• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA MTS MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN PETA KONSEP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA MTS MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN PETA KONSEP."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA MTS MELALUI PENDEKATAN

KETERAMPILAN PROSES DENGAN PETA KONSEP

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh: EHDA FARLINA

NIM. 1102504

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN

SELF-REGULATED LEARNING SISWA MTs MELALUI PENDEKATAN

KETERAMPILAN PROSES

Oleh Ehda Farlina S.Pd. UPI Bandung, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika

© Ehda Farlina, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA MTs MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN

PROSES DENGAN PETA KONSEP

Oleh:

EHDA FARLINA 1102504

Disetujui dan disahkan Oleh:

Pembimbing I

Siti Fatimah, S.Pd., M.Si., Ph.D

Pembimbing II

Dr. Endang Cahya MA., M.Si

Mengetahui

Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Matematika,

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul ”Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Regulated Learning Siswa MTs melalui

Pendekatan Keterampilan Proses dengan Peta Konsep” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2013 Yang membuat Pernyataan

(5)

ABSTRAK

Ehda Farlina (2011). “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Regulated Learning Siswa MTs melalui Pendekatan Keterampilan Proses dengan Peta Konsep”

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan dampak siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep terhadap self-regulated learning (kemandirian belajar); serta untuk menelaah hubungan antara kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning siswa. Desain penelitian ini adalah kelompok kontrol non ekuivalen yang melibatkan dua kelas. Kelas pertama memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep dan kelas kedua memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses tanpa peta konsep. Untuk mendapatkan data hasil penelitian digunakan instrumen berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis, skala self-regulated learning, lembar observasi, dan daftar wawancara. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu MTs swasta di Bandung. Analisis data dilakukan terhadap rataan gain ternormalisasi kedua kelompok sampel dengan menggunakan uji perbedaan rataan gain ternormalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep memberikan pengaruh pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, terjadi self-regulated learning positif dan terdapat hubungan antara self-regulated learning siswa dengan kemampuan pemecahan matematis siswa.

(6)

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا ه مسب

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Regulated Learning melalui Pendekatan Keterampilan Proses dengan Peta Konsep”. Shalawat serta salam semoga

tercurah limpahkan kepada junjunan alam yakni nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana UPI, Bandung.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu para pembaca diharapkan menanggapi dan memberikan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Semoga tesis ini dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Akhirnya kepada Allah jugalah penulis mohon taufik hidayah, semoga usaha penulis ini mendapat manfaat yang baik. Serta mendapat ridho dari Allah SWT. Amin ya rabbal alamin.

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari dan merasakan sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian tesis ini tidak terlapas dari bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Ibu Siti Fatimah, S.Pd., M.Si., Ph.D., selaku Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang ditengah-tengah kesibukannya, telah memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis terhadap berbagai permasalahan, memeriksa tata bahasa yang digunakan dan selalu mampu memberikan motivasi bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini. 2. Bapak Dr. Endang Cahya MA., M.Si, selaku Pembimbing II yang ditengah-tengah

kesibukannya, telah menyempatkan waktu memberikan bimbingan dan dorongan dengan sabar dan kritis terhadap berbagai permasalahan, serta memberikan motivasi bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.

3. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga serta memberikan bimbingan bagi penulis selama mengikuti studi.

4. Kepala sekolah, guru-guru dan staf-staf tempat penelitian yang telah banyak membantu penulis selama pelaksanaan penelitian di lapangan.

5. Suamiku tersayang Heri S. Nugraha dan Umiku tersayang Hj. Maryam yang selalu memberikan bantuan moril, materil dan doa untuk keselamatan, kelancaran serta keberhasilan penulis.

6. Anak-anakku Naail Akhdan Nugraha dan Adhwaa Hamdah Nugraha yang selalu mendo’akan mama biar cepat selesai.

(8)

8. Teman-teman mahasiswa S2 dan S3 Angkatan 2011/2012 di Sekolah Pascasarjana UPI Program Studi Pendidkan Matematika serta semua pihak yang telah banyak membantu dan namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

9. T Imoel yang telah memberikan bantuan, dukungan serta do’anya. Semoga kebersamaan kita sampai di Jannah-Nya.

Rasa terima kasih dari lubuk hati terdalam penulis sampaikan, hanya doa yang dapat penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, semoga seluruh bantuan yang telah diberikan akan mendapat balasan yang berlipat ganda.

(9)

“… Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),

kerjakanlah

dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain

dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap … “

(QS.Al-insyirah: 6-8)

Jangan takut membuat kesalahan Namun

Pastikan tidak membuat kesalahan yang sama (Akio Morita)

Ilmu menata pengetahuan Kearifan menata kehidupan

(Imanuel Kant)

Kupersembahkan coretan kecilku ini Untuk

Suami tersayang Heri S. Nugraha,

(10)

ABSTRAK

Ehda Farlina (2011). “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Regulated Learning Siswa MTs melalui Pendekatan Keterampilan Proses dengan Peta Konsep” Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan dampak siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep terhadap self-regulated learning (kemandirian belajar); serta untuk menelaah hubungan antara kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning siswa. Desain penelitian ini adalah kelompok kontrol non ekuivalen yang melibatkan dua kelas. Kelas pertama memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep dan kelas kedua memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses tanpa peta konsep. Untuk mendapatkan data hasil penelitian digunakan instrumen berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis, skala self-regulated learning, lembar observasi, dan daftar wawancara. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu MTs swasta di Bandung. Analisis data dilakukan terhadap rataan gain ternormalisasi kedua kelompok sampel dengan menggunakan uji perbedaan rataan gain ternormalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep memberikan pengaruh pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, terjadi self-regulated learning positif dan terdapat hubungan antara self-self-regulated learning siswa dengan kemampuan pemecahan matematis siswa.

