• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUSUNAWA DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RUSUNAWA DI SURABAYA."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

RUSUNAWA DI SURABAYA

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)

Diajukan oleh :

AGUNG ADI WIBOWO

0551010085

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”

(2)

TUGAS AKHIR

RUSUNAWA DI SURABAYA

Dipersiapkan dan disusun Oleh :

AGUNG ADI WIBOWO

0551010085

Telah Dipertahankan Didepan Tim Penguji Pada Tanggal 17 Mei 2010

Penguji

Ir. Niniek Anggriani, MTP NIP. 19800124 198703 2 00 1

Ir. Erwin Djuni Winarto, MT NPTY. 3 6911 97 0158 1

Ir. Sri Suryani Yuprapti Winasih . MT NIP. 030 223 070

Pembimbing Utama

Ir. Muchlisiniyati Safeyah, MT NPTY. 3 670694 0034 1

Ir. Eva Elviana. MT NPTY. 3 6604 94 0032 1

Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S-1)

Tanggal: 3 Juli 2010

(3)

Kata Pengantar

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat dan diijinkannya oleh

Allah S.W.T, telah dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang merupakan persyaratan

dalam menyelesaikan Progam Studi Strata 1 di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Jurusan Arsitektur, UPN “Veteran” Jawa Timur. Dalam penyusunan laporan seminar ini

penulis mengambil judul “ RUSUNAWA DI SURABAYA “

Dalam Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Terima Kasih Atas Rahmat Dan Ridho Allah SWT yang mengijinkan saya untuk

lulus dan bisa menyelsaikan tugas akhir ini dengan tegar, tabah, dan sabar sampai

memberikan yang terbaik.

2. Bapak DR. Ir. Edi Mulyadi, SU., selaku dekan Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Ir. Syaifudin Zuhri, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas

Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa

Timur sekaligus sebagai dosen wali.

4. Ibu Ir. Sri Suryani Yuprapti Winasih . MT, selaku dosen Tugas Akhir pada Jurusan

Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Pembangunan

Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Ir. Muchlisiniyati Safeyah, MT , selaku dosen pembimbing utama pada Jurusan

Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Pembangunan

(4)

6. Ibu Ir. Eva Elviana, MT, selaku dosen pembimbing kedua penulis Tugas Akhir dan

seminar pada Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan

terimah kasih banyak atas semua suport.

7. Ibu Ir. Niniek Anggriani, MTP., Ibu Ir. Sri Suryani Yuprapti Winasih . MT & bapak

Ir. Erwin., selaku dosen penguji penulis pada Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas

Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa

Timur.

8. Ibu, ayah, kakak, dan keluarga besar terima kasih atas dukungannya yang selama ini

selalu berusaha menasehati saya agar tetap kuat dalam mengerjakan tugas akhir ini

dan usahanya agar saya tetap bisa kuliah dan sampai bisa mengikuti tugas akhir ini,

semoga saya tidak pernah mengecewakan kalian untuk kedepannya, Amiiiinnn!!!!!.

9. Terima kasih atas dukungannya kepada joehanes yang dulu pernah mengisi hari dan

menjadi suport aku waktu seminar, semoga kamu sukses dalam kerja kamu sebagai

kontraktor.

10.Terima kasih pada kelompok PanTex (ahong, sunksang, mamak, otong dll) semoga

sukses semuanya.

11.Terimak kasih pada teman seperjuangan dalam menempuh TA masuk dan keluar

bareng.

12.Hamdi klo minta bantuan tugasmu langsung call me…^_^

13.Dodiek ayo cepet selesaikan tugas akhirmu………. Semua mendukungmu!!!

14.Terima Kasih teman-teman studio Tugas Akhir tahun ini adalah tahun yang

(5)

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan penulisan proposal

Tugas Akhir ini. Namun penulis berharap semoga proposal Tugas Akhir ini dapat

ikut menunjang perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang

Arsitektur.

Surabaya, 26 Mei 2010

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR TABEL ...ix

ABSTRAK ...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Perancangan ... 3

1.3. Batasan dan Asumsi... 4

1.4. Metode Perancangan... 4

1.5. Sistematika Laporan ... 6

BAB II TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN 2.1. Tinjauan umum ... 7

2.1.1. Pengertian Judul Proyek Tugas Akhir... 7

2.1.2. Studi Literatur ... 8

2.1.2.1. Klasifikasi dan jenis rusunawa... 8

2.1.2.2. Persyaratan Teknis Pembangunan Rusunawa... 10

2.1.3. Studi Kasus ... 13

2.1.3.1. Rusunawa Siwalankerto ... 13

2.1.3.2. Rusunawa Waru Gunung ... 18

2.1.3.3. Rusunawa Urip Sumoharjo ... 22

2.1.4. Kesimpulan Hasil Studi ... 29

2.2. Tinjauan Khusus Perancangan ... 28

2.2.1. Lingkup Pelayanan ... 30

2.2.2. Aktifitas Dan Kebutuhan Ruang... 30

2.2.3. Pengelompokan Ruang ... 31

2.2.4. Perhitungan Kebutuhan Ruang ... 32

BAB III TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN 3.1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi... 37

(7)

3.2. Penetapan Lokasi ... 39

3.3. Fisik Lokasi ... 40

3.3.1.Aksebilitas... 42

3.3.2.Potensi Lingkungan... 43

3.3.3.Infrastruktur Kota... 45

BAB IV TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN 4.1. Analisa Ruang... 47

4.1.1.Organisasi Ruang ... 47

4.1.2.Hubungan Ruang dan Sirkulasi... 48

4.1.3.Diagram Abstrak ... 51

4.2. Analisa Site... 52 4.2.1.Pencapaian ME ... 52

4.2.2.Analisa Iklim... 54

4.2.3.Analisa Kondisi Lingkungan ... 56

4.3. Tema Rancangan ... 56

4.3.1. Penekanan Rancangan ... 57

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Analisa Site... 60 5.1.1.Kondisi Existing Tapak... 60

5.1.2.Analisa Aksesibilitas... 60

5.1.3.Analisa View... 61

5.1.4.Analisa Space Penangkap ... 61

5.1.5.Analisa Pencapaian dan Sirkulasi Dalam Tapak... 62

5.2. Konsep Rancangan ... 62

5.2.1.Konsep Bentuk ... 63

5.2.2.Konsep Tatanan Massa ... 63

5.2.3.Konsep Sirkulasi ... 64

5.2.4.Konsep Ruang Luar ... 64

BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Analisa Site ... 65

6.2. Aplikasi Perancangan Tapak... 65

(8)

vi

6.3.1.Sirkulasi Dalam Rusunawa ... 66 6.3.2.Sirkulasi Ruang Luar Rusunawa... 67 6.4. Interior...

68

6.5. Sistem Penghawaan... 68 6.6. Sistem Pencahayaan ... 69

PENUTUP

(9)

Abstrak

Manusia sebagai mahkluk hidup merupakan individu yang selalu beraktifitas baik bekerja, jalan-jalan, bermain dan berbagai aktifitas lainnya sampai akhirnya seluruh tenaga terkuras habis. Pada saat seperti ini hal yang paling dibutuhkan dalam keadaan seperti ini adalah melakukan istrirahat untuk memulihkan stamina dan tenaga di dalam tubuh. Hunian menjadi peran penting sebagai tempat tinggal dan beristirahat agar besok dapat melakukan aktiifitas sehari-hari. Karena beberapa factor menyebabkan kebutuhan jumlah hunian meningkat, sehingga terciptanya suatu hunian dalam jumlah banyak yang tersusun secara horizontal dan vertical yang disebut dengan rusunawa. Untuk membentuk suatu bangunaan yang dapat memberikan kenyamanan penghuni maka bangunan mencoba menyesuaikan dengan keadaan sekitar serta iklim yang ada pada lokasi yaitu iklim tropis dengan cara memberikan banyak naungan yang menciptakan keteduhan dan memaksimalkan sirkulasi udara serta hal-hal lain yang mendukung dalam tampilan bangunan sehinggga tercipta suatu kenyamanan bagi penghuni. Dengan hunian yang nyaman mampu memberikan karakter, sifat dan perilaku yang baik bagi penghuni.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu permasalahan yang dihadapi kota-kota besar di Indonesia ialah masalah penyediaan hunian bagi warganya. Bertambahnya penduduk kota disebabkan karena kelahiran maupun urbanisasi yang tidak diimbangi dengan daya tampung kota. Mengutip dari Kebijakan dan Rencana Strategis Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan bahwa lambat laun keadaan ini menyebabkan ketidak-teraturan pada tata ruang kota dan dapat menumbuhkan kawasan-kawasan baru bahkan cenderung liar. Keadaan seperti ini juga tengah dialami pada kota-kota besar seperti: Medan, Batam, Palembang, Jabotabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Banjarmasin dan Makasar.

Surabaya merupakan salah satu kota besar yang memiliki jumlah kependudukan yang cukup tinggi. Secara rinci, dalam buku Informasi kependudukan kota Surabaya yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dapat diketahui dari tabel dibawah ini.

Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Surabaya Tahun 2001-2008

No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

1

Sumber “BPS (Badan Pusat Statistik)”, tahun 2008

Dari data diatas dapat diketahui bahwa setiap tahun terjadi peningkatan jumlah penduduk di kota Surabaya. rata-rata kenaikan jumlah penduduk kota Surabaya naik sebesar 1,62 persen. Dengan luas kota sekitar 29.000 hektar, seharusnya jumlah penduduk ideal kota Surabaya hanya 2.175.000 jiwa. Dengan kondisi demikian maka

(11)

kebutuhan hunian dimasa mendatang akan menjadi sangat besar. Para pakar kependudukan memproyeksikan bahwa pada akhir tahun 2018 penduduk di perkotaan akan mencapai 50 % - 60 % dari total penduduk negara Indonesia. Berdasar dari Koran Kompas Senin, 22 September 2008, 21:27 WIB didapatkan informasi bahwa setiap hari rata-rata 200 warga pendatang mengajukan surat pindah menjadi penduduk atau SPMP ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya. Urbanisasi yang terus menerus terjadi ini mengakibatkan perbandingan jumlah penduduk dengan luas kota tidak berimbang. Akibatnya, Kota Surabaya kelebihan beban penduduk.

