• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BIDANG ARSIP DAN MUSEUM"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

R I S A L A H RAPAT KERJA

PANSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PENYELENGGARAAN PEMILU

Tahun Sidang : 2016-2017 Masa Persidangan : V

Jenis Rapat : Rapat Kerja ke-13 Hari, Tanggal : Selasa, 30 Mei 2017 Pukul : 14.00 WIB s.d. Selesai Sifat Rapat : Terbuka

Pimpinan Rapat : Ir. H. M. Lukman Edy, M.Si (Ketua/F-PKB) Didampingi oleh Pimpinan :

1. Ir.H.Ahmad Riza Patria.,MBA (Wakil Ketua/

F-PGerindra)

Sekretaris Rapat : Drs. Uli Sintong Siahaan, M.Si.

(Kepala Bagian Sekretariat Pansus)

Tempat : Ruang Rapat KK I, Gedung Nusantara Lantai 1 Acara : Membahas issue-issue krusial mengenai RUU

tentang Penyelenggaraan Pemilu Anggota yang Hadir : 25 Anggota dari 30 Anggota Pansus

1. Fraksi PDIP :

− Arif Wibowo

− Henky Kurniadi

− MY Esti Wijayati

− Abidin Fikri

2. Fraksi Partai Golkar :

− Rambe Kamarulzaman, M.Sc, MM

− Dr. Ir.Hetifah., MPP

− Agung Widyantoro, SH, M.Si 3. Fraksi Partai Gerindra :

− Bambang Riyanto, SH, MH, M.Si

− Supratman Andi Agtas, SH, MH

− H. Moh Nizar Zahro, SH 4. Fraksi Partai Demokrat :

− Ir. Fandi Utomo

− Didik Mukrianto, SH, MH 5. Fraksi PAN :

− Totok Daryanto, SE

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(2)

6. Fraksi PKB :

− Dra. Hj. Siti Masrifah.,MA 7. Fraksi PKS :

− Sutriyono.,S.Pd.,M.Si

− Drs. Almuzammil Yusuf, M.Si 8. Fraksi PPP :

− Dr. H. Mz. Amirul Tamim., M.Si

− Achmad Baidowi., S.Sos 9. Fraksi Partai Nasdem :

− Johnny G.Plate

− Drs. Taufiqulhadi, M.Si 10. Fraksi Partai Hanura:

− DR.Rufinus Hotmaulana Hutauruk.,SH.,MH Anggota yang Izin : −

Undangan yang hadir : 1. Menteri Dalam Negeri RI beserta jajarannya.

2. Dirjen Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM RI beserta jajarannya.

3. Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan RI beserta jajarannya.

KETUA RAPAT :

Kita mulai kita buka rapat, assalamu’alaikum Wr.Wb Selamat sore, salam sejahtera buat kita semua,

Rapat Pansus, skor rapat kami cabut dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum.

KETOK PALU 1 X

Karena kita skor rapat kemarin dan pasti memenuhi syarat belum 24 jam, walaupun sudah kourum Pak Menteri, ini kourum minimalis, tapi karena kita sebelumnya adalah skor, jadi kita hitung lagi kourumnya maksimal atauminimalis, dan teman-teman yang lain masih dalam perjalanan menuju ruangan rapat ini.

Pak Menteri yang saya hormati beserta Pak Sekjen, Pak Dirjen serta Bapak-bapak pimpinan dan Anggota Pansus yang saya hormati. Kita melanjutkan rapat Pansus untuk menyelesaikan isu-isu yang pending. Kita mulai dulu yang ringan-ringan, kita buka yang kuota perempuan dululah.

Langsung kursi Pak Menteri, boleh, langsung kursi lanjutan rapat kemarin.

Posisi terakhir Pak Menteri, keputusan Pansus tanggal 29 Mei 2017 kemarin, menjelang berbuka puasa.

Pertama, 10 fraksi sepakat penambahan 19 kursi. Dan penambahan 19 kursi itu tanpa redistribusi atau tanpa re-alokasi. Jadi yang berlebih selama ini, tetap tidak dikurangi, tetapi daerah-daerah atau propinsi-propinsi yang defisit atau kurang jatah kursinya demi kepada azas keadilan itu tetap harus dipenuhi.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(3)

Kedua, kemarin itu belum ada jawaban dari pemerintah persetujuannya, oleh sebab itu pemerintah kemarin melakukan internalisasi lebih dahulu, terutama tentu lapor Pak Menteri.

Ketiga, memang Fraksi Partai Nasdem disenting mereka setuju tambah 10 tanpa re-alokasi. Tanpa redistribusi atau tanpa realokasi artinya yang berlebih tetap berlebih, yang 10 tambahan baru. Tapi konsep ini belum diperdebatkan, disenting atau catatan saja dari Nasdem. Kalau misalnya ini menjadi pilihan nanti ya kita buka forum untuk berdebat dulu. Kita putur kalau ini yang disepakati, konsepnya seperti apa.

Kira-kira tiga hal itu Pak Menteri, positioning terakhir dari pembahasan soal jumlah kursi Anggota DPR ini. Kita ingin kata finallah dari Pemerintah seperti apa, dan kalau ada kata final dari pemerintah terutama kalau kata finalnya setuju, sepakat dengan penjelasan Pak Rambe ya kita ketok ini masalah selesai. Tapi kalau misalnya ada opsi-opsi lain ya kita buka lagi pembicaraannya. Saya kira itu Pak Menteri, di kesempatan pertama Pak Menteri dululah untuk menyampaikan, karena Pak Menteri juga mengikuti dari awal soal perkembangan ini, kami persilakan Pak Menteri.

PEMERINTAH (MENDAGRI) :

Saudara ketua, wakil ketua dan Bapak-ibu sekalian yang saya hormati, Pemerintah memahami usulan yang terhormat bapak-ibu Pansus dari semua fraksi, dengan pertimbangan tingkat kemahalan kursi dan sebagainya.

Memang awalnya pemerintah masih berkeinginan di lima, 3 Kaltara (Kalimantan Utara) satu Riau, satu Kepri. Hasil simulasi kami tadi siang dengan Pak Sekjen dengan Tim ini, usulan alasan yang terhormat bapak-ibu fraksi untuk 19 kami paham.

Sekarang kami hitung-hitung bagaimana kalau 10 sampai 2 sampai15 saja, soal pembagian terserah Pansus. Saya kira itu saja, karena paham kami, tingkat kemahalan, tingkat apa ini kan demi keadilan pemerataan dan sebagainya kami memahami, tapi kalau memungkinkan antara 10 sampai 15, soal bagaimana nanti saya kira bisa dibagi.

Demikian.

KETUA RAPAT :

Saya kira bisa kita ini, sudah kencang betul Pak Mendagri nawar 10-15 sudah luar biasa menurut saya. Kalau boleh saya menawarkan kepada fraksi-fraksi kita sepakati di angka 15, setelah itu nanti formulanya kita hitung, seperti apa penambahan 15 itu.

F-PGERINDRA (SUPRATMAN ANDI AGTAS, SH, MH) :

Ketua, setuju ketua.

KETUA RAPAT :

Apa perlu diputar atau langsung kita ketok ini.

F-PG (RAMBE KAMARUL ZAMAN) :

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(4)

Boleh setuju, tapi saya lihat Pak Maman dari sana garis lurus meliriknya ke saya, apa maksudnya. Jadi memang yang 15 nanti ada konsekuensinya Saudara ketua, yang tadinya dia dua bisa turun jadi satu, biar lebih rata pembagian ini. Ini pasti kita buka sekarang, jangan nanti kita tarik persetujuan itu.

Jadi kan yang harusnya dapat ada yang dua-dua ya turunkan satu, bagi ke yang lain.

Tadi kan Saudara Menteri mengatakan, pembagiannya terserah fraksi- fraksi gimana modelnya. Ini kan enak sekali kita mendengarnya, nanti pas masuk pembagian kita bertengkar. Ini Pak Menteri puasa-puasa begini lempar main politik juga.

Jadi nanti ketua tampaknya bisa kesana, kita hitung-hitungnya, mungkin ada tadi yang meminta 15 ini, bisa ada pengurangan itu, itu konsekuensinya.

Jangan nanti kita ribut sendiri di dalam, itu kita ingatkan dari sekarang. Kalau mau harus kita terima sekarang yang 15 itu. Dan fikiran kita jangan ada yang minta 2, biar selesai. Sebab Pak Amirul ya kenapa tidak dua pertimbangannya, jangan lagi, ya dapat satu pun sudah bersyukur, kan begitu.

Begitu Saudara ketua, saya hanya mengingatkan itu saja, jangan kita oke sekarang besok kita misalnya menggugat oke tadi itu, yang dijelaskan oleh Saudara Menteri tadi. Nanti pembagiannya kita formulakan.

KETUA RAPAT :

Memang kita robahlah Pak cara kita pendekatan terhadap undang-undang ini. Semuanya memang harus kita bikin rumusan dan formulanya. Tidak bisa pakai wah..ini kurang ini-kurang ini, tidak bisa seperti itu lagi. Jadi saya nawarkan, kita sepakati dulu tambahan 15 ya, setelah itu nanti formulanya kita diskusikan dengan pemerintah terbaiknya seperti apa.

Pak Rufinus silakan.

F-PHANURA (DR. RUFINUS HOTMAULANA HUTAURUK, SH,MH) : Sebentar, jadi jangan disepakati dulu, ini kan baru datang ini informasi yang baru dari pemerintah. Penambahan 15 ini dasarnya apa ? kemarin Pak Rambe dengan menggebu-gebu mengatakan kepatutan, keadilan dan seterusnya. Nah kita lihat dulu, biarkan saja pemerintah dulu memberikan simulasi 15 ini datangnya ujug-ujug darimana. Karena di 19 kemarin kita berikan opsi, kalau 19 selesai. Di bawah 19, mau 10 atau 5 akan saja terjadi reditribusi kursi. Kalau 15, tentu akan ada yang berubah juga. Kalau Dapil berubah, maka hal lain juga akan berubah. Jadi ini tidak semudah membalikan tangan kita sepakati karena jumlahnya seakan-akan kita berdamai dengan antara jumlah besar dengan jumlah tengah, tidak boleh kayak begitu.

