PROPOSAL KERJA PRAKTIK
METODE SEISMIK INTERPRETASI UNTUK EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI MINYAK DAN GAS BUMI
PPSDM MIGAS CEPU
DISUSUN OLEH :
GERHANA RIETA D.B.A 18/424165/PA/18270
PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA 2020
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL KERJA PRAKTIK
PPSDM MIGAS CEPU
Yogyakarta, 21 Juli 2021
Penyusun
Gerhana Rieta D.B.A 18/424165/PA/18270
Ketua Program Studi Geofisika Dosen Pembimbing
Dr. Sudarmaji, M.Si. Dr. Sudarmaji, M.Si.
NIP. 197412122002121003 NIP. 197412122002121003
DAFTAR ISI
COVER ...1
LEMBAR PENGESAHAN ...2
DAFTAR ISI ...3
BAB I ...4
PENDAHULUAN ...4
1. LATAR BELAKANG ...4
2. TUJUAN ...5
BAB II ...6
DASAR TEORI ...6
1. Gelombang Seismik ...6
1.1. Gelombang Badan (Body Waves) ...6
1.1.1. Gelombang P ...6
1.1.2. Gelombang S ...7
1.2. Gelombang Permukaan (Surface Waves) ...7
1.2.1. Gelombang Love ...7
1.2.2. Gelombang Rayleigh ...8
1.2.3. Gelombang Stoneley ...9
2. Metode Seismik ...9
2.1. Metode Seismik Refleksi ...10
2.2. Metode Seismik Refraksi ...11
3. Data Seismik ...12
4. Seismik Interpretasi ...12
BAB III ...17
RENCANA PELAKSANAAN ...17
BAB IV ...18
DATA DIRI MAHASISWA...18
BAB V ...19
PENUTUP...19
DAFTAR PUSTAKA ...20
LAMPIRAN ...21
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberlimpahan sumber daya alam di muka bumi ini membuat kegiatan eksplorasi menjadi begitu menarik untuk dilakukan. Salah satunya yang paling gencar ialah eksplorasi minyak dan gas bumi. Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa minyak bumi mengambil peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, sebagai salah satu bahan bakar yang masih banyak digunakan di tengah-tengah maraknya campaign renewable energy.
Di Indonesia sendiri, unit pemerintah yang menangani bagian eksplorasi sekaligus produksi adalah PPSDM Migas Cepu. Sementara itu, disiplin ilmu yang mengambil peran dalam eksplorasi minyak dan gas bumi salah satunya adalah geofisika.
Universitas Gadjah Mada merupakan jajaran pendidikan tinggi negeri yang memiliki program studi geofisika. Program studi ini berada di bawah naungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Dalam rangka menghadapi ketatnya persaingan dunia pekerjaan, program studi geofisika mengadakan mata kuliah kerja praktik (KP). Kerja praktik ini juga bertujuan untuk melatih ilmu yang sudah didapatkan selama kuliah dari semester satu hingga semester lima.
Pada kesempatan kali ini penyusun hendak melakukan kerja praktik dengan tema seismik interpretasi. Mengingat bahwasanya eksplorasi masih menjadi hal yang cukup penting untuk menemukan titik-titik potensial sumber minyak bumi yang bisa diambil manfaatnya untuk negara dan seisinya. Diharapkan dengan dilakukannya kerja praktik ini dapat meningkatkan kemampuan interpretasi terhadap data seismik sehingga ilmu dan pengalaman yang didapatkan bisa diaplikasikan untuk kepentingan penelitian maupun eksplorasi dalam dunia kerja nantinya.
Oleh sebab itu, penyusun mengajukan Proposal kerja praktik Metode Seismik Interpretasi dengan harapan agar terjadi sharing ilmu dan pengalaman yang bermanfaat dari PPSDM Migas Cepu kepada penyusun. Untuk kemudian ilmu yang diperoleh bisa digunakan sebaik-baiknya dalam menyelesaikan masa perkuliahan maupun ketika terjun ke dunia kerja nantinya.