Berdasarkan perkiraan bahwa penduduk Kota Surabaya pada tahun 2008 yang berjumlah 2.885.862 jiwa (Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya, 2008), maka untuk menampung penduduk tersebut dibutuhkan 696.180 unit rumah. Dari jumlah rumah yang dibutuhkan tidak menutup kemungkinan untuk berebut mencari lahan untuk membangun rumah. Bagi warga dengan berpenghasilan tinggi, pemenuhan kebutuhan rumah di kota menjadi sesuatu yang tidak sukar. Sedangkan bagi kalangan menengah kebawah, penyediaan rumah dapat dipastikan cukup sulit untuk mendapatkannya. Tingginya harga tanah dan terbatasnya lahan di kota menyebabkan harga rumah diperkotaan menjadi tak terjangkau, sebagai contoh untuk pembelian rumah tipe 54 di daerah Pogot Surabaya dijual dengan harga 252 juta rupiah sedangkan rumah dengan tipe yang sama diperoleh dengan harga 116-157 juta rupiah di daerah Waru kota Sidoarjo (www.properti.com, 2009). Sehingga hal ini menciptakan kota-kota satelit seperti Sidoarjo, Krian, Bangkalan, Gresik dan Mojokerto dan menimbulkan masalah transportasi, efektifitas kerja, keamanan serta berbagai masalah lain yang sebenarnya bersumber pada jarak yang terlalu jauh antara tempat kerja dan tempat hunian.

Masalah penyediaan hunian telah dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya., salah satunya dalam bentuk pengembangan rusunawa di kawasan perkotaan. Tahun 2007-2011 keberadaan rusunawa pada saat ini masih belum memenuhi target. Pencapaian pasokan Rusunawa bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah masih berjalan lambat. Saat ini rusunawa yang ada di Surabaya, terdapat di:

 Surabaya I, meliputi Rumah Susun Waru Gunung dan Rumah Susun Urip Sumoharjo.

 Surabaya II, meliputi Rumah Susun Sombo dan Rumah Susun Dupak Bangunsari.

(12)

 Surabaya III, meliputi Rumah Susun Penjaringan Sari dan Rumah Susun Wonorejo.

Sumber “Peraturan Walikota Surabaya Nomor 18 tahun 2006”

Mengutip dari Kebijakan dan Rencana Strategis Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan Tahun 2007-2011 menyatakan bahwa jumlah rusunawa masih dianggap belum bisa menutupi kebutuhannya untuk saat ini.

Dari data jumlah kepadatan penduduk di kota Surabaya yang kian banyak dan mahalnya harga tanah yang memberatkan untuk sebagian besar kalangan menengah kebawah memaksa untuk keluar kota demi mendapatkan hunian yang lebih layak. Penyediaan hunian bersama dengan sistem pembangunan vertikal dianggap sebagai solusi yang terbaik. Namun pada saat ini jumlah rusunawa tidak sebanding dengan perkembangan jumlah penduduk. Jadi pada saat ini pengembangan rusunawa sangat dibutuhkan demi kesejahteraan kependudukan di kota Surabaya.

1.2. Tujuan Perancangan

Tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan Rusunawa ini, yaitu :

a. Memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat kalangan menengah dan kalangan menengah ke bawah di kota Surabaya dikarenakan jumlah penduduk yang kian meningkat

b. Membantu menyelesaikan masalah perkotaan terutama yang menyangkut efisiensi masalah transportasi dan lalu lintas kota dalam mencapai tempat kerja.

c. Meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman.

d. Meningkatkan pendapatan daerah melalui pajak atau sewa rumah susun.

1.3. Batasan dan asumsi

Pada obyek rancangan Rusunawa di Surabaya ini, memiliki batasan-batasan dan asumsi yang dapat dijadikan acuan bagi pelaksanaan perancangan, yaitu :

1.3.1. Batasan

a. Perancangan bangunan Rusunawa ini lebih di fokuskan pada bangunan Rusunawa yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang digabungkan menjadi satu kesatuan..

(13)

b. Perancanganan yang ditekankan pada tata masa bangunan menyelesaikan pada site secara keseluruhan.

c. Dalam perwujudannya perancangan Rusunawa ini dibatasi sampai tahap gambar pra rancangan.

1.3.2. Asumsi

a. Untuk kepemilikan proyek Rusunawa ini, bersumber dari dana yang digunakan dan di asumsikan milik Pemerintah.

b. Tapak yang digunakan dianggap milik pemerintah dan diasumsikan dalam keadaan kosong dan siap dibangun.

1.4. Tahapan perancangan

Pada tahap awal proses perancangan Rusunawa di Surabaya dimulai dari pengumpulan data-data sebagai bahan masukan yang akan sangat berguna pada tahap selanjutnya. Pengumpulan data dimulai dari beberapa tahapan yang ada di dalam perancangan, antara lain :

a. Menginterpretasikan judul rancangan yaitu “Rusunawa di Surabaya” yang mempunyai fungsi sebagai wadah hunian yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan bagi masyarakat kalangan menengah kebawah.

b. Mengumpulkan dan menganalisa data-data tentang Rusunawa melalui beberapa sumber, yaitu :

 Wawancara

yakni wawancara yang dilakukan dengan pihak-pihak terkait pada aktivitas dalam hunian, dan pertanyaan tambahan lain.

 Observasi

Teknik pengamatan langsung untuk mengetahui situasi rutinitas (aktivitas sehari – hari), tempat aktivitas, perilaku sosial dan kebiasaan penghuni rumah susun serta pengamatan tidak langsung berupa pendokumentasian kondisi yang terkait dengan permasalahan rusunawa.

 Studi Literatur

Mencari data mengenai peraturan standarisasi, klasifikasi, dan penggolongan Rusunawa. Mencari definisi Rusunawa serta rencana tata kota Surabaya. Mencari standar luasan dari beberapa fasilitas Rusunawa

(14)

 Studi Banding

Studi banding pada beberapa obyek Rusunawa yang ada di Surabaya untuk memperoleh perbandingan sebagai acuan perancangannya.

 Konsep

Pembentukan suatu ide-ide rancangan berdasar dari seluruh data-data yang ada kemudian bergerak sejalan dengan tema yang diterapkan.

 Aplikasi Rancangan

Penerapan isi konsep ke dalam media dan siap untuk dipresentasikan serta siap untuk dipertanggung jawabkan

Latar Belakang

Issue

Fakta

‐ Data

‐ Definisi

‐ Aktivitas

S t

‐ Literatur

‐ Teori Ars

Konsep Tema

Aplikasi Rancangan

Gb. 1.1 Skema Metode Perancangan Sumber : ( sumber : analisa pribadi 2009 )

1.5. Sistematika Perancangan

Dalam penyusunan ini menggunakan sistimatika pembahasan yang dibagi menjadi beberapa bab atau sub pokok, antara lain :

BAB I Pendahuluan, yang menjabarkan mengenai latar belakang diperlukannya

(15)

6 BAB II

BAB III

BAB IV

pendirian Rusunawa di kota Surabaya, tujuan perancangan, sasaran, lingkup, batas dan asumsi.

Tinjauan umum, yang menjabarkan tentang pengertian judul, studi literature, beberapa studi kasus berkaitan dengan proyek dimana menyangkut aspek kualitas dan kuantitas serta peryaratan proyek. Tinjauan khusus obyek rancangan dimana membahas lingkup pelayanan, aktifitas & kebutuhan ruang serta perhitungan kebutuhan ruang untuk proyek yang akan di rancang.

Tinjauan lokasi perancangan, yang menjabarkan tentang latar belakang penetapan lokasi rusunawa di kota Surabaya, analisa tapak berdasarkan potensi dan kondisi.

(16)

BAB II

TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN

2.1 Tinjauan Umum

Dalam tinjauan umum rancangan Proyek Rusunawa di Surabaya ini berisi mengenai penjelasan tentang hal-hal yang bersifat umum seperti pengertian judul proyek, penjelasan umum dari literature dan studi banding yang hasil akhirnya merupakan gambaran secara umum dari judul proyek Rusunawa.

2.1.1 Pengertian Judul Proyek Tugas Akhir :

Judul dari proyek ini adalah “Rusunawa di Surabaya”. Dari judul tersebut memiliki pengertian masing-masing kata yaitu :

 Rusunawa singkatan dari rumah susun sewa (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1985)

 Dari John Hancock Callender; “Time saver Standarts” didapatkan pengertian rusunawa ini sama dengan pengertian apartemen atau flat yaitu semua jenis unit tempat tinggal keluarga (multiple family dweling units), kecuali sebuah rumah tinggal yang berdiri sendiri bagi bagi satu keluarga (single dweling unit).

 Dari Tata cara penghunian, Pengelolaan dan Pemeliharaan Bangunan Rusunawa didapat pengertian bahwa rusunawa yaitu kelompok unit rumah tinggal yang tersusun secara vertical dan mendatar berikut tanah dimana bangunan itu berdiri.

 Dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1985 didapatkan pengertian tentang rusunawa yaitu bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertical dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan

(17)

 Dari kamus Bahasa Indonesia, Poerwadarminta didapatkan pengertian rusunawa sebagai berikut :Rumah atau hunian adalah tempat tinggal manusia dimana merupakan proses manusia dalam mencari tempat kediamannya untuk berlindung, melengkapi kebutuhannya, mempertahankan serta memperbaiki keadaannya dengan tujuan mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan keluarganya. Susun adalah sistem meletakkan dengan menumpuk ke atas atau vertikal sehingga mencapai ketinggian tertentu.

