• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Waktu Simpan Terhadap Asam Lemak Bebas pada CPO dan RBDPO di PT.SMART Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Waktu Simpan Terhadap Asam Lemak Bebas pada CPO dan RBDPO di PT.SMART Tbk"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineenis Jacq) berasal dari Nigeria, Afrika Barat.

Didatangkan ke Indonesia oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1848.

Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya

ditanami tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun

1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati

akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide

membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan

Deli, maka dikenalilah jenis sawit “Deli Dura” .

Pada tahun 1911, kelapa sawit dimulai diusahakan dan dibudidayakan

secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet,

seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit

pertama kali berlokasi di Pantai Timur Sumatera Utara (Deli) dan Aceh.

Semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan,

dipadukan dengan sistem PIR ( Pirindu Perkebunan PTPN III). Perluasan area

perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi

sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya Bogor hingga

sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa

(2)

Kelapa sawit pertama kali di perkenalkan di Indonesia oleh pemerintahan

kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit

yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor.

Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial

pada tahun 1911. Perintis usaha kelapa sawit di Indonesia adalah Adrian Hallet,

seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika.

Budidaya yang dilakukan diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya kelapa

sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai

berkembang.

Perkebunan kelapa sawit pertama kali berlokasi di pantai timur Sumatera

Utara (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia

mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara –

negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar

850 ton.

Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami

perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara

Afrika pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami Indonesia tidak

diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional. Hasil pengolahan ekspor

minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian negara asing termasuk Belanda.

2.2. Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikrap dan 20 persen buah

(3)

Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi asam

lemak seperti Tabel 2.1

Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Sawit.

Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit

(persen)

Sumber : ketaren 1986

Minyak dan lemak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester

dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Lemak tersebut jika dihidrolisis atau

splitting yang berlangsung pada suhu tinggi dan tekanan tinggi akan menghasilkan

3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1 molekul gilserol. Adapun proses

(4)

... (2.1)

2.3. Pemurnian Minyak Sawit

Proses pemurnian merupakan langkah yang perlu dilakukan dalam produksi

edible oil dan produk berbasis lemak. Tujuan dari proses ini adalah untuk

menghilangkan pengotor dan komponen lain yang akan mempengaruhi kualitas

dari produk akhir/jadi. Kualitas produk akhir yang perlu diawasi adalah bau,

stabilitas daya simpan dan warna produk.

Dalam sudut pandang industri, tujuan utama dari pemurnian adalah untuk

merubah minyak kasar/mentah menjadi edible oil yang berkualitas dengan cara

menghilangkan pengotor yang tidak diinginkan sampai level yang diinginkan

dengan cara yang paling efisien. Pengotor tersebut mungkin diperoleh selama

proses hulu, yaitu ekstraksi, penyimpanan atau transportasi dari minyak

kasar/mentah dari lapangan ke pabrik.

Proses pemurnian yang tepat sangat penting dilakukan dalam rangka untuk

memproduksi produk akhir yang berkualitas tinggi dalam rentang spesifikasi yang

telah ditentukan dan sesuai keinginan pelanggan. Ada dua tipe dasar teknologi

(5)

(i) Pemurnian secara kimia (alkali)

(ii) Pemurnian secara fisik

Perbedaan diantara kedua tipe tersebut didasarkan pada jenis bahan kimia

yang digunakan dan cara penghilangan asam lemak bebas. Pemurnian secara fisik

tampaknya pada prakteknya menggantikan penggunaan teknik pemurnian

menggunakan bahan kimia (alkali) karena tingginya asam lemak bebas pada

minyak yang dimurnikan dengan secara kimia. Proses deasidifikasi (deodorisasi)

pada proses pemurnian secara fisik mampu mengatasi masalah tersebut.

