Literatur Review: Strategi Penanganan Pemukiman Kumuh di Kelurahan Batang Arau Kota Padang terkait
Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
Fitrya Monica1, Fadel Ikrar Jamika2, Abdul Razak3, Linda Handayuni4, Elsa Yuniarti5, Mhd. Fauzi6*
1,2,3,4,5Departemen Ilmu Lingkungan, Universitas Negeri Padang, Padang Indonesia
6Magister Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Bandung Indonesia
*Koresponden email: aitekling015@gmail.com
Diterima: 12 Desember 2022 Disetujui:20 Desember 2022
Abstract
Sanitation and environmental health are complex problems facing Indonesia today. If these problems are not addressed immediately, this will certainly have an impact on sanitation and environmental health in the settlements themselves, such as the emergence of germs. So this literature review aims to describe the description and handling strategies of slums settlements in Batang Arau Village, Padang City regarding sanitation and environmental health. The method used is qualitative and literature review. The results of the study show that the settlements in Batang Arau Village, Padang City have mild, medium, and large slums sanitation categories. The environment street and drinking water supply are in the low category. The medium category includes buildings, waste water management, and solid waste management. While environmental drainage and fire protection are included in the large category. The handling strategy that can be taken to deal with these slums settlements are to carry out a socialization program in the form of the Kotaku Program, create an environment-based slums settlement concept, carry out a community empowerment/ human resources (HR) strategy, carry out sustainable slums management, and carry out area management plans settlement. If this strategy is carried out, it will reduce slum settlements in the Padang City.
Keywords: Batang Arau Village, environmental health, slums, sanitation, handling strategies
Abstrak
Sanitasi dan kesehatan lingkungan merupakan permasalahan kompleks yang dihadapi Indonesia saat ini.
Apabila permasalahan tersebut tidak segera diatasi maka hal ini tentunya akan berdampak terhadap sanitasi dan kesehatan lingkungan dipermukiman itu sendiri, seperti timbulnya bibit penyakit. Literatur review ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran dan strategi penanganan pemukiman kumuh di Kelurahan Batang Arau, Kota Padang terkait sanitasi dan kesehatan lingkungan. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan literatur review. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemukiman di Kelurahan Batang Arau, Kota Padang memiliki kategori sanitasi kekumuhan ringan, sedang, dan besar. Jalan lingkungan dan penyediaan air minum berada pada kategori rendah. Kategori sedang meliputi bangunan gedung, penggarapan air limbah dan penggarapan sampah. Sedangkan drainase lingkungan dan pengamanan kebakaran termasuk kategori besar. Adapun strategi penanganan yang dapat dilakukan untuk menangani pemukiman kumuh ini adalah melakukan program sosialisasi berupa Program Kotaku, membuat konsep penataan pemukiman kumuh berbasis lingkungan, melakukan strategi pemberdayaan masyarakat/ sumber daya manusia (SDM), melakukan pengelolaan pemukiman kumuh yang berkelanjutan, dan melakukan perencanaan penanganan kawasan permukiman. Jika strategi ini dilakukan, maka akan mengurangi pemukiman kumuh di Kota Padang.
Kata Kunci: Kelurahan Batang Arau, kesehatan lingkungan, pemukiman kumuh, sanitasi, strategi penanganan
1. Pendahuluan
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sanitasi adalah kegiatan yang mengontrol beberapa faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi kesehatan lingkungan manusia [1]. Indonesia sampai saat ini masih dikelilingi oleh permasalahan yang kompleks terutama dalam hal sanitasi kesehatan lingkungan perumahan dan pemukiman dimana masih banyak dijumpai sanitasi pemukiman yang belum layak yang mengakibatkan menurunnya kualitas sanitasi lingkungan di daerah pemukiman. Sanitasi lingkungan adalah
keadaan kesehatan lingkungan yang meliputi perumahan, pembuangan limbah, air bersih, pengolahan limbah dan jamban keluarga [2]. Pemukiman merupakan faktor penting dalam meningkatkan harkat dan kualitas kehidupan masyarakat yang sejahtera. Salah satu ciri permukiman tidak layak huni adalah kepadatan bangunan yang tinggi dan sanitasi yang terbatas [1]. Menurut pasal 22 Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, ditetapkan bahwa kesehatan lingkungan dipandang sebagai terciptanya lingkungan yang bermutu dan sehat, yang dapat dicapai dengan meningkatkan sanitasi dasar lingkungan dalam hubungannya dengan lingkungan [1]. Lingkungan dengan penanganan sanitasi yang buruk adalah sumber penyakit yang dapat mempengaruhi Kesehatan masyarakat. Sanitasi ramah lingkungan menjadi faktor untuk meningkatkan kesejahteraan [2].