Jadi pengertian judul proyek “Rusunawa di Surabaya” adalah pembangunan unit-unit rumah tinggal yang ada dalam satu massa bangunan sederhana dan tersusun secara vertical dan horizontal dengan sistim sewa untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi warga kota Surabaya.

2.1.2 Studi Literatur

Studi literatur / pustaka digunakan sebagai studi penggalian referensi guna untuk memperjelas pemahaman, yang lebih mendalam tentang judul yang diangkat. Adapun Studi literatur / pustaka yang dapat memberikan penjelasan mengenai obyek rancangan dalam hal ini adalah mengenai rusunawa di kota Surabaya, sebagai berikut:

2.1.2.1 Klasifikasi Dan Jenis Rusunawa.

Beberapa klasifikasi dan jenis rusunawa, yaitu : a. Jenis rusunawa berdasar pengguna :

 Rumah susun mewah yang penghuninya sebagian besar tenaga kerja asing dan golongan atas. Untuk jenis ini lebih umum disebut dengan apartemen mewah.

(18)

 Rumah susun yang dihuni oleh masyarakat berpenghasilan menengah ke atas, jenis ini juga masih sering disebut dengan apartemen.

 Rumah susun sederhana yang dihuni oleh masyarakat golongan menengah ke bawah.

 Rumah susun murah, yang dihuni oleh masyarakat rendah dengan cara pemilikan mengangsur atas bentuk sewa.

b. Jenis rusunawa berdasarkan ketinggian bangunan

 Maisonetto dengan jumlah lantai kurang dari 6 lantai

 Low rise apartemen dengan jumlah lantai antara 4 sampai 6 lantai

 Medium rise apartemen dengan jumlah lantai antara 6 sampai 9 lantai

 High rise apartemen dengan jumlah lantai dapat mencapai 40 lantai

(Samuel , 1967)

c. Jenis rusunawa berdasakan sistem kepemilikan

 Rental (sistem sewa), penghuni hanya menyewa rusunawa dengan membayar uang sewa tiap bulan.

 Kooperatif (jual beli), penghuni membeli rusunawa dan selanjutnya unit hunian tersebut menjadi milik penghuni.

 Kondominium (sewa beli), penghuni mula-mula membayar uang sewa perbulan yang selanjutnya sampai uang tersebut menjadi milik penghuni.

 Beli cicil, penghuni membeli rusunawa dengan membayar secara cicilan atau kredit.

(sumber, ibid)

(19)

d. Jenis rusunawa berdasarkan peruntukan

 Rusunawa disewakan, dibangun oleh swasta atau pemerintah. Memiliki tujuan untuk menyediakan perumahan bagi masyarakat yang membutuhkan, ditambah dengan komersial.

 Rusunawa untuk dijual, hampir sama dengan rusunawa sistem sewa tetapi berbeda pada sistem kepemilikannya.

 Rusunawa untuk instansi pemerintah maupun swasta, dimana standart perencanaannya tergantung dari ketersediaan anggaran biaya dan standar sosial karyawan tersebut.

 Rusunawa untuk karyawan dan buruh industry maupun instansi swasta, dimana standar perencanaannya menurut nilai ekonomis.

2.1.2.2 Persyaratan Teknis Pembangunan Rusunawa

Beberapa persyaratan teknis dalam pembangunan rusunawa guna menunjang segala kebutuhan dalam sebuah hunian. Berdasar dari peraturan menteri pekerjaan umum no 60/PRT/1992 didapatkan persyaratan untuk rusunawa, yaitu :

 Ruang.

Kelompok ruang dalam rusunawa menpunyai fungsi dan dimensi tertentu serta memenuhi persyaratan penhawaan, pencahayaan, suara dan bau untuk melindungi penghuni.

 Struktur, komponen dan bahan bangunan.

Rusunawa harus mengunakan struktur, komponen dan bahan bangunan dengan memperlihatkan prinsip-prinsip koordinasi modular dan memenuhi persyaratan konstruksi dengan memperhitungkan kekuatan dan ketahanan, baik arah vertical maupun horizontal terhadap beban

(20)

mati, beban bergerak (beban hidup), beban gempa, beban angin, beban tambahan seperti hujan, banjr, kebakaran, daya dukung dan penggunaan atau perusak lainnya.

 Kelengkapan rusunawa.

Rusunawa harus dilengkapi dengan alat transportasi bangunan, pintu dan tangga darurat kebakaran, penangkal petir, jaringan air bersih, saluran pembuangan air limbah, tempat pewadahan sampah, tempat jemuran, kelengkapan pemeliharaan bangunan, generator listrik, jaringan listrik alat pemadam kebakaran dan sistem alarm kebakaran dan kemungkinan pemasangan jaringan telepon serta alat komunikasi lainnya yang sesuai dengan tingkat keperluan.

 Satuan rusunawa.

Satuan rusunawa harus mempunyai ukuran standar yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan kebutuhan ruang dan ketentuan satuan rusunawa sekurang-kurangnya 18 m2 dengan lebar muka sekurang-kurangnya 3 m.

 Bagian bersama dan benda bersama.

Bagian bersama merupakan bagian rumah yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama dalam kesatuan dengan satuan-satuan rusunawa dan dapat berupa ruang umum, struktur, komponen kelengkapan rusunawa dan prasarana lingkungan yang menyatu dengan bangunan rusunawa.

 Kepadatan dan tata letak bangunan.

(21)

Kepadatan bangunan suatu lingkungan rusunawa harus diperhitungkan koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien lantai bangunan (KLB), ketinggian dan kedalamann bangunan serta penggunaan lahan yang bertujuan untuk mencapai optimasi daya guna dan hasil guna tanah.

 Prasarana lingkungan.

Lingkungan rusunawa harus dilengkapi dengan prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan yang berfungsi sebagai penghubung antara bangunan rusunawa atau keluar lingkungan rusunawa, tempat parkir dan tempat penyimpanan barang.

 Fasilitas lingkungan.

Lingkungan rusunawa harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas lingkungan yang diantaranya berupa ruangan atau bangunan yang terdiri dari fasilitas perniagaan atau perbelanjaan, lapangan terbuka, pendidikan, kesehatan, peribadatan, fasilitas pemerintah dan pelayanan umum serta pemakaman dan pertamanan.

2.1.3. Studi Kasus

Dalam pembahasan studi kasus atau studi banding bertujuan untuk lebih memahami proyek yang dirancang. Studi banding dapat diambil dari beberapa aspek yaitu,

asa

A. Aspek kualitas

Aspek kualitas dari rancangan yang meliputi aspek tampilan, penyelesaian sistem struktur, bentukan massa dan lain-lain.

B. Aspek kuantitas

Aspek kuantitas meliputi fasilitas, kebutuhan ruang, jumlah massa bangunan, luas lahan, luas bangunan, kapasitas pelayanan dan lain-lain.

(22)

Pada studi kasus dibahas beberapa obyek yang juga memiliki fasilitas-fasilitas penunjang kebutuhan dan kegiatan perumahan. Obyek studi kasus pada perancangan Rusunawa di Surabaya ini yaitu, Rusunawa Sewa Siwalankerto dan Rusunawa Sewa Waru Gunung Surabaya.

2.1.3.1 Rusunawa Siwalankerto Data proyek

Lokasi : Siwalankerto, Surabaya

Jumlah unit : 101 unit hunian

Pemilik : Pemerintah Propinsi Jawa Timur Dinas Permukiman Pembangunan : Perumnas Regional VI Jawa Timur

Luas lahan : ±20.000 m2

Luas lantai per unit : 18 m2+ luas tambahan yang dipakai untuk dapur dan . km/wc (tiap 2 unit) 12 m2

Rusunawa sewa siwalankerto merupakan kerjasama antara pemerintah Proponsi jawa timur Dinas Permukiman dengan Perumnas Regional VI Jawa Timur. Rusunawa sewa Siwalankerto terdiri dari 7 blok. Dimana pada masing-masing blok berjumlah 5 lantai dan tiap pada 2 blok merupakan zona tersendiri yang masing-masing memiliki ruang terbuka berupa lapangan. Berikut akan dibahas selanjutnya didalam aspek kualitas dan aspek kuantitas.

A. Aspek Kualitas

Tampilan pada Rusunawa ini cukup sederhana namun berkesan bersih dengan pemakaian material yang sesuai dan cukup ekonomis. Fasade bangunan difinishing dengan dinding yang diplester dan dicat dengan warna putih, sehingga pemakaian bata tidak terlihat dan terkesan ”clean” atau bersih

(23)

Bentukan massa cenderung berupa kotak-kotak yang disusun secara bersilangan pada tapak. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pencahayaan dan penghawaan yang sama dan merata pada setiap blok massa. Dari bentukan yang kotak-kotak inilah ruangan yang terjadi di dalamnya menjadi sangat fungsional sehingga sangat menyadari dari teori Form Follow Function.

Sementara pola sirkulasi pada rusunawa ini seperti halnya mayoritas rusunawa yang lain, yaitu menggunakan pola sirkulasi linear. Pola ini memudahkan untuk mengolah dan menempatkan hunian-hunian rusunawa dimana pola ini menempatkan hunian saling berhadapan dalam satu koridor saja. Pola sirkulasi linear dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.1 Bentuk trimatra rusunawa Siwalankerto Sumber foto pribadi, 2009

Pola ini mengikuti modul kolom pada rusunawa ini, sehingga tidak dijumpai kolom yang menghalangi jalur sirkulasi. Jalur sirkulasi pada rusunawa memanfaatkan koridor-koridor dalam rusunawa ini yang saling berhubungan. Lebar koridor pada rusunawa mencapai 2.5 m ini terasa cukup sesuai, hal tersebut terasa ketika satu jalur terdapat beberapa orang berpapasan seperti yang terlihat pada gambar 2.3 berikut ini.

