• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Tebu

Tebu (Saccharum officinarum L.) tumbuhan yang digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat gula tebu atau gula pasir. Termasuk Famili Gramineae, dapat tumbuh di ketinggian antara 1 –2300 m dpl dan tumbuh dengan baik pada bulan Januari hingga Juni. Asal tumbuhan tebu tidak diketahui secara pasti, namun ada beberapa pendapat mengenai asal tebu ini. Ada yang berpendapat tebu berasal dari India kemudian meluas ke seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan tebu berasal dari Irian Barat di sekitar Merauke, hal ini diduga karena masih terdapat banyak tebu liar di dalam hutan daerah tersebut (Muljana, 2006 : 2).

Tebu dibiak dari keratan yang sehat berumur 7-9 bulan. Batang pohon tebu ini berdiri lurus, batang terdiri dari beruas-ruas, setiap ruas dengan ruas dibatsi dengan buku-buku. Pada umumnya besar batang pohon tebu antara 3-4 cm bila diukur garis tengahnya, sedangkan tingginya bisa mencapai 2 sampai 5 meter.

Mata tunas yang ada dibawah tanah akan tumbuh keluar dan berbentuk rumput.

Akar pohon ini tidak panjang dan termasuk tumbuh-tumbuhan berakar serabut.

Daunnya panjang tak bertangkai, namun berpelepah seperti daun jagung. Helai daun berbentuk lurus dan mengecil kemudian meruncing daun ini agak keras dan berbulu agak kasar tepinya seperti rata namun sebenarnya sangat halus. Pohon tebu ini juga bisa berbunga, bentuk bunganya seperti kerucut dengan panjang 50 - 80 cm ( Muljana, 2006 : 9).

B. Usahatani Tebu

Ditinjau dari sudut ekonomi produksi, usahatani merupakan suatu perusahaan karena kegiatannya bersifat ekonomis. Usahatani merupakan suatu organisasi produksi yang bersifat reproduksi biologis dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang diperoleh secara komersial dengan tujuan untuk memperoleh keluaran yang memberikan keuntungan maksimum.

(2)

Ilmu usahatani didefinisikan secara berbeda oleh beberapa orang.

Mubyarto (1989 : 66 ), mengatakan bahwa usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.

Mosher (1968 : 57), mendefinisikan usahatani sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap, atau manajer yang digaji.

Sedangkan menurut Firdaus (2008 :7), usahatani adalah organisasi dari alam (lahan, tenaga kerja, dan modal yang ditujukkan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi tersebut ketatalaksanaanya berdiri sendiri dengan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolaannya. Istilah usahatani telah mencakup pengertian yang luas, dari bentuk yang paling sederhana sampai yang paling modern.

C. Teori Produksi

Hasil akhir dari suatu produksi adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi yang antara lain di sebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dapat dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang baik dilaksanakan dengan baik dan begitu pula sebaliknya, kualitas produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 1994 : 12).

Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, harus ada barang dan jasa. Barang dan jasa sebagai alat pemuas kebutuhan harus dibuat. Barang dan

(3)

jasa ini akan beredar dan tersedia dalam masyarakat. Membuat barang dan jasa pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih berguna dan berharga. Setiap upaya yang meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih bernilai dan berharga disebut kegiatan produksi (Chourmain, 1997:44).

Menurut Winardi (1982 : 30), produksi yang sebenarnya tidak lain daripada tindakan menciptakan nilai guna suatu benda sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi meliputi perubahan dalam sifat atau bentuk. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi bagi kebanyakan orang.

1. Fungsi Produksi

Dalam fungsi produksi faktor produksi disebut juga korbanan produksi (input) yaitu unsur-unsur produksi yang secara spesifik telah dipergunakan untuk menjadikan barang-barang baru. Barang-barang baru yang diperoleh dari proses produksi atau hasil proses produksi disebut dengan produk atau output. Fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (Soekartawi, 1994 :15).

Menurut Soekartawi (1994 : 15), adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input.

Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut disebabkan karena berapa hal, antar lain:

a. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

b. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antar variabel yang dijelaskan (dependent variabel), Y, dan variabel yang

(4)

menjelaskan (independent variabel), X, serta sekaligus mengetahui hubungan antara variabel penjelas.

Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Y = f (X1, X2, X3,...Xn). Dengan fungsi produksi seperti ini, maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1, X2...Xn dan X lainnya juga dapat diketahui.

2. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut variabel dependent, yang dijelaskan, (Y), dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan, (X) (Soekartawi, 1994 : 159).

Dalam fungsi produksi, maka fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi produksi yang ingin memperlihatkan pengaruh input yang digunakan dengan output yang diinginkan. Dalam dunia ekonomi, pendekatan Cobb-Douglas merupakan bentuk fungsional dari fungsi produksi secara luas digunakan untuk mewakili hubungan output untuk input.

Menurut Soekartawi (1994 : 173), secara sistematik fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan Y sama dengan a X1b1X2b2...Xibi...Xnbn eu, dimana Y sama dengan produksi, X sama dengan intersep, a,b sama dengan koefisien regresi penduga variabel ke-I, ℮ sama dengan bilangan natural (℮ = 2,7182), u sama dengan kesalahan. Pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b1, dan b2 adalah tetap walaupun variabel yang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini dapat dimengerti karena b1, dan b2 pada fungsi Cobb-Douglass adalah sekaligus menunjukkan elastisitas X terhadap Y, dan jumlah elastisitas adalah merupakan return to scale. Lebih lanjut dijelaskan bahwa penggunaan penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglass dalam penyelesaiannya selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk menjadi fungsi produksi linier. Penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas diatas didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a. Penggunaan fungsi Cobb-Douglas adalah dalam keadaan Law Diminishing of return untuk masing-masing input sehingga informasi yang diperoleh dapat

(5)

digunakan untuk melakukan upaya agar setiap penambahan input dapat menghasilkan tambahan output yang lebih besar.

b. Parameter penduga ( bi ) dapat langsung menunjukkan elastisitas produksi dari produksi yang bersangkutan ( Xi )

c. Jumlah elastisitas dari masing-masing factor produksi yang diduga merupakan pendugaan skala usaha ( return to scale ). Bila jumlah bi < 1, maka proses produksi berada pada skala yang menurun. Bila jumlah bi = 1, maka proses produksi terjadi pada skala yang konstan. Dan bila bi > 1, maka proses produksi terjadi pada skala yang menaik.

d. Perhitungan fungsi produksi Cobb-Douglas sederhana karena dapat ditransfer dengan mudah kedalam bentuk linier.

e. Bentuk fungsi Cobb-Douglas dapat mengurangi kemungkinan terjadinya masalah heteroskeditas.

f. Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi produksi yang sering digunakan dalam penelitian optimalisasi produk usahatani.

Beberapa hal yang menjadi alasan fungsi produksi Cobb-Douglass lebih banyak dipakai para peneliti adalah (Soekartawi, 1994 : 173) yaitu :

a. Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglass relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain.

b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglass akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas.

c. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return to scale.

1. Return To Scale

Return to Scale (RTS) atau keadaan skala usaha perlu diketahui untuk mengetahui apakah kegiatan dari suatu usaha yang diteliti tersebut mengikuti kaidah increasing, constant atau decreasing returns to scale. Terdapat tiga kemungkinan dalam nilai Return to Scale, yaitu: (Soekartawi, 1994 : 167).

(6)

a. Decreasing return to scale, bila (b1 + b2) < 1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi melebihi penambahan produksi.

b. Constant return to scale, bila (b1 + b2) = 1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.

c. Increasing return to scale, bila (b1 + b2) > 1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan yang proporsinya lebih besar.

Tiga bentuk kenaikan hasil produksi ini digunakan untuk mengukur skala ekonomi usahatani tebu apakah meningkat, tetap atau menurun.

D. Faktor-Faktor Produksi Usahatani Tebu

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi (Soekartawi, 1999 : 47).

Dalam praktek faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:

a. Faktor biologi seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit, varitas, pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya.

b. Faktor sosial ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan tingkat pendapatan, tersedianya kredit dan sebagainya.

Menurut Chourmain (1997 : 51) faktor-faktor produksi adalah tiap unsur sumber daya ekonomi dengan mana manusia dapat melakukan kegiatan budidaya ekonomi. Dengan budidaya ekonomi itu manusia dapat menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian akan menentukan sampai kapan atau sampai dimana suatu perusahaan dapat menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa. Dalam pertanian, untuk menghasilkan keluaran atau output yang maksimal diperlukan kemampuan yang maksimal petani dalam mengkombinasikan faktor-fakor produksi yang

(7)

dimiliki agar output atau produksi yang dihasilkan maksimal. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses kegiatan pertanian adalah sebagai berikut : 1. Lahan Pertanian

Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke luar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1989 : 89). Tanah mempunyai sifat istimewa antara lain bukan merupakan barang produksi, tidak dapat diperbanyak, dan tidak dapat dipindah-pindah. Oleh karena itu, tanah dalam usahatani mempunyai nilai terbesar.

Penggunaan tanah baik secara permanen ataupun siklus terhadap suatu kumpulan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang secara keseluruhannya disebut lahan dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya. Berarti dengan melihat pola penggunaan tanahnya, maka dapat mengetahui aktivitas ekonomi yang menonjol diwilayah tersebut dan budaya masyarakatnya. Dalam usahatani tebu umumnya di tanam di tanah tegalan atau tanah kasuran yang membentuk bantalan serta memiliki got/tanah galian yang dimaksudkan agar petani dengan mudah mengontrol pertumbuhan tanaman tebu. Luas lahan yang dimaksud adalah luas lahan yang dimiliki/atau yang ditanami tebu pada lahan perkebunan ( Muljana, 2006 : 3).

2. Tenaga Kerja

Menurut Daniel (2004 : 86), dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia, yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan (Soekartawi, 1990 : 7).

(8)

Skala usaha mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan menentukan pula kerja yang bagaimana diperlukan. Biasanya usaha pertanian skala kecil akan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga yang tidak memerlukan tenaga ahli. Sebaliknya pada usaha pertanian skala besar, lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dengan cara sewa dan sering dijumpai diperlukannya tenaga kerja yang ahli, misalnya tenaga kerja pria, wanita, anak-anak, dan ternak. Perbedaan tentang hal ini karena setiap jenis tahapan pekerjaan dalam suatu usaha pertanian berbeda dan juga faktor kebiasaan menentukan. Misalnya pekerjaan mengelolah tanah yang memerlukan tenaga kerja yang keras kebanyakan dilakukan oleh pria atau ternak. Sebaliknya pekerjaan menanam atau membersihkan rumput-rumput masih banyak dilakukan oleh kaum wanita (Soekartawi, 1999 : 9).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah :

a. Tersedianya tenaga kerja, setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang memadai.

b. Kualitas tenaga kerja, dalam proses produksi selalu diperlukan tenaga kerja spesialis ini diperlukan yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu.

c. Jenis kelamin mempengaruhi kualitas tenaga kerja, apalagi dalam proses produksi pertanian.

d. Tenaga kerja musiman sebagian besar berasal dari keluarga petani sendiri.

3. Modal

Dalam pengembangan pertanian, ketersediaan modal dalam modal cukup dan tepat waktu merupakan unsur penting dan strategis. Modal dalam bentuk uang tunai sangat diperlukan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi lebih daripada itu untuk membeli sarana produksi pertanian. Misalnya, bibit, pupuk, obat-obatan dan lain-lain yang memungkinkan petani melakukan proses produksi, yang selanjutnya untuk mendapatkan uang dari hasil penjualan produk usahataninya. Dengan demikian modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi

(9)

tersebut. Sebaliknya modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses produksi tersebut (Hanafie, 2010 : 98).

