• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELIDIKAN BANDINGAN MANUSKRIP FARA IDH ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYELIDIKAN BANDINGAN MANUSKRIP FARA IDH ACEH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Etnosains dan Etnomatematik Rumpun Melayu INSPEM, Universiti Putra Malaysia dan ASASI

PENYELIDIKAN BANDINGAN MANUSKRIP FARA’IDH ACEH

Salmawaty Arif

Jurusan Matematika, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia e-mail: salma_waty@yahoo.com

Abstrak. Hukum waris atau fara’idh adalah aturan yang paling lengkap dalam Al-Quran. Ayat 11, 12, dan 176

dari Surah An-Nisaa (4) merupakan referensi utama tentang hukum tersebut, serta beberapa ayat lain yang lebih umum. Pentingnya mempelajari hukum fara’idh dalam Islam tidak diragukan lagi. Makalah ini bertujuan untuk memperkenalkan proses penyelidikan awal dari sebuah naskah kuno Aceh tentang fara’idh. Naskah tersebut menampilkan hukum fara’idh berbentuk suatu tabel yang lengkap dan ringkas, dalam tulisan Jawi dan Arab. Penelitian awal ini mempelajari tabel tersebut dengan hanya mengambil bentuk tabel, kemudian berusaha mengisinya berdasarkan beberapa referensi fara’idh yang tersedia di Indonesia saat ini. Tujuannya adalah untuk membandingkan hasil studi dengan isi tabel pada naskah, untuk dapat menyelidiki lebih lanjut unsur-unsur matematika yang terdapat di dalam naskah kuno Aceh tersebut. Penyelidikan menunjukkan adanya perbedaan cara penulisan antara tabel kuno dengan yang baru, namun nilai bagian warisan dari perbedaan penulisan tersebut belum tentu berbeda pula.

1 Pendahuluan

Hukum warisan dalam agama Islam mendapat perhatian yang sangat serius. Masalah harta benda termasuk satu di antara beberapa masalah yang menjadi kecintaan manusia. Masalah warisan di dalam Al-Quran diterangkan secara terperinci sekali.

Dalam masalah pembagian harta warisan ini Islam telah memberikan batasan-batasannya secara terperinci dan sangat teliti. Di dalam masalah fara’idh ini dibicarakan berbagai persoalan yang berhubungan dengan harta warisan: orang yang termasuk ahli waris, besar bagian masing-masing ahli waris, dan pelaksanaan pembagiannya (Rauf, 2003).

Makalah ini bertujuan untuk memperkenalkan proses penyelidikan awal dari sebuah naskah kuno Aceh tentang fara’idh. Naskah tersebut menampilkan hukum fara’idh berbentuk suatu tabel yang lengkap dan ringkas, dalam tulisan Jawi dan Arab. Penelitian awal ini mempelajari tabel tersebut dengan hanya mengambil bentuk tabel, kemudian berusaha mengisinya berdasarkan beberapa referensi fara’idh yang tersedia di Indonesia saat ini. Tujuannya adalah untuk membandingkan hasil studi dengan isi tabel pada naskah, untuk dapat menyelidiki lebih lanjut unsur-unsur matematika yang terdapat di dalam naskah kuno Aceh tersebut.

2 Fara’idh

Hukum waris atau fara’idh adalah aturan yang paling lengkap dalam Al-Quran. Ayat 11, 12, dan 176 dari Surah An-Nisaa (4) adalah referensi utama tentang hukum tersebut, serta beberapa ayat lain yang lebih umum seperti yang terdapat pada Surah Anfal (8:75), Al-Ahzab (33:6) and An-Nisaa (4:7). Pentingnya mempelajari hukum fara’idh dalam Islam tidak diragukan lagi.

Orang yang berhak menerima waris terbagi atas tiga golongan yaitu golongan dzawil furud,

(2)

Ahli waris dzawil furud yaitu ahli waris yang mendapat bagian-bagian tertentu sebagaimana yang telah ditetapkan secara pasti dalam Al Quran atau Hadist. Nilai bagiannya adalah : 2/3, 1/2, 1/3, 1/4, 1/6 dan 1/8 (Rauf, 2003).

