorong (orang lain)
memberi makan orang miskin. Ayat di atas tidak berbicara tentang
15 Ibid, him. 35.
45
kewajiban ’’memberi makanan” melainkan ia berbicara tentang kewajiban
mcnganjurkan memtxri makan”. Jika tidak mampu (berperan sebagai
penganjur), tetapi bagi yang mampu sebenarnya dalam dalam hartanya
terdapat Iiak orang yang mcminta dan orang yang tidak mcmiliki.
Hal tersebut sesuai dengan Hadits Nabi SAW :
/ • / / /• / /
Artinva : Seorang laki-laki berlanya kepada Rasul tentang amalan Islam yang terbaik Nabi m enja.ab : " M em ber,hm R a n dan mengucapkan salam kepada yang engkau kenal dan yang belum
engkau kenal. (HR. Bukhari).
4. A y a t4 - 5
h b j * c . & r * ^ ®
Artinya : Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
Salat secara etimologi berarti do’a. sedangkan do’a adalah
keinginan yang dimohonkan kepada Allah atau dalam art! yang lebih luas
" K h o t i m a t u l Husna, 40 H a d its S a h ih P edom an M e m b a n g u n T o le ra n si, P u s . a k a