LAPORAN AKHIR
HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN
UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
(TAHUN II)
VARIASI KOSAKATA
BAHASA BALI DIALEK BALI AGA
PADA RANAH LAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
TIM PENELITI
Ketua
Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S.; NIDN 0006085605
Anggota
Prof. Dr. I Made Budiarsa, M.A.: NIDN 007015305 Prof. Dr. I Wayan Simpen,M.Hum.; NIDN 0031126071
Dr. Ni Made Suryati, M.Hum.; NIDN 0008065605
Dibiayai oleh
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan
Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaa Penelitian Nomor: 169/UN14.2/PNL.01.03.00/2015
UNIVERSITAS UDAYANA
NOVEMBER 2015
Bidang Unggulan* : Fungsi Bahasa
BAB I PENDAHULUAN
Seperti telah dikemukakan dalam penelitian Tahun I, bahasa Bali di Bali,
secara garis besar oleh Bawa {1983), dipilah atas (1) bahasa Bali Dialek Bali
Dataran (DBD), yang tersebar di daerah Bali dataran dan (2) bahasa Bali Dialek
Bali Aga (DBA) yang tersebar di daerah-daerah pegunungan pulau Bali, Nusa
Penida, dan di Nusa Lembongan. DBA memiliki struktur gramatikal, karateristik
leksikal, dan fonologis yang berbeda dengan DBD sehingga sulit dipahami oleh
penutur bahasa Bali DBD, apalagi oleh penutur bahasa lain.
Kesulitan pemahaman itu juga banyak dialami oleh para insan yang bergerak
di bidang pelayanan kesehatan sehingga paramedis dan dokter kadang-kadang
mengalami hambatan dalam menjalankan tugas akibat komunikasi kurang lancar.
Pustaka acuan untuk membantu pemahamannya juga sampai saat ini belum ada.
Hambatan kebahasaan dapat mengganggu keefektifan komunikasi, bahkan
kadang-kadang dapat menimbulkan simpang komunikasi (miscommnication),
yang dapat berakibat fatal dalam layanan kesehatan. Salah satu contoh, di dalam
bahasa Bali DBA di Nusa Penida dikenal kosakata bengel yang dalam dalam
diɲlek setempɲt ɳermɲknɲ‘sɲkit kepɲlɲ’, sementɲrɲ dɲlɲm DBD dɲn jugɲ dɲlɲm
Kamus Bahasa Bali – Indonesia (Panitian Penyusun, 1978), kata bengel bermakna
‘ɳintik-ɳintik gɲtɲl pɲdɲ kulit’. Jikɲ tidɲk diɳɲntu oleh merekɲ yɲng pɲhɲm diɲlek itu bisa jadi akan terjadi salah obat. Karena itu, diperlukan adanya acuan yang
dapat memudahkan penutur lain, terutama bagi mereka yang bergerak di bidang
pelayanan masyarakat, terlebih-lebih di bidang pelayanan kesehatan, memahami
DBA agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat, khususnya
pasien/klien (dan keluarga). Dari Senarai multidialektal mereka dapat mencari
istilah bahasa Bali umum, setelah itu mereka akan terbantu oleh Kamus Bali –
Indonesia. Dengan demikian, mereka dapat melakukan komunikasi secara efektif
dalam pelayanan dan asuhan kesehatan atau komunikasi antara dokter – pasien/klien (dan keluarga) dan antara paramedis – pasien/klien (dan keluarga).
Seperti yang diketengahkan oleh Ismani (2001) telah terjadi pergeseran
fokus asuhan kesehatan atau keperawatan dari peran kuratif menjadi peran
rehabilitatif. Hal ini terkait dengan kecenderungan perubahan pola penyakit dari
penyakit. infeksi menjadi penyakit degeneratif. Ini berarti, selain pengobatan, perlu dilakukan pembinaan pola hidup sehat dan promosi-promosi tentang
kesehatan bagi masyarakat. Karena itu, dalam pola asuhan kesehatan yang baru,
komunikasi merupakan kata kunci dan pemakaian bahasa, termasuk di dalamnya
etika berbahasa, memegang peranan penting dalam membangun komunikasi yang
efektif. Dalam komunikasi dengan pasien, dokter dan paramedis perlu
berkonvergensi secara linguistik. Soetjiningsih (2008) juga menekankan bahwa
salah satu hal penting dalam bertanya kepada pasien adalah dokter hendaknya
menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh pasien.
Salah satu program Pemerintah Bali dalam pembangunan masyarakat Bali di
bidang kesehatan.adalah upaya peningkatan kesehatan masyarakat yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah, pemerataan, dan kualitas pelayanan kesehatan
melalui Puskesmas dan jaringannya. Untuk menyukseskan program itu,
Pemerintah Bali membuat program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM)
yang memungkinkan pemerataan layanan kesehatan terhadap penduduk kurang
mampu. Semua kelompok masyarakat yang rentan memperoleh pelayanan
kesehatan gratis di desa sasaran
(http://www.diskes.baliprov.go.id/informasi/2010/10/program-kerja-dan-kegiatan)
Masyarakat Bali kelompok usia tua, dalam hal ini pasien yang lebih banyak
dengan keluhan penyakit degenertif, masih banyak yang monolingual dan
monolektal. Komunikasi dengan penutur monollingual bahasa Bali DBA
mengalami lebih banyak kesulitan karena bahasa Bali DBA sulit dipahami oleh
penutur DBD dan sampai saat ini belum ada senarai atau kamus tentang dialek
tersebut. Karena itu, selain melalui layanan kesehatan secara gratis, peningkatan
pemerataan dan kualitas layanan kesehatan perlu didukung dengan komunikasi
yang efektif, lebih-lebih adanya Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat, yang tentu memerlukan penyuluhan-penyuluhan atau sosialisasi pola
hidup sehat. Penyuluhan-penyuluhan akan menjadi efektif jika menggunakan
bahasa yang dapat dipahami oleh pesuluh dari segenap lapisan masyarakat.
ranah layanan kesehatan.
Berpautan dengan kenyataan tersebut, maka dipandang perlu dilakukan
upaya ke arah penyusunan senarai (kamus kecil) bahasa Bali DBA. Penelitian ini
bertujuan menginventarisasi variasi kosakata bahasa Bali DBA pada ranah
layanan kesehatan dengan target final tersusunnya sebuah senarai kosakata pada
ranah layanan kesehatan masyarakat yang multilektal dan Bali – Indonesia.
Kamus ini diharapkan dapat mendukung peningkatan layanan kesehatan di Bali,
yang berarti mendukung program pemerintah daerah provinsi Bali dalam upaya
peningkatan kesehatan masyarakat.
Bertolak dari latar belakang di atas secara umum permasalahan yang dibahas
dapat dirumuskan sebagai berikut.
(1) Bagaimanakah variasi kosakata bahasa Bali Dialek Bali Aga dalam
ranah layanan kesehatan masyarakat?
(2) Bagiamanakah perbandingan makna kosakata antarvariasi?
(3) Bagaimanakah hasil pengelompokan variasi secara dialektal leksikal?
(4) Bagaimanakah karakteristik gramatikal dan fonetis kosakata bidang
kesehatan bahasa Bali DBA?
Penelitian Tahun I dibatasi pada permasalahan no. (1) , (2), dan (3). Pada Tahun
II ini permasalahan difokuskan pada masalah (4) yang dapat dirinci sebagai
berikut.
1) Bagaimanakah karakteristik fonologis kosakata bahasa Bali DBA
dalam ranah layanan kesehatan?
2) Bagaimanakah karateristik morfologis kosakata bahasa Bali DBA
dalam ranah layanan kesehatan?
3) Bagaimanakah pengelompokan karakteristik fonologis dan
morfologis kosakata bahasa Bali DBA dalam ranah layanan
kesehatan antara?
sebuah senarai (kamus kecil) pada ranah kesehatan guna mendukung upaya
peningkatan layanan kesehatan masyarakat di provinsi Bali. Sesuai dengan
permasalahan Tahun II di atas tujuan khusus penelitian ini untuk Tahun II adalah
untuk (1) menelaah variasi fonologis kosakata untuk melihat adanya kata yang
mengalami proses fonologis tertentu sehingga dari segi pelafalan mirip dengan
kosakata lain dalam bahasa Bali DBD; (2) menelaah variasi morfologis kosakata
bahasa Bali DBA dalam ranah layanan kesehatan; (3) melakukan
pengelompokkan berdasarkan karateristik fonologis dan morfologis kosakata
bahasa Bali DBA dalam ranah layanan kesehatan di seluruh Bali. Untuk
memperoleh gambaran yang menyeluruh pada tataran leksikal, maka selain untuk
ketiga tujuan di atas, khusus untuk kosakata DBA dalam ranah layanan kesehatan
di Kabupaten Buleleng dan Tabanan akan dikaji juga berdasarkan variasi leksikal
dan pengelompokan dialektalnya. Penelitian Tahun II ini menyisakan tujuan akhir
penelitian, yakni penyusunan senarai/kamus kosakata DBA pada ranah layanan
kesehatan, yang direncanakan dilakukan pada penelitian Tahun III.
Lokasi penelitian untuk Tahun II ini adalah daerah sebar DBA di Kabupaten
Buleleng dan Tabanan agar diperoleh gambaran karateristik fonologis dan
morfologis kosakata DBA pada ranah layanan kesehatan di seluruh Bali. Selain
itu juga agar dapat digambarkan variasi leksikal dan pengelompokan dialektal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian terhadap bahasa Bali dalam berbagai aspeknya telah banyak
dilakukan. Akan tetapi, penelitian yang bersentuhan dengan bahasa Bali DBA
masih terbatas dan pembahasan variasi bahasa Bali DBA umumnya tercakup
dalam penelitian dialektologi di Bali.
Penelitian bahasa Bali yang merupakan studi dialektologi dirintis oleh Bawa
(1979/1980) dengɲn penelitiɲn ɳerjudul “Bɲhɲsɲ Bɲli di dɲerɲh Propinsi Bɲli: Seɳuɲh Pemeriɲn Geogrɲfi Diɲlek”. Penelitiɲn ini kemudiɲn dikemɳɲngkɲn menjɲdi “Bɲhɲsɲ Bɲli di Propinsi Bɲli: Seɳuɲh Anɲlisis Geogrɲfi Diɲlek” (1983).
Kedua penelitian tersebut menerapkan metode pupuan lapangan dalam
mengumpulkan data. Analisis fonologisnya menerapkan kajian dialektologi
struktural, sedangkan analisis leksikalnya menerapkan metode dialektometri.
Dilihat berdasarkan realisasi fonem vokal, Bawa mengelompokkan variasi
bahasa Bali menjadi lima, yakni (1) bahasa Bali Baku, (2) bahasa Bali Daerah [a]
yang terdapat di daerah Bali Aga, (3) bahasa Bali Daerah [ə] yang terdapat di
daerah di luar Bali Aga, kecuali Tabanan, dan (4) bahasa Bali Daerah [ɤ] yang
terdapat di beberapa daerah di Kabupaten Tabanan dan (5) bahasa Bali Daerah
[ɔ], yang terdapat pada beberapa desa pada beberapa wilayah di Kabupaten
Tabanan. Berdasarkan realisasi konsonan /t,d,s,n,l,r,k/., bahasa Bali dipilah atas
(1) dialek dengan realisasi [t,d,s,n,l,r,k] dan (2) dialek dengan realisasi [ʈɖʂ ,
ɭ, ɽ, ʔ]. Dilihat berdasarkan distribusi fonem, bahasa Bali dikelompokkan atas dialek yang mengenal fonem /h/, baik pada kata-kata serapan maupun kata-kata
sehari-hari, pada posisi awal dan posisi antarvokal; dan kelompok dialek yang
mengenal fonem /h/ pada kedua posisi tersebut hanya terbatas pada sejumlah kata
serapan. Dengan melihat variasi fonologis dan leksikal, Bawa secara garis besar
mengelompokkan bahasa Bali menjadi dua, yakni bahasa Bali Dialek Bali Aga
Sejalan dengan penelitian Bawa, di Bali banyak dilakukan penelitian
dialektologi dengan model yang sama dengan penelitian Bawa (1979/1980 dan
1983). Selain sebagai bagian penelitian Bawa, telah ada beberapa kajian dialek
geografis terhadap bahasa Bali di Kabupaten Tabanan yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Dhanawaty (1984, 1985). Dari kedua penelitian itu dapat
diketahui bahwa di daerah Tabanan terdapat dua kelompok dialek, yakni bahasa
Bali dialek Bali Aga yang terdapat di daerah Sanda dan bahasa Bali dialek
Dataran di daerah pengamatan lainnya..
Kajian dialek geografis terhadap bahasa Bali di Kecamatan Nusa Penida
telah dilakukan oleh Madia (1984), yang mengkaji sistem fonologisnya
berdasarkan dialektologi struktural dan oleh Adhiti (1984) yang meneliti variasi
kosakatanya. Hasil penelitian Madia, secara garis besar, mengelompokkan bahasa
Bali di Kecamatan Nusa Penida atas dialek pegunungan, dialek dataran, dan
dialek Lembongan.
Kajian dialek geografi terhadap bahasa Bali di Kabupaten Karangasem
dilakukan oleh Sukartha (1980). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bahasa
Bali di Karangasem dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) dialek [a] yang
tersebar di daerah Bali Aga yakni Seraya, Bunutan, dan Tenganan; (2) dialek
[O] yang terdapat di daerah Tangkup dan Antigua; (3) dialek [ə] yang terdapat di
titik pengamatan lainya. Daerah asal transmigran Bali Karangasem di Lampung
Tengah tergolong daerah pakai bahasa Bali dialek [ə].
Penelitian senada telah merambah bahasa Bali pada semua kabupaten di
Bali. Penelitian dialek geografis lainnya yang berobjekkan bahasa Bali, antara lain
Bahasa Bali di Kabupaten Klungkung: Seɳuɲh Anɲlisis Geogrɲfi Diɲlek” (1985)
oleh Bawa dkk. Semua penelitian yang disebutkan di atas dan beberapa penelitian
dialektologi lainnya memusatkan diri pada bahasa Bali secara keseluruhan, dalam
artian mencakupi juga bahasa Bali DBA, namun kosakata yang diteliti bersifat
umum dan kosakata yang menyangkut bidang kesehatan sangat terbatas.
Bagaimana pun kajian leksikal penelitian-penelitian tersebut berkontribusi
Dhɲnɲwɲty dkk. (2012) dɲlɲm penelitiɲn yɲng ɳerjudul “Model Akomodasi dalam Upaya Pengembangan Toleransi Antaretnis Pada Masyarakat Transmigran
di Provinsi Lɲmpung”, menjɲdikɲn konvergensi lingusitik dɲlɲm komunikɲsi paramedis—pasien sebagai bagian pembahasan. Dari penelitian yang dikumpulkan dengan menerapkan metode simak dan cakap; dan metode analisis
padan intra maupun ekstralingual (Band. Mahsun, 2005) yang didukung teori
akomodasi komunikasi dapat diketahui bahwa konvergensi bahasa berperan
penting dalam membangun hubungan asosiatif atau hubungan sosial yang
harmonis, tidak saja hubungan sosial intraetnis, tetapi juga hubungan sosial
antaretnis. Salah satu bagian penting hasil penelitian tersebut yang relevan
dengan penelitian ini adalah bahwa konvergensi linguistik yang dilakukan oleh
paramedis ke arah para pasiennya di Lampung terbukti berhasil mengefektifkan
komunikasi paramedis—pasien/klien.
Dhanawaty dkk (2014) sedang melakukan Tahun I dari penelitian ini. Hasil
penelitian sementara menunjukkan bahwa DBA di tingkat internal bervariasi dan
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini memedukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif diterapkan dalam melakukan pengelompokan variasi, selebihnya
digunakan pendekatan kualitatif. Tahapan pengumpulan data digunakan metode
simak, baik simak libat cakap maupun simak bebas libat cakap, dan metode cakap
semuka (periksa Sudaryanto, 1988). Metode tersebut didukung oleh teknik catat
dan rekam. Pada tahapan analisis data diterapkan metode metode distribusional
untuk kajian gramtikalnya; metode padan fonetis artikular, untuk kajian fonetis,
metode padan translasional, dan padan referensial untuk kajian leksikalnya
(Sudaryanto; dan, 1993) yang oleh Mahsun (2005) masing-masing
dikelompokkan menjadi metode padan intralingual dan metode padan
ekstralingual. Pengelompokan variasi dilakukan dengan menerapkan metode
dialektometri dengan rumus yang dikemukakan oleh Seguy dan pengelompokan
oleh Guiter, dengan rumus sebagai berikut.
periksa Ayatrohaedi (1978) dan Lauder (2003).
Analisis juga bertolak dari Teori Akomodasi Komunikasi.
Hasil analisis disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal.
(s x 100)
= d%
N
s = jumlah beda
N = jumlah leksikon yang dibandingkan d = jarak kosakata
BAB III VARIASI LEKSIKAL
KOSAKATA BAHASA BALI DIAKEK BALI AGA
BIDANG LAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
Pembahasan deskripsi variasi leksikal kosakata bahasa Bali dialek Bali Aga
bidang istilah kesehatan dilakukan dengan mendeskripsikan kosakata yang
bervariasi di dalam lima medan makna. Kelima medan makna tersebut adalah (1)
medan makna nama bagian tubuh; (2) medan makna penyakit dan pengobatannya;
(3) medan makna gerak dan kerja; (4) medan makna kata ganti, sapaan, dan
acuan; dan (5) medan makna sistem kererabatan. Kosakata yang terdapat di
daerah pengamatan dibandingkan dengan kosakata bahasa Bali Umum (BBU).
