ABSTRACT
Deceitfulness or commonly referred as a fraud is done with a variety of modes and growing over time. With granting the appropriate compensation to the employee as well as the appearance of the whistleblower figure, may reduce the risk of fraud and to assist organizations efforts in fraud disclosures that are being or will occur. The purpose of this study was to know the influence of granting the appropriate compensation and the appearance of whistleblowers to the fraud disclosure on the organization. Judging from the goal, this study includes into descriptive research. The analytical method used is a quantitative method. The study was conducted using a survey technique by distributing questionnaires to 44 civil servants who work in PPPPTK IPA Bandung office with simple random sampling method, and then tested the validity and reliability of the data that has been obtained. The results of this research showed that the appropriate granting compensation and the appearance of whistleblowers affect the fraud disclosure. This is evident from the results of simultaneous F test shows that the Fvalue (36,755) was bigger than the Ftable (3,23). Also based on the results of multiple regression output, the magnitude of the coefficient determination indicates the percentage of the influence of the appropriate compensation granting and the appearance of whistleblower against the fraud disclosure amounted to 64,2%.
ABSTRAK
Kecurangan atau yang sering disebut sebagai fraud dilakukan dengan beragam modus dan semakin berkembang seiring perkembangan zaman. Dengan pemberian kompensasi yang sesuai kepada pegawai serta dengan hadirnya sosok whistleblower, dapat mengurangi resiko terjadinya kecurangan serta dapat membantu organisasi dalam usaha pengungkapan kecurangan yang sedang atau akan terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kompensasi yang sesuai dan pemunculan whistleblower terhadap pengungkapan kecurangan pada organisasi. Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini termasuk kedalam penelitian deskriptif. Metode analisis yang digunakan adalah metode kuantitatif. Penelitian dilakukan menggunakan teknik survei dengan menyebarkan kuesioner kepada 44 pegawai negeri sipil yang bekerja pada kantor PPPPTK IPA Bandung dengan metode simple
random sampling, kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap data
yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan pemberian kompensasi yang sesuai dan pemunculan whistleblower berpengaruh terhadap pengungkapan kecurangan. Hal ini terbukti dari hasil uji F secara simultan menunjukkan bahwa Fhitung (36,755)
lebih besar daripada Ftabel (3,23). Selain itu berdasarkan output regresi berganda, hasil
koefisien determinasi menunjukkan persentase besarnya pengaruh pemberian kompensasi yang sesuai dan pemunculan whistleblower terhadap pengungkapan kecurangan adalah sebesar 64,2%.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………...i
HALAMAN PENGESAHAN….. ………....ii
SURAT PERYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ………..iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRACT ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Kegunaan Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... ………11
2.1. Kompensasi ... 11
2.1.1. Pengertian Kompensasi ... 11
2.1.2. Fungsi dan Tujuan Kompensasi ... 12
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Kompensasi .... 14
2.1.4. Jenis-Jenis Kompensasi ... 16
2.2. Auditing ... 19
2.2.1. Pengertian Auditing ... 19
2.2.2. Jenis-Jenis Audit ... 20
2.2.3. Prosedur Audit ... 23
2.2.4. Audit Internal ... 25
2.2.4.1. Pengertian Audit Internal ... 25
2.2.4.2. Tujuan, Fungsi, dan Ruang Lingkup Audit Internal ... 26
2.3. Audit Investigasi ... 27
2.3.1. Pengertian Audit Investigasi ... 28
2.3.2. Jenis-Jenis Audit Investigasi ... 29
2.3.3. Tujuan Audit Investigasi ... 30
2.3.4. Metodologi Audit Investigasi ... 31
2.4. Whistleblower ... 33
2.4.1. Pengertian Whistleblower ... 33
2.4.2. Manfaat Whistleblowing System ... 35
2.4.3. Kategorisasi Whistleblower ... 36
2.4.4. Sistem Pelaporan dan Perlindungan Whistleblower ... 38
2.5. Kecurangan/Fraud ... 45
2.5.1. Pengertian Kecurangan/Fraud ... 45
2.5.2. Klasifikasi Kecurangan/Fraud ... 47
2.5.3. Faktor Penyebab Kecurangan/Fraud ... 49
2.5.4. Pencegahan Kecurangan (Fraud Prevention) ... 51
2.5.5. Pendeteksian Kecurangan (Fraud Detection) ... 54
2.6. Kerangka Pemikiran, Penelitian Terdahulu, dan Pengembangan Hipotesis ... 56
2.6.1. Kerangka Pemikiran ... 56
2.6.2. Penelitian Terdahulu ... 57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 60
3.1. Objek Penelitian ... 60
3.2. Metode Penelitian ... 60
3.2.1. Metode dan Jenis Penelitian ... 60
3.2.2. Jenis dan Sumber Data ... 62
3.2.2.1. Jenis Data ... 62
3.2.2.2. Sumber Data ... 63
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 63
3.4. Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel Penelitian ... 65
3.4.1. Populasi ... 65
3.4.2. Teknik Sampling ... 66
3.4.3. Sampel ... 67
3.5. Operasionalisasi Variabel ... 68
3.6. Teknik Pengembangan Instrumen... 73
3.7. Method of Succesive Interval (MSI) ... 74
3.8. Pengujian Data ... 76
3.8.1. Uji Validitas ... 76
3.8.1.1. Uji Validitas Variabel Pemberian Kompensasi Yang Sesuai (X1) ... 77
3.8.1.2. Uji Validitas Variabel Pemunculan Whistleblower (X2) ... 79
3.8.1.3. Uji Validitas Variabel Pengungkapan Kecurangan (Y) ... 80
3.8.2. Uji Reliabilitas ... 82
3.9. Teknik Analisis Data... 83
3.9.1. Koefisien Korelasi ... 83
3.9.2. Regresi Linier Sederhana (Simple Regression) ... 86
3.9.4. Koefisien Determinasi ... 87
3.9.5. Pengujian Hipotesis ... 88
3.10. Penetapan Tingkat Signifikan ... 91
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 92
4.1. Gambaran Umum Instansi ... 92
4.1.1. Sejarah dan Lokasi PPPPTK IPA ... 92
4.1.2. Visi dan Misi PPPPTK IPA ... 93
4.1.3. Tugas, Fungsi, Nilai-Nilai, dan Semboyan PPPPTK IPA ... 94
4.1.4. Logo PPPPTK IPA ... 95
4.1.5. Manajemen dan Organisasi PPPPTK IPA ... 96
4.1.6. Job Description PPPPTK IPA ... 97
4.2. Profil dan Demografi Responden... 103
4.2.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 105
4.2.2. Responden Berdasarkan Usia ... 105
4.2.3. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 106
4.2.4. Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 106
4.3 Analisis Tanggapan Responden ... 107
4.3.1. Analisis Tanggapan Responden Mengenai Pemberian Kompensasi Yang Sesuai ... 109
4.3.2. Analisis Tanggapan Responden Mengenai Pemunculan Whistleblower ... 112
4.3.3. Analisis Tanggapan Responden Mengenai Pengungkapan Kecurangan ... 115
4.4. Hasil Analisis Data ... 119
4.4.1.1. Korelasi Sederhana ... 120
4.4.1.2. Regresi Linier Sederhana ... 121
4.4.1.3. Koefisien Determinasi ... 122
4.4.1.4. Pengujian Hipotesis ... 123
4.4.2. Pengujian Data Penelitian Secara Parsial Antara Pemunculan Whistleblower terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 124
4.4.2.1. Korelasi Sederhana ... 124
4.4.2.2. Regresi Linier Sederhana ... 125
4.4.2.3. Koefisien Determinasi ... 126
4.4.2.4. Pengujian Hipotesis ... 127
4.4.3. Pengujian Data Penelitian Secara Simultan Antara Pemberian Kompensasi Yang Sesuai dan Pemunculan Whistleblower Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 128
4.4.3.1. Korelasi Berganda ... 128
4.4.3.2. Regresi Linier Berganda ... 130
4.4.3.3. Koefisien Determinasi ... 131
4.4.3.4. Pengujian Hipotesis ... 132
4.5. Pembahasan... 133
4.5.1. Pemberian Kompensasi Yang Sesuai Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 133
4.5.2. Pemunculan Whistleblower Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 134
4.5.3. Pemberian Kompensasi Yang Sesuai dan Pemunculan Whistleblower Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 135
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 137
5.1. Kesimpulan ... 137
DAFTAR PUSTAKA ... 141
LAMPIRAN ... 144
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Fraud Triangle ... 50
Gambar 2.2 Model Kerangka Pemikiran ... 56
Gambar 4.1 Logo PPPPTK IPA ... 95
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Pelaporan dan Pengaduan ... 35
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ... 57
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 70
Tabel 3.2 Bobot Pertanyaan Kuesioner ... 74
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Validitas Variabel Pemberian Kompensasi Yang Sesuai (X1) ... 77
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Lanjutan Variabel Pemberian Kompensasi Yang Sesuai (X1) ... 78
Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Pemunculan Whistleblower (X2) ... 79
Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Lanjutan Variabel Pemunculan Whistleblower (X2) ... 79
Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengungkapan Kecurangan (Y) ... 80
Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Lanjutan Variabel Pengungkapan Kecurangan (Y) ... 81
Tabel 3.9 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 83
Tabel 3.10 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 85
Tabel 4.1 Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 104
Tabel 4.2 Jabatan/Bagian dan Jumlah Responden ... 104
Tabel 4.3 Pengelompokan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 105
Tabel 4.4 Pengelompokan Responden Berdasarkan Usia ... 105
Tabel 4.5 Pengelompokan Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 106
Tabel 4.7 Bobot Pertanyaan Kuesioner ... 108
Tabel 4.8 Interpretasi Jawaban Responden Dengan Interval ... 108
Tabel 4.9 Tanggapan Responden Dimensi Kompensasi Keuangan... 109
Tabel 4.10 Tanggapan Responden Dimensi Kompensasi Non Keuangan ... 110
Tabel 4.11 Tanggapan Responden Dimensi Lingkungan Eksternal Pegawai... 112
Tabel 4.12 Tanggapan Responden Dimensi Lingkungan Internal Pegawai ... 114
Tabel 4.13 Tanggapan Responden Dimensi Menciptakan dan Mengembangkan Budaya Yang Menghargai Kejujuran dan Nilai-Nilai Etika Yang Tinggi ... 116
Tabel 4.14 Tanggapan Responden Dimensi Penerapan dan Evaluasi Proses Pengendalian Anti Kecurangan ... 117
Tabel 4.15 Tanggapan Responden Dimensi Pengembangan Proses Pengawasan (Oversight Process) ... 118
Tabel 4.16 Hasil Uji Korelasi Pemberian Kompensasi Yang Sesuai Dengan Pengungkapan Kecurangan ... 121
Tabel 4.17 Hasil Uji Regresi Sederhana Pemberian Kompensasi Yang Sesuai Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 122
Tabel 4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi Pemberian Kompensasi Yang Sesuai Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 123
Tabel 4.19 Hasil Uji Hipotesis (Uji t) Pemberian Kompensasi Yang Sesuai Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 124
Tabel 4.20 Hasil Uji Korelasi Pemunculan Whistleblower Dengan Pengungkapan Kecurangan ... 125
Tabel 4.21 Hasil Uji Regresi Sederhana Pemunculan Whistleblower Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 126
Tabel 4.23 Hasil Uji Hipotesis (Uji t) Pemunculan Whistleblower
Terhadap Pengungkapan Kecurangan ... 128
Tabel 4.24 Hasil Uji Korelasi Pemberian Kompensasi Yang Sesuai dan
Pemunculan Whistleblower Dengan Pengungkapan Kecurangan ... 129
Tabel 4.25 Hasil Uji Regresi Berganda Pemberian Kompensasi Yang Sesuai
dan Pemunculan Whistleblower Terhadap Pengungkapan
Kecurangan ... 130
Tabel 4.26 Hasil Uji Koefisien Determinasi Pemberian Kompensasi Yang
Sesuai dan Pemunculan Whistleblower Terhadap Pengungkapan
Kecurangan ... 131
Tabel 4.27 Hasil Uji Hipotesis (Uji F) Pemberian Kompensasi Yang
Sesuai dan Pemunculan Whistleblower Terhadap Pengungkapan
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Kuesioner ... 145
Lampiran B Tabulasi Kuesioner ... 152
Lampiran C Output SPSS ... 164
Lampiran D Tabel r Product Moment, Distribusi t, dan Distribusi F ... 191
Lampiran E Surat Permohonan Izin Penelitian ... 195
Lampiran F Surat Pemberian Izin Penelitian ... 196
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Tindakan kecurangan saat ini terus terjadi. Kecurangan atau yang sering
disebut sebagai fraud dilakukan dengan beragam modus dan semakin berkembang
seiring perkembangan zaman. Kecurangan/fraud adalah penipuan kriminal yang
dilakukan untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu (Jack Bologna, Robert
J. Lindquist, dan Joseph T. Wells dalam Amin Widjaja Tunggal, 2005:1). Kriminal
disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat.
Dan dari tindakan jahat tersebut, ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya
secara finansial. Kecurangan didorong oleh tindakan individu untuk memaksimalkan
keuntungan pribadi. Tindakan tersebut didorong oleh ketidakpuasan individu atas
kompensasi atau imbalan yang mereka peroleh dari pekerjaan yang mereka kerjakan.
Pemberian kompensasi yang sesuai diharapkan dapat membuat seorang individu
merasa tercukupi sehingga individu tersebut tidak melakukan tindakan yang
merugikan organisasi seperti melakukan tindakan kecurangan. Selain itu,
kecenderungan seseorang untuk melakukan kecurangan dipengaruhi oleh ada atau
tidaknya peluang untuk melakukan hal tersebut. Peluang yang besar membuat
kecenderungan melakukan kecurangan lebih sering terjadi. Peluang tersebut dapat
dikurangi dengan sistem pengendalian internal yang baik. Pengendalian internal yang
baik dapat mengurangi atau bahkan menutup peluang untuk melakukan
BAB I PENDAHULUAN 2
kecurangan di samping karena adanya dorongan dan peluang untuk melakukan
kecurangan tersebut adalah pengendalian internal.
Fenomena lain yang akhir-akhir ini banyak berkembang adalah adanya
pelapor dari kecurangan yang terjadi. Para pelapor ini disebut sebagai whistleblower.
Pada dasarnya whistleblower (pelapor pelanggaran) adalah karyawan dari organisasi
itu sendiri (pihak internal), akan tetapi tidak tertutup adanya pelapor yang berasal
dari pihak eksternal (pelanggan, pemasok, atau masyarakat). Pelapor seyogyanya
memberikan bukti, informasi, atau indikasi yang jelas atas terjadinya pelanggaran
yang dilaporkan sehingga dapat ditelusuri dan ditindaklanjuti (Tuanakotta,
2010:611).
Umumnya, pendeteksian dan pengevaluasian kecurangan di dalam suatu
organisasi adalah meruapakan tugas dari auditor internal. Akan tetapi semua pihak di
dalam organisasi dapat turut berperan dalam pengungkapan kecurangan dengan menjadi
seorang whistleblower. Namun praktik pelaporan dan perlindungan terhadap
whistleblower bukan tanpa tantangan. Di tengah minimnya perlindungan hukum di
Indonesia, seorang whistleblower dapat terancam karena laporan atau kesaksiannya atas
dugaan pelanggaran dan kejahatan yang terjadi. Pihak-pihak yang merasa dirugikan
kemungkinan besar akan memberikan perlawanan untuk mencegah whistleblower
memberikan laporan atau kesaksian. Bahkan tak menutup kemungkinan mereka yang
merasa dirugikan dapat mengancam dan melakukan pembalasan dendam. Dorongan
bagi para whistleblower ini agar dapat lebih termotivasi dalam mengungkap
kecurangan yang terjadi dapat berupa pemberian kompensasi yang sesuai yang
BAB I PENDAHULUAN 3
Kompensasi yang diberikan oleh organisasi atau perusahaan dapat berupa
kompensasi keuangan maupun kompensasi non keuangan. Kompensasi keuangan
adalah segala bentuk balas jasa yang dapat diterima oleh karyawan dan dapat
dihitung dalam satuan moneter atau mata uang seperti gaji dan tunjangan (Gary
Dessler,2007:46). Sedangkan, kompensasi non keuangan adalah kepuasan yang
diterima seseorang dari pekerjaan itu sendiri atau dari lingkungan psikologis dan atau
fisik tempat orang tersebut bekerja, dan tidak dapat dihitung dalam satuan moneter
atau mata uang seperti rekan kerja yang menyenangkan, kebijakan yang diterapkan,
kondisi kerja yang nyaman, penyediaan kafetaria, serta pujian dan penghargaan
(R. Wayne Mondy,2008:5).
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif tentunya tidak dengan
begitu saja dapat diwujudkan oleh organisasi. Organisasi harus mampu memberikan
motivasi kepada para pegawainya agar terdorong untuk melaksanakan tugasnya dan
dapat meningkatkan produktivitas organisasi secara menyeluruh .
Salah satu jalan untuk memotivasi pegawai agar dapat diberdayakan seefektif
dan seefisien mungkin guna meningkatkan produktivitas organisasi adalah dengan
jalan pemberian kompensasi kepada mereka. Hal ini diharapkan dapat membentuk
suatu pola hubungan baik antara para pegawai dan organisasi dimana para pegawai
akan berpikir bahwa organisasi tempat dimana mereka bekerja bisa memahami serta
mengetahui kebutuhan hidup yang menjadi pemicu mengapa mereka bekerja. Jika
pegawai merasa bahwa tingkat kompensasi atau balas jasa yang mereka terima itu
tidak sesuai dengan sumbangan, tenaga dan pikiran yang telah mereka berikan
BAB I PENDAHULUAN 4
Dampak negatif tersebut dapat berupa pemogokan kerja, tetap bekerja seperti biasa
tetapi melakukan pekerjaan tersebut dengan malas, atau yang lebih ekstrim lagi
adalah karyawan tersebut terstimulus untuk melakukan perbuatan curang atau fraud.
Motivasi sangatlah diperlukan untuk peningkatan kinerja karyawan dalam
suatu organisasi. Salah satunya dalam peranan whistleblower. Pimpinan dapat
memotivasi karyawan untuk menjadi whistleblower demi membeberkan kecurangan
yang terjadi dalam organisasi. Motivasi yang diberikan pimpinan dapat berupa
reward atau penghargaan kepada karyawan ketika berhasil membeberkan
kecurangan yang sudah maupun yang akan terjadi.
Bidang pemerintahan berbeda dengan bidang lainnya seperti industri, baik
manufaktur, dagang ataupun jasa. Dalam suatu lembaga pemerintah, sumber daya
manusia memegang peranan penting dalam keberlangsungan lembaga tersebut,
karena betapapun lengkap dan canggihnya peralatan kerja yang dimiliki oleh
lembaga tanpa adanya tenaga manusia tidak akan berhasil memperoleh tujuan yang
ingin dicapai. Tenaga kerja atau pegawai merupakan sumber daya manusia yang
penting keberadaannya dalam suatu lembaga, tanpa adanya pegawai suatu lembaga
tidak akan berjalan dengan baik.
Menyadari pentingnya sumber daya manusia bagi keberlangsungan hidup dan
kemajuan lembaga, maka lembaga sebaiknya memberikan perhatian khusus pada
pegawainya. Lembaga diharapkan dapat bersikap adil atas apa yang sudah diberikan
pegawai terhadap lembaga. Untuk meningkatkan serta mendorong disiplin kerja
pegawai diperlukan adanya hubungan kerja yang saling menguntungkan antara
BAB I PENDAHULUAN 5
lembaga memberikan kompensasi yang sesuai baik keuangan maupun non keuangan
sebagai penghargaan atas disiplin kerja yang baik yang sudah diberikan pegawai
terhadap lembaga. Ketika pegawai merasa lembaga sudah bersikap adil terhadapnya,
maka diharapkan individu tersebut tidak melakukan tindakan kecurangan dan
termotivasi untuk menjadi seorang whistleblower dalam hal mencegah dan
mengungkap kecurangan yang sudah terjadi atau yang akan terjadi pada lembaga
tersebut.
Terdapat beberapa metode untuk mendeteksi terjadinya kecurangan. Untuk
tipe kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud) dapat dideteksi
melalui analisis vertikal (vertical analysis), analisis horizontal (horizontal
analysis), dan analisis rasio (ratio analysis). Untuk tipe kecurangan
penyalahgunaan aset (asset misappropriation) dapat dideteksi melalui reviu analitis
(analytical review), sampling statistik (statistical sampling), komplain dari pihak
luar (vendor or outsider complaints), dan observasi ke lapangan (site
visi-observation). Untuk tipe kecurangan korupsi (corruption), dapat dideteksi melalui
karakteristik (red flag) si penerima maupun si pemberi korupsi
(Amrizal,2004:11-15).
Fenomena utama yang ingin penulis teliti adalah berkaitan dengan fenomena
kecurangan yang banyak membelit para pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja
pada organisasi atau instansi pemerintah. Banyak diberitakan akhir–akhir ini baik di
media cetak maupun di media elektronik mengenai banyaknya PNS yang tersangkut
kasus korupsi. Seperti diberitakan pada artikel di finance.detik.com yang diterbitkan
BAB I PENDAHULUAN 6
Sebagian Besar Berlatar Belakang PNS”, yang didalam artikel tersebut Gubernur
Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Republik Indonesia Budi Soesilo
Supandji mengakui bahwa praktik birokrasi di Indonesia masih jauh dari bentuk ideal
dan bersyarat. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus korupsi yang melibatkan PNS.
Budi menyatakan hal tersebut sangat disayangkan karena PNS seharusnya bisa
menjadi makhluk sosial yang berdedikasi, suri tauladan, serta profesional dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Lebih lanjut, modus operandi
yang dilakukan oleh PNS dalam melakukan kecurangan menurut banyak pihak
antara lain pada umumnya adalah berupa penyalahgunaan wewenang. Ini terkait
dengan pengelolaan uang negara untuk pengadaan barang dan jasa.
Penyebab mengapa tumbuh suburnya tindak kecurangan yang dilakukan oleh
PNS sampai saat ini masih menjadi bahan diskusi berbagai pihak. Namun, di dalam
artikel yang diterbitkan oleh Sinar Harapan pada website-nya tertanggal 5 oktober
2013 dengan judul ‘”Gaji PNS Rendah, Korupsi Subur di Pemerintahan”, Direktur
Gratifikasi KPK Giri Suprapdiono berpendapat bahwa dengan gaji yang terbilang
kecil, PNS dipaksa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan itu harus dipenuhinya
selain dari gaji yang didapatkan. Dengan gaji yang terbilang kecil tersebut, PNS
mudah tergoda untuk mendapatkan dengan cara lain, misalnya dengan menggunakan
uang yang bukan haknya. Apa yang diutarakan oleh Giri Suprapdiono tersebut
menurut penulis merupakan salah satu fenomena yang terjadi akibat dari pemberian
kompensasi yang tidak sesuai. Oleh karenanya, pegawai negeri sipil terdorong untuk
merasionalkan tindakannya berbuat curang karena terdorong oleh tekanan dan juga
BAB I PENDAHULUAN 7
Terkait Whistleblower, pemerintah telah berupaya untuk menetapkan
whistleblower system (sistem penanganan pengaduan). Hal ini penulis baca di
halaman web setkab.go.id dengan judul berita “Lawan Korupsi, Semua Instansi
pemerintah Wajib Tetapkan Tim Whistleblower” yang diterbitkan tanggal 5
Desember 2012. Dalam artikel tersebut, melalui surat edaran Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Nomor :
08/M.PAN-RB/06/2012 tanggal 29 Juni 2012, Azwar Abubakar meminta semua pimpinan
Instansi Pemerintah yang terdiri dari Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintahan Non
Kementrian, Jaksa Agung, Kapolri, pimpinan Kesekretariatan Lembaga, Gubernur;
Walikota; dan Bupati/Walikota agar menyusun, menetapkan, dan melaksanakan
peraturan tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem Penanganan Pengaduan
(Whistleblowing System) di lingkungan masing–masing, dan menetapkan Keputusan
Tim Penerima Pengaduan Whistleblower di lingkungan instansi masing–masing.
Adapun susunan Tim Penerima Pengaduan itu terdiri atas : 1.Penanggung Jawab :
Sekretaris Jendral/ Sekretaris Kementrian/ Sekretaris Utama/ Sekretaris Daerah; 2.
Ketua : Inspektorat Jendral/ Inspektur Utama/ Inspektur, dan 3. Anggota : Para
Pejabat yang dinilai relevan.
Fenomena–fenomena diatas yang kemudian ingin penulis perdalam dan teliti.
Dengan permasalahan tersebut di atas, penulis menganggap begitu penting untuk
membahas bagaimana pengaruh pemberian kompensasi yang sesuai dan pemunculan
whistleblower sebagai variabel independen terhadap pengungkapan kecurangan
sebagai variabel dependen. Pada penelitian ini, penulis meneliti variabel–variabel
BAB I PENDAHULUAN 8
Kantor Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) yang merupakan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional di bidang
pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan. yang berada di
bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nurjaman (2011) dan Rizki
(2012), memiliki kesamaan baik dari variabel independen dan variabel dependen.
Namun dalam hal ini perbedaannya terletak pada tempat/lokasi yang ditelitinya yaitu
pada PT. PLN Satu Regional Bandung dan Perusahaan AIA Group Financial Kanwil
I. Kedua hasil penelitian sebelumnya adalah adanya pengaruh antara kesesuaian
kompensasi dan pemunculan whistleblower terhadap pengungkapan kecurangan yang
signifikan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk melakukan
penelitian yang kemudian dituangkan dalam bentuk penelitian yang berjudul :
“PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI YANG SESUAI DAN
PEMUNCULAN WHISTLEBLOWER TERHADAP PENGUNGKAPAN
KECURANGAN.”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis
akan mengidentifikasikan masalah sekaligus membatasi permasalahan yang akan
BAB I PENDAHULUAN 9
1. Bagaimana pengaruh pemberian kompensasi yang sesuai terhadap proses
pengungkapan kecurangan?
2. Bagaimana pengaruh pemunculan whistleblower terhadap proses
pengungkapan kecurangan?
3. Bagaimana pengaruh pemberian kompensasi yang sesuai dan pemunculan
whistleblower terhadap pengungkapan kecurangan?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian kompensasi yang sesuai
terhadap proses pengungkapan kecurangan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemunculan whistleblower dalam
mengungkap kecurangan yang terjadi.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian kompensasi yang sesuai
dan pemunculan whistleblower terhadap pengungkapan kecurangan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1. Bagi penulis, untuk meningkatkan wawasan juga pengetahuan dalam bidang
ilmu audit internal dan audit investigasi di dalam pengungkapan kecurangan
serta menambah pengalaman dalam pembuatan skripsi dan juga untuk
memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi
BAB I PENDAHULUAN 10
2. Bagi organisasi khususnya PPPPTK IPA, diharapkan dapat memberikan
informasi yang berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam usaha
mencegah dan mengungkap kecurangan dengan melalui pemberian
kompensasi yang sesuai serta pemunculan whistleblower.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memberikan informasi yang
berguna dan bermanfaat bagi mereka yang dikemudian hari ingin meneliti
lebih lanjut dan ingin lebih mendalami pengaruh antara pemberian
kompensasi yang sesuai dan pemunculan whistleblower untuk mencegah dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis laksanakan selama kurang
lebih 3 (tiga) bulan mengenai “Pengaruh Pemberian Kompensasi Yang Sesuai dan
Pemunculan Whistleblower Terhadap Pengungkapan Kecurangan”, dengan survei
pada Kantor Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK) IPA Kota Bandung, penulis dapat
memberikan kesimpulan yang sekaligus akan menjawab identifikasi masalah pada
bab sebelumnya, yaitu:
1. Pemberian kompensasi yang sesuai berpengaruh terhadap pengungkapan
kecurangan. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil yaitu keeratan
hubungan antara pemberian kompensasi yang sesuai dengan pengungkapan
kecurangan adalah sebesar 0,680 dengan interpretasi kuat dan searah.
Artinya, jika pemberian kompensasi yang sesuai meningkat, maka
pengungkapan kecurangan juga akan ikut meningkat, demikian pula
sebaliknya. Sedangkan persentase besarnya pengaruh antara pemberian
kompensasi yang sesuai terhadap pengungkapan kecurangan adalah sebesar
46,2%.
2. Pemunculan whistleblower berpengaruh terhadap pengungkapan kecurangan.
Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil yaitu keeratan hubungan antara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 138
0,775 dengan interpretasi kuat dan searah. Artinya, jika pemunculan
whistleblower meningkat, maka pengungkapan kecurangan juga akan ikut
meningkat, demikian pula sebaliknya. Sedangkan persentase besarnya
pengaruh antara antara pemunculan whistleblower terhadap pengungkapan
kecurangan adalah sebesar 60%.
3. Pemberian kompensasi yang sesuai dan pemunculan whistleblower
berpengaruh terhadap pengungkapan kecurangan. Berdasarkan hasil
pengujian, diperoleh hasil yaitu keeratan hubungan antara pemberian
kompensasi yang sesuai dan pemunculan whistleblower adalah sebesar 0,686
dengan interpretasi kuat dan searah. Jadi, terdapat hubungan kuat dan searah
antara tiga variabel tersebut. Apabila salah satu variabel meningkat maka
akan meningkatkan variabel lainnya. Sedangkan persentase besarnya
pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara pemberian kompensasi
yang sesuai dan pemunculan whistleblower terhadap pengungkapan
kecurangan adalah sebesar 64,2%.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan, penulis mencoba
untuk mengemukakan saran-saran yang dimaksudkan untuk memberikan bahan
pertimbangan dan masukan pada instansi PPPPTK IPA Bandung, yaitu :
1. Pemberian kompensasi yang sesuai perlu terus ditingkatkan oleh instansi
PPPPTK IPA untuk mengungkap kecurangan yang terjadi. Karena apabila
kompensasi yang diberikan tidak sesuai, akan membuat pegawai terdorong
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 139
mereka rasakan akibat kompensasi yang tidak sesuai. Semakin tidak sesuai
kompensasi yang diberikan maka akan semakin tinggi kemungkinan pegawai
untuk melakukan kecurangan. Sebaliknya ketika pegawai merasa kebutuhan
mereka terpenuhi dengan kompensasi yang mereka terima maka pegawai
tersebut akan lebih termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik
dan mereka merasa pekerjaannnya dihargai oleh instansi, sehingga secara
tidak langsung juga akan meningkatkan loyalitas mereka kepada instansi dan
dapat membantu intansi dalam usaha pengungkapan kecurangan yang sedang
atau akan terjadi pada instansi.
2. Diperlukan peningkatan kepedulian terhadap usaha whistleblowing dalam
lingkungan instansi PPPPTK IPA. Pihak manajemen puncak diharapkan
dapat memperkenalkan kebijakan whistleblowing yang dapat melindungi para
pegawai negeri sipil (PNS) yang ingin melaporkan dugaan fraud atau
pelanggaran. Kebijakan tersebut, antara lain para whistleblower harus
diberikan perlindungan mengenai kerahasiaan identitas dan setiap laporan
dugaan pelanggaran harus segera ditindaklanjuti oleh pengelola sistem
pelanggaran. Melalui kebijakan tersebut diharapkan kepedulian para
whistleblower potensial dan keinginan mereka untuk melakukan usaha whistleblowing akan semakin meningkat tanpa merasa takut terhadap
ancaman intimidasi dan retaliasi (balas dendam).
3. Selain dengan pemberian kompensasi yang sesuai kepada pegawai dan peran
dari para whistleblower, instansi PPPPTK IPA perlu membuat bentuk
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 140
pengungkapan kecurangan agar dapat memberikan hasil yang maksimal
untuk menciptakan instansi yang bebas dari kecurangan.
4. Untuk peneliti selanjutnya agar menambah variabel-variabel pendukung
yang berhubungan dengan tindakan pencegahan, pendeteksian,
pengungkapan, dan audit investigasi terhadap upaya meminimalisasi
DAFTAR PUSTAKA
ACFE. (2004). Occupational Fraud and Abuse. USA: Association of Certified Fraud Examiners.
Agoes, Soekrisno. (2004). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan
Publik. Jilid Pertama dan Kedua. Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Akmal. (2006). Pemeriksaan Intern (Internal Audit). Jakarta: PT. Indeks, Kelompok Gramedia.
Amrizal. (2004). Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Auditor. http://www.stiemandala.ac.id/elearning/courses/EKA1123/document/audit_
kecurangan-cegah_deteksi.pdf diakses pada tanggal 22 April 2014.
Arens, Alvin A., Elder, Randal J., dan Beasley, Mark S. (2008). Auditing dan Jasa
Assurance: Pendekatan Terintegrasi. Jilid Pertama. Edisi Keduabelas.
Jakarta: Erlangga.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Anthony, Robert N., dan Govindarajan, Vijay. (2005). Sistem Pengendalian
Manajemen. Buku Dua. Jakarta: Salemba Empat.
Dessler, Gary. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kesepuluh. Jilid 2.Jakarta : PT. Indeks.
El Hida, Ramdhania. (2013). Pelaku Korupsi di Indonesia Sebagian Besar Berlatar Belakang PNS. Detik Finance, 20 Februari 2013 diakses dari
http://finance.detik.com/read/2013/02/20/133139/2175008/4/pelaku-korupsi-di-indonesia-sebagian-besar-berlatar-belakang-pns pada tanggal 24
Februari 2014.
Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi Ketiga. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Hasibuan, Malayu S.P. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Jogiyanto, H.M. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan
Pengalaman-Pengalaman. Edisi Pertama, Cetakan Ketiga. Yogyakarta:
Karni, Soedjono. (2000). Auditing, Audit Khusus, dan Audit Forensik Dalam Praktik. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Martoyo, Susilo. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kelima. Yogyakarta: PT. BPFE.
Messier, William F., Glover, Steven M., dan Prawitt, Douglas F. (2005). Auditing
and Assurance Service: A Systematic Approach. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Seistematis. Buku Satu, Edisi Empat, (Alih bahasa Nuri
Hinduan). Jakarta: Salemba Empat.
Mondy, R. Wayne., Robert M. Noe., and Shane R. Premeaux. (2004). Human
Resource Management. 9th Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon.
Mondy, R. Wayne. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kesepuluh. Jakarta : Erlangga.
Mulyadi. (2002). Auditing. Buku I, Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Cetakan Keenam. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurjaman, Febry Antony. (2011). Pengaruh Pemberian Kompensasi Yang Sesuai
Dalam Memunculkan Whistleblower Terhadap Pengungkapan Kecurangan (Survey Pada PT. PLN Persero APJ Kota Bandung). Skripsi, Fakultas
Ekonomi Universitas Padjajaran, Bandung (tidak dipublikasikan).
Pusdatin (2012). Lawan Korupsi, Semua Instansi Pemerintah Wajib tetapkan Tim Whistleblower. Setkab, 5 Desember 2012 diakses dari
http://www.setkab.go.id/kawal-apbn-6574-lawan-korupsi-semua-instansi
pemerintah-wajib-tetapkan-tim-whistleblower.html pada tanggal 24
Februari 2014.
Rizki, Kemas Muhammad. (2012). Pengaruh Pemberian Kompensasi Yang Sesuai
Dalam Memunculkan Whistleblower Terhadap Pengungkapan Kecurangan (Survey Pada Perusahaan AIA Group Financial Kanwil I). Skripsi, Fakultas
Ekonomi Universitas Widyatama, Bandung (tidak dipublikasikan).
Samsuddin, Sadili. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama. Bandung: Pustaka Setia.
Sastrohadiwiryo,B.Siswanto.(2005). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif dan Operasional. Cetakan Ketiga. Jakarta : PT.
Bumi Aksara.
Sekaran, Uma. (2003). Research Methods for Business. A Skill Building Approach. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Semendawai, Abdul Harris., Santoso, Ferry., Wagiman, Wahyu., Omas, Betty Itha., Susilaningtias., dan Wiryawan, Syahrial Martanto. (2011). Memahami
Whistleblower. Cetakan Pertama. Jakarta: LPSK.
Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suliyanto. (2006) . Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: ANDI.
Sunarto. (2003). Auditing. Yogyakarta: Panduan.
Sunjoyo., Setiawan, Rony., Carolina, Verani., Magdalena, Nonie., dan Kurniawan, Albert. (2013). Aplikasi SPSS Untuk Smart Riset (Program IBM SPSS 21.0). Bandung: Alfabeta.
Suwatno. (2001). Asas-Asas Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Ghalia Indonesia.
Tampubolon, Robert. (2005). Risk and Systems-Based Internal Audit. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Tuanakotta, Theodorus M. (2007). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta: LPFEUI.
Tuanakotta, Theodorus M. (2010). Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi Edisi II. Jakarta: Salemba Empat.
Tugiman, Hiro. (2006). Standar Profesional Audit Internal. Yogyakarta: Kanisisus.
Tunggal, Amin Widjaja. (2005). Audit Kecurangan (Suatu Pengantar). Jakarta: HARVARINDO.
Waladow, Novie. (2013). Gaji PNS Rendah, Korupsi Subur. Sinar Harapan, 5 Oktober 2013 diakses dari
http://sinarharapan.co/index.php/news/read/25987/gaji-pns-rendah-korupsi-subur-.html pada tanggal 24 Februari 2014.
Wirataatmadja, Asikum. (2013). Suplemen Perkuliahan Akuntansi Forensik & Audit