• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI ION-LITIUM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI ION-LITIUM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SEL VOLTA

MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI ION-LITIUM UNTUK

MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan multimedia pembelajaran pada materi sel volta menggunakan konteks baterai ion-litium untuk meningkatkan literasi sains siswa SMA. Desain penelitian ini adalah Sequential Mixed Method. Penelitian dilakukan dalam dua fase, masing-masing fase menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Fase I bertujuan untuk menghasilkan multimedia yang direpresentasi dari bahan ajar. Fase II bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kelayakan multimedia dari segi penilaian desain instruksional dan tanggapan siswa. Instrumen yang digunakan adalah human instrument yang dituangkan dalam catatan pengembangan multimedia, angket penilaian guru dan angket tanggapan siswa. Dalam pengembangan multimedia, penelitian ini mengadaptasi model ADDIE. Hasil penelitian adalah: (1) Elemen media yang sesuai dengan teks pencemaran lingkungan dan konteks baterai ion-litium direpresentasikan ke dalam bentuk tayangan video. Pokok materi contoh reaksi spontan dan konten sel volta direpresentasikan dalam bentuk animasi. Materi pengertian baterai ion litium direpresentasi ke dalam bentuk tampilan grafis tak bergerak, sedangkan isi teks lainnya dalam bahan ajar direpresentasikan ke dalam multimedia pembelajaran dengan bahasa yang singkat, padat dan jelas tanpa mengurangi makna. (2) Berdasarkan hasil angket penilaian guru, bahwa multimedia pembelajaran dinilai dari segi desain instruksional telah memenuhi prinsip pembelajaran dengan sangat baik, kriteria prinsip pembelajaran meliputi aspek meningkatkan perhatian, menginformasikan tujuan pembelajaran, merangsang pengetahuan awal siswa, menampilkan isi, menyediakan panduan belajar, meningkatkan kinerja dan mengukur hasil belajar dinilai sangat baik serta aspek menyediakan umpan balik dinilai baik, (3) Hasil ujicoba terbatas menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa (79,9%) termotivasi belajar dengan menggunakan multimedia pembelajaran yang dikembangkan. Hampir seluruh siswa (82,5%) dapat mengontrol multimedia pembelajaran dengan sangat baik dan memberikan tanggapan yang baik terhadap multimedia pembelajaran.

Kata Kunci: Literasi Sains, Multimedia Pembelajaran, Sel Volta, Baterai ion-litium,

(2)

THE DEVELOPMENT OF VOLTAIC CELL INSTRUCTIONAL

MULTIMEDIA USING LITHIUM-ION BATTERIES FOR

IMPROVING SCIENTIFIC LITERACY OF HIGH SCHOOL

STUDENTS

ABSTRACT

This study aims to produce an instructional multimedia on the voltaic cell content using lithium-ion batteries context for improving scientific literacy of high school students. The design of this study is sequential mixed method. The study was conducted in two phases. Each phase using qualitative and quantitative methods. The first phase aims to produce multimedia which is represented from learning materials. The second phase aims to obtain the information of multimedia appropriateness in terms of instructional design assessment and students response. The instrument of this study is human instrument which contained into multimedia development records, questionnaire of teacher assessment and questionnaire of students response. Multimedia development of this study adapt the model ADDIE. Study results are (1) media elements that match the text of environmental pollution and lithium-ion batteries context is represented in the form of video. The subject of the example of spontaneous reaction and voltaic cell content is represented in the form of animation. The subject of the definition of lithium-ion batteries is represented in the form of static graphic. While, the others text in the learning materials is represented in multimedia using the language that concise, solid and clear without eliminate the meaning text. (2) The results of teacher assessment questionnaire are instructional multimedia assessed in terms of instructional design has complied instructional principle with a very good. The criteria of instructional principle include aspects of gain attention, inform students of the objectives, stimulate recall of prior learning, present the content, provide learning guidance, eliciting performance and assess learning performance assessed very good as well as the aspect of providing feedback is assessed good. (3) The results of questionnaire of students respons showed almost all of the students (79,9%) are motivated to learn by using instructional multimedia. Almost all of the students (82,5%) able to control the instructional multimedia with very good and give good feedback to instructional multimedia.

Keyword : Scientific literacy, instructional multimedia, voltaic cell, lithium-ion

(3)

DAFTAR ISI

B.Identifikasi Masalah Penelitian ... 5

C.Rumusan Masalah ... 5

D.Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A.Literasi Sains ... 9

B.Pembelajaran Berbasis Literasi Sains ... 11

C.Multimedia Pembelajaran ... 13

D.Prinsip Pengembangan Multimedia ... 15

E. Model Pengembangan Multimedia ... 17

1. Analysis (Analisis) ... 18

2. Design (Desain) ... 22

3. Development (Pengembangan)... 23

4. Implementation (Implementasi) ... 24

(4)

Halaman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Representasi Konten Sel Volta dan Konteks Baterai Ion-Litium Dalam

Multimedia yang Dikembangkan ... 53

B.Penilian Guru Terhadap Multimedia dari Segi Desain Instruksional ... 70

C.Tanggapan Siswa Setelah Menggunakan Multimedia Pembelajaran ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 81

B.Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 86

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Tindakan pedagogi berikut keterampilan intelektualnya ... 22

2.2. Daftar harga potensial elektroda standar pada 25oC ... 35

2.3 Komponen dan reaksi yang terjadi pada baterai ion litium ... 40

3.1. Format catatan pengembangan multimedia pembelajaran ... 46

3.2. Format proposisi mikro-makro ... 46

3.3. Format identifikasi bentuk presentasi elemen media ... 47

3.4. Salah satu contoh isi dalam lembar validasi ... 48

3.5. Interpretasi nilai validasi ahli ... 50

3.6. Contoh rancangan pengolahan data angket tanggapan siswa... 51

3.7. Konversi data angket Likert ... 51

3.8. Interpretasi persentase angket siswa ... 52

4.1. Proposisi Mikro-Makro Teks ... 54

4.2. Identifikasi keterampilan intelektual dari proposisi mikro ... 56

4.3. Identifikasi teks keluaran dan grafis pendukung media ... 58

4.4. Transformasi materi presentasi ... 58

4.5. Contoh tampilan storyboard ... 61

4.6. Penilaian multimedia pada kriteria prinsip pembelajaran ... 71

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Penilaian Sains PISA 2012 ... 10