B. TUJUAN
Pelaksanaan kerja praktik selain untuk memenuhi mata kuliah yang ditawarkan oleh program studi geofisika juga memiliki tujuan-tujuan lainnya yang tidak kalah penting, diantaranya :
1. Wadah untuk memperkenalkan dunia kerja kepada mahasiswa.
2. Memperoleh kesempatan untuk menghadapi masalah-masalah dunia kerja dan bagaimana cara menyelesaikannya.
3. Pengaplikasian ilmu dan teori-teori selama perkuliahan ke lapangan secara langsung.
4. Mengetahui berbagai kendala-kendala yang mungkin terjadi dalam praktik metode seismik interpretasi.
5. Mendapatkan kesempatan memahami cara kerja software yang digunakan untuk akuisisi data lapangan maupun interpretasi data seismik.
6. Mengetahui horizon yang perspective dan strukturnya.
7. Mengetahui petroleum system di daerah yang diteliti.
8. Sebagai sebuah proses berkelanjutan secara langsung maupun tidak langsung, perusahaan bisa mendapatkan masukan positif dari mahasiswa pelaksana kerja praktik.
9. Memahami dan menyelesaikan permasalahan tertentu yang diberikan PPSDM Migas Cepu sebagai salah satu tugas khusus yang berkaitan dengann disiplin ilmu geofisika selama keberlangsungan kerja praktik.
BAB II DASAR TEORI
1. Gelombang Seismik
Gelombang seismik sesuai sifat-sifat partikelnya dianggap sebagai gelombang elastik. Dimana partikel-partikel mediumnya yang mengalami osilasi disebabkan oleh interaksi antara gaya-gaya gangguan melawan gaya elastik. Yang dimaksud dengan medium disini adalah bumi. Bumi memiliki lapisan-lapisan batuan yang tentunya mempunyai sifat fisis yang berbeda-beda. Perbedaan sifat inilah yang menyebabkan gelombang seismik ada yang terpantulkan atau terbiaskan.
1.1. Gelombang Badan (Body Waves)
Gelombang badan atau yang lebih dikenal sebagai body waves ini mampu merambat ke seluruh lapisan bumi. Body waves terdiri dari dua gelombang yaitu gelombang P dalam wujud longitudinal dan gelombang S dalam bentuk transversal.
1.1.1. Gelombang P
Gelombang P (P Waves) atau gelombang primer adalah gelombang seismik tercepat yang akan tiba pertama kali di seismogram. Selain dapat melewati material padat, gelombang P juga mampu melewati material cair seperti air maupun inner core bumi. Prinsip gelombang P ialah mendorong dan menarik batuan, karena itulah gelombang P biasa dijuluki gelombang kompresi. Partikel pada gelombang P bergerak ke arah yang sama dengan kedatangan gelombang P itu sendiri.
(Gambar 1.1. Gelombang P (P Waves))
1.1.2. Gelombang S
Bertolak belakang dengan gelombang P, gelombang S relatif memiliki kecepatan yang lebih lambat daripada gelombang P. Gelombang S atau gelombang sekunder hanya mampu melewati lapisan batuan padat, tidak melewati media cair apapun. Prinsip gelombang S yaitu partikel yang dibawanya akan merambat secara tegak lurus terhadap arah datangnya gelombang.
(Gambar 1.2. Gelombang S (S Waves))
1.2. Gelombang Permukaan (Surface Waves)
Yang kedua adalah gelombang permukaan. Atau yang biasa dikenal sebagai surface waves. Tidak seperti body waves yang merambat di seluruh lapisan bumi, surface waves hanya mampu merambat di beberapa lapisan bumi, utamanya kerak bumi. Dengan frekuensi yang relatif lebih rendah, surface waves mudah dibedakan dari body waves pada seismogram. Surface waves sendiri terdiri dari gelombang Love, gelombang Rayleigh dan gelombang Stoneley.
