• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tujuan nasional seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia , memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan nasional dibutuhkan pegawai ASN yang unggul dan selaras dengan dinamika yang berkembang, sesuai dengan tuntutan masyarakat akan kinerja pemerintah yang transparan dan akuntabel dalam bingkai reformasi birokrasi. Maka dari itu ASN perlu dikelola dan dikembangkan secara strategis dalam manajemen pengembangan sumber daya manusia

Undang-undang ASN No. 5 tahun 2014, Aparatur Sipil Negara adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada instansi pemerintah. Undang-undang tersebut secara implisit menghendaki bahwa ASN bukan sekadar merujuk kepada jenis pekerjaan tetapi merujuk kepada sebuah profesi pelayanan publik, ASN dituntut memiliki kekuatan dan kemampuan profesional, berintegritas tinggi dalam melaksanakan tugas, berbudaya kerja tinggi, serta dipercaya publik dengan dukungan sumber daya manusia. Oleh karena itu, seorang ASN perlu melakukankegiatan aktualisasi khususnya di pelayanan bidang pendidikan yang dilaksanakan di sekolah..

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru menyatakan, bahwa guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja

pelayanan publik masih sering kita dengar. Termasuk pada bidang pendidikan, terkhusus

guru. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Sulawesi Tenggara

menjawab ketidakpuasan tersebut dengan menciptakan ASN yang memiliki kompetensi ideal.

(2)

2

Salah satu upayanya adalah melalui Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar) yang wajib diikuti oleh semua calon ASN.

ASN harus memiliki pemahaman yang lengkap tentang kelima nilai dasar profesi ASN. Kelima nilai dasar profesi tersebut yaitu: (1) akuntabilitas PNS; (2) nasionalisme; (3) etika publik; (4) komitmen mutu dan (5) anti korupsi. Lima nilai ini menjadi modal yang sangat berarti bagi ASN, khususnya dalam merancang rangkaian kegiatan aktualisasi di tempat tugas masing-masing, kemudian dilaporkan dalam seminar serta membuat rencana aksi penyempurnaan aktualisasi di masa mendatang. Selanjutnya, lima nilai dasar ini akan senantiasa diterapkan dalam mengemban profesi ASN, untuk mendukung terwujudnya sistem pelayanan publik di bidang pendidikan yang lebih baik. Pada muaranya tujuan pendidikan nasional akan tercapai.

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Pendidikan selalu mengalami perubahan, perkembangan dan perbaikan sesuai dengan perkembangan di segala bidang kehidupan. Pada abad ke-21 ini, pendidikan yang yang meliputi kemampuan berliterasi berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami informasi secara analitis dan kritis. Akan tetapi, pembelajaran di sekolah saat ini belum mewujudkan hal tersebut. Sehingga, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan , mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Tahapan dalam Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah yaitu : Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca (Permendikbud No.23 Tahun 2015) agar menjadi pembiasaan dan peningkatan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi yang menjadi pengembangan dari kemampuan siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berinisiatif untuk mengoptimalkan Penerapan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) melalui Gerakan Membaca 15 menit setiap pagi pada siswa kelas VII A di SMP Negeri 36 Konawe Selatan.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum

Menerapkan nilai-nilai dasar Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu

dan Anti Korupsi (ANEKA) dalam pelaksanaan tugas sebagai guru pada SMPN 36 Konawe

Selatan sehingga terbentuk ASN yang berintegritas, profesional, inovatif, bertanggung jawab,

dan dapat menjadi teladan baik sebagai pelayan publik, pelaksana kebijakan publik maupun

sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

(3)

3 2. Tujuan Khusus

Meningkatkan kemampuan Literasi melalui Penerapan Gerakan Literasi Sekolah ( GLS ) siswa kelas VII A di SMP Negeri 36 Konawe Selatan.

C. Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dengan adanya kegiatan aktualisasi ini antara lain:

1. Manfaat Bagi Penulis

Melalui kegiatan habituasi yang telah dilakukan, penulis dapat mencapai kompetensi sebagai guru PNS yang berkarakter dan professional dengan menerapkan nilai-nilai dasar ANEKA untuk menghadapi isu yang terdapat di unit kerja.

2. Manfaat Bagi Unit Kerja

Melalui laporan akhir aktualisasi ini, unit kerja akan memperoleh cara terbaru untuk menghadapi isu yang terjadi di unit kerja tersebut, sehingga dapat tercipta pelayanan publik yang prima pada unit kerja tersebut.

3. Manfaat bagi Masyarakat

Melalui laporan aktualisasi ini, agar masyarakat dapat mengetahui pentingnya penerapan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

D. Ruang Lingkup Kegiatan Aktualisasi

Ruang lingkup kegiatan aktualisasi, meliputi tugas utama penulis sebagai tenaga pendidik

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 36 Konawe Selatan, Kabupaten Konawe

Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kegiatan habituasi dilaksanakan dari tanggal 13 Maret –

18 April 2020. Tahapan kegiatan yang akan di lakukan adalah meminta persetujuan

pimpinan dalam melakukan kegiatan, melakukan konsultasi dengan pimpinan dalam

melakukan kegiatan, melakukan konsultasi dan meminta arahan mentor dalam pelaksanaan

kegiatan, melaksanakan pre test kepada siswa, melaksanakan program membaca setiap hari

selama 15 menit di rumah masing-masing siswa dan di awasi oleh orang tua siswa, guru

membagikan siswa selembar cerita fabel, masing – masing siswa menuliskan lanjutan cerita

fabel pada kertas yang di bagikan oleh guru, membagi siswa menjadi tiga kelompok dan

masing-masing kelompok membuat slogan membaca, setiap kelompok menampilkan slogan

yang telah di buat kelompoknya, dan melakukan post test kepada siswa.

(4)

4 BAB II

GAMBARAN UMUM ORGANISASI, KONSEP NILAI-NILAI DASAR DAN KEDUDUKAN PERAN ASN, KEDUDUKAN PERAN GURU DAN

PENETAPAN ISU

A. Gambaran Umum Organisasi

1. Profil SMP Negeri 36 Konawe Selatan

Profil dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 36 Konawe Selatan, antara lain;

• Nama Sekolah : SMP Negeri 36 Konawe Selatan

• Alamat Jalan : Jl. Poros Kendari Motaha, Desa Boro-boro R, Kec. Ranomeeto, Kab. Konawe Selatan

• NPSN : 40403692

• Akreditas : B (Baik)

• Letak Posisi : 4°21'5.9"LS dan 122°11'18,7" BT

• Kepemilikan Tanah : Pemerintah Pusat

• Luas Tanah : 14,464 m²

• SK Pendirian Sekolah : 800/853/2018

• Tanggal SK Pendirian : 2018-04-13

• Status Kepemilikan : Pemerintah Pusat

• SK Izin Operasional : 800/853/2018

• Tgl SK Izin Operasional : 2018-04-13

• NPWP : 006560890811000

• Nomor Telepon : 085299841200

• Email : [email protected]

• Sumber Listrik : PLN

• Daya Listrik (watt) : 900

• Akses Internet : Telkomsel Flash

SMP Negeri 36 Konawe Selatan memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1

ruang Lab. IPA, 1 ruang dewan guru, 1 ruang Tata Usaha, 1 ruang Kepala Sekolah, 2 kantin,

1 gudang, dan 2 Kamar Mandi.

(5)

5 2. Struktur organisasi SMP Negeri 36 Konawe Selatan

Tabel 2.1 Struktur Oragnisasi SMP Negeri 36 Konawe Selatan SISW

A

KELAS IX MARLIA PASANG, S.Pd KELAS VIIIB

NURMILLAH, S.Pd KELAS

VIIIA

NULASTA MUSTAKIM,S.Pd

KELAS VIIB

z

YULIANI, S.Pd KELAS VIIA

SANG AYU MADE, S.Pd

PMR NURMILLAH,

S.Pd

UKS BUSRI, S.Pd LAB. IPA

ANHARUL HUDA, S.Pd PEMBINA

OSIS SANG AYU MADE, S.Pd PERPUSTAKA

AN ARMIATY BAKRI, S.Pd KETUA

KOMITE SEKOLAH

WALI KELA

S UR.

KURIKULUM BUSRI, S.Pd

UR.

KESISWAAN SANG AYU MADE, S.Pd

UR. SARPRAS ANHARUL HUDA, S.Pd

UR. HUMAS SYAMRIATIN,

S.Pdi TATA USAHA

JUNIANTI, S.Pd KEPALA

SEKOLAH

ADAM GONO HABU, S.Pd

WAKIL KEPALA SEKOLAH DEWA PUTU SUGIHARTA,S.Pd

KOOR DINAT

OR

(6)

6 3. Visi, Misi dan Nilai Organisasi

a. Visi SMP Negeri 36 Konawe Selatan

Unggul dalam prestasi yang berwawasan imtaq dan iptek.

Dengan indikator, unggul dalam : a. Proses pembelajaran

b. Pencapaian ketuntasan belajar c. Perolehan nilai UN/US

d. Kompetisi ke jenjang pendidikan selajutnya

e. Pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi f. Prestasi olahraga

g. Prestasi seni

h. Aktivitas keagamaan

i. Kreativitas dan kepedulian sosial

j. Partisipasi masyarakat (stake holder) terhadap program sekolah

b. Misi SMP Negeri 36 Konawe Selatan

a. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas.

c. Melaksanakan bimbingan program pengayaan dan remedial secara intensif.

d. Melaksanakan inovasi pembelajaran melalui action research.

e. Pengembangan SDM tenaga pendidik dan kependidikan.

f. Melaksanakan pembinaan olahraga secara berkesinambungan.

g. Melaksanakan pembinaan seni secara berkesinambungan.

h. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam pemanfaatan komputer dan internet.

i. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut sehingga menjadi cermin kepribadian dalam beraktivitas.

j. Mengembangkan kreativitas dan sikap kesetiakawanan sosial siswa terhadap lingkungan.

k. Membina komunikasi dan koordinasi antara sekolah, masyarakat dan kelompok yang

terkait dengan stake holder.

(7)

7 l. Nilai-nilai Organisasi

Nilai-nilai organisasi yang diterapkan pada SMP Negeri 36 Konawe Selatan diadaptasi dari nilai-nilai pendidikan karakter yang disepakati dan diaplikasikan pada sekolah yakni sebagai berikut;

1) Religius 2) Toleransi 3) Disiplin 4) Inovatif 5) Kreatif 6) Mandiri

7) Menghargai prestasi 8) Peduli lingkungan 9) Tanggung jawab 10) Kompetitif

4. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

1) Meningkatkan kompetensi dasar siswa di bidang akademis, sesuai dengan tuntutan kurikulum;

2) Mengembangkan potensi intelektual, moral, dan spiritual siswa;

3) Menumbuhkembangkan potensi sosial dan kebangsaan siswa;

4) Mempersiapkan siswa secara mantap untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.

Tugas pokok guru berdasarkan Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018, mencakup kegiatan:

1) Merencanakan pembelajaran atau pembimbingan, meliputi:

- Pengkajian kurikulum dan silabus pembelajaran/pembimbingan/program kebutuhan khusus pada satuan pendidikan.

- Pengkajian program tahunan dan semester.

- Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran/pembimbingan sesuai standar

proses atau rencana pelaksanaan pembimbingan

(8)

8

2) Melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan merupakan pelaksanaan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL)/Rencana Pelaksanaan Bimbingan (RPB).

3) Menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

4) Membimbing dan melatih peserta didik (kegiatan kokurikuler dan/atau kegiatan ekstrakurikuler).

5) Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan Beban Kerja Guru, meliputi:

- Wakil kepala satuan pendidikan.

- Ketua program keahlian satuan pendidikan.

- Kepala perpustakaan satuan pendidikan.

Kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi/teaching factory satuan pendidikan.

- Pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau pendidikan terpadu.

- Tugas tambahan lain yang terkait dengan pendidikan di satuan pendidikan antara lain:

a) Wali kelas

b) Pembina Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) c) Pembina ekstrakurikuler

d) Koordinator Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)/Penilaian Kinerja Guru (PKG) atau koordinator Bursa Kerja Khusus (BKK) pada SMK

e) Guru piket

f) Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama (LSP-P1) g) Penilai kinerja Guru

h) Pengurus organisasi/asosiasi profesi Guru

i) Tutor pada pendidikan jarak jauh pendidikan dasar dan pendidikan

menengah

(9)

9 B. Nilai-Nilai Dasar ASN

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:

a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;

b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis;

c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;

d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis); untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih tinggi) dan akuntabilitas horisontal (pertanggungjawaban pada masyarakat luas). Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi akuntabilitas kejujuran dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan.

Berdasarkan aspek-aspek tersebut seorang PNS harus memiliki sikap tanggung jawab dalam menjalankan setiap tugasnya. Bovens menyatakan bahwa akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama yaitu:

a. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis);

b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);

c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

Selain itu, akuntabilitas memiliki tingkatan hierarkis. Tingkatan akuntabilitas terdiri dari 5 (lima) tingkatan sebagai berikut:

1) Akuntabilitas personal

2) Akuntabilitas individu

3) Akuntabilitas kelompok

4) Akuntabilitas organisasi

5) Akuntabilitas stakeholder

(10)

10

Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa indikator dari nilai- nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Kepemimpinan

Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya

b. Transparansi

Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi

c. Integritas

Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan

d. Tanggung Jawab

Kesadaran manusia akan tingkah laku atas perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.

e. Keadilan

Kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.

f. Kepercayaan

Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.

g. Keseimbangan

Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.

h. Kejelasan

Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki gambaran yang je;as tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.

i. Konsistensi

Sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

2. Nasionalisme

Nasionalisme adalah pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan. Nasionalisme memiliki

pokok kekuatan dalam menilai kecintaan individu terhadap bangsanya. Salah satu cara untuk

menumbuhkan semangat nasionalisme adalah dengan menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai

(11)

11

Pancasila. Pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya oleh setiap penyelenggara negara, baik di pusat maupun di daerah.

Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa

Ketuhanan YME menjadikan Indonesia bukan sebagai Negara sekuler yang membatasi agama dalam ruang privat. Pancasila justru mendorong nilai-nilai ketuhanan mendasari kehidupan masyarakat dan berpolitik. Nilai nilai ketuhanan yang dikehendaki pancasila adalah nilai-nilai ketuhanan yang positif, yang digali dari nilai-nilai keagamaan yang terbuka (inklusif), membebaskan dan menjunjung itnggi keadilan dan persaudaraan. Dengan berpegang teguh pad anilai nilai ketuhanan diharapkan bisa memperkuat pembentukan karakter dan kepribadian, melahirkan etos kerja yang positif, dan memiliki kepercayaan diri untuk mengembangkan potensi diri dan kekayaan alam yang diberikan Tuhan untuk kemakmuran masyarakat.

b. Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila kedua memiliki konsekuensi ke dalam dan ke luar. Ke dalam berarti menjadi pedoman Negara dalam memuliakan nilia-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia. Ini berarti Negara menjalankan fungsi “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa”.

c. Sila ketiga: Persatuan Indonesia

Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia dalam keragaman dan terbagi dalam golongan-golongan. Keberadaan bangsa Indonesia terjadi karena memiliki satu nyawa, satu asal akal yang tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya yang menjalani satu riwayat, yang membangkitkan persatuan karakter dan kehendak untuk hidup dalam suatu wilayah geopolitik nyata.

Selain kehendak hidup bersama, kebersamaan bangsa Indonesia yang didukung oleh semangat

gotong royong. Dengan kegotong royongan itulah Indonesia harus mampu melindungi segenap

bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia bukan membela atau mendiamkan suatu unsur

masyarakat atau bagian tertentu dari territorial Indonesia. Tujuan nasionalisme yang mau

didasari dari semangat gotong royong yaitu ke dalam dan ke luar. Ke dalam berarti

kemajemukan dan keanekaragaman budaya, suku, etnis, agama yang mewarnai kebangsaan

Indonesia tidak boleh dipandang sebagai hal negative dan menjadi ancaman yang bisa saling

memperkaya khazanah budaya dan pengetahuan melalui proses penyerbukan budaya ke luar

berarti memuliakan kemanusiaan universal, dengan menjunjung tinggi persaudaraan,

perdamaian dan keadilan antar umat manusia.

(12)

12

d. Sila keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Demokrasi permusyawaratan mempunya dua fungsi. Fungsi pertama, badan permusyawaratan/perwakilan bisa menjadi ajang memperjuangkan aspirasi beragam golongan yang ada di masyarakat. Fungsi kedua, semangat permusyawaratan bisa menguatkan Negara persatuan, bukan Negara untuk satu golongan atau perorangan. Permusyawaratan dengan landasan kekeluargaan dan hikmat kebijaksanaan diharapkan bisa mencapai kesepakatan yang membawa kebaikan bagi semua pihak. Abraham Lincoln mendefinisikan demokrasi sebagai

“pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Ada tiga persyaratan dalam pemerintahan yang demokratis, yaitu :

1) Kekuasaan pemerintah berasal dari rakyat yang diperintah;

2) Kekuasaan itu harus dibatasi; dan

3) Pemerintah harus berdaulat, artinya harus cukup kuat untuk dapat menjalankan pemerintahan secara efektif dan efisien.

Secara garis besar. Terdapat dua model demokrasi, yaitu : majoritarian democracy (demokrasi yang lebih mengutamakan suara mayoritas) dan concensus democracy (demokrasi yang mengutamakan consensus atau musyawarah). Oleh karena itu, pilihan demokrasi consensus berupa demokrasi permusyawaratan merupakan pilihan yang bisa membawa kemaslahatan bagi bangsa Indonesia

e. Sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia

Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, para pendiri bangsa menyatakan bahwa Negara merupakan organisasi masyarakat yang bertujuan menyelenggarakan keadilan. Keadilan sosial juga merupakan perwujudan imperative etis dari amanat pancasila dan UUD 1945.

Peran Negara dalam mewujudkan rasa keadilan sosial antara lain: (a) perwujudan relasi yang adil di semua tingkat sesitem kemasyarakatan, (b) pengembangan struktur yang menyediakan kesetaraan kesempatan; (c) proses fasilitasi akses atas informasi, layanan dan sumber daya yang diperlukan, dan (d) dukungan atas partisipasi bermakna atas pengambilan keputusan bagi semua orang.

3. Etika Publik

Etika merupakan refleksi atas standar norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah tindakan keputusan, perilaku untuk menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.Adapun nilai-nilai indikatornya adalah sebagai berikut :

a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.

(13)

13

b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945.

c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.

d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.

e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.

f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.

g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.

h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.

i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.

j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.

k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.

l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.

m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.

n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem karir.

4. Komitmen Mutu

Komitmen mutu merupakan tindakan untuk mengahrgai efektivitas, efisiensi, inovasi dan kinerja yang berorientasi mutu dalam penyelengaraan pemerintahan dan pelayanan publik. Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Efektif

Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari performa untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhnyainya kebutuhan pelanggan.

b. Efisien

Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumber daya, penaylahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.

c. Inovasi

Inovasi pelayanan public adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga akan

memotivasi setiap indovidu untuk membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan

(14)

14

dalam bentuk profesionalisme layanan public yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.

d. Mutu

Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.

5. Anti Korupsi

Anti korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk memberantas segala tingkah atau tindakan yang melawan norma-norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi, merugikan negara atau masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.Adapun nilai - nilai indikator nya adalah sebagai berikut :

a. Jujur

Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi probadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.

b. Peduli

Kepedulian seseorang kepada sesame menjadikan seseorang memiliki sifat kasih sayang.

Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya dimana masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan terdoga untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.

c. Mandiri

Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak bergantung

terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki seseorang

memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi

yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak

bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.

(15)

15 d. Disipilin

Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.

e. Tanggung jawab

Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesame manusia.

Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan dipertanggung jawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, Negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.

f. Kerja keras

Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan public yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.

g. Sederhana

Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta tidak akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan selalu memicu untuk mencari harta sebanyak banyaknya.

h. Berani

Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk menyatakan

kebenaran dan menolak kebatilan. Ia tidak akan mentolerir adanya penyimpangan dan berani

menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani berdiri sendiri dalam kebenaran

walaupun semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang

menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki teman

kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.

(16)

16 i. Adil

Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendaoatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

C. Kedudukan dan Peran ASN 1. Whole Of Goverment

WoG (Whole of Government) didefinisikan sebagai “Suatu model pendekatan integratif fungsional satu atap” yang digunakan untuk mengatasi wicked problems yang sulit dipecahkan dan diatasi karena berbagai karakteristik atau keadaan yang melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi, menyangkut perubahan perilaku.

Salah satu bentuk penerapan WoG pada pelayanan publik adalah e-Government. E- government adalah tata kelola pemerintahan (governance) yang diselenggarakan secara terintegrasi dan interaktif berbasis teknologi IT, agar hubungan-hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat dapat berlangsung lebih efisien, efektif, produktif dan responsif.

Hasil atau manfaat yang diperoleh melalui e-government antara lain adalah:

a. Terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), efisien dan efektif b. Hemat anggaran dan tepat waktu

c. Transparan sehingga peluang terjadinya kecurangan (fraud), suap dan korupsi akan banyak berkurang.

d. Tingkat akurasi (ketepatan) dan kualitas pelayanan meningkat dan tingkat kesalahan berkurang

e. Kemudahan akses dan kenyamanan pelayanan meningkat sehingga kepuasan publik juga meningkat

2. Manajemen ASN

Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah, sedangkan yang dimaksud Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah pengelolaan pegawai negeri sipil untuk menghasilkan pegawai negeri sipil yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dalam Konsep Manajemen ASN ini dikenal apa yang disebut dengan sistem merit.

Sistem Merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi,

(17)

17

kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.

Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan sedangkanPegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Manajemen PNS meliputi: penyusunan dan penetapan kebutuhan; pengadaan; pangkat dan Jabatan; pengembangan karier; pola karier; promosi;

mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; penghargaan; disiplin; pemberhentian;

jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan perlindungan.

3. Pelayanan Publik

Istilah pelayanan dalam bahasa Inggris adalah “service” A.S. Moenir mendefinisikan

“pelayanan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan tertentu dimana tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani atau dilayani, tergantung kepada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pengguna.” Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu proses pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan organisasi dalam masyarakat. Proses yang dimaksudkan dilakukan sehubungan dengan saling memenuhi kebutuhan antara penerima dan pemberi pelayanan. Pelayanan adalah kegiatan yang bertujuan untuk membantu menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan orang lain.

Dari definisi tersebut dapat dimaknai bahwa pelayanan adalah aktivitas yang dapat dirasakan melalui hubungan antara penerima dan pemberi pelayanan yang menggunakan peralatan berupa organisasi atau lembaga perusahaan. Dalam kamus Bahasa Indonesia (1990), pelayanan publik dirumuskan sebagai berikut :

a. Pelayanan adalah perihal atau cara melayani.

b. Pelayanan adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang dan jasa.

c. Pelayanan medis merupakan pelayanan yang diterima seseorang dalam hubungannya dengan pensegahan, diagnosa dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu.

d. Publik berarti orang banyak (umum)

Pengertian publik menurut Inu Kencana Syafi’ie, adalah “Sejumlah manusia yang

memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik

(18)

18

berdasarkan nilai- nilai norma yang mereka miliki”. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, diatur bahwa Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan kepentingan umum; kepastian hukum; kesamaan hak; keseimbangan hak dan kewajiban; keprofesionalan; partisipatif; persamaan perlakuan/tidak diskriminatif; keterbukaan; akuntabilitas; fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompokrentan;

ketepatan waktu; dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan. Adapun tujuan dari pelayanan public adalah sebagai berikut:

a. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik;

b. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik;

c. Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan public sesuai dengan peraturan perundang- undangan; dan

d. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

D. Kedudukan dan Peran Guru

Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

1. KOMPETENSI PEDAGOGIK

Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.

a. Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran

(19)

19

Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi (1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih materi, (3) mampu mengorganisir materi, (4) mampu menentukan metode/strategi pembelajaran, (5) mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran, (6) mampu menyusun perangkat penilaian, (7) mampu menentukan teknik penilaian, dan (8) mampu mengalokasikan waktu.Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.

b. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar

Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi (1) membuka pelajaran, (2) menyajikan materi, (3) menggunakan media dan metode, (4) menggunakan alat peraga, (5) menggunakan bahasa yang komunikatif, (6) memotivasi siswa, (7) mengorganisasi kegiatan, (8) berinteraksi dengan siswa secara komunikatif, (9) menyimpulkan pelajaran, (10) memberikan umpan balik, (11) melaksanakan penilaian, dan (12) menggunakan waktu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses belajar mengajar merupakan sesuatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.

c. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar

Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penilaian belajar peserta didik, meliputi

(1) mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran, (2) mampu memilih soal berdasarkan

tingkat pembeda, (3) mampu memperbaiki soal yang tidak valid, (4) mampu memeriksa jawab,

(5) mampu mengklasifikasi hasil-hasil penilaian, (6) mampu mengolah dan menganalisis hasil

penilaian, (7) mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian, (8) mampu

menentukan korelasi soal berdasarkan hasil penilaian, (9) mampu mengidentifikasi tingkat

variasi hasil penilaian, (10) mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis,

(11) mampu menyusun program tindak lanjut hasil penilaian, (12) mengklasifikasi kemampuan

siswa, (13) mampu mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian, (14) mampu

melaksanakan tindak lanjut, (15) mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut, dan (16) mampu

(20)

20

menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian. Berdasarkan uraian di atas kompetensi pedagogik tercermin dari indikator (1) kemampuan merencanakan program belajar mengajar, (2) kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan (3) kemampuan melakukan penilaian.

2. KOMPETENSI KEPRIBADIAN

Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”. Surya (2003:138) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik.

Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan

pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri. Gumelar dan Dahyat

(2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan

kompetensi pribadi meliputi (1) pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama, (2)

pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3) pengetahuan tentang inti demokrasi, (4)

(21)

21

pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial, (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, (7) setia terhadap harkat dan martabat manusia.

Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi.

Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan personal guru, mencakup (1) penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya, (2) pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator (1) sikap, dan (2) keteladanan.

3. KOMPETENSI PROFESIONAL

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya. Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi profesional guru mencakup kemampuan dalam hal (1) mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya, (2) mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik, (3) mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya, (4) mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai, (5) mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas belajar lain, (6) mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran, (7) mampu melaksanakan evaluasi belajar dan (8) mampu menumbuhkan motivasi peserta didik.

Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi profesional meliputi (1) pengembangan

profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan kajian akademik.Pengembangan profesi

meliputi (1) mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendukung profesi melalui berbagai

(22)

22

kegiatan ilmiah, (2) mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah, (3) mengembangkan berbagai model pembelajaran, (4) menulis makalah, (5) menulis/menyusun diktat pelajaran, (6) menulis buku pelajaran, (7) menulis modul, (8) menulis karya ilmiah, (9) melakukan penelitian ilmiah (action research), (10) menemukan teknologi tepat guna, (11) membuat alat peraga/media, (12) menciptakan karya seni, (13) mengikuti pelatihan terakreditasi, (14) mengikuti pendidikan kualifikasi, dan (15) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Pemahaman wawasan meliputi (1) memahami visi dan misi, (2) memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran, (3) memahami konsep pendidikan dasar dan menengah, (4) memahami fungsi sekolah, (5) mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil belajar, (6) membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah.Penguasaan bahan kajian akademik meliputi (1) memahami struktur pengetahuan, (2) menguasai substansi materi, (3) menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional guru tercermin dari indikator (1) kemampuan penguasaan materi pelajaran, (2) kemampuan penelitian dan penyusunan karya ilmiah, (3) kemampuan pengembangan profesi, dan (4) pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan

4. KOMPETENSI SOSIAL

Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah

“kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial.

Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher

Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru

untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan

untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan

datang. Untuk dapat melaksanakan peran sosial kemasyarakatan, guru harus memiliki

kompetensi (1) aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang baik tidak cukup

digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja, tetapi juga harus beritikad baik

(23)

23

sehingga hal ini bertautan dengan norma yang dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya, (2) pertimbangan sebelum memilih jabatan guru, dan (3) mempunyai program yang menjurus untuk meningkatkan kemajuan masyarakat dan kemajuan pendidikan.

Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator (1) interaksi guru dengan siswa, (2) interaksi guru dengan kepala sekolah, (3) interaksi guru dengan rekan kerja, (4) interaksi guru dengan orang tua siswa, dan (5) interaksi guru dengan masyarakat.

E. Penetepan Isu dan Dampaknya 1. Penetapan Isu

Rancangan aktualisasi yang akan dilaksanakan di SMP Negeri 36 Konawe Selatan sesuai dengan nilai-nilai dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) yaitu ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi) dan sesuai dengan peran dan kedudukan ASN dalam NKRI. Rancangan kegiatan aktualisasi dan habituasi dibuat berdasarkan hasil dari bimbingan dengan coach dan disetujui oleh mentor.

SMP Negeri 36 Konawe Selatan berkedudukan di Desa Boro-Boro R, Kecamatan Ranomeeto, Konawe Selatan dengan jumlah tenaga pendidik sebanyak 16 orang guru.

Berangkat dari pengalaman penulis selama kurang lebih 11 bulan berdinas di sekolah tersebut,

penulis telah melakukan pengamatan dan mengidentifikasikan bahwa berdasarkan proses

pembelajaran yang dilaksanakan dikelas penulis menemukan beberapa isu, akan tetapi isu yang

paling mendasar untuk diangkat dan dibahas adalah mengoptimalkan penerapan gerakan literasi

sekolah di SMPN 36 Konawe Selatan.. Gerakan Literasi Sekolah melalui berbagai aktivitas

antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara. Dari latar belakang tersebut di

atas, penetapan isu yang menjadi prioritas utama adalah mengoptimalkan gerakan literasi

sekolah.

(24)

24 2. Dampak jika Isu tidak diselesaikan

Dampak yang akan terjadi apabila isu tersebut tidak segera dipecahkan antara lain

yaitu: mengakibatkan rendahnya literasi. Rendahnya literasi merupakan masalah mendasar yang

memiliki dampak sangat luas bagi kemajuan bangsa. Literasi rendah berkontribusi terhadap

rendahnya produktivitas bangsa.

(25)

25 BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

A.Unit Kerja : SMP Negeri 36 Konawe Selatan

B.Isu yang diangkat : Meningkatkan kemampuan Literasi siswa kelas VII A

C.Gagasan Pemecahan Isu: Penerapan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dalam upaya meningkatkan kemampuan Literasi siswa kelas VII A D.Tujuan Gagasan Pemecahan Isu: Untuk meningkatkan kemampuan Literasi siswa kelas VII A melalui Penerapan Gerakan Literasi

Sekolah (GLS).

Tabel 3.1 Rancangan Aktualisasi

No Kegiatan Tahapan

Kegiatan

Output/

Hasil Kegiatan

Keterkaitan substansi Mata Pelatihan

Kontribusi terhadap visi dan

misi organisasi

Penguatan Nilai Organisasi 1. Meminta

persetujuan dan melakukan

konsultasi dengan pimpinan dalam melakukan kegiatan

a. Meminta persetujuan pimpinan dalam melakukan kegiatan.

Adanya Persetujuan dari pimpinan

a. Akuntabilitas

Nilai dasarnya berupa tanggu ng jawab. Penulis memulai tahapan aktualisasi dengan berkonsulitasi dengan pimpinan sebagai bentuk akuntabilitas.

Kegiatan ini sejalan dengan visi dan misi sekolah yaitu Membina komunikasi dan koordinasi antara sekolah,

Dengan berjalannya kegiatan ini, maka akan menguatkan nilai-nilai organisasi

yakni tanggung

jawab dan

kedisiplinan

(26)

26 b. Nasionalisme Berkonsultasi dengan

pimpinan mencerminkan sila keempat Pancasila, yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan c. Etika Publik

Menghadap kepada pimpinan merupakan bentuk Etika Publik. Menghargai posisi atasan dengan meminta izin dan melaporkan secara berkala progress aktualisasi.

d. Komitmen Mutu Meminta persetujuan atasan merupakan bentuk komitmen mutu. Pelaksanaan aktualisasi harus tepat dan minim kesalahan.

e. Anti Korupsi

masyarakat dan

kelompok yang

terkait dengan

stake holder

(27)

27

Persetujuan dari pimpinan harus di laksanakan dengan penuh tanggung jawab, mandiri, disiplin dan jujur.

b. Melakukan konsultasi dengan pimpinan sebelum melakukan kegiatan

Pertemuan dengan pimpinan

a. Akuntabilitas

Pertemuan harus di laporkan secara bertanggung jawab dan jujur.

b. Nasionalisme Meminta bimbingan dan

arahan mencerminkan sila keempat Pancasila, yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan

c. Etika Publik

Berdiskusi dengan pimpinan

merupakan bentuk Etika

Publik. Menghargai posisi

(28)

28

atasan dengan meminta izin dan melaporkan secara berkala progress aktualisasi d. Komitmen Mutu Meminta koreksi, bimbingan dan arahan sebelum dan selama proses aktualisasi merupakan bentuk komitmen mutu.

e. Anti Korupsi

Saran dan arahan pimpinan yang didapatkan dalam kegiatan ini harus

dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, mandiri, disiplin dan jujur.

Peran dan Kedudukan ASN :

Whole of Goverment ( WOG) dimana ada komunikasi pimpinan ke bawahan Analisis Dampak :

Jika dilaksanakan kegiatan ini mengoptimalkan persiapan penulis sebelum tahapan aktualisasi dimulai. Adanya persetujuan pimpinan, serta

menyamakan persepsi penulis dan pimpinan. Masukan dari pimpinan juga sangat bermanfaat mengingat pimpinan sangat mengenal lingkungan

kerja aktualisasi

(29)

29

Jika kegiatan ini tidak dilaksanakan, maka aktualisasi tidak akan optimal. Utamanya karena tidak adanya persetujuan dan sumbang saran dari pimpinan

2. Melakukan konsultasi dan meminta arahan mentor dalam pelaksanaan kegiatan

Koordinasi dengan mentor

Adanya catatan mentor

a. Akuntabilitas

Koordinasi dengan mentor dapat menumbuhkan keseimbangan setiap orang b. Nasionalisme

Koordinasi dengan mentor dapat menumbuhkan kerjasama .

c. Etika Publik

Koordinasi dengan mentor dilakukan dengan sikap ramah, sopan dan santun.

d. Komitmen Mutu Koordinasi dengan mentor

dapat memunculkan ide-ide yang kreatif dan inovatif e. Anti Korupsi

Koordinasi dengan mentor dapat menumbuhkan sikap

Kegiatan ini sejalan dengan visi dan misi sekolah yaitu.

Membina komunikasi dan koordinasi antara sekolah,

masyarakat dan kelompok yang terkait dengan stake holder

Dengan berjalannya kegiatan ini, maka akan menguatkan nilai-nilai organisasi

yakni disiplin dan tanggu

ng jawab

(30)

30

peduli satu sama lain Peran dan kedudukan ASN :

Whole of Goverment (WOG) adanya komunikasi dengan mentor Analisis Dampak:

Jika dilaksanakan kegiatan ini mengefektifkan kegiatan aktualisasi yang dilakukan. Karena telah terencana dan terjadwal secara sistematis.

Sehingga tahapan aktualisasi bisa selesai tepat waktu

Jika kegiatan ini tidak dilaksanakan, maka aktualisasi tidak akan berjalan efektif.

3. Melakukan pre test kepada siswa

Dilaksanakan pre test kepada siswa

Hasil kerja pre test siswa

a. Akuntabilitas

Guru memberikan kejelasan kepada peserta didik, tentang cara mengerjakan soal pre test kepada siswa. Kejelasan juga nampak pada perintah/inruksi yang diberikan secara tepat.

b. Nasionalisme Sebelum pre test di mulai,

siswa siswi di bimbing untuk berdoa

c. Etika Publik

Soal pre test harus di kerjakan secara disiplin.

Kegiatan ini sejalan dengan visi dan misi sekolah yaitu Melaksanaka n pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas dan Melaksanakan inovasi

pembelajaran melalui action research

Dengan berjalannya

kegiatan ini, maka akan

menguatkan nilai-nilai

organisasi yakni inovatif

dan religius

(31)

31

d. Komitmen Mutu Pelaksanaan pre test kepada

siswa menurut penulis mampu untuk mengukur kemampuan awal siswa

e. Anti Korupsi

Dalam menjawab soal pre test, siswa harus menjawabnya dengan jujur

Peran dan Kedudukan ASN :

Pelayanan Publik yang bertujuan untuk menghasilkan output yang berkualitas melalui proses pembelajaran.

Analisis Dampak :

Jika dilaksanakan kegiatan ini maka akan diketahui kemampuan awal siswa

Jika kegiatan ini tidak dilaksanakan, maka kemampuan awal siswa tidak dapat diukur 4. Kegiatan

’15 Menit

Literasi’ di rumah

Dilaksanakan membaca setiap hari selama 15 menit di rumah

masing-masing siswa dan di

Terlaksanany a kegiatan

’15 Menit Literasi’

a. Akuntabilitas Kegiatan ini juga

membutuhkan

konsistensi karena harus dilaksanakan setiap hari. Guru juga memberikan kejelasan kepada peserta didik, tentang

Kegiatan ini sejalan dengan visi dan misi sekolah yaitu Melaksanaka n pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas dan

Dengan berjalannya

kegiatan ini, maka akan

menguatkan nilai-nilai

organisasi yakni inovatif

dan religius

(32)

32 awasi oleh

orang tua siswa.

.

manfaat kegiatan

tersebut. Kejelasan juga nampak pada perintah/inruksi yang diberikan secara tepat.

b. Nasionalisme

15 Menit Literasi dilaksanakan setiap hari. Nilai-

nilai Ketuhanan yang Maha Esa harus tetap nampak lewat kegiatan religious seperti berdoa sebelum membaca.

c. Etika Publik 15 Menit literasi harus

dilaksanakan secara konsisten, cermat dan disiplin.

d. Komitmen Mutu Pelaksanaan 15 menit literasi

dianggap penulis efektif dan efisien dalam meningkatkan minat baca siswa. Tidak butuh banyak waktu (hanya 15 menit

Melaksanakan inovasi

pembelajaran

melalui action

research

(33)

33

per hari) serta efisien alias tidak membutuhkan banyak tenaga, sumber daya dan biaya.

Namun hasilnya tetap maksimal sepanjang

dilaksanakan secara maksimal.

e. Anti Korupsi

Pelaksanaan 15 Menit Literasi mesti dilakukan secara jujur, tidak korupsi waktu sebab hanya terbatas 15 menit. Selain itu juga membutuhkan

kedisiplinan tinggi dan kemandirian, sebab dilaksanakan secara rutin.

Semuanya adalah nilai-nilai anti korupsi.

Peran dan Kedudukan ASN :

Pelayanan Publik yang bertujuan untuk menghasilkan output yang berkualitas melalui proses pembelajaran.

Analisis Dampak :

Jika dilaksanakan kegiatan ini merupakan langkah awal dalam membuat siswa akrab dengan buku. Dengan 15 menit literasi, siswa setiap hari

(34)

34

berinteraksi dengan bacaan yang sesuai minatnya. Membaca, tidak hanya menjadi sesuatu yang wajib tetapi juga menyenangkan dan menjadi kebiasaan

Jika kegiatan ini tidak dilaksanakan, maka kegiatan-kegiatan selanjutnya juga sulit dilaksanakan. Sebab siswa tidak membiasakan diri membaca.

Sebab kegiatan selanjutnya semua berkaitan dengan bacaan 5. Melanjutkan

cerita fabel

Guru

membagikan siswa selembar cerita fabel

Siswa membaca cerita fabel

a.Akuntabilitas

Siswa tanggung jawab dalam membaca cerita fabel

b. Nasionalisme

Saling menghargai pendapat teman sekelasnya

c.Etika Publik

Tekun dalam membaca cerita fabel

d.Komitmen Mutu

Memanfaatkan waktu untuk membaca cerita fabel dengan efektif

e.Anti Korupsi

Disiplin dalam membaca cerita yang dibagikan

Kegiatan ini sesuai dengan misi sekolah, yakni;

Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas dan Melaksanakan inovasi

pembelajaran melalui action research

Dengan berjalannya kegiatan ini, akan menguatkan nilai-nilai organisasi

yakni kompetitif dan inovatif

b.Masing – Kertas a.Akuntabilitas

(35)

35 masing siswa

menuliskan lanjutan cerita fabel pada kertas yang di bagikan oleh guru

lanjutan cerita fabel

Siswa tanggung jawab dalam mengerjakan tugas yang diberikan

b. Nasionalisme

Saling menghargai antar teman kelas

c.Etika Publik

Tekun dalam mengerjakan tugas yang diberikan d.Komitmen Mutu

Memanfaatkan waktu dengan efektif dan efisien

menyelesaikan tugas yang diberikan

e.Anti Korupsi

Tanggung jawab dan kerja keras dalam menyelesaikan tugas .

Peran dan Kedudukan ASN :

Pelayanan Publik yang bertujuan untuk menghasilkan output yang berkualitas melalui proses pembelajaran.

(36)

36 Analisis dampak:

Jika dilaksanakan kegiatan melanjutkan cerita fabel, Kemampuan imajinatif dan pemahaman siswa terhadap isi bacaan fabel makin meningkat.

Pada muaranya, minat baca siswa akan meningkat

Jika kegiatan ini tidak dilaksanakan, siswa terjebak dalam stigma bahwa membaca adalah kegiatan yang membosankan. Selain itu, tidak ada inovasi dalam kegiatan pembelajaran yang bisa memancing minat baca siswa

6. Membuat Slogan Membaca

a. Membagi siswa menjadi tiga kelompok dan masing- masing kelompok membuat slogan membaca.

Siswa kreatif dalam

membuat slogan yang menarik

a. Komitmen Mutu Pembuatan poster slogan membaca merupakan salah satu inovasi penulis dalam menanamkan pentingnya membaca dikalangan siswa, bahkan guru.

b. Akuntabilitas Pembuatan poster slogan membaca

menuntut partisipasi siswa.

c. Nasionalisme

Slogan yang dibuat peserta didik di kerjakan secara bekerja sama dengan teman kelompoknya

Kegiatan ini sesuai dengan visi dan misi sekolah yakni melaksanak an pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas dan Melaksanakan inovasi

pembelajaran melalui action research

Dengan berjalannya

kegiatan ini, akan

menguatkan nilai-nilai

organisasi yakni inovatif

(37)

37 d.Etika Publik Dalam bekerja secara kelompok harus saling sopan, santun, dan ramah antar anggota kelompok e.Anti Korupsi

Peserta didik menyelesaikan tugas kelompoknya dengan penuh tanggung jawab dan kerja keras.

b.Setiap kelompok menampilkan slogan yang telah di buat

kelompoknya

Adanya slogan membaca

a. Komitmen Mutu Membuat slogan merupakan salah satu inovasi penulis untuk memancing kreativitas siswa

b. Akuntabilitas

Pembuatan slogan membaca menuntut partisipasi siswa.

c. Nasionalisme

Masing – masing kelompok

menampilkan slogan

Gambar

Tabel 2.1 Struktur Oragnisasi SMP Negeri 36 Konawe Selatan SISWA  KELAS IX MARLIA  PASANG, S.Pd KELAS VIIIB NURMILLAH, S.Pd KELAS VIIIA NULASTA MUSTAKIM,S.Pd KELAS VIIB zYULIANI, S.Pd KELAS VIIA SANG AYU MADE, S.Pd PMR NURMILLAH, S.Pd  UKS  BUSRI, S.Pd LAB
Tabel 3.1  Rancangan Aktualisasi
Foto Meminta persetujuan pimpinan dalam melakukan kegiatan
Foto siswa melaksanakan pre test
+6

Referensi

Dokumen terkait

Era konvergensi media pada Tribun Jabar dapat terlihat dari yang semula dikenal sebagai media cetak lokal di Jawa Barat kemudian melakukan penggabungan media dengan

Secara singkat kalimat imperatif bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi lima macam, yakni (a) kalimat imperatif biasa, (b) kalimat imperatif permintaan,(c)

!l4Pan dan peri:erak&n Nuloaal aaa..t Ind oDesia. bbukan dari Banda Neiraa bah. peraboe-' lajar jaila' kemhali dart ~ 11a ma:lbabatkaD .IOe&toe enrptie goenoeDI berapi

Dari hasil perhitungan neraca air, pola tanam yang digunakan adalah sistim pola tanam tiga golongan dengan penambahan PGI (0%-10%) pada Musim Kemarau I, efisiensi irigasi

Varietas Tukad Petanu yang dihasilkan dari tetua Utri Merah diketahui paling tahan berdasarkan hasil pengujian menggunakan sumber inokulum virus tungro dari 15 provinsi

Jika orang mencuri siang hari di luar rumah di dusun atau di ladang buah- buah ayam atau bebek barang yang ketinggalan di luar rumah seperti bubu jalla kain-kain dan

Metode Mendidik Anak Menurut Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan (Telaah Buku Pendidikan Anak dalam Islam Pasal Metode Pendidikan yang Berpengaruh pada Anak).. Skripsi, Jurusan

Pengujian terhadap objek dengan latar belakang yang berbeda ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana latar belakang memberikan pengaruh terhadap proses deteksi