(11)

ABSTRACT

Ehda Farlina (2011).”Improve MTs students’ mathematic problem solving skill and Self-Regulated Learning through skill-process approach by concept map”

This research is based by skill which is still low in mathematic problem solving and self-regulated learning. This research has the goals to analyze the improving mathematic problem solving and students’ self-regulated learning that is getting the lesson in using skill-process approach by concept map; and to analyze the correlation between students’ mathematic problem solving and students’ self-regulated learning skill. This research design is the non equivalent control group which involves two classes. First class that is getting the lesson in using skill-process approach by concept map while second class is getting the lesson in using skill-process approach not by concept map. For getting the result data in this research, it is used instruments as test of mathematic problem solving skill, self-regulated learning scale, observation sheet, and list of interview. This research was carried out at one of the private MTs in Bandung. Data analysis is done toward normalized mean gain of two sample groups by using test-difference normalized mean gain. The result of the research shows that the lesson which is using skill-process approach by concept map gives influence for increasing students’ mathematic problem solving and self-regulated learning positive and there is correlation between students’ self-regulated learning and students’ mathematic problem solving.

(12)

DAFTAR ISI A.Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Matematis ... 12

B.Self-Regulated Learning ... 19

C.Langkah-langkah Pemecahan Masalah Matematis ... 22

(13)

E. Teknik Analisis Data ... 43 F. Prosedur Penelitian ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil penelitian ... 52 B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan... 97 B.Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah... 36

Tabel 3.2 Kriteria Derajat Validitas ... 38

Tabel 3.3 Hasil Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 38

Tabel 3.4 Interpretasi Derajat Reliabilitas ... 39

Tabel 3.5 Interpretasi Daya Beda ... 40

Tabel 3.6 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 41

Tabel 3.7 Klasifikasi Gain Ternormalisasi (g) ... 44

Tabel 4.1 Data Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 53

Tabel 4.2 Data Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 55

Tabel 4.3 Data Uji Homogenitas Skor Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 56

Tabel 4.4 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 58

Tabel 4.5 Data N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 59

Tabel 4.6 Data Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 61

Tabel 4.7 Data Uji Homogenitas Skor N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 62

Tabel 4.8 Data Uji Perbedaan Rerata Skor N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 64

Tabel 4.9 Hasil Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 65

(15)

Tabel 4.11 Data Uji Normalitas Skor Angket Awal Self-regulated Learning ... 66

Tabel 4.12 Data Uji Homogenitas Skor Angket Awal Self-regulated Learning.. 67

Tabel 4.13 Distribusi Total Masing-Masing Indikator Skala Self-Regulated Learning ... 68

Tabel 4.14 Distribusi Skala Self-Regulated Learning pada Indikator 1 ... 69

Tabel 4.15 Distribusi Skala Self-Regulated Learning pada Indikator 2 ... 70

Tabel 4.16 Distribusi Skala Self-Regulated Learning pada Indikator 3 ... 71

Tabel 4.17 Distribusi Skala Self-Regulated Learning pada Indikator 4 ... 72

Tabel 4.18 Distribusi Skala Self-Regulated Learning pada Indikator 5 ... 73

Tabel 4.19 Distribusi Skala Self-Regulated Learning pada Indikator 6 ... 74

Tabel 4.20 Distribusi Skala Self-Regulated Learning pada Indikator 7 ... 75

Tabel 4.21 Distribusi Skala Self-Regulated Learning pada Indikator 8 ... 76

Tabel 4.22 Distribusi Skala Self-Regulated Learning pada Indikator 9 ... 77

Tabel 4.23 Data Uji Korelasi ……….………..…… 78

Tabel 4.24 Hasil Observasi Aktivitas Guru... 79

Tabel 4.25 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Kelas yang Memperoleh Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses dengan Peta Konsep ... 84

(16)

DAFTAR GAMBAR

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A: INSTRUMEN PENELITIAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp)

Kelas Eksperimen………...….. 105

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol……… 143

A.3 Lembar Aktivitas Siswa (LAS)………..…. 177

A.4 Kisi-Kisi Soal Dan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis………... 200

A.5 Kisi-Kisi Angket Dan Angket Self Regulated-Learning Siswa………..… 207

A.6 Lembar Observasi Guru Dan Siswa……….. 213

A.7 Kisi-Kisi Dan Pedoman Wawancara………... 220

LAMPIRAN B: ANALISIS HASIL UJI COBA TES MATEMATIKA B.1 Tabel Skor Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis……… 224

B.2 Perhitungan Hasil Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dengan Anates V.4 for windows ………. 225

LAMPIRAN C: ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN C.1 Data Hasil Pretes……… 231

C.2 Data Hasil Postes……… 233

C.3 Data Gain Ternormalisasi……….. 235

C.4 Perhitungan Data Dan Uji Statistik………. 237

LAMPIRAN D: DATA ANGKET SELF-REGULATED LEARNING D.1 Data Angket Self-Regulated Learning ………. 241

D.2 Data Hasil Angket Self-Regulated Learning Setelah Transformasi……….. 249

(18)

Kelas Eksperimen………. 268 D.5 Analisis Statistik Angket Self-Regulated Learning……… 269 LAMPIRAN E: DATA PENUNJANG

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu proses pembentukan kepribadian dan pola pikir siswa. Salah satu pembelajaran yang mampu membentuk kepribadian dan pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Ruseffendi (1991) bahwa kegunaan matematika itu besar, baik sebagai ilmu pengetahuan, sebagai alat maupun sebagai pembentuk sikap yang diharapkan. Sebagai pembentuk sikap, melalui pembelajaran matematika dapat dikembangkan berbagai potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa memiliki kemampuan untuk menghadapi segala perubahan dan memecahkan segala permasalahan yang dihadapi.

(20)

2

memperjelas keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006).