2.2. Alur kerja model ADDIE ... 17

2.3. Model struktur makro ... 20

2.4. Proses reaksi yang terjadi antara lempeng Zn dan larutan CuSO4 ... 31

2.5. Dua setengah-reaksi sel elektrokimia ... 33

2.6. Rangkaian sel galvani/volta ... 33

3.1. Desain penelitian sequential mixed method ... 41

4.1. Struktur makro ... 55

4.2. Lanjutan struktur makro ... 56

4.3. Lesson Sequence Map ... 60

4.4. Contoh tampilan antarmuka multimedia pembelajaran ... 62

4.5. Tampilan teks pada bagian awal buku ajar ... 65

4.6. Tampilan video pada bagian awal multimedia pembelajaran ... 65

4.7. Tampilan grafis tak bergerak pada bahan ajar ... 66

4.8. Tampilan grafis tak bergerak pada multimedia pembelajaran ... 66

4.9. Tampilan teks pada pokok materi sel elektrokimia ... 67

4.10. Tampilan elemen media pada pokok materi sel elektrokimia ... 67

4.11 Tampilan konten sel volta pada buku ajar ... 68

4.12. Tampilan konten sel volta pada multimedia pembelajaran ... 68

4.13. Tampilan teks pada konteks baterai ion-litium ... 69

4.14. Tampilan video pada konteks baterai ion litium ... 70

4.15. Grafik persentase motivasi siswa ... 74

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

A.Tahap Analisis.

A.1. Penurunan Proposisi Mikro-Makro Teks ... 88

A.2. Transformasi Materi Presentasi ... 120

B.Tahap Desain B.1. Story Board ... 159

C.Instrumen Penelitian C.1. Lembar Catatan Pengembangan Multimedia Pembelajaran ... 176

C.2. Lembar Tanggapan dari Segi Instruksional Pembelajaran ... 178

C.3. Angket Tanggapan Siswa ... 190

D.Tahap Penilaian D.1. Pengolahan Data Angket dari Segi Instruksional Pembelajaran ... 198

D.2. Analisis Data Angket dari Segi Instruksional Pembelajaran ... 200

D.3. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa ... 202

D.4. Analisis Data Angket Tanggapan Siswa ... 204

E.Lembar Keterangan Penelitian E.2. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 207

(8)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Perubahan yang terjadi di era globalisasi telah menghadirkan tantangan di

masa depan. Dalam lingkup global, berbagai tantangan yang muncul antara lain

berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup, pemerataan pembangunan, dan

kemampuan untuk mengembangkan sumber daya manusia (Prayekti, 2006).

Pendidikan sains memiliki potensi yang besar dan peranan strategis dalam

menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era

industrialisasi dan globalisasi (Hernani, et al., 2009). Potensi ini akan dapat

terwujud jika pendidikan sains mampu melahirkan siswa yang berhasil

menumbuhkan kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif, memecahkan masalah,

menguasai teknologi serta beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan

zaman. Berkaitan dengan hal ini, Firman (2007) menyatakan bahwa penguasaan

literasi sains dan teknologi oleh setiap individu akan memberikan peluang yang

lebih besar untuk penyesuaian diri dalam kehidupan masyarakat yang semakin

dinamis perkembangannya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hayat

dan Yusuf (2010) bahwa kemampuan “melek” (literate) sains menjadi hal yang

penting dikuasai dalam kehidupan manusia.

Pentingnya literasi sains berkaitan dengan kemampuan individu memahami

masalah lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi dan masalah-masalah lain yang

dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi dan

kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan. Terdapat sejumlah definisi

literasi sains, salah satunya disumbangkan oleh Organization for Economic

Co-Operation and Development (OECD). Menurut lembaga ini, literasi sains adalah

kapasitas penggunaan pengetahuan ilmiah untuk mengidentifikasi persoalan dan

menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti sebagai upaya untuk memahami dan

membantu pembuatan keputusan terkait dengan alam dan perubahan-perubahan

yang ditimbulkan oleh manusia terhadap alam (OECD, 2013:99). Definisi tersebut

(9)

2

International Student Assessment (PISA). Program ini ditujukan untuk menilai

tingkat literasi siswa sekolah menengah di negara-negara baik yang tergabung

dalam OECD maupun tidak secara sukarela. Setiap tiga tahun sekali, sejak tahun

2000, OECD menerbitkan laporan mengenai tingkat literasi sains. Implikasi dari

menguasai literasi sains adalah peserta didik memiliki kesiapan dalam

menghadapi era pemanfaatan teknologi canggih di masa yang akan datang dan

untuk meningkatkan daya saing dalam pergaulan internasional.

Literasi sains yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pada

kenyataanya justru tidak dikuasai dengan baik oleh siswa Indonesia. Hasil studi

penilaian yang dilakukan oleh PISA mengungkapkan bahwa pembelajaran sains di

Indonesia kurang berhasil meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Hasil

studi terbaru dari PISA tahun 2012 menunjukkan bahwa tingkat penguasaan

literasi sains Indonesia tergolong sangat rendah. Kemampuan literasi sains siswa

Indonesia dari hasil studi internasional PISA tahun 2012, diperoleh hasil:

1. Indonesia menduduki peringkat 63 dari 64 negara peserta PISA dalam hal

kemampuan literasi sains dengan skor rata-rata yang diperoleh siswa Indonesia

adalah 382. Skor rata-rata tertinggi dicapai oleh China (580) dan terendah

dicapai oleh Peru (373). Kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia

tidak berbeda secara signifikan dengan kemampuan literasi sains siswa dari

Qatar (384).

2. Berdasarkan skala kemampuan literasi sains, PISA membagi ke dalam 6 level

kemampuan. Diperoleh hasil, Pertama, sekitar 26% siswa Indonesia berada di

bawah level 1 (skor di bawah 335), menurut PISA penguasaan literasi sains di

bawah level 1 adalah siswa tidak dapat menggunakan pengetahuan sains untuk

menjelaskan fenomena. Kedua, sekitar 42% (skor 335-409) siswa Indonesia

lainnya memiliki literasi sains berada pada level 1, pada level ini siswa dapat

menggunakan sains untuk menjelaskan fenomena yang ditemui apabila

fenomena tersebut sudah sangat dikenal dengan fakta ilmiah yang sangat jelas.

Ketiga, sekitar 25% (skor 409-484) siswa Indonesia lainnya memiliki literasi

sains minimal pada level 2. Pada level ini siswa dapat menjelaskan fenomena

(10)

3

sederhana. Menurut interpretasi PISA, penguasaan literasi sains level 2 ini

merupakan batas minimal seseorang dapat berpartisipasi di masyarakat dalam

masalah seputar sains. Keempat, hanya sekitar 6% (skor 484-559) siswa

Indonesia yang berada pada level 3, pada level ini siswa dapat menginterpretasi

dan menggunakan konsep sains dari disiplin ilmu yang berbeda dan mereka

dapat mengaplikasikannya. Kelima, pencapaian tertinggi siswa Indonesia

hanya pada tingkat empat dengan persentase kurang dari 0,1% (skor 559-633).