1. Yang mendapatkan 2/3: dua orang anak perempuan, seorang saudara perempuan atau lebih, dua orang saudara sekandung atau lebih, dua orang saudara sebapak atau lebih. 2. Yang mendapatkan 1/2: seorang anak perempuan, seorang saudara perempuan atau lebih,

seorang saudara perempuan sebapak, suami bila mayit tidak meninggalkan anak.

3. Yang mendapatkan 1/3: ibu bila mayit tidak meninggalkan anak, cucu dari anak laki-laki, saudara sekandung, saudara sebapak, saudara seibu. Dua orang saudara atau lebih yang seibu.

4. Yang mendapat 1/4: suami bila isteri mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki. Isteri, bila suami tidak mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki.

5. Yang mendapat 1/6: ibu, bila mayit mempunyai anak, cucu dari anak laki-laki atau saudara. Bapak, bila mayit mempunyai anak dan/atau cucu dari anak laki-laki. Nenek, bila ibu tidak ada. Kakek (bapak dari bapak), bila mayit tidak mempunyai anak, cucu dari anak laki-laki (bapaknya tidak ada), cucu perempuan dari anak laki-laki; bila ada anak tunggal, saudara seibu atau saudara perempuan sebapak; atau bila mayit mempunyai seorang saudara kandung.

6. Yang mendapat 1/8: isteri, bila mayit mempunyai anak, atau cucu dari anak laki-laki.

Ahli waris asabah yaitu ahli waris yang tidak ditetapkan bagian pendapatannya, tetapi akan menerima semua harta warisan itu bila tidak ada ahli waris dzawil furud. Bila ada ahli waris

dzawil furud, maka ahli waris asabah berhak atas sisanya.

Ahli waris asabah yang berhak mendapat semua harta atau semua sisa adalah anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek dari bapak, saudara laki-laki sekandung, saudara laki-laki sebapak, paman sekandung dengan bapak, paman sebapak dengan bapak, anak laki-laki paman sekandung bapak, anak laki-laki paman sebapak dengan bapak.

Asabah ada tiga macam yaitu asabah binafsih, asabah bil-ghairi, dan asabah ma’al-ghairi. Asabah binafsih adalah tiap kerabat laki-laki yang hubungannya langsung dengan mayit tidak

diselingi oleh seorang wanita tetapi laki-laki. Asabah bil-ghairi adalah perempuan yang bersekutu dengan saudara laki-lakinya. Asabah bil-ghairi ini terdiri dari empat golongan perempuan yaitu anak perempuan kandung, anak perempuan dari anak laki-laki, saudara perempuan kandung dan saudara perempuan sebapak. Asabah ma’al-ghairi yaitu seorang atau lebih saudara perempuan kandung dan saudara perempuan sebapak, yang menjadi

asabah bersama anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki (Basri, 2007).

Kelompok di atas telah dimasukkan ke dalam tabel pembagian warisan (As-Shabuni, 1995). Suatu tabel yang lebih canggih dari kebudayaan Aceh kuno telah ditemukan, ditulis dalam bahasa Jawi. Penelitian ini sedang mempelajari tabel kuno ini. Tujuan studi ini adalah untuk menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan tabel dan untuk mempelajari kembali isi dan pengetahuan yang terdapat di dalamnya.

Keindahan matematika dalam Al-Quran yang diperlihatkan dari pembagian warisan adalah tentang perhitungannya. Di sini masalah Kelipatan Persekutuan Terkecil digunakan secara optimal sehingga semua bagian dapat dinyatakan dalam bilangan bulat.

(3)

2.1 Bentuk tabel fara’idh manuskrip kuno

Tabel fara’idh terdiri dari tabel utama di bagian tengah yang berisi pembagian warisan dan tabel tambahan di sisi kanan dan kiri tabel utama yang berisi penjelasan tambahan. Dalam penelitian pendahuluan ini tabel utama yang pertama dipelajari.

Tabel utama fara’idh dari naskah kuno berbentuk segitiga samakaki terbalik. Struktur tabel kuno adalah sebagai berikut: baris pertama adalah terjemahan dari baris kedua ke dalam bahasa Jawi. Baris kedua dan seterusnya berbahasa Arab, dibagi atas 30 kolom yang merupakan jenis ahli waris. Baris ketiga berisi nilai pembagian waris untuk tiap jenis pada kolom, bila ahli waris merupakan pewaris tunggal. Baris keempat dan seterusnya membentuk tabel segitiga dengan puncaknya di bawah, terdiri dari kolom diagonal berbentuk bujursangkar yang dibagi dua sehingga menjadi bentuk segitiga. Tabel segitiga ini berisi pembagian warisan untuk tiap jenis ahli waris yang bersesuaian dengan baris kedua, dari arah diagonal kanan dan kiri.

Referensi yang menggunakan tabel untuk pembagian waris hingga saat ini baru ditemukan sebuah, yaitu “Hukum Waris dalam Syariat Islam”, Ash-Shabuni, 1995. Tabel fara’idh pada referensi ini menyerupai tabel utama manuskrip kuno, namun tidak ada tabel tambahan. Tabel fara’idh baru juga berbentuk segitiga, hanya saja jenisnya adalah segitiga siku-siku dengan sisi miring di sebelah kiri. Jenis ahli waris berada pada setiap baris, dan sel pembagian waris berbentuk segiempat yang dipakai bersama-sama antara baris dan kolom.

2.2 Pencocokan isi tabel fara’idh kuno dan baru

Metode pencocokan tabel dilakukan melalui langkah berikut: bentuk tabel utama fara’idh kuno diadopsi seutuhnya, lalu diisi dengan nilai pembagian waris dari referensi yang ada, yaitu tabel pembagian waris yang terdapat di dalam Ash-Shabuni, 1995.

Pencocokan dengan tabel fara’idh kuno untuk baris pertama adalah sebagai berikut (hanya ada 28 kolom yang terisi, dengan demikian ada 2 kolom yang kosong):

Kolom 1 – 9: ahli waris yang sama

Kolom 10 – 11: bertukar posisi

Kolom 12: pada tabel kuno hanya disebutkan nenek, sedangkan tabel baru dipisahkan antara nenek dari bapak (kolom 12) dan nenek dari ibu (kolom 13)

Kolom 13 – 14 tabel kuno: kolom 14 tabel baru (disatukan) Kolom 15 – 16 tabel kuno: ahli waris yang sama

Kolom 17 – 18 tabel kuno: kolom 17 tabel baru (disatukan) Kolom 19 – 22 tabel kuno: kolom 18 – 21 tabel baru

Kolom 23 – 28 tabel kuno (seorang): kolom 22 – 27 tabel baru (seorang atau lebih) Kolom 29 tabel kuno: tidak ada pada tabel baru

Kolom 30 tabel kuno: kolom 28 tabel baru

Perbandingan urutan penempatan ahli waris dan bagian warisannya pada tabel manuskrip kuno dan tabel fara’idh baru, yaitu untuk baris kedua dan ketiga dari kolom kanan ke kiri, ditampilkan pada tabel 1.

(4)

Tabel Manuskrip Kuno Tabel Baru No.

ko- lom

Ahli waris Bagian (bila sendiri)

No. ko- lom

Ahli waris Bagian (bila sendiri)

1 Anak laki-laki (seorang atau lebih) H (seluruh harta)

1 Anak laki-laki (seorang atau lebih) A (asabah)

2 Seorang anak perempuan 1/2 2 Seorang anak perempuan 1/2

3 Dua orang anak perempuan (atau lebih)

2/3 3 Dua orang anak perempuan (atau lebih)

2/3 4 Cucu laki-laki dari anak laki-laki

(seorang atau lebih)

H 4 Cucu laki-laki dari anak laki-laki (seorang atau lebih)

A 5 Seorang cucu perempuan dari anak

laki-laki

1/2 5 Seorang cucu perempuan dari anak laki-laki

1/2 6 Dua orang/lebih cucu perempuan

dari anak laki-laki

2/3 6 Dua orang/lebih cucu perempuan dari anak laki-laki

2/3

7 Suami 1/2 7 Suami 1/2

8 Isteri (seorang atau lebih) 1/4 8 Isteri (seorang atau lebih) 1/4

9 Bapak H 9 Bapak A

10 Ibu 1/3 10 Kakek dari bapak A

11 Kakek dari bapak H 11 Ibu 1/3

12 Nenek dari bapak atau ibu 1/6 12 Nenek dari bapak 1/6

13 Seorang saudara laki-laki sekandung

H 13 Nenek dari ibu 1/6

14 Dua orang/lebih saudara laki-laki sekandung

H 14 Saudara laki-laki sekandung (seorang atau lebih)

