• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Kompensasi yang Sesuai dan Pemunculan Whistleblower terhadap Pengungkapan Kecurangan: Survei pada Kantor PPPPTK IPA Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Kompensasi yang Sesuai dan Pemunculan Whistleblower terhadap Pengungkapan Kecurangan: Survei pada Kantor PPPPTK IPA Bandung."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

Deceitfulness or commonly referred as a fraud is done with a variety of modes and growing over time. With granting the appropriate compensation to the employee as well as the appearance of the whistleblower figure, may reduce the risk of fraud and to assist organizations efforts in fraud disclosures that are being or will occur. The purpose of this study was to know the influence of granting the appropriate compensation and the appearance of whistleblowers to the fraud disclosure on the organization. Judging from the goal, this study includes into descriptive research. The analytical method used is a quantitative method. The study was conducted using a survey technique by distributing questionnaires to 44 civil servants who work in PPPPTK IPA Bandung office with simple random sampling method, and then tested the validity and reliability of the data that has been obtained. The results of this research showed that the appropriate granting compensation and the appearance of whistleblowers affect the fraud disclosure. This is evident from the results of simultaneous F test shows that the Fvalue (36,755) was bigger than the Ftable (3,23). Also based on the results of multiple regression output, the magnitude of the coefficient determination indicates the percentage of the influence of the appropriate compensation granting and the appearance of whistleblower against the fraud disclosure amounted to 64,2%.

(2)

ABSTRAK

Kecurangan atau yang sering disebut sebagai fraud dilakukan dengan beragam modus dan semakin berkembang seiring perkembangan zaman. Dengan pemberian kompensasi yang sesuai kepada pegawai serta dengan hadirnya sosok whistleblower, dapat mengurangi resiko terjadinya kecurangan serta dapat membantu organisasi dalam usaha pengungkapan kecurangan yang sedang atau akan terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kompensasi yang sesuai dan pemunculan whistleblower terhadap pengungkapan kecurangan pada organisasi. Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini termasuk kedalam penelitian deskriptif. Metode analisis yang digunakan adalah metode kuantitatif. Penelitian dilakukan menggunakan teknik survei dengan menyebarkan kuesioner kepada 44 pegawai negeri sipil yang bekerja pada kantor PPPPTK IPA Bandung dengan metode simple

random sampling, kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap data

yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan pemberian kompensasi yang sesuai dan pemunculan whistleblower berpengaruh terhadap pengungkapan kecurangan. Hal ini terbukti dari hasil uji F secara simultan menunjukkan bahwa Fhitung (36,755)

lebih besar daripada Ftabel (3,23). Selain itu berdasarkan output regresi berganda, hasil

koefisien determinasi menunjukkan persentase besarnya pengaruh pemberian kompensasi yang sesuai dan pemunculan whistleblower terhadap pengungkapan kecurangan adalah sebesar 64,2%.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………...i

HALAMAN PENGESAHAN….. ………....ii

SURAT PERYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ………..iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... ………11

2.1. Kompensasi ... 11

2.1.1. Pengertian Kompensasi ... 11

2.1.2. Fungsi dan Tujuan Kompensasi ... 12

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Kompensasi .... 14

2.1.4. Jenis-Jenis Kompensasi ... 16

(4)