Hal ini berarti sedikit sekali siswa Indonesia yang dapat aktif bertindak secara

efektif untuk mengatasi permasalahan ilmiah. Keenam, menurut studi ini secara

langsung tidak ada siswa yang dapat mencapai level 5 dan level 6 atau tidak

ada siswa Indonesia yang dapat menunjukkan literasi sains pada konteks yang

kompleks (atau yang tidak dikenal) dan tidak ada siswa yang memiliki

pengetahuan tentang sains itu sendiri.

3. Dibandingkan dengan hasil studi PISA tahun 2003, 2006 dan 2009,

kemampuan literasi sains siswa Indonesia pada tahun 2012 relatif tidak

mengalami peningkatan. Skor literasi sains rata-rata siswa Indonesia pada

tahun 2003 adalah 395, tahun 2006 adalah 393 dan tahun 2009 adalah 383.

Hasil studi PISA tahun 2012 menunjukan tingkat literasi sains siswa Indonesia

memiliki skor rata-rata yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi tahun-tahun

sebelumnya dan skor ini berada di bawah rata-rata standar dari PISA (OECD,

2013:217-235)

Menurut Firman (2007) rendahnya tingkat literasi sains anak-anak Indonesia

seperti yang telah diungkapkan oleh PISA Internasional perlu dipandang sebagai

masalah serius. Rendahnya literasi sains siswa Indonesia ini dapat dikaitkan

dengan pembelajaran yang selama ini tidak relevan dalam pandangan siswa.

Dengan pola pengajaran sains yang selama ini digunakan di sekolah, siswa

menjadi beranggapan bahwa sains merupakan pelajaran yang terpisah dari dunia

tempat mereka berada (Firman, 2007). Pembelajaran dan penilaian yang

diterapkan masih menitikberatkan pada dimensi konten dan melupakan dimensi

proses dan konteks sains (Firman, 2007). Hal ini menunjukan bahwa proses

(11)

4

peserta didik. Maka pembelajaran di sekolah seharusnya diarahkan pada konten

yang mengaitkan konteks sains sebagai sarana untuk meningkatkan literasi sains

siswa.

Sodikin, dkk. (2013:8) mengungkapkan bahwa sel volta merupakan konten

yang sulit dipahami oleh siswa. Siswa mengalami kesulitan dalam merepresentasi

sel volta pada tingkat submikroskopis (Sodikin, dkk. 2013:8). Hal ini dikarenakan

pembelajaran di sekolah tidak menekankan proses sains yang terjadi pada aspek

submikroskopik, akibatnya siswa hanya sekedar menghafal tanpa memahami

konsep sel volta dengan baik. Untuk mengatasi hal ini diperlukan peningkatan

kemampuan “spasial” siswa yang menekankan pada aspek submikroskopik dalam

pembelajaran sel volta (Sodikin, dkk. 2013:214). Salah satu cara untuk

mengembangkan kemampuan spasial siswa adalah dengan multimedia

pembelajaran yang dapat menunjukan fenomena kimia yang interaktif.

Pembelajaran dengan multimedia sangat potensial untuk meningkatkan

kemampuan literasi sains siswa. Berdasarkan studi PISA juga terungkap bahwa

penggunaan komputer sebagai produk teknologi informasi dan komunikasi

berhubungan erat dengan pencapaian akademik yang tinggi (Harrison, et. al dalam

OECD, 2009). Produk teknologi informasi dan komunikasi yang terkait dengan

penelitian ini adalah multimedia pembelajaran. Penggunaan multimedia

pembelajaran yang mengimplementasikan teknologi ramah lingkungan yang

menarik, interaktif, serta sesuai konteks dan situasi baik didaktis maupun

pedagogis diharapkan dapat membantu siswa lebih mudah dalam memahami

pelajaran dan lebih literate terhadap sains.

Agar pemahaman belajar siswa tentang sel volta tidak terpisah dari

kehidupan sehari-hari mereka, dibutuhkan konteks sains yang relevan dengan

konten sel volta. Salah satu konteks pembelajaran yang dinilai berkaitan dengan

konten sel volta dan dapat digunakan untuk mata pelajaran kimia adalah konteks

baterai ion-litium. Konteks baterai ion-litium dipilih karena konteks tersebut

memenuhi kriteria pemilihan konteks berdasarkan pandangan De Jong (2006)

yakni dikenal dan relevan untuk siswa, tidak memisahkan perhatian siswa dari

(12)

5

Yusmaita (2013) telah melakukan penelitian mengenai bahan ajar sel volta

menggunakan konteks baterai Li-ion dan telah menghasilkan sebuah bahan ajar

yang sudah diuji keterbacaan dan kelayakan serta menunjukan bahwa konteks

baterai Li-ion dapat digunakan untuk mengajarkan konsep sel volta. Akan tetapi

menurut peneliti, bahan ajar yang telah dibuat masih memiliki kekurangan. Materi

yang disajikan kurang menarik minat belajar siswa karena materi yang disajikan

lebih banyak dalam bentuk teks dan tidak didukung oleh elemen-elemen media

pendukung yang baik untuk menjelaskan suatu proses. Kurangnya penyajian

elemen media pendukung materi menyebabkan siswa tidak mampu membangun

hubungan antara representasi verbal dan visual sehingga tidak mudah dipahami

dan tidak bersifat interaktif.

Berdasarkan pemaparan pendidikan, fakta dan realita di lapangan serta hasil

penelitian terkait, peneliti melakukan penelitian lanjutan dari penelitian yang

dilakukan oleh Yusmaita (2013). Penelitian yang dilakukan berupa pengembangan

multimedia pembelajaran sel volta menggunakan konteks baterai ion-litium untuk

membangun literasi sains siswa SMA.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Bahan ajar sel volta menggunakan konteks baterai ion-litium hasil penelitian

Yusmaita (2013) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan literasi sains

siswa Indonesia. Namun, banyaknya tinjauan proses sains di dalam konten sel

volta dan konteks baterai ion-litium menuntut pembelajaran yang mampu

membangun hubungan representasi verbal dan visual agar mudah dipahami oleh

siswa. Pemanfaatan teknologi sebagai perangkat pembelajaran dapat menjadi

solusi untuk mempermudah kegiatan pembelajaran. Akan tetapi, pemanfaaatan

teknologi masih belum dimaksimalkan untuk kegiatan pembelajaran pada era ini.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah, bahwa bahan

ajar sel volta menggunakan baterai Li-ion masih memiliki kekurangan sehingga

(13)

6

siswa. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

merepresentasikan konten sel volta dan konteks baterai ion-litium dalam bahan

ajar membentuk multimedia pembelajaran?”. Permasalahan tersebut diuraikan ke dalam beberapa pertanyaan yaitu:

1. Bagaimanakah pengembangan konten sel volta dan konteks baterai ion-litium

dalam bahan ajar direpresentasikan untuk multimedia pembelajaran?