Keterjaminan tingkat kesehatan baik untuk individu, keluarga, dan masyarakat dipengaruhi oleh bagaimana pemenuhan kebutuhan persyaratan lingkungan perumahan sehat dan pemukiman sesuai standar kesehatan yang ada. Kawasan pemukiman adalah kawasan yang diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat tinggal, serta kawasan kegiatan yang memberikan kehidupan dan penghidupan [3].
Kawasan permukiman sangat erat kaitannya dengan kependudukan dimana jumlah kependudukan juga sangat mempengaruhi sanitasi permukiman, yang mana dengan adanya peningkatan pesat jumlah penduduk dari tahun-ke tahun dapat menyebabkan permasalahan kepadatan pendudukan dalam suatu daerah maupun kota hal ini tentunya memberikan efek terhadap sanitasi wilayah permukiman itu sendiri.
Kawasan perumahan terdiri dari perumahan dengan kepadatan tinggi, sedang dan rendah [4].
Faktor yang mendorong pertumbuhan pemukiman adalah pertumbuhan penduduk dan perkembangan kota. Lahan yang terbatas berbanding terbalik dengan pertumbuhan penduduk, hal ini menyebabkan kualitas pemukiman yang buruk disebabkan ruang gerak yang terbatas, dan akhirnya mempengaruhi kepadatan penduduk di suatu wilayah tertentu [3].
Pertumbuhan kawasan perkotaan yang sangat pesat menyebabkan peningkatan fasilitas perumahan yang tidak memadai, infrastruktur hingga utilitas, pembatasan pemerintah untuk mencegah kondisi tersebut pada akhirnya menciptakan permukiman kumuh perkotaan. Pemukiman kumuh tidak dapat dihuni disebabkan bangunan yang tidak teratur, bangunan yang padat, dan kualitas bangunan serta infrastruktur yang rendah [3]. Pemukiman kumuh memiliki permasalahan yang saat ini sudah menjadi isu sentral di kota- kota besar di dunia. Permasalahan Permukiman kumuh banyak disebabkan oleh berbagai faktor yang menimbulkan terjadinya Permukiman kumuh. Beberapa faktor penyebab daerah menjadi kumuh antara lain migrasi penduduk, urbanisasi, dan konflik perpindahan antar penduduk [5].
Kawasan kumuh tidak dapat dihuni disebabkan bangunan yang tidak teratur, bangunan yang padat, dan kualitas bangunan serta infrastruktur yang rendah. Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, kriteria permukiman kumuh terbagi atas bangunan, jalan lingkungan, penyediaan air minum, drainase lingkungan, pengelolaan limbah, pengelolaan limbah dan potensi bahaya kebakaran. Masalah utama yang ditimbulkan oleh permukiman kumuh adalah perumahan, sanitasi, drainase, jalan lingkungan, kepadatan penduduk yang tinggi dan kawasan terbangun. Menurut UU Perumahan dan Permukiman No. 1 Tahun 2011 Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni yang disebabkan antara lain oleh luas tanah yang melanggar peruntukan atau rencana tata ruang, kepadatan bangunan yang tinggi. di daerah yang sangat terbatas, rawan penyakit, penyakit sosial dan lingkungan, kualitas umum bangunan yang buruk, infrastruktur lingkungan yang tidak memadai, berbahaya [5].
Pertumbuhan Penduduk yang terjadi nantinya akan menyebabkan masalah di perkotaan dimana terbentuknya permukiman kumuh, ketidak beraturannya bangunan yang secara langsung akan berdampak terhadap sanitasi lingkungan. permasalahan ini bisa dilihat dari keadaan sanitasi kondisi lingkungan pemukiman yang semakin menurun. Hal ini didukung oleh beberapa topik yang telah dibahas sebelumnya seperti kebersihan lingkungan merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang meliputi prinsip upaya menghilangkan atau mengendalikan faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit melalui tindakan yang terarah seperti kebersihan air, kebersihan makanan, sistem pembuangan kotoran, udara higienis, pengendalian penyakit vektor serta hewan pengerat dan kebersihan rumah tangga. Ketika masalah sanitasi muncul di kawasan pemukiman padat penduduk yang tidak tertata dengan baik dan tidak terpelihara dengan baik maka akan mencemari lingkungan [6].