Gambar 2.2 pola tatanan hunian dalam rusunawa Siwalankerto Sumber data hasil survey, 2009

(24)

Area balkon yang terdapat di depan unit hunian juga berfungsi sebagai ruang jemur, dimana pakaian, celana, selimut serta jemuran yang lain terpampang menutup balkon. Kejadian seperti ini sering dijumpai dari beberapa rusunawa. Namun secara tidak disadari bahwa hal kecil seperti ini mampu menimbulkan tampilan yang kurang baik dan tampilan yang terkesan kumuh. Pada rusunawa Siwalankerto mencoba memberikan aplikasi untuk masalah jemuran seperti pada gambar 2.3 berikut ini.

Gambar 2.3 keadaan koridor bagian dalam rusunawa Siwalankerto Sumber data foto pribadi

Gambar 2.4 aplikasi jemran pada balkon rusunawa Siwalankerto Sumber data foto pribadi

Pada gambar terlihat dimana tiang jemuran berada di balik dinding balkon sehingga pada balkon luar tidak tersentuh oleh jemuran. Aplikasi tiang jemuran juga tidak mengurangi bentang dari lebar balkon karena mengambil ruang pada sisi dinding balkon dimiringkan.

Suasana interior pada rusunawa ini jauh dari kata baik, hal tersebut terlihat dari cukup teraturnya penataan lampu serta kabel-kabel. Selain itu barang-barang dari penghuni rusunawa terlihat cukup rapi dalam penempatannya. Penggunaan dinding sebagai pembatas ruangan rusunawa tidak terlalu banyak ditemui. hanya pada tempat-tempat tertentu dinding digunakan, yaitu pada toilet.

Sementara pembatas ruang sebagai penggati dinding menggunakan papan yang sifatnya temporer. Sementara sarana kelistrikan untuk pencahayaan, sikulasi udara, serta penempatan sampah masih belum tertata dengan baik. Hal itu terasa

(25)

ketika kita berada pada area tengah rusunawa, maka kita akan terasa pengap dan sesak. Pencahayaan mayoritas menggunakan lampu, meskipun ada beberapa titik pada rusunawa yang menggunakan pencahayaan alami.

Sistem struktur pada rusunawa ini menggunakan bahan beton, dimana sistem struktur balok dan kolom bekerja sebagai penyalur beban kepada pondasi tiang pancang pada rusunawa ini. Kolom dan balok pada rusunawa ini menggunakan material beton bertulang seperti yang terlihat pada gambar 2.5 berikut ini. Sementara struktur atap pada rusunawa ini menggunakan bahan beton dengan menggunakan material penutup atap Genteng

Gambar 2.5 Balok pada langit-langit Sumber data foto pribadi

B. Aspek Kuantitas

Jumlah massa bangunan adalah 7 massa (blok) rusunawanya dengan pembagian zona pada tiap 2 blok (zona A, zona B dan zona C), ditambah dengan massa berupa masjid yang terletak di zona C. Luas lahan ±20.000 m2 dengan luas bangunan pada 1 blok rusun adalah ±4500 m2, sehingga luasan secara keseluruhan massa atau blok (7 buah blok) adalah ±31300 m2. Fasilitas-fasilitas yang terdapat pada rusunawa Siwalankerto adalah :

 Musholla pada tiap blok rusun dan terdapat pada lantai 2 dan 4.

(26)

 Ruang pertemuan pada tiap blok rusun berada di lantai 1.

 Parkir motor dan mobil.

 Meter air di tiap unit rusunawa.

 Km/wc pada tiap 2 unit.

 Dapur dan ruang jemur pada tiap 2 unit.

 Masjid yang terletak di dekat zona C.

 Ruang terbuka dan lapangan sepak bola.

 Tempat pembuangan sampah sementara berupa shaft sampah.

 Sistem pencegahan kebakaran sederhana.

Untuk kebutuhan ruang, pada masing-masing unit berukuran 3 x 6 m sebagai ruang utama. Sedangkan untuk km/wc, dapur dan ruang jemur menjadi satu bagian dari dua buah hunian seperti yang terlihat pada gambar 2.6 berikut ini.

Gambar 2.6 denah hunian Sumber data analisa survei, 2009

Pada fasilitas kamar mandi, dapur dan ruang jemur pada rusunawa Siwalankerto masih harus berbagi dengan tetangga. Hal ini dapat mengurangi rasa memiliki rusunawa sehingga dapat mengakibatkan kumuh atau kotornya area tersebut. Pada

(27)

tiap blok terdapat ruang pertemuan pada lantai 1 dan musholla pada lantai 2 dan 4. Ruang pertemuan disini juga berfungsi sebagai ruang serbaguna bagi warga rusunawa Siwalankerto. Tiap bloknya memiliki tangga yang berjumlah dua buah dan terletak disisi yang berbeda.

2.1.3.2. Rusunawa Waru Gunung Data proyek

Lokasi : Jl. Mastrip IX, Waru Gunung-Karang Pilang, Surabaya Jumlah unit : 12 unit per lantai

Pemilik : Pemerintah Propinsi Jawa Timur Dinas Permukiman Pembangunan : Perumnas Regional VI Jawa Timur

Luas lahan : ±30.000 m2 Luas lantai per unit : 21 m2

Jumlah penghuni : 552 KK (100 % telah dihuni)

Rusunawa Waru Gunung menggunakan sistem sewa dengan tata cara penarikan uang sewa setiap bulan yang dilakukan oleh Pemerintah Kotamadya Daerah ingkat II.

Rusunawa Waru Gunung merupakan kerjasama antara pemerintah Proponsi jawa timur Dinas Permukiman dengan Perumnas Regional VI Jawa Timur. Rusunawa Waru Gunung merupakan rusunawa yang diperuntukkan bagi umum. Saat ini penghuni pada rusunawa ini mayoritas bekerja sebagai karyawan industri, namun ada yang bekerja sebagai pegawai swasta dan pegawai negeri. Berikut akan dibahas selanjutnya didalam aspek kualitas dan aspek kuantitas.

A. Aspek Kualitas

Tampilan pada Rusunawa ini cukup sederhana dengan penataan lingkungan yang cukup bagus. Rusunawa Waru Gunung menggunakan arsitektur tradisional jawa dengan bentuk atap limasan. Bentuk atap limasan yang

(28)

mendominasi seluruh penutup atap tanpa menggunakan atap dek seperti pada tampilan gambar 2.7 berikut ini.

Dimana atap ini berfungsi sebagai Hal ini terlihat dengan adanya ruang terbuka di tiap masing-masing twin blok. Dinding bangunan menggunakan finishing plesteran dan cat sehingga pemakaian bata tidak terlihat sama halnya dengan rusunawa Siwalankerto. Pada tiap lantainya diberi sosoran untuk menghindari panas dan hujan secara langsung ke dalam bangunan. Aksen kolom diperlihatkan dengan pemberian warna cat yang berbeda dengan dinding.

Sementara pola sirkulasi pada rusunawa ini seperti halnya mayoritas rusunawa yang lain, yaitu menggunakan pola sirkulasi linear. Pola ini memudahkan untuk mengolah dan menempatkan hunian rusunawa. Pola ini mengikuti modul kolom pada rusunawa ini, sehingga tidak dijumpai kolom yang menghalangi jalur sirkulasi. Rusunawa Waru Gunung memiliki balkon yang menerus berupa koridor. Koridor ini juga berfungsi sebagai penghubung dengan tetangga-tetangga sebelah, lebar koridor pada rusunawa ini terasa cukup sesuai karena hal tersebut terasa ketika satu jalur terdapat beberapa orang berpapasan seperti yang terlihat pada gambar 2.8 berikut ini.

Gambar 2.7 tampilan Rusunawa Waru Gunung Sumber data foto pribadi

(29)

Gambar 2.8 denah lantai tipikal lantai 2-5

Sumber data dinas pengelolaan tanah dan bangunan

Selain itu koridor ini juga digunakan sebagai jemuran para warga rusunawa yang menyebabkan keadaan tersebut menjadikan image rusunawa sebagai hunian yang kumuh. Sehingga pada rancangan nantinya perlu diperhatikan penempatan jemuran yang tidak mengganggu tampilan luar bangunan.

Sistem struktur pada bangunan ini menggunakan struktur rangka, dimana kolom dan balok sebagai penyalur beban pada pondasi tiang pancang dari rusunawa ini. Kolom dan balok pada rusunawa ini menggunakan material beton bertulang. Sementara struktur atap pada rusunawa ini menggunakan rangka batang dengan material baja siku. Sedangkan untuk atap pada balai yang terdapat pada lantai dasar dekat parkir untuk kendaraan bermotor menggunakan pemakaian konstruksi baja tarik dan setengah kuda-kuda. Untuk atap penutupnya masih menggunakan bahan yang sama yaitu asbes seperti yang terlihat pada gambar 2.9 berikut ini.

Gambar 2.9 sistem konstruksi pada atap balai Sumber data foto pribadi

Sementara sistem pencahayaan pada rusunawa ini cukup baik dengan menggabungkan pencahayaan alami dengan buatan. Pencahayaan alami diperoleh dengan adanya jendela-jendela berukuran besar, sementara pencahayaan diperoleh dari beberapa lampu-lampu. Sementara sistem penghawaan pada rusunawa ini

(30)

cukup baik, karena bagian depan hunian langsung berhadapan dengan area luar. Untuk material dinding pembatas dari rusunawa ini menggunakan plesteran bata, sementara untuk pembatas dinding yang bersifat temporer mayoritas menggunakan material papan dan kayu.

Suasana interior pada rusunawa ini kurang baik, hal tersebut terlihat dari cukup teraturnya penataan lampu serta kabel-kabel. Selain itu barang-barang dari penghuni rusunawa terlihat cukup rapi dalam penempatannya. Penggunaan dinding sebagai pembatas ruangan rusunawa tidak terlalu banyak ditemui. hanya pada tempat-tempat tertentu dinding digunakan, yaitu pada  toilet. Sementara pembatas ruang sebagai penggati dinding menggunakan papan yang sifatnya temporer. Sementara sarana kelistrikan untuk pencahayaan, sikulasi udara, serta penempatan sampah masih belum tertata dengan baik. Hal itu terasa ketika kita berada pada area tengah rusunawa, maka kita akan terasa pengap dan sesak. Pencahayaan mayoritas menggunakan lampu, meskipun ada beberapa titik pada rusunawa yang menggunakan pencahayaan alami.

B. Aspek Kuantitas

Jumlah massa bangunan adalah 10 massa (blok) atau 5 buah twin blok untuk rusunawanya dengan pembagian zona pada tiap 2 blok (Nuri A-Nuri B, Podang A-Podang B, Jalak A-Jalak B, Manyar A-Manyar B, Kutilang A-Kutilang B), ditambah dengan massa berupa masjid yang terletak di zona C. Luas lahan ±30.000 m2 dengan luas lanai per unit 21 m2. Fasilitas-fasilitas yang terdapat pada rusunawa Waru Gunung adalah:

 Parkir motor dan mobil.

 Meter air di tiap unit rusunawa.

 Km/wc pada masing-masing unit hunian.

 Dapur dan ruang jemur pada masing-masing unit hunian.

 Masjid yang terletak di dekat zona C.

(31)

 Ruang terbuka dan lapangan sepak bola.

 Tempat pembuangan sampah sementara berupa shaft sampah.

 Sistem pencegahan kebakaran sederhana.

 Balai pada tiap blok rusun.

 Musholla pada lantai 2 pada setiap blok

Untuk kebutuhan ruang, pada masing-masing unit berukuran 7 x 3.8 m sebagai ruang utama. Sedangkan untuk km/wc, dapur dan ruang jemur terdapat pada masing-masing hunian yang terlihat pada gambar 2.10 berikut ini.

Pada tiap 3 blok terdapat sebuah balai yang terletak pada lantai dasar dekat parkir kendaraan bermotor. Pada tiap blok terdapat 1 buah tangga yang masing-masing berhadapan dengan blok di depannya. Kekurangan dari rusunawa ini terletak pada tidak adanya shaft sampah, sehingga pembuangan sampah masih kurang terkontrol.

Gambar 2.10 denah hunian Sumber data analisa survei, 2009

2.1.3.3. Rusunawa Urip Sumoharjo Data proyek

Lokasi : Jl. Urip Sumoharjo, Surabaya Jumlah unit : 12 unit per lantai

Pemilik : Pemerintah Propinsi Jawa Timur Dinas Permukiman Pembangunan : Perumnas Regional VI Jawa Timur

(32)

Luas lahan : ±30.000 m2 Luas hunian per unit : 21 m2

Jumlah penghuni : 552 KK (100 % telah dihuni)

Rusunawa Waru Gunung menggunakan sistem sewa dengan tata cara penarikan uang sewa setiap bulan yang dilakukan oleh Pemerintah Kotamadya Daerah ingkat II.

Rusunawa Urip Sumoharjo merupakan kerjasama antara pemerintah Proponsi jawa timur Dinas Permukiman dengan Perumnas Regional VI Jawa Timur. Rusunawa Waru Gunung merupakan rusunawa yang diperuntukkan bagi umum. Saat ini penghuni pada rusunawa ini mayoritas bekerja sebagai karyawan swasta dan perdagangan, namun ada yang bekerja sebagai pegawai negeri. Berikut akan dibahas selanjutnya didalam aspek kualitas dan aspek kuantitas.

C. Aspek Kualitas

Tampilan pada Rusunawa ini cukup sederhana dengan penataan lingkungan yang cukup bagus. Untuk menunjukkan tampak ataupun tipologi dari sebuah bangunan rusunawa yang mengaplikasikan bangunan arsitektur tropis modern, dimana banyak bukaan-bukaan yang minimalis dan menggunakan sun shading sebagai pelindung bangunan dari silau matahari dan tampias hujan. Sun shading disini selain memiliki fungsi juga menambahkan nilai keindahan atau estetika dari tampilan. Bentuk atap pelana yang mendominasi seluruh penutup atap tanpa menggunakan atap dek seperti pada tampilan gambar berikut ini.

Gambar 2.11 tampilan rusunawa Urip Sumoharjo Sumber data foto pribadi, 2009

(33)

Dimana atap ini berfungsi sebagai Hal ini terlihat dengan adanya ruang terbuka di tiap masing-masing blok. Dinding bangunan menggunakan finishing plesteran dan cat sehingga pemakaian bata tidak terlihat sama halnya dengan rusunawa Siwalankerto. Pada tiap lantainya diberi sosoran untuk menghindari panas dan hujan secara langsung ke dalam bangunan. Aksen kolom diperlihatkan dengan pemberian warna cat yang berbeda dengan dinding.

Sementara pola sirkulasi pada rusunawa ini seperti halnya mayoritas rusunawa yang lain, yaitu menggunakan pola sirkulasi linear. Pola ini memudahkan untuk mengolah dan menempatkan hunian rusunawa seperti pada gambar 2.12 berikut ini.

Pola ini mengikuti modul kolom pada rusunawa ini, sehingga tidak dijumpai kolom yang menghalangi jalur sirkulasi. Rusunawa Urip Sumoharjo memiliki balkon yang menerus berupa koridor. Koridor ini berfungsi sebagai penghubung dengan tetangga-tetangga sebelah, lebar koridor pada rusunawa ini terasa cukup sesuai karena hal tersebut terasa ketika satu jalur terdapat beberapa orang berpapasan. Sehingga pada rancangan nantinya perlu diperhatikan penempatan jemuran yang tidak mengganggu tampilan luar bangunan seperti pada gambar 2.13 berikut ini.

Gambar 2.12 denah lantai tipikal lantai 2-5 Sumber data analisa survei, 2009

(34)

Gambar 2.13 tampilan koridor yang menjadi ruang social Sumber data foto pribadi, 2009

Keadaan koridor cukup bersih, disamping sejuk karena tidak langsung terkena matahari sevara langsung juga keadaan udara yang cukup sejuk. Selain itu, pada koridor rusunawa Urip Sumoharjo merupakan suatu ruang yang menjadi tempat bersosial sekaligus tempat bermain anak-anak.

Sistem struktur pada bangunan ini menggunakan struktur rangka, dimana kolom dan balok sebagai penyalur beban pada pondasi tiang pancang dari rusunawa ini. Kolom dan balok pada rusunawa ini menggunakan material beton bertulang. Sementara struktur atap pada rusunawa ini menggunakan rangka batang dengan material baja siku. Sedangkan untuk atap pada balai yang terdapat pada lantai dasar dekat parkir untuk kendaraan bermotor menggunakan pemakaian konstruksi baja tarik dan setengah kuda-kuda. Untuk atap penutupnya masih menggunakan bahan yang sama yaitu asbes.

Sementara sistem pencahayaan pada rusunawa ini cukup baik dengan menggabungkan pencahayaan alami dengan buatan. Pencahayaan alami diperoleh dengan adanya jendela-jendela berukuran besar, sementara pencahayaan diperoleh dari beberapa lampu-lampu. Sementara sistem penghawaan pada rusunawa ini cukup baik, karena sirkulasi udara yang bagian depan hunian langsung berhadapan dengan area luar. Untuk material dinding pembatas dari rusunawa ini menggunakan plesteran bata.

Suasana interior pada rusunawa ini cukup baik, hal tersebut terlihat dari cukup teraturnya penataan lampu serta kabel-kabel. Selain itu barang-barang dari

(35)

penghuni rusunawa terlihat cukup rapi dalam penempatannya. Penggunaan dinding sebagai pembatas ruangan rusunawa tidak terlalu banyak ditemui. hanya pada tempat-tempat tertentu dinding digunakan, yaitu pada  toilet. Sementara pembatas ruang sebagai penggati dinding menggunakan lemari atau tirai yang sifatnya temporer. Sementara sarana kelistrikan untuk pencahayaan, sikulasi udara, serta penempatan sampah tertata dengan baik. Hal itu terasa ketika kita berada pada area tengah rusunawa, maka kita akan terasa cukup nyaman. Pencahayaan mayoritas menggunakan tidak menggunakan lampu pada siang hari, meskipun ada beberapa titik pada rusunawa yang menggunakan pencahayaan alami.

D. Aspek Kuantitas

Jumlah massa bangunan adalah 3 massa (blok) untuk rusunawanya dengan pembagian zona A, zona B dan zona C, ditambah dengan massa berupa musholla yang terletak di di tengah massa bangunan. Luas lahan ±30.000 m2 dengan luas lantai per unit 21 m2. Untuk kebutuhan ruang, pada masing-masing unit berukuran 3 x 7 m sebagai ruang utama. Sedangkan untuk km/wc, dapur dan ruang jemur terdapat pada masing-masing hunian seperti pada gambar 2.14 berikut ini.

Gambar 2.14 denah hunian Sumber data analisa survei, 2009

Pada bagian interior salah satu hunian pada rusunawa ini terlihat pengaturan ruangan serta penempatan perabotan-perabotan rumah tangga seperti

(36)

tempat tidur dan lemari tertata dengan baik dan rapi sehingga mencerminkan suatu hunian yang bersih dan nyaman seperti yang terlihat pada gambar 2.15 berikut ini.

Gambar 2.15 tampilan salah satu hunian Sumber data analisa survei, 2009

Pada tiap 3 blok terdapat sebuah balai yang terletak pada lantai dasar dekat parkir kendaraan bermotor. Pada tiap blok terdapat 1 buah tangga yang masing-masing berhadapan dengan blok di depannya. Kekurangan dari rusunawa ini terletak pada tidak adanya shaft sampah, namun pembuangan sampah masih terkontrol yaitu dengan didukung oleh anggota setiap hunian yang mengumpulkan sampah dalam kantong plastik dan dibuang ketika berangkat bekerja.

Fasilitas-fasilitas yang terdapat pada rusunawa Urip Sumoharjo adalah:

 Parkir motor dan mobil.

