• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILSAFAT PENDIDIKAN FRAGMATISME DAN FILS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FILSAFAT PENDIDIKAN FRAGMATISME DAN FILS"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MATA KULIAH PENGANTAR PENDIDIKAN

“FILSAFAT PENDIDIKAN FRAGMATISME DAN FILSAFAT

PENDIDIKAN NASIONAL (PANCASILA)”

Dosen Pembimbing: M. Dani Wahyudi, S.Pd.I.,M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 6

Muhammad Aliansyah A1E315181

Novarina Fahrisa A1E315193

Ahmad Yudha A1E315312

Amira A1E315323

Devi Ami Nida A1E315350

PROGRAM STUDI PENDIDKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan karuniaNya, kami mampu menyelesaikan makalah dengan judul “Badan Hukum Koperasi dan Yayasan”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak-pihak tertentu yang telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun makalah ini masih memiliki kekurangan, baik dari penyusunan, penulisan ataupun bahasa, kami dari tim penyusun sangat menghargai adanya saran dan kritik demi menyempurnakan makalah ini khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Dengan adanya makalah ini, kami berharap makalah ini bisa berguna, dapat memberikan wawasan yang luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada para pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb

Banjarmasin, November 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR PUSTAKA...iii

BAB I: PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan...1

D. Manfaat...1

BAB II: PEMBAHASAN...2

A. Filsafat Pendidikan Fragmatisme...2

B. Filsafat Pendidikan Nasional...10

BAB III: PENUTUP...17

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman Yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis dan spesial, akan tetapi suatu cara hidup yang kongkret, suatu pandangan hidup yang total tentang manusia dan tentang alam yang menyinari seluruh kehidupan seseorang. Selanjutnya, dengan kehidupan atau perkembangan peradaban manusia dan problema yang di hadapinya, pengertian yang bersifat teoritis seperti yang di lahirkan filsafat Yunani itu kehilangan kemampuan untuk memberi jawaban yang layak tentang kebenaran peradaban itu telah menyebabkan manusia melakukan loncatan besar dalam bidang sains, teknologi, kedokteran dan pendidikan.

Perubahan itu mendorong manusia memikirkan kembali pengertian tentang kebenaran. Sebab setiap terjadi perubahan dalam peradaban akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang berlaku, karena antara perubahan peradaban dengan cara berfikir manusia terdapat hubungan timbal balik.

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik. Karenanya pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan, melalui filsafat kependidikan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Pendidikan Fragmatisme?

2. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Pendidikan Nasional (Pancasila)? C. Tujuan

1. Menjelaskan tentang Filsafat Pendidikan Fragmatisme 2. Menjelaskan tentang Filsafat Pendikan Nasional (Pancasila) D. Manfaat

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Filsafat Pendidikan Fragmatisme 1. Pengertian Fragmatisme

Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar yang dibuktikan dirinya sebagai benar dengan perantara akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai benar dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang pragtis yang bermanfaat. Dengan demikian patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”

Kata pragmatisme sering sekali di ucapkan orang. Orang-orang menyebut kata ini biasanya dalam pengertian praktis. Jika orang berkata, rencana ini kurang pragmatis, maka maksudnya adalah rencana ini kurang praktis. Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari pengertian pragmatisme yang sebenarnya, tapi belum menggambarkan keseluruhan pengertian pragmatisme.[2]

Pragmatisme adalah aliran dari filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu adalah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relative tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua.

Pragmatisme dalam perkembanganya mengalami perbedaan kesimpulan walaupun berangkat dari ggasan asal yang sama. Kendati demikian ada tiga patokan yang disetujui aliran pragmatism yaitu, (1) Menolak segala intelektualisme dan (2) Absolutisme, serta (3) Meremehkan logika formal.

(6)

sengketa antara masalah ini di bidang filsafat selalu menyebabkan adanya sementara orang yang menoloknya sebagai suatu masalah yang menyebabkan sementara orang yang lain memandangnya sebagai suatu yang tidak berfaedah.

Penganut pragmatisme menaruh perhatian pada praktek. Mereka memandang hidup manusia sebagai suatu perjuangan untuk hidup yang berlangsung terus-menerus yang di dalamnya terpenting adalah konsekuensi-konsekuensi yang bersifat praktis. Konsekuensi-konsekuensi-konsekuensi yang bersifat praktis tersebut erat hubunganya dengan makna dan kebenaran

2. Tokoh-tokoh Fragmatisme a. William James (1842-1910)

Wiliam James lahir di New York pada tahun 1842 M, anak Hery James,Sr. ayahnya adalah orang yang terkenal, berkedudukan yang tinggi, pemikir yang kreatif, selain kaya keluarganya memang dibekali kemampuan intelektual yang tinggi. Keluarganya juga menerapkan humanisme dalam kehidupan serta mengembangkannya. Ayah James rajin mempelajari manusia dan agama. Pokoknya, kehidupan James penuh dengan masa belajar yang dibarengi usaha yang kreatif untuk menjawab berbagai masalah yang berkenaan dengan kehidupan karya-karyanya antara lain, The Principles of psychology (1890),Thee Will to Belive (1897), the Varietes of Religious Exsperience (1902), dan Pragmatism(1970).[3]

(7)

Nilai pengalaman dalam pragmatisme tergantung pada akibatnya, kepada kerjanya artinya tergantung dari keberhasilan dari perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar jikalau bermanfaat bagi pelakunya jika memperkaya hidup serta kemungkinan-kemungkinan hidup.

Di dalam bukunya, the Varietes of Religious Exsperience atau keaneka ragaman pengalaman keagamaan, James mengemukakan bahwa gejala keagamaan itu berasal dari kebutuhan-kebutuhan perorangan yang tidak disadari, yang mengungkapkan diri didalam kesadaran dengan cara yang berlainan , barang kali didalam bawah sadar kita, kita menjumpai suatu realistis cosmis yang lebih tinggi tetapi hanya sebuah kemungkinan saja. Sebab tiada sesuatu yang meneguhkan hal itu secara mutlak. Bagi orang perorang kepercayaan terhadap suatu realistis cosmis yang lebih tinggi merupakan nilai subyektif yang relative, sepanjang kepercayaan itu memberikan kepercayaan penghiburan rohani, penguatan keberanian hidup perasaan damai keamanan dan kasih kepada sesama dan lain-lain.

James membawakan pragmatisme. Isme ini diturunkan kepada Dewey yang mempraktekannya kedalam pendidikan. Pemdidikan menghasilkan orang Amerika sekarang. Dengan kata lain orang yang paling bertanggungjawab terhadap gernerasi Amerika sekarang adalah Wiliam James dan John Dewey. Apa yang merusak dari filsafat mereka itu? Satu saja yang kita sebut : Pandanganbahwa tidak ada hokum moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final. Ini berakibat subyektivisme, individualisme, dan dua ini sudah cukup untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan, bahkan manusianya itu sendiri.

b. John Dewey (1859-1952)

(8)

Sebagai pengikut pragmatism John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengaruh bagi kehidupan nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisik yang kurang praktis tidak ada faedahnya. Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalisme. Pengalaman adalah salah satu kunci dalam filsafat instrumentalisme. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara aktif kritis. Dengan demikian filsafat akan akan dapat menyusun norma-norma dan nilai-nilai.

Instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan penyimpulan-penyimpulan dalan bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu berfungsi dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.

Menurut Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaannya. Sikap Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meneliti tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme. Pertama, kata “temporalisme” yang berarti ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu. Kedua, kata “futurisme” mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari kemaren. Ketiga, kata “milionarisme” berarti dunia dapat diubah lebih baik dengan tenaga kita. Pandangan ini dianut oleh Wiliam James. 3. Kritik Terhadap Fragmatisme

Kekiliruan pragmatism dapat di buktikan dalam tigatataran pemikiran : a. Kritik dari segi landasan pragmatism

Pragmatisme dilandaskan pada pemikiran dasar (Aqidah) pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme). Hal ini Nampak dari perkembangan historis kemunculan pragmatisme yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari empirisme. Dengan demikian dalam konteks idiologis, pragmatisme berarti menolak agama sebagai sumber ilmu pengetahuan.

(9)

terwujud di antara dua pemikiran yang berbeda (tapi masih mempunyai azas yang sama). Namun penyelesaian seperti ini tidak akan terwujud di antara dua pemikiran yang kontradiktif. Sebab dalam hal ini hanya ada dua kemungkinan. Yang pertama adalah mengakui keberadaan Al Khaliq yang menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan. Dan dari sinilah dinahas apakah Al Khaliq telah menentukan suatu peraturan tertentu dan manusia diwajibkan untuk melaksanakanya dalam kehidupan dan apakah Al Khaliq akan menghisab manusia setelah mati megenai kriterianya terhadap peraturan Al Khaliq ini. Sedang yang kedua adalah mengingkari keberadaan Al Khaliq. Dan dari sinilah dapat dicapai kesimpulan, bahwa agama tidak perlu lagi dipisahkan dari kehidupan,tapi bahkan terus dibuang dari kehidupan.

b. Kritik dari segi metode pemikiran

Pragmatisme yang tercabang dari Emperisme Nampak jelas menggunakan metode Ilmiyah yang menjadikan sebagai asas berfikir untuk segala bidang pemikiran baik yang berkenaan dengan saint danteknologi maupun ilmu-ilmu sosial kemasyarakatan ini adalah satu kekeliruan.

c. Kritik terhadap pragmatisme itu sendiri

Pragmatisme adalah aliran yang mengukur kebenaran suatu ide dengan kegunaan praktis yang dihasilkanya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ide ini keliru dari tiga sisi.

(10)

Kedua, pragmatisme menafikan peran manusia. Menetapkan kebenaran sebuah ide adalah aktivitas intelektual dengan menggunakan standar-standar tertentu. Sedang penetapan kepuasan manusia dalam pemenuhan kebutuhannya adalah sebuah identivikasi instinktif. Memang indentifikasi instinktif dapat menjadi ukuran kepuasan manusia dalam pemuasan hajatnya, tapi tak dapat menjadi ukuran kebenaran sebuah ide. Maka, pragmatisme telah menafikan aktivitas intelektual dan menggantinya dengan identifikasi instinktif. Atau dengan kata lain, pragmatisme telah menundukan keputusan akal kepada kesimpulan yang dihasilkan dari identifikasi instinktif.

Ketiga, pragmatisme menimbulkan relativitas dan kenisbian kebenaran sesuai dengan kebenaran subyek penilaian ide, baik individu, kelompok, maupun masyarakat dan perubahan kontek waktu dan tempat. Dengan kata lain kebenaran hakiki pragmatisme baru dapat dibuktikan menurut pragmatisme itu sendiri setelah melalui pengujian kepada seluruh manusia dalam seluruh waktu dan tempat. Dan ini mustahil dan tak akan pernah terjadi. Maka, pragmatisme telah menjelaskan ikonsistensi internal yang dikandungnya dan menafikan dirinya sendiri.

4. Daya Tarik Fragmatisme

Dengan sejumlah cara pragmatisme merupakan sebuah ajaran yang menarik bagi sementara orang. misalnya, paham tersebut menitik beratkan pada pengalaman dan bersifat naturalistik, tetapi sekaligus menyerahkan tugas yang nyata-nyata bersifat kraetif kepada orang yang memperoleh pengetahuan. Pragmatisme bersangkutan dengan masalah-masalah mengenai organisme di dalam perjuangan untuk kelangsungan hidupnya, dan menjadikan penyelesaian masalah sebagai pendorong bagi tingkah laku, dan karenanya sebagai kunci bagi semua penafsiran kefilsafatan.

(11)

makna dan kebenaran berdasarkan atas proses yang hidup dari penyelesaian masalah. Hal ini sangat menarik bagi banyak orang, khususnya bagi mereka yang ingin mengubah dunia.

5. Filsafat Fragmatisme dalam Pendidikan

Sejak dahulu hingga dewasa ini, dunia pendidikan selalu membuka diri terhadap kemungkinan diterapkannya suatu format pendidikan yang ideal untuk menjawab permasalahan global. Banyak teori telah diadopsi untuk mencapai tujuan tersebut. Termasuk teori pragmatis dari aliran Filsafat pragmatisme mencoba mengisi ruang dan waktu untuk turut mencari solusi terbaik terhadap model pendidikan yang dianggap selangkah ketinggalan dengan perkembangan pola pikir manusia itu sendiri.

Seiring dengan perkembangan, dunia pendidikan berupaya menyelaraskan antara eksplorasi pikiran manusia dengan solusi tindakan bersama perangkatnya untuk mencapai puncak temuan. Tekanan utama pragmatisme dalam pendidikan selalu dilandaskan bahwa subjek didik bukanlah objek, melainkan subjek yang memiliki pengalaman. Setiap subjek didik tidak lain adalah individu yang mengalami sehingga mereka berkembang, serta memiliki insiatif dalam mengatasi problem-problem hidup yang mereka miliki.

Dalam pelaksanaannya, pendidikan pragmatisme mengarahkan agar subjek didik saat belajar di sekolah tak berbeda ketika ia berada di luar sekolah. Oleh karenanya, kehidupan di sekolah selalu disadari sebagai bagian dari pengalaman hidup, bukan bagian dari persiapan untuk menjalani hidup. Di sini pengalaman belajar di sekolah tidak berbeda dengan pengalaman saat ia belajar di luar sekolah. Pelajar menghadapi problem yang menyebabkan lahirnya tindakan penuh dari pemikiran yang relative. Di sini kecerdasan disadari akan melahirkan pertumbuhan dan pertumbuhan akan membawa mereka di dalam beradaptasi dengan dunia yang berubah. Ide gagasan yang berkembang menjadi sarana keberhasila.

(12)

terlibat dalam masalah dan pemecahanya. Anak akan terlatih bertanggung jawab terhadap beban dan kewajiban masing-masing. Sementara, guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Model pembelajaran ini berupaya membangkitkan hasrat anak untuk terus belajar, serta anak dilatih berpikir secara logis. Sebagaimana yang diungkap oleh Power (Sadulloh, 2003:133) bahwa, implikasi dari filsafat pendidikan pragmatisme terhadap pelaksanaan pendidikan mencakup tiga hal pokok. Ketiga hal pokok tersebut, yaitu:

1) Tujuan Pendidikan, tujuan pendidikan pragmatisme adalah memberikan

pengalaman untuk penemuan hal-hal baru dalam hidup sosial dan pribadi.

2) Kedudukan Siswa, kedudukan siswa dalam pendidikan pragmatisme

merupakan suatu organisasi yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh.

3) Kurikulum, kurikulum pendidikan pragmatis berisi pengalaman yang teruji

yang dapat diubah. Demikian pula minat dan kebutuhan siswa yang dibawa ke sekolah dapat menentukan kurikulum. Guru menyesuaikan bahan ajar sesuai dengan minat dan kebutuhan anak tersebut.

4) Metode, metode yang digunakan dalam pendidikan pragmatisme adalah

metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja), serta metode pemecahan masalah (problem solving method), serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiri and discovery method). Dalam praktiknya (mengajar), metode ini membutuhkan guru yang memiliki sifat pemberi kesempatan, bersahabat, seorang pembimbing, berpandangan terbuka, antusias, kreatif, sadar bermasyarakat, siap siaga, sabar, bekerjasama, dan bersungguh-sungguh agar belajar berdasarkan pengalaman dapat diaplikasikan oleh siswa dan apa yang dicita-citakan dapat tercapai.

5) Peran Guru. Peran guru dalam pendidikan pragmatisme adalah mengawasi

dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat dan kebutuhannya.

(13)

sosial, setiap orang dalam suatu masyarakat juga diberi kesempatan untuk terlibat dalam setiap pengambilan keputusan pendidikan yang ada. Keputusan-keputusan tersebut kemudian mengalami evaluasi berdasarkan situasi-situasi sosial yang ada.

B. Filsafat Pendidikan Nasional

(14)

memberi petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan kelima sila dari pancasila. Bagi bidang pendidikan, hal ini sangat penting karena akan terdapat kepastian nilai yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Petunjuk pengamalan Pancasila tersebut dapat pula disebut sebagai 36 butir nilai-nilai Pancasila sebagai berikut:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

2. Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan pemeluk-pemeluk kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup. 3. Saling menghormati kebebasan menjalankann ibadah sesuai dengan agama

dan kepercayaannya.