Hal ini juga di jelaskan bahwa pemukiman merupakan perumahan dengan segala isi dan fungsi.
Perumahan merupakan wadah fisik, sedangkan permukiman merupakan gabungan antara fisik perumahan, sarana dan prasarana di sekitarnya. Kawasan permukiman ekologis adalah kawasan permukiman yang mampu menampung dan mendorong perkembangan kehidupan di dalamnya secara adil dan berkeadilan, menyatukan kepentingan ekonomi, ekologi, dan sosial [7].
Dalam pelaksanaannya, sangat penting untuk menyeimbangkan kegiatan antara masyarakat dengan pemanfaatan sumber daya alam dan buatan. Keseimbangan ini dapat dicapai melalui kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya. Buruknya kebersihan lingkungan tempat tinggal tercermin dari masih sedikitnya masyarakat yang memiliki akses terhadap air bersih, limbah, pembuangan limbah, kondisi tempat tinggal yang buruk, dan penanganan limbah cair yang tidak sehat. Selain gangguan kesehatan, perilaku manusia juga dapat mempengaruhi kualitas hidup. Banyak masyarakat yang masih memiliki pola hidup yang tidak sehat seperti buang air besar di kebun atau sungai yang airnya kotor, mencuci di sungai yang airnya kotor dan tercemar [8]. Lingkungan memiliki dampak besar pada tingkat kesehatan, diikuti oleh perilaku.Sanitasi dan kesehatan lingkungan di wilayah pemukiman yang dapat menjadi permasalahan lingkungan apabila tidak di tangani dengan semestinya. Untuk itu untuk mengatasi permasalahan sanitasi yang terjadi di wilayah pemukiman yang ada di Indonesia, diperlukan strategi dan pengelolaan yang tepat. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan kajian literatur terkait sanitasi dan kesehatan lingkungan di wilayah pemukiman di kelurahan Batang Arau Kota Padang.
2. Metode Penelitian
Metode literature reviw merupakan metode yang di pakai dalam penelitian ini dengan cara menganalisis beberapa artikel. Yang mana didalam nya tidak terlepas dari tinjauan literatur dengan mengkaji dan melakukan evaluasi hasil kajian khusus nya terkait dengan tema yang tentang sanitasi dan kesehatan lingkungan di wilayah pemukiman. Dalam melakukan kajian literatur tersebut dilakukan beberapa tahapan.
Tahapan pertama dengan melakukan pemilihan naskah dan pencarian dari beberapa artikel yang dirasa cocok dengan tema penelitian yang dilakukan. Pencarian dari artikel dilakukan dengan menggunakan google scholar, dengan rentangan batasan tahun mulai dari tahun 2013- 2022 dengan memasukan keyword
“sanitasi dan kesehatan lingkungan di wilayah pemukiman lokal”. Hasil pencarian tersebut menghasilkan lebih dari 40 artikel baik itu dalam jurnal nasional maupun internasional, kemudian dilakukan pemilihan dari ditemukan 16 artikel memenuhi standar review untuk dilakukan penganalisisan.
Tahap kedua, penelitian literatur melalui analisis beberapa artikel merupakan metode yang dipilih dalam penelitian ini dengan memperhatikan, mendiskusikan literatur dan mengevaluasi hasilnya dengan penelitian yang relevan tentang sanitasi dan kesehatan lingkungan diwilayah pemukiman. Tahapan ketiga, artikel yang sesuai dengan penelitian ini memiliki kriteria standar dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Artikel tersebutlah yang nantinya akan dianalisis menjadi beberapa subkategori yang sesuai dengan tujuan penelitian yang angkat dalam literature review ini.
3. Hasil dan Pembahasan.
UU Perumahan dan Kawasan Permukiman No. 1 Tahun 2011, permukiman kumuh adalah permukiman yang daya huninya melemah, sedangkan permukiman kumuh tidak layak huni karena pembangunan yang tidak teratur dan tinggi muka air. kepadatan pembangunan dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana tidak memenuhi persyaratan. Hal ini tentunya akan berdampak pada penurunan kualitas sanitasi permukiman dan masyarakat. Sanitasi ini mempengaruhi bangunan, lingkungan jalan dan drainase lingkungan, air minum, drainase, limbah dan bahaya kebakaran..
3.1. Permukiman Kumuh
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman Menurut Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2011, permukiman kumuh tidak dapat dihuni karena konstruksi yang buruk, kepadatan bangunan yang tinggi dan kualitas bangunan, sarana dan prasarana yang buruk, sedangkan permukiman kumuh adalah rumah yang rusak. kualitas hidup. Berikut ciri-ciri permukiman kumuh dan permukiman, yaitu: 1. merupakan komplek perumahan yang kualitasnya menurun, 2. kondisi bangunan kokoh, tidak beraturan dan tidak memenuhi persyaratan, 3. kondisi bangunan dan prasarana tidak memenuhi persyaratan (batasan bangunan dan prasarana dalam rangka kreativitas), yaitu: Jalan lingkungan, drainase lingkungan, akses air bersih/minum, pengolahan limbah padat, pengelolaan limbah, proteksi kebakaran [2]. Hal inilah yang menjadi dasar penentuan lokasi permukiman dan permukiman kumuh.
Menurut [14] Tentang kehidupan kumuh dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. Ada 7 kriteria permukiman kumuh dan kumuh [7]:
a. Kriteria pembangunan, hal ini tercermin dari ketidakteraturan pembangunan, tingginya frekuensi pembangunan sesuai rencana daerah dan kualitas pembangunan yang tidak konsisten.
b. Kriteria jalan lingkungan meliputi sistem jalan lingkungan yang tidak melayani seluruh kawasan pemukiman atau pemukiman dan kualitas permukaan jalan lingkungan buruk.
c. Kriteria penyediaan air minum adalah kurangnya akses terhadap air minum bersih dan tidak terpenuhinya kebutuhan air minum individu sesuai standar yang berlaku. yaitu Kriteria drainase lingkungan meliputi drainase lingkungan, kegagalan mengalirkan air hujan yang mengakibatkan genangan air, kegagalan sanitasi, kegagalan menyambung ke sistem pembuangan limbah kota, kegagalan menerima, mengakibatkan penumpukan limbah padat dan cair, dan kualitas limbah yang buruk. pembuatan drainase lingkungan.
d. Kriteria pengolahan limbah adalah sistem pembuangan limbah yang tidak memenuhi standar teknis yang berlaku, serta sarana dan prasarana pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis.
e. Kriteria pengelolaan sampah adalah sarana dan prasarana yang tidak memenuhi persyaratan teknis, sistem pengelolaan sampah yang tidak memenuhi persyaratan teknis, dan sarana dan prasarana persampahan yang tidak terawat dan menimbulkan pencemaran lingkungan.
f. Kriteria keselamatan kebakaran adalah tidak adanya infrastruktur pemadam kebakaran dan peralatan pemadam kebakaran.
3.2. Akibat Pemukiman Kumuh
Perumahan dan pemukiman kumuh tentunya akan memberikan dampak terhadap lingkungannya baik itu menurunnya tingkat sanitasi lingkungan perumahan yang nantinya akan berdampak terhadap manusia, misal dengan timbulnya berbagai permasalahan sanitasi seperti timbulnya bibit-bibit penyakit seperti diare, cacingan, dan lain-lain. Hal ini dibuktikan dari beberapa riview jurnal terkait sebagai berikut: Kebersihan merupakan salah satu tantangan terpenting di negara berkembang karena menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seorang anak meninggal setiap 15 detik akibat penyakit diare karena akses kebersihan yang masih terlalu buruk. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan lingkungan yang serius di tingkat nasional, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia [9]. Infeksi cacing pita menular karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan [10] dan masalah kesehatan kulit masyarakat yang bersumber dari kesehatan lingkungan dan perilaku [11].
3.3. Lokasi Studi
Artikel ini membahas pemukiman kumuh yang terletak di Kelurahan Batang Arau, Padang Selatan.
Berikut ini merupakan gambaran lokasi Batang Arau Padang Selatan, dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. lokasi penelitian di kelurahan Batang Arau Padang Selatan Sumber : Google Earth, 2022
3.4. Sanitasi Kekumuhan perumahan dan pemukiman di Batang Arau
Berdasarkan Keputusan Wali Kota Padang Nomor 163 Tahun 2014 tentang Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh menyatakan bahwa terdapat beberapa daerah di kota Padang yang termasuk ke dalam proporsi permukiman kumuh. Salah satu diantaranya adalah daerah Batang Arau yang terletak di Padang Selatan dimana wilayah luas kawasan kumuh seluas 16,71 Ha yang memiliki RT/RW 2/1, 4/1, ½, 2/2, 3/2, 4/2, 5/2, 6/2, 1/3, 2/3, 3/3, 4/3, 5/3, ¼, 2/4, ¾ [12]. Hal ini tentunya memiliki permasalahan tersendiri di bidang sanitasi lingkungan dan permukiman dan tidak di ragukan lagi bahwasanya permasalahan sanitasi lingkungan mengalami penurunan dan tidak memenuhi standarisasi yang ada. Artikel ini hanya terfokus terhadap perumahan dan pemukiman dengan faktor sanitasi yang di lihat dari aspek yang berkaitan dengan
bangunan, jalan, air minum, drainase, penanganan limbah, pengolahan limbah padat dan proteksi kebakaran yang dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3.
Tabel 1. Sanitasi ditinjau dari aspek bangunan
Sumber: Data Base Line KOTAKU, 2018
Tabel 2. Sanitasi berdasarkan aspek jalan dan drainase lingkungan
Sumber: Data Base Line KOTAKU, 2018
Tabel 3. Sanitasi berdasarkan aspek ketersediaan air, penanganan limbah, dan penanganan kebakaran
Sumber: Data Base Line KOTAKU, 2018
Batas nilai pada tipologi permukiman kumuh adalah rentang nilai 71 – 95 maka permukiman dikatakan kategori Kumuh Tinggi, berkisar nilai 45 – 70 maka permukiman dikatakan kategori Kumuh Sedang, dan berkisar nilai 19-44 tergolong kumuh rendah [13]. Indikator permukiman kumuh berdasarkan slum assessment diketahui faktor yang menyebabkan kekumuhan di sekitarnya, khususnya di kawasan pemukiman Kota Padang. Seperti yang telah dijelaskan pada tahap awal, ketika kami mengevaluasi tujuh indikator dalam kaitannya dengan [14], mereka dapat dibagi menjadi tiga :
a. Tinggi, artinya pengolahan harus menjadi perhatian pemerintah untuk diproses. Kerusakan/cacat pada kelompok berat ini berkisar dari 76% ke atas.
b. Sedang, artinya perawatan direncanakan setelah berat badan dihilangkan. Cacat/cacat pada kelompok yang parah ini berkisar antara 51 sampai 75%.
c. Rendah berarti perawatan direncanakan, karena rentang ini akan memicu tidur sedang hingga parah jika tidak ditangani. Kerusakan/kekurangan pada kelompok yang parah ini berkisar antara 25%
sampai 50%.
Berlandaskan kepada [14] menjabarkan bahwasanya pengkategorian nilai kekumuhan suatu wilayah dapat dilakukan dengan melihat indikator- indikator penyebab dari kekumuhan tersebut. Ada 7 indikator yang tertera dalam [14] tersebut adalah kondisi konstruksi, kondisi jalan, kondisi ketersediaan air, kondisi drainase, kondisi limbah cair, pengolahan limbah padat dan kondisi penanganan kebakaran. Berikut ini merupakan data analisis kategori sanitasi kekumuhan perumahan dan pemukiman di Batang Arau pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis data Base Line KOTAKU, 2018
Sumber: Hasil analisis Data Base Line KOTAKU, 2018
Dari Tabel 4 tersebut dapat kita lihat bahwasanya kategori sanitasi kekumuhan perumahan dan pemukiman di Batang Arau memiliki kategori ringan, sedang, dan besar. Untuk kategori kekumuhan di tinjau dari :
(1). Bangunan Gedung berada pada kategori sedang;
(2). Jalan lingkungan berada pada kategori ringan;
(3). Penyediaan Air Minum berada pada kategori ringan;
(4). Drainase Lingkungan berada pada kategori besar;
(5). Pengelolaan Air Limbah dengan kategori sedang;
(6). Pengelolaan Persampahan dengan kategori sedang;
(7). Proteksi Kebakaran berada pada kategori besar.
3.5. Solusi penanganan permasalahan berlandaskan KEPMEN PUPR No.2/ PRT/M/2016
Untuk mengatasi permasalahan sanitasi perumahan dan pemukiman dapat dilakukan dengan berlandaskan kepada [14] pada perumahan kumuh dan peningkatan kualitas permukiman kumuh..
A. Penanganan Permukiman Kumuh
Ada beberapa cara dalam melakukan penanganan permukiman kumuh yaitu:
a. Pencegahan
1) Melakukan pengawasan dan pencegahan
Kepatuhan terhadap izin, standar teknis, dan pengujian sesuai dengan peraturan hukum. Selain itu, kita dapat meningkatkan kualitas pemukiman dengan;
2) Pemberdayaan Masyarakat
Melalui pendampingan dan pelayan informasi mengenai sanitasi lingkungan perumahan dan pemukiman.
b. Melakukan peningkatan kualitas
Melakukan peningkatan kualitas perumahan dan pemukiman yang akan di jabarkan sebagai berikut:
1) Restorasi, meliputi perbaikan, pengubahan menjadi tempat tinggal yang layak huni
2) Melaksanakan peremajaan dengan menciptakan ruang hidup yang ditujukan untuk keselamatan masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu menyediakan perumahan masyarakat.
3) Pemukiman kembali, hal ini dilakukan dengan cara memindahkan penduduk ke tempat yang layak (misalkan pembelian apartemen).
B. Strategi penanganan kawasan wilayah perumahan dan permukiman kumuh 1. Diadakannya Program sosialisasi Program Kotaku
Penanganan pemukiman kumuh dapat diatasi dengan mewujudkan pemukiman layak huni dengan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), dengan tujuan agar memiliki sistem terpadu untuk menangani masalah korduroi, di mana masyarakat berperan serta berkolaborasi dengan pemangku kepentingan di semua lapisan masyarakat. Pelaksana program adalah para tokoh desa, Lurah dan perangkatnya, Kelompok Penerima Manfaat dan Peduli (KPP) dan Masyarakat, Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP), dan Kelompok Bantuan Masyarakat (KSM) [3].
2. Konsep lingkungan permukiman kumuh di kelurahan Batang Arau dan strategi Pemberdayaan Masyarakat/Sumber Daya Manusia [5]:
a. Meningkatkan partisipasi aktif masyarakat;
b. Memperkuat peran perguruan tinggi melalui tenaga ahli;
c. Meningkatkan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan d. Mengembangkan kelembagaan masyarakat;
e. Meningkatkan kemampuan menganalisis masalah lingkungan dan mengembangkan potensi daerah.
3. Melakukan pengelolaan Pemukiman Kumuh yang berkelanjutan
Program penanggulangan permukiman kumuh dimulai pada tahun 1969 sebagai Program Perbaikan Kampung (KIP) untuk kota Jakarta dan Surabaya pada tahun 1969 hingga Program Pemberdayaan Masyarakat Nasional Perkotaan (PNPM) mandiri pada tahun 2014 [15].
4. Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh
Perencanaan secara holistik dengan faktor yang saling berhubungan, sehingga penanganan kawasan kumuh efisien, tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat [16].
4. Kesimpulan
Berdasarkan hal tersebut sanitasi kekumuhan perumahan dan pemukiman di kelurahan Batang Arau, Kota Padang dikategorikan berada pada kategori ringan jika ditinjau dari segi jalan lingkungan dan penyediaan air minum; sedang jika ditinjau dari segi bangunan gedung, pengelolaan air limbah, dan pengelolaan persampahan; besar jika ditinjau dari drainase lingkungan dan proteksi kebakaran. Strategi dalam penanganan sanitasi di wilayah pemukiman di Kelurahan Batang Arau adalah mengadakan program sosialisasi seperti Program Kotaku, kemudian membuat konsep penataan permukiman kumuh berbasis lingkungan, melakukan pemberdayaan masyarakat/ sumber daya manusia, melakukan pengelolaan pemukiman kumuh yang berkelanjutan, dan melakukan perencanaan penanganan kawasan permukiman kumuh.
5. Terima Kasih
Penulis berterima kasih kepada mahasiswa dan dosen dari Prodi Ilmu Lingkungan Universitas Negeri Padang dan Institut Teknologi Bandung yang selalu memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan artikel ilmiah ini.