 Meter air di tiap unit rusunawa.

 Km/wc pada masing-masing unit hunian.

 Dapur dan ruang jemur pada masing-masing unit hunian.

 Masjid yang terletak di dekat di tengah massa.

 Ruang terbuka dan lapangan sepak bola.

 Tempat pembuangan sampah sementara berupa shaft sampah.

 Sistem pencegahan kebakaran sederhana.

(37)

 Perpustakaan.

Selain dari fasilitas-fasilitas tersebut diatas, pada Rusunawa Urip Sumoharjo memiliki suatu hal yang merupakan sumber pendapatan baru yaitu adanya food court yang letaknya tepat berada disamping rusunawa Urip Sumoharjo. Pada food court ini terdapat tujuh stan yang masing-masing menjajakan bermacam-macam makanan juga jenis minuman.

Gambar 2.15 denah food court Sumber data analisa survei, 2009

Food court setiap malam mampu menarik perhatian masyarakat sekitar untuk datang dan menikmati segala hal yang ada. Dengan penataan stan yang berjajar dan bangku-bangku yang tertata rapi.

Gambar 2.16 tampilan food court Sumber data foto pribadi, 2009

(38)

Pada food court ini, selain pengunjung dapat berkumpul dengan temen-teman dan menikmati makanan yang disediakan pada masing-masing stan juga terdapat hal yang tidak kalah menarik. Di bagian tengah area terdapat panggung kecil yang biasa digunakan sebagai tempat pertunjukkan baik nyanyian maupun acara hiburan lainnya, juga ditambah kolom kecil dengan air mancur di tengahnya sehinggga menimbulkan kesan yang nyaman dan damai.

Gambar 2.17 tampilan panggung pada food court Sumber data foto pribadi, 2009

2.1.4. Kesimpulan Hasil Studi

Tampilan dari ketiga rusunawa memiliki bentuk dan tampilan yang sama. Tampilan baik dari rusunawa Siwalan kerto dan rusunawa Waru Gunung menggunakan atap jawa limasan sedangkan rusunawa Urip Sumoharjo yang mengggunakan atap pelana. Penggunaan bahan material pada kedua studi kasus tersebut, pada dinding menggunakan batu bata dengan finishing pengecatan. Selain untuk memberi warna dan kesan kepada setiap mata yang melihatnya, warna tersebut juga memberi nuansa atau ciri khas tersendiri. Hal ini terbukti bahwa pemakaian warna pada tiap-tiap sudut diruangan, warnanya sama atau satu kesatuan.

Pencahayaan pada obyek studi kasus menggunakan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pada pencahayaan alami menggunakan jendela yang berfungsi sebagai sarana untuk memasukkan cahaya dan bukan sinar. Pada

(39)

tiap jendela terpasang sebuah kaca yang tebalnya sekitar 5mm. Penghawaan hanya menggunakan penghawaan alami. Seperti halnya pencahayaan, penghawaan juga menggunakan jendela ditiap-tiap dindingnya. Jendela dikedua obyek tersebut menggunakan daun pintu, agar dapat dibuka bila diperlukan. Strukturnya menggunakan sistem struktur rangka, bangunan berlantai satu karena lahan yang tersedia cukup luas. Pada bangunan di Indonesia umumnya menggunakan sistem struktur rangka.

Dari hasil pengamatan studi kasus, untuk tampilan arsitektural pada bangunan rusunawa ini menggunakan tampilan arsitektur tropis modern yang menyesuaikan dengan kondisi serta kebudayaan dengan lingkungan setempat. Dengan kesimpulan bahwa sebuah karya arsitektur harus mampu berkomunikasi dengan lingkungan serta karakter bangunan dapat mewakili lingkungan dan lebih ramah serta dikenal oleh masyarakat.

Untuk besar hunian sangat penting hubungannya dengan kenyamanan. Pada hasil survei ditemui masalah yang menyatakan bahwa ruang terlalu kecil, sehingga kesulitan saat ada penambahan jumlah keluarga. Jadi untuk masalah hunian besar mengikuti besar ruang seperti pada hunian rusunawa Urip Sumoharjo, namun juga disediakan perbaikan masalah tersebut dengan menyiapkan tambahan ruang. Sehingga disediakan bebrapa tipe hunian yang disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga.

Sedangkan untuk koridor, merupakan salah satu terjadinya hubungan sosial selain sebagai sirkulasi. Hal ini sering dijumpai pada rusunawa Urip Sumoharjo, dimana koridor menjadi lahan berbincang-bincang dengan tetangga dan tempat bermain bagi anak-anak. Sehingga untuk koridor tidak difungsikan sebagai tempat jemuran karena dapat mengurangi ruang gerak untuk kegiatan sosial. Untuk menambah sisi menarik ini pada rusunawa, maka perencanaannya rusunawa nanti juga dibangun suatu food court seperti yang pada rusunawa Urip Sumoharjo

2.2 Tinjauan Khusus Perancangan 2.2.1 Lingkup Pelayanan

(40)

Ruang lingkup pelayanan dan perancangan Rusunawa bagi warga kalangan menengah ke bawah ini adalah sebagai tempat pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat umum, untuk masyarakat yang berada pada lingkup area Surabaya surabaya. Diharapkan dapat membentuk suatu kawasan perumahan tersendiri bagi daerah Surabaya .

2.2.2 Aktifitas dan Kebutuhan Ruang

Dalam menentukan kebutuhan ruang dan aktifitas yang terjadi diperlukan tentang klasifikasi pemakai rusunawa. Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tujuan utama pemakai fasilitas yang direncanakan, sehinggga dapat diketahui tingkat aktifitasnya. Dalam perencanaan fisik, pemakai dibagi dalam :

A. Penghuni / keluarga yang menempati

B. Tamu rusunawa

C. Karyawan yang bekerja pada fasilitas rusunawa.

D. Pengunjung pujasera

Aktifitas yang terjadi dalam rusunawa yang telah dijelaskan dalam klasifikasi pemakai adalah penghuni / keluarga yang menempati, tamu atau pengunjung dan karyawan yang bekerja pada fasilitas rusunawa. Secara garis besar aktifitas yang terjadi dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Kebutuhan Ruang

KEBUTUHAN RUANG

KEGIATAN PEMAKAI KELOMPOK

AKTIFITAS

Menerima tamu/ kumpul keluarga

Bermain dan belajar mengajar Penghuni Public

Toko Jual- beli keperluan rumah

tangga

Penghuni Service

(41)

KEBUTUHAN RUANG

KEGIATAN PEMAKAI KELOMPOK

AKTIFITAS

musholla Beribadah Penghuni

Tamu rusunawa Karyawan Pengunjung

Public

Taman Tempat bermain anak-anak Penghuni

Tamu rusunawa Karyawan pengunjung

Public

Pos keamanan Menjaga keamanan Penghuni Service

Balai warga Acara khusus Penghuni

Tamu rusunawa

Acara khusus Penghuni

Tamu rusunawa Karyawan pengunjung

Service

Pujasera Berkumpul dan makan Penghuni

Tamu rusunawa Karyawan pengunjung

Service

Tempat parkir Parkir kendaraan Penghuni

Tamu rusunawa Karyawan pengunjung

Service

Lapangan olahraga Penghuni

Service

Sumber data analisa pribadi, 2009

2.2.3 Pengelompokan Ruang

Kelompok ruang dalam rusunawa mempunyai fungsi dan dimensi tertentu serta memenuhi peryaratan penghawaan, pencahayaan, suara dan bau untuk melindungi penghuni. Berdasarkan aktifitas yang terjadi ruang-ruang dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:

Kelompok hunian rusunawa

Kelompok fasilitas pendukung rusunawa

2.2.4 Perhitungan Kebutuhan Ruang

(42)

Berdasarkan aktifitas yang terjadi kebutuhan ruang dibagi beberapa kelompok yang kemudian disusun menjadi tabel.

Tabel 2.2 Perhitungan kebutuhan ruang

Kelompok Ruang yang

dibutuhkan

Perkiraan luas

Hunian rusunawa

Unit rusunawa

(terdiri dari ruang tidur, ruang tamu/ruang keluarga, dapur, km/wc, tempat cuci/ruang jemur)

Hunian tipe A : 21 m2 (3x7 m2)

Hunian tipe B : 42 m2 (6x7 m2)

Jumlah blok :4 blok (2 twin blok)

Jumlah hunian 256 hunian

Pembagian penempatan hunian

(43)

Kelompok Ruang yang Perkiraan luas dibutuhkan

- Sirkulasi 20% dari hunian

Koridor :

Depan : 1.5 x 3 = 4.5 m2

Sumber, hasil survei

Luasan keseluruhan 1 lantai :

12 unit tipe A + 4 unit tipe B + 16 koridor hunian + 1 tangga + 1 koridor tangga = (4x21m2) + (12x42 m2) + (16x4.5 m2) + (1x20 m2) + (1x6 m2) =

84 m2+504 m2+72 m2+20 m2+6 m2= 686 m2

Luasan lantai blok :

lt.1 + lt.2 + lt.3 + lt.4 =

686 m2 + 686 m2 + 686 m2 + 686 m2=

2744 m2/blok Total keseluruhan :

4 blok = 4 x 2744 m2 = 6368 m2 Perpustakaan mini Kebutuhan luasan tanah = 12 m2.