a. Bibit

Bibit yang bermutu tinggi yang biasanya berasal dari varietas unggul yang merupakan salah satu faktor penentu untuk memperoleh kepastian hasil usahatani tebu. Tidak heran saat ini ada bibit-bibit unggul selalu muncul dengan berbagai kualitas yang berbeda-beda. Jenis tebu yang akan ditanam merupakan bibit stek (potongan tebu) yang benar-benar diseleksi diluar kebun (di tempat yang telah disediakan). Penyeleksiannya meliputi apakah bibit itu baik dan apakah bibit itu berpenyakit atau tidak, dan sebagainya. Jadi bibit yang akan ditanam di kebun harus dalam keadaan baik. Penyortiran bibit ini sangat penting untuk menghindar bibit tebu mati. Syarat benih tebu yang baik adalah: 1) jenis tebu hasil produksinya tinggi. 2) tidak cacat. 3) bebas dari hama dan penyakit (Sutardjo, 1994 : 12).

b. Pupuk

Pada dasarnya pupuk sangatlah bermanfaat dalam mempertahankan kandungan unsur hara yang ada didalam tanah serta memperbaiki atau menyediakan kandungan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia ditanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika tanah yaitu memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur. Pemberian pupuk organik, terutama dapat memperbaiki struktur tanah dengan menyediakan ruang pada tanah untuk udara dan air. Manfaat lain dari pupuk yaitu memperbaiki kemasaman tanah. Tanah yang masam dapat ditingkatkan pHnya menjadi pH optimum dengan pemberian kapur dan pupuk organik. Menurut Sutardjo (1994 : 10), Pupuk yang digunakan untuk pertumbuhan tebu yaitu pupuk ZA/Urea dan pupuk phonska agar memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tebu dan untuk kesuburan tanah.

(10)

c. Obat/Pestisida

Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi hama dan penyakit yang menyerangnya. Di satu sisi pestisida dapat menguntungkan usahatani namun di sisi lain pestisida dapat merugikan petani.

Pestisida dapat menjadi kerugian bagi petani jika terjadi kesalahan pemakaian baik dari cara maupun komposisi. Kerugian tersebut antara lain pencemaran lingkungan, rusaknya komoditas pertanian, keracunan yang dapat berakibat kematian pada manusia dan hewan peliharaan.

4. Manajemen

Menurut Soekartawi (1994 : 12), dalam usahatani modern, peranan manajemen menjadi sangad penting dan strategis. Manajemen dapat diartikan sebagai seni dalam merencanakan, mengorganisasi dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Karena proses produksi ini melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai tingkatan, maka manajemen berarti pula bagaimana mengelola orang-orang tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan pross produksi.Kesulitan dalam pengukuran variabel manajemen dalam analisa ekonomi pertanianakan terlihat kalau terjadi multikolilearitas antara variabel manajemen ini dengan variabel independen yang lain. Namun demikian pwrlu diakui bahwa semakin baik pengelolaan suatu usaha pertanian maka akan semakin tinggi produksi yang diperoleh.

Manajemen terdiri dari merencanakan, mengorganisir, dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Karena proses produksi ini melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai tingkatan, maka manajen berarti pula bagaimana mengelola orang-orang tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan ptrose produksi. Faktor manajemen dipengaruhi oleh : 1) tingkat pendidikan, 2) pengalam berusahatani, 3) skala usaha, 4) besar kecilnya kredit, dan 5) macam komoditas (Soekartawi, 1994 : 12). Pengawasan pada suatu usahatani meliputi pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian, dengan

(11)

pengawasan yang baik terhadap penggunaan faktor produksi dapat menentukan efisien tidaknya suatu usahtani (Soekartawi, 1999 : 11).

5. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu memberikan pengamatan yang berbeda- beda pada pola pengambilan data, metode analisis dan hasil yang dicapai. Berikut adalah penelitian terdahlu yang meneliti mengenai pendapatan pada sektor agribisnis:

Yolanda Pido (2012), yang berjudul Pengaruh Penggunaan Input Terhadap Produksi Usahatani Jagung Di Desa Pulubala, Kecamatan Pulubala, Kabupaten Gorontalo, menggunakan metode analisis data yang dilakukan menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Penggunaan input atau factor-faktor produksi (luas lahan, tenaga kerja, benih, dan pupuk phonska) berpengaruh terhadap total produksi jagung di desa Pulubala, Kecamatan Pulubala, Kabupaten Gorontalo. Selanjutnya skala ekonomi usahatani jagung di desa pulubala berada pada keadaan Increasing Return To Scale yang artinya penambahan faktor produksi melebihi proporsi peubah produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar dalam hal tambahan produk sebesar 2,394 kilogram jagung.