Kemampuan-kemampuan matematis yang tercantum dalam KTSP, sejalan dengan kemampuan-kemampuan matematis yang disusun oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). Kemampuan-kemampuan matematis yang

dirumuskan NCTM (2000) terdiri dari: komunikasi matematis (mathematical communication), penalaran matematis (mathematical reasoning), pemecahan

masalah matematis (mathematical problem solving), koneksi matematis (mathematical connection) dan pembentukan sikap positif terhadap matematika

(positive attitudes toward mathematics).

Salah satu kemampuan matematis yang harus dimiliki siswa menurut KTSP dan NCTM adalah kemampuan pemecahan masalah. Siswa dalam belajar matematika diharapkan mampu menyelesaikan masalah yang diberikan, hal ini merupakan tujuan dari belajar matematika. Menurut Branca (Sumarmo, 1994) kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa, bahkan kemampuan pemecahan masalah matematis sebagai jantungnya dalam belajar matematika, sehingga kemampuan pemecahan masalah memegang peranan penting, khususnya dalam pembelajaran matematika, umumnya untuk segala aspek kehidupan.

(21)

3

diantaranya dari perolehan rata-rata skor prestasi matematika siswa kelas VIII Indonesia menurut TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) berada di bawah rata-rata skor prestasi matematika siswa kelas VIII

internasional. Dari hasil TIMSS, skor prestasi matematika Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat ke 34 dari 38 negara, tahun 2003 berada di peringkat ke 35 dari 46 negara, dan tahun 2007 berada di peringkat ke 36 dari 49 negara (Kemendikbud, 2011). Dalam survei tiga tahunan PISA (Programme for International Student Assessment), untuk rata-rata skor prestasi literasi

matematika siswa Indonesia pada tahun 2000 berada di peringkat ke 39, pada tahun 2003 berada di peringkat ke 38, dan pada tahun 2006 berada di peringkat ke 50 (Kemdikbud, 2011). Hal yang dinilai dalam PISA adalah kemampuan siswa dalam menganalisis masalah (analyze), memformulasi penalarannya (reasoning), dan mengkomunikasikan ide (communication) ketika mereka mengajukan, memformulasikan, menyelesaikan dan menginterpretasikan permasalahan matematika (problem solving). Lebih lanjut, TIMSS (IEA, 2001) menyatakan bahwa pemecahan masalah dan komunikasi adalah kunci pendidikan matematika yang diasosiasikan dengan banyak topik dalam konten domain. Menurut Republika On Line (2012) menyebutkan bahwa menurut versi TIMSS urutan nilai rata-rata matematika siswa kelas VIII di Indonesia berada di bawah Palestina, negara yang didera konflik berkepanjangan.

(22)

4

mendorong siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah sehingga mampu memecahkan masalah matematika. Untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, diperlukan adanya suatu proses pembelajaran yang lebih mengutamakan proses dan strategi yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah daripada hanya sekedar hasil.

Pembelajaran yang lebih mengutamakan proses yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Menurut Zamnah (2012) salah satu pembelajaran yang dapat

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Melalui pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa memiliki banyak kesempatan untuk berfikir, khususnya dalam memahami pengetahuan dan memecahkan masalah. Pembelajaran yang berpusat pada siswa mengarahkan siswa agar aktif terlibat melaksanakan tugas-tugas matematika dalam mengeksplorasi dan memformulasi ide-ide.

(23)

5

al (dalam Juariah, 2008) yang menyatakan bahwa dengan

keterampilan-keterampilan proses, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

Semiawan (dalam Aisyah, 2007) menyatakan bahwa pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Secara garis besar, prinsip yang harus muncul dalam pendekatan keterampilan proses diantaranya: (1) kemampuan mengamati; (2) kemampuan menghitung; (3) kemampuan mengukur; (4) kemampuan mengklasifikasikan; (5) kemampuan menemukan hubungan; (6) kemampuan membuat prediksi; (7) kemampuan melaksanakan penelitian; (8) kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data; (9) kemampuan menginterpretasikan data; (10) kemampuan mengkomunikasikan hasil.

(24)

6

pembelajaran matematika kelas IX materi bola di SMP. Juariah (2008) menyatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa.

Salah satu teknik yang dapat mengarahkan siswa untuk berpartisipasi aktif ketika belajar dan menggambarkan siswa memiliki kemampuan yang sesuai dengan prinsip pendekatan keterampilan proses serta mampu melakukan penyelesaian pemecahan masalah matematis sehingga siswa tidak hanya sekedar menghitung adalah dengan peta konsep, sehingga proses pembelajaran dengan pendekatan pendekatan keterampilan proses dapat ditempuh dengan peta konsep. Siswa dapat membuat suatu peta konsep dengan benar jika siswa sudah mampu menyelesaikan masalah.

Peta konsep merupakan hubungan yang bermakna antara satu konsep dengan konsep lainnya yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit tertentu. Peta konsep merupakan suatu alat (dapat berupa skema) yang dapat digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi (Novak & Gowin, dalam Basuki, 2012).

Penggunaan peta konsep dapat membuat siswa melakukan observasi secara langsung dan membuat kesimpulan sendiri. Sehingga pemahaman akan peta konsep dan keterampilan siswa dalam menentukan hubungan-hubungan atau keterkaitan antar konsep yang saling berhubungan akan saling membantu siswa dalam menyelesaikan persoalan matematika.

(25)

7

pemecahan masalah matematis, diharapkan pula dapat meningkatkan regulated learning. Karena pada kenyataannya, siswa belum mempunyai

self-regulated learning atau kemandirian belajar yang baik. Siswa masih sangat

bergantung kepada guru, sehingga kurang punya inisiatif untuk belajar. Dari hasil penelitian Ratnaningsih (2007) dan Qohar (2010) diperoleh bahwa secara rata-rata self-regulated learning siswa masuk pada kriteria sedang, tetapi untuk siswa level

sedang dan rendah self-regulated learning siswa masih rendah.