1.2.1. Gelombang Love
Gelombang love dinamai sesuai matematikawan asal Inggris yang merancang model matematika untuk gelombang sejenis pada tahun 1911, yaitu Augustus Edward Hough Love. Sama seperti gelombang P, gelombang love merupakan surface waves tercepat yang memiliki gerakan partikel dari sisi ke sisi. Gelombang love menjalar pada kerak dan menghasilkan gerakan horizontal.
(Gambar 1.3. Gelombang Love)
1.2.2. Gelombang Rayleigh
Tak jauh berbeda dengan gelombang love, gelombang rayleigh juga dinamai dari John William Strutt, Lord Rayleigh, dimana ia memprediksikan keberadaan gelombang ini tahun 1885. Prinsip pergerakan gelombang Rayleigh adalah seperti ombak di laut, yaitu bergulung pada lapisan tanah. Gelombang ini menggerakkan tanah ke atas dan ke bawah juga bergerak searah dengan arah rambat gelombang.
(Gambar 1.4. Gelombang Rayleigh)
1.2.3. Gelombang Stoneley
Gelombang Stoneley umumnya dihasilkan oleh alat sonik di dalam borehole. Gelombang ini merupakan surface waves yang memiliki amplitudo cukup besar. Ia dapat merambat di permukaan cair maupun padat, misalnya di sepanjang dinding lubang bor. Komponen sinyal frekuensi rendah yang dihasilkan oleh sumber sonik juga berada di sepanjang dinding lubang bor.
Analisa gelombang Stoneley dimungkinkan mendapat estimasi lokasi rekahan dan permeabilitas formasi. Gelombang Stoneley adalah sumber utama noise dalam profil seismik vertikal.
(Gambar 1.5. Gelombang Stoneley)
2. Metode Seismik
Dalam eksplorasi geofisika dikenal berbagai macam metode untuk melakukan akuisisi data. Diantaranya metode geolistrik, metode gravity, metode magnetik dan metode seismik. Salah satunya yang paling krusial adalah metode seismik. Data lapangan seismik yang telah diperoleh kemudian diproses sedemikian rupa hingga bisa dilakukan interpretasi terhadap karakter tiap-tiap lapisan bawah permukaan. Selain itu, pengolahan data seismik ini juga ditujukan untuk membuat penampang seismik dan meredam noise sehingga sinyal dapat diperkuat. Metode seismik sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu metode seismik refraksi dan metode seismik refleksi.
2.1. Metode Seismik Refleksi
Metode seismik refleksi biasanya digunakan pada lapisan bawah permukaan dengan kedalaman yang cukup dalam. Dengan memanfaatkan sifat gelombang yaitu pemantulan. Untuk mendapatkan gelombang pantul, metode seismik refleksi menggunakan energi seismik yang berasal dari, misalnya dinamit, vibrator seismik dan di tingkat terkecilnya adalah palu. Prinsip kerja seismik refleksi mirip dengan alat sonar di kapal, sinyal sumber yang dihasilkan di permukaan menembus tanah dengan arah relatif vertikal. Pada batas lapisan, sinyal dipantulkan kembali ke permukaan. Receiver sinyal yang merekam sinyal dari sumber pada metode seismik dikenal sebagai geophone (di darat; hydrophone : di laut).
(Gambar 2.1. Metode Seismik refleksi)
Perolehan data seismik refleksi menggunakan teknik roll-along klasik dimana pencatatan terdiri dari bebrapa geophone yang disusun dengan jarak sama dari sumber seismik. Dengan menggunakan cara ini, titik refleksi pada batas lapisan (interface) dari berbagai kedalaman di bawah permukaan diambil sampelnya oleh banyak konfigurasi source-receiver. Survei refleksi menjadi relatif sulit karena adanya variasi kecepatan serta berbagai jenis energi gelombang yang disebarkan di dalam bumi.
2.2. Metode Seismik Refraksi
Berbeda dengan metode seismik refleksi, metode sesimik refraksi menggunakan sifat gelombang yaitu pembiasan. Metode seismik refraksi umumnya digunakan pada lapisan bawah tanah yang tidak terlalu dalam atau dengan kata lain pada lapisan yang tidak terlalu tebal.