Tutik Widarwati (2008), yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Gula di PG Pagottan, menggunakan metode analisis data fungsi produksi Cobb Douglass yang diolah dengan pendugaan OLS (Ordinary Leas Square) kemudian dilanjutkan dengan analisis terhadap efisiensi kegiatan produksi gula, dengan asumsi terdapat kendala biaya. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi gula di PG Pagottan, yaitu jumlah tebu, rendemen, jam mesin, tenaga kerja tetap, tenaga kerja musiman, bahan pembantu, dan lama giling. Dari hasil analisis regresi dengan memenuhi asumsi OLS (uji normalitas, homoskedastisitas, non autokorelasi, tidak terdapat gejala multikolinearitas) dan uji statistik , maka diperoleh faktor-faktor yang secara nyata berpengaruh terhadap produksi gula di PG Pagottan. Faktor-faktor produksi tersebut, yaitu jumlah tebu, rendemen, jam mesin, dan tenaga kerja pada selang kepercayaan 95 persen . Nilai

(12)

koefisien regresi dari faktor-faktor produksi tersebut masing-masing sebesar 0,066, 1,01, 1,03, dan -0,239. Nilai elastisitas yang negatif menunjukkan bahwa jika terdapat peningkatan satu persen tenaga kerja maka akan mengurangi produksi gula sebesar 0,239 persen.

Sawa Suryana (2007), yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Di Kabupaten Blora, menggunakan metode model regresi umum yang menggunakan lebih dari dua variabel independen dengan model persamaan linier. Secara keseluruhan model produksi jagung yang diestimasikan memberikan hasil yang positip karena semua variabel independen yang diamati terlihat bahwa variabel Luas lahan (X1), Varietas Bibit (X2), Jarak dan jumlah tanaman (X3), Biaya tenaga kerja (X4) dan variabel Biaya pembelian pupuk berpengaruh terhadap hasil Produksi Jagung Hibrida (Y). Berdasarkan analisis nampak bahwa F hitung sebesar = 32,197 adalah signifikan, karena p >

.05. Dengan demikian, Ho1 yang menyatakan bahwa :” Tidak ada pengaruh luas lahan, varietas bibit, jarak dan jumlah tanaman, biaya tenaga kerja, dan biaya pembelian pupuk terhadap hasil produksi jagung hibrida, ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa: ” Ada pengaruh luas lahan, varietas bibit, jarak dan jumlah tanaman, biaya tenaga kerja, dan biaya pembelian pupuk terhadap hasil produksi jagung hibrida di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora

”, diterima.

Dipo Notarianto (2011), yang berjudul Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Organik Dan Padi Anorganik Di Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sregon, menggunakan metode model fungsi produksi frontier. bahwa variabel luas lahan, bibit, dan pupuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi padi organik, sedangkan tenaga kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan. Unsur kandungan pada tanah adalah faktor utama pada usahatani padi organik. Untuk usahatani padi anorganik, variabel luas lahan dan pupuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi padi anorganik, variabel pestisida berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan bibit dan tenaga kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan. Nilai efisiensi teknis dalam penelitian padi organik ini sebesar 0,963 maka dapat

(13)

dikatakan bahwa usahatani padi organik di daerah penelitian tidak efisien secara teknis. Untuk usahatani padi anorganik, nilai efisiensi teknis sebesar 0,814 maka dapat dikatan bahwa usahatani padi anorganik di daerah penelitian juga tidak efisien secara teknis.

Nina Puranama Sari (2008), dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usahatani Jamur Tiram Putih (Studi Kasus Kelompok Tani

”Kaliwung Kalimuncar” Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor), menggunakan analisis data yakni Fungsi Produksi Cobb Douglass. Pada model dugaan dari fungsi produksi Cobb-Douglas diperoleh hasil bahwa faktor- faktor produksi serbuk kayu (X3), bekatul (X4), kapur (X5), plastik (X7), dan cincin paralon (X9) berpengaruh nyata terhadap produksi jamur tiram putih.

Serbuk kayu (X3), kapur (X5), dan plastik (X7) berpengaruh nyata pada taraf lima persen. Bekatul (X4) berpengaruh nyata pada taraf nyata sepuluh persen, sedangkan cincin paralon (X9) berpengaruh nyata pada taraf nyata satu persen.

Bibit (X1) dan kapas (X6) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jamur tiram putih. Berdasarkan hasil olah data dari fungsi produksi Cobb Douglas tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 98,4 persen. Hal ini menunjukkanbahwa 98,4 persen dari variasi produksi dijelaskan oleh model fungsi produsksi, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain dari model, seperti kelembaban,suhu, cahaya, ruang sterilisasi, dan sebagainya.

6. Kerangka Pikir

Usahatani secara umum adalah kegiatan untuk memproduksi di lingkungan pertanian untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. Untuk dapat mendapat keuntungan tersebut banyak faktor yang mepengaruhinya seperti kesuburan tanah, varietas bibit, tersedianya pupuk, tenaga kerja serta teknologi yang digunakan. Oleh karena itu dapat upaya peningkatan pendapatan petani itu harus memperhitungkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya. Mengacu pada teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat disusun suatu model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(14)

Ekonomi

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis Analisis Faktor-Faktor Produksi dan Skala Ekonomi Usahatani Tebu

Dari Gambar 1 dapat dijelaskan usahatani tebu merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petani dalam mengusahakan tanaman tebu, karena tebu merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi bahan dasar pembuat gula. Dalam pengelolaan usahatani terdapat faktor produksi yang memiliki peranan yang sangat penting, dengan adanya kombinasi dari masukan faktor-faktor produksi dapat mempengaruhi produksi suatu usahatani, faktor produksi yang dimaksud adalah luas lahan, bibit, pupuk urea/phonska, dan obat diazinon, masukan faktor produksi ini diharapkan dapat menghasilkan peningkatan produksi usahatani tersebut. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas yakni untuk mengetahui faktor produksi apa saja yang berpengaruh nyata terhadap produksi, kemudian dilakukan analisis Return To Scale untuk mengetahui skala ekonomi usahatani tebu yang sudah dijalankan di daerah penelitian.

USAHATANI TEBU

1. Luas Lahan 2. Bibit

- Varietas Tolangohula 3. Pupuk

- Urea - Phonska 4. Obat/Pestisida

- Gramason

Produksi Tebu FAKTOR PRODUKSI

Pengaruh Fungsi Produksi Cobb

Douglas Skala

Ekonomi Usahatani

Tebu

(15)

7. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, penelitian terdahulu dan kerangka teoritis, maka dirumuskan hipotesis :

1. Luas lahan, bibit, pupuk urea, pupuk phonska, dan obat-obatan, secara bersama-sama dan secara sendiri-sendiri berpengaruh terhadap total produksi usahatani tebu.

2. Skala ekonomi usahatani tebu berada pada increasing return to scale.

Gambar

Gambar 1.  Kerangka  Pemikiran  Teoritis  Analisis  Faktor-Faktor  Produksi  dan  Skala Ekonomi Usahatani Tebu

Referensi

Dokumen terkait

respon siswa dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. menggunakan metode copy

Sebagai contoh dampak yang dapat ditimbulkan dari perubahan ekosistem air payau adalah di kawasan Segara Anakan Cilacap perairan hutan mangrove menyumbang 70% dari

The study analyzed denotative and connotative meaning of the texts appears in the advertisement by using semiotic analysis purposed by Pierce and Rolland Barthes in interpreting

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Metode ini digunakan penulis sebagai acuan yang akurat bagi penelitian dengan mengumpulkan informasi dan data terkait iklan Ramadhan Ramayana 2018 melalui pihak

Loyalitas pelanggan hanya akan tercipta jika karyawan mempunyai antusiasme tinggi dalam melayani pelanggan (Kartajaya, 2007). Fokus utama dari One to One Marketing di Bank

Matakuliah ini mengaji tentang perkembangan sejarah di wilayah Asia Selatan sejak awal peradaban kuno sampai menjadi negara modern di masa kini meliputi:

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama