• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti (Buku Siswa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti (Buku Siswa)"

Copied!
216
0
0

Teks penuh

(1)

Pendidikan Agama Buddha

dan Budi Pekerti

SMA /SMK

Kelas

XI

Diunduh

dari

(2)

Hak Cipta © 2014 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang

MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN

Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku siswa ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.

Katlog Dalam Terbitan (KDT)

Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.— Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.

x, 206 hlm.: ilus.; 25 cm. Untuk SMA/SMK Kelas XI

ISBN 978-602-282-433-6 (jilid lengkap) ISBN 978-602-282-435-0 (jilid 2)

1. Buddha -- Studi dan Pengajaran I. Judul II. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

294.3

Kontributor Naskah : Sukiman dan Sigit Prajoko. Penelaah : Jo Priastana.

Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.

Cetakan ke-1, 2014

Disusun dengan huruf Georgia, 11pt.

Diunduh

dari

(3)

Ka ta Pe n ga n ta r

Kurikulum 2013 dirancang sebagai kendaraan untuk mengantarkan siswa menuju penguasaan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan ini selaras dengan pandangan dalam agama Buddha bahwa belajar tidak hanya untuk mengetahui atau mengingat (pariyatti) tetapi juga untuk melaksanakan (patipatti) dan mencapai penembusan (pativedha). “Meskipun seseorang banyak membaca Kitab Suci, teta¬pi tidak berbuat sesuai dengan Ajaran, orang yang lengah itu sama seperti gembala yang menghitung sapi milik orang lain, ia tidak akan memperoleh manfaat kehidupan suci.” (Dhp. 19). Untuk memastikan keseimbangan dan keutuhan ketiga ranah tersebut, pelajaran agama perlu diberi penekanan khusus terkait dengan budi pekerti. Hakikat budi pekerti adalah sikap atau perilaku seseorang dalam hubungannya dengan diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa, serta alam sekitar.

Jadi, pendidikan budi pekerti adalah usaha menanamkan nilai-nilai moral ke dalam sikap dan perilaku generasi bangsa agar mereka memiliki kesantunan dalam berinteraksi. Nilai-nilai moral/karakter yang ingin kita bangun antara lain adalah sikap jujur, disiplin, bersih, penuh kasih sayang, punya kepenasaran intelektual, dan kreatif. Di sini pengetahuan agama yang dipelajari para siswa menjadi sumber nilai dan penggerak perilaku mereka. Sekadar contoh, di antara nilai budi pekerti dalam Buddha dikenal dengan jalan utama menghilangkan penderitaan dan mendatangkan kebahagiaan hidup: pertama, Sila: Samma Vacca (ucapan benar), Samma Kammanta (perbuatan benar), Samma Ajiva (penghidupan benar); kedua, Samadhi: Samma Vayama (daya upaya benar), Samma Sati (perhatian benar), Samma Samadhi (kosentrasi benar); dan Panna: Samma Ditthi (pengertian benar) dan Samma Sankhapa (pikiran benar).

Kata kuncinya, budi pekerti adalah tindakan, bukan sekedar pengetahuan yang harus diingat oleh para siswa, maka proses pembelajarannya mesti mengantar mereka dari pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Dalam ungkapan Buddha-nya, “Pengetahuan saja tidak akan membuat orang terbebas dari penderitaan, tetapi ia juga harus melaksa¬nakannya” (Sn. 789). Buku Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas XI ini ditulis dengan semangat itu. Pembelajarannya dibagi-bagi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang harus dilakukan siswa dalam usaha memahami pengetahuan agamanya. Tidak berhenti dengan memahami, tapi pemahaman tersebut harus diaktualisasikan dalam tindakan nyata dan sikap keseharian sesuai dengan tuntunan agamanya, baik dalam bentuk ibadah ritual maupun ibadah sosial. Untuk itu, sebagai buku agama yang mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi, rencana pembelajarannya dinyatakan dalam bentuk aktivitas-aktivitas. Urutan pembelajaran dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang harus dilakukan siswa. Dengan demikian, materi buku ini bukan untuk dibaca, didengar, ataupun dihafal oleh siswa maupun guru, melainkan untuk menuntun apa yang harus dilakukan siswa bersama guru dan teman-teman sekelasnya dalam memahami dan menjalankan ajaran agamanya.

Implementasi terbatas pada tahun ajaran 2013/2014 telah mendapat tanggapan yang sangat positif dan masukan yang sangat berharga. Pengalaman tersebut dipergunakan semaksimal mungkin dalam menyiapkan buku untuk implementasi menyeluruh pada tahun ajaran 2014/2015 dan seterusnya. Walaupun demikian, sebagai edisi pertama, buku ini sangat terbuka dan terus dilakukan perbaikan untuk penyempurnaan. Oleh karena itu, kami mengundang para pembaca memberikan kritik, saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045). Jakarta, Januari 2014

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Diunduh

dari

(4)

D a fta r Is i

Ka ta Pe n ga n ta r ... iii

D a fta r Is i ... iv

Ba b 1 Mo ra lita s ... 1

Fakta ... 1

Ayo Baca Kitab Suci ... 1

Teks ... 2

Pen gertian Moralitas ... 2

Moralitas dalam J alan Mulia Berun sur Delapan ... 3

Pen afsiran Moralitas dalam Kitab Visuddhim agga ... 5

Aspek-aspek Moralitas ...8

Kon teks ... 10

Men jadi Man usia yan g Berm oral ... 10

Mem perlakukan Oran g Lain den gan Moralitas ... 13

Ren un gan ... 14

Ayo Bern yan yi ... 15

Evaluasi ...17

Ba b 2 J e n is -je n is Sīla ... 18

Fakta ... 18

Ayo Baca Kitab Suci ... 19

Teks ... 19

Sīla Berdasar J en isn ya ... 19

Diunduh

dari

(5)

Sīla Berdasar J um lah Latihan n ya ...20

Sīla Berdasar Oran g yan g Mem praktikkan n ya ... 27

Sīla Berdasar Kualitas Motif/ Tujuan n ya ...28

Sīla Berdasar Cara Mem praktikkan n ya ...30

Kon teks ...30

Mem aham i Perbedaan ...30

Sīla Sebagai Pelin dun g ... 32

Ren un gan ... 33

Ayo Bern yan yi ... 34

Evaluasi ... 36

Ba b 3 Ma n fa a t d a n Ca ra Me m p ra ktikka n Sīla ... 3 7 Fakta ... 37

Ayo Baca Kitab Suci ... 37

Teks ...38

Man faat Mem praktikkan Sīla ...38

Cara Mem praktikkan Sīla ... 51

Pan casila ... 52

Pan ca Dharm a ... 58

Kon teks ... 58

Agam a Bukan Sebatas Label ... 58

Sem ua Agam a Men gan jurkan Berbuat Baik ... 59

Pertikaian An tar Um at Beragam a ...60

Ren un gan ...60

Ayo Bern yan yi ...62

Diunduh

dari

(6)

Evaluasi ... 62

Ba b 4 Pe rb u a ta n B a ik ... 6 4 Fakta ... 64

Ayo Baca Kitab Suci ...64

Teks ... 65

Kriteria Perbuatan Baik dan Buruk ... 65

Sepuluh Dasar Perbuatan Baik ... 65

Kon teks ...71

J an ji Man is Masuk Surga ...71

Pen tin gn ya Perbuatan Ben ar ...71

Ren un gan ... 72

Ayo Bern yan yi ... 75

Evaluasi ... 77

Ba b 5 Pu ja d a n B u d a ya ... 78

Fakta ... 78

Ayo Baca Kitab Suci ... 78

Teks ... 79

Puja pada Masa Buddha ... 79

Puja Setelah Buddha Parin ibban a ...8 0 Puja Sebagai Sikap H orm at ...8 0 Puja Sebagai Ekspresi Budaya ...8 3 Kon teks ...8 9 Ren un gan ...8 9 Ayo Bern yan yi ... 93

Evaluasi ... 94

Diunduh

dari

(7)

Ba b 6 Em p a t Ke b e n a ra n Mu lia ... 10 7

Fakta ... 10 7 Ayo Baca Kitab Suci ... 10 7 Teks ... 10 8 H ukum Keben aran Mutlak ... 10 8 H ukum Em pat Keben aran Mulia ... 10 9

a. Keben aran Mulia Ten tan g Dukkha ...110

b. Keben aran Mulia Ten tan g Sebab Dukkha ...114

c. Keben aran Mulia Ten tan g Terhen tin ya Dukkha ...116

d. Kebenaran Mulia Tentang J alan Menuju Terhentinya Dukkha ... 118

Kon teks ...121

Ren un gan ... 122

Ayo Bern yan yi ... 125

Evaluasi ...127

Ba b 7 Ka rm a d a n Tu m im b a l La h ir ... 12 8 Fakta ... 128

Ayo Baca Kitab Suci ... 129

Teks ... 129

A. Karm a ... 129

Apa Itu Karm a ... 130

Karm a dan Vipaka ...131

Apa Pen yebab Karm a? ... 132

Men gapa Setiap Oran g Berbeda? ... 133

Klasiikasi Karma ... 134

Diunduh

dari

(8)