2. Bagaimanakah penilaian guru mengenai kelayakan multimedia pembelajaran

yang telah dikembangkan?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa setelah menggunakan multimedia

pembelajaran yang telah dikembangkan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah memperoleh multimedia pembelajaran

sel volta menggunakan konteks baterai ion-litium ramah lingkungan berbasis

literasi sains yang layak digunakan untuk siswa SMA. Adapun tujuan khusus dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh gambaran pengembangan multimedia pada materi sel volta

dengan menggunakan konteks baterai ion litium untuk meningkatkan literasi

sains siswa

2. Memperoleh informasi penilaian guru mengenai kelayakan multimedia

pembelajaran yang telah dikembangkan

3. Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa sebagai pengguna yang

menggunakan multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut.

1. Bagi guru, tersedianya multimedia pembelajaran berbasis konteks yang dapat

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Multimedia yang

dikembangkan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan siswa.

2. Bagi siswa, multimedia yang dikembangkan dapat membuat proses belajar

(14)

7

3. Bagi lembaga pendidikan terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran.

4. Bagi peneliti lain, menjadi bahan referensi dan motivasi untuk

mengembangkan multimedia berbasis konteks untuk materi pokok lain

dengan konteks lain.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi merujuk pada pedoman penulisan karya ilmiah

UPI. Terdapat tiga bagian dalam penulisan skripsi ini yaitu bagian awal, bagian

tengah dan bagian akhir.

Bagian awal terdiri dari lembar judul, lembar pengesahan, lembar

persembahan, lembar pernyataan, kata pengantar, ucapan terima kasih, abstrak,

daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

Bagian tengah dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima BAB, yaitu :

1. BAB I atau bagian pendahuluan membahas mengenai latar belakang

penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian

serta struktur organisasi penulisan skripsi.

2. BAB II atau bagian kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritis dalam

menyusun pertanyaan dan tujuan penelitian. Kajian pustaka membahas

mengenai konsep-konsep, teori-teori dan penelitian-penelitian terdahulu yang

relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.

3. BAB III atau bagian metode penelitian membahas mengenai subjek

penelitian, desain dan metode penelitian yang dipilih, definisi operasional,

instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

4. BAB IV membahas mengenai hasil temuan penelitian yang telah dilakukan.

Analisis dan pembahasan temuan penelitian dihubungkan dengan dasar

teoritis pada bab kajian pustaka sehingga dapat menjawab rumusan masalah

penelitian.

5. BAB V membahas mengenai kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan

(15)

8

atau rekomendasi ditulis setelah kesimpulan. Saran ditujukan kepada

pihak-pihak institusi, kepada pengguna hasil penelitian, kepada peneliti yang

berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya dan sebagainya.

Bagian akhir dari penulisan skripsi ini adalah daftar pustaka dan lampiran.

Daftar pustaka memuat semua sumber tertulis yang pernah dikutip dan digunakan

dalam pengembangan penelitian dan penyusunan skripsi. Daftar pustaka disusun

secara alfabetis tanpa nomor urut. Lampiran-lampiran berisi semua dokumen yang

(16)

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Subjek Penelitian

Penelitian ini mengkaji multimedia pembelajaran sel volta yang

dikembangkan menggunakan konteks baterai ion-litium berbasis literasi sains.

(17)

42

Penelitian ini menggunakan desain penelitian sequential mixed method.

Desain penelitian ini terdiri dari dua fase dimana setiap fasenya terdiri dari dua

metode (kualitatif dan kuantitatif) (Tashakkori & Teddlie, 2003:688).

1. Fase I,

a. Tahap awal yang dilakukan adalah perumusan masalah penelitian.

Permasalahan pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah

merepresentasikan konten sel volta dan konteks baterai ion-litium dalam

bahan ajar membentuk multimedia pembelajaran?”.

b. Untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan pengumpulan data

kualitatif yang dilakukan dengan cara studi literatur untuk memperoleh

konsep-konsep atau landasan-landasan teoritis serta temuan-temuan hasil

penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini. Diantaranya

mengenai buku ajar yang mengadung konten sel volta dan konteks baterai

ion-litium, hasil literasi sains PISA dan model pengembangan multimedia

pembelajaran.

c. Dalam merancang desain multimedia diperlukan model pengembangan

agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan penggunanya.

Model pengembangan yang digunakan adalah model ADDIE (Analysis,

Design, Development, Implementation, Evaluation). Model ADDIE terdiri

atas lima tahapan pengembangan yang meliputi analisis data kualitatif dan

kuantitatif. Penjelasan masing-masing tahapan telah dijelaskan pada BAB

II. Untuk keperluan kualitatif maka yang dilakukan pada fase I adalah

tahap analisis (analysis), desain (design) dan pengembangan

(development). Sementara tahap implementasi (implementation) dan

evaluasi (evaluation) akan dilakukan pada fase II.

(1) Tahap analisis meliputi penurunan proposisi mikro-makro,

pembentukan struktur makro, identifikasi keterampilan intelektual,

rancangan teks keluaran dan identifikasi elemen media pendukung

materi.

(2) Tahap desain meliputi rancangan lesson sequence map dan story

(18)

43

(3) Tahap pengembangan meliputi pembuatan multimedia pembelajaran

yang selanjutnya dari masing-masing tahapan pengembangan tersebut

divalidasi kepada dosen pembimbing.

d. Diperoleh kesimpulan dari fase I, yakni hasil representasi bahan ajar ke

dalam bentuk tampilan multimedia berdasarkan pada tahapan-tahapan

pengembangan multimedia yang telah dilakukan.

2. Fase II,

a. Pada Fase II, permasalahan penelitian adalah “bagaimanakah penilaian

guru mengenai kelayakan multimedia pembelajaran yang telah

dikembangkan? Dan bagaimanakah tanggapan siswa setelah menggunakan

multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan?.

b. Untuk menjawab permasalahan penelitian tersebut diperlukan

pengumpulan data kuantitatif dengan menyusun instrumen penelitian

berupa angket penilaian guru dan tanggapan siswa.

c. Penyusunan instrumen, uji coba dan hasil uji coba merupakan bagian

model pengembangan ADDIE yang dilakukan yaitu;

(1) Penyusunan instrumen lembar penilaian guru dan tanggapan siswa,

dilakukan sebagai alat evaluasi penilaian multimedia dari segi desain

instruksional dan tanggapan siswa sebagai pengguna multimedia.

Lembar penilaian guru dan tanggapan siswa ini divalidasi kepada

dosen pembimbing

(2) Tahap implementasi meliputi uji coba terbatas, hasil dari uji coba ini

digunakan untuk merevisi multimedia pembelajaran. Sesuai dengan

rancangan penelitian, uji coba ini hanya dibatasi pada uji coba

lapangan saja dan multimedia pembelajaran yang sudah direvisi akan

menjadi multimedia pembelajaran akhir.

(3) Tahap evaluasi ditujukan untuk menganalisis masing-masing tahapan

pengembangan yang telah dilakukan guna menarik kesimpulan

mengenai rumusan masalah penelitian, serta untuk menilai kualitas

produk akhir sesuai dengan kriteria-kriteria evaluasi terhadap

(19)

44

dipaparkan pada BAB II. Multimedia yang telah dievaluasi akan

dilakukan perbaikan guna memperoleh multimedia pembelajaran yang

memenuhi kebutuhan belajar siswa.

d. Diperoleh kesimpulan dari fase II, yakni hasil penilaian produk akhir yang

sesuai dengan kriteria-kriteria penilaian terhadap multimedia.

3. Meta-Inference

Setelah seluruh tahapan dilaksanakan, selanjutnya dilakukan penarikan

kesimpulan dan saran.

C.Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran beberapa istilah penting yang ada

dalam penelitian ini, berikut adalah penjelasan terhadap istilah-istilah tersebut.

1. Multimedia pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau

informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud

pengajaran (Arsyad, 2007).

2. Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan untuk

mengidentifikasi isu-isu ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik

kesimpulan berdasarkan bukti-bukti ilmiah dalam rangka proses untuk

memahami alam dan interaksi manusia dengan alam. Literasi sains terdiri atas

empat aspek yang berkaitan, yaitu konteks, konten, kompetensi, dan sikap.

(OECD, 2009).

3. Konten yang dimaksud adalah konsep dan teori fundamental untuk memahami

fenomena alam dan perubahannya (OECD, 2009). Konten pada penelitian ini

adalah konsep sel volta.

4. Konteks adalah salah satu dimensi dari literasi sains yang mengandung

pengertian situasi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan

aplikasi proses dan pemahaman konsep sains, misalnya kesehatan,

lingkungan, serta sains dan teknologi (OECD, 2009). Konteks yang dipilih

dalam penelitian ini adalah konteks yang berhubungan dengan sains dan

(20)

45

5. Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat

menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara

(Goldin, 2002:208). Dengan kata lain, Representasi merupakan sesuatu yang

mewakili, menggambarkan atau menyimbolkan obyek atau proses

Representasi dapat dilakukan melalui berbagai cara antara lain verbal, gambar,

grafis, animasi

D. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human

instrument). Dengan kata lain, alat penelitian adalah peneliti sendiri. Peran

peneliti dalam human instrument adalah menetapkan fokus penelitian, memilih

sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis

data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya sendiri. Validasi

terhadap human instrument dilakukan oleh peneliti itu sendiri (Sugiyono,

2009:59). Oleh karena itu, peneliti harus bisa mengevaluasi diri seberapa jauh

pemahaman terhadap metode penelitiannya, penguasaan teori dan wawasan

terhadap bidang yang diteliti serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan. Dalam

melakukan validasi human instrument dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh

dosen pembimbing.

Selain itu, Instrumen pendukung perlu dikembangkan untuk memperkuat

dan melengkapi data hasil temuan peneliti sebagai human instrument. Menurut

Sugiyono (2009:181), Instrumen dan teknik pengumpulan data dalam penelitian

dapat disesuaikan dengan fokus penelitian. Terdapat tiga fokus penelitian yang

diperoleh dari rumusan masalah, sehingga dalam penelitian ini dibutuhkan

minimal tiga instrumen pendukung untuk mengumpulkan data dalam menjawab

permasalahan penelitian.

1. Lembar catatan pengembangan multimedia pembelajaran (dokumentasi)

Untuk menjawab fokus penelitian yang pertama yaitu memperoleh

gambaran desain pengembangan multimedia yang akan ditampilkan. Fokus

permasalahan penelitian tersebut dapat diselesaikan melalui serangkaian proses

(21)

46

pengembangan multimedia pembelajaran agar tidak terdapat satu proses

pengembangan multimedia pembelajaran yang terlewat. Lembar catatan

pengembangan multimedia dapat membantu peneliti dalam mengorganisir data

yang terkait, sekaligus menjadi pedoman berisi data apa saja yang sudah tersedia

dan belum, dan data apa saja yang layak dianalisis atau yang telah dikonfirmasi

dengan sumber lain. Format pembuatan instrumen ini ditunjukkan pada tabel 3.3.

Tabel 3.1 Format catatan pengembangan multimedia pembelajaran.

Data pengembangan

Rangkaian proses yang terdaftar dalam kolom data pengembangan multimedia

pembelajaran diperoleh dari studi literatur pengembangan multimedia

pembelajaran. Kolom pembuatan multimedia pembelajaran digunakan untuk

mengetahui apakah data pengembangan tersebut sudah dibuat atau belum. Kolom

kelayakan dan catatan perbaikan merupakan penilaian dan tanggapan dari dosen

pembimbing.

Kolom data pengembangan pembelajaran dalam tabel tersebut merupakan

rangkaian proses yang harus dilakukan dalam pengembangan multimedia

pembelajaran seperti analisis teks dasar dan identifikasi bentuk presentasi elemen

media.

a. Teks dasar dianalisis untuk menemukan proposisi mikro. Dari proposisi

mikro dapat dirangkai menjadi proposisi yang lebih makro. Menurut Setiadi

(2001:54) penurunan proposisi makro dapat dilakukan dengan menerapkan

aturan makro yaitu penghapusan, generalisasi dan konstruksi.

(22)

47

b. Tabel identifikasi bentuk presentasi elemen media merupakan bentuk analisis

elemen media yang akan ditampilkan dalam tampilan multimedia

pembelajaran. Tabel ini digabungkan dengan hasil analisis keterampilan

intelektual, teks dasar dan teks keluaran agar memudahkan proses analisis.