Menurut Elvina & Tjalla (2010) kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika berkaitan dengan cara pembelajaran siswa, cara pembelajaran siswa itu dikenal dengan istilah self- regulated learning. Konsep self- regulated learning merupakan salah satu konsep penting dalam teori belajar

sosial. Menurut Pintrich (1995) self- regulated learning adalah cara belajar siswa aktif secara individu untuk mencapai tujuan akademik dengan cara pengontrolan perilaku, memotivasi diri sendiri dan menggunakan kognitifnya dalam belajar. Secara ringkas, Zimmerman (1989) mengemukakan bahwa dengan self- regulated learning siswa dapat diamati sejauh mana partisipasi aktif mereka dalam

mengarahkan proses-proses metakognitif, motivasi dan perilakunya di saat mereka belajar. Proses metakognitif adalah proses dimana siswa mampu mengarahkan dirinya saat belajar, mampu merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan diri sendiri dan melakukan evaluasi diri pada berbagai tingkatan selama proses perolehan informasi.

Self-regulated learning adalah kemampuan siswa mengatur diri dalam

(26)

8

kemampuan mengatur diri dalam belajar matematika berperan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas diri dalam belajar. Secara prinsipil, self-regulated learning menempatkan pentingnya kemampuan seseorang untuk

mengatur dan mengendalikan diri sendiri, terutama bila menghadapi tugas. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sumarmo (2004) bahwa kemandirian belajar merupakan proses perancangan dan pemantauan diri yang seksama terhadap proses kognitif dan afektif dalam menyelesaikan suatu tugas akademik. Apabila siswa mempunyai self-regulated learning yang tinggi cenderung belajar dengan lebih baik. Hal ini didukung oleh studi temuan Hargis (Sumarmo, 2004) bahwa individu yang memiliki self-regulated learning yang tinggi cenderung belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, mengatur belajar dan waktu secara efisien, dan memperoleh skor yang tinggi dalam sains.

Memperhatikan uraian di atas, peneliti berupaya mengungkapkan apakah pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep dapat meningkatkan kemampuan pemecahan matematis dan self-regulated learning siswa. Penelitian ini dirancang untuk melihat penggunaan pendekatan

(27)

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses tanpa peta konsep?

2. Bagaimanakah dampak pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep?

3. Adakah hubungan antara self-regulated learning dan kemampuan pemecahan masalah matematis?

4. Bagaimanakah kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan mendeskripsikan:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses tanpa peta konsep.

(28)

10

3. Hubungan anatara self-regulated learning dan kemampuan pemecahan masalah matematis.

4. Kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan yang berarti bagi peneliti, guru, dan siswa. Manfaat dan masukan tersebut antara lain:

1. Untuk Peneliti

Memberi informasi mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep.

2. Untuk Guru

Memberi alternatif pembelajaran matematika yang dapat dikembangkan menjadi lebih baik sehingga dapat dijadikan salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning siswa.

3. Untuk Siswa

(29)

11

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terdapat pada penelitian ini penulis menetapkan beberapa definisi operasional yaitu:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dengan memperhatikan langkah-langkah: (a) memahami masalah, (b) merencanakan penyelesaian, (c) menyelesaikan masalah sesuai rencana, (d) memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back).

2. Self-regulated learning adalah kemampuan siswa untuk mengatur dirinya sendiri dalam kegiatan belajar, atas inisiatifnya sendiri dan bertanggung jawab, tanpa selalu bergantung pada orang lain.

3. Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan yang mengembangkan keterampilan untuk memperoleh informasi atau pengetahuan, menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan serta menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.

(30)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep.

Berdasarkan tujuan penelitian, terkait dengan metode penelitian eksperimen yang telah dipilih, maka desain penelitian yang akan digunakan adalah desain kelompok kontrol non-ekivalen (Ruseffendi, 2001) seperti terlihat berikut ini:

O X O

---

O O

Keterangan : X = Pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep

O = Soal pretes dan postes kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelompok eksperimen/kontrol

--- = Pengambilan sampel tidak secara acak

(31)

35

B. Tempat dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu MTs swasta di Bandung. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa MTs. Sampel pada penelitian adalah kelas VIII E dan VIII F yang dipilih secara purposive. Pengambilan sampel secara purposive bertujuan untuk mendapatkan kelas yang memiliki kemampuan awal pemecahan masalah matematis yang tidak berbeda secara signifikan. Alasan penelitian dilakukan terhadap siswa kelas VIII E dan VIII F adalah:

a) Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII E dan VIII F, secara umum siswa kedua kelas tersebut memiliki kemampuan kognitif yang hampir sama.

b) Berdasarkan tahap perkembangan kognitif yang dikemukan Piaget bahwa siswa MTs sudah berada pada tahap operasi konkret ke operasi formal, sehingga keterampilan proses dengan peta konsep dapat membantu siswa dari berfikir konkret menjadi abstrak.

c) Siswa sekolah menengah pada umumnya masih memiliki pola belajar yang kurang mandiri, sehingga dengan diperkenalkannya pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep siswa dapat memiliki pola belajar yang mandiri dan dapat memecahkan masalah.

C. Variabel Penelitian

(32)

36

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non-tes. Instrumen tes berupa soal-soal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, sedangkan instrumen non-tes terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa, daftar wawancara dan skala regulated learning yang dimodifikasi dari skala self-regulated learning yang disusun Sumarmo (2007).

1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Tes merupakan prosedur atau suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam bidang pendidikan. Tes diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah perlakuan terhadap dua kelas yaitu kelas yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep dan kelas yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses tanpa peta konsep. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berupa soal uraian (essay) yang memuat aspek-aspek pemecahan masalah matematis.

Pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis diadaptasi dari pedoman penskoran pemecahan masalah oleh Schoen dan Ochmke (Sumarmo, dalam Zamnah, 2012) dan pedoman yang dibuat oleh Chicago Public Schools Bureau of Student Assessment pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah

Aspek yang dinilai Skor Keterangan

Memahami Masalah

0 Tidak berbuat(kosong) atau semua interpretasi salah (sama sekali tidak memahami masalah)

(33)

37

Aspek yang dinilai Skor Keterangan

2

Memahami masalah soal

selengkapnya;mengidentifikasi semua bagian penting dari permasalahan; termasuk dengan membuat diagram atau gambar yang jelas dan simpel menunjukkan pemahaman terhadap ide dan proses masalah

Merencanakan Penyelesaian

0 Tidak berbuat (kosong) atau seluruh strategi yang dipilih salah

1 Sebagian rencana sudah benar atau perencanaanya tidak lengkap

2

Keseluruhan rencana yang dibuat benar dan akan mengarah keapada penyelesaian yang benar bila tidak ada kesalahan perhitungan

Melaksanakan Rencana Penyelesaian

0 Tidak ada jawaban atau jawaban salah akibat perencanaan yang salah

1

Penulisan salah, perhitungan salah, hanya sebagian kecil jawaban yang dituliskan;tdk ada penjelasan jawaban;jawaban dibuat tapi tidak benar

2 Hanya sebagian kecil prosedur yang beanar, atau kebanyakan salah sehingga hasil salah

3

Secara substansial prosedur yang dilakukan benar dengan sedikit kekeliruan atau ada kesalahan prosedur sehingga hasil akhir salah

4

Jawaban benar dan lengkap

Memberikan jawaban secara lengkap, jeas dan benar, termasuk dengan membuat diagram dan gambar

Memeriksa kembali hasil perhitungan

0 Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada keterangan apapun

1 Ada pemeriksaan tapi tidak tuntas

2 Pemeriksaan dilaksanakan untuk melihat kebenaran proses

Setelah data hasil uji coba terkumpul kemudian dihitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya sebagai berikut:

a. Validitas

(34)

38

= Skor seluruh siswa tiap item soal = Skor total siswa

Untuk menentukan tingkat (derajat) validitas alat evaluasi nilai diartikan sebagai koefesien validitas, sebagaimana kriterianya disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada data yang diperoleh dari hasil uji coba soal dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Hasil Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

No. Soal Interpretasi Koefisien

Korelasi thitung Validitas

1 0,552 Cukup 3,502944 Valid

2 0,512 Cukup 3,154011 Valid

3 0,529 Cukup 3,29853 Valid

4 0,689 Cukup 5,030408 Valid

b. Reliabilitas

(35)

39

Dengan kriteria yang menurut klasifikasi Guilford (Ruseffendi, 2005) pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Ineterpretasi Derajat Reliabilitas Besarnya r Tingkat Reliabilitas

0,00 – 0,20 Kecil

Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah:

SMI

X : rata-rata skor kelas atas B

X : rata-rata tiap butir soal

(36)

40

Interpretasi daya beda menggunakan kriteria klasifikasi menurut Suherman (2003), sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Interpretasi Daya Beda

Interpretasi

≤ 0,00 Sangat jelek

0,00< ≤ 0,20 Jelek

0,20< ≤ 0,40 Cukup

0,40< ≤ 0,70 Baik

0,70< ≤ 1,00 Sangat Baik Sumber : Suherman (2003)

Sebelum menentukan daya pembeda tiap butir soal harus ditentukan terlebih dahulu siswa yang termasuk ke dalam kelompok atas dan kelompok bawah. Kelompok atas diambil dari 25% siswa yang memiliki nilai tertinggi dari seluruh siswa yang mengikuti uji coba soal, sedangkan kelompok bawah diambil dari 25% siswa yang memiliki nilai paling rendah dari seluruh siswa yang mengikuti uji coba soal.

d. Tingkat Kesukaran

Untuk menghitung tingkat kesukaran soal, digunakan rumus sebagai berikut:

̅

(37)

41

Interpretasi Indeks kesukaran digunakan kriteria menurut Suherman (2003), sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Interpretasi Indeks Kesukaran

Interpretasi

= 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 < ≤ 0,30 Soal sukar 0,30 < ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < < 1,00 Soal mudah = 1,00 Soal terlalu mudah Sumber : Suherman (2003)

2. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru

Lembar observasi diberikan kepada observer dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara langsung aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dan aktivitas guru selama pembelajaran.

Aktivitas siswa yang diamati pada kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang siswa yang menunjang self-regulated learning atau kemandirian belajar siswa misalnya mengajukan dan menjawab pertanyaan, mengemukakan dan menanggapi pendapat, menyelesaikan lembar kerja siswa. Pengamatan dilakukan dari awal pembelajaran hingga pembelajaran berakhir.

(38)

42

1) Skala self-regulated learning

Instrumen untuk mengukur tingkat self-regulated learning menggunakan skala self-regulated learning. Skala self-regulated learning dimodifikasi dari skala self-regulated learning yang disusun oleh Sumarmo (2007). Tujuan memodifikasinya adalah untuk menyesuaikan dengan karakteristik pembelajaran. Skala self-regulated learning yang disusun dan dikembangkan mempunyai indikator; yaitu (1) inisiatif belajar, (2) mendiagnosa kebutuhan belajar, (3) menetapkan tujuan belajar, (4) memonitor, mengatur dan mengontrol belajar, (5) memandang kesulitan sebagai tantangan, (6) memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, (7) memilih dan menetapkan strategi belajar yang tepat, (8) mengevaluasi proses dan hasil belajar, (9) konsep diri (Zamnah, 2012).

Skala self-regulated learning dalam matematika terdiri dari pernyataan positif dan negatif dengan menggunakan lima pilihan yaitu STS (sangat tidak setuju), TS (tidak setuju), Netral (N), S (setuju), dan SS (sangat setuju). Respon siswa terhadap pernyataan positif diberikan skor STS = 1, TS = 2, N = 3, S = 4 dan SS = 5. Sedangkan respon siswa terhadap pernyataan negatif diberikan skor STS = 5, TS = 4, N = 3, S =2, SS = 1.