4. Tidak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan kepada orang lain. 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab

5. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesame manusia.

6. Saling mencintai sesama manusia. 7. Mengembangkan sikap tenggang rasa 8. Tidak semena-mena terhadap orang lain. 9. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. 10. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 11. Berani membela kebenaran dan keadilan.

12. Bangsa Indonesia merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

3) Persatuan Indonesia

13. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

(15)

16. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.

17. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

18. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. 19. Tidak memaksakan kehendaknya kepada orang lain.

20. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

21. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. 22. Dengan itikad baik dam rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan

hasil keputusan musyawarah.

23. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

24. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

25. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan nuansa kekeluargaan dan bergotong royong.

26. Bersikap riil.

27. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. 28. Menghormati hak-hak orang lain.

29. Suka memberi pertolongan kepada orang lain. 30. Menjauhi sikap pemerasan kepada orang lain. 31. Tidak bersifat boros.

32. Tidak bergaya hidup mewah.

33. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum. 34. Suka bekerja keras.

(16)

36. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

2. Implikasi Pancasila Terhadap Pendidikan

Pancasila sebagai sistem filsafat, yang diakui dan diterima oleh Bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup. Dengan demikian, pancasila harus dijadikan pedoman dalam kelakuan dan pergaulan sehari-hari. Sebagaimana telah dirumuskan oleh Presiden Soekarno, Pancasila pada hakikatnya telah hidup sejak dahulu dalam moral, adat istiadat, dan kebiasaan masyarakat Indonesia.

Cara kerja dan hasil filsafat Pancasila dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan tersebut, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan. Pendidikan membutuhkan filsafat Pancasila. Mengapa pendidikan membutuhkan filsafat Pancasila? Karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks.

Pancasila yang ditetapkan oleh para pendiri negara memuat nilai-nilai luhur dan mendalam, yang menjadi pandangan hidup dan dasar negara. Nilai-nilai dalam pancasila dapat digunakan menjadi dasar dalam mengembangkan dan melaksanakan pendidikan. Filsafat Pancasila diimplikasikan dalam pendidikan dapat memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berdasarkan pada Pancasila dapat mencapai tujuan pendidikan yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Misalkan kita memperkenalkan konsep “Cara Belajar Siswa Aktif”. Dapat kita kaji konsep tersebut dengan cara menganalisis dari sudut pandang falsafah Pancasila.

(17)

a. Tujuan Pendidikan

Pandangan Panasila tentang hakikat realitas, manusia, pengetahuan dan hakikat nilai mengimplikasikan bahwa pendidikan seyogyanya bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif,mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggu jawab. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan tersebut hendaknya kita sadari betul,sehingga pendidikan yang kita selenggarakan bukan hanya untuk mengembangkan salah satu potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu saja, bukan hanya untuk terampil bekerja saja, dsb, melainkan demi berkembangnya seluruh potensi peserta didik dalam konteks keseluruhan dimensi kehidupannya secara integral.

b. Kurikulum Pendidikan

Kurikulum pendidikan, melaksanakan kurikulum yang komprehensif, memadukan antara teori dan praktek. Wawasan kurikulum yang dikembangkan adalah: (1) Wawasan budaya bangsa berdasar pada kondisi sosio-budaya masyarakat dan negara Indonesia, (2) Wawasan ideologi dan pandangan hidup Pancasila, (3) Wawasan kemajuan Ilmu dan Teknologi, (4) Wawasan religius dan keimanan, (5) Wawasan Pembangunan Nasional, (6) Wawasan ketahanan bangsa, (7) Proses belajar dan mengajar, mengembangkan proses komunikasi diagonal (interaksi aktif). Mengembangkan Cara Belajar Siswa Aktif.

c. Metode Pendidikan

(18)

d. Peranan Pendidik dan Peserta Didik

Ada berbagai peranan dan peserta didik yang harus dilaksanakannya, namun pada dasarnya berbagai peranan tersebut tersurat dan tersirat dalam semboyan:”ing ngarso sung tulodo” artinya pendidik harus memberikan atau menjadi teladan bagi peserta didiknya;’ing madya mangun karso”, artinya pendidik harus mampu membangun karsa pda diri peserta didiknya; dan “tut wuri handayani”artinya bahwa sepanjang tidak berbahaya pendidik harus memberi kebebasan atau kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri. Hakekat anak didik adalah bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri selaras dengan wawasan pendidikan sepanjang haya. Hakekat guru sebagai pendidik adalah agen perubahan, berfungsi sebagai pemimpin dan pendukung serta pengembang nilai-nilai hidup di masyarakat, sebagai fasilitator dan bertanggung jawab atas tujuan belajar.

e. Orientasi Pendidikan

(19)

Mappadjantji Amien,2005).Perubahan merupakan suatu keharusan atau kenyataan yang tidak dapat kita tolak, sehingga para peserta didik harus dididik untuk menguasainya dan bukan sebaliknya, mereka ,menjadi dikuasai oleh perubahan.

f. Fungsi pendidikan nasional Indonesia

Fungsi pendidikan nasionalIndonesiaadalah untuk mengembangkan warga negaraIndonesia, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, mengembangkan bangsaIndonesiadan mengembangkan kebudayaan Indonesia

g. Unsur-unsur pokok pendidikan nasional

Unsur-unsur pokok pendidikan nasional adalah pendidikan pancasila, pendidikan agama, pendidikan watak dan kepribadian, pendidikan bahasa, pendidikan kesegaran jasmani, pendidikan kesenian, pendidikan ilmu pengetahuan, pendidikan keterampilan, pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan kesadaran bersejarah.

h. Asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional

(20)

BAB III

PENUTUP

Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Filosuf yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatisme adalah William James dan John Dewey. Seperti dengan aliran-aliran filsafat pada umumnya, pragmatisme juga memiliki kekeliruan sehingga menimbulkan kritik-kritik terhadap aliran filsafat ini. Kekeliruan pragmatisme dapat dibuktikan dalam tiga tataran pemikiran: (1) kritik dari segi landasan ideologi pragmatisme, (2)kritik dari segi metode pemikiran, dan (3) kritik terhadap pragmatisme itu sendiri.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahadja, Umar dan S. L. La Sulo. 2005.Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Ariansyah, Novia Sartika. 2011. Filsafat Pendidikan Nasional: Pancasila.

http://kristianawidi.blogspot.co.id/2012/02/makalah-pragmatisme.html. (Diakses 6 November 2015)

Burhanudin, Afid. 2013. Pragmatisme Dalam Pendidikan.

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/07/pragmatisme-dalam-pendidikan/. (Diakses 6 November 2015)

Wijaya, Intan. 2014. Filsafat Pragmatisme Sebagai Landasan Pendidikan.

https://www.academia.edu/9688299/ALIRAN_FILSAFAT_PRAGMATISME. (Diakses 6 November 2015)

Munandar, Rizqi. 2013. Filsafat Pendidikan Nasional Pancasila.

Referensi

Dokumen terkait

Bapak Ahmad Jazuli, M.Kom, selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika Universitas Muria Kudus dan selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan

Peluang usaha dari olahan biji mangga ini bisa menghasilkan profit yang sangat menguntungkan karena bahan yang digunakan adalah limbah, yang dalam perolehan bahan bakunya

Kanak-kanak mampu menjelaskan persepsi mereka dan menyusun pengalaman melalui aktiviti yang sesuai, apabila persekitaran mereka disusun secara lengkap dengan pelbagai

Cara penyampaian pelajaran dengan cara satu arah akan menimbulkan kebosanan bagi siswa, karena siswa akan menjadi pasif (bersifat menerima saja) tentang apa yang

Berdasarkan wawancara awal bahwa proses pembelajaran Aqidah Ahlak sudah dilaksanakan sesuai dengan tujuan pendidikan tapi pada kenyataanya prestasi belajarnya masih

Suatu Sekolah Kristen,” Polyglot: Jurnal Ilmiah 13, no. 45 Knight, Filsafat dan Pendidikan: Sebuah Pendahuluan Dari Perspektif Kristen, 249.. Berdasarkan pemaparan teori

Di Kota Bandung belum tumbuh perasaan kewargaan yang kuat yang mengikat, baik orang Sunda maupun bukan-Sunda sebagai warga kota, meskipun ada juga potensinya