B. Kelahiran Kem bali ... 138

Bukti Tum im bal Lahir ... 139

Uji Kon sep Tum im bal Lahir ... 140

Kon teks ... 142

An ak Kem bar ... 142

Ren un gan ... 143

Ayo Bern yan yi ... 146

Evaluasi ... 147

Ba b 8 Tiga Ka ra kte ris tik U n ive rs a l ... 14 8 Fakta ... 148

Ayo Baca Kitab Suci ... 148

Teks ... 149

1. Tilakkhan a ... 149

2. Ketidakkekalan... 151

3. Ketidakpuasan... 153

4. Tan pa Diri yan g Kekal ...155

Men gapa Perlu Men yadari An icca? ...157

Men gapa Perlu Men yadari Dukkha? ... 158

Men gapa Perlu Men yadari An atta? ... 158

Kon teks ... 159

Ren un gan ... 160

Ayo Bern yan yi ...161

Evaluasi ... 162

Diunduh

dari

(9)

Ba b 9 S e b a b Akib a t ya n g S a lin g B e rga n tu n ga n ... 16 3

Fakta ... 163

Ayo Baca Kitab Suci ... 163

Teks ... 164

Rum usan H ukum Paticcasam uppada ... 164

Duabelas Nidan a ... 166

Kon teks ... 18 4 Paticcasam uppada dalam Kehidupan Sehari-hari ... 18 4 Terim alah Akibat sebagai Kon sekuen si dari Sebab ... 18 4 Ren un gan ... 18 5 Ayo Bern yan yi ... 18 8 Evaluasi ... 190

D a fta r P u s ta ka ... 2 0 2

Diunduh

dari

(10)

Diunduh

dari

(11)

Ba b 1

Mo ra lita s

Ayo , Ba ca Kita b S u ci

Na pupphagan dho paṭivātam eti

n a can dan aṁ tagaramallikā vā

satañ ca gandho paṭivātam eti sabbā disā sappuriso pavāti

(Dham m apada 54)

Can dan aṁ tagaraṁ vāpi

uppalaṁ atha vassikī etesaṁ gandhajātānaṁ

silagandho anuttaro (Dham m apada 55)

9 Fenomena kemerosotan moral manusia

9 Ucapan kasar yang makin membudaya

9 Kasus-kasus kekerasan semakin meningkat

9 Mencari nafkah dengan cara-cara yang tidak benar

Fa kta

Diunduh

dari

(12)

Te ks

Moralitas dalam istilah Buddhis dikenal dengan istilah sīla. Sīla pertama kali diajarkan oleh Buddha dalam kotbah pertama Beliau yang disebut Dham m acakkapav attan a Sutta. Hal ini memberikan isyarat

bahwa ajaran tentang sīla begitu penting karena merupakan dasar atau fondasi dalam pengamalan ajaran Buddha.

Pe n ge rtia n Mo ra lita s

Ga m ba r 1.1 Penunjuk Jalan Benar dan Jalan Salah Sumber: http://faviandewanta.wordpress.com

Sīla mencakup semua perilaku dan sifat-sifat baik dan termasuk dalam ajaran moral dan etika agama Buddha. Menurut kosakata bahasa Pali, istilah sīla mempunyai beberapa arti:

Diunduh

dari

(13)

1. Sifat, karakter, watak, kebiasaan, perilaku, kelakuan.

Dalam hal ini, sīla berfungsi sebagai kata sifat, misalnya perilaku baik (susila), perilaku buruk (dussila), perilaku kikir (adan asila),

watak luhur (parisudhasila).

2. Latihan moral, pelaksanaan moral, perilaku baik, etika Buddhis, dan kode moralitas.

Mo ra lita s d a la m J a la n Mu lia B e ru n s u r D e la p a n

Buddha menguraikan sīla dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariy a

Atthan gika M agga) sebagai sikap mental yang terwujud dalam ucapan

benar (sam m a v acca), perbuatan benar (sam m a kam m an ta), dan

penghidupan benar (sam m a ajiv a). Dengan demikian, ketiga hal ini dapat

dikatakan sebagai indikator moralitas. Baik atau buruknya moral manusia dapat diketahui dari kualitas ucapan, perbuatan, dan penghidupannya. Ketiga indikator ini secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut.

Ga m ba r 1.2 Jalan Mulia Berunsur Delapan Sumber: http://www.intisaribuddha.blogspot.com

Diunduh

dari

(14)

1. Ucapan benar adalah ucapan yang tidak didasari oleh keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Ucapan yang termasuk dalam ucapan benar adalah seperti berikut.

a. Ucapan yang jujur atau tidak berbohong (m usav ada v eram an i).

b. Ucapan yang mendamaikan dan tidak memecah belah atau tidak memitnah (pisun ay a v acay a v eram an i).

c. Ucapan yang sopan atau tidak berbicara kasar (pharusay a v acay a v eram an i).

d. Ucapan yang bermanfaat atau tidak omong kosong (sam phappalapa v eram an i).

2. Perbuatan benar adalah perbuatan yang bertujuan untuk mengurangi keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Dengan kata lain, perbuatan benar adalah perbuatan yang didasari oleh sifat kedermawanan dan cinta kasih. Perbuatan yang termasuk dalam perbuatan benar adalah seperti berikut.

a. Perbuatan menghargai hak hidup makhluk lain yang terwujud dalam menghindarkan diri dari membunuh (pan atipata

v eram an i).

b. Perbuatan menghargai hak milik orang lain yang terwujud dalam menghindarkan diri dari mengambil barang yang tidak diberikan (adin n adan a v eram an i).

c. Perbuatan menghargai hubungan personal yang terwujud dalam menghindarkan diri dari berbuat asusila (kam esum

ic-chacara v eram an i).

Diunduh

dari

(15)

3. Penghidupan benar adalah cara menjalani kehidupan yang sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran.

Buddha menjelaskan tentang penghidupan benar dalam kitab

An guttara N ikay a sebagai berikut.

“Den gan kekay aan y an g diperoleh m elalui usaha giat, y an g

dikum pulkan m elalui kekuatan len gan n y a, y an g didapatkan

m elalui kerin gat di dahin y a, harta y an g lay ak y ang didapatkan

den gan cara y an g lay ak, ...” (AN 4:61).

Dalam hal berpenghidupan sebagai pedagang, ada lima jenis perdagangan yang disarankan untuk dihindari. Buddha menyatakan sebagai berikut:

“Kelim a perdagan gan in i, w ahai para bhikkhu, seharusn y a

jan gan dilakukan um at aw am : m em perdagan gkan sen jata,

m em perdagan gkan m akhluk hidup, m em perdagan gkan dagin g,

m em perdagan gkan zat y an g m em abukkan , m em perdagan gkan

ran cun ” (AN 5:177).

P e n a fs ira n Mo ra lita s d a la m Kita b Vis u d d h im a gga

Ga m b a r 1.3 Sampul Kitab Visuddhimagga Sumber: https://openlibrary.org

Diunduh

dari

(16)

Buddhagosa dalam kitab Visuddhim agga menafsirkan sīla dalam

empat kualitas sebagai berikut.

1. Menunjukkan sikap batin atau kehendak (cettana). Walaupun

moralitas seseorang dapat dilihat dari ucapan dan perbuatannya, namun sīla dikatakan sebagai sikap batin atau kehendak karena ucapan dan perbuatan yang dilakukan selalu didahului oleh niat dalam pikiran.

2. Menunjukkan penghindaran (v irati). Sīla juga menunjukkan

kemampuan seseorang untuk menghindarkan diri dari tiga hal berikut.

a. Menghindarkan diri dari mengucapkan ucapan tidak benar dengan cara mengembangkan ucapan benar (sam m a v aca).

b. Menghindarkan diri dari melakukan perbuatan tidak benar dengan cara melakukan perbuatan benar (sam m a kam m an ta).

c. Menghindarkan diri dari menjalankan penghidupan tidak benar dengan cara menjalankan penghidupan yang benar (sam m a ajiv a).

3. Menunjukkan pengendalian diri (saṁv ara)

Sīla juga menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengenda- likan diri agar tidak terjadi pelanggaran. Ada lima macam pengen-dalian diri, yaitu seperti berikut.

a. Pengendalian diri dengan peraturan kebhikkhuan ( pati-m okkha saṁv ara), yaitu menjalankan peraturan kebhikkhuan

dengan baik dan merasa takut dalam melakukan pelanggaran sekecil dan seringan apa pun.

Diunduh

dari

(17)

b. Pengendalian diri dengan perhatian murni (sati saṁv ara),

yaitu mengendalikan pancaindra agar tidak terserang kekotoran mental yang dapat mengakibatkan terjadinya perbuatan tidak baik.

Contohnya, pada saat mata melihat hal yang indah, tidak timbul keserakahan (lobha) dan saat melihat hal yang buruk

tidak timbul kebencian (dosa).

c. Pengendalian diri dengan pengetahuan (ñ an a saṁv ara),

yaitu perenungan dalam menggunakan kebutuhan.

Contohnya: Sebelum, saat, atau sesudah makan seorang bhikkhu merenung bahwa makan bukan untuk memuaskan nafsu, bukan untuk kesenangan, tetapi hanya untuk mempertahankan tubuh agar dapat meneruskan berlatih dharma, hanya untuk menghilangkan ketidaknyamanan dari rasa lapar, dan tidak menimbulkan penderitaan yang baru karena kekenyangan.

d. Pengendalian diri dengan kesabaran (khan ti saṁv ara), yaitu

berusaha bersabar dalam menghadapi segala situasi, misalnya seorang siswa harus bersabar dalam menghadapi perlakuan yang tidak menyenangkan dari temannya.

Contohnya: Pada saat ada keserakahan muncul, harus berusaha secepatnya untuk memadamkan keserakahan tersebut.

Diunduh

dari

(18)

e. Pengendalian diri dengan semangat (v iriy a saṁv ara), yaitu

mengerahkan semangat untuk menghindari atau menghentikan kekotoran batin dan semangat untuk mempertahankan serta mengembangkan perbuatan baik yang sudah ada.