6. Singkatan
WHO Organisasi Kesehatan Dunia
% Persentase
KOTAKU Program Kota Tanpa Kumuh
BKM Badan Keswadayaan Masyarakat TIPP Tim Inti Perencanaan Partisipatif
KSM Kelompok Swadaya Masyarakat
KPP Permukiman, Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara KIP Kampung Improvemen Program
PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
7. Referensi
[1] Aksy, Suci, P., & Jumiati. (2021). Analisis Sanitasi Lingkungan Permukiman Tepian Sungai Kapuas Kelurahan Sungai Jawi Luar Dan Sungai Beliung Kecamatan Pontianak Barat. Jurnal Rekayasa Lingkungan Tropis Teknik Lingkungan Universitas Tanjung Pura, 2(1), 1–10.
[2] Khristiani, E. R. (2017). Hubungan Penyediaan Air Bersih di Permukiman Dengan Kejadian Diare Di Dusun Sucen, Kecamatan Triharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKESWira Husada.
[3] Sulaiman, A. L. (2021). Proses Kolaborasi Penanganan Permukiman Kumuh Melalui Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) di Kota Bandung (Studi Kasus : Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan). Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Kota Bandung, 1–23 [4] Fadjarani, S. (2018). Penataan Permukiman Kumuh Berbasis Lingkungan. Jurnal geografi
Universitas Negeri Semarang, 15(1)
[5] Kurniawan, I. A., Widianingsih, I., Wiradinata, S. N., & Raharja, S. J. (2022). Collaborative Governance Dalam Pengembangan Kampung Wisata Dalam Mengatasi Persoalan Kumuh Di Kota Tangerang. Jurnal Politik, Keamanan dan Hubungan Internasional, 2021(September), 105–113.
[6] Putriani. (2015). Daftar Pustaka Daftar Pustaka. Pemikiran Islam di Malaysia: Sejarah dan Aliran, 20(5), 40–43. https://doi.org/10.1080/14888386.2007.9712830.Harrison
[7] Shofa, R., & Hadi, H. (2017). Studi sanitasi lingkungan permukiman nelayan di desa tanjung luar Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Geodika, 1(2), 22–34.
[8] Widiastuti, A. (2019). Pengelolaan Sanitasi Lingkungan Dalam Pembangunan Daerah Di Kota Serang. Jurnal Ekonomi-Qu, 9(2), 178–199.
[9] Luthfi, R., Rahmad, N., Deli, R., Razak, A., & Barlian, E. (2018). Implementation of the Food Safety Management System ( FSMS ) as Compliance with Food Sanitation and Hygiene to Ensure Healthy Food. Journal Of Food Safety.
[10] Restuastuti, T., Restila, R., & Anggraini, Y. E. (2022). Analisis Hubungan Sanitasi Lingkungan Terhadap Keluhan Penyakit Kulit. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 21(1), 9–17.
[11] Chammartin, F., Scholte, R. G. C., Malone, J. B., Bavia, M. E., Nieto, P., Utzinger, J., & Vounatsou, P. (2013). Modelling the geographical distribution of soil-transmitted helminth infections in Bolivia.
Parasites & Vectors, 1–14..
[12] Kepusan Wali Kota Padang Nomor 163 tahun 2014 tentang Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh, 2014.
[13] Asmariati, R. (2019). Pengelompokan Permukiman Kumuh Kota Padang Berdasarkan Permen PUPR NO. 2/PRT/M/2016. Jurnal Rekayasa, 07(02).
[14] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, (2016).
[15] Ervianto, W. I., & Felasari, S. F. (2019). Pengelolaan Permukiman Kumuh Berkelanjutan Di Perkotaan. Jurnal Spektran Unud, 7(2), 178–186
[16] Wijaya, D. W. (2016). Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh (Studi Penentuan Kawasan Prioritas untuk Peningkatan Kualitas Infrastruktur pada Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Malang). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP), 2(1), 1–10.
[17] Data Base Line KOTAKU Kementerian PUPR, (2018). Data Base Line KOTAKU Kota Padang 2018. Diakses pada 10 Oktober 2022, dari https://kotaku.pu.go.id/tags/
[18] Google Earth, (2022). Map Kota Padang 2022. Diakses pada 10 Oktober 2022, dari https://earth.google.com/web/