Metode seismik refraksi tergolong metode geofisika aktif karena penggunaan sumbernya. Sumber yang biasa digunakan dalam metode seismik refraksi antara lain palu, vibrator maupun dinamit. Dari sumber inilah yang membuat pergerakan lapisan-lapisan di bawah permukaan akibat getaran gelombang.
Gelombang-gelombang ini kemudian akan dibiaskan (digunakan untuk metode seismik refraksi) maupun dipantulkan (digunakan pada metode seismik refleksi) ke segala arah sebagai akibat adanya diferensiasi velositas pada tiap-tiap lapisan tanah.
Waktu jalar gelombang akibat pergerakan tanah kemudian direkam oleh geophone sebagai fungsi waktu. Perhitungan pada seismik refraksi didasarkan pada waktu jalar dari shot yang diterima geophone pada jarak tertentu. Waktu jalar dan offset (parameter jarak) terhubung dalam kecepatan merambat gelombang di dalam medium (bumi). Dari kecepatan merambat gelombang dalam medium (bumi) ini bisa dihitung kedalaman lapisannya.
(Gambar 2.2. Metode Seismik refraksi)
Pada metode seismik refraksi, yang paling dibutuhkan untuk interpretasi salah satunya adalah first break. First break didefinisikan sebagai gelombang pertama yang direkam geophone. Umumnya gelombang first break berkecepatan tinggi dan merupakan primary waves atau gelombang P. Dari first break ini kemudian
dilakukan picking first break, yaitu menentukan titik awal gelombang yang diterima oleh receiver berupa geophone. Kegunaan dari picking first break ini antara lain untuk memberi masukan waktu tempuh gelombang yang digunakaan sebagai pencitraan anomali kecepatan gelombang seismik di bawah permukaan sekaligus untuk mengetahui kondisi lapisan lapuk dan koreksi statik.
3. Data Seismik
Data seismik yang diperoleh dari akuisisi data di lapangan biasanya dalam bentuk post-stack time migration. Post-stack time migration merupakan proses migrasi dalam domain waktu yang dilakukan setelah tahapan stacking. Tujuan dari post-stack time migration yaitu untuk mengembalikan reflektor pada posisi seharusnya sehingga penampang seismik yang akan dibuat dapat merepresentasikan kondisi geologi sebenarnya berdasarkan reflektifitas lapisan bumi. Post-stack time migration biasanya dilakukan ketika variasi kecepatan relatif kecil hingga sedang. Kelebihan dari post-stack time migration ini adalah cenderung lebih cepat dan efisien dalam pengolahan data seismik. Jika post-stack time migration bekrja dengan domain waktu, maka post-stack depth migration bekerja dalam domain depth atau kedalaman.
4. Seismik Interpretasi
Umumnya proses pengolahan data geofisika terbagi menjadi tiga bagian utama. Tak terkecuali untuk metode seismik. Tiga bagian utama tersebut adalah akuisisi data, processing data dan interpretasi data. Dalam metode seismik refleksi, akuisisi data seismik merupakan kegiatan memperoleh data dari lapangan secara langsung melalui survei seismik. Setelah mendapatkan data seismik, data tersebut dilakukan pengolahan hingga dihasilkan pemodelan berupa penampang seismik daerah bawah permukaan. Dari pemodelan inilah kemudian dilakukan interpretasi data seismik dengan tujuan untuk memperkirakan keadaan geologi maupun material-material batuan di bawah permukaan dari wilayah survei.
4.1 Akuisisi Data
Akuisisi data seismik ditujukan untuk memperoleh data RAW berupa travel time atau waktu jalar gelombang yang merambat dari source menuju receiver berupa geophone.