4. Menunjukkan tiada pelanggaran peraturan yang telah ditetapkan (av itikkam a), yaitu tidak melakukan pelanggaran melalui

perbua-tan ataupun ucapan terhadap peraturan yang sedang dijalani. Con-tohnya, seorang siswa yang taat terhadap tata tertib sekolah, seorang pejabat yang mematuhi kode etik dan bertindak etis sesuai sumpah jabatan yang pernah diucapkan.

As p e k-As p e k Mo ra lita s

Ga m b a r 1.4 Buddha

Sumber: http://www.facebook.com/kesaksianbuddhis

Melaksanakan dan menjaga sīla dengan baik merupakan sesuatu yang sangat berharga. Agar hal tersebut dapat dicapai, pelaksana sīla sebaiknya mengetahui tentang ciri, fungsi, wujud, dan sebab terdekat dari sīla.

Diunduh

dari

(19)

1. Ciri sīla adalah ketertiban dan ketenangan. Mereka yang mempraktikkan sīla akan terlihat tenang dan teratur dalam perkataan maupun tindakannya.

2. Fun gsi sīla, yaitu seperti berikut.

a. Mencegah atau menghancurkan perilaku yang tidak baik. b. Menjaga orang yang mempraktikkannya agar tetap berperilaku

yang baik.

3. Wujud sīla adalah kesucian atau kemurnian dalam tindakan jasmani dan ucapan .

4. Sebab terdekat sīla adalah rasa malu untuk melakukan tindakan jahat (hiri) dan rasa takut terhadap akibat tindakan jahat (otappa). Apakah

ada sebab lain yang menjadikan seseorang untuk melaksanakan

sīla? Ada. Contohnya, seorang anak kecil yang belum mengetahui perbedaan perbuatan baik dan buruk, melaksanakan sīla karena diharuskan oleh orang tuanya. H iri dan otappa dijelaskan sebagai

berikut.

a . Ma lu u n tu k B e rb u a t J a h a t ( h ir i)

H iri membuat seseorang merasa malu untuk melakukan

tindakan tidak terpuji. Oleh karena itu, dia akan berusaha untuk menghormati dan menjaga harga dirinya. Seseorang yang memiliki hiri akan muncul perasaan malu dan perenungan

Diunduh

dari

(20)

terhadap tindakan tidak terpuji yang akan dilakukannya. Jika hiri-nya kuat, kemungkinan besar seseorang dapat

menghindari perbuatan tidak terpuji yang akan dilakukannya.

b. Ta ku t te rh a d a p Akib a t B e rb u a t J a h a t ( o t a p p a )

Otappa membuat seseorang merasa takut untuk melakukan

tindakan tidak terpuji, karena takut akan akibat dari perbuatan tidak terpuji yang akan dilakukannya. Seseorang yang memiliki otappa akan mempertimbangkan kehormatan orang

lain yang dekat dengannya (seperti orang tua, sanak-saudara, guru, teman-temannya, dan lain-lain) dan akan berusaha untuk tidak menyebabkan nama mereka ikut tercemar oleh perbuatan jahatnya.

Ko n te ks

Me n ja d i Ma n u s ia ya n g B e rm o ra l

Ga m ba r 1.5 Ilustrasi Menjadi Manusia Bermoral Sumber: http://sains.kompas.com/read/2013/04/09/1756303

Diunduh

dari

(21)

Sīla merupakan latihan atau praktik moral. Oleh karena itu, sīla seha-rusnya bukan hanya dipandang sebagai teori, tetapi merupakan latihan dan pembiasaan untuk berperilaku baik. Sīla tidak dapat dipisahkan de- ngan aktivitas sehari-hari seseorang, mulai dari bangun tidur pada pagi hari hingga beranjak tidur lagi pada malam harinya.

Manusia bermoral berarti manusia yang mempraktikkan nilai-nilai moralitas, bukan sekadar manusia yang mengerti tentang nilai-nilai moralitas. Ucapan apa pun yang keluar dari mulut seseorang dan perbuatan apa pun yang dilakukan melalui jasmaninya merupakan cerminan dari moralitasnya. Oleh karena itu, untuk menjadi manusia bermoral, orang harus setiap saat mengendalikan ucapan dan perbuatannya.

Pada umumnya, seseorang cenderung mengendalikan ucapan dan perbuatannya ketika berhadapan dengan banyak orang atau berhadapan dengan orang yang disegani. Tetapi di luar itu, terkadang ucapan dan perbuatannya tidak terkontrol. Contohnya, seorang anak yang hanya bersikap sopan di hadapan para guru di sekolah, tetapi sikap itu jarang dia tunjukkan ketika berada di lingkungan keluarga atau pergaulannya. Moralitas yang seperti ini disebut moralitas semu.

Ucapan dan tingkah laku seseorang pada umumnya meniru dari yang sering didengar, dilihat, bahkan dialaminya. Apa yang kita ucapkan dan lakukan merupakan cerminan dari apa yang sering kita dengar dan lihat. Apa yang kita ucapkan dan lakukan juga akan tercermin pada ucapan dan perbuatan orang-orang di sekitar kita seperti anak, adik, saudara, dan teman-teman yang sering berinteraksi dengan kita.

Diunduh

dari

(22)

Prinsip berpikir/merenung terlebih dahulu sebelum berucap atau berbuat harus dikedepankan. Apa yang harus direnungkan? Renungkanlah akibat yang akan timbul dari ucapan dan perbuatan yang akan kita lakukan. Apakah ucapan atau perbuatan tersebut bermanfaat untuk diri dan orang lain, atau justru sebaliknya? Jika bermanfaat untuk diri dan orang lain, maka lakukanlah. Tetapi jika hanya memberikan manfaat sepihak atau tidak bermanfaat bagi kedua belah pihak, janganlah dilakukan.

H iri dan otappa dapat tumbuh dalam diri apajika kita membudayakan

merenung sebelum berucap dan berbuat. Contoh perenungan yang dapat menumbuhkan hiri dan otappa adalah sebagai berikut.

1. “Semua teman memandang saya sebagai orang yang bersih dan jujur. Apa jadinya jika mereka mengetahui bahwa saya mencuri? Mau ditaruh di mana muka saya ini?”

2. “Semua orang mengetahui saya sebagai orang yang berpendidikan. Apa jadinya jika mereka mengetahui bahwa saya melakukan perbuatan tidak terpuji ini?”

3. “Jika saya melakukan perbuatan tidak terpuji, semua anggota keluarga besarku namanya juga ikut tercemar. Oleh karena itu, saya tidak boleh melakukan perbuatan tercela ini.”

4. “Jika saya melakukan kecurangan ini, suatu saat ketika orang lain mengetahuinya mereka tidak akan mempercayaiku lagi.”

Diunduh

dari

(23)

Me m p e rla ku ka n Ora n g La in d e n ga n Mo ra lita s

Ga m b a r 1.6 Ilustrasi Moralitas Sumber: http://lukmanfahri.blogspot.com

Merupakan hal yang wajar jika kita menginginkan orang lain memperlakukan kita dengan baik. Akan tetapi, harus kita pahami juga bahwa orang lain pun menginginkan kita memperlakukan mereka dengan baik. Pemahaman ini sesungguhnya dapat dijadikan sebagai acuan dalam berucap dan bertindak.

Kita tidak suka dibohongi, diitnah, dihina, dan dijadikan bahan gosip oleh orang lain. Begitu pula orang lain, mereka tidak suka kita bohongi, kita itnah, kita hina, dan kita jadikan bahan gosip. Oleh karena itu, kita harus memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan oleh orang lain. Kita harus memperlakukan orang lain dengan moralitas agar orang lain pun tergerak untuk memperlakukan kita dengan moralitas.

Diunduh

dari

(24)

Berucap dan berbuat benar harus kita jadikan sebagai kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita melakukan edukasi terhadap diri sendiri dan orang-orang di sekitar. Selain itu, membiasakan diri mencari nafkah dengan cara-cara yang sesuai dharma, yang tidak merugikan diri sendiri maupun pihak lain hendaknya dibudayakan.

Re n u n ga n

Kis a h P e rta n ya a n An a n d a

Di suatu senja, Y.A. Ananda sedang duduk sendiri. Dalam pikiran beliau, timbul masalah yang berkaitan dengan bau dan wangi-wangian.

Ia berpikir: “Harumnya kayu, harumnya bunga-bunga, dan harumnya akar-akaran semuanya menyebar searah dengan arah angin, tetapi tidak bisa berlawanan dengan arah angin. Apakah tidak ada wangi-wangian yang dapat melawan arah angin? Apakah tidak ada wangi-wangian yang dapat merebak ke seluruh dunia?” Tanpa menjawab pertanyaannya sendiri, Y.A. Ananda menghampiri Sang Buddha dan meminta jawaban dari-Nya.

Sang Buddha mengatakan, “Ananda, andai saja ada seseorang yang berlindung terhadap Tiga Permata (Buddha, Dharma, Sangha), yang melaksanakan lima latihan sīla, yang murah hati dan tidak kikir, seseorang yang sungguh bijaksana dan layak memperoleh pujian. Kebaikan orang tersebut akan menyebar jauh dan luas, dan para bhikkhu, brahmana, dan semua umat akan menghormatinya di mana pun ia tinggal”.

Diunduh

dari

(25)

Kemudian, Sang Buddha membabarkan syair 54 dan 55 berikut ini:

H arum n y a bun ga tak dapat m elaw an arah an gin .

Begitu pula harum n y a kay u cen dan a, bun ga tagara dan m elati.

