• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam media yang sudah memanfaatkan internet untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam media yang sudah memanfaatkan internet untuk"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi yang semakin pesat bisa terlihat pada perkembangan internet saat ini. Perkembangan ini juga membawa dunia jurnalistik semakin dapat dirasakan dalam segala aspek. Terbukti dengan berbagai macam media yang sudah memanfaatkan internet untuk mendistribusikan informasi kepada khalayak umum. Ilmu jurnalistik saat ini juga sangat terasa perkembangannya. Salah satu yang muncul dan mulai jadi tren baru dalam dunia jurnalistik adalah penggunaan infografik sebagai salah satu cara media menyebarkan informasinya. Penyampaian informasi pun menjadi semakin beragam, mulai dari teks, narasi, animasi, sampai elemen-elemen visual lainnya (Anwar, 2017).

Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Massachusetts

Institute of Technology (MIT), otak manusia mampu mengenali gambar

setelah melihatnya dalam waktu 13 milidetik (Trafton, 2014). Mengacu pada hasil penelitian tersebut, dapat terlihat bahwa manusia pada umumnya memiliki kemampuan untuk dapat memahami informasi lebih lewat gambar yang ada. Smiciklas (2012) juga menyebutkan bahwa infografik menjadi bentuk yang paling efektif untuk mengkomunikasikan informasi di era digital. Artinya, berita dalam bentuk

(2)

2

infografik memungkinkan khalayak untuk lebih mudah memahami isi informasi yang disampaikan.

Anwar (2017) menyebutkan selain penggunaan visual yang semakin menarik perhatian khalayak, infografik juga menyajikan informasi berupa data-data tertentu yang sudah diringkas sehingga semakin mudah untuk dipahami. Stampfl (2019, p. 1) mengatakan bahwa data merupakan sebuah bahan baku di zaman digital. Sejak 1980-an, kemudian muncul istilah baru dalam dunia jurnalistik, yaitu jurnalisme data.

Badri (2017, p. 360) mengatakan bahwa jurnalisme data merupakan hasil modifikasi dan pengembangan dari dua konsep praktik jurnalisme sebelumnya, infografik dan computer-assisted reporting. Data dalam jurnalisme sendiri sesungguhnya sudah masuk dan mendominasi sejak 1821, pada saat itu ada di halaman utama media The Guardian. Kemudian pada 1960-an, Philip Mayer menggunakan metode ilmu sosial untuk melakukan investigasi dalam menyelidiki penyebab kerusuhan di Detroit. Meyer kemudian melahirkan konsep Jurnalisme Presisi dan

Computer-Assister Reporting (CAR). Konsep inilah yang merupakan pendahulu bagi

konsep jurnalisme data. Pada tekniknya, jurnalisme data berpusat pada

(3)

3

Gambar 1.1 Contoh Infografik Tirto.id

(Sumber: Tirto.id)

Badri (2017) melanjutkan bahwa jurnalisme data merupakan hasil dari hadirnya pengembangan teknologi dan kehadiran internet. Sehingga makna jurnalisme berbasis data ini diciptakan untuk menggambarkan metode baru yang lebih luas dengan dukungan komputer sebagai alat bantu di hampir semua bagian jurnalisme. Menggunakan makna jurnalisme data pun penerapannya tidak sepenuhnya baru bagi negara-negara dengan teknologi maju seperti Amerika Serikat dan Inggris. Badri menambahkan bahwa istilah ‘jurnalisme data’ lahir melalui The Guardian yang pada saat

(4)

4

itu dihadapkan pada hadirnya situs Wikileaks dengan rahasia mengenai perang Afghanistan pada 2010 silam. Kemudian jurnalisme data dikembangkan menjadi berita multimedia dengan memanfaatkan sebanyak 90.000 data. Sering kali pemberitaan pada media online yang mengedepankan kecepatan menjadi sorotan utama publik karena dianggap mengabaikan prinsip dasar jurnalisme, yaitu akurasi. Untuk itu, jurnalisme data hadir sebagai salah satu cara menanggulangi hal tersebut melalui informasi yang dikemas lebih baik sebagai kebenaran yang sudah terverifikasi.