Ini lembaga yang harus kita junjung dimana rekruitmen pengisian ini harus mempunyai metodelogy yang baik, bahwa pemerintah beritikad baik supaya kita bisa menyelesaikan ini dengan baik kita sangat setuju untuk itu. Tetapi tolong pemerintah juga supaya memberikan metodelogy apa yang digunakan, sehingga kita mendapat 15. Nah 15 ini akan berdampak kepada apa, Dapilkah, sebarankah. Ini perlu kita justificasi, jadi kalau usul saya supaya pemerintah

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(5)

tidak kita bawa di dalam diskusi yang kurang menarik ini, saya fikir dibangun saja setengah kamar.

Mari kita antar fraksi berdamai kalau memang kita sudah sepakati bahwa ini adalah angka yang kita sepakati. Tapi saya lebih cenderung memilih, kalau pun kita pilih setengah kamar, maka terlebih dahulu pemerintah memberikan simulasi kenapa angka 15 menjadi pilihan.

Itu barangkali pimpinan, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Pak Abidin silakan.

F-PDIP (ABIDIN FIKRI) : Terima kasih pimpinan.

Saya kira usulan Menteri itu jalan tengahlah, karena ketegangan itu memang di 19, 10 dan 5. Tapi penghitungan alokasi kursi itu juga berkaitan dengan posisi dimana ditempatkan kursi itu. Oleh karena itu saya setuju dengan Pak Rambe, itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan harus kita perbincangkan. Karena apa, jangan sampai nanti setelah kita putuskan 15, giliran pada penempatan alokasi kursi dimana 15 kita jadi bertengkar lagi.

Oleh karena itu pimpinan, saya kira pertimbangan Pak Rufinus juga perlu juga didalami. Simulasi yang 15 itu karena ada pengurangan dari 19 jadi 15, nah menurut Kementerian Dalam Negeri itu dimana yang harus dikurangi dari 19.

Saya kira itu penting, agar nanti tidak menimbulkan masalah. Artinya tuntas 15 kita putuskan, dan juga alokasinya dimana kita sekalian diputuskan.

Saya kira itu pimpinan, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Pak Riza Patria silakan.

F-PGERINDRA (IR. H. AHMAD RIZA PATRIA, MBA) :

Saya kira terima kasih Pak Menteri, jawaban Pak Menteri cepat, bijaksana dan arif. Jadi kami Gerindra sepakat Pak, penambahan 15 sebagai jalan tengah. Mengenai komposisi saya kira kita bisa duduklah. Kemarin kami sudah menyusun Pak, sama-sama seluruh 10 fraksi, Pemerintah Pak Sekjen, Pak Dirjen, kira-kira kalau 19 itu mana saja. Jadi tinggal kita kurangi, 4 itu mau dikurangi dimana saja, saya kira kita bisa duduklah. Dan saya berharap hari ini selesai Pak Menteri, soal Dapil karena supaya biar memberi kesempatan juga khusus kepada Pemerintah, karena turunan nanti ke propinsi dan kabupaten, yang sudah diamanahkan pada Pansus untuk kepada Tim Pemerintah ini menyusunnya, jadi tidak mudah. Jadi kalau ini selesai harapan kita ya seminggu paling lambat turunannya kebawah mungkin selesai Pak Menteri.

Saya kira itu dari Gerindra, terima kasih.

KETUA RAPAT : Pak Menteri silakan.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(6)

PEMERINTAH (MENDAGRI ) :

Kalau 15 kami usul, tapi ini usul yang tidak mengikat, semua keputusan pada Pansus saja. DKI mines satu, Jabar satu, Lampung satu, Kalbar satu, ini hanya usul saja dari simulasi kami supaya aspek-aspek....tapi tekhnis pada bapak-ibu sekalian.

KETUA RAPAT :

Baik, saya kira begini, ini mumpung Pak Menteri lagi baik hati Pak, jadi kita ketok dululah 15 ini.

F-PNASDEM (JOHNNY G. PLATE) : Sabar dulu Pak Ketua.

KETUA RAPAT :

Nanti kalau dibongkar-bongkar,

F-PNASDEM (JOHNNY G. PLATE) :

Bukan bongkar-bongkar, mesti kasih pendapat dulu kita ini, boleh pimpinan, Pak ketua, baik terima kasih.

Pak Menteri selamat sore,

Terlepas dari bahwa Pemerintah sudah menyampaikan tambahan 15, tentu Pemerintah sudah memikirkan menghitung mempertimbangkan banyak hal, tapi kami inses kalau bisa cukup 5. Tapi kalau Pemerintah minta 15 ya itu sudah menjadi keputusan. Hanya kalau 15 membaginya 15 ini tolong memperhatikan awal-awal diskusi kita terkait dengan jumlah anggota DPR-RI ini.

Yang pertama, dulu kita mengingat saya hanya sekadar untuk remind, untuk mengingatkan bagaimana komposisi keanggotaan saat ini. Komposisi keanggotaan saat ini di DPR-RI yang terhormat ini Pak Ketua dan Pak Menteri, 315 orang adalah representasi Jawa, Bali dan Madura. Indonesia tersisa sejumlah 245, nah itu potret Indonesia di Senayan saat ini Pak Menteri. Kalau tambah 15, jangan lagi memperlebar itu. Kalau menambah 15 memperkuat yang non Jawa, Bali dan Madura karena sudah 315 disitu. Jangan sampai menggunakan segala macam dan berbagai jenis formula untuk men-justifikasi menambah 3 wilayah itu.

Ini bukan ngomong keadilan lagi, ini ngomong keterlaluan ketidakadilannya, kami ingin mencatat itu. Dimana saja 15 itu dibagi, tapi jangan menambah keterlaluan ketidakadilan.

Terima kasih pimpinan.

KETUA RAPAT :

Ini semua menjadi catatan kita ya, sebelum nanti kita merumuskan formulanya. Tapi kita sepakati dulu tambah 15 setuju ya.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(7)

KETOK PALU 1 X Silakan Pak Abidin.

F-PDIP (ABIDIN FIKRI) :

Nanti saya menyampaikan bahwa usulan Pemerintah yang 15 bagian yang tidak terpisahkan dengan alokasinya dimana yang dikurangi. Nah saya kira itu langsung diketok juga, karena kalau kita setuju dengan pengurangan itu berarti setuju dengan konsep usulan Pemerintah. Tadi pemerintah sudah menyampaikan bahwa yang dikurangi nah justru itu, maksud kami itu bagian yang tidak terpisahkan.

KETUA RAPAT :

Tadi Pak Menteri bilang exersice pemerintah seperti itu, tapi terserah Pansuslah diskusinya, seperti itu. Nanti kita rundingkanlah itu. Saya kira itu selesai forumnya nanti. Forum kita akan mundur usulan Pak Rufinus.

F-PNASDEM (JOHNNY G. PLATE) :

Pak Menteri sudah bilang sama dengan Nasdem sikapnya Pemerintah, kira-kira begitu, baru saja bilang ini Pak Ketua, jangan sampai tidak dengar juga itu, nanti jumlahnya memang diserahkan pada Pansus, tapi prinsipnya sama dengan pendapat Nasdem, Pak Menteri baru bilang.

KETUA RAPAT :

Sudah selesai ya, kita lanjut, nanti soal alokasi kita diskusikan, ya kita lobby-lobbylah nanti, nanti kita ikuti saran Pak Rufinus setengah kamar.

Karena kan nanti melibatkan Tim tekhnis dari Pemerintah juga untuk menghitungnya seperti apa formulanya.

Baik, kita lanjut soal berikutnya. Saya fikir tadi agak lama membahas soal ini, ternyata langsung saja. Soal perempuan ya, soal perempuan dulu.

Soal perempuan ini pendapatnya perdebatan kita sudah panjang, kemudian teman-teman dari koalisi perempuan, politik perempuan juga terus mengungkapkan soal ini, saya kira ini kita bikin satu putaran saja ini. Satu putaran langsung kita putuskan.

Opsi-opsinya itu adalah pertama wajib memenuhi kepengurusan tingkat pusat dan bakal calon sebesar 30 %. Jadi opsi pertama itu adalah wajib ada 30 % di kepengurusan partai politik tingkat pusat. DPP itu wajib 30 % perempuan. Kemudian yang lain, memperhatikan menyangkut rekruitmen kepengurusan partai politik sampai di Tingkat Kabupaten/Kota menyangkut rekruitmen penyelenggara Pemilu. KPU, Bawaslu sampai di tingkat bawah itu memperhatikan 30 % perempuan. Itu opsi pertama.

Opsi kedua, itu wajib kepengurusan tingkat pusat 30 %, sementara yang lain itu memperhatikan tanpa menyebutkan 30 % perempuan.

Opsi ketiga, wajib 30 % perempuan semuanya kepengurusan mulai tingkat Pusat sampai Kabupaten/Kota. Dan rekruitmen yang lain calon dan segala macamnya itu memperhatikan prosentase 30 % perempuan. Jadi untuk

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(8)

kepengurusan itu wajib sampai tingkat Kabupaten/Kota. Sementara untuk rekruitmen yang lain itu memperhatikan 30 % perempuan. Yaitu, rekruitmen Caleg dan rekruitmen penyelenggara Pemilu.

Kita putar ya satu putaran, mudah-mudahan terkonsolidasilah pendapatnya ini. Jadi pilihannya opsi 1, opsi 2 atau opsi 3. Kami persilakan mulai dari PDI Perjuangan.

F-PPP (ACHMAD BAIDOWI, S.SOS) :

Sebelumnya pimpinan, tadi disebutkan di angka 1 itu kepengurusan tingkat pusat. Itu diperjelas pula kepengurusan tingkat pusat yang dimaksud seperti apa. Apakah kepengurusan pusat ditingkat pengurus harian, apa termasuk semuanya. Karena masing-masing partai diluar pengurus harian ada pengurus-pengurus itu. Misalnya di PPP ada majelis-majelis, apa itu juga dimaksudkan mewajibkan atau memperhatikan 30 %. Jadi kepengurusan- kepengurusannya harus clear dulu ketua.

KETUA RAPAT :

Ini sama seperti sekarang Pak Awi, sama existing seperti sekarang, 30 % tingkat perempuan itu pengurus DPP, bukan Banom-banomnya tidak dihitung.