Source atau sumber energi ini umumnya terbagi menjadi dua jenis yaitu sumber energi
yang bersifat impulsif dan vibrator. Sumber energi yang bersifat impulsif merupakan sumber energi dimana transfer energinya terjadi sangat cepat. Sedangkan sumber energi berupa vibrator merupakan sumber energi yang masih memiliki durasi beberapa detik lebih lama agar gelombang bisa sampai ke receiver. Output dari kedua source ini berupa gelombang sinusoidal. Pada metode seismik refleksi resolusi tinggi digunakan vibrator dengan frekuensi 125 Hz atau lebih. Perekaman data seismik menggunakan detektor, magnetic tape recorder, dan amplifier yang sangat sensistif. Amplifier biasanya dilengkapi dengan filter untuk meredam frekuensi yang tidak diinginkan.
4.2 Pengolahan Data Seismik
Setelah mendapatkan data RAW dari proses akuisisi, langkah selanjutnya adalah memproses data RAW tersebut menjadi data yang siap untuk dilakukan interpretasi.
Pengolahan data seismik ini bertujuan untuk memperoleh gambaran atau pemodelan lapisan-lapisan dibawah permukaan bumi.
1. Field Tape
Selama proses akuisisi, data seismik disimpan dalam magnetic tape dengan standar format yang telah ditetapkan oleh SEG (Society of Exploration Geophysics), diantaranya SEG-A, SEG-B, SEG-C, SEG-D dan SEG-Y. Data yang tersimpan dalam magnetic tape ini terdiri dari header dan amplitudo. Header berisikan informasi tentang parameter yang digunakan selama proyek survei, dan informasi berkaitan data itu sendiri.
2. Demultiplex
Data yang tersimpan dalam magnetic tape masih dengan format multiplex. Dari format ini kemudian dilakukan proses demultiplexing agar data yang sebelumnya tersusun berdasarkan urutan pencuplikan bisa diubah susunannya sesuai receiver atau channel.
3. Gain Recovery
Data amplitudo yang direkam oleh magnetic tape lama kelamaan akan mengalami penurunan kualitas selaras dengan jarak yang ditempuh gelombang. Hal ini diakibatkan oleh terjadinya penyerapan energi pada lapisan batuan yang kurang elastis dan adanya efek divergensi sferis. Untuk memulihkan energi gelombang yang sebagiannya hilang ini maka dilakukanlah proses Automatic Gain Control (AGC), sehingga membantu saat proses interpretasi nantinya.
4. Editing dan Muting Editing
Sebuah data bukan menjadi hal yang baru jika ditemukan adanya noise seperti ground roll, first break yang mengganggu dan lain-lain. Untuk mengurangi rekaman yang terpengaruh noise ini maka dilakukanlah proses editing. Sedangkan untuk menghilangkan sinyal yang diasumsikan sebagai noise itu sendiri dilakukanlah proses muting editing.
5. Koreksi statik
Ditujukan untuk membuat receiver seakan-akan dalam posisi datum yang sama dengan cara menghilangkan pengaruh topografi terhadap shot dan receiver.
6. Dekonvolusi
Merupakan invers filter konvolusi. Proses dekonvolosi dilakukan untuk mengurangi efek dari ground roll serta memperbaiki bentuk wavelet akibat terpengaruh oleh noise.
7. Analisis Kecepatan
Stacking yang baik memiliki kecepatan penjalaran gelombang yang sesuai pula.
Untuk menentukan kecepatan gelombang yang sesuai ini maka dilakukanlah analisis kecepatan. Prinsip utama analisis kecepatan adalah mencari persamaan hiperbola yang tepat sehingga memberikan stack maksimum.
8. Koreksi Dinamik/Koreksi NMO
Koreksi dinamik dilakukan untuk menghilangkan pengaruh jarak antara shot point dan receiver sehingga gelombang refleksi seakan-akan datang dari arah vertikal (normal incident).
9. Stacking
Sinyal-sinyal yang telah terkoreksi NMO berupa trace-trace kemudian dijumlahkan untuk memperoleh satu trace yang tajam dan anti noise, proses ini disebut stacking.