Terpisah dari hal tersebut, menurut literature, metode ini didasarankan

karena diketahui cocok untuk minyak tumbuhan dengan kadar fosfat yang rendah

seperti minyak sawit. Dengan demikian, pemurnian secara fisik terbukti memiliki

efisiensi yang lebih tinggi, kehilangan yang lebih sedikit (nilai emurnian <1,3),

biaya operasi yang lebih rendah, modal yang lebih rendah dan lebih sedikit bahan

untuk ditangani. Nilai pemurnian (NP) adalah parameter yang digunakan untuk

memperkirakan berbagai tahap pada proses pemurnian. Faktor ini tergantung pada

hasil produk dan kualitas dari input yang dihitung seperti berikut ini :

Nilai Pemurnian = ... (2.2)

NP biasanya dikuantifikasi untuk berbagai tahap dalam proses pemurnian secara

sendiri-sendiri dan pengawasan NP dalam pemurnian biasanya berdasarkan berat

yang dihitung dari pengukuran volumetric yang disesuaikan dengan suhu atau

menggunakan accurate cross-checked flow meters.

Secara umum, pemurnian secara kimia memerlukan tahap proses, peratatan dan

(6)

Diagram proses untuk proses pemurnian secara kimia dan secara fisik

digambarkan pada Gambar 2.1 (Hui, 1996).

Gambar 2.1. Proses pemurnian dari CPO secara kimia dan fisika 2.3.1. Pemisahan Gum

Pemisahan gum (De-Gumming) merupakan suatu proses pemisahan getah atau

lendir-lendir yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin,

tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak.

Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi gum atau kotoran lain

agar bahan tersebut lebih mudah terpisah dari minyak, kemudian disusul dengan

proses pemusingan (sentrifusi). Caranya ialah dengan melakukan uap air panas ke

dalam minyak disusul dengan pengaliran air dan selanjutnya disentrifusi sehingga

bagian lendir terpisah dari air.

Tujuan utama dari degumming adalah untuk menghapus getah yang tidak

diinginkan, yang akan menggangu stabilitas produk minyak di tahap selanjutnya.

(7)

(CPO) dengan jumlah makanan tertentu. Komponen utama yang terkandung

dalam getah yang harus dihapuskan adalah fosfat. Sangat penting untuk

menghapus fosfat dalam minyak sawit mentah karena adanya komponen ini akan

memberikan rasa dan warna yang tidak diinginkan dan mempercepat kerusakan

minyak (Leong, 1992).

2.3.2. Netralisasi

Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak

atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau

pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soa stock). Pemisahan asam lemak

bebas dapat juga dilakukan dengan cara penyulingan yang dikenal dengan istilah

de-asidifikasi.

Netralisasi dengan Kaustik Soda (NaOH)

Netralisasi dengan kaustik soda banyak dilakukan dalam skala industri, karena

lebih efisien dan lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya. Selain

itu penggunaan kaustik soda, membantu dalam mengurangi zat warna dan kotoran

yang berupa getah dan lendir dalam minyak.

Reaksi antara asam lemak bebas dengan NaOH adalah sebagai berikut :

(8)

Sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna dan kotoran

seperti fosfatida dan protein, dengan cara membentuk emulsi. Sabun atau emulsi

yang terbentuk dapat dipisahkan dari minyak dengan cara sentrifusi.

Dengan cara hidrasi dan dibantu dengan proses pemisahan sabun secara mekanis,

maka netralisasi dengan menggunakan kaustik soda dapat menghilangkan

fosfatida, protein, resin dan suspense dalam minyak yang tidak dapat dihilangkan

dengan proses pemisahan gum.

2.3.3. Pemucatan

Pemucatan (Bleaching) ialah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan

zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan

cara mencampur minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti tanah serap

(fuller earth), lempung aktiv (activated clay) dan arang aktif atau dapat juga

menggunakan bahan kimia.

Pemucatan Minyak Dengan Adsorben

Absorben yang digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari tanah

pemucat (bleanching earth) dan arang (bleanching carbon). Zat warna dalam

minyak akan diserap oleh permukaan adsorben dan juga menyerap suspense

koloid (gum dan resin) serta hasil degradasi minyak, misalnya peroksida.

Pemucatan minyak menggunakan adsorben umumnya dilakukan dalam ketel yang

dilengkapi dengan pipa uap. Minyak yang akan dipucatkan dipanaskan pada suhu

sekitar 1050oC, selama 1 jam. Penambahan absorben pada saat minyak mencapai

suhu sekitar 70-800oC dan jumlah absorben kurang lebih sebanyak 1,0-1,5 persen

(9)

penyaringan menggunakan kain tebal atau dengan cara pengepresan dengan filter

press. Minyak yang hilang karena proses tersebut kurang lebih 0,2-0,5 persen dari

berat minyak yang dihasilkan setelah proses pemucatan.

2.3.4. Deodorisasi

Tujuan deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian mnyak yang bertujuan

untuk menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak.

Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam

tekanan atmosfer atau keadaan vakum.

Proses deodorisasi perlu dilakukan terhadap minyak yang digunakan untuk

bahan pangan. Beberapa jenis minyak yang baru diekstrak mengandung flavor

yang baik untuk tujuan bahan pangan, sehingga tidak memerlukan proses

deodorisasi: misalnya lemak susu, lemak babi, lemak cokelat dan minyak olive

( Ketaren, 1986).

2.4. Standar Mutu

Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena

itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangnya. Istilah mutu

minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar-benar murni dan

tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat

ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik

lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawti

berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi

standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi,

(10)

Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan

dunia. Berbagai industri, baik pangan maupun non pangan, banyak yang

menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan

minyak sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat

menentukan harga dan nilai komoditas ini

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan

minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu

yaitu : kandungan air dan kotoran dalam minyak dan kandungan asam lemak

bebas (Adlin, 1992).

Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama,

benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak

tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan

mengukur titik lebur, angka penyabunan, dan bilangan yodium. Kedua, pengertian

mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini, syarat mutu dapat diukur

berdasarkan spesifikasi standar internasional yang meliputi ALB, air, kotoran, dan

lain-lain (Fauzi, 1994).

Standar mutu di pabrik harus di bawah standar perdagangan karena

pemeriksaan dilakukan di pelabuhan pembeli sehingga makin baik mutu yang

dihasilkan di pabrik akan memberi kemungkinan lebih baik pula sesampainya

ditempat tujuan.

Perdagangan Internasional menghendaki syarat-syarat yaitu :

1. Asam lemak bebas (ALB) maksimum 5%

2. Kadar air 0,10%

(11)

4. Besi 10 ppm

5. Tembaga 0,5 ppm

6. Peroksida 10 meq

7. Pemucatan diukur dengan indikator cahaya (warna, yaitu Merah 3,5 dan

Kuning 35) (Lubis, 1992).

Tabel 2.2. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit, dan Inti Sawit Karakteristik Minyak

(12)

2.5. Penimbunan Minyak Kelapa Sawit

Sejalan dengan makin meningkatnya luas areal perkebunan kelapa sawit, produksi

minyak sawit semakin meningkat. Penyimpanan dan penanganan selama

transportasi minyak sawit yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya

kontaminasi baik oleh logam maupun bahan lain sehingga akan menurunkan

kualitas minyak sawit.

Pengawasan mutu minyak sawit selama penyimpanan, transportasi, dan

penimbunan perlu dilakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya penurunan

mutu minyak sawit. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat

standarisasi prosedur penyimpanan, transportasi darat, dan penimbunan minyak

sawit. Standarisasi ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi dan penurunan

kualitas minyak sawit.

Minyak produksi sebelum diangkat ketempat konsumen ditimbun dalam

tangki timbun. Minyak yang masuk kedalam tangki timbun suhunya 40-50oC. titik

leleh minyak sawit ± 40oC, sehingga untuk mempermudah pengeluaran minyak

dari tangki maka untuk maksud tersebut dipertahankan agar suhu minyak bertahan

diatas titik leleh. Selama penyimpanan terjadi peningkatan kadar asam lemak

bebas (ALB) yang disebabkan terjadinya proses autokatalitik yang dipercepat oleh

panas (Naibaho, 1998).