Kebetulan saya 5 tahun juga jadi Sekjen, jadi tahu saya mengurusnya itu Pemilu yang lalu. Sama seperti Pak Menteri, sesama mantan Sekjen. Jadi waktu itu kita menghitung 30 % itu hanya pengurus harian, pengurus DPP-lah bukan Banom-banom, itu bukan. Kalau PKB Dewan Suro termasuk.

Jadi seperti itu, kita putar ya mulai dari PDI Perjuangan, Golkar dulu. PDI mau dengar pendapat Golkar dulu katanya, silakan Golkar dulu.

F-PG (AGUNG WIDIYANTORO, SH, M.SI) :

Sebelum kami menyampaikanpendapat tentang keterwakilan perempuan, ini kan disini disamping keterwakilan juga ada tentang metode penghitungan keterwakilan. Apakah tidak sebaiknya dijadikan satu, sehingga nanti kalau sudah..

KETUA RAPAT :

Mau pendapat langsung yang itu juga boleh, nanti kita isi matriknya.

F-PG (AGUNG WIDIYANTORO, SH, M.SI) :

Saya rasa saya masukan itu dulu Pak, kalau bisa langsung sekaligus seperti sikap awal dari partai Golkar. Namun demikian Partai Golkar mengikuti apa yang menjadi pendapat suara fraksi terbanyak, tetapi pada prinsipnya kita berpegang pada konsep pengajuan awal, begitu ketua.

Terima kasih.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(9)

KETUA RAPAT :

Gimana itu, opsinya yang mana. Metode penghitungan Golkar pilih yang mana, opsi satu seperti yang ada sekarang, satu di antara tiga. Opsi dua, zipper per sistim murni, laki-laki perempuan, laki-laki perempuan, laki-laki perempuan, atau perempuan laki-laki, perempuann laki-laki, perempuan laki-laki, itu zipper per sistim.

Atau calon yang ketiga, calon perempuan ditempatkan nomor urut satu, jadi 30 % Dapil-dapil ini harus perempuan nomor satu. Kalau Dapilnya sekarang 70 berarti 30 %-nya sekitar 25 itu harus perempuan nomor satu.

F-PG (RAMBE KAMARULZAMAN) :

Jadi begini, Pak Agung karena ragu-ragu, jadi kita khususnya juga PDIP, Pansus ini kan dua orang perempuan, dikeroyok terus kita Pak Abidin, bukan dikeroyok lagi, memang posisinya bagaimana getolnya memperjuangkan soal perempuan, khususnya avermatif pada perempuan ini. Jadi termasuk Anggota Pak Lukman yang di belakang saya ini, nanti menanya bagaimana Pak Rambe, diima (dimana), jadi susah. Oleh karenanya saya kira 30 % apakah beda nanti dengan Nasdem, kita terpaksalah beda soal ini. 30 % itu kepengurusan, wajib itu sampai ke bawah kalau Partai Golkar.

Kepengurusan sampai ke bawah sampai Kabupaten/Kota malah kami tawarkan dari awal sampai kecamatan, tapi kalau terlalu kita menyusahkan diri Kabupaten/Kota saja. Itu soal kepengurusan.

KETUA RAPAT :

Golkar opsi 3

F-PG (RAMBE KAMARUL ZAMAN) :

Iya, itu kepengurusan, itu sudah berlaku dan itu existinglah sudah jadi tidak usah kita tanya lagi itu apa organisasinya atau apa begitu. Berikutnya, dimana di dalam susunan ini ada 3 opsi.

Opsi pertama itu, 3 orang harus ada satu perempuan.

Opsi kedua itu, itu zipper, itu siksak, satu-dua, dua-satu, itu sama saja dengan 3 orang satu perempuan.

KETUA RAPAT :

Bisa terjadi dua dia, kalau itu bisa 50 %.

F-PG (RAMBE KAMARUL ZAMAN) : Bisa 50 % bisa juga.

Opsi ketiga, ini yang diminta oleh ibu-ibu ini, jadi dari daftar calon yang ada itu 30 % harus diprediksi untuk jadi. Ini yang berat ini.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(10)

KETUA RAPAT :

Bukan 30 % Dapil unggulan tidak, tapi 30 % keseluruhan Dapil.

F-PG (RAMBE KAMARUL ZAMAN) :

30 % keseluruhan Dapil.

KETUA RAPAT :

Yang kemarin itu ditolak semua.

F-PG (RAMBE KAMARUL ZAMAN) : Bagaimana Dapil mau membagi-baginya.

KETUA RAPAT :

Misalnya 77 Dapil, maka 30 % dari 77 itu nomor satunya harus perempuan, walaupun Dapilnya tidak unggulan, karena yang unggulan ditolak Panja waktu itu tidak masuk dalam opsi, makanya ditolak Panja Pak, yang unggulan tidak kita bicarakan lagi, ini semua Dapil keseluruhan.

F-PG (RAMBE KAMARUL ZAMAN) :

Jadi kami sama dengan Nasdemlah, tapi kami lebih khusus kalau misalnya alternatif satu, saya kira sudah cukup-cukup baik. Tapi kalau PKB setuju opsi ketiga, kami juga setuju disitu, itu saja kita. Saya kira PDIP juga begitu.

KETUA RAPAT :

Mba Sifah ternyata cari posisi strategis di belakang Pak Rambe. Jadi yang ini Golkar pilih 1 dan 3, dua opsi dia, tidak apa-apa.

PDI silakan.

F-PDIP (ABIDIN FIKRI) :

Ini bagian perdebatan ini Bu Esti sama Bu Diah Pitaloka ini yang keras sekali. Saya existing kalau untuk kepengurusan. Kita tidak ada masalah sampai dengan saat ini. Artinya 30 % sampai Kabupaten/Kota.

Kedua, soal yang harus memastikan dari keseluruhan 30 % dari 77 Dapil harus nomor satu, itu memang yang menurut kami itu di kita yang existing sekarang itu adalah zipper, tiga diantaranya itu adalah perempuan.

Maksudnya seperti aturan yang kemarin, dari 3 calon 1 perempuan.

KETUA RAPAT : Opsi 1 Pak ?

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(11)

ANGGOTA/FPDI (ABIDIN FIKRI) : Iya.

F-PGERINDRA (H. MOH NIZAR ZAHRO, SH) :

Gerindra dari awal konsisten untuk membela perempuan. Jadi dari 2 opsi itu, pertama tentang kepengurusan, kita inginnya cukup di tingkat pusat dengan propinsi saja, karena ke bawah tidak. Tapi untuk yang sistem keterwakilan perempuan kita tegas memilih nomor 3.

Artinya calon perempuan ditempatkan nomor urut 1 di 30 % di seluruh Dapil. Jadi kita ingin mengangkat perempuan-perempuan itu untuk nomor 1.

Perkara jadinya kan Allah Yang Maha Kuasa Pak Pimpinan, Pak Pansus.

Tidak usah takutlah dikasih 30 % saja semua yang di tingkat keterwakilan perempuan. Tapi untuk kepengurusan itu hanya cukup ditingkat pusat saja.

Bedanya itu yang nomor b nomor 3, satu. Setelah perempuan ditempatkan nomor urut 1 di 30 % di seluruh Dapil, yang satunya di tingkat pusat saja, DPP-nya.

KETUA RAPAT : Opsi 1 ya,

F-PGERINDRA (H. MOH NIZAR ZAHRO, SH) : Ya, opsi 1.

KETUA RAPAT :

Parta Demokrat, PAN, PKB.

F-PKB (DRA. HJ. SITI MASRIFAH, MA) :

Baik, terima kasih pimpinan, saya bersyukur hari ini para lelaki yang hadir adalah pejantan tangguh, karena membela perempuan.

Opsi pertama, soal keterwakilan perempuan, Fraksi PKB memilih opsi yang pertama. Sebenarnya kita siap juga sampai ke bawah, tetapi kita kemarin menginginkan bahwa kalau partai yang sudah terverifikasi, maka dia tidak akan diverifikasi ulang. Persyaratan ini kan masuk di dalam verifikasi itu. Kalau kita ingin tetap itu terjadi, maka mau tidak mau ya kita harus memilih opsi 1 supaya tetap.

Kedua, soal metode menghitung keterwakilan perempuan di dalam pen-Calegkan, kalau Pak Rambe sudah mendukung, Mas Nizar (Gerindra) sudah mendukung, maka PKB juga menginginkan nomor 3 calon perempuan ditempatkan nomor urut 1 dan di 30 % dari seluruh Dapil.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Silakan PPP.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(12)

F-PPP (ACHMAD BAIDOWI, S.SOS) : Terima kasih pimpinan,

Untuk isu pertama terkait dengan quota kepengurusan 30 % perempuan, cukup ditingkat pusat, karena itulah yang existing yang berlaku saat ini.

Kedua, terkait dengan penghitungan mengenai pencalonan, PPP sebenarnya sudah mengimplementasikan apa yang disampailan oleh rekan-rekan khususnya yang pilihan ketiga, yaitu menempatkan calon perempuan nomor 1 di 30 % Dapil. Soal Dapilnya dimana itu kebijakan masing-masing partai politik.

Terima kasih ketua.

KETUA RAPAT :

PKS belum datang ya, silakan Nasdem.

F-PNASDEM (JOHNNY G. PLATE) : Terima kasih pimpinan,

Bagi kami sebetulnya isu ini sangat tidak penting, ini mohon maaf saja.

Karena apa dia tidak penting, karena menormanya barang yang sudah kami buat, dan menjadi komitmen kami, menjadi tidak penting lagi.

Kenapa norma ini perlu, norma ini perlu karena bagi yang belum punya komitmen itu, ini perlu tegas ini. Kami sudah punya komitmen itu dinormakan seperti apapun misalnya persyaratan kepengurusan, kami sudah sampai tingkat DPRD, jadi kalau minta di tingkat pusat tidak ada soalnya untuk kami, karena komitmen kami lebih dari itu.

Demikian pula calon tidak penting bagi kami, karena kami sudah lebih dari 30 % bahkan sudah berusaha keras untuk mencari wanita-wanita tangguh di Indonesia ini supaya bisa jadi Anggota DPR. Jadi menjadi sangat tidak penting meributkan ini, dan energi kita sudah terlalu banyak dihabiskan untuk ini.

Nah yang paling penting untuk kami, ada tidak aturan yang menghambat wanita atau perempuan untuk menjadi politisi tangguh, itu yang paling penting menurut kami. Dan itu ada dimana, ada di partai politik, bukan di undang-undang ini. Tapi karena partai politik selama ini belum secara sungguh-sungguh melaksanakannya marilah kita taruh itu sebagai norma di undang-undang.

Kalau mengikuti alur fikirnya komisaris dan khususnya ibunda Sifah, maka karena dia milih yang pertama nomor 1, saya ikur nomor satu. Kira-kira begitu Bunda Sifah ya, saya ikuti nomor satu. Dia memilih nomor 2, nomor 3 pun saya tidak keberatan. Karena menjadi kami sudah melaksanakan, hanya kelihatan floor ini minta supaya 30 % sama seperti yang dulu ya kami juga ikut seperti nomor yang dulu itu. Tapi yang paling penting di atas semuanya kami sudah komunikasikan ini dengan DPP, apa komitmen itu bukan isu penting.

Isu pentingnya, ada nggak partai politik yang punya komitmen untuk bersama-sama kita hadirkan politisi tangguh perempuan di Senayan ini.

Terima kasih pimpinan.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(13)

KETUA RAPAT :

Berarti yang metode penghitungan ini opsi 3 ya, opsi 1. Hanura silakan.

F-PHANURA (DR. RUFINUS HOTMAULANA HUTAURUK, SH,MH) :

Mungkin kalau dari Hanura tetap di dalam pendapat pada saat kita di dalam Pansus, memang ada opsi wajib dan memperhatikan. Kalau opsi itu memang membuat wanita akan lebih tangguh di dalam proses berpolitik, Hanura tidak begitu keberatan kalau memilih opsi 1. Hanya mungkin kalau kita tarik ke bawah masalah kepengurusan itu dibuat di nomor 1, itu bukan masalah kesetaraan jender lagi. Jadi kalau kita mau setara silakan, tetapi kalau kita memberikan free vilage kenapa tanggung-tanggung. Katakan saja 30 % wanita itu harus jadi Anggota DPR tanpa dipilih, umpamanya demikian.

Kalau kita mau, jadi jangan setengah-setengah begitu lho.

Jadi menurut pandangan Hanura, kita opsi nomor 1, tetapi jangan dibuat, jangan dicampuri urusan internal dari partai itu sendiri. Partai mempunyai hak mutlak terhadap seluruh anggota maupun perempuan atau laki-laki sehingga zipper sistem tadi tidak perlu. Jadi kalau kita masuk calon perempuan di tempatkan nomor urut satu di 30 % dari seluruh Dapil, ini menjadi kendala yang sangat besar, dan tidak lagi menjadi kesetaraan.

Ini mungkin pandangan dari Fraksi Hanura supaya jelas. Itu barangkali pandangan dari Fraksi Hanura, terima kasih pimpinan.

KETUA RAPAT :

Yang dibirukan yang mana ini, satu semua ya, begitu ya Pak Rufinus.

Silakan PKS.

F-PKS (SUTRIONO, S.PD, M.SI) : Baik terima kasih pimpinan,

Pak Menteri dan segenap jajaran yang saya hormati,

Terkait dengan isu keterwakilan perempuan ini memang sensitif juga Pak Ketua, dan tadi sebetulnya kita semuanya tidak ingin membatasi peran perempuan itu. Kemudian kalau di loos semunya juga tadi pertanyaannya beberapa teman-teman juga menyampaikan, cuma disini terkait dengan afirmasi keterwakilan perempuan, menurut saya kita berfikir yang logic dan juga rasional.

Kalau semuanya tentu juga menyulitkan, kalau tidak ada sama sekali juga dianggap tidak perduli. Oleh karena itu, ini sudah panjang lebar kita bahas di Pansus, di Panja dan juga di Timus juga kemarin sempat dibahas, termasuk membicaraan kata memperhatikan, yang waktu itu menjadi perdebatan kita hampir dua malam itu, dan tidak putus juga.

Terkait dengan ini Pak Pimpinan, prinsipnya kami PKS itu tetap bagaimana menghargai dan mengapresiasi peran perempuan dalam politik itu.

Karena opsi disini yang dipilih seperti ini, kami cenderung memilih opsi nomor satu. Terima kasih.

Metode pencalonan ya Pak. Seperti kemarin ini Pak, kita 1 diantara 3.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(14)

KETUA RAPAT :

Gimana petanya ini. Kalau untuk yang atas ini kita ambil opsi 1, setuju.

RAPAT SETUJU, KETOK PALU 1 X

Artinya wajib. Memenuhi kepengurusan tingkat pusat 30 %, tingkat propinsi, tingkat kabupaten dan seterusnya hanya memperhatikan. Kemudian untuk rekruitmen yang lain menyangkut Caleg dan penyelenggara Pemilu itu memperhatikan 30 % perempuan.

Kemudian soal metode penghitungan keterwakilan, ini agak imbang antara 1 dan 3, penentunya di Demokrat dan PAN ini, atau tergantung Golkar, Golkar mau cabut yang mana. Kita kembalikan ke Golkar mau cabut yang mana. Mau cabut nomor 1 apa mau cabut nomor 3. Kalau mau cabut nomor 3 berarti nomor 1 bisa kita sahkan. Atau kalau Golkar mau cabut nomor 1, nomor 3 bisa kita sahkan. Kita kembalikan ke Golkar, sekali-kali kita bikinlah Golkar penentu masalahnya. Biar bertanggungjawabnya langsung dengan Ibu Hetifah nanti.

Silakan Golkar. PPP sudah, nomor 3. PPP ini kan Ketua Fraksinya perempuan jadi dia pasti nomor 3, PKB ini Ketua Fraksinya perempuan pasti nomor 3.

makanya kalau melihat komposisi seperti ini, ini tergantung Golkar, kecuali PAN dan Demokrat hadir.

F-PKS (SUTRIONO, S.PD, M.SI) :

Saya kira Golkar tadi awalnya opsi 1, jadi kalau pun dua boleh. Jadi yang opsi 1 yang lebih dulu disampaikan.

KETUA RAPAT :

Begitu ya, yang opsi 1 kita cabut ya.

Kita skor dulu 5 menit, karena agak imbang ini, kita skor 5 menit nanti langsung kita putuskan, tergantung. Demokrat ada ini, penentulah. Tadi kita sudah tawarkan Golkar penentu, tapi tidak diambil itu posisinya, sehingga kita kembalikan posisi penentu ini dari Fraksi Demokrat.

Silakan.

Pak Didik dan Pak Fandi, ini yang nomor 1 sudah kita putuskan, semua sepakat soal wajib 30 % itu hanya di kepengurusan tingkat pusat. Sekarang tinggal yang nomor 2 ini.

F-PD (IR. FANDI UTOMO) : Saya ikut PDI Pak,

KETUA RAPAT :

Ikut PDI Perjuangan, PDI nomor 1.

F-PD (IR. FANDI UTOMO) : Apa nomor 1 Pak.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(15)

KETUA RAPAT :

Nomor 1 seperti sekarang 1 di antara 3.

F-PD (IR. FANDI UTOMO) :

Ya sudah saya ikut PDI.

KETUA RAPAT :

Berarti kita putuskan opsi 1 setuju ya. Setuju ?

RAPAT SETUJU, KETOK PALU 1 X F-PKB (DRA. HJ. SITI MASRIFAH, MA) :

Ini gara-gara Mas Fandi, kacau ini Mas Fandi.

KETUA RAPAT :

Pak Rambe lepas dari cengkraman.

F-PG (RAMBE KAMARUL ZAMAN) : Penentunya kan demokrat.

KETUA RAPAT :

Pak Fandi, tadi kita menawarkan Golkar yang menentukan, tidak diambil kesempatan itu, begitu demokrat masuk ya terpaksa demokrat yang menentukan.

F-PG (RAMBE KAMARUL ZAMAN) :

Jadi PDI tadi mengusulkan Golkar cabut salah satu kita tidak mau cabut, menunggu demokrat, jadi lepas dari cengkramanlah.

KETUA RAPAT :

Lanjut ke poin berikutnya yang belum, oh yang ini.

Persyaratan partai politik menjadi peserta Pemilu, opsi 1 tetap dengan menambah ayat 3.

Partai politik yang telah lulus verifikasi dengan syarat sebagaimana dimaksud pada ayat 2, tidak diverifikasi ulang dan ditetapkan sebagai partai politik peserta Pemilu.

Opsi 2, syarat-syarat diubah sesuai usulan Fraksi Partai Golkar, Fraksi PDIP dan Fraksi Partai Nasdem yang isinya 100 % propinsi, 100 % Kabupaten/Kota, 75 % kecamatan ditambah keterwakilan perempuan 30 % di kepengurusan sampai tingkat Kabupaten/Kota.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(16)

F-PD (IR. FANDI UTOMO) :

Ini demokrat duluan Pak.

KETUA RAPAT :

Demokrat dulu, silakan demokrat.

F-PD (IR. FANDI UTOMO) : Pilih nomor 1 Pak.

KETUA RAPAT :

Demokrat opsi 1. Opsi 1 ini implikasinya tidak verifikasi lagi untuk partai lama, partai baru saja yang diverifikasi.

F-PHANURA (DR. RUFINUS HOTMAULANA HUTAURUK, SH,MH) :

Nomor 2, Hanura Pak pimpinan.

KETUA RAPAT :

Demokrat opsi 1, Hanura ?

F-PHANURA (DR. RUFINUS HOTMAULANA HUTAURUK, SH,MH) : Hanura ikut demokrat.

KETUA RAPAT :

Opsi 1 Hanura, Nasdem silakan.

F-PNASDEM (JOHNNY G. PLATE) :

Begini, ini persoalan, ini dari dua usulannya kami punya usulan yang kedua memang, tapi dari komponen usulan kedua itu, satu tadi sudah diveto.