10. Migrasi
Penampang seismik hasil proses stacking belum merepresentasikan kedudukan lapisan yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan hasil rekaman normal incident belum tentu tegak lurus dari permukaan, apalagi jika bidang reflektornya miring. Untuk itu dilakukanlah proses migrasi ini. Proses migrasi bertujuan untuk memindahkan kedudukan reflektor ke posisi dan waktu pantul yang sebenarnya berdasarkan lintasan gelombang. Proses ini juga mampu digunakan untuk mengurangi pengaruh difraksi
gelombang yang muncul sebagai pengaruh adanya struktur-struktur tertentu seperti lipatan dan patahan.
4.3 Interpretasi Data Seismik
Interpretasi seismik jika ditilik dari sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu interpretasi kualitatif dan interpretasi kuantitatif. Interpretasi kualitatif misalnya menentukan batas antar formasi menggunakan petunjuk refleksi pada data penampang seismik, tanpa menggunakan perhitungan apapun. Sedangkan interpretasi kuantitatif terdiri dari beberapa metode seperti inversi seismik, analisis atribut seismik dan lain sebagainya. Interpretasi seismik kuantitatif biasanya terlebih dahulu diawali dengan interpretasi seismik kualitatif. Berikut tahapan-tahapan interpretasi seismik kuantitatif : 1. Kalibrasi Time Depth
Data seismik umumnya masih dalam domain TWT (two way time) sedangkan data sumur dalam MD (measured depth). Data sumur biasanya dikonversi terlebih dahulu ke dalam domain TVD (true vertical depth), hal ini dikarenakan MD merupakan kedalaman yang terukur dari Kelly Bushing dan bukan dari datum yang standar yaitu MSL (mean sea level).
2. Well To Seismic Tie
Well To Seismic Tie merupakan tahapan dimana interpreter mencocokkan data kedalaman sumur dengan data waktu pada seismik. Pengikatan data sumur dan data seismik dikalibrasi menggunakan data checkshot atau VSP. Namun jika data checkshot atau VSP tidak ada, bisa dibuat pseudolog dari data seismik untuk kemudian dijadikan pedoman untuk pengikatan. Selain kedua alternatif diatas, bisa juga dilakukan proses T/D relation berdasar pada formula Dix atau dengan cara analisis kecepatan dari data seismik.
3. Picking Horison
Data seismik yang diperoleh dari akuisisi data di lapangan biasanya dalam bentuk post stack time migrated sebagai deretan gelombang yang bervariasi terhadap waktu (ms) dan juga offset (m), padahal perlapisan batuan itu sendiri memiliki pola yang mengikuti strata pengendapan. Dari singkapan pola pengendapan inilah dapat dilakukan pemilahan umur batuan. Umumnya untuk studi awal, geosaintis melakukan picking berdasarkan refleksi seismik yang kuat dan kontinu, hal ini
dikarenakan asumsi bahwa setiap muka gelombang memasuki medium baru maka akan terjadi kontras impedansi yang menghasilkan pola strong reflection dalam data seismik.
4. Pembuatan Model Konseptual
Data seismik memiliki cakupan gelombang yang besar, sedangkan sumur memiliki cakupan gelombang yang kecil. Sehingga pada saat dilakukan proses inversi berdasarkan pada hasil proses dekonvolusi data seismik dan reflektivitas maka akan didapatkan hasil bandlimited. Korelasi sumur inilah yang memberikan kelengkapan data yang tidak terkandung pada hasil inversi bandlimited tersebut. Dari pemaparan tersebut, model konseptual dikenal juga dengan sebutan model frekuensi rendah, selain karena model ini merupakan hasil dari korelasi antara log dan picking horison. Pembuatan model konseptual berupa hasil asumsi awal tentang bagaimana kondisi di bawah permukaan.
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN
1. Topik dan Pembahasan
Pada kesempatan kerja praktik kali ini penyusun berharap dapat melaksanakan seluruh kegiatan pembelajaran interpretasi seismik dengan software dan perangkat yang diajarkan dan diizinkan digunakan oleh PPSDM Migas Cepu.
2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu : 1 November 2021 – 3 Desember 2021
Tempat : PPSDM Migas Cepu (Jl. Sorogo No.1, Kampungbaru, Karangboyo, Kec.
Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah 58315)
3. Pembimbing
Pembimbing dari program studi geofisika, Dr. Sudarmaji, M.Si.
Pembimbing dari PPSDM Migas Cepu.
4. Pembuatan Laporan
Seluruh kegiatan dan hasil pembelajaran interpretasi seismik selama proses kerja praktik berlangsung akan dilaporkan secara tertulis kepada PPSDM Migas Cepu untuk mendapatkan pengesahan kerja praktik. Selanjutnya akan dilaporkan kepada pihak program studi geofisika sebagai syarat kelulusan mata kuliah kerja praktik.
BAB IV
DATA DIRI MAHASISWA
Nama : Gerhana Rieta D.B.A
NIM : 18/424165/PA/18270
Tempat, Tanggal Lahir : Surakarta, 16 Juli 2000 Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Tinggal : Jalan Menuju Kebaikan, Mojosongo RT 05 RW IX, Mojosongo, Jebres, Solo, Jawa Tengah 57127
Alamat E-mail : [email protected]
No. HP : 0857 2522 0490
BAB V PENUTUP
Demikian Proposal Kerja Praktik ini dibuat dan diharapkan dapat diterima dengan baik oleh PPSDM Migas Cepu. penyusun berterima kasih kepada PPSDM Migas Cepu yang telah membuka kesempatan kerja praktik kepada mahasiswa sehingga para mahasiswa memiliki kesempatan untuk merasakan pengalaman bekerja dengan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah di dapat selama perkuliahan. Daripada itu penyusun juga berharap penuh dengan adanya kerja praktik ini mampu menambah ilmu dan skill-skill lain yang nantinya dapat digunakan dalam menghadapi dunia kerja secara riil. Semoga dengan adanya kerja praktik ini dapat meningkatkan hubungan yang harmonis antara Program Studi Geofisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada dengan pihak PPSDM Migas Cepu.
Sebagai penutup, penyusun memohon maaf terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi selama pembuatan Proposal kerja praktik ini. Tentunya kritik dan saran selalu penyusun harapkan untuk menjadi lebih baik. Semoga Proposal kerja praktik ini mendapatkan respon balik yang membangun sehingga kegiatan kerja praktik itu sendiri dapat berlangsung dengan baik. Atas perhatian dan kerjasamanya, penyusun mengucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Gerhana Rieta D.B.A
DAFTAR PUSTAKA
Uniek Kartika, Arista. (2007). "Penentuan Struktur Bawah Permukaan dengan Menggunakan Metode Seismik Refraksi di Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul”. 1-10.
Jodi, Fajar N dan Yuny, Rafi A. (2013). Metoda Seismik Refraksi. [Online] Available from : https://www.slideshare.net/nugrahaperdana/14-bab-iii-5-refraksi-fix [Accessed : 2020/10/08]
Endsley, K., (2020). What Is Seismology And What Are Seismic Waves?. [Online] Available from : http://www.geo.mtu.edu/UPSeis/waves.html [Accessed : 2020/10/19]
Glossary.oilfield.slb.com. (2020). Stoneley Wave - Schlumberger Oilfield Glossary. [Online]
Available from : https://www.glossary.oilfield.slb.com/en/Terms/s/stoneley_wave.aspx [Accessed : 2020/10/19]
Wiki.aapg.org. (2020). Seismic Interpretation - AAPG Wiki. [Online] Available from : https://wiki.aapg.org/Seismic_interpretation [Accessed : 2020/10/19]
Geoexpert.ch. (2020). Reflection Seismic Surveying – Geoexpert. [online] Available from : https://geoexpert.ch/methods/reflection-seismic-surveying/ [Accessed : 2020/10/19]
Hasanudin, M., (2005). Teknologi Seismik Refleksi Untuk Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi.
Oseana, Vol.XXX, No.4. LIPI. Jakarta.
LAMPIRAN