Tetapi harum n y a kebajikan dapat m elaw an arah an gin ;

H arum n y a n am a oran g bijak dapat m en y ebar ke segen ap pen juru.

H arum n y a kebajikan adalah jauh m elebihi harum n y a kay u cen dan a,

bun ga tagara, teratai m aupun m elati.

(Dham m apada Atthakatha 54-55)

Ayo , Be rn ya n yi

H a d irka n Cin ta

4/4 Sedang Cipt. Joky

| x1x xx1 1 . xyx xt | xrx x xt y . x.x xr | x2x x2 x2xx2 x1xx1 xGyx xtx xr |

Pernahkah ki ta renungkan tentang arah langkah dalam

| xtx x xxy t . x.x x4 | 2 2 t x.x xyx /xy | x1x x6 x1xx x5 x5x x x4 x4xx1 |

hidup ini te barkan lah cinta kasih di lubuk hati a

| 2 4 x3x x x4 x5x x4 | 1 . . . | x1x x x1 1 . xyx x x xt |

gar ba hagia terja di Sadarlah hai ma

| xrx xt y . x.x xr | x2x xx2 x2xx x2 x1xx x x1 xGyx xtx xr | xtx x xxy t . x.x x4 |

nusi -a berpedoman yg benar agar bahagia pan-

Diunduh

dari

(26)

| 2 2 t x.x xyx /xy | x1x xy x1xx x x5 x5x x4 x4xx x x1 | 2 4 x3x x x4 x5x x3 |

carkan-lah cinta kasih pa da se sa ma a gar ba-hagia du

ni-| 4 . . . ni-| x6x x x2 2 . x6x x x5x x4 ni-| x5x x x5 x5x x3 1 . ni-|

a Ter ka dang ha ti ki tapun terpana

| x2x x3 4 x.x x4 x3x x x2 | x2x x x1 1 . . | x6x x x2 2 . x6x x5x x x4 |

menatap kemilau du - ni - a Terkadang suara ha

| x5x x5 x5x x3 1 . | x2x x3 4 x.x x4 x3x x x4 | x6x x x5 5 . . |

tupun meronta rasakan palsunya du - ni- a

| x6x x x6 x/6x x6 5 . |x.x x x5x x5 x4x x5x x6 x4x x2x2 x.x x2x x3 |

Ha dir kan cinta satu kan ra sa di dada pancar

x4xx4 x4x x5x x4 x6x x4 x1x x x1 | x6xx x6 x5x x4 x6x x/6 5 | x6x x6 x/6x x6 5 . |

kan kasih pada sesama bahagialah semesta Jauhkan diri

|x.x x5x x5 x4x x5x x6 x4x x2x x2 x.x x2x x3 | x4x x4 x4x x5x x4 x6xx x4 x1x x1 |

dari amarah di hati agar se lu ruh alam berseri

| x6x x x6 xx5x x x4 x6x x x5 x5x x4x x x4 |

menyambut indahnya dunia ini

Diunduh

dari

(27)

Eva lu a s i

U ra ika n ja w a b a n d a ri p e rta n ya a n b e riku t in i!

1. Jelaskan tiga unsur dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan yang termasuk dalam kelompok moralitas!

2. Jelaskan empat penafsiran sīla berdasarkan Kitab Visuddhim agga!

3. Jelaskan ciri, fungsi, wujud, dan sebab terdekat pelaksanaan sīla! 4. Jelaskan lima cara pengendalian diri!

5. Jelaskan manfaat memperlakukan orang lain dengan moralitas!

Diunduh

dari

(28)

B a b 2

J e n is -J e n is

Sīla

9 Masyarakat Buddhis terdiri atas beberapa kelom pok/ golon gan m asyarakat

9 Setiap golon gan m asyarakat m em iliki aturan yan g berbeda-beda

9 Ada perbedaan an tara vin aya Bhikkhu Theravada dan Bhiksu Mahayan a

9 Tujuan tertin ggi yan g in gin dicapai oleh sem ua golon gan m asyarakat Buddhis sam a

Fa kta

Diunduh

dari

(29)

Ayo , Ba ca Kita b S u ci

Appam atto ayaṁ gan dho

Yāyaṁ tagaracandanī

Yo ca sīlavataṁ gan dho

Vāti devesu uttamo

(Dhammapada 56)

Tidaklah seberapa,

harum n ya bun ga tagara

dan kayu cen dan a; tetapi

harum n ya m ereka, yan g

m em iliki sīla (kebajikan ),

m en yebar sam pai ke surga.

(Dhammapada 56)

Te ks

Pada bab in i akan diuraikan ten tan g jen is-jen is sīla berdasarkan beberapa sudut tin jauan , yaitu: berdasar jen isn ya, berdasar jum lah aturan / latihan n ya, berdasar kualitas m otif/ tujuan n ya, berdasar oran g yan g m em praktikkan n ya, dan berdasar cara m em praktikkan n ya.

Sīla Be rd a s a r J e n is n ya

P a kka ti Sīla

P a ñ ñ a ti Sīla

Sīla

B a ga n 2 .1 Klasiikasi sīla Berdasar J en isn ya

Diunduh

dari

(30)

1. Paññati sīla, yaitu aturan / disiplin m oral yan g dirum uskan atau

sen gaja dibuat berdasarkan kesepakatan un tuk m en ciptakan kon disi m asyarakat yan g tertib dan dam ai. Con toh: un dan g-un dan g, peraturan pem erin tah, tata tertib, adat-istiadat. Aturan -aturan in i sifatn ya relatif karen a berbeda an tara daerah yan g satu den gan yan g lain n ya.

2. Pakatti sīla, yaitu aturan / disiplin m oral yan g alam iah yan g berlaku

secara un iversal. Pan casīla Buddhis term asuk dalam pakatti sīla karen a aturan / disiplin dalam pan casīla Buddhis m erupakan pan duan atau stan dar dasar dari n orm a-n orm a perilaku baik dalam kehidupan yan g berlaku un iversal.

Sīla Be rd a s a r J u m la h La tih a n n ya

P a tim o kkh a Sīla

D a s asīla

Atth asīla

P a n c asīla Sīla

B h ikkh u Sīla

B h ikku n i Sīla

Ba ga n 2 .2 Klasiikasi Sīla Berdasar J um lah Latihan

Diunduh

dari

(31)

1. Pan casīla

Pan casīla atau lim a-sīla in i m erupakan latihan disiplin m oral yan g seharusn ya dilaksan akan oleh sem ua oran g, bukan han ya oleh um at Buddha (upāsaka dan upāsikā). J ika sem ua oran g dapat m elaksan akan pan casīla in i, dapat dipastikan akan tercapai kehidupan yan g dam ai dun ia in i. Lim a sīla adalah seperti berikut. 1. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m em bun uh m akhluk

hidup.

2. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m en gam bil baran g yan g tidak diberikan .

3. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari perbuatan asusīla. 4. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m en gucapkan ucapan

yan g tidak ben ar.

5. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m in um an m em abuk-kan hasil pen yulin gan atau ferm en tasi yan g m en yebababuk-kan le-m ahn ya kesadaran .

2 . Atth asīla

Mereka yan g in gin m en jalan kan praktik sīla yan g lebih m en dalam , dapat m elaksan akan latihan delapan sīla (aṭṭhasīla). Aṭṭhasīla m erupakan pen gem ban gan dari pan casīla. Maka, sebagian isin ya sam a den gan sīla dalam pan casīla. Aṭṭhasīla dapat dilaksan akan setiap saat, tetapi pada um um n ya dilaksan akan pada hari uposatha.

Diunduh

dari

(32)

Ga m ba r 2 .1 Ilustrasi Dham m apada 55

Sum ber: http:/ / www.ilustrasidham m apada.blogspot.com

Pelaksan aan delapan -sīla in i lebih m en gon disikan seseoran g un tuk terhin dar dari seran gan objek-objek in dra sehin gga akan m en guran gi tim buln ya pen dam baan , n afsu, atau bahkan kesom bon gan yan g diakibatkan kon tak den gan objek-objek in dra. Oleh karen a itu, delapan -sīla in i san gatlah cocok bagi para um at awam yan g in gin atau sedan g berlatih m editasi. Delapan -sīla tersebut adalah seperti berikut.

1. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m em bun uh m akhluk hidup.

2. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m en gam bil baran g yan g tidak diberikan .

3. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari perbuatan tidak suci. 4. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m en gucapkan ucapan

yan g tidak ben ar.

Diunduh

dari

(33)

5. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m in um an m em abuk-kan hasil pen yulin gan atau ferm en tasi yan g m en yebababuk-kan le-m ahn ya kesadaran .

6. Aku bertekad m en ghin dari m akan m akan an setelah lewat ten gah hari.

7. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m en ari, m en yan yi, berm ain alat m usik, dan pergi m elihat pertun jukan yan g m erupakan rin tan gan bagi latihan m ulia; m em akai bun ga-bun gaan , wan gi-wan gian , dan baran g-baran g kosm etik un tuk m em percan tik diri.

8 . Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m en ggun akan tem pat tidur dan tem pat duduk yan g tin ggi dan m ewah.

3 . D a s asīla

Ga m b a r 2 .2 Ilustrasi Dham m apada 56

Sum ber: http:/ / www.ilustrasidham m apada.blogspot.com

Diunduh

dari

(34)

Sepuluh-sīla atau dasasīla adalah sīla yan g diperun tukkan bagi seoran g sāmaṇera atau sāmaṇeri. Sepuluh-sīla in i tidak ban yak berbeda den gan delapan -sīla karen a sem bilan sīla pertam an ya sam a den gan sīla yan g terdapat pada delapan -sīla. Perbedaan yan g berarti han yalah pada sīla n om or sepuluh, yaitu m en ghin dari pen erim aan (term asuk juga m em bawa, m en yim pan , dan m en ggun akan secara lan gsun g) em as dan perak (uan g).

Sāmaṇera adalah oran g yan g m en in ggalkan kehidupan berum ah

tan gga, n am un belum ditahbiskan secara pen uh (seperti seoran g bhikkhu). Un tuk m en jadi sāmaṇera dia harus ditahbiskan oleh m in im al seoran g bhikkhu sebagai wakil dari sangha. H al in i bukan berarti bahwa han ya seoran g sāmaṇera yan g dapat m elaksan akan sepuluh-sīla. Setiap oran g boleh m elaksan akan n ya karen a pelatihan

sīla adalah pelatihan un tuk m en jadi pribadi yan g lebih baik. Sepuluh

sīla tersebut adalah seperti berikut.

1. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m em bun uh m akhluk hidup.

2. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m en gam bil baran g yan g tidak diberikan .

3. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari perbuatan tidak suci. 4. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m en gucapkan ucapan

yan g tidak ben ar.

5. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m in um an m em abuk-kan hasil pen yulin gan atau ferm en tasi yan g m en yebababuk-kan le-m ahn ya kesadaran .

Diunduh

dari

(35)

6. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m akan m akan an setelah lewat ten gah hari.

7. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m en ari, m en yan yi, berm ain alat m usik, dan pergi m elihat pertun jukan yan g m erupakan rin tan gan bagi latihan m ulia.

8 . Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m em akai bun ga-bun gaan , wan gi-wan gian , dan baran g-baran g kosm etik un tuk m em percan tik diri.

9. Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m en ggun akan tem pat tidur dan tem pat duduk yan g tin ggi dan m ewah.

10 . Aku bertekad m elatih diri m en ghin dari m en erim a em as dan perak (uan g).

4 . P a tim o kkh a Sīla

Patimokkha bhikkhu berjum lah 227 peraturan un tuk bhikkhu

Theravada atau 250 peraturan un tuk bhikkhu Mahayana. Adapun

patimokkha bhikkhun i berjum lah 311 peraturan un tuk bhikkhun i

Theravada atau 348 peraturan un tuk bhikkhun i Mahayana.

Perin cian patimokkha un tuk bhikkhu dan bhikkhun i Theravada m aupun Mahayana dapat dilihat pada tabel berikut in i.

Ta be l 2 .1 Patim okkha un tuk Bhikkhu dan Bhikkhun i

N o

Th e ra va d a

Vin a ya

Bh ikkh u

B h ikkh u n i

1

Parajika

4

8

2

San ghadisesa

13

17

Diunduh

dari

(36)

3

An iyata

2

-4

Nissagiyapacit-tiya

30

30

5

Pacittiya

92

166

6

Patidesan iya

4

8

7

Sekhiyavatta

75

75

8

Adhikaran a

Sa-m atha

7

7

J u m la h

2 2 7

3 11

Ta be l 2 .2 Patim okkha Bhikkhu/ Bhikkhun i Theravada dan Mahayan a

Ma h a ya n a

Vin a ya

B h iks u

B h iks u n i

Parajika

4

8

San ghavasesa

13

17

An iyata

2

-

Naihsargikaprayascit-tika

30

30

Prayascittika

90

178

Pratidesan iya

4

8

Siksakaran iya

10 0

10 0

Adhykaran a Sam adha

7

7

J u m la h

2 5 0

3 4 8

Diunduh

dari

(37)

Sīla Be rd a s a r Ora n g ya n g Me m p ra ktikka n n ya

B h ikkh u / b h ikkh u n i Sīla

Sīla

Ga h a tth a Sīla An u p a s a m p a n n a Sīla

Ba ga n 2 .3 Klasiikasi Sīla Berdasar Oran g yan g Mem praktikkan n ya

1. Ga h a tth a Sīla

Sīla yan g dipraktikkan oleh um at Buddha perum ah tan gga

(upasaka/upasika), yaitu pan casīla dan atthasīla. Pada um um n ya,

atthasīla dipraktikkan pada hari-hari terten tu, yaitu hari uposattha.

2 . An u p a s a m p a n n a Sīla

Sīla yan g dipraktikkan oleh samanera/samaneri adalah dasasīla.

Selain dasasīla, samanera/samaneri juga m em praktikkan aturan disiplin tam bahan berken aan den gan kebiasaan -kebiasaan yan g layak dan tidak layak un tuk dipraktikkan .

3 . Bh ikkh u / b h ikkh u n i Sīla

Sīla un tuk bhikkhu/ bhikkhun i bukan han ya m em pun yai

jum lah peraturan palin g ban yak, tetapi juga terbagi m en jadi em pat kelom pok, berikut.

Diunduh

dari

(38)

a. Peraturan m oralitas berdasarkan ketetapan patim okkha (pāṭimokkha saṃvara sīla).

b. Peraturan m oralitas yan g m en gin struksikan seoran g bhikkhu un tuk selalu m en jaga keen am pin tu in dran ya (indriya

saṃvara sīla).

c. Peraturan m oralitas yan g m en gatur seoran tg bhikkhu un tuk m em pun yai pen ghidupan yan g ben ar yan g (ājivapārisuddhi

sīla).

d. Peraturan m oralitas yan g m en gun struksikan seoran g bhikkhu un tuk selalu m elakukan peren un gan ten tan g tujuan dalam m en ggun akan sesuatu, khususn ya dalam pen ggun aan em pat kebutuhan pokok (paccayasannissita sīla).

e. Berdasarkan tin gkat pem urn ian n ya, sīla un tuk bhikkhu dan bhikkhuni in i term asuk dalam kategori tidak terbatas; sedan gkan tiga kelom pok sīla sebelum n ya (5, 8 , dan 10 sīla) term asuk dalam kategori terbatas.

Sīla Be rd a s a r Ku a lita s Mo tif/ Tu ju a n

P a n itia Sīla

Sīla

H in a Sīla Ma jjh im a Sīla

B a ga n 2 .4 Klasiikasi Sīla Berdasar Kualitas Motif/ Tujuan

Diunduh

dari

(39)

1. H in a Sīla

Hina sīla atau sīla ren dah adalah sīla yan g dipraktikkan

den gan tujuan un tuk m em peroleh m an faat yan g bersifat dun iawi. Con tohn ya, seseoran g m em praktikkan sīla den gan tujuan un tuk m en cari sim pati dari oran g lain , un tuk m en dapatkan n am a baik, bahkan un tuk m em peroleh jabatan .

2 . Ma jjh im a Sīla

Majjhima sīla atau sīla m en en gah adalah sīla yan g dipraktikkan

den gan tujuan un tuk m em peroleh m an faat yan g bersifat surgawi. Con tohn ya, seseoran g yan g m em praktikkan sīla den gan tujuan agar kehidupan selan jutn ya dapat terlahir di alam bahagia atau dapat terlahir di keluarga yan g berkecukupan .

3 . P a n ita Sīla

Panita sīla atau sīla luhur/ tin ggi adalah sīla yan g dipraktikkan

den gan tujuan pem bebasan . Pem bebasan yan g dim aksud adalah pem bebasan batin dari keserakahan , keben cian , dan kebodohan batin tan pa berharap m em peroleh pahala dalam kehidupan sekaran g m aupun yan g akan datan g. Con tohn ya, seseoran g yan g m en olon g oran g lain m urn i karen a sifat cin ta kasih dan belas kasihn ya terhadap sesam a m akhluk hidup.

Diunduh

dari

(40)

Sīla Be rd a s a r Ca ra Me m p ra ktikka n n ya

1. Varitta sīla, yaitu cara m en gen dalikan diri dari segala pikiran ,

ucapan , dan perbuatan yan g tidak baik den gan m en ghin dari hal-hal yan g tidak baik.

2. Caritta sīla, yaitu cara m en gen dalikan diri dari segala pikiran ,

ucapan , dan perbuatan yan g tidak baik den gan m elaksan akan hal-hal yan g baik.

Uraian lebih len gkap ten tan g cara m em praktikkan sīla akan dipelajari di pelajaran selan jutn ya.

Ko n te ks

Me m a h a m i P e rb e d a a n

Masyarakat Buddhis terdiri atas kelom pok perum ah tan gga dan kelom pok n on -perum ah tan gga. Kelom pok perum ah tan gga disebut

upasaka (laki-laki) dan upasika (perem puan ). Kelom pok n on -perum ah

tan gga terdiri atas samanera/samaneri dan bhikkhu/bhikkhuni. Sam an era/ sam an eri adalah calon bhikkhu/ bhikkhun i.

Setiap kelom pok dalam m asyarakat Buddhis m en jalan kan aturan m oralitas yan g berbeda-beda den gan tujuan akhir yan g sam a, yaitu Nirvan a. Pan casīla jika dipraktikkan den gan sem purn a oleh upasaka/ upasika akan dapat m en gan tarkan n ya m en capai Nirvan a. Begitu pula

dasasīla bagi sam an era/ sam an eri dan patimokkha sīla bagi bhikkhu/

bhikkhuni.

Diunduh

dari

(41)

Begitu pula dalam hal peraturan kebhikkhuan , m asyarakat Buddhis harus m em aham i bahwa terdapat perbedaan an tara vin aya Bhikkhu Theravada dan Bhiksu Mahayan a. Den gan dem ikian , diharapkan m asyarakat Buddhis m am pu bersikap dan berbuat terhadap para bhikkhu m aupun bhiksu sesuai den gan vin ayan ya m asin g-m asin g.

Con toh, jika suatu ketika kita m elihat seoran g Bhiksu Mahayan a m akan pada sore hari, atau Bhikkhu Theravada m em akan dagin g, tidak lan tas kita m en gan ggap bhiksu atau bhikkhu tersebut m elan ggar vin aya.

Sīla Be rb e d a Te ta p i Tu ju a n S a m a

N IRVAN A

S AMAN ERA/ S AMAN ERI B H IKKH U / BH IKKH U N I U P AS AKA/ U P AS IKA

B a ga n 2 .5 Ilustrasi Kelom pok Masyarakat Buddhis dan Nirvan a

Bagan di atas m en ggam barkan bahwa tujuan pen capaian kebahagiaan tertin ggi, Nirvan a dapat dicapai oleh sem ua golon gan m asyarakat walaupun sīla yan g dipraktikkan n ya berbeda. Ten tu saja setiap golon gan m asyarakat tersebut m em pun yai tan tan gan / rin tan gan yan g berbeda-beda dalam m em praktikkan sīla un tuk m erealisasi Nirvan a.

Diunduh

dari

(42)

Sīla S e ba ga i P e lin d u n g

Ga m ba r 2 .3 Bhikkhu Theravada dan Bhiksu Mahayan a

Sebagian oran g m asih m en gan ggap sīla sebagai beban sehin gga berpikir bahwa m akin ban yak sīla m akin ban yak beban . Sebagian um at Buddha bahkan berpikir bahwa Buddha berlaku diskrim in atif terhadap bhikkhun i den gan m em berikan sīla lebih ban yak diban din gkan bhikkhu.

Sīla yan g m erupakan aturan m oralitas m erupakan pelin dun g bagi

m ereka yan g m em praktikkan n ya. Sīla dapat diibaratkan sebagai pagar yan g m elin dun gi rum ah di dalam n ya. J ika sebuah pagar diban gun den gan tian g-tian g yan g ban yak dan kokoh, oran g-oran g yan g berada di dalam rum ah akan m akin terlin dun gi.

Makin ban yak sīla yan g kita praktikkan , kita m akin n yam an karen a terlin dun gi oleh praktik sīla tersebut. Den gan dem ikian , Buddha tidak m en diskrim in asikan bhikkhun i, tetapi justru Buddha m elin dun gi para bhikkhun i den gan sīla yan g lebih ban yak dari bhikkhu.

Diunduh

dari

(43)

Re n u n ga n

Kis a h Ma h a ka s s a p a Th e ra

Setelah m en capai Nirodhasam apatti (pen cerapan batin m en dalam ), Mahakassapa Thera m em asuki suatu desa yan g m iskin di Kota Rajagaha un tuk berpin dapatta. Beliau berm aksud un tuk m em berikan kesem patan bagi oran g-oran g m iskin tersebut un tuk m em peroleh jasa baik sebagai ha-sil berdan a kepada seseoran g yan g baru saja m en capai Nirodhasam apatti. Sakka, raja para dewa, yan g berharap m en dapat kesem patan un tuk berdan a kepada Mahakassapa Thera, m en yam ar sebagai tukan g ten un yan g sudah tua dan m iskin dan datan g ke Rajagaha den gan istrin ya Sujata yan g m en yam ar sebagai wan ita tua.

Mahakassapa Thera berdiri di depan pin tu rum ah m ereka. Tukan g ten un yan g sudah tua itu m en gam bil m an gkuk dari Mahakassapa Thera dan m en gisi m an gkuk tersebut pen uh den gan n asi dan kari, dan harum n ya kari tersebut m en yebar ke seluruh kota. Kejadian in i m en yadarkan Mahakassapa Thera bahwa oran g tersebut bukan m an usia biasa. Dia m en gham piri un tuk m eyakin kan bahwa oran g tersebut adalah Sakka.

Sakka m en gakui siapa dia seben arn ya dan m en yatakan bahwa dia juga m iskin sebab dia jaran g m em pun yai kesem patan un tuk m en dan akan sesuatu kepada seseoran g selam a m asa kehidupan para Buddha. Setelah m en gatakan hal tersebut, Sakka dan istrin ya m en in ggalkan Mahakassapa Thera; setelah m em berikan pen ghorm atan kepadan ya.

Diunduh

dari

(44)

San g Buddha, dari vihara tem pat Beliau tin ggal, m en getahui bahwa Sakka dan Sujata telah pergi dan m en gatakan kepada para bhikkhu ten tan g dan a m akan an dari Sakka kepada Mahakassapa Thera.

Para bhikkhu kagum bagaim an a Sakka m en getahui bahwa Mahakassapa Thera baru m en capai Nirodhasam apatti, dan m erupakan waktu yan g san gat tepat dan berm an faat bagin ya un tuk berdan a kepada San g Thera. Pertan yaan in i diajukan kepada San g Buddha, dan San g Buddha m en jawab, “Para bhikkhu, kebajikan seseoran g seperti putra-Ku, Mahakassapa Thera, m en yebar luas dan jauh; bahkan m en capai alam dewa. Karen a tim bun an perbuatan baikn ya, Sakka sen diri telah datan g un tuk berdan a m akan an kepadan ya”. Kem udian , San g Buddha m em babarkan syair berikut:

Tidaklah seberapa, harumnya bunga tagara dan kayu cendana; Jauh lebih harum adalah mereka yang memiliki sīla (kebajikan).

Nama harum tersebar di antara para dewa di alam surga. (Dhammapada Atthakatha 56)

Ayo , Be rn ya n yi

D im a n a B a h a gia

4/ 4 Perhalah Cipt. Bhikku Girirakkhito

|. xtx x xy u x.x xt | 5 x.x x3 2 . |. x3x x x4 x5x xx3 x2x xx1 | 4 x.xx5 3 . |

Lam a,t’lah kum en - cari ber ke la n a kian ke- m ari

Diunduh

dari

(45)

|. x5x x/5 6 x5x x3 | 5 x.x /x4 4 . |x.x x2 x1x xu 1 x.x x3| 5 . . . |

Dim an a geran gan dikau duhai baha- gi - a

|. xtx x xy u x.x xt | 5 x.x x3 2 . |. x3x x x4 x5x xx3 x2x xx1 | 4 x.xx5 3 . |

Daku ber- suka ria berpesiar ke tam an sari

|. x5x x/5 6 x5x x3 | 5 x.x /x4 4 . |x.x xy xux x1 u x.x x3 | 5 . . . |

Bahagia sekejap m ata han ya bagai m im pi

|x.x1 x6x x5 x4x x3 x2x xy | 2 x.xx2 2 .| x.xx2 x3x x x4 x5x x x3 x2x x1|4 x.x5 3 .|

Daku m ohon para dewa - dewi m asuk ke can di berjun jun g jari

|. x5x x/5 6 x5x x4 | 6 x.xu u . | x.x xy xux x1 x3x x3 x2x x1| 2 . . . |

Tetapi han yalah ham pa surga tak dapat di beli

|. xtx x xy u x.x xt | 5 x.x x3 2 . |. x3xx x4 x5x xx3 x2x xx1 | 4 x.xx5 3 . |

Sekaran g ku m e-n gerti ba ha gi-a di dalam hati

|. x5x x/5 6 x5x x x3 |5 x.x /x4 4 . |x.x xy xux x1 u x.x x3 | 1 . . . |

Dim an a san g n afsu len yap di san a ba- hagia

Diunduh

dari

(46)

Eva lu a s i

U ra ika n ja w a b a n d a ri p e rta n ya a n b e riku t in i!

1. J elaskan perbedaan latihan pada pan casīla dan atthasīla! 2. J elaskan perbedaan latihan pada atthasīla dan dasasīla! 3. J elaskan perbedaan an tara pannati sīla dan pakatti sīla!

4. Tuliskan con toh perbuatan un tuk m em bedakan an tara hina sīla,

majjhima sīla, dan panitta sīla!

5. Apakah seoran g upasaka/ upasika dapat m en capai kebahagiaan tertin ggi Nirvan a? J elaskan jawaban kam u!

Diunduh

dari

(47)

B a b 3

Ma n fa a t d a n

Ca ra Me m p ra ktikka n

Sīla

Ayo , Ba ca Kita b S u ci

Tesaṁ sampannasīlānaṁ

appamādavihārinaṁ

sammadaññāvimuttānaṁ

māro maggaṁ na vindati

(Dharm apada 57)

Mara tak dapat menemukan jejak mereka yang memiliki sīla,

yang hidup tanpa kelengahan, dan yang telah terbebas melalui Pengetahuan Sempurna

(Dharm apada 57)

9 Tokoh agama terjerat kasus hukum

Fa kta

9 Ada orang berbuat jahat mengatasnamakan agama

9 Masih terjadi pertikaian antarumat beragama

Diunduh

dari

(48)

Te ks

Dalam bab ini akan diulas tentang manfaat dan cara mempraktikkan

sīla. Dengan memahami hal ini, diharapkan orang menjadi tertarik untuk mempraktikkan sīla dan setelah merasakan manfaatnya, akan menjadikan praktik sīla sebagai kebutuhan spiritualnya.

A. Ma n fa a t Me m p ra ktikka n Sīla

Buddha menyebutkan lima manfaat mempraktikkan sīla dalam M aha

Parinibbana Sutta (DN . 16), yaitu (1) mendapatkan kekayaan yang

berlimpah melalui usaha yang giat, (2) reputasi baiknya tersebar luas, (3) penuh percaya diri, (4) meninggal dengan tenang, dan (5) setelah meninggal terlahir di alam yang baik (alam surga). Manfaat-manfaat di atas dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut.

1. Me n d a p a t Ke ka ya a n ya n g B e rlim p a h m e la lu i U s a h a Gia t

Ga m ba r 3 .1 Anathapindika dan Pangeran Jeta Sumber: http://wisdomquarterly.blogspot.com

Diunduh

dari

(49)

Walaupun kekayaan sebenarnya adalah berkah utama dari berdana, tetapi tanpa dukungan dari sīla dan usaha yang giat, hal ini akan sulit terwujud. Contoh: seseorang yang rajin menabung jika sering melakukan pelanggaran sīla, suatu saat mungkin dia akan ditangkap dan dipenjara. Saat berada dalam penjara, kemungkinan besar dia tidak mempunyai lagi akses pada tabungannya (kekayaannya).

Hal ini bagaikan makhluk yang terlahir di empat alam rendah. Mereka sulit sekali untuk menikmati hasil dari berdananya karena kondisi tempat hidup yang tidak mendukung. Mungkin ada yang berkata, buktinya beberapa binatang dapat hidup dengan mewah (contoh: anjing, kuda, kucing, atau binatang peliharaan lainnya milik orang kaya). Hal tersebut tidak dapat dipungkiri, tetapi jika dibandingkan dengan mereka yang mengalami penderitaan, jumlah mereka yang dapat menikmati kesenangan sangatlah kecil. Apalagi bagi mereka yang terlahir di alam neraka, tidak ada kesempatan sama sekali walaupun kecil.

Sīla memfasilitasi seseorang terlahir di alam yang baik, ditambah dengan usaha yang giat dan kecerdasan, hasil dari berdananya mempunyai kondisi untuk berbuah. Selain itu, karena sīla-nya baik, banyak orang yang percaya dan ingin berbisnis dengannya. Dengan demikian, dapat diharapkan kekayaannya akan cepat meningkat.

Diunduh

dari

(50)

2 . Re p u ta s i b a ik te rs e b a r lu a s

Ga m b a r 3 .2 Ilustrasi Reputasi Baik

Orang yang menjaga sīlanya dengan baik dapat diharapkan mempunyai tindak-tanduk dan ucapan yang baik pula. Orang yang demikian dapat dipastikan akan disukai oleh banyak orang. Oleh karena itu, adalah suatu hal yang wajar jika reputasi baiknya tersebar luas. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Buddha kepada Bhikkhu Ānanda saat Bhikkhu Ānanda bertanya kepada Buddha, “Apakah ada suatu hal yang harumnya dapat melawan arah angin, yang dapat menyebar ke seluruh penjuru

dun ia?” Buddha menjawab, “Ānanda, seandainya ada seseorang

yang mengambil perlindungan kepada Buddha, Dharma, dan Sangha, yang melaksanakan pancasīla, yang murah hati, tidak kikir, orang yang demikian sesungguhnyalah dikatakan sebagai orang yang bermoral dan layak mendapat pujian. Reputasi orang

Diunduh

dari

(51)

yang demikian akan tersebar luas, dan para bhikkhu, brahmana, dan semua orang akan memujinya, di mana pun dia berada”

(Dharm apada Atthakatha 54 dan 55).

Buddha juga menjelaskan bahwa reputasi dari orang yang melak-sanakan sīla dengan baik dapat tersebar hingga ke alam dewa. Di-katakan dalam Makhadeva Sutta (Majjhima Nikaya 83) bahwa reputasi Raja Nimi yang selalu menjalankan uposatha (delapan)

sīla pada hari ke-8, 14, dan 15 (sistem penanggalan bulan) membuat para dewa dari alam dewa tingkat dua (Tāvatiṃsa) ingin bertemu

dengannya; dan Sakka, sang raja dewa mengirimkan kereta kudanya yang ditarik oleh seribu kuda unggul untuk menjemputnya.

3 . P e n u h P e rca ya D iri

Ga m b a r 3 .3 Percaya Diri

Seperti yang telah dikatakan pada penjelasan mengenai ‘reputasi

baik tersebar luas’ bahwa orang yang menjaga sīla-nya dengan baik dapat diharapkan mempunyai tindak-tanduk dan ucapan yang baik pula. Orang yang demikian dapat dipastikan akan disukai oleh

Diunduh

dari

(52)

banyak orang. Oleh karena itu, mereka penuh percaya diri, tidak ada rasa malu, canggung, ataupun rendah diri dalam bergaul di semua lapisan/kelompok masyarakat, baik itu kelompok atas (seperti anggota kerajaan, pejabat tinggi, dan orang-orang kaya), menengah, ataupun bawah. Selain itu, orang yang bermoral baik, penuh percaya diri karena tidak ada perbuatannya yang dapat dicela oleh para bijaksana.

4 . Me n in gga l d e n ga n Te n a n g

Orang yang hidupnya dianugerahi oleh tiga berkah di atas, kemungkinan besar akan hidup tenang. Selain itu, orang yang tekun melaksanakan dan menjaga sīla-nya dengan baik, tingkah lakunya sopan, tutur katanya lembut, disenangi banyak orang, sedikit (atau bahkan tidak punya) musuh, dan juga akan dipuji oleh para bijaksana. Dengan demikian, bagaimana mungkin orang yang memiliki kualitas luhur seperti ini bisa hidup tidak tenang? Mereka pasti hidup dengan tentang. Karena kemurnian dari moralitasnya, bukan hanya semasa hidupnya mereka penuh dengan kedamaian dan ketenangan, tetapi kemungkinan besar saat meninggal pun mereka akan berada dalam keadaan damai dan tenang.

Ga m b a r 3 .4 Hidup Senang mati Tenang Sumber: http://www.bukalapak.com

Diunduh

dari

(53)

Buddha bersabda dalam syair Dharm apada 165,

“Sesungguhnyalah, oleh dirinya sendirilah kejahatan dilakukan dan oleh dirinya sendirilah dirinya tercemar; oleh dirinya sendirilah kejahatan tidak dilakukan dan oleh dirinya sendirilah dirinya termurnikan. Kemurnian dan ketidakmurnian sepenuhnya bergantung pada dirinya sendiri; tak ada seorang pun yang dapat memurnikan orang lain.”

Selain itu, Buddha juga memberikan empat kepastian dalam

Kesamutti Sutta atau Kalama Sutta (Anguttara Nikaya 3. 65),

“Para murid yang Mulia, Kaum Kalama, yang pikirannya bebas dari permusuhan, bebas dari niat jahat/kedengkian, bersih dan murni, adalah dia yang memiliki 4 kepastian di sini dan saat ini.”

Empat kepastian tersebut adalah seperti berikut.

a. Seandainya ada kehidupan yang akan datang dan ada buah/ hasil dari perbuatan baik atau buruk, adalah hal yang mungkin ketika meninggal, akan terlahir di alam bahagia, alam dewa/ surga.

b. Seandainya tidak ada kehidupan yang akan datang dan tidak ada buah/hasil dari perbuatan baik atau buruk, tetapi di kehidupan ini, di sini dan saat ini, saya menjaga diri saya dalam ketenteraman, bebas dari permusuhan, bebas dari niat jahat/kedengkian, dan masalah.

c. Seandainya buah/hasil dari perbuatan buruk menimpa pelakunya, saya tidak melakukan perbuatan buruk, bagaimana hasil perbuatan buruk akan menimpa saya yang tidak melakukannya.

Diunduh

dari

(54)

d. Seandainya buah/hasil dari perbuatan buruk tidak menimpa pelakunya, saya dapat memastikan diri saya murni dalam keadaan apa pun.

Seseorang yang melaksanakan dan menjaga sīla-nya dengan baik, jika dia teringat atau merenungkan dua wejangan Buddha di atas, dapat dipastikan dirinya akan menjadi bahagia dan tenang. Walaupun berada dalam keadaan sekarat, kebahagiaan yang timbul karena telah hidup sesuai dengan Dharma akan membuatnya tenang dalam segala hal, termasuk saat menghadapi kematian.

Perlu juga diketahui bahwa salah satu dari empat puluh subjek meditasi ketenangan/konsentrasi (samatha bhāvanā) ada yang disebut sīlānussati, yaitu perenungan tentang sīla. Seseorang yang dapat melaksanakan sīla dengan baik akan mudah melakukan meditasi ini. Hal ini dikarenakan ketika dia merenungkan moralitasnya, dia akan menyadari bahwa moralitasnya baik sehingga pikirannya akan cepat tenang dan terkonsentrasi. Jika hal ini terus dilatih dan dikembangkan, dapat dipastikan dia akan meninggal dengan tenang.

5 . S e te la h Me n in gga l Te rla h ir d i Ala m ya n g B a ik

Orang yang menjalankan dan menjaga sīla dengan baik akan men-gakumulasi banyak sekali karma baik. Selain itu, seperti penjelasan sebelumnya, dia akan meninggal dengan tenang. Keadaan pikiran saat meninggal sangatlah menentukan ke mana seseorang akan di-lahirkan kembali. Seseorang yang meninggal pada saat pikirannya

Diunduh

dari

(55)

terserang keserakahan (lobha), dia akan terlahir kembali menjadi hantu kelaparan (peta) atau jin (asura). Seseorang yang meninggal

pada saat pikirannya terserang kebencian/kemarahan (dosa), dia akan terlahir kembali menjadi makhluk penghuni neraka (niraya); dan yang terserang kebodohan mental (moha), akan terlahir sebagai binatang (tiracchāna).

Banyak kisah yang menceritakan tentang kelahiran seseorang di alam bahagia sebagai hasil dari berlatih Dharma (dana, sīla,

dan m editasi). Sebagai contoh kisah Upāsaka Dhammika dalam

Dharm apada Atthakatha 16. Suatu ketika di kota Sāvatthī, hidup

seorang upāsaka yang bernama Dhammika. Dia adalah seorang pria yang berbudi luhur (bermoral) dan sangat senang berdana. Dia dengan murah hati memberikan persembahan makanan dan kebutuhan lainnya bagi para bhikkhu secara teratur dan juga pada hari-hari istimewa. Sesungguhnya, dia adalah pemimpin dari lima ratus umat Buddha (upāsaka dan upāsikā) yang tinggal di Kota Sāvatthī.

Dhammika mempunyai tujuh anak laki-laki dan tujuh anak perempuan. Mereka, sama seperti Dhammika, adalah anakanak yang berbudi luhur dan gemar berdana. Ketika Dhammika mengalami sakit parah dan sekarat akan meninggal, dia memohon kepada Sangha untuk datang ke rumahnya dan membacakan beberapa sutta

di samping pembaringannya.

Diunduh

dari

(56)

Ga m b a r 3 .5 Ilustrasi Dharm apada 16

Sumber: http://www.ilustrasidharmapada.blogspot.com

Ketika para bhikkhu sedang membacakan Mahāsatipaṭṭhāna Sutta, enam kereta kuda yang penuh hiasan dari alam dewa datang untuk mengundangnya pergi ke alam mereka masing-masing. Dhammika memberi tahu mereka untuk menunggu sebentar karena takut mengganggu pembacaan sutta yang sedang berlangsung.

Tetapi, para bhikkhu mengira bahwa Dhammika meminta mereka untuk menghentikan pembacaan suttanya. Maka, mereka menghentikannya dan pergi meninggalkan tempat itu. Sesaat kemudian, Dhammika memberi tahu anak-anaknya tentang enam kereta kuda yang sedang menunggunya. Anak-anaknya menangis karena mengira ayah mereka sekarang menjadi tidak waras. Hal ini dikarenakan mereka tidak bisa melihat kereta kuda dari alam dewa tersebut.

Dhammika kemudian meminta anaknya untuk mengambil karangan bunga dan bertanya, “Alam dewa manakah yang harus aku pilih bila hal ini benar adanya?” Mereka memberi tahu ayahnya

Diunduh

dari

(57)

untuk memilih alam dewa Tusita. Dhammika pun memutuskan

untuk memilih alam Tusita dan meminta salah satu anaknya untuk

melemparkan karangan bunga tersebut ke udara. Karangan bunga tersebut tetap menggantung di udara karena menyangkut di kereta kuda dari alam Tusita. Dhammika pun kemudian meninggal dan

terlahir di alam Tusita.

Demikianlah, orang yang berbudi luhur berbahagia di kehidupan (dunia) ini dan juga di kehidupan berikutnya. Sang Buddha mengakhiri cerita tersebut dengan mengucapkan syair Dharm apada

16, “Dikehidupan ini dia berbahagia, di kehidupan berikutnya

dia berbahagia; Seseorang yang melakukan perbuatan baik, berbahagia di kedua kehidupannya. Dia berbahagia dan sungguh berbahagia ketika dia melihat kemurnian dari tindakannya.”

Selain yang diuraikan dalam M aha Parin ibban a Sutta, manfaat

dari mempraktikkan sīla juga dijelaskan dalam kitab-kitab lainnya. Manfaat tersebut di antaranya seperti berikut.

6 . Te rca p a in ya Ke in gin a n

Ga m b a r 3 .6 Ilustrasi Sikap Percaya Diri

Diunduh

dari

(58)

Dalam Dānūpapatti Sutta (Anguttara Nikaya 8. 35) Buddha berkata bahwa harapan dari penderma akan tercapai berkat kemurnian moralitasnya.

Buddha dalam satu kesempatan menyatakan kepada para

upāsaka yang sedang menjalani hari uposatha. Beliau berkata,

“Para upāsaka, sikap kalian baik, jika kalian mengisi hari uposatha dengan melakukan dana, menjaga sīla, meredam kemarahan, berbaik hati, dan melaksanakan tugas kalian. Para pria bijaksana di masa lalu memperoleh kemasyhuran bahkan hanya dari menjalankan separuh hari uposatha”.

7. Me n ye m b u h ka n P e n ya kit

Ga m b a r 3 .7 Ilustrasi Sikap Percaya Diri

Salah satu kisah dalam Visuddhimagga yang menceritakan ten-tang kasus penyembuhan berkat kekuatan kemurnian pelaksanaan

sīla adalah kisah Bhante Sāriputta (VM I,116). Cerita singkat tentang kesembuhan Bhante Sāriputta adalah sebagai berikut.

Suatu hari ketika Bhante Sāriputta berdiam di sebuah hutan bersama Bhante Mahā Moggallāna, dia terserang sakit perut yang parah. Mengetahui hal itu, Bhante Mahā Moggallāna bertanya,

Diunduh

dari

(59)

“Apa yang biasanya kamu gunakan untuk mengatasi hal ini sebelumnya?”

Bhante Sāriputta memberitahunya bahwa biasanya ibunya memberikan dia campuran bubur beras dengan susu murni, ghee, madu, dan gula. “Baiklah teman, bila kita mempunyai karma baik, besok kita akan mendapatkannya,” kata Bhante Mahā Moggallāna Saat itu, dewa yang berdiam di pohon dekat mereka tinggal mendengar percakapan mereka dan berpikir bahwa dia akan membantu mencarikannya.

Kemudian, dewa itu pergi ke rumah salah satu penyokong kedua bhikkhu dan membuat anak laki-laki tertuanya kesurupan. Dia berkata, “Bila besok kalian dapat menyediakan bubur susu untuk Thera, aku akan membebaskannya.” Mereka berkata,

“Bahkan tanpa diminta olehmu, kami secara teratur menyediakan

kebutuhan para sesepuh.”

Ga m b a r 3 .8 Bhikkhu Pindapata Sumber: http://www.lickr.com

Diunduh

dari

(60)

Keesokan harinya, mereka pun menyiapkan bubur susu dan memberikannya kepada Bhante Mahā Moggallāna yang sedang mengumpulkan dana makanan (piṇdapāta). Setelah kembali,

Bhante Mahā Moggallāna berkata kepada Bhante Sāriputta, “Ini, temanku Sāriputta, makanlah.” Tetapi sebelum memakannya, Bhante Sāriputta dengan kekuatan pengetahuan super normalnya dia mengetahui bagaimana bubur susu tersebut didapat, yaitu atas desakan dari dewa. Maka, Bhante Sāriputta memberitahu Bhante Mahā Moggallāna bahwa makanan tersebut tidak dapat digunakan. Tanpa berpikir, “Dia tidak memakan makanan yang aku bawa,”

Bhante Mahā Moggallāna langsung menuang bubur susu tersebut ke tanah. Begitu bubur susu tersebut menyentuh tanah, sakit perut Bhante Sāriputta pun hilang dan tidak pernah kambuh kembali.

Bhante Sāriputta memberikan contoh bahwa kemurnian sīla

haruslah dijunjung tinggi, sekalipun hidup sebagai taruhannya. Hal ini tidak hanya berlaku bagi para bhikkhu, tetapi juga berlaku untuk semua orang. Kisah sembuhnya sakit perut Bhante Sāriputta menunjukkan bahwa buah karma baik dari hasil pelaksanaan sīla

yang baik sangatlah luar biasa. Jadi, sudah selayaknyalah setiap orang untuk berusaha menjaga kemurnian sīla-nya semaksimal mungkin.

8 . La n d a s a n b a gi Te rca p a in ya P e n ce ra h a n

Sebelumnya telah dibahas beberapa manfaat dari melaksanakan

sīla, namun semuanya adalah manfaat duniawi. Bagian ini dapat dikatakan sebagai manfaat tertinggi dari melaksanakan sīla karena di sini sīla berperan sebagai landasan bagi

Gambar

Tabel 2.2http://bse.kemdikbud.go.id Patimokkha Bhikkhu/ Bhikkhuni Theravada dan MahayanaDiunduh dari

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ketera ngan dari pasangan usia subur yang termasuk kedalam umnet need ter- dapat sebanyak 5% sedang hamil namun tidak pada waktu yang diinginkan, sebanyak 22,5%

Jurnal: Media pendidikan Eksakta Standar: Nasional Belum Terakreditasi No./Vol.: Halaman: - Tahun: 1993, ISSN:. Status: Penulis Utama,

Jika data dapat dikombinasikan dengan wawasan tentang aktivitas pengunjung di Kebun Jika data dapat dikombinasikan dengan wawasan tentang aktivitas pengunjung di

Mendengarkan penjelasan dosen, mengajukan pertanyaan dan berdiskusi tentang topik bahasan yang diberikan dosen Indikator Ketepatan jawaban tentang materi pendahuluan Strategi

Pemanfaatan mikroorganisme dalam bidang teknologi semakin banyak digunakan misalnya dalam menghasilkan berbagai produk seperti bahan pangan, industri, pertanian,

Ada hubungan kejadian anemia saat kehamilan trimester IIIdengan kejadian perdarahan postpartum primer,dimana kejadian perdarahan postpartum primer 3,03 kali lebih

Adapun saran-saran yang dapat diberikan kepada Perpustakaan Universitas Andalas adalah sebagai berikut: (1) dari hasil penelitian, seharusnya pustakawan di bidang teknologi

Menimbang : Bahwa dalam rangka mendayagunakan potensi sumber daya yang ada di UPN “Veteran” umum memperoleh pemasukan tambahan pendapatan di luar kewajiban keuangan