Hal itu dilakukan untuk mengetahui seberapa jarak kosakata antara BBU dan
DBA di desa Pedawa dan Sembiran di Kabupaten Buleleng yang menjadi objek
penelitian sehingga dapat diketahui perbedaan kosakata BBU dengan kosakata
DBA pada ranah kesehatan masyarakat di dua desa tersebut.
Perlu disampaikan bahwa untuk tiga medan makna, yaitu medan makna
bagian tubuh, medan makna penyakit dan pengobatan, dan medan makna gerak
dan kerja masing-masing variasi leksikalnya disajikan hanya 20 kosakata. Hal itu
dilakukan untuk lebih mengefektifkan hasil penelitian ini. Jumlah variasi leksikal
secara utuh disajikan dalam perhitungan dialektometri untuk menentukan status
hubungan antara BBU dengan DBA di dua desa yang sudah ditentukan.
4.1 Variasi Leksikal Medan Makna Bagian Tubuh
Deskripsi variasi leksikal bagian tubuh dilakukan dengan membandingkan
114 glosa di di dua desa, yakni Desa Pedawa dan Sembiran. Berdasarkan data
yang diperoleh, dapat diuraikan variasi kosakata medan makna bagian tubuh
sebagai berikut.
Dari 112 glos yang dibandingkan, yang diuraikan hanya kosakata yang
menunjukkan variasi leksikal di dua desa atau daerah penelitian (DP) yang telah
Glosa 'anak tekak' pada BBU disebut [cantik k kɔlɔŋan], di Desa Belantih sama dengan BBU, di DP Pedawa disebut [kancɪl kolɔŋan] dan di DP Sembiran disebut [batʊn kuluŋan]
Glosa ‘bibir’ sumbing beriannya di DP Pedawa sama dengan salah satu
berian pada BBU yaitu [cuŋɪh/; di DP Sembiran [cuŋɪk] . Berian pada ketiga DP ini sesungguhnya hanya berbeda secara fonologis, namun dalam BBU selain
[cuŋɪh] ditemukan juga berian [suwɪŋ] .
Glosa ‘ɳulu kuduk; dɲlɲm BBU ɳeriɲnnyɲ [bulʊn cikʊt] atau [bulun kalɔŋ] ,
pada DP Pedawa sama dengan salah satu berian BBU, yakni [bulʊn kalɔŋ] ,
sementara di DP Sembiran [bulʊn bətʊt]
Glos ‘kɲntung kemih’ dalam BBU /siksikan/, pada DP Pedawa [kəmbʊŋan] . Di DP Sembiran sangat unik, yakni [kantɔŋ butʊh] .
Glosɲ ‘mɲtɲ kɲki’ di DP Pedɲwɲ ɳeriɲnnyɲ sɲmɲ dengɲn pɲdɲ BBU, yɲitu
/matan batis/, sementara di DP Sembiran diperoleh berian [kəmɔŋ kəmɔŋan] .
Glosɲ ‘kuduk’, pɲdɲ BBU ɳeriɲnnyɲ [tuəd baɔŋ] , pada DP Pedawa disebut
[kalɔŋ] , dan pada DP Sembiran disebut [bətʊk]
Glosɲ ‘tulɲng rusuk’, pɲdɲ BBU ditemukɲn ɳeriɲn /tulaŋ iga iga/, pada DP
Pedawa ditemukan berian [tulaŋ usʊk] , dan pada DP Sembiran disebut [tulaŋ kəpət] . Untuk lebih lengkapnya variasi leksikal yang ditemukan dapat dilihat pada Bagan 1 berikut ini.
Bagan 1 Variasi Leksikal Kosakata pada Medan Makna Alat-Alat Tubuh.
No. Glosa BBU DP Pedawa DP Sembiran
1 anak tekak
2 Bibir
sumbing [su ɪŋ], [cuŋɪh] [cuŋɪh] [cungɪk] 3 bulu kuduk
[bulʊn cikʊt] [bulʊn kalɔŋ] [bulunb ţʊţ
4 cambang
[capɪŋ], [kalɛs] [kalɛs] [kalɪs] 5 kantung
kemih [siksɪkan] [k mbʊŋan kantɔŋ butʊh
6 kepala botak
[l ŋar] [baŋlah] [bonglak]
7 ibu jari
[inan lim [imen ima] Liman meme
8 gigi yang bertumpuk tumbuhnya
[manjak] [giŋsʊl] [ktula]
9 jari manis [linjɔŋ] [lɛʔ] [lɛk] 10 jari tengah [lɛk] [lenjɔŋ] [njɔng] 11 kepala [sirah], duʊr. təras [təras] [gundʊl]
12 kerongkonga
n [kɔlɔŋan] [kəkɔlɔŋan [bahʊng] 13 lipatan kaki
[ceŋkɔd] [tagəlaŋ batɪs] [s lakapak]
14 mata juling
[dil ŋ], [sero] [sero] [sahʊp]
15 ...mata kaki [matan batɪs] [matan batɪs] [k mong-k mongan] 16 ...punggung [tundʊn] [tundʊn] [pundʊk] 17 (kuduk) [tuw d baɔŋ]
[kalɔŋ] [b tʊk]
18 ...tulang
punggung [tulaŋ gi ɪn] - [tulaŋ pundʊk]
19 ...tulang rusuk [tulaŋ ig ig ] [tulaŋ usʊk] [tulaŋ k p t] 20 tumit [jɛŋgot batɪs]
[togɔk] [gɛnjɔt]
4.2 Variasi Kosakata Medan Makna Gerak dan Kerja
Variasi kosa kata medan makna gerak dan kerja dilakukan dengan
membandingkan 111 kosakata. Berdasarkan pengamatan di empat desa ada empat
kata yang tidak ditemukan beriannya. Glosa 'memɳɲlut (lukɲ)’, pɲdɲ DP
Sembiran ditemukan berian sama dengan BBU, yakni [mədbəd] , sementara pada DP Pedawa ditemukan berian [mɔntɔt].
Untuk glosɲ ‘ɳerkelɲhi’ ditemukɲn ɳeriɲn [miyəgan/mərəbat] pada BBU, pada DP Pedawa ditemukan berian [məjaɔran] , dan pada DP Sembiran ditemukan berian [məgəlʊt].
Glosɲ ‘memeluk’, pɲdɲ BBU ɳeriɲnnyɲ [ŋəlʊt] , pada DP Pedawa ditemukan berian [məməlʊʔ], sama dengan dalam bahasa Indonesia. Pada DP Sembiran ditemukan berian [mrɔkɔt]
Glosɲ ‘memijit’, beriannya sangat bervariasi. Pada BBU ditemukan berian
[ŋusʊg] atau ŋuladaŋ, pada DP Pedawa ditemukan berian [ əljəl] , dan
[ŋəludlad] , pada DP Sembiran ditemukan berian [məcək] dan [ŋuhutaŋ]
Glosɲ ‘ɳersɲndɲr’, pɲdɲ BBU, ɳeriɲnnya [məsadah] dan [ əlɛlɛg] , berian pada DP Pedawa untuk glosa ini adalah [ əlɛlɛd] . Jadi hanya berb\eda secara fonologis. Pada DP Sembiran berian untuk glosa ini adalah [məsadahan] , hanya berbeda secara norfologis dengan berian [məsadah] akibat tambahan sufiks {-an}
Glosɲ ‘menyuruh’, dɲlɲm BBU ditemukɲn ɳeriɲn [nundɛn] , pada DP Pedawa dan Sembiran ditemukan berian yang sama, yaitu [ŋəsʊh] . Variasi lebih lengkapnya dapat dilihat pada Bagan 2 berikut ini.
