• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP SANTRI PADA ORGANISASI PELAJAR RAUDHATUL HASANAH (OPRH) DI PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH PAYA BUNDUNG MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP SANTRI PADA ORGANISASI PELAJAR RAUDHATUL HASANAH (OPRH) DI PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH PAYA BUNDUNG MEDAN."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP SANTRI PADA ORGANISASI PELAJAR RAUDHATUL HASANAH (OPRH)

DI PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAHMEDAN

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

AMAR TARMIZI NIM :

809131024

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Assalaamu’ alaikum wr. wb.

Alhamdulillah, penulis ucapkan puji bagi Allah SWT yang telah

memeberikan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dan salam

shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan mengucap syukur

Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Manajemen Pendidikan Kecakapan Hidup Santri Pada Organisasi Pelajar Raudhatul Hasanah (OPRH) Di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan”. Disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan, Program Studi Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan tesis ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si Rektor Universitas Negeri Medan

2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. Dr. Arif Rahman, M.Pd. Prof. Dr.

Sahat Siagian, M.Pd. Selaku Direktur, dan Asisten Direktur Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Dr. Darwin, M. Pd. Dan Bapak Dr. Paningkat Siburian,M.Pd selaku

ketua dan sekretaris Program studi Administrasi Pendidikan Program

Pascasarjana.

4. Bapak Prof. Dr. Siman, M. Pd dan Bapak Dr. Irsan, M. Si, M. Pd selaku dosen

pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan

(5)

5. Bapak/Ibu Prof. Dr. H. Badiran,M.Pd, Prof. Dr. Syaiful Sagala,M.Pd, Dr.

Yasaratodo Wau, M.Pd, dosen penguji di lingkungan Program Pasca Sarjana

Administrasi Pendidikan, Universitas Negeri Medan.

6. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Prodi Administrasi Pendidikan yang telah

membekali penulis dengan berbagai disiplin Ilmu, pengalaman dan

kematangan berpikir.

7. Bapak Direntur Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Drs. H. Rasyidin Bina, MA.

serta Ustadz dan Ustdzah selaku guru pendidik di Pesantren Ar-Raudhatul

Hasanah Medan yang telah bersedia memberikan waktu, kesempatan dan izin

untuk melakukan penelitian di pesantren yang dipimpin.

8. Sebening hati yang tulus penulis mempersembahkan untaian rasa terima kasih

dan penghargaan setulusnya kepada Kedua Orang tua kami yang telah lebih

dulu mendahului kami menghadap Allah SWT Ayahanda tercinta Almarhum

Lufti Amar dan Ibunda tersayang Almarhumah Sumiati atas segala didikan,

pengorbanan, doa yang tulus ikhlas serta kasih sayang yang telah diberikan

kepada penulis.

9. Istri tercinta Sri Yanti, S. Pd.I dan Anakku Alif Rafie Alfatih yang

memberikan motivasi semangat untuk dapat menyelesaikan Program Pasca

Sarjana (S-2).

10.Saudaraku tercinta Kakanda/Abangda Astuti, Asturi, Dedi Syahputra, Farah

Nur, Irwansyah, Elvina Sari, dan Nur Annisa, serta Seluruh keponakanku.

Terimah kasih untuk cinta, semangat, dukungan, bantuan dan doa yang

(6)

11.Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Administrasi Pendidikan Sekolah

Pascasarjana Unimed yang telah memberikan bantuan moral dalam

perkuliahan yang telah membantu dalam banyak hal untuk penulisan Tesis ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan tesis ini banyak terdapat kekurangan

dan jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran dari

pembaca yang bersifat membangun.

Akhirnya penulis berharap tesis ini bermanfaat terutama bagi penulis dan

pembaca yang membutuhkannya.

Medan, Oktober 2014

Penulis

Amar Tarmizi

(7)

DAFTAR ISI

2.1.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen ... 17

2.1.2 Pengertian Manajemen Pendidikan ……….. 21

2.1.3 Pengertian Manajemen Pendidikan Menurut Ahli ……….. 21

2.1.4 Pengertian, Jenis, Dan Tujuan Kecakapan Hidup ………… 25

2.1.5 Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup ………. 36

2.1.6 Manajemen Pendidikan kecakapan Hidup (life skill Education Management)………..……… 39

2.1.7 Organisasi Pelajar Raudlatul Hasanah……….. 40

2.1.8 Pengertian, Sejarah, dan Pendidikan Pesantren……… 48

(8)

2.2. Penelitian Terdahulu ……… 79

BAB IV. PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN 4.1. Paparan Data…. ... 91

4.1.1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah ………... 91

4.2.1. Manajemen Pendidikan Kecakapan Hidup Santri Dalam Organisasi Pelajar Ar-Raudhatul Hasanah………. 111

(9)

4.2.3. Hasil Kecakapan Hidup Yang Diperoleh Santri Melalui

Organisasi Pelajar Raudhatul Hasanah di Pesantren

Ar-Raudhatul Hasanah………..……… 164

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ... 181

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.2.1. Jadwal Kegiatan Harian ………..……… 114

Tabel 4.2.2. Jadwal Kegiatan Mingguan …………..………... 118

Tabel 4.2.3. Formatur Pengurus OPRH Putri Pesantren Ar-Raudhatul

Hasanah Periode 2014 - 2015……… 165

Tabel 4.2.4. Formatur Pengurus OPRH Putra Pesantren Ar-Raudhatul

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1.4 Skema Terinci Kecakapan Hidup (life skills).…….. ……... 27 Gambar 2.2.1 Bagan Organisasi Pelajar Raudhatul hasanah (OPRH) .. 56

Gambar 4.2.1 Bagan OPRH Bagian Olah Raga……….…… 130 Gambar 4.2.2 Bagan Pengajaran Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah….. 131 Gambar 4.2.3 Bagan OPRH Bagian Pengajaran……….…… 131 Gambar 4.2.4 Keterkaitan atribut SQ berlandasakan pada nilai-nilai

Keagamaan……… 162

Gambar 4.2.5 Atribut karakter disiplin dan kaitannya dengan atribut

karakter yang lain……….. 176

(12)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Observasi….……… 01

Lampiran 2. Instrumen Wawancara ……… 02

Lampiran 3. Surat Pernyataan Validasi Instrumen ……… 09

Lampiran 4. Hasil Rapat Kerja Pengurus OPRH Putra……… 11

Lampiran 5. Hasil Rapat Kerja Pengurus OPRH Putri……… 12

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian Hasil foto penelitian di Organisasi Pelajar Raudhatul Hasanah (OPRH) Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan………. 13

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian Hasil saat Wawancara……… 14

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian integral dalam kehidupan bangsa dan

negara. Salah satu faktor yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas

hidup bangsa Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas pendidikan sangat menentukan

kualitas kehidupan bangsa dan negara. Peningkatan mutu pendidikan

merupakan komitmen untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia, baik

sebagai pribadi–pribadi maupun sebagai modal dasar pembangunan bangsa.

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah

melakukan berbagai inovasi program pendidikan antara lain; a) penyempurnaan

kurikulum, b) pengadaan buku/bahan ajar, c) peningkatan mutu guru, dan

tenaga kependidikan melalui berbagai pelatihan, d) peningkatan manajemen

pendidikan, e) peningkatan sarana dan prasarana pendidikan.

Agar pendidikan di Indonesia mengalami perubahan yang lebih baik

perlu diupayakan langkah-langkah penyempurnaan mendasar konsisten dan

sistematis paradigma pendidikan yang kita bangun adalah pendidikan yang

dapat mengembangkan potensi anak didik agar berani menghadapi tantangan

hidup sekaligus tantangan global, tanpa rasa tertekan, pendidikan kita harus

mampu mendorong anak didik memiliki pengetahuan, ketrampilan, memiliki

(14)

2

Untuk itu diperlukan pola pendidikan yang dengan sengaja dirancang

untuk membekali peserta didik dengan kecakapan hidup, yang secara

integratif memadukan kecakapan generik dan spesifik guna memecahkan dan

mengatasi problema kehidupan. Pendidikan haruslah fungsional dan jelas

manfaatnya bagi peserta didik, sehingga tidak sekedar merupakan

penumpukan pengetahuan yang tidak bermakna. Pendidikan harus diarahkan

untuk kehidupan anak didik dan tidak berhenti pada penguasaan materi

pembelajaran.

Oleh karena itu pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup

(life skills) menjadi sebuah alternatif pembaharuan pendidikan yang

prospektif untuk mengantisipasi tuntutan masa depan. Dengan titik berat

pendidikan pada kecakapan untuk hidup, diharapkan pendidikan benar-benar

dapat meningkatkan taraf hidup dan martabat masyarakat.

Pesantren merupakan pusat pendidikan Islam di Indonesia, didirikan

karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman dan hal ini bisa dilihat dari

perjalanan sejarah. Bila kita flashback kebeberapa tahun silam, sesungguhnya

pesantren dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah Islamiyah, yakni

menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak kader kader

ulama dan da‟i. Pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren.

Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa arab yang berarti

rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi didalam pesantren Indonesia,

khususnya pulau Jawa, lebih mirip dengan padepokan, yaitu perumahan sederhana

(15)

3

santri. Sedangkan istilah pesantren secara etimologis asalnya pesantrian yang

berarti tempat santri. Santri atau murid mempelajari agama dari seorang Kyai atau

syeikh di pondok pesantren (Ridwan, Nasir, 2005:80).

Pondok pesantren (Soegarda Poerbakawatja, 1976:223) merupakan salah

satu lembaga pendidikan Islam di Nusantara, dalam sejarah perkembangannya

pondok pesantren memiliki peranan yang sangat besar dalam sejarah perjuangan

bangsa Indonesia. Pondok pesantren telah membuktikan eksistensi dan kiprahnya

menjadi dinamisator dalam setiap proses perjuangan dan pembangunan bangsa.

Kiprahnya tidak hanya sebatas sebagai lembaga pendidikan, namun juga

merupakan lembaga perjuangan, lembaga sosial, ekonomi, lembaga spiritual

keagamaan dan dakwah.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan

pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari

(Mastuhu, 1994:6). Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah tempat

belajar para santri. Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal

sederhana yang terbuat dari bambu. Disamping itu kata “pondok” yang berasal

dari bahasa Arab “funduq” yang berarti hotel atau asrama (Zamakhsyari dhofier,

1983:18). Pondok pesantren yang merupakan “bapak” dari pendidikan Islam di

Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman (Hasbullah,

1996:40). Hal ini bisa dilihat dari perjalanan historisnya, bahwa sesungguhnya

pesantren dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah Islamiyah, yakni

(16)

4

ulama dan Da`i. Ridwan Nasir (2005:80) mendefinisikan Pesantren sebagai

“lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta

mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam”.

Pondok pesantren juga berarti suatu lembaga pendidikan dan pengajaran

agama Islam yang ada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan

secara non-formal, yaitu dengan sistem bandongan dan sorogan. Dimana Kyai

mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang tertulis dalam bahasa arab

oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang para santri biasanya

tinggal dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut (Ridwan Natsir,

2005:81).

Tujuan pendidikan pondok pesantren adalah menanamkan dan

meningkatkan ruhul Islam dalam perikehidupan beragama secara perorangan

maupun bermasyarakat. Berdasarkan keikhlasan beribadah serta pengamalan

syariat Islam secara murni dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Sedangkan menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 yaitu: Tujuan pendidikan pasal 3 secara formal memiliki 8 hal yang menjadi tujuan sebagai arah dan pencapaian yang perlu dikembangkan untuk peserta didik dalam pendidikannya yaitu pengembangan : 1) Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) Akhlak mulia, 3) Sehat, 4) Berilmu, 5) Cakap, 6) Kreatif, 7) Mandiri dan, 8) Menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Sebagai salah satu lembaga Pendidikan yang berbasis pesantren, dengan

keberadaan pesantren yang tetap survive sampai sekarang tentu menjadi

kebanggaan tersendiri bagi umat Islam. Hal ini disebabkan karena pesantren telah

(17)

5

negara serta pengembangan kebudayaan masyarakat. Dalam terminologi UU

Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 2, inti tujuan Pendidikan Nasional adalah

tercapainya bangsa Indonesia yang bermartabat. Indikator bangsa yang

bermartabat di antaranya adalah: beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat

jasmani dan ruhani, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

Keikutsertaan pesantren dalam perwujudan cita-cita pendidikan nasional telah

diakomudir pada UU No. 20 tahun 2003 pasal 30, yaitu :

1. Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

3. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

4. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.

5. Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Melalui UU No. 20 tahun 2003 tersebut, pesantren telah menempati posisi

penting yaitu sebagai sub sistem pendidikan nasional dalam rangka membentuk

pranata sosial yang kuat dan berwibawa melalui pendidikan. Pondok pesantren

sebagai lembaga pendidikan nonformal telah tumbuh dan berkembang secara

mandiri jauh sebelum Indonesia merdeka sampai sekarang yang kita kenal.

Pesantren di Indonesia dikategorikan dalam dua bentuk, yaitu pesantren

salaf dan pesantren non salaf. Pesantren salaf identik dengan pesantren tradisional,

sehingga pesantren yang tidak tergolong salaf dianggap sebagai pesantren

(18)

6

kenyataannya tipologi pesantren yang ada saat ini menunjukkan berbagai varian

dari bentuk salaf dan non salaf.

Walaupun tipologi pesantren disederhanakan dalam dua bentuk yaitu

pesantren salaf dan non salaf, namun secara lebih terperinci Manfred Ziemek

(1986:104-107) sesungguhya ada beberapa tipologi pesantren di Indonesia sebagai

berikut ;

1) Pesantren yang paling sederhana, yaitu dengan hanya menggunakan masjid sekaligus sebagai tempat pengajaran agama. Jenis ini khas bagi kaum sufi (pesantren tarekat) dengan pengajian-pengajian yang teratur dalam masjid dan dipimpin oleh seorang kiai. Jenis ini sering merupakan tingkat awal dalam mendirikan pesantren bentuk lain. 2) Pesantren dengan masjid dan dilengkapi dengan pondok yang terpisah, yaitu asrama bagi para santri yang sekaligus menjadi ruangan untuk tinggal dan sekaligus tempat belajar santri yang sederhana. 3) Pesantren yang sudah diperluas dengan mendirikan suatu madrasah diniyah, yaitu program pendidikan dengan sistem klasikal akan tetapi materinya semuanya ilmu-ilmu agama dengan menggunakan kurikulum local. 4) Pesantren yang memiliki madrasah akan tetapi materinya bukan hanya berupa ilmu-ilmu agama melainkan juga berupa ilmu-ilmu umum (formal). Oleh karna itu kurikulumnya berorientasi kepada sekolah-sekolah pemerintah yang resmi. 5) Pesantren dengan pendidikan madradah formal dan memiliki program (jadwal) tambahan/pelangkap dalam pendidikan keterampilan dan terapan bagi para peserta didiknya. 6) Pesantren modern, jenis ini disamping mengunakan system ke-Islaman klasik juga mencakup semua tingkat sekolah formal dari sekolah dasar hingga universitas. Paralel dengannya diselenggarakan juga program pendidikan keterampilan.

Pembagian jenis pesantren seperti di atas memberikan gambaran singkat

tentang tingkat keanekaragaman pranata pesantren sesuai dengan spektrum

komponen suatu pesantren. Karakteristik yang khas dari tipologi-tipologi di atas

berimplikasi pada system pendidikan, manajemen pendidikan bahkan kualitas (out

(19)

7

Masa depan dan keunggulan suatu bangsa ditentukan oleh keunggulan

sumber daya manusia yang dimilikinya. Apalagi hal ini jika dikaitkan dengan

perkembangan pada abad ke 21 yang merupakan era baru dengan menawarkan

berbagai peluang dan tantangan, jelas menuntut ketersediaan sumber daya

manusia yang unggul. Sumber daya manusia yang unggul dapat dihasilkan oleh

pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu sudah menjadi tuntutan dari

masyarakat di era globalisasi ini dan bahkan merupakan suatu kebutuhan.

Untuk merespon tuntutan masyarakat dan perkembangan global pada abad

ke-21 ini, maka arah kebijaksanaan pendidikan telah dirumuskan melalui

beberapa langkah, sebagaimana dikemukakan oleh Indradjati Sidi (2001:69) :

Pertama mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh masyarakat Indonesia. Kedua, meningkatkan kemampuan akademik dan professional serta jaminan kesejahteraan bagi tenaga kependidikan. Ketiga, melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan. Keempat, memberdayakan lembaga pendidikan dan meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat. Kelima, meningkatkan kualitas lembaga pendidikan. Keenam, mengembangkan kualitas sumber daya manusia secara terarah, terpadu dan menyeluruh.

Sehubungan dengan apa yang telah diungkapkan oleh Sidi (Tim Dosen

Administrasi Pendidikan UPI, 2009:206) maka manajemen kepeserta didikan

bertujuan untuk mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik sehingga dapat

menunjang proses pembelajaran agar dapat berjalan lancar, tertib dan teratur

sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan

pendidikan secara keseluruhan. Dalam artian dengan adanya manajemen ini maka

(20)

8

kepeserta didikan merupakan penerapan ide atau kebijakan melalui proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan evaluasi.

Dalam kesehariannya Pesantren Ar-Raudahtul Hasanah telah

melaksanakan pembinaan serta peningkatan kemandirian peserta didik dengan

melalui penugasan dan memberikan kepercayaan secara penuh terhadap peserta

didik untuk mengelolah keorganisasian santri secara mandiri, sebagai salah satu

bentuk pembinaan kemandirian santri di pesantren tersebut adalah dibentuknya

Organisasi Pelajar Raudhatul Hasanah (OPRH). Pelaksana OPRH adalah santri

kelas enam atau disebut santri kelas tiga Aliyah yang terpilih secara demokratis

dan terpimpin.

Pemilihan ketua dan pengurus organisasi ini diadakan setahun sekali.

Calon-calon yang akan duduk sebagai pengurus OPRH berasal dari tiap-tiap

konsulat (organisasi daerah) yang dipilih melalui mekanisme pemilihan yang

demokratis. Utusan atau wakil-wakil konsulat diseleksi oleh pembimbing OPRH

berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditetapkan. Para utusan yang terpilih itu

kemudian memilih di antara mereka formatur yang akan menentukan ketua dan

susunan pengurus selengkapnya. Pada setiap akhir tahun pelajaran dan sebelum

memasuki tahun pelajaran baru, mereka mengadakan musyawarah kerja untuk

mengevaluasi dan merancang program-program kerja ke depan (Dokumentasi

pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, 2006:32).

Pada setiap akhir kepengurusan mereka, seluruh pengurus organisasi ini

melaporkan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama satu tahun di depan

(21)

9

tanggapan maupun evaluasi. Seusai laporan pertanggungjawaban diadakan serah

terima amanat dari pengurus lama ke pengurus baru terpilih.

Kegiatan-kegiatan santri di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah sehari-hari di

bawah kepengurusan OPRH, dengan bagian-bagian yang meliputi: Bagian

Sekretaris, yaitu yang bertugas sebagai pengontrol keluar masuknya

surat-menyurat ditiap-tiap bagian. Bagian Bendahara, sebagai pusat laporan keuangan

Organisasi. Bagian Keamanan Pusat, disamping mempunyai tugas menjaga

keamanan pesantren, bagian ini juga sebagai pengontrol segala kegiatan santri

mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, bisa dibilang kerjanya hampir 24

jam. Bagian Pengajaran, mempunyai tugas dalam mengatur kegiatan santri yang

berkenaan dengan pendidikan dan pengajaran dikelas, dari mulai mengontrol

pelajaran sore, muhadhoroh (latihan berpidato), dan juga termasuk yang mengatur

kegiatan santri ketika berada di dalam masjid guna melaksanakan sholat lima

waktu dan membaca Alquran.

Bagian Penerangan, bertugas mengecek pengeras suara yang berada di

masjid maupun yang berada di asrama, agar supaya selalu siap ketika akan

digunakan untuk sholat berjamaah maupun membaca Alquran bersama-sama.

Bagian Penggerak Bahasa, mempunyai tugas sebagai penggerak bahasa santri

supaya senantiasa didalam lingkungan pesantren, santri selalu menggunakan dua

bahasa resmi yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris dengan cara mengontrol ke

kamar-kamar ataupun ke asrama. Bagian Kesenian, memiliki tugas untuk

mengadakan kursus-kursus kesenian atau keterampilan dengan membuat dekor,

(22)

10

Mushaf, Naskah, Dekorasi, Kontemporer dan Kolase. Bagian Penerimaan Tamu,

mempunyai tugas menyambut tamu yang datang ke pesantren dan juga

mempersiapkan penginapan bagi tamu yang ingin bermalam di pesantren. Bagian

Toko Pelajar, bagian ini bertugas menjaga toko untuk melayani santri dalam

memenuhi kebutuhan harian seperti sabun mandi, sikat gigi, alat-alat sekolah

maupun buku-buku pelajaran. Bagian Warung Pelajar, bertugas untuk

menyediakan kebutuhan makanan santri, seperti jajan gorengan, minuman dingin,

dan juga nasi goreng. Bagian Olahraga, mempunyai tugas untuk mengontrol

kegiatan olah raga santri, baik itu mengatur jadwal lari pagi, sampai dengan

mengatur jadwal pertandingan olah raga antar santri. Bagian Tata Lingkungan

dan Bagian Sosial, bertugas untuk menjaga dan mengontrol kebersihan pesantren

mulai dari kebersihan kamar santri sampai kebersihan asrama. Bagian

Perpustakaan, mempunyai tugas menjaga dan mengatur jadwal santri untuk masuk

ke perpustakaan, serta melengkapi buku-buku bacaan santri. Bagian Dapur,

bertugas menyediakan makan santri, selama tiga kali dalam sehari, pagi, siang,

dan malam. Dan Bagian Kesehatan, memiliki tugas khusus untuk menyediakan

obat-obatan di poliklinik, serta mendata santri yang sakit guna mendapat

pelayanan kesehatan.

Dari semua bagian yang tersebut diatas, dibawah pengawasan ketua

OPRH, yang bertugas mengontrol dan bertanggung jawab atas jalannya

keorganisasian santri serta memberikan laporan hasil kinerja tiap-tiap bagian

(23)

11

Dengan memberikan kepercayaan secara penuh kepada santri untuk

mengelolah segala bentuk aktifitas yang ada dengan sendirinya, walaupun begitu

tidak terlepas dari bimbingan dan arahan pengasuhan santri.

Tentunya hal ini yang membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh

lagi tentang bagaimana manajemen yang diterapkan oleh Organisasi Pelajar

Raudahtul Hasanah (OPRH) dalam pendidikan kecakapan hidup santri sehingga

bisa membentuk para santrinya menjadi hidup mandiri dan memiliki kecakapan

hidup yang seperti diharapkan ketika sudah kembali ke masyarakat nantinya.

Mengingat pentingnya penerapan manajemen kepeserta didikan dalam

manajemen organisasi untuk pencapaian kualitas peserta didik serta meningkatkan

kecakapan hidup dari peserta didik, maka peneliti tertarik untuk mengangkat

sebuah penelitian dengan judul Manajemen pendidikan Kecakapan Hidup Santri

pada Organisasi Pelajar Ar- Raudhatul Hasanah (OPRH) Medan.

1.2. Fokus Masalah

Melihat dari latar belakang masalah sebagaimana diungkapkan diatas tadi

terkait dengan kebijakan, maka pada penelitian ini peneliti memfokuskan masalah

yang akan diteliti pada manajemen pendidikan kecakapan hidup santri pada

Organisasi Pelajar Ar-Raudhatul Hasanah (OPRH).

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah sebagaimana diungkapkan

(24)

12

1. Bagaimana manajemen pendidikan kecakapan hidup santri dalam

Organisasi Pelajar Ar-Raudhatul Hasanah?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dari manajemen pendidikan

kecakapan hidup santri pada Organisasi Pelajar Raudhatul Hasanah?

3. Apa saja hasil kecakapan hidup yang diperoleh santri melalui Organisasi

Pelajar Raudhatul Hasanah di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah penelitian ini, secara umum untuk

mendapatkan gambaran secara deskriftif pelaksanaan manajemen pendidikan

kecakapan hidup santri pada Organisasi Pelajar Ar-Raudhatul Hasanah Medan,

Dan lebih khusus tujuan penelitian ini antara lain adalah:

1. Untuk mengetahui manajemen pendidikan kecakapan hidup santri dalam

Organisasi Pelajar Ar-Raudhatul Hasanah

2. Untuk mengetahui Faktor pendukung dan penghambat dari manajemen

pendidikan kecakapan hidup santri pada Organisasi Pelajar Raudhatul

Hasanah

3. Untuk mengetahui hasil kecakapan hidup yang diperoleh santri melalui

(25)

13

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Direktur Pesantren selaku pengelolah Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah

dalam pengembangan mutu pendidikan yang berada di lembaga tersebut.

2. Bidang Pengasuhan dalam membimbing pelaksanaan manajemen

pendidikan kecakapan hidup santri pada Organisasi Pelajar Ar-Raudhatul

Hasanah (OPRH).

3. Organisasi Pesantren Raudahtul Hasanah (OPRH) dalam menjalankan

organisasi guna pencapaian kecakapan hidup santri yang optimal.

4. Guru dan staf pesantren sebagai bahan masukan sehingga dapat membantu

dalam pelaksanaan dan pengembangan manajemen peserta didik dalam

meningkatkan kemandirian santri di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah.

5. Peneliti lain yang ingin meneliti atau menelaah permasalahan atau

mengembangkannya pada lokasi yang berbeda.

1.6. Batasan Istilah

Penelitian ini diberi judul “Manajemen Pendidikan Kecakapan Hidup

Santri Pada Organisasi Pelajar Raudhatul Hasanah (OPRH) Di Pesantren

Ar-Raudharul Hasanah Medan”. Untuk menghindari kekeliruan interprestasi dalam

memahami pengertian judul tersebut, penulis perlu untuk memberikan batasan

atau pengertian tentang bagian yang menjadi fokus dalam penelitian ini.

Untuk memberikan pemahaman yang sama terhadap beberapa istilah

(26)

14

1. Manajemen Pendidikan

Manajemen Pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relatif

masih muda sehingga tidaklah aneh apabila banyak yang belum mengenal. Istilah

lama yang sering digunakan adalah „administrasi‟. Untuk memperjelas pengertian

manajemen, tampaknya perlu ada penjelasan lain yang lebih bervariasi mengenai

makna manajemen.

Manajemen Pendidikan dalam kamus bahasa Belanda-Indonesia

disebutkan bahwa istilah manajemen berasal dari “administratie” yang berarti tata

usaha. Dalam pengertian manajemen tersebut, administrasi menunjuk pada

pekerjaan tulis menulis di kantor. Pengertian inilah yang menyebabkan timbulnya

contoh-contoh keluhan kelambatan manajemen yang sudah disinggung, karena

manajemen dibatasi lingkupnya sebagai pekerjaan tulis-menulis.

2. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill)

Pendidikan kecakapan hidup (Life Skill) merupakan kecakapan-kecakapan

yang secara praktis dapat membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai

macam persoalan hidup dan kehidupan. Menurut WHO dalam buku

pengembangan pendidikan kecakapan hidup yang dikeluarkan oleh depdiknas

mendefenisikan bahwa kecakapan hidup sebagai ketrampilan atau kemampuan

untuk beradaptasi dan berprilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu

menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara efektif.

3. Organisasi Pelajar Raudhatul Hasanah

Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal

(27)

15

Orgnasisasi Pelajar Raudhatul Hasanah adalah salah satu organisasi yang ada di

pesantren Ar-Raudhatul Hasanah dimana dalam kesehariannya pesantren tersebut

telah melaksanakan pembinaan serta pembentukan kecakapan hidup peserta didik

dengan melalui penugasan dan memberikan kepercayaan secara penuh terhadap

peserta didik untuk mengelola keorganisasian santri secara mandiri, pelaksana

OPRH adalah santri kelas enam atau yang disebut santri kelas tiga aliyah yang

terpilih secara demokratis dan terpimpin.

4. Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah

Tepatnya pada tanggal 15 Januari 1981, saat pelaksanaan acara peringatan

Maulid Nabi Muhammad SAW bertepatan dengan acara masuk rumah baru

kediaman M. Ilyas Tarigan, Ustad Usman Husni diundang untuk memberikan

taushiah yang diantara isinya adalah menyinggung tentang keluarga yang telah

mapan secara ekonomi dan intelektual, tapi belum mapan secara pendidikan

agama, karena hingga saat itu, di antara keluarga belum ada yang menempuh

pendidikan dalam bidang agama. Padahal, sudah banyak pengajian diadakan,

bahkan banyak diantara anggota keluarga ini yang berjihad menghidupkan

dakwah, mengingat masih banyak keluarga yang belum memeluk agama Islam. Di

satu sisi, mereka juga harus telah memikirkan estafet perjuangan ini, yang salah

satu cara mempersiapkannya adalah melalui jalur pendidikan.

Masyarakat Paya Bundung dan sekitarnya yang sejak lama berkeinginan

mendirikan Lembaga Pendidikan agama pun menyambut dengan antusias. Isi

taushiah di atas seakan menjadi dorongan untuk segera mewujudkan lembaga

(28)

sela-16

sela pengajian khusus yang selalu diadakan di rumah bapak Mochtar Tarigan, hal

ini selalu didiskusikan. Pembahasan dalam pengajian-pengajian inilah sebenarnya

yang menjadi embrio kelahiran „Pesantren‟. Dari komunikasi dan interaksi

intensif di atas, dan setelah mengkaji model dan bentuk Lembaga Pendidikan

yang diinginkan, maka disepakati untuk mendirikan Lembaga Pendidikan Islam

berbentuk pesantren.

Sebagai follow up dari pertemuan-pertemuan tersebut, diadakanlah

pertemuan bulan Maret tahun 1982 di Sibolangit untuk membicarakan model dan

nama Pesantren yang di inginkan. Muncullah lebih dari 20 nama Pesantren yang

diusulkan. Namun pertemuan tersebut belum menghasilkan nama yang disepakati.

Dalam sebuah pengajian Tafsir di rumah Mochtar Tarigan, saat

pembahasan ayat 32 dari Surah An-Naba‟, pada jilid pertama halaman 16 dalam

Tafsir Al-Shâwy disebutkan bahwa maksud dari kata „hadâiq‟ dalam ayat tersebut

adalah „Ar-Raudhatul Hasanah‟ (taman surga yang indah). Pada saat itu,

tercetuslah ide untuk menamai Pesantren ini dengan „Ar-Raudhatul Hasanah‟,

dengan harapan bahwa pesantren wakaf tersebut menjadi taman yang indah bagi

para pewakif dan pelajarnya dan bagi semua yang berjihad di dalamnya. Setelah

dibahas, masyarakat pun menyetujui nama tersebut.

Setelah melalui proses yang panjang, pada tanggal 18 Oktober 1982,

bertepatan dengan peringatan tahun baru Hijriah 1 Muharram 1403 H,

dideklarasikanlah pendirian Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah

(29)

181

181

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berpijak dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada

BAB IV yang seluruhnya merujuk secara menyeluruh kepada permasalahan dan

tujuan penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Manajemen pendidikan kecakapan hidup santri dalam Organisasi Pelajar

Ar-Raudhatul Hasanah adalah dibentuk melalui disiplin, bertanggung

jawab, memiliki sifat kesederhanaan, kebersamaan, keberanian, memiliki

karakter yang selalu mengedepankan aspirasi, berpikiran bebas, ukhuwah

Islamiyah, dapat memimpin dan siap dipimpin. Seluruh kehidupan santri

selama berada di Pesantren diatur oleh santri sendiri dengan bimbingan

guru-guru. Kegiatan-kegiatan ini selalu didasari oleh Panca Jiwa Pesantren

Ar-Raudhatul Hasanah: keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwwah

Islamiyah dan kebebasan. Kelima jiwa ini terus-menerus ditanamkan

dalam kehidupan santri di Pesantren di bawah bimbingan Piminan,

Direktur dan Majelis Pengasuh

2. Faktor pendukung dan penghambat dari manajemen pendidikan kecakapan

hidup santri pada Organisasi Pelajar Raudhatul Hasanah adalah: (a)

kurangnya wawasan serta kemandirian para santri dan santriwati untuk

tetap berdikari yang tinggi, disiplin yang ditegakkan tidak membuat para

santri dan santriwati untuk terus berbenah diri dalam mengadapi disiplin

(30)

182

santriwati yang belajar di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah bukan

kemauan sendiri, tapi dari paksaan orang tua, tentunya hal ini menjadikan

problem bagi pesantren Ar-Raudhatul Hasanah dalam menegakkan

disiplin, (c) masih banyaknya para santri dan santriwati kurang menjiwai

dalam berorganisasi, pada intinya berorganisasi yang dikembangkan

pesantren adalah menjadikan para santri dan santriwati dapat bertanggung

jawab, berdikari, sopan, patuh terhadap pimpinan dan guru. Dan faktor

pendukungnya adalah: (a) loyalitas kepemimpinan/Kedirekturan, (b)

kedisiplinan dan kepatuhan, (c) kemandirian karir organisasi, (d) falsafah

pendidikan, (e) kejujuran santri dan santriwati di Pesantren,

3. Hasil kecakapan hidup yang diperoleh santri melalui Organisasi Pelajar

Raudhatul Hasanah di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah adalah

membentuk karakter siswa yang bertanggung jawab dalam melakukan

aktifitas dan gigih dalam berupaya mencapai sesuatu yang diinginkan,

melahirkan kemandirian yang disertai dengan rasa percaya diri sehingga

santri dan santriwati akan gigih dan mampu bekerja keras dalam

melaksanakan aktivitas yang dicanangkan dan membentuk kepribadian

(31)

183

5.2. Saran - Saran

1. Hendaknya dalam manajemen pendidikan yang mengatur kecakapan hidup

para santri dan santriwati melalui proses berorganisasi dibentuk melalui

pengkaderan permanent, tidak hanya sebatas pembentukan organisasi

loyalis tapi juga libolis

2. Hendaknya dalam memajukan kecakapan hidup tidak mesti pada ranah

organisasi, akan tetapi pada aspek kemandirian konseptual pribadi, seperti

pengembangan bakat kompetensi di dalam kelas melalui ajang

debat,diskusi,beragumentasi. Jadi tidak hanya pada tanggung jawab dalam

berorganisasi akan tetapi juga bagaimana mendudukkan nilai-nilai

kecakapan hidup santri dan santriwati bila mereka sudah tamat dari

pesantren Ar-Raudhatul Hasanah

3. Dalam penelitian berikutnya, hendaknya para peneliti mengungkapkan sisi

positif dan sisi negative dalam pola manajemen pendidikan pada

kecakapan hidup santri dan santriwati dalam berorganisasi, yang mana

diketahui peneliti saat ini menemukan masih banyaknya tindakan

hukuman disiplin melalui hukum fisik. Hendaknyalah peneliti berikutnya

menguak hal ini melalui dampak berorganisasi terhadap manajemen

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani, Abu Ahmadi. 1991. Pedoman Penyelenggaraan Administrasi

Pendidikan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Anwar. 2006. pendidikan kecakapan hidup. Bandung : CV Alvabeta.

Azizy Qodri, Depag RI. 2003. Pola Pembelajaran di Pesantren. Jakarta: Dirjen

Binbaga Islam.

Bafadal, Ibrahim. 2009. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Dari

Sentralisasi Menuuju Desentralisasi, Cet III. Jakarta: Bumi Aksaran.

Depag. 2005. Pedoman Integrasi Life Skill Terhadap Pembelajaran, Jakarta:

Dirjen Kelembagaan Agama Islam.

Depdiknas, 2002. Pendidikan berorientasi kepada kecakapan hidup (life skill)

melalui pendekatan Broad-Based Aducation. Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional.

Depdikbud. 1998. Panduan Manajemen Sekolah. http: Depdikbud Dirjen Pend.

Dasar dan Menengah.

Dhofier, Zamakhsyari. 1983. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES.

Dini. 2003. dalam Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains. Bogor:

Institut Pertanian Bogor.

Engkoswara, Aan Komariah. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Ghiyani, Ursula.2004. Pengembangan professional untuk manajemen pendidikan.

(33)

Hasibuan, Malayu. 2009. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:

Bumi Aksara.

Hidayanto. 2002. Belajar Keterampilan Berbasis Keterampilan Belajar, Dalam

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 037. Jakarta: Balitbang Diknas.

Indradjati Sidi. 2001. Menuju Masyarakat Belajar (Jakarta: Paramadina, 2001).

Jamhuri, Muhammad. 2010. Pondok Pesantren: Sejarah dan Perkembangan

Pendidikan Islam diIndonesia. lihat situs Ikatan Keluarga Alumni Pondok

Pesantren Daarul Rahman.

Lukman Hakim. 2010. Arah Pengembangan Pendidikan Pesantren dalam

Bingkai, system pendidikan nasional.

Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INSI XX

Ma’sum, Saifullah, (Eds). 1998. Dinamika Pesantren: telaah kritis keberadaan

pesantren saat ini, Cetakan I, Jakarta: Yayasan Islam

al-Hamidiyah-Yayasan Saifuddin Zuhri.

Mas’ud Abdurrahman. 2004. Intelektual Pesantren. Yogyakarta: LKiS.

Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang

Unsur dan Nilai Sisten Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.

Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moh. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nanang Fattah. 2008. Landasan Manajemen. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nelson-Jones, R. 1997. Practical Counseling and Helping Skills, Texts and

Exercises for the Life Skills Counseling Model. Fourth Edition. London:

(34)

Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Poerbakawatja, Soegarda. 1974. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: Gunung agung.

Qomar Mujamil. 2005. Pesantren, Dari Transformasi Metodologi menuju

Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Ridwan, Nasir. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok

Pesantren di engah Arus Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sagala, Syaiful. 2008. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.

Sagal, Syaiful. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.

Bandung: Alfabeta.

Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah Dan Masyarakat. Jakarta :

Nimas Multima.

Sahal Mahfud. 1994. Nuansa Fiqih Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Satori Djama’an, Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif

Bandung: Alpabet.

Syukur, Fatah. 200. Dinamika Madrasah dalam Masyarakat Industri. Semarang:

PKPI2 dan PMDC.

Slamet PH. 2002. Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep Dasar, dalam Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balitbang Diknas.

Siagian, Sondang P. 1980. Falsafah Administrasi. Jakarta: Mas Agung.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitati dan R & D. Bandung:

Alpabeta.

Suparta, Mundzier, Amin Haedari (edt). 2003. Manajemen Pondok Pesantren.

(35)

Sumarni Sri. 2003. penilaian berbasis kelas (PBK) dalam rangka implementasi

kurikulum PAI berbasis kompetensi, dalam Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 4,

No. I. Jakarta.

Sutrisno, Joko. Pengembangan Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan Sejak

Usia

Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. 2009. Manajemen Pendidikan.

Bandung: Alfabeta.

Wahyosumidjo. 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Grafindo

Winarno Surahman. 1978. Dasar dan Teknik Reseach Pengantar Metodologi

Ilmiah. Bandung; Tarsito.

www. http//:Raudhah.ac.id. 2011

Y.S Lincoln, E.G Guba. 1985. Naturalistic Inquiry . New Delhi: Sage Publication.

Zarkasyi, Imam. 1965. Pembangunan Pondok Pesantren dan Usaha Untuk

Melanjutkan Hidupnya. Yogyakarta : IAIN Sunan kalijaga.

Zaenal Arifin. 2005. Implikasi UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional terhadap Sistem Pendidikan Pesantren, sunan ampel: skripsi zainal

arifin

Ziemek, Manfred. 1986. Pesantren Dalam Perubahan Sosial, Cetakan I. Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 1.5 di bawah ini menunjukkan bahwa Galur merupakan kecamatan yang luas wilayahnya paling kecil kedua jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu sebesar 5,61 persen

Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empiris pengaruh tata kelola perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

[r]

Semakin besar jumlah dewan komisaris independen terhadap total anggota komisaris yang ada di perusahaan, maka aktivitas pengawasan pelaksanaan prinsip tata

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. d) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang.

audien memperoleh stimuli berupa iklan dari Kaspersky yang diperankan oleh Jackie Chan. yang bertindak sebagai endorser, maka proses dari komunikasi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi ilmu komunikasi terutama konsentrasi studi periklanan yang berkaitan dengan peran persepsi audiens mengenai

Jackie Chan, aktor laga dari China yang terkenal karena aksi-aksinya yang atraktif..