Skala self-regulated learning diberikan sebelum dan setelah pembelajaran. Pemberian skala self-regulated learning sebelum pembelajaran bertujuan untuk mengetahui kondisi self-regulated learning awal siswa sebelum diberikan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep.

(39)

43

Wawancara dilakukan untuk menunjang hasil skala self-regulated learning dan untuk mendapatkan informasi tentang self-regulated learning siswa pada 5 indikator self-regulated learning, yaitu:

a. Mendiagnosa kebutuhan belajar b. Menetapkan tujuan belajar

c. Memonitor, mengatur dan mengontrol belajar d. Memilih dan menetapkan strategi belajar

e. Kemampuan mengevaluasi proses dan hasil belajar

3. Teknik Analisa Data

Data-data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan pemecahan masalah matematis serta data skala self-regulated learning siswa dianalisis secara statistik.Untuk pengolahan data penulis menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Windows, dan Microsoft Excell 2007.

Data yang diperoleh dari hasil pengumpilan data selanjutnya diolah melalui tahapan sebagai berikut:

1) Data Hasil Tes kemampuan pemecahan masalah

(40)

44

Data yang diperoleh dari hasil tes diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem penskoran yang digunakan.

b) Membuat tabel skor pretes dan postes siswa kelas yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep dan kelas yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses tanpa peta konsep.

c) Menghitung peningkatan kemampuan yang terjadi pada siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah dengan rumus N-Gain ternormalisasi, yaitu:

N-Gain ternormalisasi (g) =

(Meltzer,2002)

Rumus N-Gain ternormalisasi dapat digunakan dengan syarat, skor pretes ≠ skor postes, dan skor pretes ≠ skor ideal. Untuk melakukan perhitungan N -Gain ternormalisasi, semua komponen harus ada, skor pretes, skor postes, dan skor ideal.

d) Hasil perhitungan N-Gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi N-Gain ternormalisasi (Hake, 1999), disajikan pada Tabel 3.7

Tabel 3.7

Klasifikasi N-Gain Ternormalisasi (g)

Besarnya N-Gain (g) Interpretasi

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

(41)

45

Perhitungan N-Gain ternormalisasi dilakukan karena penelitian ini tidak hanya melihat peningkatan siswa tetapi juga melihat kualitas dari peningkatan tersebut.

e) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretes dan skor N-Gain kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan uji statistik One-Sample Kolmogorov- Smirnov.

Adapun rumusan hipotesisnya adalah: H0: Data berdistribusi normal

H1: Data Tidak berdistribusi normal Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Sig. (p-value) < α (α = 0,05), maka Ho ditolak Jika nilai Sig. (p-value) ≥α (α = 0,05), maka Ho diterima

f) Menguji homogenitas varians tes kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan uji Homogeneity of Variance (Levene Statistic). Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:

H0: Varians skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen H1: Varians skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak homogen Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Sig. (p-value) < α (α = 0,05), maka Ho ditolak Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α = 0,05), maka Ho diterima

(42)

46

Melakukan uji perbedaan rataan pada data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk kemampuan pemecahan masalah matematis. Hipotesis yang akan diajukan adalah:

H0 : µ1 = µ2 : Rerata pretes kelas eksperimen sama dengan rerata pretes kelas kontrol

H1 : µ1 ≠ µ2 : Rerata pretes kelas eksperimen sama dengan rerata pretes kelas kontrol

Selanjutnya untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep lebih baik daripada siswa yang menggunakan pendekatan keterampilan proses, maka rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut: H0 : µ1 = µ2 : Rerata N-Gain kelas eksperimen sama dengan rerata N-Gain

kelas kontrol

H1 : µ1 > µ2 : Rerata N-Gain kelas eksperimen lebih baik dari rerata N-Gain kelas kontrol

Secara ringkas, uji statistik dalam penelitian dapat dilihat pada diagram alur uji statistik pada gambar 3.1.

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Data Pretes Data Postes Data Pretes Data Postes

(43)

47

Tidak normal Normal

Homogen Tidak homogen

Gambar 3.1. Diagram Alur Uji Statistik

2) Data hasil skala self-regulated learning

Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai self-regulated learning siswa dengan menggunakan skala sikap Likert.

Data yang diperoleh dari skala self-regulated learning merupakan data ordinal. Pada umumnya jawaban respon yang diukur dengan menggunakan skala Likert (Likert scale) yakni pemberian nilai numerik 1, 2, 3, 4 dan 5 setiap skor yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Data self- regulated learning diberikan poin untuk setiap pernyataan, yaitu 1 (STS), 2 (TS), 3 (N), 4

(S) dan 5 (SS) untuk pernyataan positif, sebaliknya akan diberi skor 1 (SS), 2 (S), 3 (N), 4 (TS) dan 5( STS) untuk pernyataan negatif.

Untuk skala self-regulated learning sebelum pembelajaran diolah dengan analisis statistik untuk mengetahui kondisi awal kedua kelas sama atau tidak. Nilai yang diperoleh pada data skala self-regulated learning berupa data ordinal maka data harus ditransformasi ke data interval. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

Uji Normalitas

Uji Homogenitas Uji Mann-Whitney

Uji t

Uji t’

(44)

48

a) Untuk setiap pertanyaan, hitung frekuensi jawaban setiap kategori (pilihan jawaban).

b) Berdasarkan frekuensi setiap kategori dihitung proporsinya.

c) Dari proporsi yang diperoleh, hitung proporsi kumulatif untuk setiap kategori. d) Tentukan pula nilai batas Z untuk setiap kategori.

e) Hitung scale value (interval rata-rata) untuk setiap kategori melalui rumus berikut:

f) Hitung score (nilai hasil transformasi) untuk setiap kategori melalui rumus: | |

(Hays, dalam Waryanto, 2006) Setelah data ordinal berubah menjadi data interval, kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan SPSS 16.0 for Windows.