Tangki penimbunan minyak dipakai sebagai penampungan atau

penimbunan minyak produksi dan pengukuran minyak produksi harian. Alat ini

terdiri dari tangki berbentuk silinder yang didalamnya dilengkapi dengan pipa

pemanas berbentuk spiral, dan pada bagian atas terdapat lubang untk pengukuran

(13)

antara 500-3000 ton. Selama penimbunan ini dapat terjadi perusakan mutu, baik

peningkatan ALB maupun peningkatan oksidasi.

Persyaratan penimbunan yang baik adalah :

1. Kebersihan tangki dijaga, khususnya terhadap kotoran dan air.

2. Jangan mencampur minyak berkadar ALB tinggi atau minyak kotor dengan

minyak berkadar ALB rendah atau bersih.

3. Membersihkan tangki dan memeriksa pipa-pipa uap pemanas, tutup tangki,

dan alat-alat pengukur.

4. Memelihara suhu sekitar 40oC

5. Pipa pemasukan minyak harus terbenam ujungnya dibawah permukaan

minyak

6. Melapisi dinding tangki dengan dammar epoksi (hanya untuk minya sawit

bermutu tinggi) (Mangoensoekarjo, 2003).

2.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Kelapa Sawit

Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.

Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya penanganan

paska panen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutannya. Berikut

ini akan dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan

penurunan mutu minyak sawit yaitu :

2.6.1 Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit

sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen

(14)

lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat

tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan

adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah

gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya fakto-fakrot panas,

air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi belangsung, maka

semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.

... (2.4)

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relative

tinggi dalam minyak sawit antara lain :

1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu.

2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah.

3. Adanya mikroorganisme (jamur dan bakteri tertentu) yang dapat hidup pada

suhu dibawah 500C.

4. Terjadinya reaksi oksidasi, akibat terjadinya kontak langsung antara minyak

dan udara.

5. Penumpukan buah yang terlalu lama dan

6. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik

Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk

(15)

Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada

proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung

pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan

bahan pembantu dalam proses pengolahan.

Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping

yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu

bukan membantu proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak.

Untuk itu, setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan

dengan bejana hampa pada suhu 90oC.

Tabel 2.3. Hubungan antara Kematangan Panen dengan Rendemen Minyak dan ALB

Kematangan Panen Rendemen Minyak

(%)

Asam lemak bebas dapat berkembang akibat kegiatan enzim yang menghidrolisa

minyak. Enzim-enzim dan ko-enzim yang terdapat di dalam buah akan terus aktif

(16)

Enzim yang paling menggangu pada buah sawit yaitu : enzim lipase dan

oksidase. Enzim ini sering terikat pada buah karena buah luka atau terikut oleh

peralatan panen. Kegiatan enzim dapat berhenti dengan perebusan hingga

temperature 50oC selama beberapa menit. Namun, jika ditinjau dari proses

pengolahan selanjutnya, perebusan harus dilakukan dengan temperature yang

lebih tinggi.

Kandungan asam lemak bebas buah sawit yang baru dipanen biasanya

<0,3%. ALB minyak yang diperoleh dari buah yang tetap berada pada janjang

sebelum diolah (dan tidak mengalami memar) tidak pernah melewati 1,2%.

Sedangkan, ALB brondolan biasanya sekitar 5%. Di pihak lain, sangat jarang

diperoleh ALB di bawah 2% pada crude palm oil (CPO) hasil produksi PKS,

biasanya sekitar 3%.

Peningkatan ALB yang mencapai sekitar 20 kali ini terjadi karena

kerusakan buah selama proses panen sampai tiba di ketel perebusan.

Kemungkinan penyebab utama kerusakan terjadi pada saat pengisian buah

ditempat pemungutan, penurunan buah ditempat pengumpulan hasil, pengisian

buah ke alat transport pembawa buah ke pabrik, penurunan buah di loading ramp

dan pengisian buah ke lori.

Pembentukan lemak dalam buah sawit mulai berlangsung beberapa

minggu sebelum matang. Oleh karena itu penentuan saat panen adalah pada saat

buah akan membrondol (melepas dari tandannya). Karena itu kematangan tandan

biasanya dinyatakan dengan jumlah buahnya yang membrondol.

Kebalikan dari pembentukan lemak adalah penguraian atau hidrolisis

(17)

mulai berlangsungnya proses “kematian” yaitu saat buah membrondol atau saat

tandan dipotong dan terlepas hubungannya dengan pohon. Proses hidrolisis

dikatalisis oleh enzim lipase yang juga terdapat dalam buah, tetapi berada diluar

sel yang mengandung minyak.

Pembentukan asam lemak bebas oleh mikroorganisme (jamur dan bakteri

tertentu) juga dapat terjadi bila suasananya sesuai, yaitu pada suhu rendah

dibawah 50oC, dan dalam keadaan lembab dan kotor. Oleh karena itu minyak

sawit harus segera dimurnikan setelah pengutipannya. Pemanasan sampai suhu

diatas 90oC seperti pada pemisahan dan pemurniannya akan menghancurkan

semua mikroorganisme dan menonaktifkan enzimnya. Pada kadar air berkurang

dari 0,8% mikroorganisme juga tidak dapat berkembang. Jika lebih tinggi

sebaliknya minyak ditimbun dalam keadaan panas sekitar 50-600C

(Mangoensoekarjo, 2003).

2.6.2. Kadar air dan zat menguap

Cara hot plate dapat digunakan untuk menentukan kadar air dan bahan lain yang

menguap yang terdapat dalam minyak dan lemak. Cara tersebut dapat digunakan

untuk semua jenis minyak dan lemak. Sebelum dilakukan pengujian contoh,

minyak harus diaduk dengan baik. Dengan pengadukan, maka penyebaran air

dalam contoh akan merata (Ketaren, 1986).

2.6.3. Kadar Logam

Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut dalam minyak sawit antara lain

besi, tembaga, dan kuningan. Logam-logam tersebut biasanya berasal dari

(18)

untuk menghindari terikutnya kotoran yang berasal dari pengelupasan alat-alat

dan pipa adalah mengusahakan alat-alat dari stainless steel (Ketaren, 1986).

Agar dapat dipasarkan, minyak sawit yang dihasilkan pabrik harus memenuhi

spesifikasi mutu sebagai berikut :

Tabel 2.4. Spesifikasi mutu minyak sawit

Parameter Standar

2.7. Dampak dari Tingginya Kadar Asam Lemak Bebas di dalam Minyak Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisa dan oksidasi biasanya

bergabung dengan lemak netral dan pada konsentrasi sampai 15%, belum

menghasilkan flavor yang tidak disenangi.

Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1 persen, jika

dicicipi akan terasa membentuk film pada permukaan lidah dan tidak berbau

tengik, namun intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah asam

lemak bebas. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil

mengakibatkan rasa tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung

asam lemak tidak dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14

(C>14).

Asam lemak bebas yang dapat menguap, dengan jumlah atom karbon

(19)

pangan berlemak. Asam lemak ini pada umumnya terdapat dalam lemak susu dan

minyak nabati, misalnya minyak inti sawit.

Asam lemak bebas juga dapat mengakibatkan karat dan warna gelap jika

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti
Gambar 2.1. Proses pemurnian dari CPO secara kimia dan fisika
Tabel 2.2. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit, dan Inti Sawit
Tabel 2.3. Hubungan antara Kematangan Panen dengan Rendemen Minyak
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pendaftaran dan pengambilan dokumen dilaksanakan secara elektronik, dengan mengakses aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) pada alamat website

Demikian, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

Demikian, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

[r]

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2017, dengan ini kami

Nilai Total HPS Rp1.503.802.750,00 (satu miliar lima ratus tiga juta delapan ratus dua ribu rupiah).. Hasil Evaluasi Penawaran

persepsi gaya kepemimpinan guru Bimbingan dan Konseling terhadap kepercayaan diri siswa. kelas XI SMK Negeri