TESIS
ANALISIS PERFORMA
REAKTOR GASIFIKASI DOWNDRAFT
MENGGUNAKAN AGEN GASIFIKASI OKSIGEN
DENGAN VARIASI CEKIKAN PADA VENTURINYA
GST. NGR. A. SATRIA PRASETYA DHARMA YUDHA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
TESIS
ANALISIS PERFORMA
REAKTOR GASIFIKASI DOWNDRAFT
MENGGUNAKAN AGEN GASIFIKASI OKSIGEN
DENGAN VARIASI CEKIKAN PADA VENTURINYA
GST. NGR. A. SATRIA PRASETYA DHARMA YUDHA NIM 119 196 1005
PROGRAM MEGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii
ANALISIS PERFORMA
REAKTOR GASIFIKASI DOWNDRAFT
MENGGUNAKAN AGEN GASIFIKASI OKSIGEN
DENGAN VARIASI CEKIKAN PADA VENTURINYA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Megister Pada Program Megister, Program Studi Teknik Mesin
Program Pascasarjana Universitas Udayana
GST. NGR. A. SATRIA PRASETYA DHARMA YUDHA NIM 119 196 1005
PROGRAM MEGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 18 JANUARI 2016
Dosen Pembimbing I
Dr. Eng. Made Sucipta, ST, MT
NIP. 19741114 200012 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Megister Teknik Mesin Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana
Prof.Dr.Ir. I Gusti Bagus Wijaya Kusuma NIP. 19700607 199303 1 002
Dosen Pembimbing II
Prof. I Nym. Suprapta Winaya, ST, MASc, PhD NIP. 19691231 199412 1 001
Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana
iv
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 14 Januari 2016
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No : 0278 / UN14.4 / HK / 2016
Ketua : Dr. Eng. Made Sucipta, ST, MT Anggota :
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : I GST. NGR. A. SATRIA PRASETYA D. Y. NIM : 119 196 1005
Program Studi : Megister Teknik Mesin Universitas Udayana Judul Tesis : Analisis Performa Reaktor Gasifikasi Downdraft
Menggunakan Agen Gasifikasi Oksigen Dengan Variasi Cekikan Pada Venturinya
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam Karya Ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundangan-Undangan yang berlaku lainnya.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.
Denpasar, 18 Januari 2016 Yang membuat pernyataan,
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan baik. Tesis ini dengan judul “Analisis Performa Reaktor Gasifikas Dwondraft Menggunakan Agen Gasifikasi Oksigen dengan Variasi Cekikan pada Venturinya”.
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Master pada Program Studi Teknik Mesin Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Dalam penyusunan Tesis ini penulis banyak mendapat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada, Ketua Program Studi Teknik Mesin Program Pascasarjana Universitas Udayana, Pembimbing Akademik, Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II, Dosen Penguji, Keluarga yang slalu memberikan dukungan, Teman-teman mahasiswa Megister Teknik Mesin Universitas Udayana dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penulisan Hasil Penelitian Tesis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam Tesis ini masih banyak kekurangannya baik dalam isi maupun pengkajiannya oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan agar menjadi lebih baik.
Denpasar , 18 Januari 2016
vii
ANALISIS PERFORMA
REAKTOR GASIFIKASI DOWNDRAFT MENGGUNAKAN AGEN GASIFIKASI OKSIGEN DENGAN VARIASI CEKIKAN PADA VENTURINYA Oleh : Gst. Ngr. A. Satria Prasetya D. Y., ST Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Made Sucipta, ST, MT
Prof. I Nym. Suprapta Winaya, ST, MASc, PhD
ABSTRAK
Energi biomassa adalah energi yang bersumber dari bahan biologis dari tumbuh-tumbuhan seperti kayu, sekam padi, bongkol jagung, dan lain sebagainya. Proses konversi biomassa menjadi energi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pembakaran, pirolisis, dan gasifikasi. Proses gasifikasi merupakan proses pemanfaatan biomassa dengan cara mengkonversi energi dari bahan baku padat (biomassa) menjadi syn-gas (gas hasil sintesa) yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Salah satu contoh gasifikasi yang telah dikembangkan adalah sistem downdraft. Proses gasifikasi memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan kandungan syngas yang dihasillkannya yaitu, karakteristik biomassa, desain gasifier, jenis agen gasifikasinya, dan air-fuel ratio.
Dalam penelitian ini dirancang reaktor gasifikasi menggunakan pipa blackstell diemater 6” dengan tinggi reaktor 1 meter dan menggunakan bahan bakar seut kayu. Agen gasifikasi oksigen dipilih untuk mendapatkan hasil syngas yang lebih baik, dengan laju aliran oksigen sebesar 2, 4, dan 6 liter permenit, dengan variasi cekikan venturi pada bodinya sebesar diameter 2” (1:3), diameter 3” (1:2), diameter 4” (2:3), dan terakhir diameter 6” (tanpa cekikan).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa laju aliran oksigen yang diberikan berbanding terbalik dengan lamanya proses gasifikasi yang terjadi, dimana proses gasifikasi tercepat terjadi pada laju aliran oksigen sebesar 6 lpm (liter permenit) dan yang paling lama terjadi pada laju aliran oksigen 2 lpm. Untuk distribusi temperatur pada semua variasi cekikan temperatur rata-rata di setiap zona pada proses gasifikasi, temperatur tertingginya terjadi saat laju aliran oksigen 6 lpm, kemudian 4 lpm, dan terendah saat laju aliran oksigen sebesar 2 lpm. Sementara penelitian ini menghasilkan effisiensi terbaik sebesar 58,6942 % pada cekikan venturi diameter 4” atau dengan perbandingan 2:3 dengan bodi utama dari gasifier, dan terjadi saat laju aliran oksigen sebesar 4 lpm. Effisiensi dipengaruhi oleh kandungan gas CO, CH4,
dan H2, selain itu effisiensi sangat dipengaruhi oleh lamanya syngas yang bisa
dimanfaatkan (mampu terbakar secara kontinu) pada proses gasifikasi, karena semakin lama pemanfaatan maka semakin banyak syngas yag akan dihasilkan.
viii
PERFORMANCE OF
DOWNDRAFT GASIFICATION REACTOR USING OXIGEN FOR GASIFICATION AGEN
WITH VARIATIONS ON THE VENTURESTRANGULATION
Author : Gst. Ngr. A. Satria Prasetya D. Y., ST Guidance : Dr. Eng. Made Sucipta, ST, MT
Prof. I Nym. Suprapta Winaya, ST, MASc, PhD
ABSTRACT
Biomass energy is energy derived from biological material from plants such as wood, rice husk, corn head, and so forth. The process of conversion of biomass into energy can be process by combustion, pyrolysis, and gasification. The gasification process is a process of utilization of biomass by converting energy from a solid raw material (biomass) into syn-gas (the synthesis gas) that can later be used as fuel. One example of gasification that has been developed is a downdraft system. Gasification process has several factors that affect the process and content of which produced syngas that is, the characteristics of biomass gasifier designs, types of agents gasifikasinya, and the air-fuel ratio.
In this study determined the gasification reactor using black steel pipe diameter of 6" with a height of reactor is 1 meter. Agent gasification oxygen is chosen to get the syngas better, with a flow rate of oxygen at 2, 4, and 6 liters per minute, with a variation of strangulation venturi in the body of diameter 2" (1: 3), diameter 3" (1: 2), diameter 4" (2: 3), and the final diameter of 6" (without strangulation).
The result showed that the oxygen flow rate given is uncomparable to the length of the gasification process, where the fastest gasification process occurs in the oxygen flow rate of 6 lpm (liters per minute) and the longest occurred in the oxygen flow rate of 2 lpm. For the temperature distribution on all variations of strangulation average temperatures in each zone of the gasification process, the highest temperature occurs when the oxygen flow rate of 6 lpm, then 4 lpm, and the current low oxygen flow rate of 2 lpm. While this research produces the best efficiency of 58.6942% on a strangulation venturi diameter of 4 "or a ratio of 2: 3 with the main body of the gasifier, and occurs when the oxygen flow rate of 4 lpm. Efficiency is affected by the gas content of CO, CH4 and H2, besides the efficiency is strongly
influenced by the length of syngas that can be used (capable of burning continuously) in the gasification process, because the longer the use, the more syngas will be generated.
Key Words: Gasification, Downdraft, Oxigen Agen Gasification, Variation of Oxigen Flow Rate and Cariation of Venture Strangulation, Efficiency of Gasifier
ix RINGKASAN
ANALISIS PERFORMA REAKTOR GASIFIKASI DOWNDRAFT MENGGUNAKAN AGEN GASIFIKASI OKSIGEN
DENGAN VARIASI CEKIKAN PADA VENTURINYA Gst. Ngr. A. Satria Prasetya D. Y.,
Dr. Eng. Made Sucipta, ST, MT, Pembimbing 1
Prof. I Nym. Suprapta Winaya, ST, MASc, PhD, Pembimbing 2
Gasifikasi adalah proses konversi thermokimiawi dari bahan bakar yang mengandung karbon (padat ataupun cair) menjadi gas yang disebut syngas (synthesis gas) atau gas sintetis dimana gas tersebut memiliki nilai bakar dengan cara oksidasi parsial pada temperatur tinggi. Dalam proses gasifikasi ada tiga hal yang penting dalam proses gasifikasi, yaitu jenis reaktor, bahan bakar biomassa yang digunakan, dan agen gasifikasi.
Salah satu sumber energi biomassa yang belum dimanfaatkan secara maksimal adalah serutan kayu. Serutan kayu merupakan limbah industri penggergajian kayu. Jumlah ketersediaan serutan kayu sangat besar seperti terlihat pada Tabel 3.2, namun tidak semua serutan kayu yang ada telah termanfaatkan, sehingga bila tidak ditangani dengan baik maka dapat menjadi masalah lingkungan yang serius.
Dalam penelitian ini dirancang reaktor gasifikasi menggunakan pipa blackstell diemater 6”. Dari rancangan tersebut direncanakan untuk memanaskan air hingga mendidih dalama selang waktu 30 menit dan menggunakan serutan kayu sebagai bahan bakar gasifikasi sehingga diperoleh tinggi reaktor 1 meter. Agen gasifikasi oksigen dipilih untuk mendapatkan hasil syngas yang lebih baik, dengan laju aliran oksigen sebesar 2, 4, dan 6 liter permenit, dengan variasi cekikan venturi pada bodinya sebesar diameter 2” (1:3), diameter 3” (1:2), diameter 4” (2:3), dan terakhir diameter 6” (tanpa cekikan).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa laju aliran oksigen yang diberikan berbanding terbalik dengan lamanya proses gasifikasi yang terjadi, dimana proses gasifikasi tercepat terjadi pada laju aliran oksigen sebesar 6 lpm (liter permenit) dan yang paling lama terjadi pada laju aliran oksigen 2 lpm. Untuk distribusi temperatur pada semua variasi cekikan temperatur rata-rata di setiap zona pada proses gasifikasi, temperatur tertingginya terjadi saat laju aliran oksigen 6 lpm, kemudian 4 lpm, dan terendah saat laju aliran oksigen sebesar 2 lpm. Sementara penelitian ini menghasilkan effisiensi terbaik sebesar 58,6942 % pada cekikan venturi diameter 4” atau dengan perbandingan 2:3 dengan bodi utama dari gasifier, dan terjadi saat laju aliran oksigen sebesar 4 lpm. Effisiensi dipengaruhi oleh kandungan gas CO, CH4,
dan H2, selain itu effisiensi sangat dipengaruhi oleh lamanya syngas yang bisa
x
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERSYARATAN GELAR ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v
UCAPAN TERIMAKASIH ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
RINGKASAN ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 4
1.3Tujuan Penelitian ... 4
1.4Manfaat Penelitian ... 5
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
2.1 Konversi Thermokimiawi dan Pengertian Gasifikasi ... 6
2.1.1 Konversi Thermokimiawi ... 6
2.1.2 Gasifikasi ... 6
2.1.3 Faktor Yang Mepengaruhi Proses Gasifikasi ... 14
2.1.4 Dasar Proses Gasifikasi pada Downdraft Gasifier ... 17
2.1.5 Parameter-Parameter Penting dalam Proses Gasifikasi ... 22
2.2 Pembakaran Bahan Bakar ... 27
2.2.1 Prinsip Pembakaran Bahan Bakar ... 27
2.2.2 Nilai Pembakaran ... 29
2.2.3 Jumlah Udara Pembakaran ... 30
2.3 Biomassa ... 32
2.3.1 Pengertian Biomassa ... 32
2.3.2 Komposisi Biomassa... 33
2.3.3 Pemanfaatan Energi Biomassa ... 33
2.3.4 Produk Biomassa ... 38
2.4 Serutan Kayu... 42
2.5 Efisiensi Aktual Gasifikasi ... 43
2.6 Perhitungan Hasil Gas Gasifikasi ... 45
2.7 Penelitian Terdahulu ... 46
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ... 48
3.1 Kerangka Berpikir... 48
xii
3.3 Hipotesis ... 51
BAB IV METODE PENELITIAN ... 52
4.1 Variable Penelitian ... 52
4.1.1 Menghitung Kebutuhan Oksigen Pembakaran ... 53
4.1.2 Menghitung Fuel Consumtion Rate (FCR) untuk Penelitian... 55
4.1.3 Menghitung Oksigen Flow Rate (OFR) ... 57
4.2 Rancangan Alat Uji ... 58
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 64
4.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 64
4.5 Penentuan Sumber Data ... 65
4.6 Bahan Penelitian ... 65
4.7 Instrumen Penelitian ... 67
4.8 Prosedur Penelitian ... 70
BAB V DATA DAN HASIL PENELITIAN ... 73
5.1 Data Hasil Penelitian ... 73
5.1.1 Waktu Operasi dan Massa Arang ... 73
5.1.2 Gas Hasil Pengujian ... 73
5.2 Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 75
5.2.1 Perhitungan Fuel Consumtion Rate Actual (FCRa) ... 75
5.2.2 Perhitungan Kebutuhan Stokiometri Oksigen Aktual (SAa) ... 76
5.2.2 Perhitungan Gas Gasifikasi ... 77
xiii
BAB VI PEMBAHASAN ... 84
6.1 Waktu Penelitan, FCRa, dan SAa ... 84
6.2 Distribusi Temperatur ... 89
6.3 Kandungan Gas Berguna ... 92
6.4 Energi Berguna dan Effisiensi Gasifier ... 95
BAB VII PEMBAHASAN ... 98
7.1 Kesimpulan ... 98
7.2 Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 100
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik Batasan Konversi Thermokimia Biomassa ... 6
Gambar 2.2 Updraft Gasifier ... 8
Gambar 2.3 Downdraft Gasifier ... 9
Gambar 2.4 Crossdraft Gasifier ... 10
Gambar 2.5 Gasification processes and their products ... 14
Gambar 2.6 Skema Tahapan Proses Gasifikasi Downdraft ... 18
Gambar 2.7 Teknologi Konversi Biomassa ... 34
Gambar 2.8 Skema Pembentukan Biogas ... 38
Gambar 2.9 Nyala Api ... 41
Gambar 2.10 Perubahan Api Laminer dan Turbulen Terhadap Flow Felocity ... 42
Gambar 4.1 Rencana Reaktor Gasifier Tampak Atas ... 59
Gambar 4.2.a Rencana Reaktor Gasifier dengan Cekikan Venturi 2” ... 60
Gambar 4.2.b Rencanan Perbandingan Cekikan dan Bodi pada Reaktor Gasifier .... 61
Gambar 4.3 Sistem Gasifikasi ... 62
Gambar 4.4 Sistem Gasifikasi Aktual... 63
Gambar 4.5 Reaktor Gasifikasi Aktual ... 66
Gambar 4.6 Thermokopel dan Multimeter Digital ... 68
Gambar 4.7 Stopwatch Handphone ... 68
Gambar 4.8 Flow Meter ... 69
xv
Gambar 4.10 Diagram Alir ... 72
Gambar 6.1 Lama Proses dari Gasifikasi... 84
Gambar 6.2 Waktu Pemanfaatan Gas Gasifikasi ... 86
Gambar 6.3 FCRa (Fuel Consumtion Rate Actual) Gasigikasi ... 87
Gambar 6.4 Kebutuhan Oksigen Gasifikasi Aktual (SAa) ... 88
Gambar 6.5 Distribusi Temperatur pada Zona Oksidasi ... 89
Gambar 6.6 Distribusi Temperatur pada Zona Pirolisa ... 90
Gambar 6.7 Distribusi Temperatur pada Zona Pengeringan ... 91
Gambar 6.8 Distribusi Temperatur pada Zona Reduksi ... 92
Gambar 6.9 Kandungan Gas CO ... 93
Gambar 6.10 Kandungan Gas CH4 ... 94
Gambar 6.11 Kandungan Gas H2 ... 95
Gambar 6.12 Energi Berguna Gasifier ... 96
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kelebihan dan Keemahan Gasifier ... 13
Tabel 2.2 Analisa Ultimate dari Biomassa ... 33
Tabel 2.3 Proximate Analysis & Ultimate Analysis Kayu ... 43
Tabel 2.4 Hegher Heating Value (HHV) dan Lower Heating Value (LHV) ... 45
Tabel 3.1 Potensi Energi Terbarukan ... 49
Tabel 3.2 Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah ... 50
Tabel 4.1 Jadwal Penelitian ... 64
Tabel 5.1 Data Hasil Penelitian untuk Waktu Operasi dan Massa Arang ... 73
Tabel 5.2 Data Hasil Pengujian Gas Gasifikasi pada Gasifier dengan Cekikan 2” ... 74
Tabel 5.3 Distribusi Temperatur Rata-Rata pada Setiap Variasi Cekikan ... 75
Tabel 5.4 Hasil Perhitungan FCR Aktual (FCRa) dan SA Aktual (SAa) ... 77
Tabel 5.5 Persentase Kandungan Gas Hasil Gasifikasi dengan Cekikan 2” ... 79
Tabel 5.6 Persentase Kandungan Gas H2, CO, dan CH4 ... 80
Tabel 5.6 Produksi N ... 82
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pengujian Kandungan Gas pada Cekikan Venturi 2” ... 102
Lampiran 2. Hasil Pengujian Kandungan Gas pada Cekikan Venturi 3” ... 103
Lampiran 3. Hasil Pengujian Kandungan Gas pada Cekikan Venturi 4” ... 104
Lampiran 4. Hasil Pengujian Kandungan Gas pada Cekikan Venturi 2” ... 105
Lampiran 5. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 2” Laju Oksigen 2 Lpm ... 106
Lampiran 6. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 2” Laju Oksigen 4 Lpm ... 107
Lampiran 7. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 2” Laju Oksigen 6 Lpm ... 108
Lampiran 8. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 3” Laju Oksigen 2 Lpm ... 109
Lampiran 9. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 3” Laju Oksigen 4 Lpm ... 110
Lampiran 10. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 3” Laju Oksigen 6 Lpm ... 111
Lampiran 11. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 4” Laju Oksigen 2 Lpm ... 112
Lampiran 12. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 4” Laju Oksigen 4 Lpm ... 113
Lampiran 13. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 4” Laju Oksigen 6 Lpm ... 114
Lampiran 14. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 6” Laju Oksigen 2 Lpm ... 115
Lampiran 15. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 6” Laju Oksigen 4 Lpm ... 116
Lampiran 16. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 6” Laju Oksigen 6 Lpm ... 117
Lampiran 17. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 2” Laju Oksigen 2 Lpm... 118
Lampiran 18. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 2” Laju Oksigen 4 Lpm... 119
Lampiran 19. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 2” Laju Oksigen 6 Lpm... 120
Lampiran 20. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 3” Laju Oksigen 2 Lpm... 121
xviii
Lampiran 22. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 3” Laju Oksigen 6 Lpm... 123
Lampiran 23. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 4” Laju Oksigen 2 Lpm... 124
Lampiran 24. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 4” Laju Oksigen 4 Lpm... 125
Lampiran 25. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 4” Laju Oksigen 6 Lpm... 126
Lampiran 26. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 6” Laju Oksigen 2 Lpm... 127
Lampiran 27. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 6” Laju Oksigen 4 Lpm... 128
Lampiran 28. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 6” Laju Oksigen 6 Lpm... 129
Lampiran 29. Hasil Uji Forensik Gas Agen Gasifikasi Oksigen ... 130
Lampiran 30. Hasil Uji Forensik Udara ... 131
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari mulai dari kebutuhan rumah tangga sampai dengan kebutuhan di bidang industri. Di Indonesia pada umumnya masih menggunakan sumber energi yang tak terbarui, sumber energi itu berasal dari minyak fosil atau yang sering dikenal dengan nama minyak bumi. Karena tidak bisa diperbarui hal ini menyebabkan adanya kekhawatiran akan terjadinya kekurangan energi yang besar di masa depan. Dengan semakin berkurangnya energi tak terbarui ini, maka banyak penelitian yang dilakukan untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan penggunaan dari energi yang dapat terbarukan. Energi terbarukan ini merupakan energi yang jumlahnya bisa diperbanyak dan masih jarang dimanfaatkan. Ada beberapa macam anergi yang dapat terbaharukan seperti energi surya, energi panas bumi, energi angin, energi gelombang, energi biomassa dan lain sebagainya.
2
di Indonesia sangat banyak, megingat Indonesia merupakan negara kehutanan dan produsen kerajinan kayu, dalam proses produksi kayu akan menyisakan limbah berupa serutan kayu, namun limbah tersebut belum bisa dimanfaatkan secara maksimal, kenyataannya masih ada yang di tumpuk, sebagian dibuang ke aliran sungai (pencemaran air), atau dibakar secara langsung (ikut menambah emisi karbon di atmosfir), padahal serutan kayu tersebut bisa dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi alternatif yang dapat terbarukan. Oleh sebab itu limbah serutan kayu cocok digunakan sebagai bahan bakar biomassa untuk energi alternatif.
Proses konversi biomassa menjadi energi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pembakaran, pirolisis, dan gasifikasi. Gasifikasi sebagai salah satu proses thermal konversi biomassa menjadi energi menawarkan efisiensi yang tinggi dibandingkan dengan proses pembakaran, sedangkan pirolisis saat ini masih dalam proses pengembangan lanjut (Bridgwater, 2002). Proses gasifikasi merupakan proses pemanfaatan biomassa dengan cara mengkonversi energi dari bahan baku padat (biomassa) menjadi syn-gas (gas hasil sintesa) yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Proses gasifikasi ini hampir mempunyai kesamaan dengan proses pembakaran, hanya saja udara yang dimasukkan ke sistem gasifikasi sangat terbatas. Salah satu contoh gasifikasi yang telah dikembangkan adalah sistem downdraft.
3
karena hampir 99% tar yang terbentuk mampu dibakar atau dikonsumsi di dalam proses gasifikasi downdraft (Ciferno, 2002).
Proses gasifikasi memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan kandungan syngas yang dihasilkkannya. Faktor –faktor tersebut berkaitan dengan karakteristik biomassa, desain gasifier, jenis agen gasifikasinya, dan air-fuel ratio (AFR) (Hidayat, 2013). Untuk disain gasifikasi yang menjadi salah satu ciri khas dari jenis gasifikasi downdraft adalah adanya cekikan venturi pada bodi reaktornya. Untuk agen gasifikasinya yang sudah pernah digunakan adalah udara, oksigen, dan steam. Pada umumnya proses gasifikasi menggunakan udara sebagai agennya, namun gas yang dihasilkan tentunya tidak sebagus jika menggunakan oksigen murni, karena dalam udara terdapat berbagai unsur lain yang tidak dibutuhkan dalam proses pembakaran seperti kandungan nitrogen. Untuk proses kontrol biasanya yang menentukan performa dari proses gasifikasi adalah volume dari reaktor tersebut dan laju aliran massa agen gasifikasi yang digunakan. Kebutuhan oksigen sebagai agen pada proses gasifikasi berada di antara batas konversi energi pirolisis dan pembakaran, karena itu dibutuhkan rasio yang tepat jika menginginkan hasil syngas yang maksimal.
Dari uraian di atas maka telah dibuat desain alat gasifikasi jenis downdraft
4
ekperimen. Dengan melakukan ekperimen-ekperimen tersebut telah diperoleh desain reaktor gasifikasi yang terbaik untuk mendapatkan gas output yang ramah lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Mengingat kompleksnya permasalahan dalam pembahasan sistem gasifikasi downdraft, maka dalam penyusunan proposal tesis ini menitik beratkan pada permasalahan laju aliran massa oksigen yang dibutuhkan pada desain gasifikasi downdraft serta perbandingan antara cekikan leher venturi terhadap bodi reaktor yang dibutuhkan untuk mendapatkan efisiensi gasifikasi yang paling baik.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui laju aliran massa oksigen yang dibutuhkan pada desain gasifikasi
5
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang sangat diinginkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan desain gasifikasi downdraft menjadi lebih efisien.
2. Memberikan sumbangan pengetahuan tentang system gasifikasi terutama jenis
downdraft dalam kehidupan sehari-hari.
3. Desain gasifikasi downdraft diharapkan dapat menjadi referensi sebagai desain yang tepat guna dalam pemanfaatan serbuk kayu.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi permasalahan yang terjadi berkaitan dengan penelitian, ada beberapa hal yang menjadi batasan yaitu :
1. Fluida yang digunakan adalah oksigen yang selama proses dianggap tidak mengandung unsur-unsur lain.
2. Penelitian dan pembahasan hanya dilakukan dengan menggunakan model (prototype) reaktor gasifikasi, dengan jenis gasifikasi aliran searah (downdraft gasification).
3. Biomassa yang digunakan adalah serutan kayu dari insdustri kerajinan dengan properti yang dianggap konstan.
7
bahan bakar yang mengandung karbon (padat ataupun cair) menjadi gas yang
disebut syngas (synthesis gas) atau gas sintetis dimana gas tersebut memiliki
nilai bakar dengan cara oksidasi parsial pada temperatur tinggi. Tetapi sejauh ini
teknologi ini umumnyan masih stagnan pada skala penelitian karena konsumsi
energinya yang terlalu besar. Namun ada beberapa negara yang telah menerapkan
teknologi ini pada bidang pembangkit listrik, dimana gas yang dihasilkan oleh
reaktor gasifikasi dipakai untuk menggerakkan generator.
Terdapat berbagai macam tipe gasifier di dunia ini dan beberapanya
dapat dibedakan berdasarkan:
Mode fluidisasi
Arah aliran
Gas yang perlukan untuk proses gasifikasi
Berdasarkan mode fluidisasinya, jenis gasifier dapat dibedakan
menjadi 3 jenis. Gasifier tersebut adalah : gasifikasi unggun tetap (fixed bed
gasification), gasifikasi unggun bergerak (moving bed gasification), gasifikasi
unggun terfluidisasi (fluidized bed gasification), dan entrained bed.
Berdasarkan arah aliran, gasifier dapat dibedakan menjadi gasifikasi aliran
searah (downdraft gasification), gasifikasi aliran berlawanan (updraft
8
a)Updraft Gasifier
Pada tipe ini udara masuk melalui arah bawah dan mengoksidasi arang
secara parsial untuk menghasilkan CO dan H2 (jika digunakan uap) dan
ditambah N2 (jika digunakan udara). Gas ini kemudian bertemu dengan
biomassa.Gas yang sangat panas tersebut mempirolisa biomassa,
menghasilkan karbon padatan (arang), uap air dan 10-20% uap minyak
pada temperatur 100-4000 C, tergantung pada kadar air biomassa.
Selanjutnya arang akan dioksidasi parsial oleh udara dan menghasilkan
gas.
Gambar 2.2. Updraft gasifier (sumber : Tasliman, 2008 diambil dari Turare, 1997)
b)Downdraft Gasifier
Udara masuk menyebabkan pirolisis (flaming pyrolisis) biomassa. Proses
ini mengkonsumsi uap - uap minyak dan menghasilkan gas reduksi partial
CO, CO2, H2 dan H2O, serta sedikit metan sekitar 0,1%. Gas panas
bereaksi dengan arang untuk mereduksi gas lebih lanjut dan
9
Gambar 2.3. Downdraft Gasifier (sumber : Tasliman, 2008 diambil dari Turare, 1997)
c) Crossdraft Gasifier
Mungkin gasifikasi tipe cross-draft lebih menguntungkan dari pada updraft
dan down-draft gasifier. Keuntungannya seperti suhu gas yang keluar
tinggi, reduksi CO2 yang rendah dan kecepatan gas yang tinggi yang
dikarenakan desainnya. Tidak seperti down-draft dan up-drat gasifier,
tempat penyimpanan, pembakaran, dan zona reduksi pada cross-draft
gasifier terpisah. Untuk desain bahan bakar yang terbatas untuk
pengoperasian rendah abu bahan bakar seperti kayu, batu bara, limbah
pertanian. Kemampuan pengoperasiannya sangat bagus, menyebabkan
konsentrasi sebagian zona beroperasi di atas suhu 200oC. Waktu mulai
(start up) 5 - 10 menit jauh lebih cepat dari pada down-draft dan up-draft
gasifier. Pada cross-draft dapat menghasilkan temperatur yang relatif
tinggi, komposisi gas yang dihasilkan kurang baik seperti tingginya gas CO
10
Gambar 2.4. Crossdraft Gasifier (sumber : Tasliman, 2008 diambil dari Turare, 1997)
Kelebihan dan kekurangan dari ketiga jenis reaktor tersebut dapat dilihat
pada tabel 2.1.
Berdasarkan gasifying yang diperlukan untuk proses gasifikasi, terdapat
gasifikasi udara dan gasifikasi oksigen/uap. Gasifikasi udara adalah metode
dimana gas yang digunakan untuk proses gasifikasi adalah udara. Sedangkan
pada gasifikasi uap, gas yang digunakan pada proses yang terjadi adalah uap.
a) Gasifikasi Udara
Gasifikasi yang paling sederhana adalah menggunakan udara sebagai
agent proses gasifikasi. Kelebihan arang yang dibentuk saat proses
pirolisis dengan gasifier merupakan pembakaran udara dengan jumlah
yang terbatas (biasanya equivalensi ratio 0,25). Hasil yang dihasilkan
adalah energi yang rendah karena mengandung hydrogen dan
karbonmonoksida yang bercampur denga nitrogen yang berasal dari
udara. Dari hasil gasifiksi dengan menggunakan udara mnghasilkan 3,5 –
11
akan tetapi tidak baik digunakan untuk bahan bakar transportasi. Udara
yang masuk sangat rendah pada gasifier sehingga gas yang dihasilkan
sangat rendah dan mengadung tar yang sangat tinggi (Groves,1979)
b) Gasifikasi Uap Air
Tidak seperti menggunakan udara sebagi agen, uap air gasifikasi adalah
menggunakan panas eksternal yang bersumber steam sebagai agen
gasifikasi. Dengan menggunakan percampuran udara dan steam tidak
biasa digunakan pada teknologi, tetapi pada kenyataannya banyak yang
melakukan penelitian tentang hal ini. Dari hasil reaksi dengan
carbonmonoksida akan menghasilkan gas hydrogen dan karbondioksida.
Pada prinsipnya pada steam gasification dituliskan dengan persamaan :
CO + H2O CO2 + H2………(2.1)
Gas yang dihasilkan pada steam gasification adalah energi yang tinggi,
yang mana ditemukan paling banyak adalah gas hydrogen. Energi yang
dihasilkan dari 11,1 MJ/M3 pada temperature 7000C dan 12,1 MJ/m3.
Energi yang bisa digunakan kembali sekitar 35% - 59 % pada
temperature yang sama (Hoveland et al. 1982)
c) Oxigen Gasification
Dalam proses ini jumlah nitrogen terbatas jumlahnya bahkan tidak
ditemukan sama sekali, gas yang dihasilkan mempunyai energy menengah
12
oleh pipa yang dibuat menjadi suatu system plant dan selanjutnya melalui
proses panas atau mungkin juga gas sintetis untuk menghasilkan chemical
dan bahan bakar (Belie,1979)
d) Hydrogen Gasification
Sampai saat ini banyak penelitian mengarah pada system hydrogen
gasification karena bahan bakar mentah dikonversi menjadi bahan bakar
dalam bentuk gas dengan tekanan masih dibawah tekanan maximum.
Dengan proses ini banyak yang mengkritik karena merupakan proses yang
sangat kuat dimana kondisi harus tetap terjaga dengan baik sejak gas
dalam keadaan normal sampai gas gasifikasi terbentuk. Digunakan
campuran hydrogen yang masuk ke gasifier dengan panas yang
dibutuhkan sebulumnya 4260C sampai 7600C dengan perkembangan
carbonmonoksida dan gas hydrogen berkembang dari 8% sampai 18%
dan 41% samapi 63% ( Weil.1978)
Gambar skematik untuk membandingkan proses gasifikasi yang dibedakan
13
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Gasifier
Jenis gasifier Kelebihan Kelemahan
Updraft
Gasifier
a. lebih mudah dioperasikan
b. arang yang dihasilkan lebih
sedikit
a. menghasilkan sedikit
metan
b. tidak dapat beroperasi
secara kontinyu
c. gas yang dihasilkan
tidak kontinyu
Dwondraft
Gasifier
a. dapat beroperasi secara kontinyu
suhu gas tinggi
b.kandungan tar dan abu dalam gas
output sangat kecil
a. produksi asap terlalu
banyak selama operasi
b. membutuhkan sistem
secondary heat recovery
agar tidak merusak
komponen di sekitarnya
Crossdraft
Gasifier
a. suhu gas yang keluar tinggi
b. reduksi CO2 rendah
c. kecepatan gas tinggi
d. tempat penyimpanan,
pembakaran dan zona reduksi
terpisah
e. kemampuan pengoperasiannya
sangat bagus
f. waktu mulai lebih cepat
a. komposisi gas yang
dihasilkan kurang bagus
b. gas CO yang dihasilkan
tinggi, gas H rendah
c. gas metan yang
14
Gambar 2.5. Gasification processes and their products (Sadaka,2002)
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Gasifikasi
Proses gasifikasi memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
15
a)Properties Biomassa
Tidak semua biomassa dapat dikonversikan dengan proses gasifikasi
karena ada beberapa klarifikasi dalam mendefinisikan bahan baku yang
dipakai pada sistem gasifikasi berdasarkan kandungan dan sifat yang
dimilikinya. Pendefinisian bahan baku gasifikasi ini dimaksudkan untuk
membedakan antara bahan baku yang baik dan yang kurang baik. Adapun
beberapa parameter yang dipakai untuk mengklarifikasikannya yaitu :
a. Kandungan energi, semakin tinggi kandungan energi yang dimiliki
biomassa maka syngas hasil gasifikasi biomassa tersebut semakin tinggi
karena energi yang dapat dikonversi juga semakin tinggi.
b. Moisture, bahan baku yang digunakan untuk proses gasifikasi umumnya
ber-moisture rendah. Karena kandungan moisture yang tinggi
menyebabkan heat loss yang tinggi. Selain itu kandungan moisture
yang tinggi juga menyebabkan beban pendinginan semakin tinggi
karena pressure drop yang terjadi meningkat. Idealnya kandungan
moisture yang sesuai untuk bahan baku gasifikasi kurang dari 20 %.
c. Debu, semua bahan baku gasifikasi menghasilkan dust (debu). Adanya
dust ini sangat mengganggukarena berpotensimenyumbat saluran
sehingga membutuhkan maintenance lebih. Desain gasifier yang baik
setidaknya menghasilkan kandungan dust yang tidak lebih dari 2–6
g/m³.
d. Tar, merupakan salah satu kandungan yang paling merugikan dan harus
16
hitam kental yang terbentuk dari destilasi destruktif pada material
organik. Selain itu, tar memiliki bau yang tajam dan dapat mengganggu
pernapasan. Pada reaktor gasifikasi terbentuknya tar, yang memiliki
bentuk approximate atomic CH1.2O0.5, terjadi pada temperatur pirolisis
yang kemudian terevaporasi dalam bentuk asap, namun pada beberapa
kejadian tar dapat berupa zat cair pada temperatur yang lebih rendah.
Apabila hasil gas yang mengandung tar relatif tinggi dipakai pada
kendaraan bermotor, dapat menimbulkan deposit pada karburator dan
intake valve sehingga menyebabkan gangguan. Desain gasifier yang
baik setidaknya menghasilkan tar tidak lebih dari 1 g/m³.
e. Ash dan Slagging. Ash adalah kandungan mineral yang terdapat pada
bahan baku yang tetap berupa oksida setelah proses pembakaran.
Sedangkan slag adalah kumpulan ash yang lebih tebal. Pengaruh adanya
ash dan slag pada gasifier adalah :
Menimbulkan penyumbatan pada gasifier
Pada titik tertentu mengurangi respon pereaksian bahan baku
b)Desain Reaktor
Terdapat berbagai macam bentuk gasifier yang pernah dibuat untuk proses
gasifikasi. Untuk gasifier bertipe imbert yang memiliki neck di dalam
reaktornya, ukuran dan dimensi neck amat mempengaruhi proses pirolisis,
percampuran, heatloss dan nantinya akan mempengaruhi kandungan gas
17
a. Jenis Gasifying Agent
Jenis gasifying agent yang digunakan dalam gasifikasi umumnya
adalah udara dan kombinasi oksigen dan uap. Penggunaan jenis
gasifying agent mempengaruhi kandungan gas yang dimiliki oleh
syngas. Berdasarkan penelitian, perbedaan kandungan syngas terlihat
pada kandungan nitrogen pada syngas dan mempengaruhi besar nilai
kalor yang dikandungnya. Penggunaan udara bebas menghasilkan
senyawa nitrogen yang pekat di dalam syngas, berlawanan dengan
penggunaan oksigen/uap yang memiliki kandungan nitrogen yang relatif
sedikit. Sehingga penggunaan gasifying agent oksigen/uap memiliki
nilai kalor syngas yang lebih baik dibandingkan gasifying agent udara.
b. Rasio Bahan Bakar dan Udara (AFR)
Perbandingan bahan bakar dan udara dalam proses gasifikasi
mempengaruhi reaksi yang terjadi dan tentu saja pada kandungan
syngas yang dihasilkan. Kebutuhan udara pada proses gasifikasi berada
diantara batas konversi energi pirolisis dan pembakaran. Karena itu
dibutuhkan rasio yang tepat jika menginginkan hasil syngas yang
maksimal. Pada gasifikasi biomassa AFR yang tepat untuk proses
gasifikasi berkisar pada angka 1,25 - 1,5.
2.1.4 Dasar Proses Gasifikasi pada Downdraft Gasifier
Pada proses gasifikasi ada beberapa tahapan berdasarkan perbedaan
(300-18
700°C), oksidasi (700-1500 °C), dan reduksi (400-1000 °C) yang dilalui oleh
biomassa sebelum pada akhirnya menjadi gas yang flammable pada output
reaktor. Proses pengeringan, pirolisis, dan reduksi bersifat menyerap panas
(endotermik), sedangkan proses oksidasi bersifat melepas panas (eksotermik).
Panas yang dihasilkan dalam proses oksidasi digunakan dalam proses
pengeringan, pirolisis dan reduksi. Zona-zona proses dan reaksi yang terjadi
pada suatu reaktor gasifikasi downdraft ditunjukkan pada Gambar 2.6.
19
a)Drying Zone
Bahan bakar padat dimasukkan ke dalam gasifier. Hal ini tidak perlu
menggunakan peralatan pengumpanan bahan bakar yang kompleks, karena
sejumlah kecil kebocoran udara dapat ditoleransi di tempat ini. Sebagai
akibat dari perpindahan panas dari bagian bawah gasifier, pengeringan
bahan bakar biomassa terjadi dibagian bungker. Uap air akan mengalir ke
bawah dan menambah uap air yang terbentuk di zona oksidasi. Bagian dari
itu dapat direduksi menjadi hidrogen dan sisanya akan berakhir sebagai
kelembaban dalam gas.
b)Pyrolisis Zone
Tidak seperti pembakaran, pyrolisis terjadi pada tempat yang tidak terdapat
oksigen, kecuali dalam kasus dimana oksidasi parsial diperbolehkan untuk
menyediakan energi termal yang dibutuhkan untuk proses gasifikasi.
Terdapat tiga variasi pirolisis yaitu :
a. mild pyrolysis
b. slow pyrolysis
c. fast pyrolysis
Pada pirolisis melokel besar hydrocarbon dipecah menjadi partikel
kecil hydrocarbon. Fast pyrolysis hasil utamanya adalah bahan bakar cair,
slow pyrolysis menghasilkan gas dan arang. Mild pyrolysis yang saat ini
sedang dipertimbangkan untuk pemanfaatan biomassa yang efektif. Pada
20
Struktur kimia dari biomassa diubah, dimana menghasilkan carbon
dioksida, carbon monoksida, air, asam asetat, dan methanol.Mildpyrolysis
meningkatkan densitas energi dari biomassa.
Pada suhu di atas 500°C, bahan bakar biomassa dimulai pyrolysing.
Rincian pyrolisis ini reaksi yang tidak dikenal, tetapi orang bisa menduga
bahwa molekul-molekul besar ( seperti selulosa, hemi-selulosa dan lignin )
terurai menjadi molekul berukuran sedang dan karbon (char) selama
pemanasan bahan baku. Produk pyrolisis mengalir ke bawah ke zona
pemanasan pada gasifier. Beberapa akan dibakar di zona oksidasi, dan
sisanya akan memecah bahkan molekul yang lebih kecil dari hidrogen,
metana, karbon monoksida, etana, etilena, dll jika tetap berada di zona
panas cukup lama. Jika waktu tinggal di zona panas terlalu pendek atau
suhu terlalu rendah, maka molekul berukuran menengah dapat melarikan
diri dan akan mengembun sebagai tar dan minyak, dalam suhu rendah
bagian dari sistem. Secara umum reaksi yang terjadi pada pirolisis beserta
produknya adalah:
biomassa char + tar + gases (CO2; CO; H2O; H2; CH4; CxHy)… .
c) Zona Oksidasi
Zona pembakaran (oksidasi) dibentuk pada tingkat dimana oksigen (udara)
dimasukkan. Reaksi dengan oksigen sangat eksotermik dan mengakibatkan
kenaikan tajam suhu sampai 700-1500°C. Sebagaimana disebutkan di atas,
21
mengkonversi dan mengoksidasi hampir semua produk terkondensasi dari
zona pirolisis. Untuk menghindari titik-titik dingin di zona oksidasi,
kecepatan udara masuk dan geometri reaktor harus dipilih dengan baik.
Umumnya dua metode yang digunakan untuk mendapatkan suhu
bahkandistribusi:
a. Mengurangi luas penampang pada ketinggian tertentu dari reaktor.
b. Penyebaran nozel inlet udara di atas lingkar mengurangi
cross-sectional area, atau alternatif menggunakan inlet udara sentral dengan
perangkat penyemprotan.
Adapun reaksi kimia yang terjadi pada proses oksidasi ini adalah sebagai
berikut :
C + O2 CO2 + 406 (MJ/kmol) … … … . .
H2 + ½ O2 H2O +242 (MJ/kmol) … … … .
d)Zona Reduksi
Produk reaksi dari zona oksidasi (gas panas dan bara arang )
bergerak turun ke zona reduksi. Di zona ini masuk panas sensible dari gas
dan arang dikonversi sebanyak mungkin menjadi energi kimia dari gas
produser. Produk akhir dari reaksi kimia yang terjadi di zona reduksi
adalah gas mudah terbakar yang dapat digunakan sebagai bahan bakar gas
dalam pembakar motor bakar dalam dan sedikit abu.
Abu yang dihasilkan dari gasifikasi biomassa kadang – kadang
22
peralatan.dan dengan demikian membantu untuk mencegah penyumbatan
yang dapat menyebabkan obstruksi aliran gas. Berikut adalah reaksi kimia
yang terjadi pada zona tersebut :
Bourdouar reaction:
C + CO2 2 CO – 172 (MJ/kmol) … … … . .
Steam-carbon reaction :
C + H2O CO + H2 – 131 (MJ/kmol) … … … . .
Water-gas shift reaction:
CO + H2O CO2 + H2 + 41 (MJ/kmol) … … … . . .
CO methanation :
CO + 3 H2 – 206 (MJ/kmol) CH4 + H2O … … … . … .
2.1.5 Parameter – Parameter Penting dalam Proses Gasifikasi
Parameter – parameter penting yang harus dipertimbangkan dalam proses
gasifikasi, yaitu :
a)Temperatur Gasifikasi
Temperatur gasfikasi harus tinggi karena dalam tahap pertama
gasifikasi adalah pengeringan untuk menguapkan kandungan air dalam
sekam padi dan serbuk kayu agar menghasilkan gas yang bersih.
Temperatur yang tinggi juga dapat berpengaruh dalam menghasilkan gas
23
reaktor diisolasi dengan bata tahan api agar tidak ada panas yang keluar ke
lingkungan sehingga efisiensi reaktor menjadi baik.
b)Spesific Gasification Rate (SGR)
SGR mengidikasikan banyaknya biomassa rata-rata yang
dapattergasifikasi dalam gasifier. Jika SGR semakin besar maka proses
gasifikasi tidak berjalan secara sempurna, sebaliknya jika SGR semakin
kecil maka proses gasifikasi berjalan lambat. SGR dapat dihitung dengan
cara :
SGR berat biomassa berat arangluas x waktu kg m . dt … … … .
c) Fuel Consumtion Rate (FCR)
Energi input ini mengacu pada jumlah energi yang diperlukan dalam
hal bahan bakar yang akan dimasukkan ke dalam gasifier. Dlam
menentukan energi input kita harus tau terlebih dahulu energi yang
dibutuhkan. Hal ini mengacu pada jumlah panas yang harus dipasok oleh
kompor. Hal ini dapat ditentukan berdasarkan jumlah makanan untuk
dimasak atau air harus direbus. Jumlah energi yang diperlukan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
Qn =
24
Dimana :
Qn = energi yang dibutuhkan (kcal/hr)
Mf = massa (kg)
Es = energy spesifik (kcal/kg)
T = waktu proses (hr)
Untuk memperoleh energi yang dibutuhkan perlu adanya
perhitungan mengenai laju konsumsi bahan bakar agar kebutuhan energi
tersebut dapat dipenuhi. Laju bahan bakar biomassa yang dibutuhkan pada
proses gasifikasi dapat dihitung menggunakan rumus:
FCR = … … … .
Atau untuk hasil yang telah diketahui :
FCR waktu oprasionalberat biomassa kg dt … … … . … … … .
Dimana :
FCR = fuel consumption rate (kg/hr)
Qn = heat energy needed, Kcal/hr
HVf = heating value of fuel, Kcal/kg
25
d)Gas Fuel Ratio (GFR).
GFR (Gas Fuel Ratio) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
GFR laju aliran gas producerFCR … … … … .
e) % Char
% Char adalah perbandingan banyaknya arang yang dihasilkan
dengan banyaknya biomassa yang dibutuhkan. % char dapat dihitung
menggunakan rumus :
% berat biomassaarang % … … … .
f) Waktu Konsumsi Bahan Bakar
Hal ini mengacu pada total waktu yang dibutuhkan untuk
benar-benar mengubah menjadi gas dari bahan bakar padat di dalam reaktor. Ini
termasuk waktu untuk menyalakan bahan bakar dan waktu untuk
menghasilkan gas, ditambah waktu untuk benar-benar membakar semua
bahan bakar dalam reaktor. Kepadatan dari bahan bakar padat (ρ), volume
reaktor (Vr), dan konsumsi bahan bakar tingkat (FCR) adalah faktor yang
digunakan dalam menentukan total waktu untuk mengkonsumsi bahan
bakar padat dalam reaktor. Seperti ditunjukkan di bawah, ini dapat
dihitung menggunakan rumus :
26
Dimana :
FCR = Fuel Consumption Rate (kg/hr)
t = Waktu konsumsi bahan baku (hr)
= Massa jenis Bahan baku (kg/m3)
Vr = Volume reaktor (m3)
g)Oxygen Fuel Rate (OFR)
OFR adalah jumlah laju aliran massa oksigen yang dibutuhkan
dalam proses gasifikasi. Sebelum menentukan OFR maka terlebih dahulu
kita harus mengetahui begaimana caranya menghitung Air Fuel Ratio
(AFR).
AFR adalah tingkat aliran udara primer yang masuk ke reaktor. Hal
ini mengacu pada laju aliran udara yang diperlukan untuk mengubah bahan
bakar padat menjadi gas . Hal ini sangat penting dalam menentukan ukuran
kipas angin atau blower yang dibutuhkan untuk reaktor. Ini dapat
ditentukan dengan menggunakan tingkat konsumsi bahan bakar (FCR),
udara stoikiometri dari bahan bakar (SA), dan rasio ekuevalensi (Ɛ) untuk
gasifying 0,3 sampai 0,4. Seperti ditunjukkan, ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
AFR ε x FCR x SAρ … … … .
Dimana:
27
FCR = fuel consumption rate (kg/jam)
ρa = massa jenis udara = 1,25 (kg/m3)
εu = rasio ekuivalensi (0,3 - 0,4) = 0,35
SA = udara stoikiometri dari bahan bakar padat
Udara bebas terdiri dari 78% Nitrogen, 21% Oksigen, dan 1% Uap Air.
Berdasarkan kandungan oksigen pada udara bebas maka kita dapat
menyimpulkan rumus untuk menentukan OFR adalah sebagai berikut.
OFR ε x FCR x SAρ … … … .
Dimana:
OFR = Oxygen fuel rate (tingkat aliran udara), (m3/jam)
FCR = fuel consumption rate (kg/jam)
ρo = massa jenis oksigen = 1,43 (kg/m3)
ε ratio ekuivalensi udara x kandungan oksigen di dalam udara
, x , ,
SA = udara stoikiometri dari bahan bakar padat pada proses gasifikasi
2.2 Pembakaran Bahan Bakar
2.2.1. Perinsip Pembakaran Bahan Bakar
Prinsip pembakaran bahan bakar sejatinya adalah reaksi kimia bahan bakar
dengan oksigen (O). Kebanyakan bahan bakar mengandung unsur Karbon (C),
28
penting terhadap energi yang dilepaskan adalah C dan H. Masing-masing bahan
bakar mempunyai kandungan unsur C dan H yang berbeda-beda.
Proses pembakaran terdiri dari dua jenis yaitu pembakaran lengkap
(complete combustion) dan pembakaran tidak lengkap (incomplete combustion).
Pembakaran sempurna terjadi apabila seluruh unsur C yang bereaksi dengan
oksigen hanya akan menghasilkan CO2, seluruh unsur H menghasilkan H2O dan
seluruh S menghasilkan SO2. Sedangkan pembakaran tak sempurna terjadi
apabila seluruh unsur C yang dikandung dalam bahan bakar bereaksi dengan
oksigen dan gas yang dihasilkan tidak seluruhnya CO2. Keberadaan CO pada
hasil pembakaran menunjukkan bahwa pembakaran berlangsung secara tidak
lengkap.
Jumlah energi yang dilepaskan pada proses pembakaran dinyatakan
sebagai entalpi pembakaran yang merupakan beda entalpi antara produk dan
reaktan dari proses pembakaran sempurna. Entalpi pembakaran ini dapat
dinyatakan sebagai Higher Heating Value (HHV) atau Lower Heating Value
(LHV). HHV diperoleh ketika seluruh air hasil pembakaran dalam wujud cair
sedangkan LHV diperoleh ketika seluruh air hasil pembakaran dalam bentuk uap.
Pada umumnya pembakaran tidak menggunakan oksigen murni melainkan
memanfaatkan oksigen yang ada di udara. Jumlah udara minimum yang
diperlukan untuk menghasilkan pembakaran lengkap disebut sebagai jumlah
udara teoritis (atau stoikiometrik). Akan tetapi pada kenyataannya untuk
pembakaran lengkap udara yang dibutuhkan melebihi jumlah udara
29
yang umumnya dinyatakan dalam persen. Parameter yang sering digunakan untuk
mengkuantifikasi jumlah udara dan bahan bakar pada proses pembakaran tertentu
adalah rasio udara-bahan bakar. Apabila pembakaran lengkap terjadi ketika
jumlah udara sama dengan jumlah udara teoritis maka pembakaran disebut
sebagai pembakaran sempurna. Umumnya excess air diambil 30 % dari
kebutuhan udara stoikiometri.
2.2.2. Nilai Pembakaran
Bila di dalam 1 kg bahan bakar yang terdiri dari C kg karbon, H kg
Hidrogen, O kg Oksigen, S kg Belerang, N kg Nitrogen, A kg abu, W kg air
maka dapat dihitung nilai pembakaran atau heating value dari bahan bakar
tersebut, yaitu jumlah panas yang dihasilkan dari pembakaran yang sempurna
dari 1kg bahan bakar yang dimaksud, berdasarkan rumus-rumus berikut:
Qhigh = 33915 C + 144033 ( H - O/8 ) + 10648 S (kilojoule/kg) … … … … …(2.18)
Qlow = 33915 C + 121423 ( H - O/8 ) + 10648 S – 2512(W + 9 x O/8)
(kilojoule/kg) … … … …(2.19)
Qhigh = nilai pembakaran tertinggi atau highest heating value, yang dalam
hal ini uap air yang terbentuk dari hasil pembakaran dicairkan terlebih dahulu,
sehingga panas pengembunannya turut dihitung serta dinilai sebagai panas
30
Qlow = nilai pembakaran terrendah atau lowest heating value, yang dalam
hal ini uap air yang terbentuk dari hasil pembakaran tidak perlu dicairkan terlebih
dahulu, sehingga panas pengembunannya tidak turut dihitung serta tidak dinilai
sebagai panas pembakaran yang terbentuk.
2.2.3. Jumlah Udara Pembakaran
Jika susunan bahan bakar diketahui, maka dapat dihitung jumlah
kebutuhan udara pembakaran untuk pembakaran sempurna. Sebelum
menghintung kebutuhan udara pembakaran terlebih dahulu menghitung oksigen
yang diperlukan untuk setiap kandunagn C, O dan H yang mengikat oksigen
dalam pembakaran. Berikut persamaan – persamaannya.
Karbon (C) terbakar sempurna menjadi CO2 menurut persamaan:
C + O2 =CO2
12 kg C + 32 kg O2 = 44 kg CO2
1kg C + 32/12 O2 = 44/12 CO2
1kg C + 2,67 O2 = 3,67 CO2… … … …(2.20)
Hidrogen (H) terbakar menjadi H2
O
menurut persamaan:2H2 + O2 2H2O
4 kg H2 + 32 kg O2 36 kg H2O
1kg H2 + 8kg O2 9 kg H2O… … … …(2.21)
31
S + O2 SO2
32 kg S + 32 kg O2 64 kg SO2
1 kg S + 1 kg O2 2 kg SO2… … … …(2.22)
Dari perhitungan di atas kemudian dijumlahkan jumlah kebutuhan oksigennya
maka kebutuhan udara stoikiometri (SA) dri bahan bakar padat dapat dihitung
dengan persamaan :
Kebutuhan oksigen Stoikiometri (SA) = kebutuhan oksigen H +
kebutuhan oksigen C + Kebutuhan oksigen S – kandungan O… . … …(2.23)
Untuk mendapatkan pembakaran yang sempurna, kebutuhan oksigen
pembakaran ditambah 30 % dari dari kebutuhan oksigen teoritis (excess air).
Excess air antara 20 – 30 %. Maka Kebutuhan oksigen untuk pembakaran
sempurna dapat dihitung :
Kebutuhan oksigen total
kebutuhan oksigen … … … …(2.24)
Kemudian kebutuhan udara pembakaran dapat dihitung. Dalam udara,
umumnya kadar Oksigen yang terkandung antara 21 – 23 % maka dari
perbadingan udara dan bahan bakar didapat kebutuhan udara sebesar :
Kebutuhan udara Pembakaran
32
Tetapi untuk proses gasifikasi kebutuhan oksigen yang digunakan adalah
kebutuhan oksigen stoikiometri (SA).
2.3. Biomassa
2.3.1. Pengertian Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses
fotosintetis, baik berupa produk maupun buangan (sisa/limbah). Melalui
fotosintesis, karbondioksida di udara ditransformasi menjadi molekul karbon lain
(misalnya gula dan selulosa) dalam tumbuhan. Energi kimia yang tersimpan
dalam tanaman dan hewan (akibat memakan tumbuhan atau hewan lain) atau
dalam kotorannya dikenal dengan nama bio-energi. Contoh biomassa antara lain
adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, limbah
perkebunan, tinja dan kotoran ternak.
Pada prinsipnya biomassa sudah mengandung energi yang dapat diubah
menjadi berbagai macam energi lain, misalnya menjadi energi panas. Contoh
pemanfaatannya adalah biomassa dibakar, maka energi akan terlepas, umumnya
dalam bentuk energi panas. Karbon pada biomassa bereaksi dengan oksigen di
udara sehingga membentuk karbondioksida. Apabila dibakar sempurna, jumlah
karbondioksida yang dihasilkan akan sama dengan jumlah yang diserap dari
udara ketika tanaman tersebut tumbuh.
Umumnya biomassa yang digunakan untuk diambil energinya adalah
biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil
35
yang memerlukan perlakuan termal untuk memicu terjadinya reaksi kimia dalam
menghasilkan bahan bakar. Sedangkan konversi biokimiawi merupakan teknologi
konversi yang menggunakan bantuan mikroba dalam menghasilkan bahan bakar.
Berikut adalah proses yang biasanya dipakai untuk memanfaatkan biomassa.
a) Biobriket.
Briket adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi sumber
energi biomassa ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan
sehingga bentuknya menjadi lebih teratur. Briket yang terkenal adalah
briket batubara namun tidak hanya batubara saja yang bisa dibuat menjadi
briket. Biomassa lain seperti sekam padi, arang sekam, serbuk kayu, dan
limbah-limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan briket tidak terlalu sulit,
alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit.
b)Gasifikasi.
Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai proses
konversi bahan selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi
bahan bakar. Gas tersebut dipergunakan sebagai bahan bakar motor untuk
menggerakan generator pembangkit listrik. Gasifikasi merupakan salah
satu alternatif dalam rangka program penghematan dan diversifikasi
energi. Selain itu gasifikasi akan membantu mengatasi masalah
penanganan dan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan
36
pengkonversi bahan baku (umpan) menjadi gas, disebut reaktor gasifikasi
atau gasifier, (b) unit pemurnian gas, (c) unit pemanfaatan gas.
c) Pirolisa.
Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada suhu
yang lebih dari 150oC. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan
proses, yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah
pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan), sedangkan pirolisa
sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil
pirolisa primer. Penting diingat bahwa pirolisa adalah penguraian karena
panas, sehingga keberadaan O2 dihindari pada proses tersebut karena akan
memicu reaksi pembakaran.
d) Liquification
Liquification merupakan proses perubahan wujud dari gas ke cairan
dengan proses kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau perubahan
dari padat ke cairan dengan peleburan, bisa juga dengan pemanasan atau
penggilingan dan pencampuran dengan cairan lain untuk memutuskan
ikatan. Pada bidang energi liquification tejadi pada batubara dan gas
menjadi bentuk cairan untuk menghemat transportasi dan memudahkan
37
e) Biokimia
Pemanfaatan energi biomassa yang lain adalah dengan cara proses
biokimia. Contoh proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah
hidrolisis, fermentasi dananaerobic digestion. Anaerobic digestionadalah
penguraian bahan organik atau selulosa menjadi CH4 dan gas lain melalui
proses biokimia. Adapun tahapan proses anaerobik digestion adalah
diperlihatkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.8. Skema Pembentukan Biogas
Selain anaerobic digestion, proses pembuatan etanol dari biomassa
tergolong dalam konversi biokimiawi. Biomassa yang kaya dengan
karbohidrat atau glukosa dapat difermentasi sehingga terurai menjadi
etanol dan CO2. Akan tetapi, karbohidrat harus mengalami penguraian
(hidrolisa) terlebih dahulu menjadi glukosa. Etanol hasil fermentasi pada
38
pemanfaatannya sebagai bahan bakar pengganti bensin. Etanol ini harus
didestilasi untuk mencapai kadar etanol di atas 99.5%.
2.3.4. Produk Biomassa
Terdapat tiga tipe bahan bakar yang dihasikan dari biomassa yang bias
digunakan untuk berbagi macam kebutuhan, yaitu :
1. Cairan (ethanol, biodiesel, dan methanol)
2. Biogas (CH4, CO2), producer gas (CO, H2, CH4, CO2), syngas (CO, H2)
3. Padat (Arang)
Penggunaan etanol dan biodiesel sebagai bahan bakar kendaraan
tranportasi dapat mengurangi emisi gas CO2. Oleh karena itu biomassa bukan
hanya energi terbarukan tapi juga bersih atau ramah lingkungan, dan dapat
digunakan sebagai sumber energi secara global.
Biomassa merupakan sumber energi tertua yang dikenal oleh manusia,
kontribusinya terhadap total pemanfaatan energi di Indonesia bahkan di dunia
masih sangat kecil. Pemahaman akan keterbatasan cadangan sumber energi fosil
dan kepedulian terhadap keberlangsungan penyediaan sumber energi tersebut
menyebabkan munculnya ketertarikan peneliti terhadap pemanfaatan biomassa
pada tahun 1970an. Akan tetapi harga energi yang terus menurun saat itu
menyebabkan perkembangan teknologi biomassa tidak begitu pesat. Hingga pada
tahun 1980an kepedulian terhadap emisi CO2 yang disebabkan oleh penggunaan
energi fosil mengakibatkan dikeluarkannya Kyoto Protocol yang membatasi
39
a)Massa Jenis Biomassa
Massa jenis biomassa adalah spesifik massa suatu biomassa per
volumenya. Massa jenis dapat dihitung dengan persamaan :
ρ m v⁄ kg m … … … …(2.26)
Dimana :
= massa jenis (kg/m3)
m = massa bahan/biomassa (kg)
v = volume bahan/biomassa (m3)
b)Karakteristik Nyala Api
Dalam proses pembakaran, bahan bakar dan udara bercampur dan
terbakar dan pembakarannya dapat terjadi baik dalam mode nyala api
ataupun tanpa mode nyala api. Berdasarkan buku an introduction to
combustion concept and application, definisi api adalah pengembangan
yang bertahan pada suatu daerah pembakaran yang dialokasikan pada
kecepatan subsonic. Warna api dipengaruhi oleh 2 hal yaitu kandungan
bahan bakar dan campuran udara yang ikut terbakar. Ketika api memiliki
warna cenderung merah hal tersebut dapat diartikan bahwa bahan terbakar
api tersebut memiliki nilai kalor yang relative rendah, atau udara yang
mencampuri proses pembakaran hanya sedikit sehingga campuran kaya.
Saat api berwarna kebiruan adalah sebaliknya yang merepresentasikan
40
Api hidrokarbon dikarakteristikkan oleh radiasinya yang tampak.
Dengan excess air, daerah reaksi akan terlihat biru. Radiasi biru berasal
dari eksitasi CH radikal di dalam daerah bertemperatur tinggi. Saat udara
berkurang yang menyebabkan stoichiometrinya berkurang, daerah api akan
brwarna biru-hijau yang berasal dari eksitasi C2. Dalam kedua jenis apai
OH radikal memberikan kontribusi terhadap radiasi yang tampak. Jika
campuran api kaya jelaga akan terbentuk akibat radiasi hitam. Meskipun
radiasi jelaga memiliki intensitas maksimal dalam infra merah, kepekaan
spectrum mata manusia menyebabkan kita melihat cahaya kuning terang
(mendekati putih) akibat pudarnya emisi oranye,tergantung temperatur
api.
Terdapat dua tipe mode nyala api, yaitu :
a. Premixed Flame
Premixed flame adalah api yang dihasilkan ketika bahan bakar bercampur
dengan oksigen yang telah tercampur sempurna sebelum pemberian
sumber api. Umumnya indikasi premixed flame dapat dilihat dari warna
api yang berwarna biru. Laju pertumbuhan api tergantung dari komposisi
kimia bahan bakar yang digunakan.
b. Diffusion Flame (Non-premixed)
Diffusion Flame adalah api yang dihasilkan ketika bahan bakar dan
41
difusi reaktan bisa dipengaruhi oleh energi yang dimiliki oleh bahan
bakar.
Gambar 2.9. Nyala api (a) Premix, (b) Difusi (Putri, 2009)
Selain itu kedua tipe di atas nyala api juga dibedakan berdasarkan jenis
aliran yang terjadi, yaitu :
a. Api Laminer
Visualisasi api yang terlihat pada api tipe ini berbentuk secara laminar
atau teratur. Api jenis ini memiliki bentuk mengikuti streamline aliran
tanpa membentuk turbulensi atau gerakan tidak beraturan.
b. Api Turbulen
Api turbulen menunjukan pola aliran nyala api yang tidak beraturan atau
43
menjadi masalah lingkungan yang serius. Kayu pada umumnya terdiri dari
selulosa (40-50%), hemiselulosa (20-30%), lignin (20-30%), dan sejumlah kecil
bahan-bahan anorganik lainnya (Angga, 2005). Di Indonesia rata-rata kadar hara
serbuk kayu adalah 50% C, 6% H, 0.04%-0.1% N, dan abu sebesar 0.2-0.5%
(Aprita, 2014).
Adapun hasil dari proximate analysis dan ultimate analysis kayu dapat
ditunjukka pada tabel di bawah ini:
Table 2.3. Proximate analysis & Ultimate Analysis dari Kayu (Sumber : D.A. Tilman , 2000)
2.5. Efisiensi Aktual Gasifikasi
Parameter-parameter yang mempengaruhi efisiensi gasifier antara lain,
kandungan moisture, temperatur udara masuk, dan heat loss. Dapat disimpulkan
bahwa kandungan moisture bahan bakar semakin tinggi,nilai kalor syngas
44
tingginya kandungan moisture bahan bakar. Untuk pengaruh temperatur udara
masuk, semakin tinggi temperatur udara masuk gasifier akan menaikkan efisiensi
gasifikasi. Sedangkan pengaruh besarnya heat loss, semakin kecil heat loss
semakin besar pengaruhnya terhadap efisiensi gasifikasi.
Efisiensi gas hasil gasifikasi dapat dihitung dengan cara dan persamaan
berikut:
Mencari N2 yang disupply dari udara yang mana mengandung sekitar
78%:
Supply N2 Udara = 0,769 x SA ………(2.26)
Mencari N2 yang disupply dengan menggunakan agen gasifikasi oksigen,
kandungannya berdasarkan perbandingan nilai abudance dari hasil yang
ditunjukkan oleh gas analyser
Supply N2 oksigen =
SA
……(2.27) Mencari total nitrogen yang diproduksi udara dan bahan bakar :
Total N =
…...(2.28)
Mencari jumlah gas nitrogen yang diproduksi:
Produksi N =
……….(2.29)
Mencari energi dari gas mampu bakar (syngas) yang dihasilkan:
45
Mencari total energi dari gas mampu bakar/syngas (CO, H2 dan CH4)
Energi syngas = e. syngas CO + e. syngas H2 + e. syngas CH4……….(2.31)
Mencari total energi input dari bahan bakar yang digunakan:
Energi Input = nilai kalor bahan bakar ……….(2.32)
Mencari effisiensi gas hasil gasifikasi (ηg )
η
g =x 100% ………..(2.33)
Tabel 2.4 Higher Heating Value (HHV) dan Lower Heating Value (LHV) Gas mampu Bakar
Gas Higher Heating Value (MJ/kg mol) Lower Heating Value (MJ/kg mol)
CO 282,99 282,99
H2 285,84 241,83
CH4 890,36 802,34
Sumber: Basu, 2006
2.6. Perhitungan Kandungan Gas Hasil Gasifikasi
Untuk mengetahui kandungan gas, sampel gas diproses melalui alat GCxGC
kemudian mendapat hasil berdasarkan berat molekul unsur penyusun gas
tersebut.Persamaan–persamaan dibawah dapat digunakan untuk mengetahui
persentase kandungan gas hasil gasifikasi. Terlebih dahulu perlu mencari nilai