2.2. Auditing ... 19

2.2.1. Pengertian Auditing ... 19

2.2.2. Jenis-Jenis Audit ... 20

2.2.3. Prosedur Audit ... 23

2.2.4. Audit Internal ... 25

2.2.4.1. Pengertian Audit Internal ... 25

2.2.4.2. Tujuan, Fungsi, dan Ruang Lingkup Audit Internal ... 26

2.3. Audit Investigasi ... 27

2.3.1. Pengertian Audit Investigasi ... 28

2.3.2. Jenis-Jenis Audit Investigasi ... 29

2.3.3. Tujuan Audit Investigasi ... 30

2.3.4. Metodologi Audit Investigasi ... 31

2.4. Whistleblower ... 33

2.4.1. Pengertian Whistleblower ... 33

2.4.2. Manfaat Whistleblowing System ... 35

2.4.3. Kategorisasi Whistleblower ... 36

2.4.4. Sistem Pelaporan dan Perlindungan Whistleblower ... 38

2.5. Kecurangan/Fraud ... 45

2.5.1. Pengertian Kecurangan/Fraud ... 45

2.5.2. Klasifikasi Kecurangan/Fraud ... 47

2.5.3. Faktor Penyebab Kecurangan/Fraud ... 49

2.5.4. Pencegahan Kecurangan (Fraud Prevention) ... 51

2.5.5. Pendeteksian Kecurangan (Fraud Detection) ... 54

2.6. Kerangka Pemikiran, Penelitian Terdahulu, dan Pengembangan Hipotesis ... 56

2.6.1. Kerangka Pemikiran ... 56

2.6.2. Penelitian Terdahulu ... 57

(5)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 60

3.1. Objek Penelitian ... 60

3.2. Metode Penelitian ... 60

3.2.1. Metode dan Jenis Penelitian ... 60

3.2.2. Jenis dan Sumber Data ... 62

3.2.2.1. Jenis Data ... 62

3.2.2.2. Sumber Data ... 63

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 63

3.4. Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel Penelitian ... 65

3.4.1. Populasi ... 65

3.4.2. Teknik Sampling ... 66

3.4.3. Sampel ... 67

3.5. Operasionalisasi Variabel ... 68

3.6. Teknik Pengembangan Instrumen... 73

3.7. Method of Succesive Interval (MSI) ... 74

3.8. Pengujian Data ... 76

3.8.1. Uji Validitas ... 76

3.8.1.1. Uji Validitas Variabel Pemberian Kompensasi Yang Sesuai (X1) ... 77

3.8.1.2. Uji Validitas Variabel Pemunculan Whistleblower (X2) ... 79

3.8.1.3. Uji Validitas Variabel Pengungkapan Kecurangan (Y) ... 80

3.8.2. Uji Reliabilitas ... 82

3.9. Teknik Analisis Data... 83

3.9.1. Koefisien Korelasi ... 83

3.9.2. Regresi Linier Sederhana (Simple Regression) ... 86

(6)

3.9.4. Koefisien Determinasi ... 87

3.9.5. Pengujian Hipotesis ... 88

3.10. Penetapan Tingkat Signifikan ... 91

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 92

4.1. Gambaran Umum Instansi ... 92

4.1.1. Sejarah dan Lokasi PPPPTK IPA ... 92

4.1.2. Visi dan Misi PPPPTK IPA ... 93

4.1.3. Tugas, Fungsi, Nilai-Nilai, dan Semboyan PPPPTK IPA ... 94

4.1.4. Logo PPPPTK IPA ... 95

4.1.5. Manajemen dan Organisasi PPPPTK IPA ... 96

4.1.6. Job Description PPPPTK IPA ... 97

4.2. Profil dan Demografi Responden... 103

4.2.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 105

4.2.2. Responden Berdasarkan Usia ... 105

4.2.3. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 106

4.2.4. Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 106

4.3 Analisis Tanggapan Responden ... 107

4.3.1. Analisis Tanggapan Responden Mengenai Pemberian Kompensasi Yang Sesuai ... 109

4.3.2. Analisis Tanggapan Responden Mengenai Pemunculan Whistleblower ... 112

4.3.3. Analisis Tanggapan Responden Mengenai Pengungkapan Kecurangan ... 115

4.4. Hasil Analisis Data ... 119

(7)

4.4.1.1. Korelasi Sederhana ... 120

4.4.1.2. Regresi Linier Sederhana ... 121

4.4.1.3. Koefisien Determinasi ... 122

4.4.1.4. Pengujian Hipotesis ... 123

4.4.2. Pengujian Data Penelitian Secara Parsial Antara Pemunculan Whistleblower terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 124

4.4.2.1. Korelasi Sederhana ... 124

4.4.2.2. Regresi Linier Sederhana ... 125

4.4.2.3. Koefisien Determinasi ... 126

4.4.2.4. Pengujian Hipotesis ... 127

4.4.3. Pengujian Data Penelitian Secara Simultan Antara Pemberian Kompensasi Yang Sesuai dan Pemunculan Whistleblower Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 128

4.4.3.1. Korelasi Berganda ... 128

4.4.3.2. Regresi Linier Berganda ... 130

4.4.3.3. Koefisien Determinasi ... 131

4.4.3.4. Pengujian Hipotesis ... 132

4.5. Pembahasan... 133

4.5.1. Pemberian Kompensasi Yang Sesuai Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 133

4.5.2. Pemunculan Whistleblower Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 134

4.5.3. Pemberian Kompensasi Yang Sesuai dan Pemunculan Whistleblower Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 137

5.1. Kesimpulan ... 137

(8)

DAFTAR PUSTAKA ... 141

LAMPIRAN ... 144

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Fraud Triangle ... 50

Gambar 2.2 Model Kerangka Pemikiran ... 56

Gambar 4.1 Logo PPPPTK IPA ... 95

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Pelaporan dan Pengaduan ... 35

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ... 57

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 70

Tabel 3.2 Bobot Pertanyaan Kuesioner ... 74

Tabel 3.3 Hasil Pengujian Validitas Variabel Pemberian Kompensasi Yang Sesuai (X1) ... 77

Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Lanjutan Variabel Pemberian Kompensasi Yang Sesuai (X1) ... 78

Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Pemunculan Whistleblower (X2) ... 79

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Lanjutan Variabel Pemunculan Whistleblower (X2) ... 79

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengungkapan Kecurangan (Y) ... 80

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Lanjutan Variabel Pengungkapan Kecurangan (Y) ... 81

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 83

Tabel 3.10 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 85

Tabel 4.1 Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 104

Tabel 4.2 Jabatan/Bagian dan Jumlah Responden ... 104

Tabel 4.3 Pengelompokan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 105

Tabel 4.4 Pengelompokan Responden Berdasarkan Usia ... 105

Tabel 4.5 Pengelompokan Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 106

(11)

