• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Infusa Daun Pegagan (Centella Asiatica) Sebagai Larvisida Terhadap Culex.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Infusa Daun Pegagan (Centella Asiatica) Sebagai Larvisida Terhadap Culex."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS INFUSA DAUN PEGAGAN (

Centella asiatica

)

SEBAGAI LARVISIDA TERHADAP

CULEX

Indra Wijaya, 2008, Pembimbing I : Susy Tjahjani, dr., M.Kes Pembimbing II : Winsa Husin, dr., M.Kes, M.Sc

Nyamuk sebagai vektor penyakit dapat dibasmi dengan larvisida atau insektisida baik alami maupun buatan. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif insektisida dan larvisida adalah pegagan (Centella asiatica) yang mengandung alkaloid, saponin, dan polifenol. Khasiat pegagan yang ditemukan di Indonesia, sudah banyak dikenal mulai dari penggunaannya sebagai peluruh urin (diuretika), penurun panas (antipiretika), menghentikan perdarahan (haemostatika), anti bakteri, antispasme, antiinflamasi, insektisida, dan antialergi. Pemanfaatan tanaman ini sebagai insektisida dan larvisida alami juga banyak ditemukan di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas daun pegagan (Centella asiatica) sebagai larvisida terhadap Culex, sehingga dapat digunakan oleh masyarakat luas sebagai larvisida alternatif. Dan juga mengetahui dosis letal 50% (LD50) infusa daun pegagan terhadap Culex.

Metode penelitian bersifat studi laboratorium eksperimental komparatif, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan hewan coba larva nyamuk Culex sebanyak 1050 ekor. Larva dibagi dalam 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 7 perlakuan, yaitu diberikan infusa daun pegagan 0,5%, 1%, 2%, 3%, 5%, kontrol positif, dan kontrol negatif yang dimasukkan ke dalam wadah percobaan. Data yang diamati adalah jumlah larva yang mati yang dihitung setelah 24 jam. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey dengan =0.05. Kemudian LD50 dicari dengan menggunakan uji Regresi.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa infusa daun pegagan 0,5%, 1%, 2%, 3%, 5% berefek sebagai larvisida, namun kontrol (+) tetap mempunyai efektifitas yang paling tinggi sebagai larvisida terhadap larva nyamuk Culex. LD50 infusa daun

pegagan terhadap Culex adalah sebesar 1,66%.

Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai efek toksis bahan ini terhadap manusia dan sediaan yang paling cocok untuk digunakan.

(2)

v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

THE EFFECTIVITY OF PEGAGAN LEAVES INFUSION

(Centella Asiatica)

AS A LARVICIDE TOWARD CULEX

Indra Wijaya, 2008, 1st Tutor : Susy Tjahjani, dr., M.Kes 2nd Tutor : Winsa Husin, dr., M.Kes, M.Sc

Mosquito is considered should be eradicated naturally or by synthetic larvicide or insecticide. Pegagan can be used as the larvicide or insecticide, due to the leaves contain alkaloida, saponin, and poliphenol. In Indonesia, pegagan is traditionally used as diuretic, antipiretic, haemostatic, antibacteria, antispasmodic, antiinflammatory, insecticide, antiallergy, as well as insecticide and larvicide. Recently, the study of a natural and new alternative larvicide is more popular because it’s more effective in killing larvae and harmless to the environment. The objective of this research is to know the effectiveness of pegagan leaves as a larvicide for Culex and to know the 50% Lethal Dose of pegagan leaves infusion toward Culex.

The method of this research is a comparative experimental laboratory study using Randomize Trial Design (RAL), using 1050 Culex larvae as the sample. The larvae was divided into 7 groups with different treatment, i.e. giving pegagan leaves infusion 0,5%, 1%, 2%, 3%, 5%, positive, and negative control. The amount of dead larvae was recorded after 24 hours. Data analysis is using variant analysis (one way ANOVA) then continued with different mean test of Tukey with = 0.05. Lethal doses was analyzed using Regression Test.

The result shows that the 0,5%, 1%, 2%, 3%, 5% of pegagan leaves infusion were effective as larvicides, but the positive control is the mostly effective. LD50 of pegagan leaves infusion toward Culex is 1,66%.

Further study is needed to know the toxicity and the better preparation upon human being.

(3)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis ingin mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

yang berjudul Efektivitas Infusa Daun Pegagan (Centella asiatica) Sebagai Larvisida

Terhadap Culex, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sejak dari awal sampai dengan

selesainya penyusunan karya tulis ilmiah ini, maka melalui kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih. Pelimpahan terima kasih ini terutama penulis tujukan

kepada:

1. Susy Tjahjani, dr., M.Kes selaku pembimbing utama yang telah berkenan untuk

membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dari awal pembuatan

hingga karya tulis ini selesai.

2. Winsa Husin, dr., M.Sc., M.Kes selaku pembimbing pendamping yang telah

berkenan membimbing dan memberikan saran dalam penulisan karya tulis ini.

3. Budi Widyarto, dr atas waktu dan kesediaannya menjadi dosen penguji bagi

penulis.

4. Hartini Tiono, dr atas waktu dan kesediaannya menjadi dosen penguji bagi

penulis.

5. Yudhi Handoko Gejali atas saran-saran dalam pengerjaan statistik penelitian.

6. Dede Willyanto Alimihardja, Ir., MBA yang selalu memberikan semangat,

bantuan, dan dukungan selama pembuatan karya tulis ini.

7. Orang tua tercinta yang selalu memberikan semangat, bantuan, dan dukungan

selama pembuatan karya tulis ini.

8. Fredy, Emily, Agnes yang telah membantu pembuatan KTI ini.

9. Semua pihak dan teman yang telah membantu serta memberikan dorongan

(4)

vii Universitas Kristen Maranatha

Penulis menyadari bahwa bentuk maupun isi dari karya tulis ilmiah ini masih

jauh dari sempurna dan tidak lepas dari kekurangan-kekurangan yang timbul, karena

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dari penulis. Oleh karena itu, saran dan

kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan hati terbuka.

Akhir kata besar harapan penulis agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang memerlukannya.

Bandung, Januari 2008

(5)

DAFTAR ISI 1.1.Latar Belakang………... 1

1.2.Identifikasi Masalah……….………..2

1.3.Maksud dan Tujuan……….……...3

1.4.Manfaat Penelitian………...3

1.5.Kerangka Pemikiran………...4

1.6.Metodologi……….. …..5

1.7.Lokasi dan Waktu Penelitian……….5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi nyamuk umum………...6

2.2. Culex……….……….7

2.2.1.Taksonomi Culex……….………….………..7

2.2.2. Gambar Culex………....8

2.2.3. Siklus hidup Culex…………..………...9

2.2.4. Habitat Culex………... 10

(6)

ix Universitas Kristen Maranatha

2.3. Pegagan (Centella asiatica)………. ………..26

2.3.1. Taksonomi Centella asiatica ……….27

2.3.2. Nama daerah……….……..27

2.3.3. Kandungan kimiawi dan khasiat pegagan………..28

2.4. Pegagan (Centella asiatica) sebagai larvisida………...…29

2.4.1. Larvisida………..………...29

2.4.2. Mekanisme Kerja ………...29

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan………31

3.2. Pembuatan infusa daun pegagan (Centella asiatica)……… …………. 32

3.3. Hewan Percobaan………32

3.4 Metode Penelitian………33

3.4.1 Rancangan Penelitian……….33

3.4.2 Variabel Penelitian……….……33

3.4.3 Metode Penarikan Sampel………..33

3.4.4 Prosedur Kerja………..….34

3.4.5 Metode Analisis……….35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil dan Pembahasan………...……...36

4.2. Pembahasan……….……… 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………..……….43

5.2. Saran……….………43

DAFTAR PUSTAKA……….………...44

LAMPIRAN……….………..47

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Taksonomi Culex...7 Tabel 4.1 Jumlah larva yang mati pada pemberian akuades, temephos 1g,

dan infusa pegagan pada berbagai konsentrasi...36 Tabel 4.2 Uji beda rata-rata Tukey jumlah larva yang mati antar kelompok