A 15 Seorang saudara perempuan

sekandung

1/2 15 Seorang saudara perempuan sekandung

1/2 16 Dua orang/lebih saudara

perempuan sekandung

2/3 16 Dua orang/lebih saudara perempuan sekandung

2/3 17 Seorang saudara laki-laki sebapak H 17 Saudara laki-laki sebapak A 18 Dua orang/lebih saudara laki-laki

sebapak

H 18 Seorang saudara perempuan sebapak

1/2 19 Seorang saudara perempuan

sebapak

1/2 19 Dua orang/lebih saudara perempuan sebapak

2/3 20 Dua orang/lebih saudara

perempuan sebapak

2/3 20 Seorang saudara seibu (laki atau perempuan)

1/6 21 Seorang saudara seibu (laki atau

perempuan)

1/6 21 Dua orang/lebih saudara seibu (laki atau perempuan)

1/3 22 Dua orang/lebih saudara seibu

(laki atau perempuan)

1/3 22 Anak laki dari saudara laki-laki sekandung (seorang atau lebih)

A

23 Seorang anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung

H 23 Anak laki dari saudara laki-laki sebapak (seorang atau lebih)

A 24 Seorang anak laki-laki dari

saudara laki-laki sebapak

H 24 Paman sekandung dengan bapak (seorang atau lebih)

A 25 Seorang paman sekandung dengan

bapak

H 25 Paman sebapak dengan bapak (seorang atau lebih)

A 26 Seorang paman sebapak dengan

bapak

H 26 Anak laki-laki dari paman sekandung (seorang atau lebih)

A 27 Seorang anak laki-laki dari paman

sekandung bapak

H 27 Anak laki-laki dari paman sebapak (seorang atau lebih)

A 28 Seorang anak laki-laki dari paman

sebapak dengan bapak

H 28 Mu’tiq/mu’tiqah A

29 Yang memerdekakan atau asabahnya

H 29

(5)

Tabel 2. Perbandingan isi tabel fara’idh kuno (kanan) dengan yang baru (kiri) untuk kolom 1-9 (dari kanan ke kiri)

Karena isi tabel yang tepat sama adalah pada kolom 1 – 9, maka bagian tabel tersebut dibandingkan di sini sebagai pekerjaan tahap awal. Perbandingan isi kedua tabel untuk kolom 1 – 9, ditampilkan pada tabel 2.

Isi kedua tabel memperlihatkan bahwa sebagian besar bagian warisan adalah sama, terutama untuk bagian-bagian yang telah tetap besarnya berupa angka. Untuk isi sel tabel yang lain, pada tabel baru hampir seluruhnya disamakan menjadi asabah (A) dan beberapa asabah bil

ghairi (AB). Sedangkan pada manuskrip kuno bagian-bagian tersebut dibedakan menjadi al-Mal (seluruh harta (H)), asy-Syuraka (bersekutu (B)) dan al-Baqi (sisa (S)).

Tabel 3. Perbedaan isi tabel fara’idh kuno dan baru untuk kolom 1-9

Nomor kolom Kolom Pasangan Tabel Kuno Tabel Baru Jumlah Sel

1 7-9 S A 3 2 1 H 1/3 2 3 H 2/3 3 1-2 B 2/3 2 4 2-3, 7-9 S A 7 5-6 H AB 5 4 H AB 2 6 H 2/3 6 4 B AB 2 5 B 2/3 9 2-3, 5-6 1/6 A 6 7-8 S A

(6)

Tabel 3 memperlihatkan perbedaan yang terdapat pada kedua tabel. Di sini hanya diperlihatkan bahwa ada perbedaan pada cara penulisan 24 sel dari 9 kolom tabel yang dibandingkan. Karena jumlah seluruh sel untuk 9 kolom adalah 72 sel, maka perbedaan yang terjadi adalah sebesar 33%. Sedangkan dari aspek hukumnya boleh jadi bagian yang berbeda penulisannya tersebut mempunyai besar nilai yang sama. Masalah besaran nilai dari penulisan yang berbeda tersebut tidak dibahas dalam tulisan ini, dan memerlukan penyelidikan lanjutan.

Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan bagi seluruh isi tabel, perlu dilakukan langkah lanjutan yang belum dilakukan pada makalah ini, yaitu: menyamakan urutan kolom 10 – 30 dan membandingkan isinya seperti yang telah dilakukan pada penyelidikan tahap pertama ini.

3 Simpulan

Makalah ini memperkenalkan suatu unsur etnomatematik di Aceh, yaitu fara’idh. Sejarah telah membuktikan bahwa pengetahuan tentang hukum waris ini telah dimiliki dengan baik pada masa lalu. Pencapaian ini seharusnya dipelihara untuk menghindari penurunan pemahaman tentang hukum yang penting ini.

Penyelidikan bandingan antara tabel fara’idh manuskrip kuno dengan tabel dari referensi yang relatif baru menunjukkan perbedaan-perbedaan berikut:

- Tabel manuskrip fara’idh kuno mempunyai 30 kolom untuk menyatakan jenis ahli waris, sedangkan tabel baru hanya 28 kolom.

- Dari ke-30 jenis ahli waris yang ada pada tabel kuno, urutan penulisannya sama dengan urutan pada tabel baru untuk kolom 1 sampai 9. Kolom selanjutnya ada beberapa perbedaan berupa penyatuan, pemisahan dan pergeseran urutan kolom.

- Perbedaan urutan kolom menyebabkan kedua tabel tidak langsung dapat dibandingkan, kecuali untuk kolom 1-9. Untuk kolom selanjutnya diperlukan penyamaan urutan terlebih dulu untuk membandingkan isinya. Makalah ini hanya membahas perbedaan bagian waris untuk kolom 1-9, atau 9 jenis ahli waris.

- Ditemukan adanya perbedaan cara penulisan bagian waris sebesar 33% untuk 9 jenis ahli waris. Namun demikian diperlukan penyelidikan lanjutan untuk menentukan bahwa perbedaan penulisan tersebut mempunyai besaran nilai yang sama sehingga tidak menyalahi aturan pembagian waris menurut hukum fara’idh.

4 Daftar Pustaka

1. Ash-Shabuni, M.A. (1995) Hukum Waris dalam Syari’at Islam. Bandung: CV Diponegoro.

2. Basri, E.H. (2007) Hukum Mawaris dalam Perspektif Islam. Banda Aceh: Ar-Raniry Press IAIN.

3. Rauf, H.A. (2003) Munakahat dan Mawaris. Bekasi: Al-Furqon. 4. Unknown. “Arabische Handwyzer voor Erfdeelen”.

Gambar

Tabel Manuskrip Kuno  Tabel Baru  No.
Tabel 2. Perbandingan isi tabel fara’idh kuno (kanan) dengan yang baru (kiri)   untuk kolom 1-9 (dari kanan ke kiri)

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mendeskripsikan aktivitas guru, hasil belajar menulis karangan sederhana

Perencanaan merupakan rangkaian tindakan untuk ke depan, perencanaan bertujuan untuk mencapai seperangkat operasi yang konsisten dan terkoordinasi guna

Penggunaan metode Activity Based Costing dalam perhitungan harga pokok mengahasilkan harga pokok kamar yang lebih akurat itu dikarena biaya-biaya yang terjadi

Daftar nama Wajib Pajak, khususnya pada Wajib Pajak Badan dapat langsung diketahui karena telah tercatat pada pihak ketiga tersebut, sehingga apabila ada Wajib Pajak Badan

Sebagai contoh, dalam penyusunan renja SKPD Dinas Pekerjaan Umum yang mempunyai uraian tugas, salah satunya yaitu perumusan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum, yang

Hal ini menunjukan bahwa prosentase sumbangan pengaruh variabel motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik terhadap pemanfaatan internet sebagai media dalam menyelesaikan tugas

§ Pemuliaan tanaman teknik konvensional MEMBANTU FOKUS, MINIMASI TUMPANGTINDIH DIBUAT RAPERPRES RIRN UNTUK GUIDE IPTEK KE DEPAN DAN FOKUS RISET (10 BIDANG FOKUS RISET)

Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka, dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari