• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah konflik antar tokoh agama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah konflik antar tokoh agama"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KONFLIK ANTAR TOKOH AGAMA

TUGAS MATA KULIAH AGAMA DAN KONFLIK SOSIAL

PROGRAM DOKTOR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BERBASIS STUDI INTERDISIPLINER (PAI-BSI)

Rahmat

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Maha Kuasa Allah SWT telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya(khalaqal insana fi ahsani taqwiem), dengan berbagai perbedaan rupa, kompetensi, dan bahkan dengan perbedaan pendapat.Setiap manusia memiliki karakter masing-masing dan semuanya berbeda-beda. Kekuasaan Allah SWT seperti inilah yang kemudian tidak dapat ditandingi oleh siapapun, walaupun fir’aun (Ramses) terus berusaha ngotot bahwa ia adalah Tuhan yang bisa menghidupkan dan mematikan.

Berangkat dari perbedaan tadi, kita kemudian banyak melihat konflik-konflik terjadi di antara manusia disebabkan oleh perbedaan pendapat, perbedaan emosional, dan perbedaan kemauan sehingga sebagian besar implikasi dari pada perbedaan tadi mengakibatkan konflik yang tidak baik dan mengarah kepada pengrusakan-pengrusakan terhadap segala aspek, hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan, pemahaman, dan pengertian manusia akan ilmu pengetahuan dan ilmu agama yang kokoh, atau bisa dikatakan kurang dan bahkan lemahnya keimanan kepada Allah SWT. Dimana manusia masih lebih mengedepankan kebenaran dan kesalahan dari pada kebaikan dan keburukan suatu kejadian, sehingga solusi yang berangkat dari akal sajalah yang sering aktif digunakan dalam menghadapi perbedaan-perbedaan di antara manusia tersebut.

Bila kita rujuk sebuah hadits Rasulullah SAW, bahwa beliau pernah berdo’a disebuah masjid Bani Mu’awiyah yang saat ini dikenal dengan sebutan masjid Ijabahdisebabkan do’a tersebut.1Terletak di jalan as-Sittin, distrik Bani

Muawiyah Madinah Al-Munawwarah tepatnya di sebelah timur masjid

(3)

Nabawi.Tiga do’a yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, 2 do’a dikabulkan dan 1 do’a sisanya tidak dikabulkan oleh Allah SWT.Dalam Shahih Muslim diriwayatkan, Amir bin Sa’dari menuturkan dari ayahnya, bahwa suatu hari RasulullahMuhammad SAW, datang dari Al-Aliyah dan melewati Masjid Bani Mu'awiyah. Rasulullah SAW kemudian masuk ke Masjid dan salat 2 rakaat.Saat itu Rasulullah SAW berdoa sangat lama.Selesai berdo’a, Iabersabda:

"Aku meminta tiga hal kepada Rabbku.Tetapi, hanya dua hal dikabulkan, dan satu hal tidak diperkenankan.Aku meminta agar umatku tidak dibinasakan dengan paceklik.Permintaanku pun dikabulkan.Aku memohon agar umatku tidak ditenggelamkan.Permohonanku pun dikabulkan.Aku mengharap agar permusuhan umatku tidak terjadi antar sesama mereka, tetapi permintaanku tidak dikabulkan.2

Inilah ujian yang diberikan kepada manusia oleh Allah SWT agar bisa mengendalikan dirinya sehingga tidak terjadi peperangan, fitnah, dan perselisihan di antara mereka, karena kuatnya iman mereka dengan ujian yang memang direncanakan oleh Allah SWT kepada manusia untuk mengukur kesabaran manusia dalam mengharap ridha Allah SWT dan ampunan-Nya.Konflik merupakan kenyataan hidup yang tidak dapat dihindari. Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan, berbagai perbedaan pendapat.Ada konflik yang bisa diselesaikan tanpa kekerasaan, dan sering menghasilkan situasi yang lebih baik bagi sebagian besar atau semua pihak yang terlibat, namun sebagian besar realitanya banyak tidak dapat diselesaikan sehingga menjadi penyakit pada diri manusia hidup di muka bumi ini.Dalam setiap kelompok sosial selalu ada benih-benih pertentangan antara individudan individu, kelompok dan kelompok, individu atau kelompok dengan pemerintah.Pertentangan ini biasanya berbentuk non fisik.Tetapi dapat berkembang menjadi benturan fisik, kekerasaan dan tidak berbentuk kekerasaan.

2

(4)

Selanjutnya hal yang menarik dan perlu mendapatkan perhatian para pelajar serta masyarakat Muslim Indonesia adalah, ternyata konflik tidak hanya terjadi pada masyarakat biasa atau masyarakat kurang ilmu pengetahuan.Namun ternyata konflik malah terjadi antara tokoh masyarakat yang dijadikan panutan oleh masyarakat itu sendiri, seperti Kyai, Tokoh Agama Islam, Pejabat pemerintah yang tokoh dan lainnya.Konflik ini memberikan implikasi yang negatif terhadap agama, yang mana kemudian terjadi merosotnya kepercayaan masyarakat kepada tokoh agamabaik kepada pribadinya atau bahkan kepada ajaran yang dianutnya yaitu agama Islam.

Di samping haltersebut, banyaknya partai politik yang lahir dari rahim Islam mamberikan dampak pemencaran kepemimpinan umat dan elit politik muslim, dari satu segi dapat dikatakan sebagai perwujudan dari demokratisasi dan egalitarianisasi kepemimpinan umat Islam yaitu Kyai. Tetapi pada segi lain mencerminkan terdapatnya rivalitas kepemimpinan Kyai yang pada gilirannya memunculkan konflik antar Kyai dan massa pendukungnya. Terdapat kecendrungan kuat dalam lapisan elite muslim untuk mengklaim posisi kepemimpinan tertinggi bagi diri masing-masing. Semua ingin menjadi pimpinan, tidak ada yang ikhlas menjadi anak buah. Karena itulah apa yang terjadi adalah rivalitas dan konflik yang tidak pernah terselesaikan.

(5)

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah untuk mengetahui beberapa hal berikut:

1. Apa yang melatar belakangi terjadi konflik antar tokoh masyarakat?

2. Bagaimana problem solving yang dapat dilakukan agar konflik dapat dapat memberikan kebaikan bagi tokoh masyarakat?

C. TUJUAN MASALAH

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah dalam rangka mengetahui:

1. Faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya konflik antar tokoh masyarakat.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konflik Antar Tokoh Agama Islam

Konflik berasal dari kata kerja Latin, yaitu configure yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.Konflik sesungguhnya merupakan suatu proses bertemunya dua pihak atau lebih yang mempunnyai kepentingan yang relatifsama terhadap hal yang sifatnya terbatas. Dengan demikian, terjadilah persaingan hingga menimbulkan suatu benturan-benturan.

Berikut ini beberapa pendapat ahli tentang pengertian konflik:

1. Berstein, menyebutkan bahwa konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang belum pernah dicegah, konflik mempunnyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan ada pula yang negatifdalam interaksi manusia.

2. Robert M. Z Lawang, mengemukakan bahwa konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasan dimana tujuan dari mereka yang berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.

3. Soerjono Soekanto, konflik merupakan proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.

Sedangkan pengertian tokoh adalah orang yang memiliki keunggulan dan memiliki jasa besar dalam organisasi dan sebagainya.3Adapun pengertian agama

3 Pius A. Darmanto & M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiyah Populer, Surabaya: Arloka, 1994,

(7)

adalah keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan (Aqidah)4.Maka dapat

disimpulkan bahwa pengertian dari pada tokoh agama adalah orang yang memiliki keunggulan atau kelebihan pengetahuan dan memiliki jasa besar dalam hal keyakinan dan kepercayaan kepada Allah SWT, yang mana dalam hal ini adalah agama Islam.Maka selanjutnya dari pengertian terkemuka bisa ditarik kesimpulan bahwa konflik antar tokoh agama memiliki pengertian suatu pertentangan atau perbedaan dalam berbagai aspek antar orang-orang yang memiliki keunggulan atau kelebihan pengetahuan akan keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan dalam rangka memenuhi tujuan, kepentingan, kekuasaan, dan sebagainya dengan cara melawan dan menundukkan tokoh agama lainnya baik dengan ancaman maupun kekerasan.

Konflik antar tokoh agama yang saat ini sering terjadi banyak disebabkan oleh perubahan-perubahan zaman dan perkembangannya, dimana para tokoh sudah merasa harus terjun dalam lapangan pemerintahan Negara.Kyai menjadi Gubernur, Wali Kota, Bupati, anggota legislatif dan sebagainya yang kesemuanya berbau hal-hal politik(Siyasah).Sedangkan politik saat ini mengharuskan mereka menjadi yang terbaik dan terpilih sehingga kemudian segala cara banyak dilakukan walaupun merugikan pihak lain yang berkompetisi, bahkan masyarakat umum sekalian.Inilah permasalahan agama yang terjadi sehingga pantas masyarakat Muslim kemudian merasa kurang simpatik dengan para tokoh agama yang demikian.Lebih jauh lagi ternyata bila telah menduduki jabatan yang diharapkan, mereka kemudian terlibat dalam hal yang bersifat nepotisme, baik terhadap hak-hak rakyat dan elemen-elemen birokrasi lainnya, dan bahkan kemudian terlibat dalam kasus korupsi.

Nah kelompok-kelompok dalam tokoh tersebut kemudian berselisih pendapat, mereka yang menjabat mengharuskan kelompok lain harus ikut berperan mendukungnya dalam segala hal keputusan pemerintahan, bila tidak maka timbul ancaman-ancaman untuk menundukkan tokoh agama yang berada pada poros

(8)

tegah, yaitu tidak mendukung secara keseluruhan.Tokoh agama yang memiliki lembaga pendidikan kemudian dipersulit, dan tidak menjadi prioritas untuk mendapatkan bantuan yang berasal dari kabupaten, wilayah dan seterusnya.Prioritas lembaga pendidikan yang mendapatkan bantuan kemudian adalah lembaga yang pimpinannya memberikan dukungan penuh dalam menjadikan calon pimpinan pemerintahan tersebut menjadi terpilih dalam pilkada dan sebagainya.

Di samping contoh konflik di atas, terdapat konflik pimpinan Pondok Pesantren besar yang berada di Kabupaten Situbondo yang disebabkan oleh kepentingan politik.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik kyai NU terjadi karena dua putra KHR. As’ad Syamsul Arifin, yaitu Kyai Fawaid As’ad dan Kyai Cholil As’ad masing-masing sebagai pemimpin pondok pesantren yang berbeda, berafiliasi dengan dua partai politik yang berbeda, yaitu PKB dan PKNU. Massa pendukung yang dahulunya menghormati dan mendukung keberadaan KHR. As’ad Syamsul Arifin otomatis menjadi dua kubu massa yang menjadi pendukung salah satu kyai tersebut, sehingga timbul konflik kepentingan politik.5

B. Jenis-Jenis Konflik Tokoh Agama

Terdapat beberapa jenis yang mengakibatkan terjadinya konflik di antara para tokoh agama atau pimpinan dari suatu organisasi Islam, antara lain: 1. Konflik Keluarga

Konflik keluarga merupakan faktor dominan di PondokPesantren, dimana lahirnya konflik keluarga berkaitan erat dengan sistem warisan pengelolaan Pesantren. Menjadi pengelola atau pengasuh pesantren adalah impian bagi semua Kyai, sebab bila seorang Kyai memiliki pesantren, maka

(9)

eksistensinya lebih dihormati, atau paling tidak Kyai memiliki pengikut inti yaitu santri, wali santri atau alumni. Sebaliknya, bila Kyai tidak memiliki pesantren, maka keberadannya kurang afdhol oleh kalangan Kyai dan pengikutnya sebatas massa yang mengambang (floating mass).

Konflik keluarga dalam tradisi pesantren muncul ketika pendirinya telah wafat kemudian tampuk kepemimpinan dan otoritas pengelolaannya ditangani oleh Putra-putrinya. Konflik keluarga mengemuka manakala sang ayah yang telah wafat tidak memberikan wasiat siapa yang berhak memegang tampuk kepemimpinan pesantren. Konflik tidak terjadi manakala anak-anak Kyai masih kecil-kecil dan dalam kondisi tanpa Kyai biasanya pengelolaan pesantren ditangani oleh ustadz senior.Namun situasi semacam ini bersifat temporal, kelak bila anak-anak Kyai telah dewasa, konflik dapat muncul sedemikian rupa. Potensi konflik dalam keluarga masih muncul walaupun Kyai telah berwasiat kepada siapa tampuk kepemimpinan pesantren akan diserahkan?.

2. Konflik Politik

(10)

yang disebabkan oleh faktor lain. Kyai sedapat mungkin menghindari konflik, bila tetap terjadi, maka diminimalisir dan diniatkan tidak ada kepentingan. Berbeda bila konflik kepentingan terjadi, sebab bila sudah menjadi komoditas, berlaku hukum pasar pula, sesuatu yang menguntungkan akan dipertahankan. Konflik pun tak kunjung usai lantaran disengaja agar tetap berlangsung.

3. Konflik Perebutan Pengakuan Ummat

Ciri yang melekat dalam sistem sosial masyarakat tradisional adalah adanya elit yang dijadikan panutan, pemimpin atau tokoh.Bahkan tokoh panutan tersebut cenderung dikultuskan karena memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang biasa. Karenanya untuk menjadi bagian dari elit tradisional, seseorang dituntut mempunyai keistimewaan yang diakui oleh masyarakat seperti; kharisma, kewibawaan, keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang lain atau orang pada umumnya, dan lain sebagainya. 4. Konflik Feodalisme

Feodalisme dalam masyarakat pesantren merupakan salah satu ciri sebagaimana identitas masyarakat tradisional lainnya.Feodalisme yang kental adalah pengkultusan terhadap figur Kyai, dari sini berimplikasi pada pola hubungan Kyai dan santri yang vertikal. Pola pengkultusan terjadi bukan hanya terbentuk secara kultural namun dipengaruhi pula oleh norma yang bersumber pada nilai agama yaitu keharusan hormat kepada guru. Norma tersebut melahirkan derivasi yang dibangun sendiri oleh masyarakat pesantren bila tidak hormat maka tidak akan mendapatkan berkah, dari sinilah terbangun kepatuhan tanpa batas dalam term sami’na wa atha’na. Kultur feodalistik tersebut menyebabkan Kyai selalu ingin ditempatkan pada posisi superior.Superioritas Kyai tersebut melahirkan karakter kepribadian individualis yang tidak mau diintervensi.

(11)

Manajemen merupakan faktor kelemahan pesantren tradisional, padahal keberadaan manajemen yang mapan untuk sebuah institusi semacam pesantren sangat diperlukan agar kelangsungan suatu pesantren dapat berjalan dengan baik.Kelemahan manajemen yang ada pada Kyai pesantren tidak disadari sebagai bentuk kelemahan Kyai dalam mengelola pesantren.Lain kata di kala ada pengurus yang memiliki kemampuan manajemen malah tidak diberikan kewenangan, hal ini acapkali berbenturan karena pribadi Kyai yang tidak boleh ditentang, dari sinilah kemudian muncul konflik, bahkan tidak jarang diantara pengasuh atau Kyai muda akhirnya menyempal bahkan mendirikan pesantren baru.Konflik yang disebabkan oleh faktor manajemen biasanya mengemuka manakala Kyai sudah tidak mau bekerjasama dan berjiwa kepemimpinan otoriter.

C. Faktor-faktor Penyebab Konflik

Upreti (2006) menjelaskan bahwa pada umunya orang berkompetisi untuk memperebutkan sumber daya alam karena empat alasan utama. Pertama, karena sumber daya alam merupakan “interconnected space” yang memungkinkan perilaku seseorang mampu mempengaruhi perilaku orang lain. Sumber daya alam juga memiliki aspek “social space” yang menghasilkan hubungan-hubungan tertentu diantara para pelaku. Selain itu sumber daya alam bisa menjadi langka atau hilang sama sekali terkait dengan perubahan lingkungan, permintaan pasar dan distribusi yang tidak merata. Yang terakhir, sumber daya alam pada derajat tertentu juga menjadi sebagai simbol bagi orang atau kelompok tertentu.

(12)

Selain faktor tersebut di atas, sejak dahulu kurang lebih dekade 80-an telah banyak muncul kesadaran sekaligus keprihatinan terhadap perkembangan social-masyarakat dab keilmuan sosial yang berimplikasi kepada rendahnya spiritual dan retaknya hubungan antar sesama masyarakat muslim. Menurut Tholhah Hasan salah satu indikatornya hal tersebut disebabkan oleh:6

1. Mulai terasa menipisnya jumlah Ulama’/Kyai yang benar-benar menguasai ilmu –ilmu agama seperti tafsir, hadits, fiqh, tasawwuf dan sebagainya sehingga berakibat pada sangat minimnya kemampuan mereka untuk memberikan pengajian.

2. Maraknya kelompok-kelompok yang mengatasnamakan gerakan pembaharuan Islam di tengah-tengah masyarakat yang kemudian sering memunculkan keributan di dalam komunitas Islam, padahal masalah yang menjadi penyulut perselisihan itu tidak lebih dari masalah-masalah khilafiyah madzhabiyah yang statusnya adalah furu’ (cabang) bukan ushuliyah (pokok). Dalam hal ini tidak banyak yang dapat menjenirkan permasalahan disebabkan oleh terbatasnya pemahaman mereka terhadap ushul fiqh, alqawaid fiqhiyah, asbab ikhtilaf-al-madzahibi dsb.

3. Sekian banyak sarjana-sarjana perguruan tinggi yang mumpuni, namun entah apa yang menyebabkan mereka kurang dekat dengan masyarakat bawah dan kurang dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat awam, atau kurang intim dengan masyarakat grass-root. Mereka lebih memilih gaya birokratis dari pada populis, lebih tertarik menjadi PNS dari pada menjadi pemimpin di tegah-tengah masyarakat.

4. Daya tarik kehidupan politik kekuasaan dengan segala fasilitasnya banyak memalingkan Ulama’-ulama’ muda (termasuk gus-gus dan ning-ning keluarga pesantren) dari berkiprah memberikan pencerahan dan membimbing untuk pemberdayaan di tengah-tengah dinamika masyarakat modern yang penuh

6Tholhah Hasan, (Dr. Abu Yazid MA, Membangun Islam Tengah, Yokyakarta: Pustaka

(13)

persaingan dan pergeseran. Pesantren menjadi sepi dari semangat keilmuan dan pengabdian, sebaliknya ia hanya menjadi ajang perebutan pengaruh pemimpin-pemimpin politik untuk menanamkan kekuatan.

5. Pengaruh globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, mulai terasa pengaruh positif dan negatifnya. Banyak putra-putri Kyai yang melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, Timur Tengah yang bermadzhab hambali atau hanafi. Seperti Lybia, Maroko, dan Sudan yang mayoritas bermadzhab Maliki, serta ke Negara Turki dan Syiria yang bermadzhab Hanafi. Memberikan cakrawala fiqh yang lebih luas dan beragam dan sedikit banyak memberikan pengaruh kepada mereka dalam memahami hakikat fiqh sebagai salah satu sumber dalil syari’ah, di samping lebih memberikan kemampuan kepada mereka dalam memahami fiqh moqaran (fiqh perbandingan).

Faktor lain terjadinya konflik adalah karena adanya perebutan sesuatu yang jumlahnya terbatas. Adapula yang berpendapat bahwa konflik muncul karena adanya ketimpangan-ketimpangan dalam masyarakat, terutama antara kelas atas dan kelas bawah.Adanya politik yang tidak sehat dalam meraih kekuasaan pada suatu wilayah tertentu yang terbatas baik secara kewilayahan maupun masa.Selain itu juga karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan, kebutuhan, dan tujuan dari masing masing masyarakat yang berkonflik.Dalam hal ini,Soerjono Soekanto mengemukakan beberapa faktor terjadinya konflik antara lain:

1. Perbedaan Antar Perorangan

(14)

memimpin suatu kelompok yang dilakukan oleh tokoh-tokoh agama, seperti pimpinan Pondok Pesantren dengan pimpinan yang lain yang sangat berbeda secara individu. Satu Pondok mendapatkan bantuan satu pondok yang lain tidak, sehingga sangat mungkin kemudian muncul rasa iri, dengki, cemburu dan sebagainya yang kemudian diawali dengan konflik secara stimulus, namun selanjutnya bisa menjadi konflik yang cukup besar.

2. Perbedaan Kebudayaan

(15)

yang disebabkan perbedaan kebudayaan.Contoh lainnya adalah seseorang yang berasal dari etnis A yang memiliki kebudayaan A, pindah ke wilayah B dengan kebudayaan B. Jika orang tersebut tetap membawa kebudayaan asal dengan konservatif, tentu saja ia tidak akan diterima dengan baik di wilayah barunya. Dengan kata lain meskipun orang tersebut memiliki pengaruh yang kuat, alangkah lebih baik jika tetap melakukan penyesuaian terhadap kebudayaan tempat tinggalnya yang baru. Konflik yang terjadi antar tokoh agama ternyata bukan tokoh yang memiliki perbedaan budaya, tapi mereka malah banyak memiliki kesamaan suku, budaya, bahasa daerah, namun tetap saja walaupun sama-sama satu suku dan sebagainya mereka masih mengalami konflik yang tidak terhindarkan disebabkan oleh ego masing-masing dalam mempertahankan keinginan yang bersifat duniawi.

3. Bentrokan Kepentingan

Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya.Hal ini karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok tentu juga akan memiliki kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan kelompok lain. Contohnya adalah penerimaan bantuan yang terkesan lebih banyak diberikan oleh pemerintah kepada suatu kelompok tertentu, sehingga kelompok yang lain yang belum pernah dapat merasa ada kesenjangan atau pilih kasih karena tidaknya kepentingan pemerintah sebagai pemberi bantuan terhadap organisasi suatu kelompok tersebut.Timbullah kecurigaan yang lebih dikenal dengan nepotisme, kolusi, dan bahkan korupsi dengan strategi bantuan.

4. Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat

(16)

proses-prosessosial di dalam masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada. Sebenarnya perubahan adalah sesuatu yang wajar terjadi, namun jika terjadinya secara cepat akan menyebabkan gejolak sosial, karena adanya ketidaksiapan dan keterkejutan masyarakat, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya konflik sosial.Contohnya perubahan kurikulum 2013, kenaikan BBM, termasuk perubahan yang begitu cepat.Masyarakat banyak yang kurang siap dan kemudian menimbulkan aksi penolakan terhadap perubahan tersebut.Dan masih banyak lagi kebijakan-kebijakan lainnya dimana masyarakat sebagai pelakunya masih belum siap untuk segera berubah melaksanakannya.

D. Alternatif Pemecahan Konflik antara Tokoh Agama

(17)

Alternatif penyelesaian konflik yang terjadi antar 2 tokoh agama atau lebih dapat menggunakan Pendekatan-pendekatan personal antara para tokoh agama yaitu apa dengan bekerjasama/tidak bekerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut terdapat 5 macam pendekatan bagi terselesainya konflik yang terjadi antara lain:

1. Kompetisi; Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.namun hal ini tidak cocok untuk penyelesaian konflik bagi tokoh agama, karena tidak sejalan dengan ketentuan agama yang mengarahkan kepada kebaikan antar ummatnya, bukan saling bermusuhan secara terus menerus walaupun masalah sudah terselesaikan.

2. Akomodasi; Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian. Atau bisa dengan cara arbitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak.Untuk tokoh agama tentunya harus ditengahi oleh tokoh agama yang lebih dituakan atau kharismatik.

3. Sharing; Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima keputusan-keputusan yang dimusyawarahkan atas mufakat, saling menguntungkan. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.Atau dengan berkompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.

(18)

5. Penghindaran; Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.Atau dalam istilah lainnya adalah tatacara elimination, yaitu pengunduran dari konflik, yang diungkapkan dengan ucapan “kami mengalah, kami keluar, kami salah dan sebagainya”.

Alternatif-alternatif penyelesaikan konflik di atas akan lebih sempurna bilamana kedua belah pihak tokoh agama juga dapat mengamalkan perintah-perintah Allah SWT yang terkandung dalam al-Qur’an, dan ini merupakan tatacara yang bersifat penghalusan (smooting)7yaitu saling memahami konflik dengan

kasih sayang, persaudaraan, berprasangka baik (posive thingking/khusnuddhan)8

dengan mengedepankan terjalinnya silaturrahmi, perdamaian, dan hubungan baik antar umat beragama tanpa sikap berpura-pura(psedo democratis), yaitu berlaku baik bila berhadapan, namun menghujat dari belakang. Allah SWT berfirman:

نيب اوحلصأف ةوخإ نونمؤملا امنإ

.نومحرت مكلعل هللا اوقتاو ،مكيوخأ

:تارجحلا(

10

)

Artinya: “sesungguhnya orang-orangMukmin itu bersaudara, maka karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih), dan bertaqwalah kepada Allah SWT, agar kamu mendapat rahmat.”(al_hujuraat: 10).9

Keimanan kepada Allah SWT dengan tatacara memprioritaskannya dalam setiap pergaulan (muamalah maan nas) harus lebih dikedepankan, melebihi kepentingan-kepentingan yang bersifat duniawi.Inilah permasalahan agama yang mulai merosot sehingga dengan perkembangan zaman pengetahuan dan

7 Hodge & Anthony (1991).

8 Tim MGMP PAI Kota Malang, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X, Malang:

Perdana Utama, 2015, Hal: 07

9 Faishal Abdurrahman Bafadhal dkk, Al-Qur’an Tajwid,Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka,

(19)

pengamalan agama berubah menjadi alternatif kedua bagi kalangan masyarakat dan bahkan bagi kalangan tokoh masyarakat. Merupakan tantangan dalam beragama ke depan bila hanya mementingkan kebutuhan dunia dari pada kebutuhan di akhirat kelak yang harus dipupuk mulai sekarang.

(20)

A. KESIMPULAN

Konflik yang terjadi di tengah-tengah para tokoh agama, yang mayoritas memimpin ummat baik lewat organisasi lembaga pendidikan atau institusi lainnya, ternyata banyak disebabkan oleh suatu kepentingan pribadi di antara mereka.Konflik antar mereka tidak hanya antar tokoh agama yang tidak memiliki hubungan kekeluargaan, namun lebih dari itu konflik yang terjadi malah antara saudara dengan saudara untuk memperebutkan pucuk kekuasaan setelah perintis dari suatu lembaga Pondok Pesantren telah wafat.Di samping hal tersebut konflik juga dipengaruhi oleh implikasi politik yang sampai detik ini tetap terkesan negatif di tengah-tengah masyarakat.

Akibat politik seperti ini kemudian terjadi konflik antara mereka, tokoh yang diharapkan mendukung pemilihan calon di kancah pemerintahan, tidak dapat mendukung tokoh yang menjadi kandidat suatu kelompok untuk memimpin, di samping banyaknya kelompok partai yang beredar di Indonesia.Terjadilah semacam dendam di antara mereka yang akhirnya berdampak pada lemahnya kharismatik tokoh tersebut.Perhatian tokoh yang terpilih kemudian hanya memperhatikan lembaga, Pondok Pesantren, dan kebutuhan tokoh yang mendukungnya saja, sehingga bantuan terkesan kurang merata.

B. KOMENTAR

(21)

keagaman, tapi juga hampir dalam semua aspek kehidupannya.Kyai dianggap sebagai sosok pemimpin umat yang wajib untuk diikuti, diteladani dan dianggap benar dalam segala hal.

Oleh karena itu, hendaknya sebagai panutan umat, para Kyai seharusnyabisa menyadari peran personalnya di tengah-tengah masyarakat, untuk tidak mengakibatkan konflik-konflik bagi dirinya dan para pengikutnya. Bila memang telah terjadi konflik, seharusnya ia mampu menyelesaikan konflik dengan baik. Masyarakat harus didorong untuk berani berpikir menentukan pilihannya sendiri tanpa harus dibebani, apalagi dipengaruhi untuk memilih calon-calon dalam pemerintahan tertentu.Pilihan masyarakat tidak harus disamakan dengan pilihan pak Kyai.Tugas Kyai sebagai pemberi pencerahan masyarakat itu diwujudkan dengan semangat menanamkan sikap kritis masyarakat.Sikap kritis masyarakat itu sangat dibutuhkan sebagai sistem kontrol dan keseimbangan (check and balance) terhadap struktur kekuasaan.

Bila perlu seharusnya mereka tidak terlibat dalam politik praktis, karena dari berbagai pengalaman ternyata Kyai yang aktif dalam politik praktis dan memiliki lembaga Pendidikan seperti Pondok Pesantrensering menimbulkan akibat-akibat negatif, yang mengakibatkan melemahnya sosok peran Kyai itu sendiri dan selanjutnya berakibat negatif kepada ajaran agama Islam.Sikap saling hormat mengormati tidak lagi menjadi hal penting, permusuhan antar tokoh agama sudah terkesan hal yang biasa saja, saling menundukkan lawan harus dilakukan dengan strategi yang sedemikian rupa, dan seterusnya-seterusnya menjadi hal yang berdampak negatif bagi perkembangan syiar-syiar agama Islam itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

(22)

Faishal Abdurrahman Bafadhal dkk, 2006.Al-Qur’an Tajwid, Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka.

Faridl, Miftah, 2007, Peran Sosial Politik Kyai, Dalam Jurnal Sosioteknologi, Edisi 11 Tahun 6, Jakarta

Hasyim Muzadi. 2007. Tradisionalisme Radikal: Persinggungan Nahdlatul Ulama-Negara. Yogyakarta: LKiS

Hajar, Ibnu, 2009, Kyai Di Tengah Pusaran Politik ; Antara Petaka dan Kuasa, Yogyakarta, Ircisod

Hiroko Horikoshi. 2003. Kiai dan Perubahan Sosial. Jakarta: LP3ES

Kahar Haerah & Edhi Siswanto, (Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jember), Penelitian konflik politik Kyai Nahdlatul Ulam’ Situbondo, studi di desa tambak ukir kecamatan kendit kabupaten Situbondo.

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/553751-masjid-ijabah--kisah-tiga-doa-rasulullah

Muhammad Ilyas Abdul Ghani, 2005. Sejarah Madinah Munawwarah Bergambar, Madinah Munawarah.

Pius A. Darmanto & M. Dahlan Al-Barry, 1994.Kamus Ilmiyah Populer, Surabaya: Arloka.

Pradjarta Dirdjosanjoto. 1999. Memelihara Umat: Kyai Pesantren-Kyai Langgar di Jawa. Yogyakarta: LKiS

Tim MGMP PAI Kota Malang, 2015.Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X, Malang: Perdana Utama.

Tholhah Hasan, 2010 .(dalam Dr. Abu Yazid MA, Membangun Islam Tengah, Yokyakarta: Pustaka Pesantren.

Turmudi, Endang, 2004, Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaan, Yogyakarta, LKIS Zamakhsyari Dhofier. 1982. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup

Referensi

Dokumen terkait

Software biasa disebut dengan perangkat lunak. Sifatnya pun berbeda dengan hardware atau perangkat keras. Jika perangkat keras adalah komponen yang nyata yang dapat dilihat

Didapatkan tital 14 isolat dari lumpur panas Lapindo yang tumbuh pada suhu 55 0 C di media Nakamura.. Penelitan

Dalam bulan Februari 2002 laju inflasi mencapai 1,50% antara lain disebabkan oleh bencana banjir yang melanda beberapa daerah dan dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM

ija>rah bahwa obyek harus dimiliki oleh orang yang menyewakan atau diijinkan untuk disewakan tidak terpenuhi, dimana dalam hal ini ketua RT 01 menyewakan tanah tanpa ijin

virus Dengue-3 sebagai kontrol positif, sedangkan Beberapa tahun terakhir, telah dikembangkan metode kontrol negatif adalah sediaan sel C6/36 yang tidak baru

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan peninjauan lebih mendalam mengenai Implementasi dari Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah

Hal tersebut dapat mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki keragaman gender dapat meningkatan nilai perusahaan sehingga berdampak lebih baik bagi perusahaan,

Metode eksperimen untuk menguji dan mengetahui efektifitas penggunaan cangkang kerang darah, pasir halus, karbon aktif, dan zeolit yang digunakan sebagai media filter