No. Glosa BBU DP Pedawa DP Sembiran
3. ...bujuk (meng-) [ŋ l m sɪn] [ŋajʊ
m ajʊm] ape-ape 4. ...kelahi (ber) miy gan,
m r bat] [məjaɔran] [məgəlʊt 5. larang (meg-)
[nɔmbaaŋ] [ni aʔ] /[maaʔ] [ngara dadi/da] 6. Peluk (meng-) [g lʊt]
[məməlʊʔ] [mrɔkɔt] 7. ...pergi [məgədi] [uwas] [luwas] 8. ...pijit (meng-) [ŋusʊ
g] [jəljəl] /[məludlad] [məcək/nguhʊtaŋ] 9. raba (meng-) [ŋadab] [ŋusʊd] [ŋadab-ŋadab] 10. rangkul
(meng-) [saŋkɔl] [mərambaŋ] [mərɔkɔt] 11. ...sandar ber-) məsadah]
[ əlɛlɛd] [məsadahan] 12. ...suruh (meng-)
[nundɛn] [sʊh] /[sʊha [ngəsʊh/suha] 13. ...tunjuk (meng-)
Bagan 3 Variasi Leksikal Medan Makna Obat dan Pengobatan
No. Glosa BBU DP Pedawa DP Sembiran
1. ...bekas luka [tampak tatu] [mətampaɁ tatu] laja ogak
2. ...berkunang- kunang [məkunaŋniŋan] [məkunaŋ
kunaŋan]
[kuting-kutingən] 3. borok [bərʊŋ] [ntʊlan] /[kɔrɛŋ]/
[məbə əh] -[bə`rʊŋ] 4. burut/hernia [basaŋ
məcəlɔs] [saŋlɪr] [basang aʊd]
5. campak [ɛdɛh] [nəmpi] [sampəh]
6. epilepsi [ayan] [ayan] [tunggah]
7. gigi berlobang [gigi bərək] [cərɔŋrɔʔan] [gigi bɔrɔk]
8. gigi tanggal [gigi kəpʊs] [kətɔs] [gigi kəpʊh 9. ...Influenza [paad] [paad] /[pəŋəŋ]/
[ŋəbʊs diŋɪn]
[mappəhah/ pəŋəŋ]
10. kaki gajah [bətəg] [bədasa] [bətəg]
11. ...keguguran [krurɔn] [ŋəlabuhwaŋ] [ŋlabuhaŋ]
12. kejang [ŋəjat] [kəjət kəjət] [krəjəŋ]
13. letih lesu [ɔɔn] [lələh] [ləmət]
14. ...luka [mətatu/sidə [mətatu] [sida]
15. mata gelap [pəpətəŋən] [kəpələŋan] [kutiŋ-kutiŋan]
16. mata kabur lamʊr [urəm] [lamʊr]
17. mata kemasukan
sesuatu [kəsip] [səpənan] [səppənnən]
18. memar [balan] [irəm] [ləbəŋ]
19. mencret [misɪŋ] [parʊs] [mancʊr/lɔlɔs]
20. ...menguap ...[məwaban] [muwaban] [muhabban]
22. ...perut buncit [basaŋ bacl] [basaŋ bəntaŋ] [badɔh]
4.3Variasi Kosakata Medan Makna Gata Ganti, Sapaan, dan Acuan
No. Glosa BBU Pedawa Sembiran
MORFOLOGIS BAHASA BALI DIALEK BALI AGA
4.1 Variasi Fonologis
Variasi bentuk linguistik yang diperoleh dengan membandingkan 377 glos
meliputi; (1) glos yang berian-beriannya bervariasi secara leksikal; (2) glos yang
berian-beriannya bervariasi secara fonologis; dan (3) glos berian-beriannya tidak
bervariasi, baik secara leksikal maupun secara fonologis. Di dalam glos yang
beriannya berbeda secara leksikal terdapat juga variasi fonologis yang meliputi
variasi fonem dan suku kata.
Kenyataan menunjukkan bahwa sering sekali sebuah glos memiliki berian
yang berbeda secara leksikaldan fonologis. Jika sebuah glos memiliki berian yang
berbeda secara leksikal juga memilikivariasi secara fonologis, makaberianglositu
dianggap berbeda secara leksikal, karena derajat perbedaan leksikal lebih tinggi
dari padaderajat perbedaan fonologis.Walaupundemikian,
variasifonologisnyajugaakandibahasdalambabini.
Perbedaan segmen bahasa, khususnya BBU dan BBDBA, dapat terjadi
secara teratur dan tidak teratur (sporadis). Perbedaan bunyi bahasa, baik yang
terjadi secara teratur maupun tidak teratur (sporadis) masing-masing berkaitan
erat dengan ciri linguistik dan ciri geografis.
Secara linguistik, perbedaan bunyi bahasa secara teratur dan sporadis
terjadi karena ada tidaknya persyaratan lingkungan linguistik tertentu. Perbedaan
bunyi dikatakan terjadi secara teratur (variasi teratur) apabila ada persyaratan
lingkungan linguistik tertentu, sedangkan dikatakan tidak teratur (variasi sporadis)
terjadi apabila tidak ada persyaratan lingkungan linguistik tertentu. Secara
geografis, perbedaan bunyi dikatakan teratur apabila penyebaran variasinya di
titik pengamatan yang sama dan perbedaan bunyi sporadis apabila penyebarannya
tidak di titik pengamatan yang sama. Dengan demikian, perbedaan bunyi itu
terjadi secara teratur apabila ada persyaratan lingkungan linguistik tertentu dan
penyebaran tiap-tiap variasinya di titik pengamatan yang sama. Begitu juga,
perbedaan bunyi dikatakan sporadis, apabila kemunculannya tidak diperlukan
syarat lingkungan linguistik tertentu dan penyebaran tiap-tiap variasinya tidak
lingkungan linguistik tertentu, tetapi jika wilayah sebarnya tidak sama, maka
perbedaan itu dianggap sporadis.
Berdasarkan uraian di atas dan data yang berhasil dikumpulkan, dalam BB
bidang layanan kesehatan ditemukan perbedaan bunyi yang teratur selanjutnya
disebut variasi teratur dan yang tidakteratur selanjutnya disebut variasi sporadis.
Untuk selanjutnya, variasi bunyi secara teratur akan ditandai dengan lambang ≈
dan variasi bunyi sporadis ditandai dengan lambang ~.
Sesuai dengan temuan jenis bunyi BB bidang layanan kesehatan. bahwa
bunyi bahasa terdiri atas bunyi vokal dan konsonan, serta variasi suku kata; maka
ketiga jenis variasi ini masing-masing memuat variasi vokal, konsonan, dan
suku kata. Dengan demikian, disajikan (1) variasi bunyi teratur yang meliputi
variasi bunyi vokal dan variasil bunyi konsonan; (2) variasi bunyi sporadis yang
meliputi variasi bunyi vokal dan variasi bunyi konsonan; serta (3) variasi suku
kata, baik yang teratur .
4.1.1 Variasi Teratur
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan maka dapat dikeahui bahwa
variasi teratur hanya dapat terjadi pada vokal dan konsonan; sedangkan variasi
suku kata tidak ditemukan. Berikut disajikan uraiannya.
4.1.1.1 Variasi Vokal yang Teratur
Variasi vokal teratur berdasarkan data ditemukan 9 buah. Kesembilan
buah variasi itu diuraikan sebagai berikut.
1) Vokal [i-]≈ [ɛ-] / # __ K
Vokal atas, depan, tak bundar [i] berkorespondensi dengan vokal atas,
tengah rendah, tak bundar pada posisi awal. Penyebaran varian [i] terdapat pada
BU dan DBA di Desa Belantih, Ped, Sembiran; sedangkan varian [3] umumnya terdapat di Desa Klumpu. Hal itu dapat diketahui berdasarkan data berikut
No. Glos Varian [i-] Varian [ɛ---]
1. ‘gusi’ [ist: BU, Belantih, Ped ɛst: Seraya, Klumpu 2. ‘ibujari’ [inanlimE]: BU,
3. ‘intip’ [intIp]: BU, Belantih,
Vokal [i] berkorespondensi dengan vokal [3] pada ultima, dimana varian [i] terdapat pada BU dan di daerah BA di desa Belantih, dan Sembiran, varian [3] umumnya terdapat di Desa Klumpu; sedangkan Desa Ped dan Seraya T
kadag-kadang menggunakan kedua varian. Berikut disajikan contoh-contohnya.
Vokal atas, depan tak bundar [i] berkorespondensi dengan vokal tengah,
depan, tak bundar pada posisi ultima. Untuk penyebaran masing-masing varian
dapat diketahui berdasarkan contoh berikut ini.
No. Glos Varian [-i-] Varian [-e---]
5 ‘telapaktangan’ [tlapakanlimE]: BU [tlapakan lima]:Seraya
vokal tengah, pusat, tak bundar [ ] pada posisi ultima. Daerah penyebaran varian
[i] pada BU dan BA di Desa Seraya T dan Ped; sedangkan varian [ ] terdapat di
Desa Belantih dan Klumpu. Berikut disajikan datanya.
No. Glos Varian [-i-] Varian [-E---]
1. ‘matakemaukandebu’ [sipEnan]: Seraya T [sippEnan]: Ped
[sEpEnan]: Belantih, Klumpu 2. ‘picingkan mata’ [ngicIr]: BU [ngicer]: Belantih,
Klumpu 3. ‘pikul’ [nikUl]: BU, Ped [n kUl]: Klumpu
5) Vokal [-u-]≈[-U-] /K __ K
Vokal atas, belakang, bundar, tegang [u] berkorespondensi dengan vokal
atas, belakang, bundar, kendur [U] pada posisi ultima. Daerah penyebaran masing-masing varian dapat disajikan berdasarkan data dalam tabel berikut ini.
No. Glos Varian [-u---] Varian [-U-]
Timur, Ped, Klumpu 2. ‘sakit punggung’ [sakIt tundUn]: BU [sakIt tUndUn]: Seraya
Timur
6) Vokal [-u-]≈ [-ɔ-] /K __ K
Vokal atas, belakang, bundar [u] bekorespondensi dengan vokal
belakang, tengah, bundar, kendor [O] pada posisi ultima setelah dan sebelum konsonan. Data penunjang variasi ini cukup banyak ditemukan. Penyebaran
masing-masing varian disajikan dalam tabel berikut ini.
Vokal tengah, pusat, tak bundar [ ] berkorespondensi dengan vokan bawah, depan, tak bundar [a] pada penultima setelah konsonan. Variasi ini cukup
banyak ditemukan. Varian [ ] terdapat pada BU; sedangkan varian [a[ terdapat
pada wilayah BA. Data disajikan pada tabel berikut ini.
No. Glos Varian [-E] Varian [-a] 4. ‘telapaktangan’ [tlapakanlimE]; BU [tlapakan lima]:
eraya t, Belantih
konsonan. Daerah penyebarannya dapat dilihat pada tabel berikt ini.
1. ‘tahilalat’ [adENan]: BU, SerayaTimur ad :Nan]: Ped,
kekosongan pada posisi ultima setelah dan sebeluk konsonan. Daerah penyebaran
varian kekosongan terdapat di Desa Belantih, sedangkan varian [ ] terdapat di
daerah lainnya seperti yang tertera dalam tabel berikut ini.
No. Glos Varian [-E---] Varian [-@-]
1. ‘bulukemaluanwanita’ [bulUntEli]: BU, Seraya T
Variasi konsonan teratur ditemukan hanya empat buah. Keempatnya
diuraikan di bawah ini.
1) Konsonan [-t-] ≈[-@-] / V __ V
Konsona [t] berkorespondensi dengan kekosongan pada posisi ultima
setelah dan sebelum vokal pada posisi ultima. Varian [t] terdapat pada BU dan BA
di Desa Seraya T, Ped, dan Klumpu; sedangkan kekosongan terdapat di Desa
Belantih. Hal itu dapatdiketahui berdasarkan data dalam tabel berikut ini.
2) Konsonan [-k-] ≈ [-@-] / V __ V
Konsonan hambat, dorsovelar, tak bersuara [k] berkorespondensi dengan
kekosongan pada posisi ultima sesudah dan sebelum vokal. Daerah penyebaran
masing-masing varian disajikan dalam tabel berikut ini.
No. Glos Varian [-k-] Varian [-@-]
1. ‘kantongkemih’ [siksikan]: BU, Belantih, Seraya T
Konsonan lateral [l] berkorespondensi dengan kekosongan pada posisi
ultima sesudah dan sebelum vokal. Daerah penyebaran varian [l] adalah pada BU
dan BA di Desa Seraya T, Ped, dan Klumpu; sedangkan varian kekosongan hanya
terdapat di Desa Belantih. Untuk lebih jelasnya, data disajikan pada tabel berikut
ini.
Konsonan [h] berkorespondensi dengan kekosongan pada posisi ultima
sesudah dan sebelum vokal. Daerah penyebaran masing-masing varian disajikan
pada tabel berikut ini. 3. ‘junjung’ [nyuhun]: Belantih, Sembiran,
Ped, Klumpu, Seraya T
[nyuun]: BU 4. ‘berlari’ [melahib]: Belantih,
Sembiran]
Seraya T 4.1.2 Variasi Sporadis
Variasi fonologis yang sproradis ditemukan baik variasi vokal, konsonan,
maupun suku kata. Baik variasi sporadis vokal maupun konsonan banyak
ditemukan, sedangkan variasi sporadis suku kata ditemukan hanya 5 buah. Berikut
disajikan uraiannya.
4.1.2.1 Variasi Vokal 1) Vokal [-i] ~ [-ɛ] / K __ #
No. Glos Varian [-i] Varian [-ɛ-]
1 ‘alatkelaminwanita’ [tEli]; BU, Seraya T, Ped
[tli]: Belantih
[tElɛ]: Klumpu
2) Vokal [-ɪ-] ~ [-ɛ-] / K __ K
No. Glos Varian [-i-] Varian [-e---]
1. ‘bibir’ bibɪh]: BU, Belantih, ST, Klumpu
[bebɛh]: Ped 2. ‘tahimata’ [pElɪs]: Seraya T [pElɛk]: BU
3) Vokal [-i]~ [-E] / K __ K
No. Glos Varian [-i] Varian [-E-]
1. ‘cacar’ [nampi]: Seraya T [nampE]: BU
4) Vokal [u-]~[ɔ-] /# __ K
No. Glos Varian [u---] Varian [ɔ-]
1 ‘obat’ [ubad]: BU, Seraya T,
Belantih [ɔbad]: Ped, Klumpu
5) Vokal [-o-]≈ [-ɔ-] / K – K
Vokal [o] tegang berkorespondensi dengan vokal [O] kendur pada posisi ultima setelah dan sebelum konsonan. Distribusi penyebarannya disajikan dalam
tabel berikut ini.
No. Glos Varian [-ɔ-] Varian [-ɔ---]
1. ‘air susu’ yɛhňoňo: BU, Sembiran, Ped, Kulumpu
2. ‘otak’ [polo]: BU, Belantih [pɔlo]:
SerayaTimur
5) Vokal [-3-] ~ [-a]
No. Glos Varian [-e-] Varian [-a]
1. ‘matajuling’ [jerɛN]: Ped, Klumpu [jɛra]: Belantih]
6) Vokal [-E-] ~ [-u-] / K __ K
No. Glos Varian [-E-] Varian [-u--]
1 ‘senut-senut’ [klEbEt-klEbEt]: BU, Seraya T
[klEbUt-klEbUt]: Ped, Klumpu
7) Vokal [-E-]~ [-ɔ-] K __ K
No. Glos Varian [-E-] Varian [-ɔ-]
1. ‘mulut’ [caNkEm]: Belantih [caNkɔm]: Ped
8) Vokal [-u-] ~ [-u:-] / K __ K
No. Glos Varian [-u-] Varian [-u:---]
1. ‘lutut’ [EntUd]: BU, Seraya T, Belantih
[EntU:d]: Ped, Klumpu
9) Vokal [-E-] ~ [-ɔ:-] / K __ K
No. Glos Varian [-E-] Varian [-ɔ:--]
1. ‘langit-langit’ [tanEN]: Seraya T
[nanEN]: Belantih [tanɔ:N]: Klumpu
10) Vokal [--] ~ [-a-] / K __ K
No. Glos Varian [-E-] Varian [-a--]
1. ‘bersandar’ [mEsEdoh]: Ped, Klumpu, Seraya Timur
[mEsadah]: BU, Sembiran
11)Vokal [-ɔ-] ~ [-ɔ:-] / K __ K
1. ‘rambut’ [bɔk]: BU, Seraya T, Belantih [bɔ:k]: Ped, klumpu
12) Vokal [- -]~ [-zero-] / K __ K
No. Glos Varian [-E-] Varian [-zero--]
1. ‘perut
kembung’ [ mb t]: BU, Seraya Timur [mb t]:Klumpu, Ped
4.1.2.2. Variasi Konsonan1 1) Konsonan [p-] ~[m-] / # __ V
No. Glos Varian [p-] Varian [m---]
1. ‘sembelit’ [pEjEn]: BU, Ped [mEjEn]: Seraya T, Belantih
2) Konsonan [-p] ~[-t] / V __ #
No. Glos Varian [-p] Varian [-t-]
1. ‘tahimata’ [sirɪp]: Ped [sɛrɪt]: Klumpu
3) Konsonan [-b-] ~ [-@-] / V __ K
No. Glos Varian [-t-] Varian [-@-]
1. ‘susuban’ [subsuban]: BU, Seraya T [susubab]: Belantih
4) Konsonan [t-] ~[c-] / # __ V
No. Glos Varian [t-] Varian [c-]
1.
‘kemaluanlaki-laki’ [tElak]: Belantih] [cElak]: BU 2. ‘tompel’ [tOmpEl]: BU, Seraya T,
Belantih, Klumpu
[cOmpEl]: Ped
5) Konsonan [t-] ~ [n-] ? # __ V
No. Glos Varian [t-] Varian [n-]
1. ‘langit-langit’ [tanEN]: Seraya T [nanEN]: Belantih
No. Glos Varian [t-] Varian [n-] 1. ‘kejang’ [k jang]: Belantih [ng jat]: BU
[k jat]: Seraya T, Ped, Klumpu
7) Konsonan [-d-] ~ [-j-] /K __ V
No. Glos Varian [-d-] Varian [-j-]
1. ‘mandi’ [mandUs]: BU, Ped, Klumpu, Belantih
[manjuUs]: Belantih
8) Konsonan [-d-] ~ [-zero-] / V __ K
No. Glos Varian [-d-] Varian [-j-]
1. ‘balut luka’ [b db d]: BU [b b d]: Belantih, ped, Klumpu,
Seraya T
9) Konsonan [-k-] ~ [-g-] / K __ V
No. Glos Varian [-k-] Varian [-g-]
1. ‘rambutkeriting’ [bɔkiNkEl]: BelantihT [bɔkiNgEl]: BU, Seraya
10) Konsonan [k-] ~[ng-] / # __ V
No. Glos Varian [k-] Varian [ng-]
1. ‘kejang’ [k jat-k jat]: Seraya Timur, Ped, klumpu
[ng jat]: BU
11)Konsonan [-k] ~ [-s]
No. Glos Varian [-k-] Varian [-s-]
1. ‘kotoranmata’ [pElɛk]: BU [pElɪs]:Seraya T
12)Konsonan [g-]~ [@-]
No. Glos Varian [-g-] Varian [-@-]
Klumpu]
13)Konsonan [-g-] ~ [-@-]
No. Glos Varian [-g-] Varian [-@-]
1. ‘gigimenonjolkeluar’ [gigitɔNgɔ]: BU [gigitɔNɔs]: Ped, Klumpu 2.
14)Konsonan [--g] ~[-h]
No. Glos Varian [-g] Varian [-h]
1. ‘terbit’ [ ndag]: BU, Belantih, Seraya
T, Sembiran, Klumpu
[ ndah]: Ped
15) Konsonan [-n] ~ [-@]
No. Glos Varian [-n] Varian [-@]
1. ‘pungg
ung’ [tundUBelantih, Ped n]: BU, Seraya T,
[tundu]: Klumpu
16) Konsonan[--n-] ~[-h-]
No. Glos Varian [-n-] Varian [-h-]
1. ‘ubun
-ubun’ [pEbanan]: Ped [pEbahan]: Belantih
17) Konsonan [--ng]~[-h]
No. Glos Varian [-ng] Varian [-h]
1. ‘berbaring’ [ny l mpang]:BU [ny l mpah]: Seraya T
18) Konsonan [--ng-] ~[-zero-]
No. Glos Varian [-n-] Varian [-h-]
1. ‘duduk’ [nyongkOk]: Klumpu [nyokOk]: Ped
No. Glos Varian [-h] Varian [-s] 1. ‘bibirsumbing’ [bibɪhcuNih]: BU,
SerayaTimur, Ped, Klumpu
[bibɪhcuNis]: Belantih
20) Konsonan [-h-] ~ [-w-]
No. Glos Varian [-h] Varian [-s]
1. ‘urat’ [uhat]: Belantih, Ped, Klumpu
[uwat]: BU, Seraya t
21) Konsonan [l-] ~ [r-]
No. Glos Varian [l-] Varian [r-]
1. ‘lumpuh’ [lumpuh]: BU, Belantih, Serata T, Ped
[rumpuh]: Belantih, Klumpu
22) Konsonan [l-] ~ [@-]
No. Glos Varian [l-] Varian [@-]
1. ‘tulangkering’ [tulaNlunas]:BU, Seraya T, Belantih
[tulaNunas]: Belantih
23) Konsonan [-r-] ~ [-@-]
No. Glos Varian [r-] Varian [@-]
1. ‘tulangpunggung’ [jrɔjuh]: Ped [jɔjuh]: Klumpu
24) Konsonan [-N] ~ [-@]
No. Glos Varian [-N] Varian [-@]
1. ‘matajuling’ [jɛrɛN]: Ped, Klupu [jɛre]: Belantih]
4.1.2.3 Variasi Sporadis Suku Kata
Variasi sporadis suku kata ditemukan lima buah. Kelimanya diuraikan
berikut ini.
1) Variasi Suku Kata [j k-]~ [ n-]
No. Glos Varian [j k-] Varian [n-]
2) Variasi Suku Kata [p -]~ [ -] [ɵ]
No. Glos Varian [p -] Varian [- ] Varian zero
1. ‘taruh’ [p jang]: Belantih, Sembiran
[ jang]: BU,Ped
[jang]: Klumpu, Seraya T
3) Variasi Suku Kata [ ng-] ~ [zero-]
No. Glos Varian [eng-] Varian [en-]
1. ‘lupa’ [ ngsap]: Belantih [sap]: Ped, Klumpu, Seraya T,
Sembiran 2. ‘terbenan’ [ ngs b]: BU [s b]: Ped,
Klumpu
4) Variasi Suku Kata [nuN-] ~ [l -]
No. Glos Varian [nuN-] Varian [l -]
1. ‘nungkayak’ [nuNkayak]: BU, Seraya T [l kayak]: Ped
5) Variasi Suku Kata [-hu] ~ [zero-]
No. Glos Varian [-hu] Varian [zero-]
1. ‘berak’ [mejuhu]: Ped, Klumpu, Seraya T, Sembiran
[meju]: BU
4.2 Variasi Gramatikal
Pembahasan karakteristik gramatikal DBA dalam ranah layanan kesehatan
masyarakat dilakukan secara terintegrasi, dalam artian tidak dilakukan
perbandingan variasi antardaerah pengamatan karena secara gramatikal kosakata
bahasa Bali DBA dalam ranah layanan kesehatan masyarakat tidak terlalu
menampakkan perbedaan atau variasi antar-DP. Kalaupun terdapat perbedaan,
lebih diakibatkan oleh faktor fonologis.
Contoh
Kosakata [uluŋ-aŋ-ə] ‘dijɲtuhkɲn’ pɲdɲ kɲlimɲt BBU
‘Oɳɲtnyɲ dijɲtuhkɲn (tidɲk sengɲjɲ).’
bervariasi dengan [uluŋ-aŋ-a] dalam DPdw, DSb, dan DST, dan varian [uluŋa
-a] pada DSd.
Kosakata bapa e‘ɲyɲhnyɲ’ pɲdɲ kɲlimɲt BBU bervariasi dengan [bapa a e]
pada DSb dan [bapa e] pada DSd.
Made ng-ateh bapa-n-ne ke dokter.”
Nama AKT-antar ayah-LIG-3SGPOS ke dokter
‘Mɲde mengɲntɲr ɲyɲhnyɲ ke dokter.’
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa kebervariasian pada tataran morfologis
lebih merupakan variasi morfofonemis.
Hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan bentuk atau tataran
gramatikalnya, kosakata DBA dalam ranah layanan kesehatan masyarakat dapat
diklasifikasi atas kosakata pada tataran kata dan dan kosa kata pada tataran frasa.
Kedua tataran tersebut diuraikan berikut ini.
4.2.1 Kosakata dalam Bentuk Kata
Seperti bahasa Bali pada umumnya, berdasarkan bentuknya kosakata DBA dalam
ranah layanan kesehatan masyarakat pada semua DP dapat dipilah atas kata dasar
dan kata turunan yang terdri atas kata berafiks, kata berklitik, kata ulang, dan kata
majemuk. Kelima bentuk tersebut diuraikan berikut ini.
4.2.1.1 Kosakata dalam Bentuk Kata Dasar
Kata dasar mendominasi kosakata DBA dalam ranah layanan kesehatan
masyarakat. Berikut ditampilkan beberapa contoh.
Contoh
No. DBD DPdw DSb DSd Makna
1. [palə] [pala] [pala] [pala] ‘ɳɲhu’
2. [giɖat] [giɖat] [giɖat] [giɖat] ‘dɲhi’ 3. [sirah] [ʈəras] [sirah] [gunɖʊl] ‘kepɲlɲ’
6. [ŋuʈah] [ŋuʈah]/[ŋuʈah bayar]
[ŋuʈah] [ŋuʈah] ‘muntɲh’
7. [paaɖ] [paaɖ] [paaɖ] [pəhaɖ] ‘pilek’
Contoh di atas kebetulan merupakan kosakata dalam bentuk kata dasar,
yang secara leksikal, tidak berbeda di antara DP satu dengan yang lainnya.
Berikut beberapa contoh kosakata dalam bentuk kata dasar yang menunjukkan
variasi leksikal.
No. DBD DPdw DSb DSd makna
1. [balan] [irəm] [sǝbʊh] [ləbəŋ] ‘memɲr’ 2. [misɪŋ] [parʊs] [misɪŋ] [mancʊr] /[lolɔs] ‘mencret’ 3. [pəɖɪh] [ŋahŋah] [ŋaŋah] [pəɖɪh] ‘perih’
4. [rabʊn] [bunar] [lamʊr] [rabʊn] ‘rɲɳun’ 5. [ɖiləŋ] [sero] [sera] [sahup] ‘juling’
4.2.1.2 Kosakata dalam Bentuk Kata Berafiks
Untuk memudahkan pembahasan berikut ini ditampilkan kalimat yang di
dalamnya terdapat kata berafiks.
(1) Ima-n-ne ma-tatu, to krana bontot -in -a.
Tangan-POS AKT-luka, itu sebab balut - APL-PAS
‘Tɲngɲnnyɲ lukɲ, itu seɳɲɳnyɲ diɳɲlut/diperɳɲn’ (2) Iyya n-saput godog.
3TG HAS-selimut tebal
Diɲ ɳerselimut teɳɲl.’
(3) Kicak-in ng-amah be-be ati
Kecil-APL AKT-makan daging-R hati
‘Kurɲngi mɲkɲn (dɲging) hɲti.’
(4) Nyen ng-anget -ang yeh
siapa AKT-hangat-APL air
Kata [matatu] pada kalimat (1)dibentuk dengan menambahkan prefiks [ma-] pada kata dasar [tatu] sehingga menjadi [matatu] . Pada DSb prefiks [ma-] memiliki dua alomorf, yakni {ma-} dan alomorf yang dilambangkan dengan {m-},
yang dapat direalisasikan dengan berbagai bunyi nasal, sesuai dengan bunyi yang
mengikuti. Misalnya pada kata [ -saput] , {M-} diikuti dengan konsonan alveolar
[s] sehingga direalisasikan dengan retrofleks nasal alveolar [ ] . Lambang {m-} dipilih untuk alomorf ini karena distribusinya paling luas dapat diikuti oleh
konsonan bilabial [p, b] , [l] dan semua jenis vokal. Contoh lain
No. makna DBD DPdw DSb DSd
1. ‘ɳerpɲrɲm’ [mǝbɔrɛh] [maburɛh] [mbɔrɛh] [mabɔrɛh]
2. ‘terkupɲs’ [mǝpǝlʊʈ] [mapǝlʊʈ] [mpǝlʊʈ] [mapǝlʊʈ] 3. ‘ɳeroɳɲt’ [m(a)ubaɖ] [maubaɖ] [mubaɖ] [maubaɖ] 4. ‘ɳerjɲlɲn’ [mǝjala ] [majala ] [ jala ] [majala ]
5. ‘mɲkɲn’ [mǝɖaar] [ŋamah] [ ɖahar] [maɖaar]
6. ‘ɳergendong’ [mǝga ɖɔŋ] [maga ɖɔŋ] [ŋga ɖɔŋ] [maga ɖɔŋ] 7. ‘telɲnjɲng’ [mǝlalʊŋ] [mǝlaluŋ] [mlaluŋ] [mǝlalʊŋ]
Kata [bɔ ʈɔi a] dibentuk dari kata dasar [bɔ ʈɔʈ] ‘ɳɲlut’ yɲng dilekɲti sufiks [–in] sehingga menjadi [bɔ ʈɔʈi ] setelah itu dilekati sufiks [–a] sehingga menjadi
[bɔ ʈɔʈi a]. Untuk lebih jelasnya tahap pembentukan kedua kata itu dapat dirumuskan sebagai berikut
tatu + ma- > matatu ‘luka’
bontot + -in > bontotin + -a > bontotina ‘diɳɲlut
(nya)
Hierarki gramatikal kedua kata tersebut dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
matatu bontotina
ma- tatu
bontot -in -a
Kata [məwaba ] ‘menguɲp’ diɳentuk dɲri ɳentuk dɲsɲr uab ditambah konfiks ma-/-a menjadi [mauaba ] yang mengalami proses morfofonik menjadi
[məwaba ] dan [muwaba ]. Tahapan prosesnya sebagai berikut. Varian [məwaba ]
Proses morfologis : {uab} + {ma-/-an}
> [mauwaba ]
Pelemahan vokal pada pilahan awal konfiks
: [məuwaba ]
Segmentalisasi luncuran [məuwaba ] pemotongan vokal
(vowel truncation)
: [məwaba ]
Varian [muwaba ]
Proses morfologis : {uab} + {ma-/-an}
> [mauwaba ]
Pelemahan vokal pada pilah awal konfiks
: [məuwaba]
Segmentalisasi luncuran : [məuwaba ] Pelesapan vokal pada
pilah awal konfiks
: [muwaba ]
Kata [ŋaŋəʈaŋ] dibentuk dari dasar [aŋəʈ] ditambah sufiks pemarkah kausatif [–aŋ] menjadi [aŋəʈaŋ] , selanjutnya ditambah sufiks pemarkah pasif [ŋ-] ,
maka menjadi [ŋaŋəʈaŋ] . Sufiks [ŋ-] memiliki dua varian, yakni [–aŋ] dan [–a ]. Kata ŋələkadaŋ] ‘melɲhirkɲn’ diɳentuk dɲri kɲtɲ dɲsɲr lekad ditambah sufiks pemarkah Kausatif–aŋ. menjadi [ləkadaŋ], pada tahap berikutnya ditambah dengan prefiks pemarkah aktif [ŋ-] sehingga menjadi [ŋələkadaŋ].
[ləkadaŋ], ditemukan juga [aŋəʈa ] dan [ləkada ] ; selain [ ŋaŋəʈaŋ] dan
[ŋələkada ] dan Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.
Contoh lain
1. Glosa DBD DPdw DSd DSb
1. ‘meludɲhkɲn’ [ŋəcʊhaŋ] [ŋəcʊhaŋ] [ŋəcʊha ] [ŋəcʊhaŋ] 2. ‘keguguran’ [krurɔ ]
[ŋəlabʊhaŋ]
[ŋəlabʊhaŋ] [ŋəlabʊha ] [ŋəlabʊhaŋ]
3. ‘memɳɲlikkɲn’ [maɖɪŋaŋ] [maɖɪŋaŋ] [maɖɪŋa ] [maɖɪŋaŋ]
4. ‘dikompreskɲn’ [kɔmprɛsaŋa] [kɔmprɛsaŋa] [kɔmprɛsa a] [kɔmprɛsaŋa]
5. ‘diɳerdirikɲn’ [jujʊkaŋa] [jujʊkaŋa] [ujʊka a] [jujʊkaŋa] 6. ‘didudukkɲn’ [ʈəgakaŋa] [ʈəgakaŋa] [ʈəgaka a] [ʈəgakaŋa]
ǝɔʊɛɖʈŋɔ ɪ
Kata [məwaba ] ‘menguɲp’ diɳentuk dɲri ɳentuk dɲsɲr [uwab] ditambah konfiks [ma-/-a ] menjadi [mauwaba ] yang mengalami proses morfofonik menjadi [məwaba ] dan [muwaba ]. Tahapan prosesnya sebagai berikut.
Varian [məwaba ]
Proses morfologis : {uab} + {ma-/-an}
> [mauwaba ]
Pelemahan vokal pada pilahan awal konfiks
: [məuwaba ]
Segmentalisasi luncuran [məuwaba ] pemotongan vokal
(vowel truncation)
: [məwaba ]
Varian [muwaban]
Proses morfologis : {uab} + {ma-/-an}
> [mauwaba ]
Pelemahan vokal pada pilah awal konfiks
: [məuwaba ]
pilah awal konfiks
ǝɔʊɛɖʈŋɔ ɪ
Jadi pada DSd terdapat kehomoniman sufiks -a , yakni {-a } hanya yang hanya merupakan alomorf {-aŋ} dan {-a } sebagai pemarkah komparatif seperti pada kosakata berikut ini.
Ia suba seger-an jani.
2TG sudah sehat-KOMP sekarang
‘Diɲ sudɲh leɳih sehɲt sekɲrɲng.’
Panak-me-ne kicak-an anyang panak-ku-ne
anak-2TGPOS-DEF kecil-KOMP dengan anak-1TGPOS-DEF
‘Anɲkmu leɳih kecil dɲripɲdɲ ɲnɲkku.’
4.2.1.2 Kosakata dalam Bentuk Kata Berklitik
Kosakata DBA dalam layanan kesehatan masyarakat dengan bentuk kata atau
frasa berklitik dapat dibedakan atas kosakata dengan klitik pemarkah posesif dan
klitik pemarkah definit. Hal itu dapat dilihat dengan lebih jelas pada uraian berikut
ini.
1)Kata dengan Klitik Pemarkah Posesif.
Dalam dialek-dialek DBA pada umumnya hanya ditemukan klitik
pemarkah posesif O3, yakni [– e], sedangkan dalam DPdw ditemukan, baik klitik pemarkah posesif O1, O2, maupun O3, masing-masing [–ku] , [-me], dan
[-e], psds DSb ditemukan juga klitik pemarkah posesif O1.
Kata [ima- - e] pada kalimat (1) dibentuk dengan menambahkan klitik pemarkah posesif O3 [– e] pada kata dasar. Selain klitik pemarkah posesif O3
ditemukan juga klitik pemarkah posesif O1 dan O2 seperti terlihat pada contoh
berikut ini.
(5) Ba kento panak-ane ento ngara gaenanga banten terus mati.
‘Lɲlu ɲnɲknyɲ itu tidɲk diɳuɲtkɲn sɲjen terus meninggɲl.’
(6) Cunguh-me-ne barak. hidung 2Sg (POS)-DEF merɲh’ ‘Hidungmu merɲh’
.
(7) Ima-n ime-ng -ku -ne beseh
tangan-LIG ibu-LIG-POS-DEF bengkak
‘Tɲngɲn Iɳu sɲyɲ ɳengkɲk.’
Kata [pa aka e] ‘ɲnɲknyɲ’ pɲdɲ kɲlimɲt (2) diɳentuk dɲri kɲtɲ dɲsɲr [pa ak] ‘ɲnɲk’ dilekɲti klitik pemɲrkɲh posesif O2 tunggal sehingga menjadi [pa aka e]. Kata [cuŋuhme e] ‘hidungmu’ pɲdɲ kɲlimɲt (3) diɳentuk dɲri kɲtɲ dasar [cuŋuh] dilekati klitik pemarkah posesif O2 tunggal [–me] sehingga menjadi [cuŋuhme], kemudian dilekati klitik pemarkah definit –e sehingga terbentuk kata
[cuŋuhme ] e. Jadi ada dua klitik pada kata ini, yakni klitik pemarkah posesif O2
tunggal [–me] dan klitik pemarkah definit [–e]. Hierarki gramatikal kata-kata tersebut dapat dilihat pada diagram berikut ini.
[ pa aka e ] [cuŋuhme e]
[ cuŋuhme]
[pa ak] [- e]
[cuŋuh] [-me] [- e]
Klitik pemarkah posesif yang ditemukan pada semua DP hanyalah pemarkah
posesif O3, sedangkan klitik pemarkah posesif O1 dan O2 hanya ditemukan pada
dialek Pedawa. Contoh lainnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
No. Glosa DBD Pdw Sb Sd
1. ‘ɲyɲhnyɲ’ [bapa e [bapa e] [bapa a e] [bapa e]
3. ‘ɲyɲhmu’ - [bapame e] - -
4. ‘ɳɲjunyɲ’ bajʊ e [baju e] [baju a e] [bajʊ e]
5. ‘ɳɲjuku’ - [bajuŋku e] - -
6. ‘ɳɲjumu’ - [bajume e] - -
Dari data di atas dapat dilihat, selain karena ada dan tidaknya klitik,
kebervariasian juga terjadi karena variasi morfofonemik di antara kata [bapa e], [bapa e], dan [bapa a e] ‘ɲyɲhnyɲ’. Pada varian [bapa e] hanya terjadi proses morfologis klitisasi, yakni penambahan klitik pemarkah posesif {-ne} pada kata
bapa; pada varian [bapa e], terjadi proses morfologis klitisasi disertai dorsovelar. Dengan kata lain terjadi asimilasi prsial regresif–n-sebagai akibat
asimilasi da
‘Dɲrɲh yɲng menyɲmɳung hidupnyɲ.’
(2) Ima-n ime-ng -ku -ne beseh.
tangan-LIG ibu-LIG-POS-DEF bengkak
‘Tɲngɲn Iɳu sɲyɲ ɳengkɲk.’
Klitik –ne pada kalimat (2) dan kalimat (3) di atas merupakan pemarkah
definit. Pada kalimat (2) klitik – e merupakan pemarkah definit pada tataran frasa, yakni memarkahi frasa ima imɛŋku‘tɲngɲn iɳuku’, sedɲngkɲn – e pada kalimat (3) merupakah pemarkah definit pada tataran kata, yakni memarkahi kata
cuŋuhme‘hidungmu’
4.2.1.3 Kosakata dalam Bentuk Kata Ulang
Kata ulang adalah kata yang dihasilkan dengan melakukan proses
perulangan atau reduplikasi terhadap bentuk dasar , baik secara keseluruhan
maupun sebagian. Kosakata dalam DBA pada ranah layanan kesehatan
masyarakat, ditemukan cukup bervariasi, seperti terlihat pada kalimat-kalimat
berikut ini.
(1) Ara dadi alu ngamah mi sai-sai
tidak boleh dulu makan mi sering-R
‘Belum ɳoleh dulu sering-sering mɲkɲn mi.’
(2) Ara baanga ngamah kacang-kacangan. tidak beri-PAS makan kacang-R-an
‘Tidɲk diɳeri mɲkɲn kɲcɲng-kɲcɲngɲn.’
(3) Ke-kolongan-ne sakit. Rpar-kerongkongan-POS sakit ‘Kerongkongɲnnyɲ sɲkit.’
(4) Batis-a-ne sakit kebet-kebet.
Kaki-PU-POS sakit senut-R
‘Kɲkinyɲ sɲkit se nut-senut.’
Kata sai-sai‘sering-sering’ diɳentuk dɲri kɲtɲ sai ‘sering’ ditambah morfem {R}
Dasar sai
Kata sai-sai tergolong kata ulang murni atau dwilingga. Proses perulangan ini menyatakan makna ’iteratif’.
Contoh lain
kǝbǝt-kǝbǝt’senut-senut’
aŋsǝg-aŋsǝg’terengɲh-engɲh’
kliyǝs-kliyǝs’terɲsɲ seɳentɲr-seɳentɲr mules’
Kata kacaŋ-kacaŋan’ɲnekɲ kɲcɲng’ dibentuk degan proses sebagai berikut.
Dasar kacaŋ
Penambahan morfem {R-} kacaŋ-kacaŋ
Penambahan sufiks {-a } kacaŋ-kacaŋa
Sesuai tahapan prosesnya, kata kacaŋ-kacaŋa tergolong kata ulang berimbuhan dalam hal ini kata ulang bersufiks. Proses penambahan morfem R, yang
dilanjutkan dengan penambahan sufiks –a , menghadirkan makna ’
bermacam-oacam’.
Contoh lain
do -do a ’sɲyur-sɲyurɲn’
sayur-sayura
be-bea ’dɲging-dɲgingɲn’
Kɲtɲ kekolongɲn ’kerongkongɲn’ diɳentuk dengɲn proses seɳɲgɲi ɳerikut.
Dasar kolɔŋa
Penambahan morfem {Rpar-} kokolɔŋan
Pelemahan vokal pada #K__ kəkolɔŋan Contoh lain
pəparu‘pɲru-pɲru’
pəpiʈu‘tujuh’ papɛlɛŋan‘pelipis’
Proses perulangan ini tidak menghadirkan makna tertentu, tetapi memiliki fungsi
meningkatkan keformalan.
No. Glosa DBD DPdw DSd DSb
4.2.1.4 Kosakata dalam Bentuk Kata Majemuk
Dalam DBA cukup banyak ditemukan kosakata dalam bentuk kata
majemuk, tetapi tidak menampakkan adanya variasi secara gramatikal. Kalaupun
ada variasi antar-DP lebih bersifat leksikal. Berikut dapat dilihat contoh kosakata
4.2.1 Kosakata dalam Bentuk Frasa
Kosa kata dalam bentuk frasa banyak ditemukan dalam DBA.
Kebervariasian pada tataran frasa juga cenderung diakibatkan oleh proses
fonologis. Kebervariasian secara gramatikal sangat terbatas pada frasa
dengan pewatas numeralia.
sementara pada DPdw, strukturnya sebagai berikut.
Pronomina + Preposisi + Pronomina + Numeralia
aku ayaŋ ku ɖaɖwa
aku ayaŋ ku ʈəlu
Jadi ada repetisi pronomina di sini sehingga terbentuk konstruksi
berpronomina ganda, [aku ayaŋku ɖaɖw
a]. Dalam DBD ditemukan juga konstruksi [ɉaʔ caŋ ɖuw
a] atau [ɖaɖw
a], tetapi tidak didahului oleh pronomina, kecuali pronomina yang diawal berfungsi sebagai subjek. Jadi
Preposisi + Pronomina + Numeralia
ajak caŋ (ɖa)ɖwa
Kosakata dalam bentuk frasa, yang kebervariasiannya hanya leksikal
dan/atau fonologis dapat dilihat pada contoh berikut.
No. Glosa DPdw DSd DSb
1. ‘cucuku’ [cucuŋku e] [cucu oke e] [cucu kaka e]
2. ‘ɲyɲhku’ [bapaŋku] [bapa oke e] [bapa uke e]
3. ‘iɳuku’ [imɛŋku] [meme oke e] [meme oke e]
4. ‘mɲtɲku’
‘perutku’
[maʈaŋku e] [basaŋku]
[mata oke e] [basaŋ uke e]
[mata oke e] [basaŋ uke e]
5. ‘tertusuk duri, [bəlbəla /ʈəbək dui]
[ʈusʊk ɖuʷi] [ʈəbək ɖuhi]
6. ‘sɲkit punggung’ [sakɪʈ ʈu ɖʊŋ] [ akiʈaŋ ʈu ɖʊ] [sakɪt pu ɖʊk]
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan
hal-hal berikut ini.
1. DBA bervariasi secara fonologis, baik dibandingkan dengan DBA
maupun di antara DP yang satu dengan yang lainnya. Variasi fonologis
dapat dibedakan atas variasi teratur dan variasi sporadis..
2. Secara gramatikal DBA tidak terlalu berbeda dengan DBA.
Perbedaannya lebih diakibatkan oleh pengaruh fonologis yang tampak
pada proses morfofonemis.
3. Pengelompokan variasi secara fonologis, khususnya variasi teratur,
memiliki dua varian, yakni [ ] pada DNP dan[a] pada semua DP
lainnya; (2) distribusi fonem /h/ dalam kapasitasnya sebagai onset di
tengah kata, yang pada DPdw dan DSd tidak wujud , dan pada
sejumlah DP lainnya wujud. Pengelompokan secara gramatikal (1)
pada tataran morfologis dapat diklasifikasi atas kata dengan klitik
pemarkah posesif O3 dapat dipilah atas klisasi semata (pipine) pada
DSd, klitisasi yang disertai penambahan ligatur [n] (pipinne) pada
DPdw dan DST, dan klitisasi yang disertai ligatur [n] dan pelancar
ucapan [a] (pipinnane) pada DSb dan (2) pada tataran sintaksis dalam
hal ini frasa dapat diklsifikasi atas konstruksi frasa pronominal dengan