(hasil survei)

Musholla

(minimal dibutuhkan oleh kelompok penduduk 500 jiwa

Standar luasan 300 m2

(15m x 20m)

(Standar Neufert)

Ruang terbuka hijau

(taman sekaligus tempat bermain anak-anak)

Setiap 250 penduduk dibutuhkan minimal 1 taman dengan standar luasan minimal 250 m2 (standar = 1m2/ p)

Batasan/ asumsi perencanaan menampung 700 jiwa, sehingga :

700 : 250 = 2 taman

2 x 250 m2 = 500 m2

Setiap 2500 penduduk diperlukan lagi sekurang-kurangnya satu daerah terbuka di samping daerah-daerah terbuka yang telah ada pada tiap kelompok 250 penduduk

Standar luasan = 1250 m2 (standar = 0.5 m2/ p)

(Standar Neufert)

Total keseluruhan :

(44)

Kelompok Ruang yang Perkiraan luas dibutuhkan

500 m2 + 1250 m2 = 1750 m2

Pos keamanan

(dibutuhkan 2 pos keamanan pada lokasi perencanaan)

Luasan pos keamanan 9 m2 dengan jumlah satpam 2 orang.

Sehingga untuk 2 pos jaga :

2 x 9 m2 = 18 m2

(Standar Neufert)

Tempat parkir motor dan mobil penghuni

Asumsi yang memiliki kendaraan bermotor adalah 60% di tiap blok 60/100 x 64 = 38.4 = 40 sepeda motor

Asumsi parkir motor tamu 5% dari tiap blok =

5/100 x 40 = 2 motor

Asumsi parkir mobil tamu 2% dari 256 hunian =

2/100 x 256 = 5.12 = 6 mobil

Total kebutuhan parkir :

Motor penghuni

Total keseluruhan : 205 + 11 + 75 = 291 m2

(Standar Neufert)

Balai pertemuan warga Kebutuhan luasan menurut standar adalah 300 m2 (15m x 20m)

(Sumber, hasil survei)

Gedung serbaguna Kebutuhan luasan untuk GSG menampung 500 orang.

Luasan untuk tiap orang = 0.5 m2

(45)

36

Kelompok Ruang yang

dibutuhkan

Perkiraan luas

0.5 x 500 = 250 m2

Sirkulasi 30% = 30/100x250 = 75 m2

Total = 250 + 75 m2 = 325 m2

(Standar Neufert)

Pujasera Setiap stan 2 x 3 m (sumber, hasil survei)

Jumlah stan 7

7 x 6 = 42 m2

Bangku pengunjung

Tiap meja dengan 5 pengunjung 6 m2

(sumber, hasil survei)

6 x 10 = 60 m2

Sirkulasi 30%

42 + 60 x 30 % = 30.60 m2

Total 42 + 60 + 30.60 = 132.60 m2 Tempat parkir motor dan

mobil pengunjung

Motor pengunjung

Diperkirakan mencapai 50 orang

(0.8x1.6m)x50 = 64 m2

Mobil tamu : 6 mobil

(2.5 x 5) x 6 = 75 m2

Total keseluruhan : 64 + 75 + 41.70 = 180.70 m2

(Standar Neufert)

Total 17552 m2

Sumber data analisa pribadi, 2009

Perhitungan :

Luasan ruang diperoleh melalui data – data pendekatan literatur, literature tersebut adalah:

(46)

BAB III

TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN

3.1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi

Rencana pemkot menyediakan tempat tinggal yang layak bagi warga Surabaya dari kelas menengah ke bawah terus diwujudkan. Perkembangan terkini, pemkot akan membangun beberapa rumah susun sewa (rusunawa) baru di Surabaya. Berdasarkan informasi dari Pemerintah Kotamadya Surabaya melalui Dinas Cipta Karya bahwa saat ini beberapa wilayah yang sudah memiliki rusunawa yaitu wilayah Urip Sumoharjo, wilayah Warugunung, wilayah Sombo, wilayah Dupak, dan wilayah Penjaringan. Sedangkan untuk wilayah yang akan dibangun didapatkan informasi beberapa tempat yang akan diperuntukkan untuk membangun sebuah rusunawa, diantaranya yaitu wilayah Benowo, wilayah Pakal, wilayah Pandegiling dan wilayah Menanggal.

Beberapa lokasi yang diperuntukkan untuk rusunawa dipilih berdasarkan dari beberapa criteria oleh Pemerintah Kotamadya. Beberapa criteria tersebut adalah :

1. Lahan memang untuk diperuntukkan untuk pembangunan rusunawa.

Lahan milik pemerintah atau tanah pembebasan lahan yang penggunaannya masuk dalam tata rencana pembangunan kota.

2. Areal perkembangan pesat dengan aksesbilitas tinggi.

Wilayah dapat dijangkau oleh kendaraan pribadi, maupun angkutan umum yang berpengaruh dalam jangkauan wilayah.

3. Telah terlayani utilitas perkotaan.

Saluran air PDAM, saluran listrik dan saluran utilitas pendukung lainnya sebagai fasilitas pendukung dasar wilayah.

4. Dekat dengan kawasan industrii dan pergudangan.

Pabrik, gudang pusat perbelanjaan, tempat wisata dan bangunan yang bersifat komersial yang lain untuk memenuhi jumlah mata pencaharian / pekerjaan yang dibutuhkan.

5. Akses yang cukup mendukung.

Dapat dijangkau dari berbagai jalan besar

Dengan criteria di atas diharapkan masyarakat yang tinggal menjadi penghuni di rusunawa dapat merasa nyaman dengan lingkungan sekitar dan mampu menumbuhkan tingkat perekonomian dengan memanfaatkan potensi yang ada disekitar wilayah rusunawa.

(47)

Pada perkembangan rencana Pemkot untuk menyediakan tempat tinggal yang layak bagii warga Surabaya untuk kalangan menengah kebawah terus semakin diwujudkan. Berdasar dari Koran Kompas Senin, 26 mei 2009, 21:27 WIB didapatkan informasi bahwa Pemilihan wilayah rusunawa di Kota Surabaya bagian barat didasari oleh upaya pemerintah untuk pengembangan kawasan tersebut. Untuk wilayah Kota Surabaya bagian barat yaitu Benowo dan Pakal dimana tanah yang digunakan merupakan tanah milik PT KAI (Kereta Api Indonesia). Saat ini di wilayah Surabaya bagian barat pemerintah sedang membangun Surabaya Sport Center (SSC) yang nantinya juga ditambah dengan pembangunan sarana tambahan yaitu sentra PKL. Akan tetapi pada saat ini terdapat sedikit permasalahan dengan penempatan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang berada tepat disebelah lokasi pembangunan SSC saat ini, sehingga terdapat pertimbangan terhadap hubungan terhadap aktifitas olahraga di SSC nantinya dan kenyamanan sentra PKL nantinya yang akan dibangun.

Untuk wilayah Pandegiling merupakan area yang berdekatan dengan pusat kota dimana diwilayah ini terdapat banyak sekali bangunan komersial yang bergerak dalam berbagai bidang juga dekat dengan pusat perbelanjaan. Dengan jumlah bidang usaha yang bergerak disekitarnya menjanjikan lapangan pekerjaan yang cukup banyak. Keadaan situasi di wilayah menanggal tidak jauh berbeda dengan wilayah Pandegiling dimana disekitar lokasi terdapat banyak bangunan yang bersifat komersial baik pabrik, gudang maupun pusat perbelanjaan sehingga hal ini juga dapat menjanjikan lapangan pekerjaan yang cukup banyak.

Dengan berdasarkan criteria yang disebutkan oleh kotamadya Surabaya semua lokasi yang direncanakan diatas untuk rusunawa memenuhi syarat yang ditentukan. Namun untuk pemilihan lokasi lahan rusunawa yang dijadikan pada tugas akhir ini dipilih di wilayah Menanggal, karena pada lokasi ini dari sejumlah yang direncanakan oleh Pemerintah Kotamadya di anggap paling memenuhi criteria yang ditentukan.

3.2. Penetapan Lokasi

Berikut ini adalah penguraian secara detil kondisi fisik lokasi site yang dipilih. Letak site berada di kelurahan Menanggal kotamadya Surabaya. Dengan arahan penataan bangunan.

1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : Maksimal 60%

2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : Ketinggian 4 lantai (KLB 200%)

(48)

3. Garis Sempadan Bangunan (GSB) : diarahkan 10 meter 4. Luas lokasi site : ± 39350 m2 (3.9 Ha) Perhitungan :

60% x 39350 m2= 23610 m2 = 2.3 Ha

Luas lahan rencana yang dibangun : 12547.912 m2 = 1.2 Ha

Luas lahan terbuka : 23610 – 12547 = 11063 m2 = 1.1 Ha

Gambar 3.1 peta lokasi site

(49)

3.3. Fisik Lokasi

Berdasarkan beberapa pertimbangan pemilihan lokasi diatas, maka lokasi yang dipilih untuk rusunawa di Surabaya, diperuntukkan sebagai tempat permukiman penduduk, dengan mengetahui kondisi fisik site. Diantaranya :

A. Batas Wilayah

 Utara : Jalan Menanggal Utara

 Selatan : Jalan Menanggal III

 Timur : Jalan Menanggal

 Barat : Jalan Menanggal

B. Kedudukan Administrasi

 Propinsi : Jawa Timur

 Kotamadya : Surabaya

 Kecamatan : Gayungan

C. Kondisi Geografis

 Topografi

Data ketinggian tanah berdasarkan Peta Data Pokok Kota Surabaya Tahun 1992, lokasi proyek terletak pada kondisi topografi dengan ketinggian 3 meter terhadap ARP ( Air Rendah Purnama ).

 Geologi

Berdasarkan peta kemampuan tanah dan jenis tanah Peta Data Pokok Kota Surabaya Tahun 1992, kondisi tanah di wilayah perencanaan sebagai berikut :

Lereng : dengan kemiringan 0 – 2%

Kedalaman efektif tanah : lebih dari 90 cm

Erosi : tidak ada erosi

Jenis tanah : alluvial kelabu tua

 Klimatologi

Menurut Surabaya Dalam Angka Tahun 2007 data klimatologi kota Surabaya, temperature terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 22.50o C dan temperature tertinggi pada bulan Januari sebesar 36.50o C. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, yaitu sebesar 414 mm yang terjadi selama 23 hari hujan. Curah hujan terendah 9 mm terjadi pada bulan Agustus selama 7 hari hujan.