Tabel 4.7 Bobot Pertanyaan Kuesioner ... 108

Tabel 4.8 Interpretasi Jawaban Responden Dengan Interval ... 108

Tabel 4.9 Tanggapan Responden Dimensi Kompensasi Keuangan... 109

Tabel 4.10 Tanggapan Responden Dimensi Kompensasi Non Keuangan ... 110

Tabel 4.11 Tanggapan Responden Dimensi Lingkungan Eksternal Pegawai... 112

Tabel 4.12 Tanggapan Responden Dimensi Lingkungan Internal Pegawai ... 114

Tabel 4.13 Tanggapan Responden Dimensi Menciptakan dan Mengembangkan Budaya Yang Menghargai Kejujuran dan Nilai-Nilai Etika Yang Tinggi ... 116

Tabel 4.14 Tanggapan Responden Dimensi Penerapan dan Evaluasi Proses Pengendalian Anti Kecurangan ... 117

Tabel 4.15 Tanggapan Responden Dimensi Pengembangan Proses Pengawasan (Oversight Process) ... 118

Tabel 4.16 Hasil Uji Korelasi Pemberian Kompensasi Yang Sesuai Dengan Pengungkapan Kecurangan ... 121

Tabel 4.17 Hasil Uji Regresi Sederhana Pemberian Kompensasi Yang Sesuai Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 122

Tabel 4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi Pemberian Kompensasi Yang Sesuai Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 123

Tabel 4.19 Hasil Uji Hipotesis (Uji t) Pemberian Kompensasi Yang Sesuai Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 124

Tabel 4.20 Hasil Uji Korelasi Pemunculan Whistleblower Dengan Pengungkapan Kecurangan ... 125

Tabel 4.21 Hasil Uji Regresi Sederhana Pemunculan Whistleblower Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 126

(12)

Tabel 4.23 Hasil Uji Hipotesis (Uji t) Pemunculan Whistleblower

Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 128

Tabel 4.24 Hasil Uji Korelasi Pemberian Kompensasi Yang Sesuai dan

Pemunculan Whistleblower Dengan Pengungkapan Kecurangan ... 129

Tabel 4.25 Hasil Uji Regresi Berganda Pemberian Kompensasi Yang Sesuai

dan Pemunculan Whistleblower Terhadap Pengungkapan

Kecurangan ... 130

Tabel 4.26 Hasil Uji Koefisien Determinasi Pemberian Kompensasi Yang

Sesuai dan Pemunculan Whistleblower Terhadap Pengungkapan

Kecurangan ... 131

Tabel 4.27 Hasil Uji Hipotesis (Uji F) Pemberian Kompensasi Yang

Sesuai dan Pemunculan Whistleblower Terhadap Pengungkapan

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Kuesioner ... 145

Lampiran B Tabulasi Kuesioner ... 152

Lampiran C Output SPSS ... 164

Lampiran D Tabel r Product Moment, Distribusi t, dan Distribusi F ... 191

Lampiran E Surat Permohonan Izin Penelitian ... 195

Lampiran F Surat Pemberian Izin Penelitian ... 196

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Tindakan kecurangan saat ini terus terjadi. Kecurangan atau yang sering

disebut sebagai fraud dilakukan dengan beragam modus dan semakin berkembang

seiring perkembangan zaman. Kecurangan/fraud adalah penipuan kriminal yang

dilakukan untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu (Jack Bologna, Robert

J. Lindquist, dan Joseph T. Wells dalam Amin Widjaja Tunggal, 2005:1). Kriminal

disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat.

Dan dari tindakan jahat tersebut, ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya

secara finansial. Kecurangan didorong oleh tindakan individu untuk memaksimalkan

keuntungan pribadi. Tindakan tersebut didorong oleh ketidakpuasan individu atas

kompensasi atau imbalan yang mereka peroleh dari pekerjaan yang mereka kerjakan.

Pemberian kompensasi yang sesuai diharapkan dapat membuat seorang individu

merasa tercukupi sehingga individu tersebut tidak melakukan tindakan yang

merugikan organisasi seperti melakukan tindakan kecurangan. Selain itu,

kecenderungan seseorang untuk melakukan kecurangan dipengaruhi oleh ada atau

tidaknya peluang untuk melakukan hal tersebut. Peluang yang besar membuat

kecenderungan melakukan kecurangan lebih sering terjadi. Peluang tersebut dapat

dikurangi dengan sistem pengendalian internal yang baik. Pengendalian internal yang

baik dapat mengurangi atau bahkan menutup peluang untuk melakukan

(15)

BAB I PENDAHULUAN 2

kecurangan di samping karena adanya dorongan dan peluang untuk melakukan

kecurangan tersebut adalah pengendalian internal.

Fenomena lain yang akhir-akhir ini banyak berkembang adalah adanya

pelapor dari kecurangan yang terjadi. Para pelapor ini disebut sebagai whistleblower.

Pada dasarnya whistleblower (pelapor pelanggaran) adalah karyawan dari organisasi

itu sendiri (pihak internal), akan tetapi tidak tertutup adanya pelapor yang berasal

dari pihak eksternal (pelanggan, pemasok, atau masyarakat). Pelapor seyogyanya

memberikan bukti, informasi, atau indikasi yang jelas atas terjadinya pelanggaran

yang dilaporkan sehingga dapat ditelusuri dan ditindaklanjuti (Tuanakotta,

2010:611).

Umumnya, pendeteksian dan pengevaluasian kecurangan di dalam suatu

organisasi adalah meruapakan tugas dari auditor internal. Akan tetapi semua pihak di

dalam organisasi dapat turut berperan dalam pengungkapan kecurangan dengan menjadi

seorang whistleblower. Namun praktik pelaporan dan perlindungan terhadap

whistleblower bukan tanpa tantangan. Di tengah minimnya perlindungan hukum di

Indonesia, seorang whistleblower dapat terancam karena laporan atau kesaksiannya atas

dugaan pelanggaran dan kejahatan yang terjadi. Pihak-pihak yang merasa dirugikan

kemungkinan besar akan memberikan perlawanan untuk mencegah whistleblower

memberikan laporan atau kesaksian. Bahkan tak menutup kemungkinan mereka yang

merasa dirugikan dapat mengancam dan melakukan pembalasan dendam. Dorongan

bagi para whistleblower ini agar dapat lebih termotivasi dalam mengungkap

kecurangan yang terjadi dapat berupa pemberian kompensasi yang sesuai yang

(16)

BAB I PENDAHULUAN 3

Kompensasi yang diberikan oleh organisasi atau perusahaan dapat berupa

kompensasi keuangan maupun kompensasi non keuangan. Kompensasi keuangan

adalah segala bentuk balas jasa yang dapat diterima oleh karyawan dan dapat

dihitung dalam satuan moneter atau mata uang seperti gaji dan tunjangan (Gary

Dessler,2007:46). Sedangkan, kompensasi non keuangan adalah kepuasan yang

diterima seseorang dari pekerjaan itu sendiri atau dari lingkungan psikologis dan atau

fisik tempat orang tersebut bekerja, dan tidak dapat dihitung dalam satuan moneter

atau mata uang seperti rekan kerja yang menyenangkan, kebijakan yang diterapkan,

kondisi kerja yang nyaman, penyediaan kafetaria, serta pujian dan penghargaan

(R. Wayne Mondy,2008:5).

Untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif tentunya tidak dengan

begitu saja dapat diwujudkan oleh organisasi. Organisasi harus mampu memberikan

motivasi kepada para pegawainya agar terdorong untuk melaksanakan tugasnya dan

dapat meningkatkan produktivitas organisasi secara menyeluruh .

Salah satu jalan untuk memotivasi pegawai agar dapat diberdayakan seefektif

dan seefisien mungkin guna meningkatkan produktivitas organisasi adalah dengan

jalan pemberian kompensasi kepada mereka. Hal ini diharapkan dapat membentuk

suatu pola hubungan baik antara para pegawai dan organisasi dimana para pegawai

akan berpikir bahwa organisasi tempat dimana mereka bekerja bisa memahami serta

mengetahui kebutuhan hidup yang menjadi pemicu mengapa mereka bekerja. Jika

pegawai merasa bahwa tingkat kompensasi atau balas jasa yang mereka terima itu

tidak sesuai dengan sumbangan, tenaga dan pikiran yang telah mereka berikan

(17)

BAB I PENDAHULUAN 4

Dampak negatif tersebut dapat berupa pemogokan kerja, tetap bekerja seperti biasa

tetapi melakukan pekerjaan tersebut dengan malas, atau yang lebih ekstrim lagi

adalah karyawan tersebut terstimulus untuk melakukan perbuatan curang atau fraud.

Motivasi sangatlah diperlukan untuk peningkatan kinerja karyawan dalam

suatu organisasi. Salah satunya dalam peranan whistleblower. Pimpinan dapat

memotivasi karyawan untuk menjadi whistleblower demi membeberkan kecurangan

yang terjadi dalam organisasi. Motivasi yang diberikan pimpinan dapat berupa

reward atau penghargaan kepada karyawan ketika berhasil membeberkan

kecurangan yang sudah maupun yang akan terjadi.

Bidang pemerintahan berbeda dengan bidang lainnya seperti industri, baik

manufaktur, dagang ataupun jasa. Dalam suatu lembaga pemerintah, sumber daya

manusia memegang peranan penting dalam keberlangsungan lembaga tersebut,

karena betapapun lengkap dan canggihnya peralatan kerja yang dimiliki oleh

lembaga tanpa adanya tenaga manusia tidak akan berhasil memperoleh tujuan yang

ingin dicapai. Tenaga kerja atau pegawai merupakan sumber daya manusia yang

penting keberadaannya dalam suatu lembaga, tanpa adanya pegawai suatu lembaga

tidak akan berjalan dengan baik.

Menyadari pentingnya sumber daya manusia bagi keberlangsungan hidup dan

kemajuan lembaga, maka lembaga sebaiknya memberikan perhatian khusus pada

pegawainya. Lembaga diharapkan dapat bersikap adil atas apa yang sudah diberikan

pegawai terhadap lembaga. Untuk meningkatkan serta mendorong disiplin kerja

pegawai diperlukan adanya hubungan kerja yang saling menguntungkan antara

(18)

BAB I PENDAHULUAN 5

lembaga memberikan kompensasi yang sesuai baik keuangan maupun non keuangan

sebagai penghargaan atas disiplin kerja yang baik yang sudah diberikan pegawai

terhadap lembaga. Ketika pegawai merasa lembaga sudah bersikap adil terhadapnya,

maka diharapkan individu tersebut tidak melakukan tindakan kecurangan dan

termotivasi untuk menjadi seorang whistleblower dalam hal mencegah dan

mengungkap kecurangan yang sudah terjadi atau yang akan terjadi pada lembaga

tersebut.

Terdapat beberapa metode untuk mendeteksi terjadinya kecurangan. Untuk

tipe kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud) dapat dideteksi

melalui analisis vertikal (vertical analysis), analisis horizontal (horizontal

analysis), dan analisis rasio (ratio analysis). Untuk tipe kecurangan

penyalahgunaan aset (asset misappropriation) dapat dideteksi melalui reviu analitis

(analytical review), sampling statistik (statistical sampling), komplain dari pihak

luar (vendor or outsider complaints), dan observasi ke lapangan (site

visi-observation). Untuk tipe kecurangan korupsi (corruption), dapat dideteksi melalui

karakteristik (red flag) si penerima maupun si pemberi korupsi

(Amrizal,2004:11-15).

Fenomena utama yang ingin penulis teliti adalah berkaitan dengan fenomena

kecurangan yang banyak membelit para pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja

pada organisasi atau instansi pemerintah. Banyak diberitakan akhir–akhir ini baik di

media cetak maupun di media elektronik mengenai banyaknya PNS yang tersangkut

kasus korupsi. Seperti diberitakan pada artikel di finance.detik.com yang diterbitkan

(19)

BAB I PENDAHULUAN 6

Sebagian Besar Berlatar Belakang PNS”, yang didalam artikel tersebut Gubernur

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Republik Indonesia Budi Soesilo

Supandji mengakui bahwa praktik birokrasi di Indonesia masih jauh dari bentuk ideal

dan bersyarat. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus korupsi yang melibatkan PNS.

Budi menyatakan hal tersebut sangat disayangkan karena PNS seharusnya bisa

menjadi makhluk sosial yang berdedikasi, suri tauladan, serta profesional dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Lebih lanjut, modus operandi

yang dilakukan oleh PNS dalam melakukan kecurangan menurut banyak pihak

antara lain pada umumnya adalah berupa penyalahgunaan wewenang. Ini terkait

dengan pengelolaan uang negara untuk pengadaan barang dan jasa.

Penyebab mengapa tumbuh suburnya tindak kecurangan yang dilakukan oleh

PNS sampai saat ini masih menjadi bahan diskusi berbagai pihak. Namun, di dalam

artikel yang diterbitkan oleh Sinar Harapan pada website-nya tertanggal 5 oktober

2013 dengan judul ‘”Gaji PNS Rendah, Korupsi Subur di Pemerintahan”, Direktur

Gratifikasi KPK Giri Suprapdiono berpendapat bahwa dengan gaji yang terbilang

kecil, PNS dipaksa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan itu harus dipenuhinya

selain dari gaji yang didapatkan. Dengan gaji yang terbilang kecil tersebut, PNS

mudah tergoda untuk mendapatkan dengan cara lain, misalnya dengan menggunakan

uang yang bukan haknya. Apa yang diutarakan oleh Giri Suprapdiono tersebut

menurut penulis merupakan salah satu fenomena yang terjadi akibat dari pemberian

kompensasi yang tidak sesuai. Oleh karenanya, pegawai negeri sipil terdorong untuk

merasionalkan tindakannya berbuat curang karena terdorong oleh tekanan dan juga

(20)

BAB I PENDAHULUAN 7

Terkait Whistleblower, pemerintah telah berupaya untuk menetapkan

whistleblower system (sistem penanganan pengaduan). Hal ini penulis baca di

halaman web setkab.go.id dengan judul berita “Lawan Korupsi, Semua Instansi

pemerintah Wajib Tetapkan Tim Whistleblower” yang diterbitkan tanggal 5

Desember 2012. Dalam artikel tersebut, melalui surat edaran Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Nomor :

08/M.PAN-RB/06/2012 tanggal 29 Juni 2012, Azwar Abubakar meminta semua pimpinan

Instansi Pemerintah yang terdiri dari Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintahan Non

Kementrian, Jaksa Agung, Kapolri, pimpinan Kesekretariatan Lembaga, Gubernur;

Walikota; dan Bupati/Walikota agar menyusun, menetapkan, dan melaksanakan

peraturan tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem Penanganan Pengaduan

(Whistleblowing System) di lingkungan masing–masing, dan menetapkan Keputusan

Tim Penerima Pengaduan Whistleblower di lingkungan instansi masing–masing.

Adapun susunan Tim Penerima Pengaduan itu terdiri atas : 1.Penanggung Jawab :

Sekretaris Jendral/ Sekretaris Kementrian/ Sekretaris Utama/ Sekretaris Daerah; 2.

Ketua : Inspektorat Jendral/ Inspektur Utama/ Inspektur, dan 3. Anggota : Para

Pejabat yang dinilai relevan.

Fenomena–fenomena diatas yang kemudian ingin penulis perdalam dan teliti.

Dengan permasalahan tersebut di atas, penulis menganggap begitu penting untuk

membahas bagaimana pengaruh pemberian kompensasi yang sesuai dan pemunculan

whistleblower sebagai variabel independen terhadap pengungkapan kecurangan

sebagai variabel dependen. Pada penelitian ini, penulis meneliti variabel–variabel

(21)

BAB I PENDAHULUAN 8

Kantor Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga

Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) yang merupakan Unit

Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional di bidang

pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan. yang berada di

bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nurjaman (2011) dan Rizki

(2012), memiliki kesamaan baik dari variabel independen dan variabel dependen.

Namun dalam hal ini perbedaannya terletak pada tempat/lokasi yang ditelitinya yaitu

pada PT. PLN Satu Regional Bandung dan Perusahaan AIA Group Financial Kanwil

I. Kedua hasil penelitian sebelumnya adalah adanya pengaruh antara kesesuaian

kompensasi dan pemunculan whistleblower terhadap pengungkapan kecurangan yang

signifikan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk melakukan

penelitian yang kemudian dituangkan dalam bentuk penelitian yang berjudul :

“PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI YANG SESUAI DAN

PEMUNCULAN WHISTLEBLOWER TERHADAP PENGUNGKAPAN

KECURANGAN.”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis

akan mengidentifikasikan masalah sekaligus membatasi permasalahan yang akan

(22)

BAB I PENDAHULUAN 9

1. Bagaimana pengaruh pemberian kompensasi yang sesuai terhadap proses

pengungkapan kecurangan?

2. Bagaimana pengaruh pemunculan whistleblower terhadap proses

pengungkapan kecurangan?

3. Bagaimana pengaruh pemberian kompensasi yang sesuai dan pemunculan

whistleblower terhadap pengungkapan kecurangan?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian kompensasi yang sesuai

terhadap proses pengungkapan kecurangan.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemunculan whistleblower dalam

mengungkap kecurangan yang terjadi.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian kompensasi yang sesuai

dan pemunculan whistleblower terhadap pengungkapan kecurangan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna untuk :

1. Bagi penulis, untuk meningkatkan wawasan juga pengetahuan dalam bidang

ilmu audit internal dan audit investigasi di dalam pengungkapan kecurangan

serta menambah pengalaman dalam pembuatan skripsi dan juga untuk

memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi

(23)

BAB I PENDAHULUAN 10

2. Bagi organisasi khususnya PPPPTK IPA, diharapkan dapat memberikan

informasi yang berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam usaha

mencegah dan mengungkap kecurangan dengan melalui pemberian

kompensasi yang sesuai serta pemunculan whistleblower.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memberikan informasi yang

berguna dan bermanfaat bagi mereka yang dikemudian hari ingin meneliti

lebih lanjut dan ingin lebih mendalami pengaruh antara pemberian

kompensasi yang sesuai dan pemunculan whistleblower untuk mencegah dan

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis laksanakan selama kurang

lebih 3 (tiga) bulan mengenai “Pengaruh Pemberian Kompensasi Yang Sesuai dan

Pemunculan Whistleblower Terhadap Pengungkapan Kecurangan”, dengan survei

pada Kantor Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga

Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK) IPA Kota Bandung, penulis dapat

memberikan kesimpulan yang sekaligus akan menjawab identifikasi masalah pada

bab sebelumnya, yaitu:

1. Pemberian kompensasi yang sesuai berpengaruh terhadap pengungkapan

kecurangan. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil yaitu keeratan

hubungan antara pemberian kompensasi yang sesuai dengan pengungkapan

kecurangan adalah sebesar 0,680 dengan interpretasi kuat dan searah.

Artinya, jika pemberian kompensasi yang sesuai meningkat, maka

pengungkapan kecurangan juga akan ikut meningkat, demikian pula

sebaliknya. Sedangkan persentase besarnya pengaruh antara pemberian

kompensasi yang sesuai terhadap pengungkapan kecurangan adalah sebesar

46,2%.

2. Pemunculan whistleblower berpengaruh terhadap pengungkapan kecurangan.

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil yaitu keeratan hubungan antara

(25)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 138

0,775 dengan interpretasi kuat dan searah. Artinya, jika pemunculan

whistleblower meningkat, maka pengungkapan kecurangan juga akan ikut

meningkat, demikian pula sebaliknya. Sedangkan persentase besarnya

pengaruh antara antara pemunculan whistleblower terhadap pengungkapan

kecurangan adalah sebesar 60%.

3. Pemberian kompensasi yang sesuai dan pemunculan whistleblower

berpengaruh terhadap pengungkapan kecurangan. Berdasarkan hasil

pengujian, diperoleh hasil yaitu keeratan hubungan antara pemberian

kompensasi yang sesuai dan pemunculan whistleblower adalah sebesar 0,686

dengan interpretasi kuat dan searah. Jadi, terdapat hubungan kuat dan searah

antara tiga variabel tersebut. Apabila salah satu variabel meningkat maka

akan meningkatkan variabel lainnya. Sedangkan persentase besarnya

pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara pemberian kompensasi

yang sesuai dan pemunculan whistleblower terhadap pengungkapan

kecurangan adalah sebesar 64,2%.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan, penulis mencoba

untuk mengemukakan saran-saran yang dimaksudkan untuk memberikan bahan

pertimbangan dan masukan pada instansi PPPPTK IPA Bandung, yaitu :

1. Pemberian kompensasi yang sesuai perlu terus ditingkatkan oleh instansi

PPPPTK IPA untuk mengungkap kecurangan yang terjadi. Karena apabila

kompensasi yang diberikan tidak sesuai, akan membuat pegawai terdorong

(26)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 139

mereka rasakan akibat kompensasi yang tidak sesuai. Semakin tidak sesuai

kompensasi yang diberikan maka akan semakin tinggi kemungkinan pegawai

untuk melakukan kecurangan. Sebaliknya ketika pegawai merasa kebutuhan

mereka terpenuhi dengan kompensasi yang mereka terima maka pegawai

tersebut akan lebih termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik

dan mereka merasa pekerjaannnya dihargai oleh instansi, sehingga secara

tidak langsung juga akan meningkatkan loyalitas mereka kepada instansi dan

dapat membantu intansi dalam usaha pengungkapan kecurangan yang sedang

atau akan terjadi pada instansi.

2. Diperlukan peningkatan kepedulian terhadap usaha whistleblowing dalam

lingkungan instansi PPPPTK IPA. Pihak manajemen puncak diharapkan

dapat memperkenalkan kebijakan whistleblowing yang dapat melindungi para

pegawai negeri sipil (PNS) yang ingin melaporkan dugaan fraud atau

pelanggaran. Kebijakan tersebut, antara lain para whistleblower harus

diberikan perlindungan mengenai kerahasiaan identitas dan setiap laporan

dugaan pelanggaran harus segera ditindaklanjuti oleh pengelola sistem

pelanggaran. Melalui kebijakan tersebut diharapkan kepedulian para

whistleblower potensial dan keinginan mereka untuk melakukan usaha whistleblowing akan semakin meningkat tanpa merasa takut terhadap

ancaman intimidasi dan retaliasi (balas dendam).

3. Selain dengan pemberian kompensasi yang sesuai kepada pegawai dan peran

dari para whistleblower, instansi PPPPTK IPA perlu membuat bentuk

(27)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 140

pengungkapan kecurangan agar dapat memberikan hasil yang maksimal

untuk menciptakan instansi yang bebas dari kecurangan.

4. Untuk peneliti selanjutnya agar menambah variabel-variabel pendukung

yang berhubungan dengan tindakan pencegahan, pendeteksian,

pengungkapan, dan audit investigasi terhadap upaya meminimalisasi

(28)

DAFTAR PUSTAKA

ACFE. (2004). Occupational Fraud and Abuse. USA: Association of Certified Fraud Examiners.

Agoes, Soekrisno. (2004). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan

Publik. Jilid Pertama dan Kedua. Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Akmal. (2006). Pemeriksaan Intern (Internal Audit). Jakarta: PT. Indeks, Kelompok Gramedia.

Amrizal. (2004). Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Auditor. http://www.stiemandala.ac.id/elearning/courses/EKA1123/document/audit_

kecurangan-cegah_deteksi.pdf diakses pada tanggal 22 April 2014.

Arens, Alvin A., Elder, Randal J., dan Beasley, Mark S. (2008). Auditing dan Jasa

Assurance: Pendekatan Terintegrasi. Jilid Pertama. Edisi Keduabelas.

Jakarta: Erlangga.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Anthony, Robert N., dan Govindarajan, Vijay. (2005). Sistem Pengendalian

Manajemen. Buku Dua. Jakarta: Salemba Empat.

Dessler, Gary. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kesepuluh. Jilid 2.Jakarta : PT. Indeks.

El Hida, Ramdhania. (2013). Pelaku Korupsi di Indonesia Sebagian Besar Berlatar Belakang PNS. Detik Finance, 20 Februari 2013 diakses dari

http://finance.detik.com/read/2013/02/20/133139/2175008/4/pelaku-korupsi-di-indonesia-sebagian-besar-berlatar-belakang-pns pada tanggal 24

Februari 2014.

Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi Ketiga. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Hasibuan, Malayu S.P. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Jogiyanto, H.M. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan

Pengalaman-Pengalaman. Edisi Pertama, Cetakan Ketiga. Yogyakarta:

(29)

Karni, Soedjono. (2000). Auditing, Audit Khusus, dan Audit Forensik Dalam Praktik. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Martoyo, Susilo. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kelima. Yogyakarta: PT. BPFE.