Ini dengan sengaja untuk menjepit saya apa gimana ini, karena sudah diputuskan sulit posisi saya, itu berarti opsi 2 ini tidak ada. Kalau mau jujur karena opsi 2 ini, satunya sudah diputuskan. Kalau memang demikian kehendaknya ya karena terjepit mau tidak mau ini komisaris. Kita dijepit dengan sengaja ini, begitu kan kira-kira posisi saya.

KETUA RAPAT :

Atau saya tawarkan kepada forum opsi 2 tidak ada, kita putuskan opsi 1 saja.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(17)

F-PG (RAMBE KAMARUL ZAMAN) :

Ini kita mempertimbangkan soal, jangan seakan-akan partai yang ada sekarang tidak mau diverifikasi, dan juga tidak siap diverifikasi, kan itu. Kita berikan syaratnya, tidak misalnya diverifikasi, kita berikan batasan partai mana yang tidak diverifikasi itu. Apakah cukup partai yang ada kursinya di DPR sekarang, yang syaratnya karena alasannya kita katakan sudah diverifikasi, sama syarat verifikasi yang dulu dengan yang sekarang.

Kalau tidak sama Saudara ketua, ini kita namanya main-main. Tapi kalau sama harus kita cek, yang sama dulu itu. Apakah yang sudah diverifikasi ada yang lulus ada yang tidak, yang dulu itu banyak lho yang lulus verifikasi.

F-PHANURA (DR. RUFINUS HOTMAULANA HUTAURUK, SH,MH) : Jadi dijelaskan dulu pimpinan, apa pengertian nomor 1 ini, supaya Pak Komisaris ini paham.

F-PG (RAMBE KAMARUL ZAMAN) :

Ya, ini harus terang kita, sebab ini akan masuk di dalam undang-undang.

Akan masuk dalam undang-undang, ini dinyatakan, tetap dengan penambahan ayat 3 yakni :

Partai politik yang telah lulus verifikasi, dengan syarat sebagaimana dimaksud pada ayat 2.

Jadi syarat yang sama pada ayat 2 itu apa itu ayat 1. Ayat 2 dan harus persis sama dengan verifikasi yang sebelumnya. Tidak bisa ada satu kata pun berubah, tidak sama, itu tidak bisa. Ini harus kita cek betul ini, bukan hanya soal setuju dan tidak setuju. Sebab dari awal kenapa muncul alternatif, makanya ini jangan dihapus dulu ayat 2 ini.

Fraksi kami atau partai kami siap diverifikasi dengan syarat seperti ini juga.

Misalnya adalah 100 % propinsi, ini kan sama kita PDIP, Golkar dan Nasdem 100 % propinsi, 100 % Kabupaten/Kota, kecamatan ditambah keterwakilan perempuan dan 75 % untuk kecamatan. Kita siap untuk itu.

Jadi ini kita tentukan dulu bahwa syarat yang dulu itu harus sama, kalau tidak ini, ini salah satu yang akan digugat di JR. Sebab sudah kita berikan, pembahasan kita pada waktu itu harus kita berikan, diverifikasi juga yang lama ini, tapi modelnya dengan yang lalu bukan dalam berarti dipermudah. Kita yang ada sekarang misalnya 12, diverifikasi juga, tidak sepertinya ada diskriminatif dengan yang baru. Cuma model verifikasinya mungkin harus kita berikan keringananlah bagaimana cara mengaturnya.

Tapi kalau yang baru memang harus konsisten diverifikasi sampa ke faktual, sampai ke akar-akarnya. Jadi ini harus kita pertimbangkan Saudara Ketua, jangan nanti sampai ini belum apa-apa sudah kena JR kita ini. Sebab ini merugikan kepentingan partai baru pasti JR juga. Kita nyatakan walaupun syaratnya sama kita bertahan disitu, kita cek nanti. Kita coba bukalah, ini kita perbincangkan tidak usah lama memperbincangkannya, tapi ada kesimpulan bagi kita untuk merumuskan misalnya yang sama itu apa betul-betul sama.

Kita konfirmasi dengan pemerintah, harus betul-betul sama.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(18)

Sudah betul-betul sama pun, sebenarnya verifikasi juga dilakukan sama dengan yang lain, cuma tekhnisnya bagaimana mengaturnya biar jangan diskriminatif, itu saja saya kira.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Pasal ini diusulkan oleh PKS, Pak Muzammil mengusulkan pasal ini, bisa dijelaskan tidak secara lengkap. Paling tidak gambarannya begini.

Untuk opsi 1, yang disepakati adalah normanya tdak dirubah, ayat 2 itu tidak dirubah, titik-koma semua tidak dirubah untuk ayat 2. Nah kemudian muncul ayat 3 tambahan untuk memberikan statemen bahwa bagi partai politik yang sudah lolos sesuai dengan syarat dua verifikasi faktual sebelumnya, maka tidak perlu dilakukan verifikasi lagi. Itu ayat 3.

Jadi implikasinya, kita kan langsung bicara implikasi juga ini, implikasinya 10 partai politik di parlemen tidak perlu diverifikasi, ditambah PBB, PKPI tidak perlu diverifikasi, karena dia lolos verifikasi pada Tahun 2014. Nah itu implikasinya.

Sementara opsi 2, implikasinya adalah semua partai diverifikasi ulang, karena syaratnya sudah berubah, menjadi 100 % di tingkat propinsi, 100 % di tingkat Kabupaten/Kota, 75 % di tingkat kecamatan. Kalau soal keterwakilan perempuan ini mutatis-mutandis. Begitu kita kunci tadi, kalau menurut Pak Johnny kita jepit, begitu kita jepit sudah tidak bisa lagi ini, untuk syarat keterwakilan perempuan.

Jadi posisi opsinya seperti itu Pak Rambe. Ya saya kira teman-teman sudah memahamilah, existingnya seperti apa di opsi 1, dan existingnya seperi apa di opsi 2.

Pak Abidin silakan.

F-PDIP (ABIDIN FIKRI) :

Pimpinan, ini hanya sekadar ide yang liar, kan bisa jadi yang lolos verifikasi, lulus verifikasi di Tahun 2014, tadi disebutkan ada PKPI ada PBB, nah di norma ini tidak disebutkan Pemilu sebelumnya. Kalau katakanlah dinormakan existing sekarang mereka juga tidak mendapatkan kursi disini.

Kalau dibatasi katakanlah yang mendapatkan kursi di DPR itu semacam apa.

Karena jangan sampai kita diujung lagi nanti, kita 2009 pernah lolos verifikasi tapi kita tidak dapat kursi. Oleh karena itu menurut kami aturannya harus..

KETUA RAPAT :

Tahun 2009 syaratnya berbeda.

F-PDIP (ABIDIN FIKRI) :

Justru itu maksud kami, agar katakanlah normanya menjadi jelas dibatasi saja.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(19)

KETUA RAPAT :

Tafsir kita kemarin muncul opsi 1, opsi 2, ayat 3 itu seperti itu.

Partai politik yang telah lulus verifikasi dengan syarat sebagaimana dimaksud pada ayat 2, yang tidak mengalami perubahan itu titik dan komanya, tidak diverifikasi ulang dan ditetapkan sebagai partai politik peserta Pemilu.

Dan itu tafsirnya adalah seragam kita tafsirnya bahwa : Ini PKPI dan PBB bisa ikut.

Saya kira kita putar ya ? Golkar sudah di opsi 1, PDI.

F-PG (RAMBE KAMARUL ZAMAN) :

Kita mau cek dulu, tadi sama dengan yang disampaikan Saudara Abidin dari PDIP, kita ini harus terang menyatakan misalnya ayat 2 itu syaratnya tidak berubah, kita mau cek dulu ayat 2-nya dan itu bisa kita jamin.

KETUA RAPAT :

Sudah tidak berubah Pak.

F-PG (RAMBE KAMARUL ZAMAN) :

Di ayat 2, sama dengan persyaratan yang lalu, ya Pak Sekjen. Pimpinan, disitu kita harus terang-terang ini, jangan dari awal nanti kalau JR kita ribut sendiri.

KETUA RAPAT : Silakan Pak Sekjen.

PEMERINTAH (SEKJEN) :

Konsep pemerintah itu tidak berubah Pak. Jadi 75 % di jumlah Kabupaten/

Kotadi propinsi yang bersangkutan. 50 % kecamatan di Kabupaten yang bersangkutan. Hanya saja yang berdebatan itu terutama dari Golkar pada waktu Panja itu yang 1000 keanggotaan. Satu per seribu ini ingat sekali saya Pak Agun, apakah masih relevan syarat ini dimasukan, keanggotaan ini. Kalau tidak ini sama seperti yang lalu. Bahkan di ayat 1 sebelum syarat pak, ayat 1 itu rumusan pemerintah, “partai politik peserta Pemilu merupakan partai politik yang telah ditetapkan lulus verifikasi KPU”.

Agak beda ini Pak dengan tadi PDIP menyampaikan keterwakilan di parlemen. Ini tidak ada hubungannya dengan pendaftaran. Yang berhubungan dengan pendaftaran itu lulus atau tidak diverifikasi. Makanya ayat 1 disebutkan itu. Tetapi kalau mau dipertegas lagi seperti dari PKS ini buka ayat 3, “partai politik sebagaimana dimaksud itu telah memenuhi ayat 2 silakan saja.

Tetapi syarat ini Pak Rambe, tidak berubah.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(20)

KETUA RAPAT :

Oke ya, jadi Golkar opsi 1 atau opsi 2, atau lewat dulu, pas dulu.

F-PDIP (ABIDIN FIKRI) :

Sebentar pimpinan, dicek dulu itu yang f-nya itu kan keanggotaan partai dengan KTA, sama persis itu.

PEMERINTAH :

Sama persis, tapi kemarin itu kan dari Golkar menyampaikan, ini tidak perlu lagi. Ada mazhab juga yang menyampaikan kalau dikurangi syarat yang kemarin ini semakin ringan. Jadi partai politik itu sebetulnya tidak harus complain, karena syaratnya lebih sedikit.

Tetapi pemerintah masih menempatkan f ini, masih dalam draft untuk konsisten.

KETUA RAPAT :

Kalau hurus f ini dibuang memang lebih ringan, tapi semua diverifikasi ulang, karena syarat jadi berubah, jadi berbeda syaratnya.

Gerindra silakan.

F-PGERINDRA (IR. H. AHMAD RIZA PATRIA, MBA) :

Pimpinan, kita sudah sepakat di Panja, bahkan di Pansus sebelumnya di perumusan juga kita bahas, semangat kita kan supaya Pak Menteri verifikasi ini tidak perlu berulang, jadi jangan orang sudah di parlemen tahu-tahu tidak lolos. Waduh, apa bukan kegaduhan Pak Menteri. Jangan juga yang di parlemen jangan sampai tidak lolos. Karena uji sebetulnya betul Pak Sekjen, uji sebetulnya kan elextion itu rakyat.

Ini kan perantaraan saja verifikasi ini. Karena yang lolos verifikasi belum tentu masuk di parlemen, jangan sampai orang yang lulus parlemen tidak lolos verifikasi, kan terbalik-balik dunia ini. Itu satu poin.

Poin kedua, ini terkait dengan JR. Kita tidak bisa menebak-nebak ini Mahkamah Konstitusi, tapi rasanya kalau sesuai dengan syarat yang lama ya tidak ada lagi kewenangan untuk, bukan tidak boleh men-JR, tidak ada lagi tafsir yang berbeda dari Hakim Konstitusi.

Ketiga Pak Menteri, bapak-ibu semua, ini soal biaya Pak Menteri, menurut KPU hampir 500 miliar urusan verifikasi. Coba bayangkan kita mau hemat-hemat APBN yang Anggota DPR saja kita berdebat ini, 19 ; 15 kan begitu, padahal kemarin saya paparkan Pak Menteri, tidak lebih dari 2 miliar itu cost satu anggota. Itu gaji, ke luar negeri, reses dan lain-lain sudah kita hitung, rumah, tunjangan lain-lain semua, tidak lebih dari 2 miliar dikali 19 cuma 38 Pak Menteri. Itu saja kita timbang-timbang bagaimana supaya tidak mahal, kan begitu.

Ini verifikasi 500 miliar, coba bayangin, kira-kira begitu. Jadi banyak faktorlah. Saya menyampaikan tiga faktor saja Pak Menteri, disamping faktor-faktor lainnya, dan juga memberi kesempatan juga pada partai-partai

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(21)

yang baru supaya punya hak dan kesempatan yang sama. Jadi saya kira apa yang disampaikan Pemerintah usulnya sudah sangat baik, dan kami dukung.

Saya kira itu pimpinan.

KETUA RAPAT :

Gerindra opsi 1.

F-PHANURA (DR. RUFINUS HOTMAULANA HUTAURUK, SH,MH) : Pimpinan, kita tidak usah takut di JR, karena semua pasal ini berpotensi untuk di-JR Pak. Jadi kalau kita sudah memutuskan kita tidak usah khawatir.

Terima kasih pimpinan.

KETUA RAPAT :

Sekaligus Hanura apa ?

F-PHANURA (DR. RUFINUS HOTMAULANA HUTAURUK, SH,MH) :

Lho.. tadi kan sudah bilang, sudah duluan ikut demokrat.

KETUA RAPAT :

Oh..sudah ya sorry, sorry, PKS yang mengusulkan, berubah usulan, opsi 1 ya. PKS opsi 1, masih perlu komentar, cukup ya.

F-PKS (DRS. H. ALMUZZAMIL YUSUF, M.SI) :

Jadi kita sudah panjang lebar mendiskusikannya, bahwa judicial review pada undang-undang yang lama itu terjadi, karena perlakuan yang tidak sama.

Antara yang diloloskan dengan undang-undang yang baru pada periode yang lalu. Sehingga diputuskan judicial review semua diperlakukan pada aturan yang baru yang sama.

Nah sekarang kita dengan logika judicial review MK kita mengatakan, logika undang-undang lama verifikasi itu persis 100 % sama. Maka kami pun setuju tidak perlu dihilangkan yang syarat f dan lain-lain. Persis 100 % copy paste. Kalau itu logika sudah kita penuhi maka alasan yudicial review pada undang-undang yang lama tidak perlu terjadi lagi. Terjadi juga penghematan anggaran pada kita.

Juga tambahan bahwa sekarang ini bukan lagi personal elektro trees hole kita ini parlemen trees hole mazhabnya, rezimnya. Elektro trees hole itu mempersulit orang jadi partai. Parlemen trees hole mempersoalkan orang masuk ke DPR, bukan mempersoalkan keberadaan partai. Maka partai keadilan dulu nasibnya kena elektro trees hole, maka berubah Partai Keadilan Sejahtera. Karena tidak terpenuhi 1,2 % itu..

Sekarang tidak ada maka PBB tidakperlu berganti nama, yang lain tidak berganti nama, dipersoalkan adalah dia masuk ke DPR. Oleh karena itu persyaratan soal kesertaan partai ini memang tidak perlu kita perberat. Karena bukan disitu tempat parlemen trees home. Tempatnya adalah kalau tidak

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(22)

parlemen trees home tidak bisa masuk DPR, eksistensi partai tetap. Dan mereka sekarang ada di DPRD kabupaten/kota propinsi.

Oleh karena itu tidak lagi logis kita membicarakan soal mempersulit-sulit eksistensi partai, sejauh dia memenuhi undang-undang yang sudah ada, yang sudah diverifikasi selesai, yang belum verifikasi ya silakan verifikasi. Jadi kami tetap dengan usulan yang sama dengan mempertegas argumen kami yang barusan.

Terima kasih pimpinan

KETUA RAPAT :

Terima kasih. Nasdem silakan.

F-PNASDEM (JOHNNY G. PLATE) :

Tadi kan sudah disampaikan hasil. Jadi begini, kalau ditanya sama Nasdem, Nasdem siap sesuai usulannya. Apa usulannya, verifikasi 100 % di pusat, propinsi, kabupaten/kota, 75 % di kecamatan. Kami siap itu.

Tapi kalau sudah banyak menginginkan itu menghormati demokrasi kita, tidak perlu bertele-tele, yang bagus-bagus untuk semuanya dengan catatan, landasannya harus sama. Itu catatannya, landasannya harus sama.

Kalau ingin dengan penjelasan elektoral apa parlementaried resord itu sudah lama kita ributkan itu. Sekarang pertanyaannya kalau syaratnya sama maka itu memungkinkan untuk yang diharapkan oleh rekan-rekan ini bisa diimplementasi.

Kedua, siapakan betul-betul argumentasi konstitusionalnya agar apabila ini nanti dilakukan judicial review bisa dipertahankan. Terhadap semua yang lain-lain juga yang dianggap berpotensi itu, dan itu tugasnya pemerintah bersama-sama DPR. Jangan nunggu nanti MK manggil baru sibuk-sibuk. Nah dari sekarang itu disiapkan. Salah satu yang menjadi acuannya sama kondisinya. Tapi itu juga bisa diintepretasi yang berbeda.

Kedua, harus disiapkan argumentasi lain jadi tidak sekadar setuju tidak setuju, setuju tidak setuju gampang saja Pak Ketua, kita mau milih yang manapun juga dan secara gampang pula nanti dibatalkan.

Yang Nasdem inginkan, mengusulkan agar dia sama dan seimbang.

Kalau dulu partai-partai itu mengikuti syarat yang dulu, yang sekarang juga harus mengikuti syarat yang sama. Kalau yang dulu dibolehkan untuk tidak boleh lagi. Tidak perlu lagi, maka syaratnya harus sama. Dan untuk itu undang-undangnya pun harus titik dan komanya pun sama, jangan berbeda dan jangan membuka peluang interpretasi. Kalau ada peluang interpretasi kami buka lagi ini untuk mengadopsi saran kami seperti yang komisaris tadi garisbawahi.

Terima kasih pimpinan.

KETUA RAPAT :

Berarti opsi 1 ya. PPP silakan.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(23)

F-PPP (ACHMAD BAIDOWI, S.SOS) : Terima kasih pimpinan.

Ini sebenarnya dibahas cukup mendalamlah dalam pembahasan di tingkat Panja, bahwa yang diinginkan mayoritas fraksi waktu itu syarat mengenai verifikasi sama persis titik komanya tidak berbeda dengan Pemilu lalu 2014.

Artinya ibaratnya orang yang sudah sekolah SD lulus SD, tidak perlu lagi sekolah SD kembali. Kira-kira begitu logika yang dipakai.

Terkaitan dengan kekhawatiran adanya JR,JR itu dia merupakan hak tidak bisa kita bendung, yang penting kita sudah menyiapkan argumentasinya, saya kira siap-siap saja. Jadi jangan khawatir soal JR. Memang itu haknya orang-orang yang mau JR, dan itu diperkenankan. Maka PPP tetap konsisten seperti kesepakatan di Panja, ke nomor 1 ketua.

KETUA RAPAT :

Silakan demokrat.

F-PD (IR. FANDI UTOMO) :

Contoh dari Pak Awi itu keliru Pak ketua, lulus SD, sekolah SD lagi keliru.

Yang benar itu contoh dari Pak Awi itu, sudah sunat suruh sunat lagi.

KETUA RAPAT : Silakan PKB.

F-PKB (DRA. HJ. SITI MASRIFAH, MA) :

Terima kasih pimpinan, tadi saya kayaknya sudah menyampaikan bahwa PKB sepakat dengan opsi 1.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Opsi 1, PAN belum datang, Fraksi Partai Golkar.

F-PG (RAMBE KAMARUL ZAMAN) :

Pertama kami tetap dalam usulan kami, bahwa seluruh partai itu intinya kita harus siap untuk diverifikasi. Jadi sikap ini saya kira yang sudah dari awal kita menyatakan itu . jika seandainya saya khawatir ya, ini UUD kita menyatakan partai ini punya tugas dan fungsi yang sangat mulia. Sampai kita mempersoalkan bantuan politik untuk ditingkatkan kepada partai ini.

Bantuan politik untuk Parpol, sampai pada kita tadi minta dihapus 1000 keanggotaan itu. Yang sebenarnya Parpol ini harus punya anggota. Tidak bisa, jangan kita vloting mess itu tidak punya anggota, tidak punya pasukan tapi kita punya kekuasaan. Jadi partai politik itu kan begitu.

Oleh karenanya Saudara Ketua, kalau pun toh sikap kami ini akan kalah tidak diterima, tapi Fraksi Partai Golkar punya sikap kita harus lakukan

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(24)

verifikasi. Hanya soal penerapannya harus kita cari. Salah satu pasal bagaimana, jalan keluar untuk melaksanakan yang sudah diverifikasi itu tidak perlu sama.

Sama saja dengan kita sudah mengukur baju di tukang jahit, satu kali cukup mengukur, cukup ditelepon saja sudah selesai. Ini memang harus ada pasal, exis close, kalau tidak ya sudah kita tidak ada tambah, yang penting tadi syaratnya sudah sama, sama seperti yang lalu.

Yang kedua, adalah jangan sampai kekhawatiran partai yang existing sekarang, sebab itu sudah panjang pembahasannya itu. Bahwa kita takut diverifikasi, sebenarnya verifikasi itu kalau evaluasi, dpertanyakan kembali.

Masih tetap, tetap, itu sama saja diverifikasi.

Jadi ditanya, sudah evaluasi, tapi kalau ini pun tidak diterima ada misalnya penambahan pasal, kita sudah lolos yang sudah diverifikasi tahun 2014, itu tadi yang dipertanyakan oleh PDIP, itu sudah cukup. Sebab kalau yang lalu juga banyak yang sudah diverifikasi. Dinyatakan itu sudah cukup, kalau itu pun misalnya usul kami ini tidak diterima ya tapi pendapat Fraksi Partai Golkar ini akan tetap, partai ini harus semuanya diverifikasi, cuma modelnya yang harus beda-beda.

Kalau yang existing cukup ditanyakan saja, ceklis, sampai ke bawah nggak perlu. Tapi kalau misalnya yang baru datang harus sudah seperti itu.

Saya kira itu saja kalau diputuskan ini, ini hanya soal catatan saja dari Fraksi Partai Golkar. Kalau diputus silakan, tidak keberatan bagi kami.

KETUA RAPAT :

Golkar setuju ya 1 maupun 2 ya.

F-PG (RAMBE KAMARUL ZAMAN) : Dua setuju.

F-PHANURA (DR. RUFINUS HOTMAULANA HUTAURUK, SH,MH) : Pak Rambe kalau kita verifikasi dengan beda-beda bagaimana itu ceritanya.

F-PG (RAMBE KAMARUL ZAMAN) :

Tidak, yang kami maksudkan Pak Rufinus, ini kan catatan dalam rapat kita, dicitrakan partai ini takut diverifikasi, itu satu. Ini harus kita jelaskan juga.

Yang kedua, ini bukan soal diskriminatif atau tidak, yang jelas sebenarnya partai politik yang ada sekarang ini juga perlu dievaluasi. Tidak bisa model kita yang sekarang ini, dari fungsi partai politik sebagaimana dimaksud dalam UUD, partai politik ini juga perlu dicek betul, bukan hanya sekadar mau peserta Pemilu, dicek betul tugas-tugasnya. Maka itu kita kan koordinasi dengan pemerintah. Kita tidak melakukan pendidikan kader secara benar, secara paten begitu bahasa Sumutnya. Karena memang anggaran bagi kita, ya ini kan jelas ini.

Jadi soal verifikasipun yang kami maksudkan perlu ada evaluasi dicek gitu lho. Tapi kalau toh kita harus kesatu, ini hanya catatan bagi Fraksi Partai

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(25)

Golkar. Jadi mau kesatu dipersilakan, ada tadi teman-teman menganggap bahwa ini di undang-undang. Di undang-undang kita nyatakan partai lama dengan syarat yang lama tidak perlu verifikasi. Kan ini sudah menghambat yang baru, harus diverifikasi. Ini soal tersendiri bagi kami, apa bedanya yang baru ini dengan yang lama.

Kita hanya mengatakan bahwa kita ini sudah existing, kami ada di DPR RI, kami semua itu. Kami yang baru juga ingin ada nanti. Ini pendapat kami tidak usah dibahas lagi, karena memang sudah beberapa fraksi.

F-PHANURA (DR. RUFINUS HOTMAULANA HUTAURUK, SH,MH) : Kalau dikatakan yang baru dengan yang lama sama, bagaimana orang baru lahir tidak disunat sama dengan yang tidak disunat Pak. Kalau kita bilang nanti yang baru itu ada diskriminasi di dalam verifikasi, tapi tadi sudah berubah, sudah menjadi evaluasi. Berbeda lagi ini

Jadi tolong kita supaya konsisten kalau memang kita mau pilih satu Pak Rambe pilih saja. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Kalau Golkar tadi sudah opsi 1.

F-PHANURA (DR. RUFINUS HOTMAULANA HUTAURUK, SH,MH) : Posisi Partai Golkar di opsi 1 silakan, tapi kami catatan di opsi 2 siap untuk melaksanakan itu.

KETUA RAPAT : Satu dan opsi dua.

F-PNASDEM (JOHNNY G. PLATE) :

Kalau itu sama dengan posisi Nasdem.

KETUA RAPAT :

Jadi sama Pak, beda terminologi saja. Terminologi satu, tamat SD koq sekolah SD lagi, terminology Pak Fandi, sudah sunat koq sunat lagi, terminologi tiga, sudah mengukur baju koq ngukur baju lagi, kan sama saja Pak.

F-PG (RAMBE KAMARUL ZAMAN) :

Persoalan ini nanti kalau ada JR, memang semua potensi untuk JR itu pasti ada, tapi jangan karena perkara ini kita nanti tidak kebulatan pendapat kita memahami soal ini. Ini nanti menjadi persoalan baru. Jadi kami tanpa mau menghambat keputusan kita. Sikap Partai Golkar seperti itu.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(26)

F-PNASDEM (JOHNNY G. PLATE) :

Pak Ketua, kami ada pendapat sebelum diteruskan rapatnya.

Memperhatikan argumentasi yang berkembang, ini hebat-hebat semua, ini negarawan semua ini argumentasinya, karenanya kami berkesimpulan agar ada kesetaraan, partai-partai yang sudah lolos verifikasi admiinistratif dibawah undang-undang ini dinyatakan sebagai peserta Pemilu sama dengan 12 yang dulu sudah diverifikasi. Konkrit usul kami begitu, menambah satu opsi supaya tidak ada perdebatan selanjutnya. Seluruh yang sudah lolos secara otomatis ikut Pemilu Tahun 2019 semuanya termasuk PSI, Idaman partai apapun yang sudah dinyatakan oleh KPU lulus, kita anggap sama-sama sebagai peserta Pemilu, sehingga tidak perlu perdebatkan ini lagi.

Terima kasih pimpinan.

KETUA RAPAT :

Terakhir PDI Perjuangan, silakan.

F-PDIP (DR. JUNIMART GIRSANG) :

Terima kasih pimpinan. Mungkin kita harus mengulang lagi diskusi ini, walaupun sikapnya sudah terlihat dari masing-masing fraksi. PDI Perjuangan siap diverifikasi. Bahkan PDI Perjuangan menambah syarat 100 % di Propinsi, Kabupaten, dan 75 % di Kecamatan.

Itu salah satu wujud dari kesiapan. Ya memang semestinya partai politik itu memang siap harus diverifikasi. Verifikasi dalam arti untuk menjadi peserta Pemilu, bukan sah sebagai partai politik. Nah kadang-kadang urusan diskriminasi yang dulu di JR itu karena syaratnya, itu ada ketentuan yang sudah ada itu, boleh tanpa verifikasi.

Potensi ini mungkin saja bisa ada, walaupun syaratnya itu sama, tapi azas keadilan loh kenapa tidak diverifikasi. Oleh karena itu pimpinan, kami seperti usul di opsi dua, sudah jelas bahwa ketentuannya adalah penambahan dari syarat-syarat itu. Sepertinya yang berubah Partai Golkar dan Nasdem.

KETUA RAPAT :

PDIP opsi dua ya ? baik PDIP birunya di dua. Kita sudah lihat perkembangan satu putaran masing-masing sudah memberikan pendapat.

Sudah bisa kita simpulkan ya bahwa, untuk soal verifikasi partai ini kita memilih opsi 1. Setuju ?

F-PNASDEM (JOHNNY G. PLATE) :

Nanti dulu pimpinan, kami minta untuk memperhatikan agar yang baru lolos itu juga diikutsertakan pada Pemilihan Umum, ini sikap Nasdem.

KETUA RAPAT :

Catatan itu, oke setuju ya opsi 1,

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(27)

RAPAT SETUJU, KETOK PALU 1 X Pemerintah silakan.

PEMERINTAH (SEKJEN) :

Ini penegasan saja, karena tadi disebutkan Judicial Review dan sebagainya. Yang dirumuskan di RUU ini sebetulnya mengakomodir, kenapa ini dibatalkan, karena dulu yang tidak ikut itu adalah yang ikutan dalam konteks trees hole, sudah masuk di DPR. Padahal hubungannya ini adalah hubungan terhadap lullus atau tidak untuk peserta. Makanya rumusannya itu beda sekali dengan UU No. 8.

Jadi itu yang kaitannya dengan bahwa ada persyaratan untuk mengikuti Pemilu harus diverifikasi, manakala dia sudah lulus ikut. Nah yang sudah lulus ini dengan ketentuan syarat yang sama kita sudah rumuskan, kami kira juga tidak ada kaitannya dengan kontradiksi terhadap itu.

Jadi ukuran UU No. 8 dengan RUU ini beda Pak ayat 1-nya. Kalau yang di JR ini adalah UU No. 8 ini yang mengikuti memiliki ambang batas perolehan suara. Itu yang tidak perlu diverifikasi. Itu batal. Rumusan RUU ini adalah yang sudah pernah lulus verifikasi. Kalau waktu Panja itu kan to fell, dan banyak sekali diskusi tentang ini. Kami kita firm saja, tetapi apakah ayat 3 itu akan memperkuat ditambahkan, karena di RUU belum ada ayat 3 ini.

KETUA RAPAT :

Baik, sudah semakin jelas ya apa yang sudah dijelaskan oleh Pak Sekjen.

Menambah kejelasan teman-teman yang masih ragu soal opsi ini. Lanjut yang berikutnya.

F-PDIP (DR. JUNIMART GIRSANG) :

Pimpinan, tambahannya itu dimana itu, dari PKS itu menegaskan partai politik yang telah lulus verifikasi dengan syarat sebagaimana dimaksud pada ayat 2, tidak diverifikasi ulang, dan ditetapkan sebagai peserta Pemilu.

PEMERINTAH (SEKJEN) :

Sebetullnya sudah ada di ayat 1, tapi ayat 1 ini belum mempertegas.

Partai politik peserta Pemilu merupakan partai Politik yang telah ditetapkan lulus verifikasi oleh KPU.

KETUA RAPAT :

Ini penegasan Pak, tiga ini penegasan, kemarin sudah kita bahas juga itu.

Kalau hanya ayat 1 kita belum yakin, keyakinan 50 % lah, begitu tambah ayat 3 keyakikan menjadi 100 %. Itu pembahasannya panjang lebarnya seperti itu.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(28)

F-PNASDEM (JOHNNY G. PLATE) :

Saya minta kalau memang ayat 3 dimasukkan, ayat 3 harus di redraft sedemikian rupa, sehingga tidak kalimat negatif.

KETUA RAPAT :

Nanti Tim Perumus, tapi substansi tidak berubah ya. Hal lain Dlanjut ke hal lain. Yang menyangkut pen-dapilan distrik man itu harus kita selesaikan baru bisa kita presentasi pen-Dapilan. Yang agak panjang kita mau menyetujui pen-Dapilan ini.

F-PGERINDRA (IR. H. AHMAD RIZA PATRIA, MBA) :

TPS ke kecamatan atau ke kelurahan itu belum putus itu. Perhitungann suara itu kan di TPS, rekapnya itu kan masih ada perbedaan pendapat.

Gerindra dari TPS Kecamatan dulu baru Kota, ada yang dari TPS langsung ke Kabupaten/Kota, itu belum putus itu penting.

KETUA RAPAT :

Tidak, itu kan berkembang di Tim Perumus, sementara yang kita bahas ini adalah rekap hasil dari Panja. Panja yang kita putuskan di Pansus. Nah kalau usulan baru Timus silakan nanti disampaikan ke Panja dulu, di forum Panja baru nanti kita godok di Pansus. Jadi tahapannya seperti itu Pak, Riza.

Kita buka Distrikman dulu, supaya bisa pen-Dapilan kita. Distrik Magnitude ini bagian yang belum kita putuskan kemarin opsinya 3 sampai 8 atau 3 sampai 10. Jumlah kursi setiap Dapil DPR ada dua opsi, 3 sampai 8 atau 3 sampai 10 itu yang b.

Yang a, sudah kita putuskan kemarin jumlah kursi 579 tadi kita putuskan tambah 15.

Yang b untuk DPR 3 sampai 8 atau opsi dua 3 sampai 13.

Yang c, untuk Dapil DPRD ada 3 opsi.

3 sampai 8 ;

3 sampai 10 ; atau 3 sampai 12.

Nah 3 sampai 12 itu seperti sekarang, untuk DPRD itu seperti sekarang 3 sampai 12. Ini termasuk terserah fraksi-fraksi kan ya Pak Menteri ? silakan kita putar, mulai dari bawah dulu, dari Hanura kami persilakan.

F-PHANURA (DR. RUFINUS HOTMAULANA HUTAURUK, SH,MH) : Kalau bisa tetap saja seperti dulu ketua. Jadi dia diposisi 3 sampai 10, yang untuk DPRD itu 3 sampai 12. Jadi tidak ada yang berubah ketua.

Terima kasih ketua.

KETUA RAPAT :

Baik, Hanura tetap di 3 sampai 10 dan 3 sampai 12. Yang 3 sampai 10 DPR, dan 3 sampai 12 DPRD. Silakan Nasdem.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(29)

F-PHANURA (DR. RUFINUS HOTMAULANA HUTAURUK, SH,MH) : Ketua, tapi dengan catatan dong, karena ini sebenarnya membahas begini tidak boleh parsial, karena ini bagaimana pun bergantung nanti apakah Dapil itu berubah atau tidak. Jadi position Hanura sebenarnya hanya ingin menjawab konten ini. Manakala nanti terjadi perubahan Dapil yang signifikan seperti yang sudah diminta oleh Pak Rambe dari 3 jadi 6, ini pertanyaan yang sangat besar ini, sehingga kemungkinan nanti Hanura akan melakukan review.

Jadi kalau membahas kita dengan model seperti ini rasanya tidak bakal selesai kalau proses kita tidak bahas secara tuntas. Itu barangkali pimpinan, jadi jangan separoh-separoh, jangan parsial, supaya kita bisa menyelesaikan ini dengan satu paket dengan yang lain.

Terima kasih pimpinan.

KETUA RAPAT :

Soal hitung ulang Dapil itu kalau berubah memang harus dihitung ulang.

Kalau sekarang 3 sampai 10, dan DPRD 3 sampai 12, kalau misalnya keputusan kita menjadi 3 sampai 8, maka ini semua Dapil harus ditata ulang.

Itu implikasi, bukan dibalik Pak.

F-PHANURA (DR. RUFINUS HOTMAULANA HUTAURUK, SH,MH) : Bukan nanya itu pimpinan, sebaran yang 15 penambahan tadi menjadi persoalan tersendiri. Jadi jangan kita membawa diskusi ini dengan cara-cara yang seperti ini. Jadi jangan ada dusta di antara kita.

Terima kasih pimpinan.

KETUA RAPAT :

Terima kasih Pak Rufinus, Nasdem silakan.

F-PNASDEM (JOHNNY G. PLATE) :

Baik, terima kasih pimpinan. Jadi begini, ini betul juga Pak Hanura ini, ini tidak bisa barang ini dibeli secara pretelan sepotong-sepotong, beli kakinya dulu, terus beli kepalanya, terus beli paha, tidak bisa begitu. Ini satu kesatuan, ada beberapa yang perlu digabung jadi satu Pak ketua.

Yang pertama, terkait Distrik Magnitude, metode konversi suara, sistem Pemilihan Umum. Setidaknya tiga ini menjadi satu paket, ini kepala, badan sama kaki. Kalau dipisahkan kita mau ngomong kepala dulu nanti badannya tidak cocok Pak, dipisah lagi ngomong kakinya tidak cocok lagi nanti Pak, nah ini tidak cocok, ini jadi satu. Karenanya saya ingin memberikan pendapat untuk tiga hal ini sekaligus. Supaya tidak usah ditanya-tanya lagi, bagaimana Pak Rufinus ?

KETUA RAPAT : Ini bagus, ini bagus.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(30)

F-PHANURA (DR. RUFINUS HOTMAULANA HUTAURUK, SH,MH) :

Ini bukan kaki, kepala, badan, ini rohnya disini.

F-PNASDEM (JOHNNY G. PLATE) :

Apalagi kalau rohnya, saya baru ambil contoh fisik tadi, kalau tambah spiritualnya lebih repot lagi Pak, apalagi spiritual tidak bisa dipisah. Kalau itu sudah dijadikan satu, ini roh yang Kudus Pak, tiga-tiganya saya memberi komentar poisisi Nasdem, supaya jangan repot-repot buang waktu ini.

Sistem Pemilihan Umum terbuka, metode konversi suara sama seperti yang dulu, yang kita sebut dengan metode quota, kalau ketua yang nyebut mantap kali, saya ikut PKB dalam hal ini.

Yang ketiga Dapil, tidak usah dirubahlah, yang namanya masyarakat di daerah pemilihan ini, dia masih terbiasa dengan yang sudah ada saat ini. Ikuti saja dulu, jadi tiga-tiga hal itu kira-kira begitu. Sama seperti yang sekarang, kalau yang sekarang itu magnitut 3 sampai 10 dan 3 sampai 12. Yang kedua metode konversi suara dulu atau sama seperti dulu. Yang ketiga tadi sistimnya dulu sistimnya apa (suara : terbuka), terbuka, konsisten saja dengan itu.

Terima kasih, mudah-mudahan yang lain sepakat.

Terima kasih, cukup jelas kayaknya itu.

KETUA RAPAT :

Tapi sementara kita catat ya, yang Distrik Magnitude dulu Pak ya.

F-PNASDEM (JOHNNY G. PLATE) :

Sekalian yang tiga dicatat juga tidak apa-apa Pak ketua, biar tidak lama-lama ngomongnya.

KETUA RAPAT : Mantap, catat saja Pak.

F-PNASDEM (JOHNNY G. PLATE) :

Mau membuka, supaya jangan ada dusta kata Pak Rufinus tadi, biar kita ngomong terbuka. Kalau masalah parliamentary threshold itu urusan masuk DPR Pak, tapi urusan ini, urusan cuma kursi Pak, ini terus terang saja, sama-sama punya kalkulator dan sempoanya. Jadi kita ngomong secara terbuka dari hati ka hati dan tidak perlu merasa gill the filide. Sekalian Pak ketua, biar tuntasnya.

KETUA RAPAT : Suara kurang jelas.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

Referensi

Dokumen terkait

Saya tadi berpikirnya mungkin dari DIM Nomor 64 sampai DIM Nomor 78 itu masuk Panja karena satu bab. Tadikan kita belum sepakat apakah mau dikecilkan. Tapi kalau kita tetap mau

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa knalpot sepeda motor Honda New Mega Pro tahun perakitan 2008 yang menggunakan metallic catalytic

Hasil dari proyek akhir ini didapatkan bahwa IDS yang berbasis HIDS memiliki kelebihan dalam memonitoring data digital namun tidak bisa mendeteksi serangan dalam

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS.

Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak atau terdapat hubungan yang bermakna diantara kedua variabel “prematur merupakan faktor risiko gangguan fungsi pendengaran pada

Template Dokumen ini adalah milik Direktorat Pendidikan - ITB Dokumen ini adalah milik Program Studi [NamaProdi] ITB. Dilarang untuk me-reproduksi dokumen ini tanpa diketahui

metanil yellow yang digunakan dalam makanan jelly yang beredar di pasar-pasar tradisional di Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta, dimana sudah diketahui bahwa kedua

Uji kompaksi statik disini adalah suatu pengujian dengan menggunakan mold yang sama dengan mold yang digunakan pada uji Standard atau Modified Proctor, dimana