Skala self-regulated learning setelah pembelajaran dihitung seperti halnya menghitung skala sikap Likert. Hasil dari skala self-regulated learning digunakan untuk melihat dampak dari pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep terhadap self-regulated learning siswa.

3. Korelasi antara kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-

regulated learning

Uji Korelasi antara kemampuan pemecahan masalah matematis dengan self-regulated learning siswa dengan menggunakan program microsoft exel.

(45)

49

self-regulated learning maka kedua jenis data harus sama. Karena data

kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan data interval, sedangkan self-regulated learning merupakan data ordinal, maka data self-regulated learning

harus ditransformasi terlebih dahulu menjadi data interval. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Untuk setiap pertanyaan, hitung frekuensi jawaban setiap kategori (pilihan jawaban).

b) Berdasarkan frekuensi setiap kategori dihitung proporsinya.

c) Dari proporsi yang diperoleh, hitung proporsi kumulatif untuk setiap kategori. d) Tentukan pula nilai batas Z untuk setiap kategori.

e) Hitung scale value (interval rata-rata) untuk setiap kategori melalui rumus berikut:

f) Hitung score (nilai hasil transformasi) untuk setiap kategori melalui rumus: | |

(46)

50

learning siswa dengan menggunakan SPSS 16.0 for Windows. Hipotesis yang

diuji adalah sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat hubungan antara self-regulated learning siswa dan kemampuan pemecahan masalah

H1: Terdapat hubungan antara self-regulated learning siswa dan kemampuan pemecahan masalah

Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Sig. (p-value) < α (α = 0,05), maka Ho ditolak Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α = 0,05), maka Ho diterima

J. Prosedur Penelitian

Agar penelitian ini memiliki alur yang jelas, maka ada beberapa prosedur yang digunakan. Prosedur yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan kajian kepustakaan terhadap teori-teori yang berkaitan dengan Pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep serta penerapannya dalam pembelajaran matematika.

2. Menyiapkan rencana pembelajaran dan instrumen penelitian 3. Memvalidasi instrumen dan merevisinya

(47)

51

Ehda Farlina, 2013

5. Melaksanakan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep pada kelas pertama dan pembelajaran dengan Pendekatan keterampilan proses tanpa peta konsep pada kelas kedua.

6. Pengisian lembar observasi aktivitas siswa dari awal pembelajaran hingga pembelajaran berakhir.

7. Memberikan post-test pada kedua kelas. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, setelah pembelajaran berakhir.

8. Memberikan angket pada siswa, untuk mengetahui self-regulated learning pada siswa .

9. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh setelah penelitian berakhir. Secara umum, prosedur penelitian disajikan seperti pada diagram alur pada Gambar 3.2. proses dengan peta konsep Pembelajaran Menggunakan

(48)

52

(49)

97

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV mengenai peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan self-regulated learning siswa, antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan

keterampilan proses dengan peta konsep dan siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses saja, serta korelasi antara self-regulated learning dan kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses tanpa peta konsep.

2. Dampak pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep terhadap self-regulated learning siswa memiliki dampak positif .

3. Terdapat hubungan antara self-regulated learning siswa dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

(50)

98

pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses tanpa peta konsep berada pada kategori rendah.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh pada penelitian ini, saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan pendekatan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran matematika, terutama untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning (kemandirian belajar).

2. Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep harus memperhatikan penyusunan kelompok diskusi sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan heterogen, karena sangat mempengaruhi jalannya diskusi dalam kelompok.

3. Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep harus menciptakan suasana yang menyenangkan dan mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.

4. Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan peta konsep harus lebih memotivasi siswa agar berperan aktif dalam proses belajar dan meyakinkan siswa bahwa matematika itu menyenangkan.

(51)

99

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, N. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD: Program Peningkatan Kualifikasi Akademik S1 PGSD Melalui Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Berbasis ICT (Bahan ajar cetak).

Akinbobola & Afolabi. (2010). Analysis of Science Process Skills In West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations in Nigeria. Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Volume 4, Number 1, 2010.

Anwar, H. (2012). Keterampilan Proses. [Online]. Tersedia: http://www.anwarholil.blogspot.com/2008/ 04/keterampilan-proses.html, Basuki, T. (2012). Pembelajaran Matematika Disertai Penyusunan Peta Konsep :

Studi Eksperimen Pembelajaran Matematika Di Kelas 1 MAN Jakarta Dengan Topik Barisan dan Deret. Tesis pada SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Boekart, M. (1999). Self-Regulated Learning: Where We Are Today. International Journal of Education Research 31 (1999) 445-457. Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs.

Jakarta: Dirjen Manajemen Dikdasmen Departemen Pendidikan Nasional.

_________. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Devi, P.K. (2010). Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA (P4TK IPA) untuk Program Bermutu.

Dimyati & Mujiono. ( 2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, S. (2005). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:

Rineka Cipta.

___________.(2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka cipta

(52)

100

Elvina, A. dan Tjalla, A. (2010). Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan Kemampuan Memecahkan Masalah pada Pembelajaran Matematika pada Siswa SMUN Jakarta. Artikel Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Hidayah, I. (2011). Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Keterampilan Proses Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Pokok Lingkaran Peserta Didik Kelas VIII MTs NU Nurul Huda Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi pada IAIN Walisongo

Semarang. [Online]. Tersedia: http://library.walisongo.ac.id/digilib

Hudojo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang.

IEA. (2001). Trends in International Mathematics and Science Study 2003. Boston: The International Study Center.

Jiar, Y. K, et al. Acquiring Mathematical Knowledge and Process Skills in Mathematics Remedial Intervention Based on Instructional Model. Fakultas Pendidikan Universitas Teknologi Malaysia.