Kolom keterampilan intelektual berisi tindakan pedagogi penulis yang

dinterpretasi oleh pembaca menjadi keterampilan intelektual. Kolom teks

dasar digunakan untuk menampilkan materi yang bersifat teachable (mudah

diajarkan). Kolom teks keluaran berisi materi yang akan diinformasikan

kepada peserta didik yang bersifat accessible (mudah dipahami). Adapun

Kolom bentuk presentasi merupakan pengembangan teks keluaran dan

keterampilan intelektual yang diisi dengan memberi tanda checklist () pada

kolom teks, grafis diam, animasi, audio atau video. Jika pokok materi

memerlukan presentasi grafis diam atau menuntut presentasi visual sesuai

dengan tuntutan keterampilan intelektual, maka bentuk presentasi

mengandung unsur visual berupa gambar, ilustrasi, foto, grafik, sketsa, atau

bagan. Jika menyangkut proses, baik konkret maupun abstrak maka bentuk

presentasi merupakan bentuk video atau animasi yang dilengkapi audio. Jika

topik tidak menuntut visualisasi, bentuk presentasi pun tidak perlu

mengandung unsur visual baik grafis, video, audio maupun animasi. Kolom

catatan tampilan mendeskripsikan hal-hal yang akan ditampilkan pada layar

monitor untuk setiap frame materi. Kolom catatan tampilan akan

memudahkan dalam pengembangan storyboard.

Tabel 3.3 Format identifikasi bentuk presentasi elemen media

Keterampilan

2. Lembar Penilaian Kelayakan Multimedia dari Segi Desain Instruksional.

Instrumen yang digunakan untuk menjawab fokus penelitian yang kedua

yaitu kelayakan multimedia pembelajaran dilakukan dengan lembar penilaian

desain instruksional. Instrumen ini berisi tabel kriteria-kriteria penilaian dengan

skala pengukuran rating scale. Penggunaan rating scale lebih fleksibel, tidak

(23)

48

terhadap fenomena, seperti pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan, dan

lain-lain (Sugiyono, 2009:98). Isi di dalam lembar evaluasi merupakan elemen-elemen

media yang ditampilkan dalam multimedia pembelajaran berdasarkan indikator

penilaian segi desain instruksional, seperti ditunjukkan pada tabel 3.4. Penilaian

yang dilakukan berdasarkan masing-masing elemen media yang ditampilkan. Hal

tersebut dilakukan agar data yang diperoleh lebih menyeluruh dan memudahkan

pencarian bagian multimedia pembelajaran yang masih harus diperbaiki.

Tabel 3.4. Salah satu contoh isi dalam lembar penilaian

Menu yang dinilai

Instrumen yang digunakan untuk menjawab fokus penelitian yang terakhir

yaitu angket tanggapan siswa. Tanggapan siswa ditujukan untuk mengetahui

kualitas kontrol multimedia dan motivasi belajar siswa setelah menggunakan

multimedia pembelajaran. Angket yang diberikan untuk siswa menggunakan skala

Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009:93).

E.Teknik Pengumpulan Data

Terdapat tiga jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu :

1. Catatan pengembangan multimedia pembelajaran (dokumentasi)

Catatan pengembangan multimedia pembelajaran merupakan pedoman

data yang dimiliki peneliti dalam mengembangkan elemen-elemen media.

Teknik pengumpulan data pengembangan yang tertulis pada lembar catatan

pengembangan multimedia dilakukan dengan studi dokumentasi.

Dokumen-dokumen yang dapat digunakan untuk mengembangkan data tersebut antara lain

(24)

49

struktur makro teks, identifikasi keterampilan intelektual, transformasi presentasi

media dan dokumentasi dari penelitian sebelumnya untuk mengembangkan

data-data pengembangan multimedia yang lainnya. Setelah dokumen-dokumen yang

digunakan sebagai acuan pembuatan data-data pengembangan multimedia

diperoleh, selanjutnya data-data pengembangan tersebut dibuat dan

dikembangkan sendiri oleh peneliti sebagai human instrumen. Data

pengembangan multimedia tersebut divalidasi oleh dosen pembimbing. Validasi

dosen pembimbing dilakukan secara lisan yang kemudian ditulis peneliti dalam

lembar catatan pengembangan. Proses pengumpulan data dengan instrumen ini

dilakukan selama proses pengembangan multimedia berlangsung.

2. Data hasil penilaian uji kelayakan multimedia pembelajaran.

Data hasil penilaian digunakan untuk mengetahui kelayakan multimedia

dari segi instruksional instruksional. Teknik pengumpulan data penilaian

dilakukan dengan memberikan lembar penilaian dan multimedia dalam bentuk

CD. Selain dengan mengisi lembar penilaian, evaluasi juga dilakukan secara

lisan selama proses pengembangan elemen-elemen media sampai multimedia

akhirnya dinyatakan layak untuk diujicobakan dan menjadi produk akhir.

3. Data hasil angket tanggapan siswa.

Data hasil angket tanggapan siswa digunakan untuk mengetahui respon

dan tanggapan siswa sebagai pengguna multimedia pembelajaran. Teknik

pengumpulan data mengenai tanggapan siswa dilakukan dengan memberikan

angket tanggapan siswa dan multimedia pembelajaran dalam bentuk CD kepada

siswa kelas XII di salah satu sekolah di Kota Bandung. Data ini dikumpulkan

pada tahap implementasi uji coba terbatas.

F. Teknik Pengolahan Data.

Sesuai dengan instrumen maka terdapat tiga teknik analisis data, yaitu :

1. Pengolahan data catatan pengembangan multimedia pembelajaran.

Setelah data-data yang terdapat dalam catatan pengembangan multimedia

pembelajaran lengkap dan terkumpul, peneliti melakukan pemeriksaan data dan

(25)

50

dari hasil analisis data-data tersebut digunakan untuk menentukan bentuk elemen

media seperti apa yang sesuai untuk direpresentasikan ke dalam multimedia

pada konten sel volta dan konteks baterai ion-litium.

2. Pengolahan data penilaian.

Setelah data penilaian diperoleh, kemudian dilakukan pengolahan dan

analisis data. Pada tabel 3.4 terlihat bahwa lembar penilaian terdiri dari kolom

aspek penilaian dan kolom nilai untuk setiap menu dalam multimedia

pembelajaran. Pengolahan data dilakukan dengan merata-ratakan nilai dari aspek

penilaian untuk setiap menu tersebut. Nilai hasil rata-rata tersebut kemudian

diinterpretasikan dengan skala seperti pada tabel 3.5. Hasil penilaian juga

menghasilkan data kualitatif berupa saran dan komentar. Data kuantitatif dan

kualitatif yang diperoleh kemudian dianalisis. Teknik analisis data penilaian ahli

dilakukan dengan melakukan triangulasi sumber data. Teknik ini dilakukan

dengan cara memeriksa data kembali yang telah diperoleh melalui berbagai

sumber ahli. Data dari berbagai sumber ahli tersebut tidak dirata-ratakan tetapi

dideskripsikan berdasarkan pandangan dari sumber ahli tersebut (Sugiyono,

2009:127). Setelah data tersebut dianalisis maka akan diketahui bagian-bagian

multimedia yang harus diperbaiki dan dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai

kelayakan multimedia pembelajaran.

Tabel 3.5. Interpretasi nilai evaluasi.

Range nilai Kriteria Penilaian Keterangan

4 – 3,23 Layak Sangat baik, tidak perlu direvisi.

3,22 – 2,45 Cukup layak Baik, perlu revisi sebagian.

2,44– 1,67 Kurang layak Kurang baik, revisi sebagian, dan kaji ulang isi.

< 1,66 Tidak layak Tidak baik, revisi total

3. Pengolahan data angket tanggapan siswa

Setelah diperoleh data tanggapan siswa melalui angket, selanjutnya

dilakukan pengolahan dan analisis data sebagai berikut:

(26)

51

Tabel 3.6. Contoh rancangan pengolahan data angket tanggapan siswa.

Aspek

Rata-rata nilai untuk aspek attention (perhatian) ... 80 ..…

Menghitung jumlah frekuensi pilihan jawaban siswa (f) untuk setiap indikator penilaian

Mengalikan jumlah frekuensi pilihan siswa (f) dengan ketentuan pada tabel 3.7. Tabel 3.7. Konversi data angket Likert

Skala likert Nilai

Sangat Setuju (SS) f x 4

Setuju (S) f x 3

Tidak Setuju (TS) f x 2

Sangat Tidak Setuju (STS) f x 1

 Mengakumulasikan nilai yang diperoleh pada setiap indikator.

 Menghitung nilai maksimum dengan rumus :

Nilai maksimum = skor tertinggi tiap butir x jumlah responden

= 4 x jumlah responden

 Menghitung persentase penilaian (P) dengan membagi antara nilai yang diperoleh hasil akumulasi dengan nilai maksimum. Secara umum, rumus

pengolahan data angket siswa adalah :

 Merata-ratakan nilai persentase masing-masing indikator agar diperoleh nilai persentase untuk setiap aspek motivasi yaitu perhatian, relevansi, percaya diri

dan kepuasan.

(27)

52

 Selain data berupa angka, diperoleh juga data kualitatif berupa kritik dan saran yang digunakan untuk merevisi produk agar lebih baik.

Tabel 3.8. Interpretasi persentase data angket siswa

Persentase (%) Kriteria

P = 0 Tak seorang pun siswa

0 < P < 25 Sebagian kecil siswa

25 ≤ P < 50 Hampir setengah siswa

P = 50 Setengah siswa

50 < P < 75 Sebagian besar siswa

75 ≤ P < 100 Hampir seluruh siswa

P = 100 Seluruh siswa

Sumber: Koentjaraningrat (1990)

 Setelah data kuantitatif dan kualitatif diperoleh kemudian data dianalisis secara deskriptif dan ditarik kesimpulan mengenai tanggapan siswa setelah

(28)

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan dapat dinyatakan bahwa

multimedia yang telah dikembangkan telah layak digunakan sebagai multimedia

pembelajaran penunjang pembelajaran yang berbasis literasi sains.

Berdasarkan analisis data penelitian dan pengembangan yang telah

dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis wacana teks bahan ajar diperoleh bahwa konten sel

volta dan konteks baterai ion-litium direpresentasikan untuk multimedia

pembelajaran meliputi: (1) Elemen media yang sesuai dengan teks untuk

bagian awal mengenai pencemaran lingkungan dan untuk konteks baterai

ion-litium direpresentasikan kedalam bentuk tayangan video, (2) Bentuk elemen

media yang sesuai untuk pokok materi sel elektrokimia yang memberikan

contoh reaksi spontan dan untuk konten sel volta direpresentasikan dalam

bentuk animasi, (3) Bentuk elemen media untuk materi pengertian baterai ion

litium direpresentasi ke dalam bentuk tampilan grafis tak bergerak, sedangkan

(4) isi teks lainnya dalam bahan ajar direpresentasikan ke dalam multimedia

pembelajaran dengan bahasa yang singkat, padat dan jelas tanpa mengurangi

makna.

2. Berdasarkan hasil angket penilaian guru menyatakan bahwa multimedia

pembelajaran yang telah dikembangkan dinilai dari segi desain instruksional

telah memenuhi prinsip pembelajaran dengan sangat baik, kriteria prinsip

pembelajaran meliputi aspek meningkatkan perhatian, menginformasikan

tujuan pembelajaran, merangsang pengetahuan awal siswa, menampilkan isi,

menyediakan panduan belajar, meningkatkan kinerja dan mengukur hasil

belajar dinilai dengan kategori sangat baik serta aspek menyediakan umpan

balik dinilai dengan kategori baik.

3. Berdasarkan analisis data angket tanggapan siswa diperoleh kesimpulan bahwa

(29)

82

multimedia pembelajaran ini. Hampir seluruh siswa (82,5%) dapat mengontrol

multimedia dengan sangat baik dan memberikan tanggapan yang baik terhadap

multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran

yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk pengembangan penelitian

antara lain:

1. Memperkaya konten pembelajaran dengan konteks yang sesuai agar siswa

merasakan manfaat ilmu yang dipelajarinya dalam kehidupan

2. Sebaiknya guru menggunakan multimedia dalam pembelajaran baik dari

unduhan atau buatan sendiri sehingga memudahkan penyampaian materi yang

abstrak dan meningkatkan pemahaman siswa.

3. Melakukan penelitian lanjutan untuk mengimplementasikan multimedia ini

dalam proses pembelajaran dan membuat instrumen evaluasi terhadap

(30)

83

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M., (2012). Pengantar Nanoteknologi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Ariani, N., dan Haryanto, D., (2010). Pembelajaran Multimedia di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

________. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Brown. T. L., (2009). Chemistry The Central Science. 11th edition. Pennsylvania:

Prentice Hall

De Jong, O. (2006). Context- Based Chemical Education: How to Improve it?. [Online]. Tersedia di: http://www.iupac.org/publications/cei/vol8/0801x DeJong.pdf. [Diakses 23 februari 2014]

Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA

Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang

Depdiknas.

Gagné, R. M., Briggs, L. J., & Wager, W. W. (1992). Principles of instructional

design (4th ed.). Forth Worth, TX: Harcourt Brace Jovanovich College

Publishers.

Geissinger, H. (1997). Educational Software:Criteria for Evaluation. [Online]. Tersedia : http://www.ascilite.org.au/conferences/perth97/papers/

Geissinger/Geissinger.html .[Diakses 15 Agustus 2014].

Goldin, G. A. (2002). Representation in mathematical learning and problem solving. In L. D. English (Ed.), Handbook of international research in mathematics education. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. hlm. 197-218.

HAM, M. (2002). Ilmu Kimia 3. Bandung: Arcaya Media Utama.

Harman, K & Koohang, A. (2007). Learning Object and Instructional Design. California: Informing Science Press.

Hayat, B dan Suhendra, Y. (2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Hernani, Mudzakir, A., dan Aisyah. (2009). Membelajarkan Konsep Sains-Kimia Dari Perspektif Sosial Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP.Jurnal Pengajaran MIPA. hlm.1-26.

Holbrook, J. (1998). ”A Resource Book for Teachers of Science Subjects”.

(31)

84

Holbrook, J, & Rannikmae, M. (2009). The meaning of scientific literacy. International Journal of Environmental & Science Education, 4(3), 275-288

Ismail, M, et al. (2003). A Theoretical Review on Evaluation of Multimedia

Courseware. Proceedings of 2nd International Conference on

Measurement and Evaluation in Education. (ICMEE) (2003). 264 – 272.

Koentjaraningrat. (1990). Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Kruse, K. (2006). Gagne’s Nine Events of Instruction: An Introduction. [Online]. Tersedia: http://www.transformativedesigns.com/gagnes.html. Diakses [16 Agustus 2014]

Mayer, E.R and Moreno, R. (2002). Animation as an Aid to Multimedia Learning. Plenum Publishing Corporation. 1040-726X/02/0300-0087/0.

McMurry dan Fay. (2011). Chemistry Sixth Edition. New Jersey : Prentice Hall International.

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Grasel, C., Ralle B. (2002). “Chemieim Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic

development of basic chemical concepts”.Makalah Simposium

Internasional IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.

Newby, T. J., Stepich, D. A., Lehman, J. D., & Russel J. D. (2006). Educational

Technology for Teaching and Learning. Upper Saddle River, NJ: Pearson

Merrill Prentice Hall.

OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key competencies in reading,

mathematics and science.[Online]. Tersedia:

http://www.oecd.org/dataoecd/11/40/44455820.pdf [1 November 2013].

OECD.(2013). PISA 2012 Assessment Framework. Key competencies in reading,

mathematics and science. [Online]. Tersedia: http://www.oecd.org/pisa/ keyfindings/pisa-2012-results-volume-I.pdf. [1 November 2013].

Poulson, A. et al. (2008). „ARCS Model of Motivational Design‟. [Online]. Tersedia di: http://www.torreytrust.com/images/ITH_Trust.pdf. [Diakses 15 Agustus 2014].

Prayekti. (2006). “Penerapan Pendekatan Sains dan Teknologi Masyarakat pada Pembelajaran IPA di SD”. Pena Wiyata. Jurdik & Hum No.9 Tahun V,

(32)

85

Sadiman, A. S., Raharjo, R., Haryono, A., & Rahardjito. (2008). Media

Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta :

Rajawali Press.

Setiadi, R. (2014). Penerapan Analisis Wacana Dalam Pengembangan Bahan Ajar. Workshop Penulisan Bahan Ajar. Bandung, Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, hlm.1-15.

Setiadi, R. dan Agus, A. (2001). Dasar-Dasar Pemrograman Software

Pembelajaran. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Shwartz, Y. Ben-Zvi, R. and Hofdtein, A. (2006). The use of scientific literacy

taxonomy for assessing the development of chemical literacy among high-school students.The royal society of chemistry. Chemistry education

research and practice, 2006, 7(4), 203-225.

Sodikin, N. dkk. (2013). Representasi Makroskopik, Submikroskopik dan Simbolik

Siswa Kelas XII di Sebuah SMA Negeri Kota Malang Terhadap Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elektrokimia. [Online]. Tersedia di:

http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelD874C97FB36E5F940575B92A5CEB EFD9.pdf. [16 Oktober 2014]

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. ALFABETA.

Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.

Tavip, B .(2009). Multimedia Learning: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tashakkori, A dan Teddlie, C. (2003) Handbook of Mixed Methods in Social &

Behavioral Research. Thousand Oaks CA: Sage.

Toharudin, U, Hendrawati S, dan Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi

Sains Peserta Didik. Bandung: PT.Humaniora.

Welty, G. (2007). The “Design” Phase of The ADDIE Model. Journal of GXP

Compliance, 11 (4), hlm.40-48.

Whitten. (2004). General Chemistry 7th edition. Philadelphia: Saunders College

Publishing.

Yusmaita, E. (2013). Konstruksi Bahan Ajar Sel Volta Pada Baterai Li-Ion

Ramah Lingkungan Berbasis Literasi Sains. (Tesis). Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Gambar

Gambar                                                                                                                         Halaman 2.1
Gambar 3.1. Desain penelitian sequential mixed method
Tabel 3.2 Format Proposisi Mikro-Makro Proposisi Mikro
Tabel 3.4. Salah satu contoh isi dalam lembar penilaian Menu yang dinilai
+4

Referensi

Dokumen terkait

jawaban yang salah tersebut sampai bersih, kemudian hitamkanlah pada kotak jawaban lain yang Anda anggap benar.. Berkejalah dengan sungguh-sungguh dan dengan

Pada hari ini Senin tanggal Sembilan bulan Mei tahun Dua Ribu Enam Belas dimulai pukul 10.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB, melalui website LPSE Mahkamah

Simulasi Merakit Motor Listrik Induksi Tiga Fasa Daya 3 HP Tegangan 220/380 Volt Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu..

Dampak dari Tingginya Kadar Asam Lemak Bebas di dalam Minyak Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisa dan oksidasi biasanya. bergabung dengan lemak netral dan

Batasan masalah di pembuatan alat simulasi motor induksi tiga fasa disini adalah :. dalam perakitan alat simulasi terutama dalam penentuan jumlah

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan fly ash ini terhadap sifat mekanik aluminium maka dalam tugas sarjana ini dilakukan pengujian kekerasan dan densitas,

Sahabat MQ/ Kurs rupiah terhadap dollar AS di pasar spot antarbank/ masih tetap tertekan karena Rapat Paripurna DPR yang sedang berlangsung masih belum

The Relationship of Hardiness, Gender, &amp; Stress to Health Outcomes in Adolescents.. Journal