(8)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Culex quinquefasciatus ... 8

Gambar 2.2 Culex fatigans...8

Gambar 2.3 Siklus hidup Culex...9

Gambar 2.4 Anatomi larva Culex...10

Gambar 2.5 Contoh habitat Culex ...10

Gambar 2.6 Mikrofilaria W.bancrofti... 11

Gambar 2.7 Peta persebaran Lymphatic Filariasis...13

Gambar 2.8 Transmisi Lymphatic Filariasis...14

Gambar 2.9 Elefantiasis pada kaki...15

Gambar 2.10 Pegagan (Centella asiatica)...27

Gambar 2.11 Struktur kimia Alkaloid... 30

Gambar 2.12 Struktur kimia Saponin...30

Gambar 2.13 Struktur kimia Polifenol...30

Gambar 3.1 Alat dan bahan percobaan...32

(9)

DAFTAR GRAFIK

(10)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

(11)

47

Lampiran 1 :

Perhitungan dosis :

Dosis 5% = 5 gr daun pegagan kering dilarutkan dalam 100 ml akuades. Dosis 3% = 3 gr daun pegagan kering dilarutkan dalam 100 ml akuades. Dosis 2% = 2 gr daun pegagan kering dilarutkan dalam 100 ml akuades. Dosis 1% = 1 gr daun pegagan kering dilarutkan dalam 100 ml akuades. Dosis 0,5% = 0,5 gr daun pegagan kering dilarutkan dalam 100 ml akuades.

Dosis Temephos 1g :

Dosis efektif temephos 1g adalah sebesar 1 ppm dimana biasanya digunakan 10gr bubuk temephos di dalam 100 liter air.

1 ppm = 1 gr temephos 1g di dalam 1.000.000 ml air.

Sedangkan di dalam kemasan bubuk temephos 1g 10gr kandungan temephosnya hanya 1%, jadi di dalam 10 gr hanya ada 0,1 gr temephos.

Artinya di dalam 100 liter air dilarutkan 0,1 gr temephos = 1 gr temephos 1g di dalam 1.000 liter air. = 1 gr temephos 1g di dalam 1.000.000 ml air. = 1 ppm.

(12)

48

.2000 29.80 4.0000 16.60 19.00 21.80 27.00 16.91

.44721 .44721 1.000 1.140 1.871 2.280 .7071 10.51 1.30384

.20000 .20000 .44721 .5099 .8367 1.020 .3162 1.777 .22039 4.20382

-.3553 29.24 2.7583 15.18 16.68 18.97 26.12 13.30 16.4628 6.6279

.7553 30.36 5.2417 18.02 21.32 24.63 27.88 20.53 17.3657 27.2007

.00 29.00 3.00 15.00 16.00 19.00 26.00 .00 1.00 30.00 5.00 18.00 21.00 24.00 28.00 30.00

123.365

Test of Homogeneity of Variances

Jumlah Larva yang Mati

3711.143 6 618.524 363.838 .000

47.600 28 1.700

Squares df Mean Square F Sig.

(13)

49

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Jumlah Larva yang Mati Tukey HSD

-29.60000* .82462 .000 -32.2158 -26.9842

-3.80000* .82462 .001 -6.4158 -1.1842

-16.40000* .82462 .000 -19.0158 -13.7842

-18.80000* .82462 .000 -21.4158 -16.1842

-21.60000* .82462 .000 -24.2158 -18.9842

-26.80000* .82462 .000 -29.4158 -24.1842

29.60000* .82462 .000 26.9842 32.2158

25.80000* .82462 .000 23.1842 28.4158

13.20000* .82462 .000 10.5842 15.8158

10.80000* .82462 .000 8.1842 13.4158

8.00000* .82462 .000 5.3842 10.6158

2.80000* .82462 .030 .1842 5.4158

3.80000* .82462 .001 1.1842 6.4158

-25.80000* .82462 .000 -28.4158 -23.1842

-12.60000* .82462 .000 -15.2158 -9.9842

-15.00000* .82462 .000 -17.6158 -12.3842

-17.80000* .82462 .000 -20.4158 -15.1842

-23.00000* .82462 .000 -25.6158 -20.3842

16.40000* .82462 .000 13.7842 19.0158

-13.20000* .82462 .000 -15.8158 -10.5842

12.60000* .82462 .000 9.9842 15.2158

-2.40000 .82462 .088 -5.0158 .2158

-5.20000* .82462 .000 -7.8158 -2.5842

-10.40000* .82462 .000 -13.0158 -7.7842

18.80000* .82462 .000 16.1842 21.4158

-10.80000* .82462 .000 -13.4158 -8.1842

15.00000* .82462 .000 12.3842 17.6158

2.40000 .82462 .088 -.2158 5.0158

-2.80000* .82462 .030 -5.4158 -.1842

-8.00000* .82462 .000 -10.6158 -5.3842

21.60000* .82462 .000 18.9842 24.2158

-8.00000* .82462 .000 -10.6158 -5.3842

17.80000* .82462 .000 15.1842 20.4158

5.20000* .82462 .000 2.5842 7.8158

2.80000* .82462 .030 .1842 5.4158

-5.20000* .82462 .000 -7.8158 -2.5842

26.80000* .82462 .000 24.1842 29.4158

-2.80000* .82462 .030 -5.4158 -.1842

23.00000* .82462 .000 20.3842 25.6158

10.40000* .82462 .000 7.7842 13.0158

8.00000* .82462 .000 5.3842 10.6158

5.20000* .82462 .000 2.5842 7.8158

(J) Kel. Perlakuan

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

(14)

50

Universitas Kristen Maranatha

Homogeneous Subsets

Jumlah Larva yang Mati

Tukey HSDa

5 .2000

5 4.0000

5 16.6000

5 19.0000

5 21.8000

5 27.0000

5 29.8000

1.000 1.000 .088 1.000 1.000 1.000 Kelompok Perlakua

Kontrol (-) Pegagan 0,5% Pegagan 1% Pegagan 2% Pegagan 3% Pegagan 5% Kontrol (+) Sig.

N 1 2 3 4 5 6

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

(15)

51

Dependent Variable: Jumlah Larva Mati b.

Model Summaryb

.862a .743 .732 4.11697 .764

Model

Dependent Variable: Jumlah Larva Mati b.

ANOVAb

1125.603 1 1125.603 66.409 .000a 389.838 23 16.949

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Konsentrasi Pegagan a.

(16)

52

Universitas Kristen Maranatha Coefficientsa

8.034 1.442 5.572 .000

419.375 51.462 .862 8.149 .000 1.000 1.000 (Constant)

Dependent Variable: Jumlah Larva Mati a.

Dependent Variable: Jumlah Larva Mati a.

Residuals Statisticsa

10.1313 29.0031 17.6800 6.84837 25

-1.102 1.653 .000 1.000 25

.838 1.615 1.130 .285 25

10.6426 29.5494 17.7788 6.89327 25 -7.13125 5.77187 .00000 4.03029 25

-1.732 1.402 .000 .979 25

-1.816 1.451 -.011 1.020 25

-7.84192 6.18243 -.09876 4.37980 25

-1.919 1.489 -.021 1.043 25

.034 2.734 .960 .998 25

.000 .164 .044 .048 25

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

(17)

53

(18)

54

Dependent Variable: Jumlah Larva Mati

(19)

55

(20)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia sebagai negara tropis di daerah khatulistiwa merupakan daerah yang

cocok untuk tumbuh kembangnya berbagai serangga, antara lain serangga –

serangga yang dapat berperan sebagai vektor berbagai jenis penyakit. Salah satu

vektor penyakit yang banyak dijumpai saat ini adalah nyamuk (Salisbury , 2001).

Jenis – jenis nyamuk yang ditemukan di Indonesia adalah genus Culex,

Anopheles, dan Aedes. Nyamuk Culex merupakan vektor dari beberapa macam

penyakit antara lain ensefalitis dan filariasis. Suatu fakta yang cukup

memprihatinkan juga bahwa nyamuk Culex ini ternyata cukup banyak dan mudah

dijumpai di kota Bandung. Untuk mencegah penyakit yang disebarkan oleh

nyamuk, penggunaan insektisida dan larvisida yang alami dan ramah lingkungan

dapat menjadi alternatif untuk memberantas nyamuk dewasa serta membunuh

jentik nyamuknya agar tidak berkembang menjadi dewasa. Selain itu juga, saat ini

sudah beredar luas produk insektisida dan larvisida kimia sintetik yang

keefektifannya sudah teruji dalam penumpasan nyamuk. Tetapi insektisida serta

larvisida kimia sintetik ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan lingkungan dan

juga dapat membunuh para "predator" serta akan membuat serangga menjadi

kebal (resisten). Oleh karena itu, keraguan pun timbul jika dilihat dari segi efek

samping yang akan timbul bila dipergunakan secara umum dan luas dalam skala

besar.

Dengan memandang kenyataan tersebut, maka pencarian insektisida dan

larvisida organik yang berbahan dasar alami mendapat sorotan. Selain trifungsi

yang dimilikinya berdasarkan tipe/ jenis aktivitas yang dihasilkan tanaman

tersebut, yakni sebagai insektisida, larvisida, dan repelen, zat – zat di dalam

(21)

2

memang sudah banyak dipergunakan dalam kehidupan sehari – hari serta tidak

menimbulkan efek samping seperti yang terdapat dalam insektisida dan larvisida

berbahan dasar zat – zat kimia sintetik, sehingga dewasa ini beraneka ragam

penelitian untuk memburu alternatif insektisida dan larvisida alami yang ramah

lingkungan dan ekonomis kian marak.

Kekayaan aneka ragam tumbuhan di Indonesia menjadi dasar yang kuat untuk

mencari insektisida dan larvisida yang berasal dari zat – zat organik alami. Salah

satu tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif insektisida dan larvisida

adalah pegagan (Centella asiatica) yang mengandung alkaloid, saponin, dan

polifenol. Khasiat pegagan yang ditemukan di Indonesia, sudah banyak dikenal

mulai dari penggunaannya sebagai peluruh urin (diuretika), penurun panas

(antipiretika), menghentikan perdarahan (haemostatika), anti bakteri, antispasme,

antiinflamasi, insektisida, dan antialergi. Penggunaan tanaman ini sebagai

insektisida dan larvisida alami juga banyak ditemukan di masyarakat. Hal ini

tidak terlepas dari kandungan alkaloid yang terkandung dalam daun pegagan

(IPTEKnet, 2007). Alkaloid mempunyai daya racun, menghambat sistem

respirasi, mempengaruhi sistem saraf larva dan bisa digunakan sebagai penolak

serangga. Perihal inilah yang mendorong penulis untuk membuat Karya Tulis

Ilmiah ini dan meneliti lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang diharapkan

serta lebih teruji lagi.

1.2Identifikasi Masalah

1. Apakah daun pegagan (Centella asiatica) setempat dapat digunakan sebagai

larvisida alami terhadap Culex ?

(22)

Universitas Kristen Maranatha

3

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud : 1. Untuk mengetahui adanya efek larvisida dari daun pegagan

setempat terhadap nyamuk Culex.

2. Untuk mengetahui dosis letal 50% infusa daun pegagan terhadap

Culex

Tujuan : Untuk memberantas larva Culex dengan daun pegagan

sebagai larvisida alami.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis : Untuk menambah wawasan mengenai efek larvisida

alami yang dimiliki tanaman khususnya daun pegagan

(Centella asiatica) setempat.

Manfaat praktis : 1. Mencari alternatif larvisida alami (Centella asiatica) yang

lebih baik dan lebih bersahabat dengan lingkungan untuk

masyarakat.

2.Dengan ditekannya lonjakan populasi nyamuk

menggunakan pegagan (Centella asiatica), maka jumlah

penyakit yang dapat ditimbulkan oleh nyamuk tersebut

(23)

4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Untuk membasmi larva nyamuk dapat digunakan larvisida. Saat ini tengah

banyak diupayakan penggunaan tanaman alami sebagai larvisida dan pegagan

berdasarkan pengalaman empirik serta sejumlah penelitian di berbagai negara

dapat berkhasiat sebagai larvisida. Hal ini tidak terlepas dari zat alkaloid yang

terkandung dalam daun pegagan. Alkaloid mempunyai daya racun, menghambat

sistem respirasi, mempengaruhi sistem saraf larva dan bisa digunakan sebagai

penolak serangga. Fungsi senyawa alkaloid, saponin, dan polifenol dalam daun

pegagan dapat menghambat daya makan larva (anti fedant). Cara kerja

senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau racun

perut (Wikipedia, 2007). Oleh karena itu, bila senyawa-senyawa ini masuk dalam

tubuh larva, alat pencernaannya akan terganggu. Selain itu, menghambat pula

reseptor perasa pada daerah mulut larva. Hal ini mengakibatkan larva gagal

memperoleh stimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali makanannya dan

kemudian berakibat larva mati kelaparan (Wikipedia, 2007). Selain itu,

senyawa-senyawa tersebut juga mempengaruhi sistem saraf, dengan menghambat enzim

kolinesterase sehingga terjadi gangguan transmisi rangsang yang menyebabkan

menurunnya koordinasi otot dan kematian bagi larva nyamuk (Jean Bruneton,

1999).

(24)

Universitas Kristen Maranatha

5

1.6Metodologi

Desain penelitian : menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan ruang lingkup penelitian prospektif laboratorium

eksperimental, bersifat komparatif.

Metode uji : data yang terkumpul dianalisis secara statistik menggunakan

metode Anava satu arah dan dilanjutkan dengan uji Tukey,

selain itu dicari juga dosis letal 50% (LD-50) dengan

menggunakan metode Uji Regresi.

1.7Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Maranatha.

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Infusa daun pegagan 0,5%, 1%, 2%, 3%, 5% berefek sebagai larvisida,

dengan derajat keperbedaan yang dinotasikan sebagai berikut: Kontrol (-) <

Pegagan 0,5% < Pegagan 1 % = Pegagan 2% < Pegagan 3% < Pegagan 5% <

Kontrol (+).

2. LD50 infusa daun pegagan terhadap Culex adalah 1,66%.

5.2 Saran

1. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan penelitian mengenai toksisitasnya

terhadap manusia bilamana larvisida ini akan digunakan secara luas dan

dalam bentuk sediaan apa yang paling cocok.

2. Mengingat karakteristik infusa daun pegagan yang kurang tahan lama

(kurang lebih hanya 2 hari) dibandingkan ekstrak etanol, maka perlu

penelitian mengenai ekstrak etanol dari daun pegagan sebagai lanjutan dari

penelitian ini, karena karakteristik ekstrak etanol yang lebih tahan lama, dan

mungkin dosis serta toksisitas lebih kecil.

3. Penelitian ini perlu dilanjutkan terutama mengenai konsentrasi infusa daun

pegagan tertinggi sehingga jumlah larva yang mati pada percobaan

(26)

44 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Arif Pratisto. 2004. Cara mudah mengatasi masalah statistik dan rancangan percobaan

dengan SPSS 12. Jakarta : PT Elex Media Computindo. p. 9-46, 101-61.

Bruneton, J. 1999. Alkaloids. In H.K. Caroline : Pharmacognosy: phytochemistry and

medicinal plants. 2nd ed. Paris : Lavoisier publishing. p.217-220

Culex Environmental. 2007. Mosquito Life Cycle.

http://www. Culex/ca-images/Cxcycle_jpg.htm. 1 Agustus 2007

Department of Medical Entomology. 2007. Murray Valley Encephalitis virus &

Kunjinvirus.

http://medentusyd.edu.au/fact/murray%20valley%20encephalitis%20and%20K

unjin.htm#top%20of %20page. 1Agustus 2007.

Department of Medical Entomology. 2007. Ross River & Barmah Forest.

http://medent.usyd.edu.au/fact/ross%20river%20&%20barmah%20forest.htm#to

p%20of%20 page. 1 Agustus 2007.

Environmental Protection Agency,US.2002. Larvicides for Mosquito Control.

http://www.epa.gov/pesticides/factsheets/larvicides4mosquitos.htm.1 Agustus 2007.

Evi Yuliani, dkk. 2003. Efek ekstrak akar tuba (Derris eliptica) terhadap mortalitas

larva Culex quinquefasciatus. Dalam : Jurnal Kedokteran YARSI. Vol 11, No 2,

(27)

45

Ganguly NK.2003. Prospects of using herbal products in the control of mosquito

vectors. In : Indian council of medical research. Vol 33, no 1, January 2003.

Gordon C.Cook and Alimuddin Zumla. 2003. Arbovirus infections. In : Manson’s

tropical disease.21th.ed.London : ELBS Saunders. p. 707-55

IPTEKnet. 2007. Tanaman kaki kuda.

http://www.IPTEknet.com/tanaman-kaki_-kuda.htm. 1 Agustus 2007

Mariam Januwati. 2005. Budidaya Tanaman Pegagan. Yogyakarta : Balai Penelitian

Tanaman Obat dan Aromatika. p.1-2.

National Chemical Laboratory (NCL).2001. Images & Taxonomic hierarchy for

Scientific Name “Culex quinquefasciatus”

http://www.mangroveindia.org/resour_ofa.php#c. 1 Agustus 2007

New Jersey mosquito control. 2003. Larval Habitats of Mosquitoes & mosquito

larval (culicine) anatomy & Life Cycle of a Mosquito & Mosquitoes in Your Life

& general mosquito biology.

http://www.visitmonmouth.com/06270_mcmec/mbio.html. 1 Agustus 2007

RSPI Sulianti Saroso.2007. Filariasis. http://www.infeksi.com/ Pusat _Informasi_

Penyakit_ Infeksi _ PENYAKIT _ Filariasis.htm.1 Agustus 2007

Salisbury, DF. 2001. Assaulting the mosquito’s sense of smell. In : Exploration, the

online research jurnal of vanderbilt university.

(28)

Universitas Kristen Maranatha

46

Stanford.2007. Epidemiology Lymphatic Filariasis. http://

www_stanford_edu-class-

humbio103-ParaSites2006-Lymphatic_filariasis-Images-LF_endemicCountries_s_jpg.htm

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Lita Istiani(2017) dengan judul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan inflasi terhadap alokasi Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengan (Study

Akhirnya, beberapa masyarakat yang dikembangkan (terutama AS) datang untuk didefinisikan lebih oleh konsumsi dari production.While ini adalah perubahan yang dramatis, beberapa

Proses pemutihan merupakan suatu proses penghilangan warna dari serat akibat masih tersisanya lignin pada pulp menggunakan bahan kimia. Dalam proses pulping tidak

Jasa Pemborongan Pekerjaan Pelebaran Gerbang Tol Pondok Gede Barat I dan Karawang Timur'l. Pada Jalan Tol Jakarta-Cikampek Tahun

Nuzliah, (2015), Jurnal Edukasi Vol 1 Nomor 2, Kontribusi Motivasi Belajar, Kreativitas Terhadap Problem Solving (Pemecahan Masalah) Siswa Dalam Belajar Serta Implikasi

Dengan demikian secara berurutan akan dipaparkan beberapa hal antara lain: identiikasi buku Al-Balaghat Al-Wadlihah, pendekatan yang digunakan Al-Balaghat Al-Wadlihah,

Pada bab ini membahas mengenai pengujian dan hasil analisis dari peralatan tes surja yang bertujuan untuk mengetahui akurasi dari peralatan surja yang digunakan dalam pengujian,

Meskipun dalam kedua teks tersebut tidak ditemukan waktu penyalinannya, tetapi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Roosiati (1983) disebutkan