Juariah. (2008). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis melalui pendekatan keterampilan Proses Matematika. Tesis pada SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Kemdikbud. (2011). Survei Internasional TIMSS. [Online]. Tersedia: http://litbang.kemdikbud.go.id/detail.php?id=214

_________. (2011). Survei Internasional PISA. [Online]. Tersedia: http://litbang.kemdikbud.go.id/detail.php?id=215

Meltzer, D. E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning N-Gain in Physics: a Possible “Hidden

Variable” in Diagnostic Pretes Score.

(53)

101

National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Nur, M. dan Samani, M. (1996). Teori Pembelajaran IPA dan Hakekat Pendekatan Keterampilan Proses. Bahan ajar Kegiatan Latihan Kerja Instruktur PKP IPA di Bandung Tanggal 23 s.d. 27 Juni 1996.

Nurhidayati. (2012) Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses pada Pembelajaran Matematika Kelas IX Materi Bola di SMP Kartika II-1

Palembang. [Online]. Tersedia:

http://mgmpmatoi.blogspot.com/2012/12/penerapan-pendekatan-keterampilan.html

Pape, S.J, et. al. (2003). Developing in Mathematical Thinking and Self Regulated Learning: Teaching Elementary in Sevent-Grade Mathematics Classroom. Journal Educational Studies in Mathematics. 53,179-202.

Polya, G. (1973). How to Solve It, a New Aspect of Mathematical Method. New Jersey: Princeton University Press.

Qohar, A. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP Melalui Resiprocal Teaching: Disertasi pada Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Ratnaningsih, N. (2007). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan Berfikir Kritis dan Kreatif Matematik serta Kemandirian Belajar Siswa SMA: Disertasi pada Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Pintrich. (1995). Promotion Of Self Regulated Learning. [Online]. Tersedia http://dwb.unl.edu/Book/CH09/Chapter09w.html.

Purnamasari, P. (2008). Penerapan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman konsep luas segitiga pada matapelajaran matematika siswa kelas IV SDN Rampal Celaket I Kota Malang. [Online]. Tersedia: http://library.um.ac.id

Republika Online. (2012). Matematika Pelajar Indonesia lebih 'Jeblok' dari

Pelajar Palestina. [Online]. Tersedia:

(54)

102

Russeffendi, E.T. (1991). Pengantar Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung. Tarsito.

__________. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

__________. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Schunk, D.H., dan Zimmerman, B. J. (1998). Self-Regulated Learning: From Teaching to Self-Reflective Practice. New York: Guilford Press.

Scusa, T. (2008). Five Process of Mathematical Thinking. [Online]. Tersedia: http://digitalcommons.unl.edu/mathmidsummative

Suherman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung : FPMIPA UPI. Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah pada Guru dan Siswa Sekolah Menengah Atas di Kodya Bandung. Laporan Penelitian IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.

___________. (2004). Kemandirian Belajar, Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Laporan Penelitian UPI. Tidak diterbitkan.

___________. (2000). Pengembangan Model pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian UPI. Tidak diterbitkan.

Suwardi, E. (2003). Pembelajaran Keterampilan Proses Matematika melalui Kerja Kelompok Tipe STAD pada Siswa kelas IV SDN. Tesis pada SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (berparadigma Eksploratif dan Investigasi). Jakarta: Leuser Cita Pustaka.

_______. (2010). Metodologi Pembelajaran Matematika. Diberikan pada Pelatihan Guru-guru Matematika di Manokwari Papua.

(55)

103

Sofa, P. (2011). Pendekatan Ketrampilan Proses dalam Belajar Mengajar. [Online]. Tersedia: http://massofa.wordpress.com

Tim MKBPM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. UPI: JICA

Waryanto, B. dkk. (2006). Transformasi Data Skala Ordinal Ke Interval Dengan Menggunakan Makro Minitab. Informatika Penelitian Pertanian IPB. Tidak diterbitkan.

Webb, L. N. (1979). Process, Conceptual Knowledge, and Mathematical Problem Solving Ability. Journal For Research in Mathematics Education.

Zamnah, L.N. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Regulated Learning melalui Pendekatan Problem Centered Learning dengan Hands-On Activity. Tesis pada SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Zimmerman, B. J dan Schunk, D. H. (1989) (Eds). Self Regulation Learning and Academis Achievement: Theory, Research, and Practice. New York : Springer-Verlag.

Gambar

Gambar 4.3  Rataan N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ........ 59
Tabel 3.1
gambar Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada keterangan apapun
Tabel 3.2 Kriteria Derajat Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran Dampak Pelatiahan Pelatihan Pemanfaatan Limbah Pabrik Sandal Dalam Meningkatkan Keterampilan Hidup Santri Al-maqom ... Pembahasan Dan

2.1.4.5 Hubungan Dana Alokasi Umum dengan Alokasi Belanja Modal Hampir sama dengan PAD, DAU merupakan salah satu sumber pembiayaan untuk belanja modal guna pengadaan sarana

Faktor-faktor lain yang diteliti dalam penelitian ini seperti profitabilitas, leverage, dan ukuran dewan komisaris tidak mempengaruhi pengungkapan CSR yang dilakukan oleh

Siswa mengerjakan soal-soal evaluasi yang terdapat pada buku Ekonomi (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai. Sumber dan Alat. Buku teks

Kemampuan Menentukan Penilaian Hasil Belajar Berbasis Inkuiri ... Kemampuan Menentukan Sumber

Hasil penelitian al-Farghani buku yang berjudul harakat as-Samawiyya wa jawami Ilm an-Nujum (Asas-asas Ilmu bintang) yang berisi kajian bintang- bintang. Buku tersebut

teteskan sedikit demi sedikit p -kloroben zoil klorida ke dalam beaker g lass yang berisi asam antran ilat dalam campu ran piridina dan trietilamin sambil d iaduk pada suhu kamar

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui aktivitas hipoglikemik dan pengaruh ekstrak etanol daun Pterocarpus indicus Willd terhadap perbaikan sel hepar tikus putih