Lankow et al. (2012) mengatakan jurnalisme data juga dianggap sebagai langkah maju dunia jurnalistik dengan memanfaatkan ciri khas internet, di mana mengedepankan multimedia dan interaktif. Maka dari itu, infografik seringkali digunakan untuk memaparkan data yang dikemas secara interaktif untuk menarik perhatian banyak khalayak. Dalam pembuatannya, infografik diperlukan konsep desain untuk bisa menyampaikan sebuah pesan. Hal tersebut perlu masuk sebagai tahap perancangan yang dipertimbangkan. Kemudian langkah ini dilakukan untuk mendapatkan produk visual yang lebih dinamis dan semakin merangsang khalayak untuk menarik perhatian. Pemilihan font, ukuran tulisan, gambar yang dipilih, sampai visual pendukung lainnya perlu dipikirkan untuk bisa menyampaikan sebuah pesan dalam bentuk infografik. Pesan yang ditampilkan akan berbeda makna jika aspek-aspek visual yang digunakan

(5)

5

tidak seirama dengan informasi yang ingin disampaikan (Lankow et al., 2012, p. 38).

Lankow et al. (2012) menjelaskan bahwa infografik seringkali digunakan untuk menampilkan visualisasi data yang melengkapi sebuah narasi, infografik ini disebut dengan editorial infographic. Infografik jenis ini merupakan salah satu bentuk infografik yang menggunakan pendekatan secara naratif. Infografik seperti ini juga terlihat dalam beberapa media massa di Indonesia seperti Tirto.id dan Kumparan.

Ernawati (2017, p. 2) mengatakan bahwa manusia memiliki kemampuan membangun yang baik dalam menganalisis informasi dalam jumlah yang besar dan dipresentasikan secara visual. Mengacu pada argumen tersebut, diartikan bahwa penyajian data berupa visual dianggap lebih efektif dalam menyebarkan informasi. Dalam hal ini, kehadiran infografik juga dapat membantu penyebaran data menjadi lebih menarik di mata khalayak.

Jika melihat dari sisi perusahaan media yang menggunakan infografik dalam media daringnya, penggunaan infografik ternyata bisa jadi sesuatu yang menguntungkan. Brockbank (2018, p. 4) mengatakan Search

Engine Journal sebagai perusahaan yang menyediakan layanan marketing

konten dan optimalisasi Search Engine Optimization (SEO) mencatat setidaknya ada delapan keuntungan yang didapatkan perusahaan media ketika memproduksi konten dalam bentuk infografik. Salah satu keuntungan

(6)

6

penggunaan infografik adalah proses pengolahan informasi di dalam otak yang akan semakin dipermudah, jika dibandingkan dengan informasi melalui teks atau tulisan. Mereka juga meneliti bahwa otak manusia dapat memproses informasi secara visual 60.000 kali lebih cepat dibandingkan tulisan. Hal ini yang kemudian digunakan media untuk membantu proses penyampaian informasi melalui infografik

Maka dari itu, peneliti berargumen bahwa setiap berita yang akan disajikan kepada publik dalam bentuk infografik harus melalui proses penentuan ketat dalam ruang redaksi. Proses tersebut berkaitan dengan pemilihan visual dan narasi yang akan dibangun dalam infografik, terutama dalam kebijakan redaksi di balik berita infografik tersebut. Hal ini akan mengacu pada hierarki pengaruh dan teori gatekeeping. Shoemaker dan Reese (2014, p. 7) memberikan gambaran kebijakan editorial dalam sebuah media sebagai model hierarki. Mengacu pada pendapat tersebut, peneliti melihat perlu adanya kebijakan tertentu dari setiap tindakan yang dilakukan oleh suatu media, termasuk dalam proses kebijakan redaksi di balik berita infografik.