(50)

 Hidrologi

Wilayah site aliran air melalui saluran-saluran kecil di bagian tepi jalan yang kemudian dialirkan ke sungai kecil yang diapit oleh jalur kanan dan kiri jalan

3.3.1. Aksebilitas

Dari pengamatan hasil survei didapatkan beberapa data tentang aksebilitas yang didapatkan di lokasi, yaitu :

o Transportasi menuju lokasi site sangat mudah dicapai baik dari arah selatan

maupun dari arah utara karena terdapat satu jalur utama menuju lokasi.

S U

(Gambar 3.2 Sirkulasi Jalan Menanggal)

B T

o Keadaan jalan sekitar site baik, tidak ada yang rusak ( beraspal ) dengan lebar 4

meter dengan sistim 2 arah. Jalan ini termasuk dalam jenis jalan lokal sekunder.

(Gambar 3.3 Kondisi Jalan Menanggal)

o Dilalui kendaraan umum ( sarana transportasi cukup mudah) diantaranya yaitu,

.

(51)

3.3.2. Potensi Lingkungan

Potensi bangunan sekitar merupakan asset yang sebaiknya bisa di daya gunakan seoptimal mungkin untuk mendukung pengembangan kawasan perencanaan. Sehingga keberadaan fasilitas pendidikan dan fasilitas perkantoran bahkan suatu kawasan permukiman dan pertanian dapat dijadikan sebagai fasilitas yang menjadi faktor pemercepat perkembangan kawasan perencanaan. juga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam tahap mendesain.

o Pada potensi lingkungan sekitar site sebelah timur, terdapat fasilitas pendidikan

yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar dari tingkat SD sampai tingkat kuliah

o Pada potensi lingkungan sekitar site sebelah timur, terdapat beberapa

bangunan komersial yang dapat menunjang mata pencaharian.

(Gambar 3.4 Fasilitas Pendidikan Universitas UNIPA ADI BUANA (kiri), SMA N 15 (kanan))

(Gambar 3.6 Pabrik sabun PT Wings Surya dan pabrik kelapa sawit PT Pring Mas)

(52)

(Gambar 3.7 Carrefour dan Chito Mall)

o Sedangkan potensi lingkungan sekitar site sebelah utara dan barat terdapat

pemukiman penduduk dan fasilitas ibadah bagi masyarakat sekitar

(Gambar 3.9 Pemukiman penduduk) (Gambar 3.10 Fasilitas Ibadah)

Universitas UNIPA ADI BUANA

S

T B

U

Carrefour

Pabrik sabun PT Wings S

Pabrik kelapa sawit PT Pring Mas SMAN 15 SBY

Chito Mall

(Gambar 3.8 Lokasi bangunan komersial pada sekitar lokasi site)

3.3.3. Infrastruktur Kota

 Jaringan Listrik

(53)

Jaringan listrik; yang terdiri dari seluruh jaringan kabel listrik, gardu

induk, bangunan pembangkit,gardu hubung,gardu distribusi;VI - 12 Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan. Jaringan listrik sebagai pemenuhan terhadap kebutuhan listrik masyarakat.

(Gambar 3.11 Jaringan Listrik)

 Jaringan air bersih

Jaringan air bersih; yang terdiri dari jaringan pipa air bersih, meter

kontrol, menara penampungan, sambungan ke masing-masing bangunan, hidran umum, hidran kebakaran, kran umum dan bangunan pengambil air baku; Sebagai saluran air bersih dan air minum untuk kebutuhan sehari-hari warga dan fasilitas-fasilitas umum lainnya.

 Transportasi

Pencapaian ke tapak dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Beberapa kendaraan umum yang lewat pada wilayah ini adalah len HI, len DKM, len BM.

 Drainase

(54)

Saluran pembuangan pada wilayah ini menggunakan saluran-saluran kecil dibagian tepi jalan yang langsung dialirkan ke sungai kecil yang berada di tepi jalan.

(Gambar 3.12 Jaringan Saluran Air)

(55)

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

4. 1. Analisa Ruang

Analisa program ruang dilakukan untuk memperoleh gambaran hubungan antar ruang yang terbentuk serta pola sirkulasi antar ruang yang terjadi secara khusus dan pola sirkulasi antar bangunan/fasilitas yang ada secara umum. Langkah-langkah yang dilakukan adalah membuat diagram hubungan antar ruang untuk menentukan tingkat hubungan ruang.

4.1.1 Organisasi Ruang.

Berdasarkan hasil studi kebutuhan ruang dari beberapa fasilitas rusunawa pada bab 2.2.2, dapat disebutkan secara makro organisasi ruang / fasilitas yang direncanakan sebagai berikut:

Diagram 4.1. Organisasi ruang secara makro Sumber data analisa pribadi, 2009

(56)

4.1.2. Hubungan Ruang dan Sirkulasi

Hubungan ruang merupakan suatu saling keterkaitan antar ruang yang satu dengan yang lain sehingga memberi kemudahan sirkulasi di dalam obyek rancangan. Dalam hal ini penilaian hubungan ruang terbagi menjadi tiga yaitu :

o Hubungan dekat yaitu secara langsung.

o Hubungan sedang yaitu secara tidak langsung. o Hubungan jauh yaitu tidak berhubungan sama sekali.

Sirkulasi antar antar bangunan dalam tatanan massa

Diagram 4.4. Sirkulasi bangunan dalam tatanan massa

Pada sirkulasi antar bangunan tatanan massa dihubungkan oleh satu jalur jalan utama. Dimana jalan ini diterapkan agar dapat mempermudah hubungan antar bangunan nantinya. Untuk gedung rusunawa ditempatkan pada jangkauan pertama dari jalan utama yang merupakan bangunan utama dalam tatanan massa sedangkan untuk bagian pertokoan dan penunjang yang lain ditempatkan pada area komersial pada bagian samping bangunan rusunawa. Letak pertokoan ditempatkan pada bagian yang lebih dalam sedangkan pujasera letaknya pada area terluar dimana area tersebut bersifat publik dan mempunyai tingkat kesibukan yang tinggi.

(57)

Hubungan antar ruang berdasarkan fasilitas hunian secara makro

Sangat berhubung an / Dekat

Sedang

Tidak Berhubungan / Jauh

Hanya ada satu Sumber : Analisa Pribadi

Grafik 4.1 .Hubungan antar ruang fasilitas hunian

Sirkulasi antar ruang berdasarkan fasilitas hunian

Diagram 4.2. Sirkulasi Antar Ruang fasilitas hunian Sumber data analisa pribadi, 2009

Sirkulasi pada bangunan rusunawa dimulai dari lobby yang menjadi area entrance bangunan gedung. Dari lobby ditempatkan ditempatkan beberapa area, diantaranya yaitu kantor pengelola, gudang, KM/WC umum serta utilitas pendukung. Kemudian untuk menuju hunian melewati selasar-selasar bangunan sedangkan untuk naik pada hunian bagian atas dihubungkan melalui beberapa tangga. Sedangkan pada area tengah bangunan rusunawa ditempatkan area terbuka yang difungsikan untuk membantu sistem sirkulasi

(58)

udara dan penerangan. Berikut dibawah ini hubungan antar ruang berdasarkan salah satu hunian secara mikro

Grafik 4.2 .Hubungan antar ruang fasilitas hunian

Sirkulasi antar ruang berdasarkan hunian

Pada fasilitas umum ditempatkan dekat dengan bangunan rusunawa yang memudahkan warga untuk menggunakan fasilitas tersebut. Dimana balai, perpustakaan mini dan musholla menjadi satu bagian unit bangunan. Sedangkan untuk fasilitas penunjang seperti pujasera serta pertokoan ditempatkan pada area yang direncanakan sebagai area komersial. Pada bagian pertokoan ditempatkan agak kedalam sedangkan pujasera ditempatkan pada bagiaan tepi terluar area dimana area ini memiliki tingkat kesibukan yang lebih dibandingkan pertokoan juga dimaksudkan untuk menjadi landmark dari rusunawa. Berikut dibawa ini hubungan antar rruang fasilitas umum dan fasilitas penunjang.

Diagram 4.3. Sirkulasi Antar Ruang hunian Sumber data analisa pribadi, 2009

Sangat berhubungan / Dekat

Sedang

Tidak Berhubungan / Jauh

Sumber : Analisa Pribadi

Gambar

Gambar 2.10  denah hunian Sumber data analisa survei, 2009
Gambar 2.11  tampilan rusunawa Urip Sumoharjo   Sumber data foto pribadi, 2009
gambar 2.12 berikut ini.
Gambar 2.13  tampilan koridor yang  menjadi ruang social Sumber data foto pribadi, 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian- bagian yang distrukturkan secara

Penelitian ini merumuskan beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan tinggal penghuni rusunawa yakni diantaranya (1) Faktor lokasi berpengaruh terhadap kepuasan tinggal

Berdasarkan peraturan SNI Gempa 2012 maka akan direncanakan perhitungan perencanaan untuk desain gempa 1000 tahun pada bangunan Rusunawa Sumur Welut yang terletak di

Hasil dari proses perancangan RUSUNAWA dengan konsep bangunan hemnat energy diwujudkan dalam desain yang memiliki karakteristik sebagai berikut:.. Banguanan dibuat

Penelitian ini merumuskan beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan tinggal penghuni rusunawa yakni diantaranya (1) Faktor lokasi berpengaruh terhadap kepuasan tinggal

Area dapur atau area untuk memasak di rusunawa yang dijadikan satu dengan kamar mandi dan area untuk menjemur baju, area terbatas tetapi harus mencakup semua hal yang

Kombinasi beban rencana yang digunakan untuk analisis struktur gedung Rusunawa T-24 Parakan mengacu pada peraturan Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI

Secara individual warga tepi sungai jagir di Rusunawa Wonorejo pada aspek sosial, aspek psikologis dan aspek fisik merasakan dampak yang lebih baik, namun dalam aspek ekonomi merasakan