Messier, William F., Glover, Steven M., dan Prawitt, Douglas F. (2005). Auditing

and Assurance Service: A Systematic Approach. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Seistematis. Buku Satu, Edisi Empat, (Alih bahasa Nuri

Hinduan). Jakarta: Salemba Empat.

Mondy, R. Wayne., Robert M. Noe., and Shane R. Premeaux. (2004). Human

Resource Management. 9th Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon.

Mondy, R. Wayne. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kesepuluh. Jakarta : Erlangga.

Mulyadi. (2002). Auditing. Buku I, Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Cetakan Keenam. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurjaman, Febry Antony. (2011). Pengaruh Pemberian Kompensasi Yang Sesuai

Dalam Memunculkan Whistleblower Terhadap Pengungkapan Kecurangan (Survey Pada PT. PLN Persero APJ Kota Bandung). Skripsi, Fakultas

Ekonomi Universitas Padjajaran, Bandung (tidak dipublikasikan).

Pusdatin (2012). Lawan Korupsi, Semua Instansi Pemerintah Wajib tetapkan Tim Whistleblower. Setkab, 5 Desember 2012 diakses dari

http://www.setkab.go.id/kawal-apbn-6574-lawan-korupsi-semua-instansi

pemerintah-wajib-tetapkan-tim-whistleblower.html pada tanggal 24

Februari 2014.

Rizki, Kemas Muhammad. (2012). Pengaruh Pemberian Kompensasi Yang Sesuai

Dalam Memunculkan Whistleblower Terhadap Pengungkapan Kecurangan (Survey Pada Perusahaan AIA Group Financial Kanwil I). Skripsi, Fakultas

Ekonomi Universitas Widyatama, Bandung (tidak dipublikasikan).

Samsuddin, Sadili. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama. Bandung: Pustaka Setia.

Sastrohadiwiryo,B.Siswanto.(2005). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif dan Operasional. Cetakan Ketiga. Jakarta : PT.

Bumi Aksara.

(30)

Sekaran, Uma. (2003). Research Methods for Business. A Skill Building Approach. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Semendawai, Abdul Harris., Santoso, Ferry., Wagiman, Wahyu., Omas, Betty Itha., Susilaningtias., dan Wiryawan, Syahrial Martanto. (2011). Memahami

Whistleblower. Cetakan Pertama. Jakarta: LPSK.

Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suliyanto. (2006) . Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: ANDI.

Sunarto. (2003). Auditing. Yogyakarta: Panduan.

Sunjoyo., Setiawan, Rony., Carolina, Verani., Magdalena, Nonie., dan Kurniawan, Albert. (2013). Aplikasi SPSS Untuk Smart Riset (Program IBM SPSS 21.0). Bandung: Alfabeta.

Suwatno. (2001). Asas-Asas Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Ghalia Indonesia.

Tampubolon, Robert. (2005). Risk and Systems-Based Internal Audit. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Tuanakotta, Theodorus M. (2007). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta: LPFEUI.

Tuanakotta, Theodorus M. (2010). Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi Edisi II. Jakarta: Salemba Empat.

Tugiman, Hiro. (2006). Standar Profesional Audit Internal. Yogyakarta: Kanisisus.

Tunggal, Amin Widjaja. (2005). Audit Kecurangan (Suatu Pengantar). Jakarta: HARVARINDO.

Waladow, Novie. (2013). Gaji PNS Rendah, Korupsi Subur. Sinar Harapan, 5 Oktober 2013 diakses dari

http://sinarharapan.co/index.php/news/read/25987/gaji-pns-rendah-korupsi-subur-.html pada tanggal 24 Februari 2014.

Wirataatmadja, Asikum. (2013). Suplemen Perkuliahan Akuntansi Forensik & Audit

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai tertinggi sebesar 84,2, nilai terendah sebesar 50,8, rata-rata sebesar 67,51, standar deviasi sebesar 8,6915 dan varian sebesar

Menyikapi realitas tersebut, diskursus epistemologi tujuan pendidikan islam yang tepat dalam menyelesaikan persoalan pendidikan Islam adalah upaya

Pemanfaatan limbah ikutan tanaman singkong untuk bahan campuran pakan unggas bertujuan untuk mendapatkan karakteristik limbah ikutan tanaman singkong (Kulit dan daun

Dari hasil wawancara yang dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa komunikasi antar budaya mahasiswa etnis Tionghoa dengan mahasiswa pribumi pertama pada saat pertama

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas RahmatNya penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Iklan dan Potongan Harga Terhadap

Purchase intention dapat dipengaruhi oleh brand image dan product knowledge, untuk itu agar perusahan bisa mendapatkan keuntungan lebih, maka disarankan untuk

Dynotest Portable dapat digunakan untuk mengukur Torsi dan Horse Power sepeda motor dengan baik. Perbedaan hasil antara Dynotest Portable dengan Dynotest

Pengusulan pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Kelayang telah memenuhi kriteria dan telah melengkapi persyaratan pengusulan Kawasan Ekonomi Khusus sebagaimana