Dalam hal ini teori gatekeeping juga digunakan oleh peneliti. Shabir

et al. (2015, p. 588) pada “Process of Gatekeeping in Media: From Old Trend to New” mengemukakan bahwa proses gatekeeping merupakan awal

dari komunikasi interpersonal. Sebagai pembuka jalan, individu berusaha belajar dan memahami sesuatu. Kemudian individu meneruskan informasi yang selektif, terkontrol, dan kemudian diperiksa orang lain. Teori

(7)

7 gatekeeping ini relevan dengan konsep hierarki pengaruh, di mana pada

sebuah media terdapat peran gatekeeper yang bertugas sebagai penentu kebijakan dalam memproduksi sebuah informasi.

Hal ini juga sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Murray Dick (2013) yang mengatakan bahwa dalam produksi infografik interaktif juga dibutuhkan adanya proses penentuan nilai berita (news value) yang tertanam di dalamnya. Dick juga menambahkan bahwa mengacu pada teori organisasi jurnalisme, melihat adanya jurnalis yang mempelajari dan mempertimbangkan bagaimana nilai berita jurnalistik konvensional ke dalam sebuah infografik. Dick kemudian memaparkan bahwa dalam proses kerja jurnalistik dan norma organisasi, terbentuk adanya pemilihan, proses produksi, dan treatment dalam memproduksi sebuah infografik interaktif.

Melihat hal itu, peneliti menemukan celah penelitian untuk melihat bagaimana proses penentuan kebijakan redaksi dalam menentukan nilai berita di dalam infografik. Dalam hal ini, peneliti meyakini proses pembentukan infografik dalam sebuah media memiliki keterkaitan dengan pemilihan news value sebelum infografik tersebut disajikan. Oleh karena itu, pengambilan keputusan tidak hanya berdasarkan satu pihak saja, baik itu yang mengolah data, membuat visualisasinya, sampai publikasi infografik itu sendiri. Saat ini juga semakin banyak wadah pendukung yang memudahkan untuk membantu media menybarkan berita dalam membuat konten yang ramah bagi pembaca. Maka dari itu, penelitian ini mencoba untuk melihat proses kebijakan redaksi di balik berita infografik dalam

(8)

8

redaksi media masa kini. Lankow et al. (2012, p. 132) mengatakan terdapat empat aturan dasar dalam melakukan riset yang dapat divisualisasikan menjadi sebuah infografik. Aturan tersebut antara lain memastikan sumber yang digunakan menceritakan sebuah cerita, memastikan sumber yang digunakan dapat diandalkan, memastikan sumber yang digunakan masih relevan pada masa sekarang, dan mempersempit sumber data untuk memperlihatkan konsistensi dalam memaparkan data.

Penelitian ini dilaksanakan saat seluruh dunia secara global sedang mengalami musibah yang sama, yaitu pandemi virus corona (COVID-19). Melihat situasi ini, peneliti juga melihat bahwa praktik jurnalistik di setiap media juga turut membahas tentang COVID-19 karena isu ini yang sedang menjadi perhatian utama semua orang. Dengan begitu, masyarakat juga tentu butuh berita tentang perkembangan situasi COVID-19 ini, terutama di Indonesia. Berdasarkan data resmi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kasus positif sudah menyentuh angka 869.900, meninggal dunia sebanyak 25.246, dan sembuh sebanyak 711.205. Jika melihat angka secara global, kasus positif sudah menyentuh angka 92.431.105, meninggal dunia sebanyak 1.908.391, dan sembuh 51.090.723. Melalui angka ini, peneliti melihat bahwa situasi COVID-19 menjadi urgensi utama dunia saat ini untuk diatasi.

Saat COVID-19 ini muncul, sejumlah media di Indonesia pun terlihat memanfaatkan infografik sebagai wadah untuk menyalurkan berita terkini terkait virus corona. Hal ini juga melibatkan aktivitas jurnalisme

(9)

9

kesehatan dengan melihat bagaimana seorang jurnalis membahas isu kesehatan untuk dapat disampaikan kepada para pembaca. Berbagai topik bahasan pun diolah dalam bentuk infografik, mulai dari peta sebaran virus, pengenalan gejala COVID-19, cara penanganan, cara antisipasi, dampak situasi pandemi untuk berbagai macam sektor kehidupan, sampai berbagai macam angle lain terkait COVID-19 ini.

Untuk itu, peneliti telah menemukan dua media yang sampai saat ini masih aktif dan konsisten memanfaatkan infografik sebagai alternatif penyaluran beritanya. Khususnya saat pandemi virus corona berlangsung di Indonesia sejak Maret 2020, beberapa media ini semakin gencar menggunakan infografik dalam menyajikan informasi tentang virus corona di Indonesia. Media pertama, peneliti memilih Tirto.id karena menurut Josua (2019, p. 7) Tirto.id merupakan salah satu contoh media daring yang memiliki pertimbangan-pertimbangan visual secara tertulis dan bersifat dinamis mengikuti tren yang ada pada infografiknya. Tidak hanya itu,

Tirto.id juga identik dengan media yang menghadirkan infografik secara

interaktif, terutama di media sosial. Infografik yang diproduksi Tirto.id juga kerap berdiri sendiri tanpa harus mendampingi artikel dalam format teks.

Peneliti juga memilih Kumparan karena media ini mampu mengikuti perkembangan dunia jurnalisme, di mana media ini juga menggunakan infografik sebagai bentuk baru dalam menyajikan informasi. Selain itu, hadirnya infografik di Kumparan juga ingin memberikan informasi kepada khalayak dalam bentuk verbal dan visual.

(10)

10

Kedua media ini tentunya terdapat sebuah kebijakan editorial yang berpengaruh pada proses produksi infografik dan konten berita lainnya. Mengacu pada Shoemaker & Reese (2014, p. 10) terdapat lima faktor yang mempengaruhi isi konten dari sebuah media, antara lain individu, rutinitas media, organisasi media, institusi sosial, dan sistem sosial. Dalam hal ini, peneliti melihat bahwa setiap kebijakan editorial kedua media tersebut akan berbeda mengikuti faktor masing-masing media.

Peneliti memahami bahwa dalam menghasilkan produk infografik, setiap media punya prosesnya masing-masing, terutama dalam kebijakan redaksi. Peneliti percaya bahwa dalam proses produksi sebuah infografik, media punya hierarki yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan

news value di balik berita infografik. Oleh karena itu, peneliti ingin

mengetahui bagaimana proses kebijakan redaksi di balik berita infografik tentang virus corona di Indonesia yang diterapkan oleh Tirto.id dan

Kumparan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana proses kebijakan redaksi di balik berita infografik tentang Virus Corona di Indonesia periode Maret–September 2020 pada Tirto.id dan Kumparan?

(11)

11

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka pertanyaan penelitian yang diajukan oleh peneliti yaitu:

1. Bagaimana proses kebijakan redaksi di balik berita infografik tentang Virus Corona di Indonesia periode Maret–September 2020 pada

Tirto.id?

2. Apa faktor yang mempengaruhi produksi infografik tentang virus corona di level individu, rutinitas, organisasi, institusi sosial, dan sistem sosial pada redaksi Tirto.id?

3. Bagaimana proses kebijakan redaksi di balik berita infografik tentang Virus Corona di Indonesia periode Maret–September 2020 pada

Kumparan?

4. Apa faktor yang mempengaruhi produksi infografik tentang virus corona di level individu, rutinitas, organisasi, institusi sosial, dan sistem sosial pada redaksi Kumparan?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui proses kebijakan redaksi di balik berita infografik tentang Virus Corona di Indonesia periode Maret–September 2020 pada

Tirto.id.

2. Mengetahui level hierarki pengaruh di balik berita infografik tentang virus corona di Indonesia periode Maret–September 2020 pada Tirto.id.

(12)

12

3. Mengetahui proses kebijakan redaksi di balik berita infografik tentang Virus Corona di Indonesia periode Maret–September 2020 pada

Kumparan.

4. Mengetahui level hierarki pengaruh di balik berita infografik tentang virus corona di Indonesia periode Maret–September 2020 pada

Kumparan.

1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Akademis

Penelitian ini memberikan sudut pandang baru dengan melihat bagaimana proses kebijakan redaksi di balik berita infografik tentang Virus Corona di Indonesia, dari sudut pandang hierarki pengaruh. Maka dari itu, penelitian ini dapat memberikan kontribusi tambahan sudut pandang dalam melihat suatu proses pembentukan infografik pada sebuah media, tidak hanya dari segi visualisasinya saja.

1.5.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini juga bisa digunakan sebagai acuan para jurnalis yang fokus pada pembuatan berita infografik. Dalam hal ini bisa mengetahui karakteristik yang ideal dalam membuat berita berbentuk infografik, terutama dalam menentukan news value.

(13)

13

1.6 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dari penelitian ini adalah:

1. Peneliti memiliki keterbatasan waktu dan akses dalam melaksanakan penelitian, sehingga objek penelitian yang digunakan hanya fokus pada dua media saja.

2. Penelitian ini dilaksanakan di tengah situasi pandemi virus corona (COVID-19) yang melanda Indonesia dan juga seluruh dunia, sehingga peneliti jadi sangat terbatas dalam melaksanakan penelitian, terutama dalam melaksanakan tahap pengumpulan data. Peneliti jadi tidak dapat melakukan proses observasi langsung ke dalam redaksi media Tirto.id dan Kumparan karena kondisi pandemi yang mengharuskan bekerja dari rumah (work frome home).

3. Saat melaksanakan penelitian, peneliti juga terpapar COVID-19, sehingga semakin membatasi ruang gerak peneliti dalam melaksanakan penelitian. Maka dari itu, proses wawancara untuk pengumpulan data hanya dapat peneliti laksanakan melalui e-mail dan telepon.

4. Peneliti hanya melakukan proses wawancara terhadap beberapa orang saja dari setiap media, sehingga penelitian ini tidak cukup memberikan gambaran tentang kebijakan redaksi di masing-masing media.

Gambar

Gambar 1.1 Contoh Infografik Tirto.id

Referensi

Dokumen terkait

dapat diartikan citra merek tidak berpegnaruh signifikan terhadap loyalitas Adanya pengaruh secara kepercayaan merek terhadap loyalitas pada perusahaan Bordir Irma

Dalam netnografi ini, memanfaatkan beberapa analytical tools seperti Keyhole dan Social Blade untuk melakukan monitoring bentuk digital storytelling dan

secara umum dan di Desa Simpasai secara khusus ada program- program khusus dari Pemerintah Kabupaten Bima sebagai salah satu bentuk proteksi terhadapa berbagai

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara strategi regulasi emosi cognitive reappraisal dengan kecenderungan gaya pengambilan keputusan hypervigilance

[r]

Melihat dari permasalahan yang terjadi maka penulis akan membuat sebuah sistem pengambil keputusan untuk menentukan lokasi distribusi air mineral menurut kriteria yang

a. Studi Dokumenter, yaitu Penulis memperoleh bahan hukum primer dari dokumen berupan salinan putusan yang dikeluarkan dari Pengadilan Agama Pelaihari. Bahan hukum

Hasil penelitian berdasarkan faktor kesediaan benih menunjukan bahwa apabila benih yang ada di penangkar habis biasanya para petani yang menggunakan benih bersertifikat lebih